Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

AGRESIVITAS
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai melalui pemberitaan media masa atau dalam
berbagai kejadian adanya bentuk-bentuk perilaku agresif, baik secara verbal seperti kata-
kata kasar , umpatan , cacian, cemoohan maupun non verbal, seperti pemukulan,
pemerkosaan, pembunuhan maupun tindakan kekerasan fisik lainnya. Perilaku agresif
menurut Scheneiders ( dalam badrun Susantyo, 2011) adalah sebagai luapan emosi atas
reaksi tehadap kegagalan individu yang ditunjukkan dalam bentuk perusakan terhadap
orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dalam bentuk kata-kata
(verbal) dan perilaku non verbal.

Pendekatan dalam memahami perilaku agresif


Ada beberapa pendekatan dalam memahami terjadinya perilaku agresif , meskipun
kenyataannnya perilalaku agresi bisa jadi terjadi karena berbagai sebab atau tidak hanya
dipegaruhi oleh satu faktor saja. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain sebagai berikut
:

1. Faktor Internal

Manusia melakukan perilaku agresi berasal dari adanya kecenderungan bawaan untuk
bersifat agresif. Pendukung pendekatan ini antara Sigmund Freud yang berpendapat
bahwa di dalam diri manusia ada insting untuk mati yang pemunculannya adalah dalam
bentuk perilaku agresif. Menurut Freud semula insing ini tujuannya adalah pada diri
sendiri tetapi kemudian arahnya diubah keluar yaitu pada orang lain. Pendukung lain

dikemukakan oleh Konrad Lorenz yang berpendapat bahwa perilaku agresi muncul karena adanya

insting untuk berkelai dari manusia dan spesies lainnya. Insting ini ada karena hanya mereka yang

kuat yang akan bertahan dalam evolusi manusia. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa

perilaku agresif dipengaruhi oleh adanya adanya bagian di otak yang apabila kena rangsangan akan

menimbulkan perilaku agresif. Ada yang berpendapat bahwa perilaku sgresi dipengaruhi
oleh faktor hormonal. Seperti yang dikemukakan oleh Macoby dan Jacklyn bahwa laki-
laki cenderung lebih agresif dari pada perempuan karena pengaruh hormon. Sementara
ada yang kurang setuju dengan pendapat tersebut, mereka berpendapat bahwa
perbedaan laki-laki dan perempuan disebabkan oeh faktor sosialisasi.

2. Frustrasi- Agresi

Menurut pandangan ini jika seseorang mengalami frustrasi atau gagal untuk mencapai
tujuan akan merangsang timbulanya dorongan untuk menyakiti orang atau objek yang
dianggapnya menjadi penyebab terjadinya frustrasi ( Berkowitz, 1998 ). Dalam
kenyataannya kadang kala bila seseorang mengalami frustrasi tidak tentu bisa
menyalurkan agresinya pada objek yang menjadi sumber frustrasinya. Oleh sebab itu
kadang orang menyalurkan agresinya pada objek lain. Yang sering dijadikan objek
agresi adalah objek yang mirim dengan sumber frutrasi atau jika tidak ada maka objek
terdekat menjadi sasaran.

PROSES AGRESI

Meniru ( Imitasi )

Kejadian atau perilaku agresi yang disaksikan sehari-hari bisa merangsang orang untuk
menirunya. Perilaku meniru yang paling efektif biasanya terjadi pada orang-orang yang
memiliki hubungan emosional yang dekat dan dikaguminya. Disamping itu peniruan perilaku
agresi terjadi dari informasi yang diperoleh dari media masa. Misalnya seorang anak meniru
tindak kekerasan yang dilihat dari TV atau media yang lain.

Pembelajaran

Dalam kehidupan sehari-hari ada perilaku yang muncul karena hasil dari proses
pembelajaran. Salah satu cara membelajarkan ini dilakukan dengan pemberian hadiah dan
hukuman. Misalnya seorang anak yang penakut dimotivasi oleh ayahnya jika ada temannya
yang meremehkan darinya pukul saja atau serang saja dia. Maksud si ayah semula adalah
mengajarkan keberanian pada anaknya, tetapi tanpa disadari si ayah juga mengjarkan perilaku
agresif pada anaknya.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AGRESI

Provokasi

Biayasa seseorang yang menjadi sasaran agresi berusaha untuk menghidar. Tetapi ada juga
yang beranggapan bahwa daripada menghindar terus lebih baik dihadapi dengan melawan.
Perlawanan ini bisa dilakukan baik secara fisik atau secara verbal. Perlawanan seperti ini
biasanya muncul dalam perilaku agresi juga.

Kondisi Aversif

Bila seseorang ada dalam kondisi ketidak seimbangan maka ada mekanisme yang berjalan
untuk mengupayakan kembali ke dalam kondisi seimbang. Ketidak seimbangn muncul antara
lain dalam kondisi aversif, yaitu kondisi dimana seseorang merasa ada dalam keadaan yang
kurang menyenangkan dan ingin dihindarinya. Cara kembali pada kondisi seimbang antara
lain dengan melakukan perilaku agresi bila objek yang dihadapi berupa manusia atau
makhluk hidup lainnya. Dalam hal ini efek senjata hanya berfungsi sebagai pemicu bukan
penyebab utama agresi.

Isyarat Agresi

Isyarat agresi adalah stimulus yang diasosiasikan dengan sumber frustrasi yang
menyebabkan agresi bisa berupa orang atau senjata ( Faturahman , 2002 ). Keberadaan
senjata tertentu yang biasa digunakan untuk melakukan agresi bisa meransang timbulnya
perilaku agresi.
Kehadiran Orang Lain

Kehadiran orang terutama yang agresif diperkirakan berpotensi menimbulkan perilaku agresi,
dalam hal ini orang berpartisipasi melakukan tindakan agresi. Di lain pihak kehadiran orang
yang memiliki otonomi dan berwibawa cenderung menghambat perilaku agresi.

Karakteristik Individu

Fenomena yang sering ditemukan adalah adanya stimulasi dari beberapa faktor dari luar akan
memeperkuat potensi -potensi yang ada dalam diri individu untuk berperilaku agresif.
Dengan demikian bukan hanya faktor luar yang menyebabkan munculknya perilaku agresi
tetapi juga ditentukan oleh karakteristik dari individu yang bersangkutan. Laki-laki pada
umumnya lebih agresif daripada wanita, dan wanita biasanya lebih bisa berempati sehingga
agresivitasnya lebih rendah.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN AGRESI

Perilaku agresi berasal dari inteaksi yang kompleks dari berbagai peristiwa eksternal,,kognisi
dan karakteristik pribadi, karenanya bisa dicegah atau dikurangi. Baron dan Byrne ( 2003 )
mengemukakan beberapa prosedur di bawah ini yang jika dilakukan dengan tepat dapat
mengurangi frekuensi atau intensitas agresi manusia.

1. Hukuman : hukuman dapat menjadi efektif mengurangi agresi, jika diberikan pada
kondisi-kondisi tertentu. Kondisi yang harus dipenuhi agar pemberian hukuman
efektif mengurangi perilaku agresi adalah : a. Harus segera diberikan. B. Harus pasti
dalam arti adanya peluang yang tinggi untuk diterimanya hukuman setelah adanya
perilaku agresi c. Harus kuat,dalam arti hukuman dirasa sangat tidak menyenangkan
bagi penerimanya. d. Dipersepsikan oleh penerima memang layak untuk diterimanya
sebagai perilaku agresi.

2. Katarsis : Ada dugaan bahwa terlibat dalam aktivitas keras dapat mengurangi
keterangsangan emosi , tetapi hanya bersifat sementara. Misalnya berteriak dalam
ruang kosong, melakukan olah raga keras atau tindakan lainnya yang tidak berbahaya
hanya akan mengurangi keterangsangan untuk melakukan tindakan agresi tetapi
sifatnya sementara.

3. Pengakuan bersalah yang diikuti dengan permintaan maaf dan keterlibatan dalam
aktivitas yang mengalihkan perhatian dari penyebab amarah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengakuan atas kesalahan yang telah dilakukan dan permintaan
maaf bermanfaat untuk mengurangi agresi ( Ohbuchi,Kameda & Agarie, 1989). Jika
seorang dalam kondisi sangat marah maka kemampuan untuk berpikir dan
mengevaluasi konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dapat berkurang secara
drastis sehingga kegiatan yang bisa menghambat perilaku agresi bisa menghilang.
Dalam kondisi seperti itu seringkali orang melakukan tindakan tanpa pertimbangan
matang dan kurang terkendali tidak saja pada orang yang menjadi penyebab
kemarahan tetapi juga pada orang lain yang ditemui. Oleh sebab itu segala upaya

4. Pemaparan terhadap model non agresif, pelatihan dalam keterampilan sosial serta
pembangkitan kondisi afeksi yang tepat dengan agresi.

Anda mungkin juga menyukai