Anda di halaman 1dari 2

Prasangka dan agresi

Prasangka dan agresi secara tradisional penting, bahkan menjadi topik sentral dalam
psikologi sosial. Hal ini dibuktikan dengan penelitian-penelitian yang masih muncul di berbagai jurnal
ilmiah di bidang psikologi khususnya psikologi sosial dulu dan sekarang.

Salah satu hipotesis bahwa frustasi (perasaan tidak mencapai tujuan) menjadi penyebab
agresi (Nashori, 2008) dapat dengan mudah diterima oleh pikiran kita. Agar apa yang nalar itu
dipercayai kebenarannya, maka ia harus dicek kebenarannya secara empiris melalui suatu metode
ilmiah. Psikologi Prasangka dan Agresi adalah kajian yang disajikan psikologi sosial didukung oleh
realitas yang berkembang dalam kehidupan manusia. Selain itu, proses pengembangan ilmu dalam
psikologi sosial harus berbasis etika, baik dalam proses pengambilan data, pengembangan teori,
maupun dalam publikasi ilmiah.

Agresi dan prasangka adalah dua konsep yang berbeda dalam psikologi dan perilaku
manusia, tetapi keduanya seringkali terkait satu sama lain. Mari kita jelaskan keduanya:

1. Agresi
Agresi merujuk pada perilaku yang bersifat merusak atau menyerang. Ini bisa
melibatkan tindakan fisik atau perilaku verbal yang ditujukan kepada orang atau benda.
Agresi dapat berasal dari berbagai faktor, termasuk emosi, frustrasi, dorongan untuk
melindungi diri, atau bahkan dorongan kekuasaan. Ada dua jenis utama agresi:
 Agresi Verbal: Ini mencakup penggunaan kata-kata kasar, ancaman, hinaan,
atau komunikasi verbal yang merugikan orang lain.
 Agresi Fisik: Ini melibatkan tindakan fisik yang merusak atau melukai orang
atau benda.

Agresi bisa menjadi reaksi alami terhadap situasi tertentu, tetapi ketika tidak diatur
dengan baik, bisa menjadi masalah dalam hubungan sosial.

2. Prasangka
Prasangka merujuk pada sikap atau pandangan negatif dan tidak adil terhadap
sekelompok orang atau individu berdasarkan karakteristik mereka, seperti ras, agama,
etnisitas, jenis kelamin, orientasi seksual, atau atribut lainnya. Prasangka dapat bersifat
sadar atau tidak sadar dan dapat mengarah pada diskriminasi atau perlakuan tidak adil
terhadap orang atau kelompok tertentu.
Prasangka seringkali muncul karena ketidakfahaman, stereotip, atau ketakutan
terhadap yang tidak diketahui. Ini dapat memengaruhi cara individu berinteraksi dengan
orang lain dan mungkin menyebabkan diskriminasi atau ketidaksetaraan.

Kaitan antara Agresi dan Prasangka:

Agresi sering kali dapat dipicu oleh prasangka. Orang yang memiliki prasangka negatif
terhadap kelompok tertentu cenderung lebih mungkin mengekspresikan agresi terhadap individu
atau kelompok tersebut. Prasangka dapat memicu perasaan ketidakpuasan atau ketidaksetaraan,
yang dalam beberapa kasus bisa mengarah pada tindakan agresif atau diskriminatif.

Penting untuk memahami dan mengatasi baik prasangka maupun agresi dalam upaya
mempromosikan hubungan yang lebih positif dan toleran di masyarakat. Pendidikan, kesadaran, dan
komunikasi yang efektif dapat membantu mengurangi prasangka dan meminimalkan tindakan agresif
yang mungkin timbul darinya.
Sumber:
Fuad Nashori. (2017). Psikologi Prasangka dan Agresi. Universitas Islam Indonesia.
Muh Nur Fajar N.Y. (2009). Hubungan antara Prasangka dan Perilaku Agresif pada
Masyarakat Jawa pada Masyarakat Tionghoa di Kelurahan Kemlayan Surakarta.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai