Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. PERILAKU AGRESIIF
1. Memahami Agresif
a. Pengertian Agresif

Pengertian perilaku menurut skinner seorang ahli psikologi ( susanto, 2014)


mengemukakan bahwa “perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus ( rangsangan dari luar ) . oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
ini tersebut merespon. Dalam kehidupan sehari-hari istilah agresif sering
digunakan oleh masyarakat. Istilah agresif dimaknai oleh kebanyakan orang
sebagai hal yang bersifat negative, dan bahkan mengandung akibat ataupun
kerugian bagi orang lain atau dirinya .

Agresif adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan-perasaan


marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik tindakan
kekerasan secara fisik, verbal, maupun menggunakan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan. Tindakan pada umumnya
merupakan tindakan yang disengaja pelaku untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Agresif ( aggression ) perilaku menyerang balik secara fisik ( non
verbal) maupun kata-kata ( verbal ). Agresif merupakan bentuk reaksi terhadap
rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau
keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang, seperti
mencubit, menggigit, menendang dan sebagainya. Sebaliknya, orang tua
berusaha mereduksi mengurangi perilaku agresif anak dengan cara mengalihkan
perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif,
agresivitas anak akan semakin meningkat.

Menurut Rahman (2014: 197) agresi “diartikan sebagai perilaku yang


dimaksudkan untuk melukai orang lain baik secara fisik ataupun psikis”.
Menurut Bandura (dalam Sarwono, 2011:146) menyatakan bahwa perilaku
agresif “merupakan hasil dari proses belajar sosial melalui pengamatan
terhadap dunia sosial”. Menurut Nugraheni (2013:338) “perilaku agresif
merupakan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan utnuk menyakiti
seseorang dan cenderung menyerang baik secara fisik maupun mental yang
merugikan orang lain juga diri sendiri”. Menurut Fatima (2015:49)
menyatakan bahwa “aggression can be defined as an emotion that tends to
hurt, harm or destroy something or someone”. Arti dari pengertian tersebut
yaitu agresi dapat didefinisikan sebagai emosi yang cenderung menyakiti,
melukai atau menghancurkan sesuatu atau seseorang.

Berdasarkan penjelasan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa agresif


merupakan perilaku melukai orang lain baik secara fisik maupun psikis dan
merupakan hasil dari proses belajar sosial melalui pengamatan yang
sejatinya disengaja.
Tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar melalui
pengamatan (observasi) atas tingkah laku yang ditampilkan oleh
individu-individu lain yang menjadi model. Observational atau sosial
modeling adalah metode yang lebih sering menyebabkan agresi.
Anak-anak yang melihat model orang dewasa agresif secara konsisten akan
lebih agresif bila dibandingkan dengan anak-anak yang melihat model orang
dewasa non agresif ( nugraheni, 2013 : 340).
b. Penyebab Perilaku Agresif
Ada penularan perilaku menurut Fisher (dalam Sarwono, 2011:142)
yang disebabkan oleh seseorang melihat tayangan perilaku agresif melalui
televisi atau membaca surat kabar yang memuat hasil perilaku agresif, seperti
pembunuhan, tawuran massal, dan penganiayaan. Munculnya perilaku
agresif pada seseorang karena adanya pengalaman melihat suatu kejadian.
Misalnya saja seorang siswa ketika di rumah sering bermain game perang-
perangan atau melihat tv yang menayangkan tindak kekerasan maka besar
kemungkinan siswa tersebut meniru apa yang telah dilihatnya.
Menurut Sarwono (2011:152-161) penyebab agresi pada manusia,
diantaranya :
1) Sosial
2) Personal
3) Kebudayaan
4) Situasional
5) Sumber daya
6) Media massa
7) Kekerasa dalam rumah tangga
c. Macam Perilaku Agresif
perilaku agresif memiliki karakteristik dan bentuk yang beragam dari rentangan
yang ringan hinga yang berat dan biasanya dapat ditujukan melalui bentuk-
bentuk seperti Bahasa kasar, sering berteman dengan teman sebaya, memaki
atau mengejek.
Macam-macam perilaku agresif menurut Rahman (2014:206-207),
diantaranya :
1) Agresi dilatarbelakangi emosi/marah atau tidak dibedakan menjadi :

a) Emotional aggressions, yaitu agresi yang dilator belakangi oleh


perasaan marah dan emosional. Agresi, sebagai efek dari
membuncahnya emosi dalam diri seseorang.

b) Instrumental aggression, yaitu agresi ini tidak ada kaitannya


dengan perasaan marah. Agresi ini merupakan instrumen untuk
mendapatkan tujuan lain yang dianggap lebih menarik seperti
uang atau jabatan.
2) Agresif sesuai atau tidak dengan norma sosial dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu :

a) Pro-sosial aggression, yaitu agresif yang sesuai dengan norma


sosial yang berlaku.
b) Anti-sosial aggression, yaitu agresi yang tidak sesuai dengan
norma sosial yang berlaku.
3) Agresif berdasarkan pada perilaku itu dilakukan, yaitu :
a) Agresif dilakukan secara langsung (langsung ditujukan pelaku
terhadap korban) atau tidak langsung (dilakukan oleh orang lain,
atau ditujukan kepada orang atau benda yang berhubungan
dengan sasaran agresif).

b) Agresif dilakukan secara aktif (menyakiti orang lain dengan


menunjukkan tindakan atau kata-kata) atau pasif (menyakiti
orang lain dengan tidak melakukan atau mengatakan sesuatu
yang seharusnya dilakukan atau dikatakan).

c) Agresi dilakukan secara verbal (menyakiti orang lain melalui


kata-kata) atau fisik (menyakiti orang lain melalui tindakan)

Factor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku terjadinya perilaku agresif


pada anak yaitu factor internal ( dari dalam ) maupun factor eksternal ( dari
luar) .
Factor internal meliputi :
1. Frustasi : yang dimaksud dengan frustasi adalah situasi dimana individu
terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam
rangka mencapai tujuan . frustasi ( keadaan tidak tercapainya tujuan
perilaku ) menciptakan suatu motif untuk agresif.
2. Stress
Definisi stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal karena oleh
tuntutan fisik, lingkungan, dan situasi social yang berpotensi merusak dan
tidak terkontrol. ( nursan, 2019, 72 ) .

Factor eksternal
1. Teman sebaya : anak yang mempunyai umur sejajar beserta kebiasaan
dan keunikan perandidalam budayanya. Teman sebaya dari pendapat
diatas bisa dijelaskan yaitu individu yang biasanya berusia anak-anak
atau remaja yang mempunyai usia yang sama, atau mempunyai tingakat
kematangan kira-kira sama ( lestari,2018).
2. Lingkungan
Lingkungan merupakan kondisi yang didalamnya terdapat manusiadan
aktivitasnya. Lingkungan masyarakat mempengaruhi kesejahteraan
manusia dan tingkah laku manusia yang tinggal didalamnya ( st. munajat
danusaputra ).
d. bentuk-bentuk perilaku agresif
bentuk-bentuk perilaku agresif sebenarnya sudah terlihat pada masa
bayi, ketika sang bayi sedang mengalami perasaan tidak senang.
Menurut bolman ( dalam sari, 2011) dalam usia 0-6 bulan individu sudah
diperlihatkan agresifnya meski belum dapat dibedakan bentuknya,
perilaku mereka bertujuan mengurangi ketegangan.
Bentuk-bentuk perilaku agresif dan contoh menurut morgan, dkk ( dalam
kulsum, 2014 ) :
 Fisik, aktif, langsung ( menikam, memukul, atau menembak orang
lain
 Fisik, aktif, tidak langsung ( membuat perangkat untuk orang lain,
menyewa orang untuk membunuh )
 Fisik, pasif, langsung ( secara fisik, mencegah orang lain
memperoleh tujuan yang diinginkan atau memunculkan tindakan
yang diinginkan misalnya, aksi duduk dalam demontrasi )
 Fisik, pasif tidak langsung ( menolak melakukan tugas-tugas yang
seharusnya misalnya menolak berpindah ketika melakukan aksi
duduk )
 Verbal aktif, langsung ( menghina orang lain )
 Verbal aktif, tidak langsung ( menyebarkan gossip atau nomor
yang jahat tentang orang lain )
 Verbal, pasif, langsung ( menolak berbicara dengan orang lain,
menolak menjawab pertanyaan-pertanyaan )
 Verbal, pasif, tidak langsung ( tidak mau membuat komentar
verbal, misalnya menolak berbicara dengan orang lain yang
menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidak fair )
Dari beberapa bentuk agresif yang dipaparkan diatas maka dapat
disimpulkan bentuk-bentuk dari agresif adalah bentuk verbal aktif,
langsung dan tidak langsung, bentuk verbal pasif langsung dan tidak
langsung setelah itu agresif fisik aktif, langsung dan tidak langsung, serta
agresif fisik pasif langsung dan tidal langsung.

B. KONSEP KELOMPOK TEMAN SEBAYA

1. Pengertian peran kelompok teman sebaya

Suatu pemberian peluang anak untuk mengasah kepandaian dalam hubungan dan
kolaborasi dengan lainnya, pergaulan didalam diri anak bisa sebagai pembanding
dirinya dirinya dengan individu yang lainnya dan akan menjadi pendorong
munculnya rasa memiliki terhadap kelompoknya (sari, 2019)

2. Pengertian kelompok teman sebaya


Anak yang mempunyai umur sejajar beserta kebisaan dan keunikan peran didalam
budayanya. Teman sebaya dari pendapat diatas bisa dijelaskan yaitu individuyang
biasanya berusia anak-anak atau remaja yang mempunyai usia sama atau
mempunyai tingkat kematangan yang kira-kira sama ( lestari, 2018).

3. Menurut usman dalam lestari (2018) menyatakan bahwa kelompok teman sebaya
adalah sekelompok orang yang memiliki kekuatan dalam ikatan emosionalnya dan
dapat berinteraksi, tukar pikiran, bergaul, dan mendapat pengalaman serta
mempunyai perubahan dan perkembangan dalam kehidupan pribadi dan lingkungan
sosialnya.

4. Fungsi kelompok teman sebaya


a. Kelompok teman sebaya mengajarkan bagaimana melakukan permainan
yang benar, saling kerja sama, dan kejujuran.
b. Memberi posisi persahabatan baik laki-laki atau perempuan
c. Sumber berita dilingkungan keluarga
d. Membagikan peranan dalam social
e. Kelompok teman sebaya juga memberi pergeseran sosialnya
f. Kelompok teman sebaya juga membantu anak keluar dari orang yang bukan
seumuranya.

5. Bentuk bentuk teman sebaya


Lestari (2018) mengungkapkan beberapa bentuk teman sebaya yaitu :
a. Sifat informal dari kelompok teman sebaya : anak membentuk kelompok
dengan usia yang sebanding serta tidak ada campur tangan dari orang
dewasa, seperti geng.
b. Sifat formal dari kelompok teman sebaya : kelompok ini anggota yang
usianya sama dan keterlibatan orang dewasa yang memberi peraturan dan
norma pada kelompok tersebut. Kelompok ini akan memberi nilai-nilai social
yang baik, seperti kelompok tari, pramuka.
c. Sahabat atau teman dekat: dua individu atau lebih dan hampir mempunyai
kesamaan didalam kegemaran atau bakatnya.
d. Kelompok kecil : regu yang mempunyai anggota sedikit
e. Golongan anak yang tidak suka berbaur dengan kelompok terstruktur.
Kelompok ini biasanya anak yang tidak mempunyai minat yang sama

6. Aspek-aspek teman sebaya


Santosa dalam lestari (2018) menyatakan beberapa aspek dalam teman sebaya
diantaranya yaitu :.

 Bekerja sama
Kerja sama dalam teman sebaya itu sangat dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan dan tindakan yang dikerjakan bergotong royong akan lebih mudah.
Keuntungan dari kerjasama individu bisa bertukar pebdapat dengan
kelompoknya.
 Persaingan
Upaya yang dibuat seseorang atau segerombolan orang demi mencapai
keberhasilan berupa kompetatif, seperti persiangan disekolah untuk memperoleh
prestasi belajar yang baik dan menjadi juara kelas.
 Pertentangan
Pertentangan disini yang dimaksud adalah pola hubungan masyarakat yang
dilakukan seseorang ketika mendapat sasaran yang diinginkan sampai orang
lainnya akan hancur.
 Penerimaan
Menonjolnya suatu proses social saat ada anggota kelompok yang terdiri atas
berbagai atas macam suku, tradisi, dan budaya maka seluruhnya harus
menerima tanpa ada yang meninggalkan adat yang dianut sebelum bersatu pada
kelompok lain.
 Akomodasi
Setiap manusia mampu menyelaraskan diri pada lingkungan sampai individu
bergaul bersama orang-orang yang baru dikenal.
 Perpaduan
Perpaduan yang dimaksud disini yaitu proses adanya budaya baru dengan
menghilangkan jati diri dari budayanya lalu membangun budaya yang modern.
Seseorang disini mempunyai kepribadian yang berbeda-beda dan bisa
bergabung dengan lainnya yang mempunyai kepribadian yang berbeda juga ada
yang menghina satu dengan lainnya sampai memperoleh objek yang sesuai.

7. Cara pengukuran peran kelompok teman sebaya


Cara untuk mengukur variable peran kelompok teman sebaya yang ada didalam
data skunder yaitu menggunakan kuisioner dengan skala guttman dalam
pertimbangan ya dan tidak yang berisi pertanyaan-pertanyaan serta telah diuji
validitas dan rebahilitasnya ( rohimah, 2016 ). Skor jawaban berikut :
a. Pertanyaan positif
1) Skor 1 menjawab ya (Y)
2) Skor 0 menjawab tidak (T)

b. Pertanyaan negative
1) Ya (Y) nilai skor 0
2) Tidak (T) nilai skor 1

8. Dampak hubungan teman sebaya


Menurut papalia diane E (2014:366) terdapat dua dampak dari hubungan dengan
teman sebaya, yaitu :
a. Dampak positif
1. Anak dapat mengembangkan ketrampilan yang diperlukan dalam
hubungan social dan inti imitasi serta menumpuk rasa memiliki
2. Belajar kepemimpinan dan keterampilan belajar kerjasama,
beragam peranan dan aturan.
3. Kelompok sebaya membuka pandangan baru dan membebaskan
mereka melakukan penilaian yang mandiri
4. Anak dapat mengukur kemampuan diri dalam kelompok sebaya
secara lebih realistis.
b. Dampak negative
1. Kelompok sebaya bisa memperkuat prasangka negative
2. Anak cenderung menjadi biasa terhadap anak-anak yang mirip
dengan mereka
3. Kelompok juga dapat menumbuhkan kecenderungan anti social,
khususnya anak praremaja rentan oleh tekanan konformitas.

C. KONSEP ANAK USIA SEKOLAH

1. Definisi
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk
sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukkan tanda akhir masa kanak-
kanak yaitu 12 tahun.
Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam
ketrampilan fisik, kognitif dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik
dalam berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih baik jauh
sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya
Anak usia sekolah adalah anak usia antara 6-12 tahun periode ini kadang
disebut sebagai masa anak-anak pertengahan atau masa laten, masa untuk
mempunyai masa tantangan baru. Factor-faktor resiko yang terdapat pada anak usia
sekolah akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga
memiliki peranan penting untuk mendukung keberhasilan proses tumbuh kembang
yang dilalui oleh anak, pada tiap perkembangan anak usia sekolah anak diharapkan
mampu memenuhi perawatan dirinya .
Karakteristik anak usia sekolah menurut hardinsyah dan supariasa (2016) yaitu
anak usia sekolah 6-12 tahun yang sehat memiliki ciri diantaranya adalah banyak
bermain diluar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi serta beresiko terpapar
sumber penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat. Secara fisik dalam
keseharianya anak akan aktif bergerak, berlari, melompat dsb. Akibat dari tingginya
aktivitas yang dilakukan anak, jika tidak diimbangi dengan asupan zat gizi yang
seimbang dapat menimbulakn beberapa masalah gizi yaitu antaranya adalah
malnutrisi ( kurang energy dan protein ), anemia defisiensi besi, kekurangan vitamin
A dan kurangnya yodium.

2. Kelompok anak
a. Usia pra sekolah : 2-5 tahun
b. Usia sekolah : 6-12 tahun
c. Usia remaja : 13-18 tahun

3. Ciri-ciri anak usia sekolah


Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6tahun dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
 Label yang digunakan oleh orang tua
1. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
lebih dipengaruhi oleh teman sebaya daripada orangtua ataupun
keluarga lainya
2. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak diperdulikan dan ceroboh
dalam penampilan
3. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan
membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
 Label yang digunakan pendidikan/guru
1. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri
pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai ketrampilan penting
tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler
2. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat suksesyang cenderung
menetap sampai dewasa
 Label yang digunakan oleh ahli psikologi
 Usia kelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima
oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok
 Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang
disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
 Usia kreatif : suatu masa akan menentukan apakah anak akan menjadi
konformis ( pecinta karya baru ) atau tidak
 Usia bermain suatu masa yang mempunyai keinginan barmain yang
sangat besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain.
A. Tugas perkembangan orang tua dengan anak usia sekolah
Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa
bahwa tahapan ini lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah
sudah dapat berjalan secara rutin. Anak secara secara umum merasa puas
mengenai hubungannya dengan orangtua dan mulai terlibat dalam aktivitas
rumah tangga.
Mensupport perkembangan anak Mendukung perkembangan anak
dilakukan dengan cara membiarkan anak untuk pergi dan bergabung dengan
dunia diluar rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit waktu anak tersebut
berada dirumahnya. Sejak pagi hingga siang anak harus bersekolah, kemudian
setelah itu tidak jarang anak mengikuti kegiatan olahraga atau klun-klub tertentu
bersama dengan grupnya , sehingga anak pulang kerumah dalam keadaan lelah
pada malam hari untuk beristirahat, berlibur bersama, ikut camp, mengunjungi
kerabat pada hari libur dsb. Semua kegiatan tersebut diatas sangat baik untuk
perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman dan untuk
perkembangan kepribadianya.
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk
mencegah adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit untuk
mencegah adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau
pemulihan dari kecelakaan. Banyak system sekolah yang mengharuskan bukti
imunisasi anak sebelum menerima mereka kesekolah yang mengharuskan bukti
imunisasi anak sebelum menerima mereka kesekolah tiap tahun. Dipteria,
tetanus, pertussis, polio, campak, gondok, dan rubella adalah imunisasi yang
biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA.
B. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah

 Menyediakan tempat tinggal yang cocok dan memperhatikan kesehatan


anak
 Keuangan keluarga dengan anak usia sekolah
 Pemberian tanggungjawab dalam memelihara rumah
 Sosialisasi
 Komunikasi didalam keluarga dan anak usia sekolah
Karakteristik anak-anak usia pertengahan dan akhir
Masa anak-anak sebagai masa pertumbuhan yang khusus. Periode
masa pertengahan dan akhir masa anak-anak meliputi pertumbuhan yang
lambat dan konsisten. masa ini merupakan suatu periode tenang sebelum pertumbuhan
yang cepat menjelang masa remaja.
a. Perkembangan Kognitif.
Perkembangan kognitif anak-anak masa pertengahan dan akhir
bertitik tolak dari teori Piaget tentang pemikiran operasional konkret.
Pemikiran operasional konkret terdiri dari operasi-operasi atau tindakan-
tindakan mental yang memungkinkan anak melakukan secara mental apa
yang telah dilakukan sebelumnya secara fisik. Karakteristik pemikiran
operasional konkret adalah sebagai berikut :
1. Dapat melakukan operasi-operasi, dengan mengubah tindakan secara
mental, memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan konservasi.
2. Penalaran secara logis menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya di
dalam keadaan-keadaan konkret.
3. Tidak abstrak (misalnya: tidak dapat membayangkan langkah-langkah
persamaan aljabar).
4. Memiliki ketrampilan-ketrampilan klasifikasi, dapat menggolongkan
benda-benda ke dalam perangkat-perangkat dan sub-subperangkat serta
bernalar tentang keterkaitannya. Memori jangka panjang (long term
memory) anak-anak bertambah selama masa pertengahan dan akhir
masa anak-anak. Pengetahuan anak-anak juga mempengaruhi memori
mereka.
b. Perkembangan Sosial.
Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, diri internal, diri
sosial, dan diri komparatif secara sosial menjadi lebih sangat menonjol
dalam pemahaman diri. Anak-anak usia sekolah dasar semakin
menggambarkan diri mereka dengan karakteristik-karakteristik internal
dan
psikologis. Anak-anak di usia ini juga cenderung mengidentifikasikan diri
mereka berdasarkan karakteristik-karakteristik sosial dan perbandingan
sosial.
1. Keluarga.
Anak-anak masa pertengahan dan akhir hanya memiliki waktu
yang relatif sedikit dengan orang tuanya. Sedikit waktu untuk
mendapat asuhan, bimbingan, pengajaran membaca, berbicara
dan bermain. Anak-anak lebih menghabiskan waktunya dengan
teman-teman sebayanya.
2. Perkembangan Relasi teman sebaya.
Sepanjang masa pertengahan dan akhir anak-anak, anak-anak
lebih banyak meluangkan banyak waktu untuk bersama dengan
teman-teman sebayanya, bermain dan berinteraksi dengan teman
sebayanya. Seperti halnya dengan masa awal anak-anak,
berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang
banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir
masa kanak-kanak. Di sisi lain, teman sebaya, baik di lingkungan
rumah maupun sekolah, juga merupakan pihak yang seringkali
dikatakan memberikan pengaruh buruk pada perilaku anak.
Bukan berarti pergaulan mereka kemudian harus dibatasi, karena
anak tetap memerlukan teman untuk melatih kemampuannya
bersosialisasi dan kematangan emosinya. Persahabatan anak-
anak mengandung 6 fungsi yaitu: kawan, dorongan, semangat,
dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial, keakraban
dan afeksi.
3. Sekolah.
Di samping keluarga dan teman-temannya sekolah juga
mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan
selama pertengahan dan akhir masa kanak-kanak. Interaksi
dengan guru dan teman sebaya di sekolah, memberikan suatu
peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan
kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh
pengetahuan tentang dunia serta mengembangkan konsep diri
sepanjang masa pertengahan dan akhir masa kanak-kanak .
c. Perkembangan Moral.
Menurut Piaget perkembangan moral anak-anak kecil ditandai
oleh moralitas heteronom dan ketika usia 10 tahun mereka akan beralih
pada suatu tahap yang lebih tinggi yaitu moralitas otonom. Anak-anak
yang lebih tua percaya bahwa aturan dapat berubah dan sadar bahwa
hukuman tidak selalu menyertai suatu perbuatan yang salah.

D. Kerangka teori

Perilaku siswa agresif

Sikap atau gejala Bertingkah laku


Sikap menyerang,
individu berperilaku tempramen, suka
tidak mempedulikan
agresif bertengkar
hak orang lain
Karakteristik
Verbal & non Anti sosial
perilaku agresif
verbal

Menyerang
Bentuk perilaku lingkungan
Menyerang fisik
agresif sosia

Memberi Ciri-ciri Ancaman


ancaman perilaku dan
agresif menyerang
fisik

Dinamika
perilaku
agresif

Factor
penyebab

Gambar 1. Kerangka teori penelitian perilaku agresif pada siswa SMP ( studi kasus pada 3
siswa di SMP N 3 UNGARAN tahun 2016-2017 )

Anda mungkin juga menyukai