Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perilaku agresif kini dilakukan oleh berbagai usia baik itu anak – anak,
remaja, maupun dewasa, bahkan lansia. Perilaku agresif ini pula dilakukan
oleh perseorangan maupun kelompok. Tidak jarang kita melihat sendiri
perilaku agresif tersebut, bahkan mungkin kita sendiri yang menjadi pelaku
perilaku agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.
Perilaku agresif bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
lingkungannya. Perilaku menyimpang tersebut merugikan perkembangan
dirinya dalam hal keamanan dan kenyamanan orang lain. Dampak perilaku
agresif tidak hanya mempengaruhi emosional dan perilaku, tetapi
mempengaruhi prestasi, dan bersosialisasi pada masyarakat.
Menurut Berkowitz (dalam Barbara Krahe, 2005:18) agresi dalam
hubungannya dengan pelanggaran norma atau perilaku yang tidak dapat
diterima secara sosial.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian agresi
2. Proses agresi
3. Faktor-faktor agresi
4. Cara mengurangi perilaku agresif
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu agresi
2. Mengetahui cirri-ciri agresi
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab agresi
4. Mengetahui tindakan pada lansia dengan agresi

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Agresi
Agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk
lain dengan tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukai tersebut berusaha
untuk menghindarinya. Dari definisi tersebut terdapat empat masalah penting
dalam agresi. Pertama, agresi merupakan perilaku. Kedua, ada unsur
kesengajaan. Ketiga, sasarannya adalah makhluk hidup, terutama manusia.
Keempat, ada usaha menghindar pada diri korban.
Secara umum, agresi memiliki dua sisi, yakni positif dan negatif,
dimana keduanya dimaksudkan untuk memperkuat kesadaran diri. Sisi
positifnya kerap disebut “pernyataan diri” (assertiveness), yakni memperkuat
kesadaran diri tanpa merugikan atau melukai diri orang lain. Sedangkan sisi
negatifnya kita namakan tindak kekerasan (violence), yang lebih berpusat
pada perampasan hak-hak atau kesadaran diri orang lain.
Terjadinya agresi (negatif) dalam kehidupan manusia itu dikarenakan
tidak adanya mekanisme biologis dalam diri manusia untuk menghambat
sikap agresif tersubut. Selain itu problematika manusia berbuat agresi
(negatif) adalah ia tidak hanya hidup di dunia “nyata”, tetapi juga di dunia
simbolis. Dengan kata lain, kita telah memperluas “ego” melebihi diri kita
sendiri dan dari segala apa yang kita cintai kepada sesuatu yang bersifat
simbolik.
B. Proses agresi
Agresi merupakan perilaku melukai orang lain, perilaku tersebut pastilah
terjadi melalui proses. Proses tersebut antara lain:
1. Melalui pemodelan
Dengan melihat berbagai kejadian yang menstimulasi agresi, orang bisa
menjadi agresif. Proses meniru seperti itu biasa disebut sebagai pemodelan

2
atau imitasi. Salah satu karakteristik penting dalam proses modeling ini
adalah adanya hubungan emosional yang kuat antara model dengan peniru.
Biasanya orang yang ditiru adalah orang yang dikagumi.
Belajar sosial yang paling banyak berpengaruh akhir-akhir ini adalah
media televisi. Sering terjadi bahwa proses peniruan memang tidak didasari
oleh rasionalitas, sehingga orang yang menyaksikan kekerasan di televisi
bisa menjadi ikut-ikutan agresif. Bahwa dengan melakukan peniruan itu,
peniru merasa diberi reward dari orang yang ditirunya.
Meskipun para pakar psikologi masih mempertanyakan sejauh mana TV
dan bioskop mempengaruhi perilaku manusia, sebagian besar peneliti
memberikan kesimpulan “bahwa menonton kekerasan memang
meningkatkan agresi antar pribadi, terutama dikalangan anak kecil”.
Kekerasan dalam film dapat menimbulkan perilaku agresif melalui
beberrapa cara:
a. Dengan mengajarkan gaya tindakan agresif.
b. Dengan meningkatkan keterbangkitan.
c. Dengan membuat orang tidak peka terhadap kekerasan.
d. Dengan mengurangi kendala pada perillaku agresif.
e. Dengan mengubah tentang cara penyelesaian konflik.
2. Melalui pembelajaran
Dalam proses pemodelan, meakipun peniru merasa mendapatkan
hadiah dengan melakukan hal yang sama dengan pelaku, sebenarnya antara
peniru dan yang ditiru memiliki hubungan yang jelas dalam konteks
prosesnya. Disisi lain, sering ada kesengajaan seseorang meminta orang
lain melakukan suatu perbuatan dengan memberi imbalan apabila orang
tersebut mau melakukan. Contah yang ekstrim dalam hal ini adalah
eksekutor yang bekerja sebagai tukang jagal. Hubungan inilah yang
biasanya disebut sebagai proses belajar terkondisi.

3
C. Faktor-faktor agresi
Agresi adalah tingkah laku yang dapat menyakiti orang lain. dalam agresi
terdapat beberapa faktor dan tiap faktor agresi dapat berbeda dengan tindakan
agresi yang satu dengan agresi yang lainnya tergantung dari tindakan agresi
itu sendiri dan dimana tindakan agresi itu terjadi. Akhir-akhir ini tindakan
agresi banyak terjadi di lingkup sosial baik di sekolah maupun lingkup sosial
lainnya. Di bawah ini ada beberapa faktor penyebab terjadinya Agresi atau
Agresivitas:
1. Faktor Biologis
Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresi:
a. Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak
yang mengatur perilaku agresi.
b. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat
memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan
agresi.
c. Kimia darah. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian
ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.
2. Faktor Naluri atau Insting
Menurut Sigmund Freud, bahwa dalam diri manusia terdapat dua jenis
insting yakni eros ( naluri kehidupan ) dan thanatos (naluri kematian)
agresi adalah ekspresi dari naluri kematian (thanatos). Agresi dapat
diarahkan kepada orang lain atau sasaran-sasaran lain (eksternal) dan dapat
pula pada diri sendiri (internal).
3. Faktor Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat
yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata
salah atau mungkin juga tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin
menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya

4
timbul pikiran yang kejam. Bila hal-hal tersebut disalurkan maka terjadilah
perilaku agresi.
4. Faktor Frustrasi
Frustrasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam
mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan
tertentu. Agresi merupakan salah satu cara berespon terhadap frustasi.
Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustrasi yang berhubungan
dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan
adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai.
Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berperilaku agresi.
5. Faktor sosial learning (peran belajar model kekerasan)
Dewasa ini tindakan agresi dapat di contoh dari beberapa media anak-
anak dan remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui
Televisi dan juga "games" atau pun mainan yang bertema kekerasan.
Acara-acara yang menampilan adegan kekerasan hampir setiap saat dapat
ditemui dalam tontonan yang disajikan di televisi mulai dari film kartun,
sinetron, sampai film laga.
D. Gejala Umum Agresi
1. Adanya tuntutan yang terus-menerus yang ditujukan terhadap petuga
2. Penolakan untuk mendengarkan petuga
3. Selalu atau kadang-kadang melawan bila ada perubahan tindakan
perawatan
4. Berbicara kasar
5. Bertingkah laku kasar
6. Selalu atau kadang-kadang tidak memperdulikan perintah-perintah
E. Tindakan Keperawatan Agresi Pada Lansia
1. Tindakan keperawatan segera, untuk mengenal tingkah laku agresi dengan
jalan :

5
a. Batasi tingkah laku fisik yang membahayakan serta terangkan kepada
klien lansia mengapa tindakan tersebut diambil
b. Kuatkan fungsi fisik, emosi yang sebelumnya memang befungsi baik,
(agresi sering kali berhubungan dengan rasa takut)
c. Selalu memberitahukan kepada klien lansia tetang tindakan-tindakan
yang dilaksanakan
d. Mendorong dan memfasilitasi klien lansia untuk mengungkapkan
perasaanya berhubungan dengan penyakit serta perawatannya dengan :
1) Mempergunakan pertanyaan yang bersifat terbuka
2) Duduk mendampingi dan mendengarkan klien lansia
3) Menerangkan bahwa agresi klien lansia itu dapat di karenakan rasa
takut, mengkatnya rasa ketergantungan dan kekhawatirannya
4) Jangan mencoba untuk mempertahankan diri, memeprtahankan
para petugas, ataupun memeprtahankan perawatan di rumah sakit,
hal yang demikian hanya kan meningkatkan agitasi klien lansia,
untuk dengarkan apa yang dikatakan oleh klien lansia. Perhatian
semacam ini di berikan pailng tidak sehari sekali.
2. Peralihan pelaksanaan perawatan diri sendiri: membimbing atau
mengarahkan kembali ungkapan-ungkapan kebutuhan guna
memperlihatkan kebebasan kontrol.
a. Rencanakan tindakan perawatan, juga yang bersifat rutin datu sehari-
hari bersama dengan klien lansia. Berikan keleluasaan sebanyak
mungkin salam mengambil keputusan.
b. Lakukan penilaian tindakan perawatan tersebut bersama klien lansia
c. Berikan klien lansia kesempatan untuk merencanakan serta melakukan
hal-hal yang disukainya; tidur terlambat, membaca atau merenda.
d. Berikan pujian terhadap usaha klien lansia dalam mengontrol atau
mengekpresikan tingkah laku agresifnya secara konstruktif.

6
3. Menolong sesama dengan tujuan membantu klien lansia secara tepat
a. Menerangkan sebab-sebab tingkah laku klien terhadap orang yang
dekat dengan klien lansia, mengendalikan diri serta mengatasi situasi
perawatan sirumah sakit, ketakutan kehilangan kontrol yang mungkin
muncul.
b. Memberikan pujian terhadap usah-usaha orang lain itu dalam rangka
membantu klien lansia untuk mengatasi hal-hal tersebut.
c. Menekankan kepada petugas perawatan tentang pentingnya untuk
tidak menghukum berat atau menolak usaha-usaha klien lansia dalm
mengatasi masalahnya dengan mempergunakan tingkah lakunya yang
secara fisik merusak.

7
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk
lain dengan tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukai tersebut berusaha
untuk menghindarinya. Agresi dapat terjadi melalui dua proses yaitu melalui
pemodelan dan pembelajaran. Tindakan keperawatan agresi pada lansia harus
diterapkan setiap hari.
Adapun perilaku agresif itu sendiri dikarenakan berbagai faktor, antara lain:
1. Faktor Biologis
2. Faktor Naluri atau Insting
3. Faktor Amarah
4. Faktor Frustrasi

8
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2003. Keperawatan Medikal Bedah 3. EGC. Jakarta.


Doenges E. Merilyn. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial, Yogyakarta, Pustaka, 2006
Mansjoer, Arif. 2004. Kapita Selecta Jilid I. EGC. Jakarta.
Hardywinoto; Setiabudhi, Tony : Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai
Aspek : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005

Anda mungkin juga menyukai