LANDASAN TEORI
A. Perilaku Agresi
menghukum berat, atau melakukan tindakan sadistik lainnnya (Muray dalam Chaplin, 2005).
Menurut Taylor (2009) mendefenisikan perilaku agresi sebagai setiap tindakan yang
dimaksudkan untuk menyakiti orang lain. Baron (Dayakisni & Hudaniah, 2009) menyatakan
bahwa perilaku agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
Menurut Atkinson, Atkinson dan Hilgard (1996) perilaku agresi merupakan perilaku
yang dimaksudkan untuk melukai orang lain (secara fisik atau verbal) atau merusak harta
benda. Kata kunci dalam defenisi perilaku agresi adalah maksud. Unsur penting dari agresi
yang harus ada, yakni adanya tujuan atau kesengajaan dalam melakukannya (Dayakisni &
Hudaniah, 2009).
Menurut Buss (Dayakisni & Hudaniah, 2009) perilaku agresi verbal adalah suatu
atau objek-objek yang menjadi sasaran tersebut secara verbal atau melalui kata-kata dan
langsung ataupun tidak langsung, seperti memaki, menolak berbicara, menyebar fitnah, tidak
memberi dukungan. Berkowitz (2003) mendefinisikan perilaku agresi verbal sebagai suatu
bentuk perilaku atau aksi agresif yang diungkapkan untuk menyakiti orang lain, perilaku
agresi verbal dapat berbentuk umpatan, celaan atau makian, ejekan, fitnahan, dan ancaman
melalui kata-kata.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
agresif cara yang digunakan individu untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun
mental yang dapat merugikan orang lain. Perilaku agresi fisik adalah kebutuhan seseorang
untuk menyakiti atau menyerang orang lain secara fisik. Sedangkan, perilaku agresi verbal
adalah kemauan seseorang untuk menyakiti orang lain secara verbal yakni dalam bentuk
Bryne (2005) membedakan bentuk perilaku agresi menjadi dua yaitu perilaku agresi
fisik yang dilakukan dengan cara melukai atau menyakiti fisik dan perilaku agresi verbal
yaitu agresi yang dilakukan dengan mengucapkan kata-kata kotor atau kasar. Buss
mengklasifikasikan agresivitas yaitu agresivitas secara fisik dan verbal, secara aktif maupun
pasif, secara langsung maupun tidak langsung. Tiga klasifikasi tersebut masing-masing saling
memukul, mencubit.
2. Agresivitas fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menjebak
4. Agresivitas fisik pasif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menolak
melakukan sesuatu.
1. Agresivitas verbal aktif secara langsung misalnya mencaci maki orang lain
menusuk, memukul.
3. Agresivitas verbal pasif yang dilakukan secara langsung misalnya tidak mau
4. Agresivitas verbal pasif fisik aktif yang dilakukan secar tidak langsung misalnya
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi terbagi menjadi
dua jenis yakni perilaku agresi fisik dan perilaku agresi verbal yang dilakukan secara langung
Menurut teori ini perilaku agresi merupakan insting makhluk hidup. Teori ini terbagi
dalam tiga kelompok, yaitu teori psikoanalisis, teori etologi, dan teori sosiobiologi.
1. Teori Psikoanalisis
dalam dua bagian, yaitu insting kehidupan dan insting kematian. Insting kehidupan
energi destruktif. Pengungkapan hasrat terhadap kematian dapat berupa agresi diri atau
tindakan menyakiti diri sendiri sehingga bunuh diri. Meskipun demikian, karena pada diri
manusia juga terdapat insting hidup maka hasrat terhadap kematian tidak serta merta
Pengungkapan lain hasrat terhadap kematian adalah ditujukan keluar dirinya, yaitu
berujung pada perilaku agresif terhadap orang lain, baik itu berupa kecenderungan yang
mengarah kepada tindakan atau perbuatan yang menyebabkan rasa sakit, melukai, merusak,
dan tindakan lain yang merusak, yang membawa efek negatif bagi dirinya sendiri ataupun
orang lain.
2. Teori Etologi
Lorenz, sebagai tokoh etologi berpendapat bahwa perilaku agresi adalah insting
berkelahi yang dimiliki oleh makhluk hidup yang ditujukan pada spesies yang sama.
Perkelahian diantara anggota spesies tidaklah merupakan kejahatan, karena fungsinya untuk
menyelamatkan kehidupan salah satu spesies terhadap gangguan atau ancaman dari spesies
yang lain.
3. Teori Sosiobiologi
Dalam pandangan teori sosiobiologi, dalam hal ini Barash (Ibid, 1938) menyatakan
bahwa perilaku sosial sama halnya dengan struktur fisik dipengaruhi oleh evolusi. Menurut
teori ini, makhluk hidup dari berbagai spesies cenderung menunjukan pola-pola perilaku
sosial tertentu demi kelangsungan hidupnya. Makhluk melakukan tindakan agresi karena
Dollard dan koleganya (1939) frustasi selalu menimbulkan perilaku agresi dan agresi
semata-mata adalah hasil dari frustasi. Oleh karena itu bila frustasi meningkat, maka
perilaku agresi meningkat pula. Intensitas frustasi bergantung pada beberapa faktor, antara
lain seberapa besar kemauan seseorang mencapai tujuan, seberapa besar penghalang yang
Menurut Watson (1984) pada tahun 1941 Miller merevisi teorinya dengan menyatakan,
bahwa frustasi menimbulkan sejumlah respon yang berbeda dan tidak selalu menimbulkan
perilaku agresi.
Menurut Bandura dan Wilters (Koeswara, 1988) bahwa agresivitas dapat dipelajari
melalui dua metode yaitu pembelajaran instrumental yaitu terjadi jika sesuatu perilaku di
beri penguat atau diberi hadiah (reward), maka perilaku tersebut cenderung akan diulang
pada waktu yang lain dan pembelajaran observasional yaitu terjadi jika seseorang belajar
perilaku yang baru melalui observasi atau pengamatan kepada orang lain yang disebut
model.
Dodge dan Crick (1990) menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara fungsi
kognitif dan perilaku agresi yang dilakukan oleh seorang anak. Perilaku Agresi terjadi
Bush dan Denny (1992) mengklasifikasikan perilaku agresi dalam empat aspek, yaitu:
a. Agresi fisik (Physical Agression) ialah bentuk perilaku agresif yang dilakukan dengan
menyerang secara fisik dengan tujuan untuk melukai atau membahayakan seseorang.
Perilaku agresif ini ditandai dengan terjadinya kontak fisik antara agresor dan korbannya.
b. Agresi verbal (Verbal Agression) ialah agresivitas dengan kata-kata. Agresi verbal dapat
c. Kemarahan (Anger) ialah suatu bentuk indirect agression atau agresi tidak langsung
berupa perasaan benci kepada orang lain maupun sesuatu hal atau karena seseorang tidak
atas perasaan ingin menyakiti dan ketidakadilan. Agersi verbal yaitu agresi yang
Menurut Sadli (Adji, 2002) ada bebeapa aspek-aspek perilaku agresi yaitu :
melanggar aturan.
daerah atau memiliki suatu benda sehingga menyerang orang lain untuk mencapai
individu tidak mau diremehkan, dianggap rendah oleh orang dan merasa dirinya
selalu benar sehingga akan melakukan apa saja walaupun dengan menyerang atau
kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya sendiri atau orang lain dan selalu
curiga.
a. Otoriter yaitu orang memiliki ciri kepribadian kaku dalam memegang nilai-nilai
konvensional dan tidak bisa toleransi terhadap kelemahan- kelemahan yang ada
b. Superior yaitu individu merasa yang paling baik di banding dengan individu lain.
kepemilikan.
yang tidak nyaman ataupun tidak puas pada lingkungan disekitarnya dengan
dua aspek :
secara tidak rasional. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana individu berprasangka
b. Otoriter yaitu orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian yang cenderung kaku
dalam diri orang lain, cenderung bersifat menghukum, selau curiga dan sangat
perilaku agresi terdiri dari beberapa hal yakni pertahanan diri, perlawanan disiplin,
a. Stres
Menurut Crider, Goethals, Kavanough, dan Solomon (1983) bahwa stres merupakan
reaksi terhadap ketidakmampuan untuk mengatasi gangguan fisik terhadap ketidak mampuan
untuk mengatasi gangguan fisik dan psikis. Menurut Roediger, Rushton, Capaldi, dan Paris
(1984) menyatakan bahwa stres muncul karena adanya ancaman terhadap kesejahteraan fisik
dan psikis dan adanya perasaan bahwa individu tidak mampu mengatasinya. Munculnya stres
selain tergantung pada kondisi eksternalnya. Jadi, tingkat stress seseorang dapat berbeda
pada kekuasaan, dan perilaku agresi yang dilakukan menjadi lebih intens. Deindividuasi
individu, yakni identitas diri atau personalitas individu perilaku maupun identitas diri korban
c. Kekuasaan
Menurut Weber (Koeswara, 1988) kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau
bahkan meskipun harus berhadapan dengan perlawanan dari seseorang atau kelompok orang
lainnya yang berpartisipasi dalam tindakan komunikasi itu. Peranan kekuasaan sebagai
pengarah kemunculan agresi tidak dapat dipisahkan dari salah satu aspek menunjang
Menurut Mayor (1971) bahwa alkohol akan mempertinggi potensi perilaku agresi karena
menekan mekanisme syaraf pusat yang biasanya menghambat emosi untuk melakukan agresi.
Jadi alkohol dan obatobatan psikoaktif akan melemahkan kendali diri dari pemakaianya.
g. Kondisi Lingkungan
ternyata individu memberikan kejutan listrik yang lebih banyak daripada dalam kondisi suara
rendah atau tanpa suara. Penelitian Griffit (1971) menemukan bahwa dalam waktu antra
tahun 1967 dan 1971 hura-hura lebih sering terjadi di musim panas di saat udara panas
menyengat daripada di musim gugur, musim dingin atau musim semi. Dengan demikian ada
kaitan yang erat antara suhu udara dan peningkatan tidak kekerasan.
1. Kemiskinan
Menurut Byod McCandless (Davidoff, 1991) Bila seorang anak dibesarkan dalam
penguatan.
2. Anonimitas
informasi yang besarnya sangat luar biasa. Orang secara otomatis cenderung berusaha
berlebihan tersebut. Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia
menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling
mengenal atau mengetahui secara baik. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung
menjadi anonim (tidak mempunyai identitas diri). Bila seseorang merasa anonim ia
cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak lagi terikat dengan
Pada tahun 1968 US Riot Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas,
rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat
4. Jenis Kelamin
Telah banyak dikemukakan oleh para ahli, misalnya Lips dan Colwill (1978) yang
menyatakan bahwa dalam berbagai segi psikologis ternyata terdapat perbedaan antara laki-
laki dan perempuan. Menurut Shaffer (1985) perilaku agresi bagi laki-laki biasanya stabil
dari masa remaja sampai dewasa muda, tetapi tidak demikian pada perempuan, karena
perilaku agresi laki-laki lebih ditolerir masyarakat daripada perilaku agresi perempuan.
Perempuan dituntut lebih halus oleh budaya, sehingga agresivitasnya tidak terlalu tampak.
5. Kondisi Fisik
Eksperimen yang dilakukan oleh Dollard dengan cara melarang subyek tidur semalam
suntuk, tidak boleh merokok, membaca, berbicara, bermain dan lain-lain. Dalam waktu
yang cukup lama semua obyek hanya boleh duduk saja sehingga mereka memendam
penderitaan dan frustasi yang menghasilkan agresi terhadap peneliti, tetapi agresi itu tidak
dapat diekspresikan secara langsung karena situasi sosialnya. Agresivitas yang ditampilkan
subyek tampak ketika salah satu subyek menggambar luka yang mengerikan pada tubuh
manusia. Ketika ditanya siapa manusia dalam gambar tersebut, maka subyek mengatakan
bahwa itu adalah gambar para psikolog. Dan teman-temannya yang senasib itu semua
terhibur.
6. Media Massa
Media massa merupakan media informasi yang memberikan informasi kepada masyarakat.
Namun demikian, media massa baik cetak maupun elektronik juga banyak menyajikan hal-
hal yang bersifat agresif. Tayangan film dan iklan-iklan yang mempertontonkan adegann
7. Penyimpangan Pemikiran
pemikiran terhadap realitas, sehingga ia membuat kesimpulan yang tidak masuk akal,
bias atribusi permusuhan) berhubungan dengan menurunnya agresi. Bias atribusi negatif-
mengarahkannya pada emosi yang tidak menyinangkan dan akan menimbulkan perilaku
agresif.
A. Tingkat Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik”
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
Menurut Ki Hajar Dewantara( Hasbullah, 2006 ). pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
segala hal/usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan, serta keterampilan kepada generasi muda, untuk memungkinkan
generasi muda melakukan fungsi hidup dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.
Ihsan ( 2008 ) pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membantu potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa,
rasa, cipta, dan budi nurani). Pendidikan juga berarti lembaga yang bertanggung jawab
adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar demi pernbinaan kepribadian dan
keluarga, sekolah dan masyarakat, dalam rangka meningkatkan pembangunan dan persatuan
bangsa Indonesia untuk mencapai masyarakat adil makmur dan sejahrcra berdasarkan
pancasila.
proses, teknik dan metode belajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan seseorang
kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut H. Fuad Ihsan (2005: 1) menjelaskan bahwa dalam pengertian yang sederhana
dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk menumbuhkan dan
nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan
untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi
berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses
merupakan memberikan kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanakkanak, akan tetapi
Dilain pihak Oemar Hamalik (2001: 79) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah suatu
proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin
terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
Menurut Feni (2014: 13) “Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaanya
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai
kedewasaanya serta mencapai tujuan agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya secara
mandiri.
Menurut Coombs, jenis pendidikan dapat dibedakan dalam tiga bagian, yakni : Pendidikan
formal, Pendidikan informal dan pendidikan non formal (A. Muri y., 1982 : 61)
Pengertian dari tiga jenis pendidikan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan formal merupakan pendidikan terstruktur dan memiliki jenjang tingkatan yang
pendidikan in formal diperoleh melalui pengalaman sehari-hari dan pengaruh dari lingkungan
3. Pendidikan non formal adalah pendidikan di luar sekolah yang menggantikan potensi dari
keterampilan
Menurut (Ihsan, 2011).Tingkat pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
1. Pendidikan Dasar Pendidikan dasar yaitu pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada
prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar kehidupan, baik untuk
pribadi maupun untuk masyarakat. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya
sembilan tahun yang diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar (SD) dan tiga
tahun di 15 jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau satuan pendidikan yang
sederajat.
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan
timbal-balik dengan lingkungan sosial-budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan
kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah
merupakan pendidikan yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar dan
diselenggarakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau satuan pendidikan yang sederajat.
yang diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Oleh karena itu bagi anak-anak
yang telah menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Menengah Atas (SMA) terbuka
pendidikan yang disebut Perguruan Tinggi. Di lingkungan lembaga tersebut generasi muda
mengalami proses belajar untuk membentuk kemampuan melakukan penalaran secara ilmiah
dengan mengembangkan cara berfikir kritis dan obyektif. 16 Berdasarkan pengertian di atas
maka
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa pendidikan format ini
mempunyai tingkatan-tingkatan yang biasanya sering kita sebut dengan tingkat pendidikan.
Jadi tingkat pendidikan ini menrpakan jenjang pendidikan terakhir yang dicapai seseorang
Fungsi Pendidikan
dari tiga komponen keberhasilan pendidikan. Keberhasilan kesatuan dari tiga komponen itu
1. Komponen pendidik: Syarat utama pendidik adalah mampu sebagai sosok tauladan.
Konsep pendidik yang sekaligus pemimpin seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar
Dewantara di atas, yakni ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani yang semaksimal mungkin harus dipenuhi komponen pendidik. Jika konsep ini
dipenuhi, maka dalam diri pendidik tersebut akan memancarkan “aura” yang menyebabkan
wibawa pada dirinya. Di samping itu pendidik sebagai sosok yang digugu lan ditiru (diikuti
dan ditiru) akan menjadi bukti kebenarannya. Tidak kalah pentingnya dalam usaha
2. Komponen Peserta Didik Manusian sebagai peserta didik adalah salah satu komponen
penentu keberhasilan pendidikan. Jika manusia sebagai peserta didik itu pasif, apatis, dan
masa bodoh, maka mustahil pendidikan akan memperoleh keberhasilan. Oleh karena itu,
peserta didik dituntut berperan aktif di dalam proses pendidikan. Peran aktif ini diwujudkan
dalam sikap taat pada pendidik, yaitu taat pada perintah maupun larangan pendidik. Taat pada
pendidikan ini dilakukan ada maupun tidak ada pendidik. Ada atau tidak adanya orang tua
peserta didik harus dalam kondisi yang “bebas-demokratis”. Dalam suasana gembira dan
saling memahami. Pendidik didasari dengan niat yang tulus dan ikhlas memberikan ilmunya
kepada peserta didik. Demikian pula peserta didik juga selalu dalam niat yang ikhlas untuk
mencari dan menerima ilmu. Jika keduanya telah terjalin dalam hubungan yang harmonis
sama-sama ikhlas dan sama-sama dalam kondisi “bener tur pener” (benar dalam kebenaran)
maka ilmu yang didapat akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Indikator keberhasilan proses
pendidikan ini adalah adanya perubahan nilai secara positif, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
“tidak” menjadi “ya”, dari “buta” menjadi “melek” dari “faham” menjadi “mahir” dan
seterusnya.
B. Fanatisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia fanatisme sebenarnya berasal dari kata fanatik
yang artinya adalah teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik,
agama,dsb).
JP Chaplin (Kamus Lengkap Psikologi, 2008) fanatik yaitu satu sikap yang penuh
semangat yang berlebihan terhadap satu segi pandangan atau satu sebab. Menurut EYD, kata
fanatisme sendiri berakhiran –isme yang berarti faham. Fanatik berbeda dengan fanatisme,
fanatik merupakan sifat yang timbul saat seseorang menganut fanatisme (faham fanatik),
rasional terhadap sesuatu hal yang ada, atau pengabdian terhadap suatu teori, keyakinan,
ataupun garis tindakan yang menentukan sikap yang sangat emosional dan misinya praktis
Menurut Giulianotti, (2006:71) dengan rasa cinta itu manusia semakin lekat dengan
sebuah kasih sayang dan semangat untuk selalu bertahan, sebaliknya dengan cinta pula
Gelano ( dalam pintani , 2010 : 6 )yang berpendapat bahwa “fanatik is the person who
is never alone, is always on the side of angry people, and has harsh tools “ yaitu fanatik
adalah seseorang yang jarang sendirian dan selalu berada di sisi dari kemarahan orang dan
memiliki sesuatu yang kasar. Berdasarkan pengertian ini, Gelano mengatakan bahwa di
dalam fanatik terdapat suatu keramaian dan memiliki potensi yang kuat untuk bertindak
kasar.\
antusiasme yang berlebihan dan tidak rasional untuk, atau pengabdian kepada, suatu teori,
keyakinan, atau garis tindakan, yang menentukan sikap yang sangat emosional, dan
kefanatikan misi, dan praktis tidak mengenal batas-batas (Ahmadi, 1990: 108).
Fanatisme didefinisikan sebagai pengabdian yang luar biasa untuk sebuah objek, di
mana "pengabdian" terdiri dari gairah, keintiman, dan dedikasi, dan "luar biasa" berarti
melampaui, rata-rata biasa yang biasa, atau tingkat. objek dapat mengacu pada sebuah merek,
produk, orang (misalnya selebriti), acara televisi, atau kegiatan konsumsi lainnya. Fanatik
cenderung bersikeras terhadap ide-ide mereka yang menganggap diri sendiri atau kelompok
mereka benar dan mengabaikan semua fakta atau argumen yang mungkin bertentangan
dengan pikiran atau keyakinan (Chung, Beverland, Farrelly, dan kawan-kawan, 2008:333).
Jadi dapat disimpulkan bahwa fanatisme penggemar adalah suatu kepercayaan,
keyakinan dan antusiasme berlebihan terhadap sesuatu yang digemari, dalam hal ini adalah
artis idola. Fanatisme akan melahirkan perilaku fanatik yang tercermin dalam tindakan para
penggemarnya. Perilaku fanatik tersebut dapat kita lihat dari konsumsi penggemar, aktivitas
berlebihan yang tidak berdasar pada akal sehat tetapi berdasar pada emosi yang tidak
terkendali. Ketiadaan akal sehat itu mudah membuat orang yang fanatik melakukan hal-hal
yang tidak proporsional, sehingga melakukanhal-hal yang tidak waras yang cenderung
benih-benih sikap yang solider atau fanatisme yang positif, begitu juga sebaliknya
indoktrinasi yang kerdil dapat mengakibatkan benih-benih fanatisme yang cenderung ke arah
fanatisme negatif. Maksudnya adalah ketika seseorang memiliki pendidikan yang tinggi dan
wawasan yang luas terhadap pengetahuan yang ada, maka rasa solidaritas yang muncul dalam
diri orang tersebut karena dapat mengerti dan memahami serta dapat menempatkan suatu hal
pada tempatnya. Berbeda dengan orang yang diberi doktrin secara terus menerus karena tidak
diimbangi dengan wawasanya yang luas, sehingga bukan pengembangan diri berdasarkan
wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki tetapi pembentukan diri yang
dipaksakan berdasarkan doktrin yang diberikan secara terus menerus akan menimbulkan bibit
Perilaku agresi menurut Krahe (2005), yaitu tingka laku yang dimaksudkan untuk
melukai orang, secara fisik, verbal maupun merusak harta benda. Sedangkan, menurut
Berkowitz (Sobur, 2013), perilaku agresi adalah segala bentuk perilaku yang
dimaksudkan menyakiti orang lain secara fisik dan mental. Perilaku agresi memiliki dua
sisi, yakni positif dan negatif, dimana keudanya dimaksudkan untuk memperkuat
kesadaran diri. Sisi positifnya kerap disebut “pernyataan diri” (Asertiveness), yakni
memperkuat kesadaran diri tanpa merugikan atau melukai diri orang lain. Sedangkan, sisi
negatifnya dinamakan tindak kekerasan (violence), yang lebih berpusat pada perampasan