Lapka Appendisitis Perforasi
Lapka Appendisitis Perforasi
BAB I
PENDAHULUAN
adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian
penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah
komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen. Pada
kontaminasi bakteri yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi tubuh
2
yang menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, kesemua
(radang peritoneum).
berupa inflamasi dan penyulitnya, juga oleh ileus obstruktif, iskemia dan
pemeriksaan penunjang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Peritonitis
Suatu bentuk penyakit akut, dan merupakan kasus bedah darurat. Dapat
Klasifikasi peritonitis
Peritonitis primer
spesifik.
Peritonitis sekunder
diantaranya adalah:
kehilangan cairan.
5
operatif.
infeksi intra-abdomen
Appendisitis tersier
medikamentosa.
Diagnosis
dapat hipotermia
6
Dehidrasi dapat terjadi akibat ketiga hal diatas, yang didahului dengan
Pemeriksaan fisik
pada peritonitis dilakukan dengan cara yang sama seperti pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
cekung
kecoklatan
2. palpasi
3. auskultasi
4. perkusi
muda. Apendisitis akut merupakan kasus yang paling sering terjadi pada
usia di bawah 30 tahun, yang berkaitan dengan nyeri akut perut kanan
Asia dan Afrika insiden apendisitis akut cenderung rendah, hal ini
fecalit.
tergantung didekat ovarium atau rahim. Itu semua adalah posisi yang
terminal ileum).
Tiga taenea coli dari colon ascenden dan caecum yang mengikat
dasar dari apediks dan tertanam ke dalam otot lungitudinal. Panjang apendiks
di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun tidak demikian, pada
persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri
merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena
Etiologi
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa
Patogenesis
lumen, yang biasanya disebabkan oleh fekalit (feses keras). Hal ini akan
sekitar 60 hingga 70% kasus, lebih sering dari pada sumbatan lumen. Penyebab
oleh virus. Akhir-akhir ini penyebab infeksi yang paling sering diperkirakan
Patologi
seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Upaya
pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan menutup apendiks
dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan
massa periapendikular akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri
secara lambat.
13
ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Suatu saat, organ
ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai apendisitis eksaserbasi akut.
Klasifikasi
14
peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc. Burney, defans
muskulerdan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler
umum
bagian tertentu. Dinding apendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah
15
yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon
terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari
yang sudah gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut
Diagnosis Apendisitis
Perjalanan Penyakit
Nyeri perut merupakan gejala utama dari apendisitis akut. Nyeri biasanya
setelah 1-12 jam, tetapi biasanya antara 4-6 jam nyeri menjadi terlokalisir di daerah
kuadran kanan bawah. Gejala tipikal apendisitis nyeri berawal di sekitar umbilikal
diikuti dengan anoreksia dan mual. Nyeri yang telah terlokalisir di daerah kuadran
kanan bawah merupakan tanda proses inflamasi yang progres ke lapisan parietal
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan apendisitis akut akan tampak kesakitan dan lebih suka
berbaring di kasur. Suhu tubuh yang tidak begitu tinggi sering menyertai (38oC)
usus melemah dan fokal tenderness. Pada daerah tersebut terletak apendiks dan
biasanya tepat pada titik McBurney. Normalnya apendiks itu mobil, namun jika
terjadi inflamasi bisa berubah 360o mengelilingi dasar dari sekum. Oleh karena itu
Rovsing's sign : nyeri perut kanan bawah saat dilakukan palpasi pada perut kiri
bawah.
Obturator sign : nyeri saat hip joint di rotasikan ke dalam. Curiga letak
apendiks di pelvik.
Iliopsoas sign : nyeri saat hip joint kanan diekstensikan. Curiga letak apendiks
di retrosekal.
Apendiks yang telah mengalami perforasi nyeri perut menjadi lebih hebat
dan lebih menyeluruh, dan muskulus abdominal menjadi tegang dan kaku. Detak
pasien tampak kesakitan dan membutukan cairan resusitasi dan antibiotik sebelum
Temuan Laboratorium
Terjadi peningkatan hitung jenis sel darah putih dengan lebih dari 75%
neutrofil pada kebanyakan pasien. Hitung jenis leukosit normal terdapat perbedaan
10% dengan pasien apendisitis akut. Peningkatan tajam dari hitung sel darah putih
Pyuri yang minimal biasanya bisa tampak pada wanita-wanita yang berusia tua,
namun tetap tidak bisa menyingkirkan apendisitis dari diagnosis karena ureter bisa
Namun, hematuri mikroskopik umum terjadi pada kasus apendisitis, gross hematuri
jarang terjadi dan bisa mengindikasikan dari gejala batu ginjal. Tes darah yang lain
secara umum tidak dapat membantu dan tidak mengindikasikan kepada pasien
Temuan Radiografi
spesifisitas lebih dari 90% untuk mendiagnosis apendisitis akut. Temuan sonografi
lebih, penebalan pada dinding apendiks, tidak adanya penekanan lumen (terihat
Gambar 05. Gambaran USG apendiks pada potongan sagital menujukkan proses pradangan akut
dengan diameter anteroposterior lebih besar dari 6 mm dan tampak cairan periapendikeal.
Gambar 06. USG apendiks pada potongan transversal menunjukkan apendiks yang
mengalami inflamasi akut. Perhatikan adanya gambaran targetlike karena penebalan
dinding apendiks dan penumpukkan cairan disekitar apendiks.
90% dan spesifisitas 80% sampai 90% untuk mendiagnosis apendisitis akut pada
pasien-pasien dengan keluhan nyari abdomen. Secara umum, ukuran apendiks akan
19
distensi pada apendiks dengan diameter lebih dari 7 mm dan pada dinding apendik
terjadi penebalan. Selama proses inflamasi, kita dapat melihat lemak periapendikel
Gambar 07. A. Apendisitis akut dengan penebalan dinding apendik lebih dari 0,3 cm pada gambar
terlihat apendiks yang mengalami dilatasi pada sisi lateral dari sekum, B. Apendisitis supuratif
dengan cavitas apendiks > 0,6 cm, C. Apendiks gangrenosa, D. Abses apendiks. Pada apendiks
gangrenosa dan apendiks yang telah mengalami abses terjadi proses ilisekal-enkapsulasi.
20
Sistem Skoring
apendisitis akut. Sistem skoring Alvarado telah diketahui merupakan sistem skoring
yang baik dan memiliki validitas terbaik dalam penelitian, tetapi ada beberapa
tersebut.
Tabel 01. Karakteristik Skor Appendicitis Inflammatory Response (AIR) dan Skor
Alvarado.
Diagnosis Skor Alvarado Skor AIR
Muntah 1
Anoreksia 1 -
Nyeri RLQ 2 1
Lembut - 1
Sedang - 2
Kuat - 3
Leukosit PMN
21
70-84% - 1
≥85% - 2
Nilai WBC
>10,0 x 109/I 2
10,0-14,9 x 109/I - 1
≥15,0 x 109/I - 2
Konsentrasi CRP
10-49 g/I - 1
≥50 g/I - 2
Total skor 10 12
Skor Alvarado : 0-4: tidak mungkin apendisitis, 5-6: samar-samar, 7-8: mungkin
Penatalaksanaan
mencegah pertumbuhan bakteri aerob dan anaerob yang berasal dari kolon. Untuk
pasien apendisitis tanpa perforasi, antibiotik dosis tunggal dapat mencegah infeksi
pasca operasi dan mencegah terbentukan abses intra abdomen. Antibiotik oral pasca
operasi tidak dapat mencegah insiden komplikasi infeksi pasien tersebut. Untuk
22
pasien dengan ferforasi atau apendisitis gangren, harus diberikan antibiotik lanjutan
yang luas atau apendisitis yang diagnosisnya belum diketahui sejauh mana
kasus apendisitis yang belum mengalami komplikasi kami lebih suka menggunakan
pembedahan dengan insisi tranversal, dengan memotong otot bagaian lateral dari
ruptur selama prosedur tindakan. Pada kasus yang sulit, insisi yang lebar dapat
dilakukan sampai terlihat taenea coli dari sekum, karena biasanya disitu lokasi dari
Gambar 08. Lokasi insisi pada apendiktomi, dan tehnik penjahitan yang umum
digunakan pada kasus apendisitis.
pasien, karena proses penyembuhan yang relatif cepat dan meninggalkan sisa
pembedahan. Jika hasil dri CT scan telah diperoleh, seorang ahli bedah perlu
port-5 mm di regio suprapubik dan port-5 mm diantara 2 port yang pertama dan ke
Gambar 09. A. (Kiri atas) Titik-titik tampat memasukkan port, (Kanan bawah)
memisahkan mesoapendiks menggunakan harmonic scalpel, B. Meletakkan
endoloop ke dasar apendiks, C. Memotong apendiks diantara dua endoloop yang
telah dipasang, D. Memasukkan apendiks ke dalam kantong spesimen sebelum
mengeluarkan apendiks melalui port yang masuk dari umbilikus.
Komplikasi
Massa Periapendikuler
ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan/atau lekuk usus halus. Pada massa
25
penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti oleh peritonitis
purulenta generalisata.
Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa rasa tidak enak di
perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu
kkuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu
kemudian, dilakukan apendiktomi. Pada anak kecil, wanita hamil dan penderita usia
lanjut, jika secara konservasif tidak membaik atau berkembang menjadi abses,
Apendisitis Perforata
perforasi pada orang tua adalah gejalanya yang samar, keterlambatan berobat,
arteriosklerosis. Inidens tinggi pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang
dan proses pendindingan kurang sempurna akibat perforasi yang cepat dan
dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut dan perut
menjadi tenggang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler terjadi di seluruh
peristaltik usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya ileus paralitik.
dilakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang
adekuat secara mudah serta pembersihan kantong nanah. Akhir-akhir ini, mulai
apendiktomi. Pada prosedur ini, rongga abdomen dapat dibilas dengan mudah.
Prognosis
sekitar 4-5%, serta biaya yang terkait dan ketidakyamanan rawat inap dan
pembedahan. Oleh karena itu tujuan dari ahli bedah adalah untuk membuat
diagnosis yang akurat sedini mungkin. Diagnosis dan pengobatan yang terlambat
dalam rentang dari 0,1% menjadi 1% sedangkan pada pasien tua dengan usia >70
27
BAB III
Ilustrasi kasus
Nama : Wahyudi
Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
No. RM : 39.08.87
KU
RPS
Pasien datang ke IGD RS Dumai dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya nyeri dirasakan di
ulu hati. Kemudian berpindah diperut kanan bawah. Saat ini nyeri dirasakan
mual-muntah (+), nafsu makan menurun, BAB beberapa hari ini tidak lancar
RPD
RPO:
Riwayat Keluarga:
pasien.
Riwayat Kebiasaan
1. Vital Sign
Pulse: 96 x/menit
RR: 24 x/menit
30
Suhu: 36,8oC
2. Status Generalisata
Kepala
- Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (-),
Thorax
a. Paru-paru
dada (-)
b. Jantung
- Perkusi: Batas atas ISC III linea midclavicularis sinistra, batas bawah
c. Abdomen
- Perkusi: Timpani
d. Ekstremitas
- Superior: Capillary reffil time < 2 dtk, turgor kulit < 2 dtk, akral hangat.
- Inferior: Capillary reffil time < 2 dtk, edema (-), turgor kulit < 2 dtk.
2. Status Lokalisata
Inspeksi: perut datar, warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang tidak
ada, hematom tidak ada, tidak ada scar, tidak tampak massa tumor.
Perkusi : timpani
Palpasi : Nyeri tekan (+) kuadran kanan bawah (Mc. Burney sign), rovsing’s
- IVFD RL 16 tpm
- Metronidazole 1 fls
- Pasien di puasakan
- Pasang kateter
- Pasang NGT
33
1. Laboratorium
Hematokrit 42 %
CT 3’
BT 4’
SGOT 10 mg/dl
SGPT 12 mg/dl
Ureum 32 mg/dl
2. Usg
35
Follow up
Tanggal/hari Penjelasan
- Demam (-).
- BAB (-)
- Mual (+)
- Muntah (+)
O: - Vital sign:
Pulse: 78 x/mnt
RR: 20 x/mnt
T: 36,4oC
P: - IVFD RL 20 gtt/mnt
- Metronodazole /8 jam
- Ketorolac /8jam
36
- Ondansentron extra.
- Demam (-).
- BAB (-)
- Mual (-)
- Muntah (-)
O: - Vital sign:
Pulse: 82 x/mnt
RR: 20 x/mnt
T: 36,7oC
P: - IVFD RL 20 tpm
- Metronodazole /8 jam
- Ketorolac /8jam
- Ondansentron k/p
37
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Epidemiologi
Manifestasi klinis
kanan bawah.
• Anoreksia
• Mual
pada daerah ulu hati, Anoreksia (+), Mual (+), Napsu makan menurun (+),
Demam (+)
38
Pemeriksaan fisik: defans muscular, rovsing sign , blumber sign, obturator sign
, psoas sign.
Pasien : defans muscular (+), rovsing sign (+), blumber sign (+), obturator sign
Komplikasi : peritonitis
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitzmaurice GJ, McWilliams B, Hurreiz H, Epanomeritakis E. Antibiotics
Versus Appendectomy in the Management of Acute Appendicitis: A
Review of the Current Evidence. [Can J Surg] 2011. Vol. 54, No. 5. Pages
307-314. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3195652 /pdf/0540307.pdf.
10. Basil A, Pruitt JR. Townsend: Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed.
Saundres, 2007.
11. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, et al.
Schwartz's Principles of Surgery. Eighth Edition. [textbook] The McGraw-
Hill Companies, 2007.
40
13. Castro S.M.M, Unlü C, Steller E.Ph, Wagensveld B.A, Vrouenraets B.C.
Evaluation of the Appendicitis Inflamatory Response Score for Patients
with Acute Appendicitis. World J Surg. 36:1540–1545. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3368113/pdf/268_2012_A
rticle_1521.pdf.