Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

IMPAKSI

Pembimbing :
drg. Ernani Indrawati. Sp.Ort

Disusun oleh :
Muhibuddin Perwira Negara
208.121.0020

LAB. KESEHATAN GIGI DAN MULUT


RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2015
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan


rahmat dan hidayah-Mu penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang
berjudul :“Impaksi ”.

Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi


definisi, etiologi, klasifikasi, dan penatalaksanaan pada impaksi gigi kaninus.

Dengan selesainya laporan kasus ini penulis menyampaikan ucapan


terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini
.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki
penulis, masih banyak kekurang tepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

` Kepanjen , 3 Agustus 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I LAPORAN KASUS.....................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

1.1 Definisi Gigi Impaksi................................................................................7

1.2 Etiologi Gigi Impaksi................................................................................8

1.3 Klasifikasi..............................................................................................10

2.3 Impaksi Gigi Kaninus dan Penatalaksanaannya......................................11

2.3.1. Klasifikasi.............................................................................................11

2.3.2. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Maksila Di Posisi


Labial..............................................................................................................12

2.3.5. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Mandibula.........16

2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Odontektomi..............................................17

BAB III PENUTUP...............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn L
Alamat : Tajinan
Umur : 25 Tahun
Kelamin : Laki- Laki
Pekerjaan : Kebersihan
Status : belum menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal periksa : 28 Juli 2015

II.RIWAYAT KASUS
1. Keluhan Utama : Gigi Berlubang sebelah kiri bawah.
2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke poli gigi RSUD
Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan gigi berlubang sebelah kiri bawah,
disertai riwayat keluhan nyeri ketika dibuat makan, nyeri dirasakan sejak
2 bulan ini, bertambah nyeri 1 mingg ini, nyeri hilang timbul. tidak
pernah diobati sebelumnya.
3. Riwayat perawatan
a. Gigi : Pasien belum pernah periksa
b. Jaringan lunak rongga mulut dan sekitarnya : Pasien belum pernah
periksa.
4. Riwayat kesehatan
 Kelainan darah : (-)
 Kelainan endokrin : (-)
 Gangguan nutrisi : (-)
 Kelainan jantung : (-)
 Kelainan kulit/ kelamin : (-)
 Gangguan pencernaan : (-)

1
 Gangguan respiratori : (-)
 Kelainan imunologi : (-)
 Gangguan TMJ : (-)
 Tekanan darah : (-)
 Diabetes mellitus : (-)
 Lain-lain : Alergi Udang
5. Obat-obatan yang telah /sedang dijalani : (-)
6. Keadaan sosial/kebiasaan : Pasien merupakan keluarga menengah
kebawah. Pasien sikat gigi 2 x sehari.minum kopi (+), 2 x sehari .
Perokok (+)
7. Riwayat Keluarga :
a. Kelainan darah : (-)
b. Kelainan endokrin : (-)
c. Diabetes melitus : (-)
d. Kelainan jantung : (-)
e. Kelainan syaraf : (-)
f. Alergi : (-)
g. lain-lain : (-)

III. PEMERIKSAAN KLINIS


1. EKSTRA ORAL :
a. Muka : Simetris
b. Pipi kiri : dalam batas normal
Pipi kanan : dalam batas normal
c. Bibir atas : dalam batas normal
bibir bawah : dalam batas normal
d. Sudut mulut : dalam batas normal
e. Kelenjar submandibularis kiri : tidak teraba pembesaran
kanan : tidak teraba pembesaran
f. Kelenjar submentalis : tidak teraba pembesaran
g. Kelenjar leher : tidak teraba pembesaran
h. Kelenjar sublingualis : tidak teraba pembesaran

2
i. Kelenjar parotis : tidak teraba pembesaran
2. INTRA ORAL :
a. Mukosa labial atas : dalam batas normal
Mukosa labial bawah : dalam batas normal
b. Mukosa pipi kiri : dalam batas normal
Mukosa pipi kanan : dalam batas normal
c. Bukal fold atas : dalam batas normal
Bukal fold bawah : dalam batas normal
d. Labial fold atas : dalam batas normal
Labial fold bawah : dalam batas normal
e. Ginggiva rahang atas : dalam batas normal
Ginggiva rahang bawah kiri : dalam batas normal
f. Lidah : dalam batas normal
g. Dasar mulut : dalam batas normal
h. Palatum : dalam batas normal
i. Tonsil : T1/T1
j. Pharynx : dalam batas normal

3
KG KG

KG KG

Gambar 1. Peta Gigi


Keterangan:

:Karies Superfisialis , Tes :Sondase(-),tes cloretil (-), palpasi (tidak


goyang), perkusi (-),druk (-)
KG :Karang gigi/kalkulus
:Karies Profunda, Tes :Sondase(-),tes cloretil (-), palpasi (tidak goyang),
perkusi (-),druk (-)

IV. DIAGNOSE SEMENTARA


8 : Karies profunda

8 : Karies superfisial

8 : Impaksi

4
321 12345 : Kalkulus
4321 123

V. RENCANA PERAWATAN
8 : Pro Ekstraksi

321 12345 : Pro Scelling


4321 123

I. PENGOBATAN

R/ Amoxicilin capl 500 mg no. XII


S 3 dd 1 PC
Asam mefenamat capl 500 mg no. XII
S 3 dd 1 PC

2. Pemeriksaan Penunjang :
Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi : ya
Lab.Patologi anatomi : (-)
• Sitologi : (-)
• Biopsi : (-)
Lab.Mikrobiologi : (-)
• Bakteriologi : (-)
• Jamur : (-)
Lab.Patologi Klinik : (-)
3. Rujukan :
Poli Penyakit Dalam : (-)
Poli THT : (-)
Poli Kulit & Kelamin : (-)

5
VI. DIAGNOSA AKHIR
Gigi geraham bawah bagian kanan no.8 terdapat nekrosis pulpa dengan
impaksi

Gigi geraham bawah bagian kiri no. 8 terdapat Iritasi pulpa

LEMBAR PERAWATAN

Tanggal Elemen Diagnosa Therapi Keterangan


28- 7 -2015 KIE:
8 Impaksi + Pro  Menjaga kebersihan
Nekrosis ekstraksi
rongga mulut dengan
Pulpa
menggososk gigi 2 x sehari
 Kumur dengan mouthwash
 Dental check up 2 x
8 Iritasi Pro setahun
Pulpa tumpatan
 Apabila ada keluhan
periksa kedokter

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Gigi Impaksi

Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya

terhalang atau terhambat,biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis

sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang

normal didalam deretan susunan gigi geligi lainyang sudah erupsi.

Umumnya gigi yang

mengalami impaksi adalah gigi

posterior dan jarang pada gigi

anterior. Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang masih dapat

ditemui.

Pada gigi posterior, yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut :

1. Gigi molar tiga (48 dan 38) madibula

2. Gigi molar tiga (18 dan 28) maksila

3. Gigi premolar (44,45,34,35) mandibula

4. Gigi premolar (14,15,24,25) maksila

Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah sebagai

berikut :

1. Gigi caninus maksila dan mandibula (13,23,33,dan 43)

7
2. Gigi incisivus maksila dan mandibula (11,21,31,41)

Untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan suatu gigi mengalami

impaksi atau tidak sangatlah penting mengetahui masa erupsi masing-masing gigi pada

setiap lengkung rahang.berikut masa erupsi pada didi masing2 rahang. Apabila gigi geligi

tersebut belum erupsi pada masa erupsinya tersebut, sebaiknya dikonsultasikan ke

dokter gigi

Gigi 1 2 3 4 5 6 7 8
RA 7-8 8-9 11-12 10-11 10-12 6-7 12-13 17-21
RB 6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-13 17-21
Tabel masa erupsi gigi permanen

1.2 Etiologi Gigi Impaksi

Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan

ruang, kista, gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan

kondisi sistemik. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi

adalah ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan

ukuran gigi adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu

hal yang perlu diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi

tetap tidak berubah. Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang

sesuai serta letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi

susu tanggal tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup

ruang bagi gigi permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal

ini merupakan salah satu penyebab terjadinya impaksi.

Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena : (Chu FCS,dkk,.2003).

1. Tulang yang tebal serta padat

2. Tempat untuk gigi tersebut kurang

3. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut

8
4. Adanya gigi desidui yang persistensi

5. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat

Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi oleh karena : (Chu

FCS,dkk,.2003).

1. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distal dan lain-lain.

2. Daya erupsi gigi tersebut kurang.

Etiologi Gigi Terpendam Menurut Berger : (Aktan AM,dkk.2010).

1. lokal

a. Posisi gigi yang abnormal

b. Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga

c. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut

d. Kurangnya tempat untuk gigi tersebut

e. Gigi desidui persintensi (tidak mau tanggal)

f. Pencabutan gigi yang premature

g. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa sekeliling

gigi

h. Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang karena

inflamasi atau abses yang ditimbulkannya

i. erubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-

anak.

2. umum (Aktan AM,dkk.2010).

1. Kausa prenatal

a. Keturunan

b.Miscegenation

9
2. Kausa postnatal (Aktan AM,dkk.2010).

Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan

pada anak-anak seperti :

a. Ricketsia

b. Anemi

c. Syphilis kongenital

d. TBC

e. Gangguan kelenjar endokrin

f. Malnutrisi

1.3 Klasifikasi

1. Berdasarkan sifat jaringan

Berdasarkan sifat jaringan, impaksi gigi molar ketiga dapat

diklasifikasikan menjadi (Balaji SM. 2007).

1. Impaksi jaringan lunak

Adanya jaringan fibrous tebal yang menutupi gigi terkadang mencegah

erupsi gigi secar normal. Hal ini sering terlihat pada kasus insisivus sentral

permanen, di mana kehilangan gigi sulung secara dini yang disertai trauma

mastikasi menyebabkan fibromatosis. (Balaji SM. 2007).

2. Impaksi jaringan keras

Ketika gigi gagal untuk erupsi karena obstruksi yang disebabkan oleh

tulang sekitar, hal ini dikategorikan sebagai impaksi jaringan keras. Di sini,

gigi impaksi secara utuh tertanam di dalam tulang, sehingga ketika flap

jaringan lunak direfleksikan, gigi tidak terlihat. Jumlah tulang secara ekstensif

10
harus diangkat, dan gigi perlu dipotong-potong sebelum dicabut (Balaji SM.

2007).

1.3 Impaksi Gigi Kaninus dan Penatalaksanaannya

2.3.1. Klasifikasi

Lokasi yang jelas dari impaksi gigi kaninus sangat penting dalam menunjang

diagnosa dan rencana perawatan, sebab itu perlu diketahui klasifikasi dan

beberapa pemeriksaan. Foto rontgen dapat membantu untuk diagnosis letak

impaksi caninus tersebut dan dalam penentuan arah mengangakatan kaninus

tersebut. Foto rontgen yang dilakukan adalah dengan foto oklusal dan dua foto

rontgen yang dilakukan dengan sudut yang berbeda.

Menurut Archer diklasifikasikan dalam 5 klas yaitu :

1. Klas I : Gigi berada di palatum dengan posisi horizontal, vertikal atau

semi vertikal.

2. Klas II : Gigi berada di bukal dengan posisi horizontal, vertikal atau

semi vertikal.

3. Klas III : Gigi dengan posisi melintang berada diantara dua gigi dengan

korona berada di palatinal dan akar di bukal atau sebaliknya korona di

bukal dan akar di palatinal sehingga disebut juga posisi intermediate.

4. Klas IV : Gigi berada vertikal di prosesus alveolaris diantara gigi

insisivus dua dan premolar.

5. Klas V : Kaninus impaksi berada di dalam tulang rahang yang

edentolus.

Sedangkan, menurut Yavuz dan Buyukkurt mengklasifikasi berdasarkan

kedalaman kaninus impaksi dalam 3 tingkat yaitu:

11
Gambar. Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman Impaksi Kaninus

1. Level A : Korona kaninus impaksi berada pada garis servikal dari gigi

tetangganya.

2. Level B : Korona kaninus impaksi berada diantara garis servikal dan

apikal dari akar gigi tetangganya.

3. Level C : Korona kaninus impaksi berada dibawah apikal dari akar gigi

tetangganya.

2.3.2. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Maksila Di Posisi


Labial
Pertama-tama bibir atas direktraksi dan insisi berbentuk huruf U dilakukan

di arah labial permukaan alveolar gingiva, memanjang dari frenulum labialis

hingga ke regio premolar. Bagian bawah bawah insisi tidak melebihi ¼ inchi dari

margin gingiva (gambar b). Insisi di gingiva harus lebih besar dari pembukaan

tulang yang akan dibuat untuk memfasilitasi pengeluaran gigi impaksi tersebut.

Pada saat odontektomi dilakukan dari aspek luar maksila, lapisan tipis

tulang yang membentuk sinus maksilaris harus dijaga. Flap mukoperiosteal di

dilepaskan dari tulang sedangan periosteal elevator lalu diretraksi. Dengan

menggunakan chisel,tulang dibuka hingga bagian menonjol yang menandakan

12
letak mahkota gigi yang impaksi. Pembukaan tulang diperbesar hingga seluruh

mahkota terlihat (gambar c) lalu elevator dimasukan untuk mengeluarkan gigi

(gambar d). Jika gigi tidak bisa dikeluarkan dengan mudah, maka tulang disekitar

akar dibuang, atau jika gigi terlalu dalam tertanam di tulang maka dapat

digunakan bor tulang untuk membuat jarak antara gigi dan tulang yang

membungkusnya. Elevator harus digunakan dengan hati-hati agar menggangu

akar gigi disebelahnya atau tulang-tulang disekitarnya, sehingga dapat

mengurangi bahaya terjadinya luksasi, displacement atau cedera lain pada gigi

sebelahnya. Terkadang lebih aman menggunakan tang untuk mengeluarkan gigi

tersebut bila ruang yang tersedia bisa memungkinkan dimasukannya paruh tang

tersebut dengan menggunakan sedikit gerakan rotasi dan penarikan keluar akan

melonggarkan gigi sehingga gigi tersebut bisa dikeluarkan. Setelah mengeluarkan

gigi, debridemen luka dilakuakan, margin tulang dihaluskan, kembalikan lagi

dinding tulang ke posisinya (gambar e). Lalu penjahitan luka pun dilakukan

( gambar f)

13
Gambar. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Maksila Di Posisi Labial

2.3.4 Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Maksila Di Posisi

Palatal

Insisi dilakukan pada regio molar pertama dan diperpanjang hingga margin

gingiva pada mukosa palatal, melewati papila palatima insisivus central pada sisi

yang berlawanan. Dari situ buat lengkungan disekitar papila pada jarak yang

cukup dekat. Hindari pemotongan pembuluh darah yang keluar dari foramen

insisivus. Lakukan pelebaran flap ke daerah palatal posterior (gambar a).

Mukoperiosteal flap dipisahkan dengan elevator lalu direktaksi hingga

terdapat bagian yang cukup untuk membuka akses gigi yang akan dikeluarkan.

Kita harus berhati-hati agar tidak mencerderai pembuluh darah dan saraf yang

keluar dari foramen incisivum. Dibanding menggunakan retraktor, penggunaan

benang bedah pada ujung flap dan mengikatkannya pada gigi di sisi yang

berlawanan adalah pilihan yang dilakukan (gambar b). Jika gigi berada pada

bagian permukaan dan tulang telah buka, dental folicle disekitar gigi akan terlihat

dan saat pemotongan dilakukan mahkota akan terlihat dan dapat dijadikan tanda

untuk pemotongan tulang. Jika mahkota seluruhnya tertutup oleh tulang dan

tetanam cukup dalam maka tonjolan yang terlihat mengindikasi letak mahkota

gigi tersebut. Pada kasus ini chisel tajam digunakan untuk mengangkat tulang

hingga mahkota dari gigi terlihat. Tulang yang telah dibuka diperlebar hingga

membentuk bukaan untuk mengeluarkan gigi.

Luksasi baru dapat dilakukan jika bagian mahkota yang resisten sudah

semuanya terbebas. Penggunaan elevator yang sesuai diaplikasikan pada gigi

dengan gerakan yang berulang. Setelah mahkotaa muncul dari posisi yang

14
memungkinkan penganplikasian tang ekstraksi maka gigi tersebut bisa dicabut.

Penangkatan gigi impaksi ini pun dapat dilakukan dengan pembelahan gigi pada

servikal dengan menggunakan bor dan memotong secara tranversal, diwaktu yang

bersamaan membuat ruang antara mahkota dan akar.Setelah itu elevator

dimasukan diantara ruang mahkota dan akar yang telah dipotong dan mahkota pun

diangkat (gambar c). Akar dapat dengan mudah dikeluarkan elevator dimasukan

ke dalam lubang yang telah dibuat diujung tulang yang melapisi. Lubang ini

diletakan jauh dari cekungan pada akar. Ujung dari tulang digunakan sebagai

fulkrum dan elevator diputar untuk menggerakan gigi kedepan dan keluar (gambar

d). Jika akar masih sulit dikeluarkan, maka tulang diatas akar dibuang seluruhnya

dengan begtu akar dapat diangkat dengan mengungkit elevator yang bertumpu

pada dataran oklusal gigi dengan memasukan ujung elevator kedalam saluran akar

(gambar e).

Setelah dilakukan debridement yang termasuk pembangan sisa dental

folicle, flap dikembalikan dan dijahit ke margin gingiva bagian palatal. Gelfoam

dan trombin juga dapat diaplikasikan. Karena flap palatal kuat maka akan terjadi

adaptasi yang baik dengan margin luka (gambar f).

15
Gambar. Penataksanaan impaksi gigi kaninus maksila dari bagian palatal

2.3.5. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Mandibula


Insisi dilakukan intraoral dibagian labial mandibula. Setelah flap diretraksi ,

harus dilakukan pembukaan tulang yang cukup ditempat gigi impaksi tersebut

berada. Mukoperiosteum dielevasi dari tulang dan diretraksi. Dengan menggunaan

chisel tulang dibuka hingga gigi terlihat, paling tidak 2/3 bagian gigi harus terlihat

sebelum akan dilakukaannya pengakatan gigi tersebut dengan mengunalan

elevator atau tang. Dalam melakukan pengangkatan gigi tersbut harus berhati-hati

agar akar dan gigi geligi disebelahnya tidak terjadi trauma dan biasanya gigi

dibagi dua bagian terutama jika mahkotanya dekat apeks gigi sebelahnya. Lalu

dilakukan debridement luka dengan hati-hati. Aplikasi gelfoam dengan trombin

dilakukan setelah itu luka ditutup dengan penjahitan.

16
Gambar. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Mandibula

1.4 Indikasi dan Kontraindikasi Odontektomi

Kontraindikasi Anjuran Indikasi Pencabutan


Indikasi Lain
Pencabutan Gigi Pencabutan Gigi Gigi Impaksi

Impaksi Impaksi
Jika terdapat satu atau

beberapa episode infeksi Transplantasi


Jika diperkirakan Gigi mengalami
seperti perikoronitis, autogenous pada soket
terjadi erupsi sempurna infeksi
selulitis, abses, atau gigi molar satu

patologi lainnya
Jika gigi mengalami
Jika resiko pencabutan Fraktur mandibula
Pada pasien karies dan tidak dapat
melebihi manfaatnya, pada region gigi molar
beresiko dan akses direstorasi atau karies
terutama yang tiga atau gigi yang
perawatan dental pada gigi tetangga, yang
berhubungan dengan terlibat dalam reseksi
terbatas tidak dapat dirawat tanpa
kesehatan pasien tumor
pencabutan
Impaksi dalam tanpa Pada pasien yang Jika terjadi penyakit Pencabutan profilaktik

riwayat atau tanda- mengalami riwayat periodontal akibat posisi dapat dilakukan dalam

tanda patologi resiko potensial, gigi impaksi, dan beberapa kondisi

seperti pernah mempengaruhi gigi medis tertentu

menjalani tetangganya

17
radioterapi atau

bedah jantung
Gigi molar tiga yang

erupsi sebagian atau


Pada transplantasi
Jika resiko komplikasi tidak erupsi, dekat
gigi, bedah
pembedahan tinggi atau Dalam kasus kista dengan permukaan,
ortognatik, atau
diperkirakan dapat dentigerous atau patologi sebelum dilakukan
prosedur bedah
terjadi fraktur serupa lainnya pembuatan GT atau
lokal lain yang
mandibula bertetangga dengan
relevan
daerah penanaman

implan
Jika direncanakan
Jika direncanakan
untuk melakukan
untuk melakukan
pencabutan gigi
pencabutan gigi di Dalam kasus resorpsi
impaksi di bawah
bawah pengaruh eksternal gigi molar tiga
pengaruh anestesi
anestesi umum dan atau molar dua, jika
lokal, maka pencabutan
gigi kontralateral diduga disebabkan oleh
profilaktik gigi
beresiko gigi molar tiga
kontralateral yang tak
menimbulkan
bergejala
gangguan erupsi
dikontraindikasikan

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan

posisinya berlawanan dengan gigi lainnya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh

tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh

karena adanya jaringan patologis.

Berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien mengeluhkan keluhan nyeri pada

gigi belakang kanan bagian bawah, nyeri dirasakan sudah ± 2 bulan yang lalu.

Nyeri dirasakan bila dibuat makan. Diagnosa

8 : Impaksi

19
3.2 Saran

Sebagai seorang dokter umum harus dapat mengetahui impaksi yang

kemungkinan dapat terjadi pada penderita dewasa muda dan mampu memberikan

edukasi mengenai impaksi tersebut pada pasien dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Aktan AM, Kara S, Akgunlu F, Malkoc S. The incidence of canine transmigration


ad tooth impaction in a turkish subpopulation. Eur J Orthod.p 575-81.2010.

Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier. p
230-40. 2007.

Chu FCS, Li TKL, Newsome PRH, Chow RLK, Cheung LK. Prevalence of
impacted teeth and associated pathologies-a radiographic study of the hong kong
Chinese population. Hong Kong Med J.p 158-63 9. 2003.

Pedersen W.G. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996.

Peterson L.J.. Contemporary Oral Maxillofacial Surgery.4thEd.St.Louis:


MosbyThoma, Kurt H. Oral Surgery. St.Louis: The C.V Mosby Company. 2003.

20

Anda mungkin juga menyukai