Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Dewasa ini kita sering kali mendengar bahkan melihat tindak kekerasan yang
terjadai dalam lingkungan sekitar kita. Tidak jarang pula pada lingkungan keluarga.
Keluarga yang seharusnya menjadi contoh teladan bagi putra putrinya, entah itu secara
sadar atau tidak, sekarang justru berbalik mencelakai. Hal ini dapat kita lihat makin
maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga, dan juga penyiksaan terhadap anak.

Terkadang kita dapat menyaksikan perilaku sadistik di lingkungan tetangga atau


teman dekat sekalipun. Sangat disayangkan di lingkungan kita tidak lagi tercipta rasa
aman. Hal ini dapat memicu konflik sosial, seperti tidak akan percaya kepada setiap
orang di sekitar kita, kita juga akan selalu cenderung waspada. Hal itu bagus, tetapi
terlalu curiga terhadap orang lain juga akan menimbulkan efek yang tidak baik. Jika
dibiarkan akan mencapai taraf yang lebih parah, seperti paranoid yang berlebihan.
Selain itu baik pelaku atau korban tetap akan dirugikan. Sipelaku akan masuk penjara,
sedangkan paling parah korbannya akan meninggal. Atas pertimbangan itulah dalam
makalah ini akan dibahas mengenai agresi.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Pengertian agresi

B. Proses agresi

C. Faktor-faktor agresi

D. Cara mengurangi perilaku agresif

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian agresi

Agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk lain
dengan tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukai tersebut berusaha untuk
menghindarinya. Dari definisi tersebut terdapat empat masalah penting dalam agresi.
Pertama, agresi merupakan perilaku. Kedua, ada unsur kesengajaan. Ketiga,
sasarannya adalah makhluk hidup, terutama manusia. Keempat, ada usaha
menghindar pada diri korban.[1]

Secara umum, agresi memiliki dua sisi, yakni positif dan negatif, dimana
keduanya dimaksudkan untuk memperkuat kesadaran diri. Sisi positifnya kerap disebut
“pernyataan diri” (assertiveness), yakni memperkuat kesadaran diri tanpa merugikan
atau melukai diri orang lain. Sedangkan sisi negatifnya kita namakan tindak kekerasan
(violence), yang lebih berpusat pada perampasan hak-hak atau kesadaran diri orang
lain.[2] Terjadinya agresi (negatif) dalam kehidupan manusia itu dikarenakan tidak
adanya mekanisme biologis dalam diri manusia untuk menghambat sikap agresif
tersubut. Selain itu problematika manusia berbuat agresi (negatif) adalah ia tidak hanya
hidup di dunia “nyata”, tetapi juga di dunia simbolis. Dengan kata lain, kita telah
memperluas “ego” melebihi diri kita sendiri dan dari segala apa yang kita cintai kepada
sesuatu yang bersifat simbolik.

B. Proses agresi

Agresi merupakan perilaku melukai orang lain, perilaku tersebut pastilah terjadi
melalui proses. Proses tersebut antara lain:

1. Melalui pemodelan

Dengan melihat berbagai kejadian yang menstimulasi agresi, orang bisa menjadi
agresif. Proses meniru seperti itu biasa disebut sebagai pemodelan atau imitasi. Salah
satu karakteristik penting dalam proses modeling ini adalah adanya hubungan
emosional yang kuat antara model dengan peniru. Biasanya orang yang ditiru adalah
orang yang dikagumi.[3]
Belajar sosial yang paling banyak berpengaruh akhir-akhir ini adalah media televisi.
Sering terjadi bahwa proses peniruan memang tidak didasari oleh rasionalitas,
sehingga orang yang menyaksikan kekerasan di televisi bisa menjadi ikut-ikutan
agresif. Bahwa dengan melakukan peniruan itu, peniru merasa diberi reward dari orang
yang ditirunya.

Meskipun para pakar psikologi masih mempertanyakan sejauh mana TV dan


bioskop mempengaruhi perilaku manusia, sebagian besar peneliti memberikan
kesimpulan “bahwa menonton kekerasan memang meningkatkan agresi antar pribadi,
terutama dikalangan anak kecil”. Kekerasan dalam film dapat menimbulkan perilaku
agresif melalui beberrapa cara:

1. Dengan mengajarkan gaya tindakan agresif.

2. Dengan meningkatkan keterbangkitan.

3. Dengan membuat orang tidak peka terhadap kekerasan.

4. Dengan mengurangi kendala pada perillaku agresif.

5. Dengan mengubah tentang cara penyelesaian konflik.[4]

2. Melalui pembelajaran

Dalam proses pemodelan, meakipun peniru merasa mendapatkan hadiah dengan


melakukan hal yang sama dengan pelaku, sebenarnya antara peniru dan yang ditiru
memiliki hubungan yang jelas dalam konteks prosesnya. Disisi lain, sering ada
kesengajaan seseorang meminta orang lain melakukan suatu perbuatan dengan
memberi imbalan apabila orang tersebut mau melakukan. Contah yang ekstrim dalam
hal ini adalah eksekutor yang bekerja sebagai tukang jagal. Hubungan inilah yang
biasanya disebut sebagai proses belajar terkondisi.[5]

C. Faktor-faktor agresi
Agresi adalah tingkah laku yang dapat menyakiti orang lain. dalam agresi
terdapat beberapa faktor dan tiap faktor agresi dapat berbeda dengan tindakan agresi
yang satu dengan agresi yang lainnya tergantung dari tindakan agresi itu sendiri dan
dimana tindakan agresi itu terjadi. Akhir-akhir ini tindakan agresi banyak terjadi di
lingkup sosial baik di sekolah maupun lingkup sosial lainnya. Di bawah ini ada beberapa
faktor penyebab terjadinya Agresi atau Agresivitas:

1. Faktor Biologis

Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresi:

a. Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang


mengatur perilaku agresi.

b. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau
menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi.

c. Kimia darah. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan
faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.

2. Faktor Naluri atau Insting

Menurut Sigmund Freud, bahwa dalam diri manusia terdapat dua jenis insting yakni
eros ( naluri kehidupan ) dan thanatos (naluri kematian) agresi adalah ekspresi dari
naluri kematian (thanatos). Agresi dapat diarahkan kepada orang lain atau sasaran-
sasaran lain (eksternal) dan dapat pula pada diri sendiri (internal).

3. Faktor Amarah

Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf parasimpatik
yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya
disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga
tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau
melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal-hal tersebut
disalurkan maka terjadilah perilaku agresi.
4. Faktor Frustrasi

Frustrasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai
suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi
merupakan salah satu cara berespon terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal
adalah akibat dari frustrasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur,
keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi
sulit sekali tercapai. Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berperilaku agresi.

5. Faktor sosial learning (peran belajar model kekerasan)

Dewasa ini tindakan agresi dapat di contoh dari beberapa media anak-anak dan
remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui Televisi dan juga
"games" atau pun mainan yang bertema kekerasan. Acara-acara yang menampilan
adegan kekerasan hampir setiap saat dapat ditemui dalam tontonan yang disajikan di
televisi mulai dari film kartun, sinetron, sampai film laga.[6]

D. Cara mengurangi perilaku agresif

Perilaku agresif merupakan masalah utama dalam masyarakat manusia.


Kejahatan individual dan kekerasan sosial dalam skala besar sangat merugikan dan
membayakan kesejahteraan individu maupun struktur sosial secara umum. Karena itu
pemahaman tentang cara mereduksi agresifitas merupakan hal yang sangat penting.

Dalam situasi tertentu orang akan melakukan agresi atau tidak, ditentukan oleh
tiga variabel:

1) Intensitas amarah seseorang, yang sebagian ditentukan oleh taraf frustasi atau
serangan yang menimbulkannya, dan sebagian ditentukan oleh tingkat persepsi
individu terhadap frustasi yang menimbulkan amarah ini.

2) Kecenderungan untuk mengekspresikan amarah, yang pada umumnya dientukan


oleh apa yang telah dipelajari seseorang tentang agresivitas, dan pada khususnya
ditentukan oleh sifat situasi ini.
3) Kekerasan dilakukan karena alasan lain yang lebih bersifat instrumental.

Adapun cara untuk mengurangi perilaku agresif antara lain:

a) Mengurangi frustrasi

b) Orang dapat diajar untuk tidak melakukan agresi dalam situasi tertentu, atau
dapat belajar untuk menekan agresivitas pada umumnya. Misalnya, anak belajar untuk
tidak berkelahi dalam kelas, dan pada umumnya juga diajari untuk berhati-hati agar
tidak saling melukai.

c) Memberi hukuman atau pembalasan, rasa takut terhadap hukuman atau


pembalasan bisa menekan perilaku agresif.[7]

IV. KESIMPULAN

Agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk lain dengan
tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukai tersebut berusaha untuk
menghindarinya. Agresi dapat terjadi melalui dua proses yaitu melalui pemodelan dan
pembelajaran.

Adapun periku agresif itu sendiri dikarenakan berbagai faktor, antara lain:

1. Faktor Biologis

2. Faktor Naluri atau Insting

3. Faktor Amarah

4. Faktor Frustrasi
5. Faktor sosial learning (peran belajar model kekerasan)

Perilaku agresif merupakan masalah utama dalam masyarakat manusia. Oleh


karena itu perilaku agresi perlu dikurangi dengan cara mengurangi frustasi, mengajari
anak untuk tidak berlaku agresi dan memberikan hukuman bagi pelaku agresi. Dengan
cara seperti itulah agresifitas akan berkurang.

V. PENUTUP

Demikian makalah yang berjudul agresi ini kami buat. kami menyadari makalah ini
masih banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. semoga
makalah ini bermanfaat.

[1] Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial, Yogyakarta, Pustaka, 2006, hal. 82

[2] C. George Boeree, Pssikologi Sosial, Yokyakarta, Prismasophie, 2008, hal. 167

[3] Opcit, Faturochman, hal. 85

[4] Opcit, George Boeree, hal 170

[5] Opcit, Faturchman, hal. 86

[6] http://smileandsprit blogspot. Com /2011/ 03/factor-faktor-agresi. Html. Minggu, 18


Maret 2012 jam 10.00 wib.

[7] David O. Sears, Jonathan L. Freenman & L. Anne Peplau, Psikologi Sosial, Jakarta:
Erlangga, 1994, hal. 19

Anda mungkin juga menyukai