PEMBAHASAN
A. Definisi Agresi
Jika kita berfikir tentang agresi maka hal yang pertama melintas di pikiran
kita adalah kejahatan yang yang di lakukan seseorang untuk melukai atau menyakiti.
Pada permulaan tahun 1980-an, di Amerika Serikat terjadi lebih dari 20.000
pembunuhan, lebih dari 75.000 pemerkosaan dan 600.000 jenis penyerangan dari
berbagai jenis motif kejahatan.
Agresi dalam arti sederhana “agresi” dalam pendekatan behavioristik atau
belajar adalah bahwa agresi adalah setiap tindakan yang menyakiti atau melukai
orang lain (Geen, 1998). Tetapi definisi ini mengabaikan niat orang yang melakukan
tindakan, dan faktor ini sangatlah penting. Jika kita mengabaikan niat, beberapa niat
yang di niatkan untuk menyakiti orang lain mungkin tidak disebut sebagai agresi
karena tindakan itu tidak membahayakan. Istilah agresif digunakan untuk
menggambarkan perilaku siswa, bentuk dari luka fisik terhadap makhluk lain yang
secara otomatis terdapat di dalam fikiran (Zirpoli, 2008: 440). Agresif merupakan
perilaku serius yang tidak seharusnya dan menimbulkan konsekuensi yang serius
baik untuk siswa maupun untuk orang lain yang ada di lingkungannya. Salah satu
bentuk emosi anak adalah marah yang diekspresikan melalui agresi (Seagal, 2010:
97). Menurut Buss dan Perry (Umaroh, 2017) perilaku agresi mencakup aspek emosi
(amarah), kognitif (kebencian) serta perilaku yang terdiri dari perilaku agresi fisik
dan perilaku agresi verbal. Perilaku agresi, menurut Baron dan Byrne (2014),
Hanurawan (2010), dan Nashori (2008), adalah perilaku yang diniatkan untuk
melukai dan mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan adanya tindakan
tersebut. Scheneiders (1955) mengartikan perilaku agresif sebagai luapan emosi atas
reaksi terhadap kegagalan individu yang ditunjukkan dalam bentuk perusakan
terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan
kata-kata (verbal) dan perilaku non-verbal. Sars (1985) beranggapan bahwa agresi
merupakan setiap perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain, atau adanya perasaan
ingin menyakiti orang lain yang ada dalam diri seseorang. Sedangkan Moore dan
G. Dampak Agresi
Agresi yang dilakukan berturut-turut dalam jangka lama, apalagi jika terjadi
pada anak-anak atau sejak masa kanak-kanak, dapat mempunyai dampak pada
perkembangan kepribadian. Misalnya, wanita yang pada masa kanak-kanaknya
mengalami perlakuan agresi fisik dan atau seksual, pada masa dewasanya (18-44
tahun) akan menjadi depresif, mempunyai harga diri yang rendah, sering menjadi
depresi, mempunyai harga diri yang rendah, sering menjadi korban serangan seksual,
terlibat dalam peyalahgunaan obat, atau mempunyai pacar yang terlibatdalam
penyalahgunaan obat, atau (Fox & gilbert,1994). Demikian pula, walau tidak
mengalami agresivitas dalam jangka lama, pelajar-pelajar wanita di amerika serikat
yang pernah mengalami pelecehan seksual menderita berbagai gangguan, seperti
tidak mau sekolah, tidak mau bicara dikelas, tidak dapat berkonsentrasi di kelas,
membolos sekolah, nilai ulangannya jelek, dan nilai rapornya turun (Bryant,1995).
Bahkan, dalam suatu eksperimen, melihat rekaman video tentang agresivitas terhadap
wanita yang melihatnya (Reid & Finchilescu, 1995).
Dampak dari perang yang berkepanjangan antara lain tampak di anggota
keluarga. Anak-anak yang langsung mengalami perang (di angola selatan) jauh lebih
banyak mengalami stess pascatrauma daripada anak-anak yang tinggal di daerah
pengungsian (Angola utara) atau yang sudah lebih lama pindah ke daerah aman
Portugal (Mendonea & Ventura,1996). Stess pascatrauma yang serius juga dialami
oleh wanita-wanita korban perkosaan di Bosnia (Oruc & Bell, 1995). Sebaliknya,
perang itu sendiri dapat menimbulkan kecenderungan untuk represi (menyimpan
dalam bawah sadar) pengalaman-pengalaman traumatik dari perang (Fischman,
1996). Agresi itu pun dapat berlanjut dari generasi ke generasi. Ibu yang agresif
cenderung mempunyai anak yang agresif terhadap anaknya pula (Cappell & Heiner,
1990).
Families and Work Institute and The Colorado trust yang dikutip dari
Soetjiningsih (dalam Rina, 2011), melakukan penelitian dengan mengumpulkan data-
3. Teori Lingkungan
Inti dari teori ini adalah bahwa perilaku agresi merupakan reaksi
terhadap peristiwa atau stimulasi yang terjadi di lingkungan.
a) Teori Frustasi-Agresi Klasik
Teori yang dikemukakan oleh Dollard dkk. dan Miller (dalam Sarwono,
1988) ini intinya berpendapat bahwa agresi dipicu oleh frustasi. Frustasi itu
sendiri artinya adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Dengan
demikian, agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustasi. Misalnya,
anda sangat kehausan dan kehabisan koin untuk membeli minuman dari
mesin minuman yang ada di dekat situ. Untungnya ada teman yang mau
meminjamkan koin dan dengan penuh harap andamemasukkan koin itu ke
dalam mesin. Akan tetapi, ternyata mesin mesin itu macet. Minuman dingin
tidak mau keluar dankoin pun tertinggal di dalam. Anda tetap kehausaan dan
tetap tidak mempunyai uang, bahkan sekarang berhutang kepada temananda.
Dalam keadaan frustasi seperti ini, dapat dijelaskan mengapa kemudian anda
memukuli atau menendangi mesin minuman “celaka” itu. Perilaku agresi
terhadap mesin minuman itu hanya dapat dilakukan jika tidak ada ancaman
dari pihak lain. Seandainya di dekat situ ada satpam (kumisan dan badannya
besar) yang mengamati perilaku anda atau ada ibu-ibu cerewet yang akan
menegur anda, anda tidak jadi melakukan perilaku yang tidak diharapkan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja kepada mahluk lain
dengan tujuan menyakiti dan pihak yang disakiti itu berusaha untuk menghindar.
Sumber amarah merupakan sumber utama agresi, sumber amarah dapat disebabkan
oleh dua faktor yaitu serangan dari orang lain dan frustasi. Faktor faktor agresi
lainnya antara lain frustasi, media kekerasan, faktor lingkungan fisik, social modeling
(observational learning) dan arousal yang bersifat umum. Tipe tipe agresi yaitu agresi
predatori, agresi antar jantan, agresi ketakutan, agresi tersinggung, agresi pertahanan,
agresi maternal, dan agresi instrumental. Bentuk bentuk agresi yaitu agresi verbal,
agresi fisik, agresi kemarahan, dan agresi kemusnahan. Jenis jenis agresi yaitu fisik,
aktif, langsung ; fisik, aktif, tidak langsung ; fisik, pasif, langsung ; fisik, pasif, tidak
langsung ;verbal, aktif, langsung ; verbal, aktif, tidak langsung ; verbal, pasif,
langsung ; verbal, pasif, tidak langsung. Dampak dampak agresi antara lain luka
secara fisik dan batin, dan bagi pelanggar serius dapat langsung berhadapan dengan
hukum. Terakhir, terdapat tiga teori agresi yaitu teori bawaan, teori lingkungan, dan
teori kepribadian.
B. Saran
Hendaknya, kita semua manusia, agar mempunyai kemampuan regulasi diri
yang baik sehingga mampu mengatur segala tindakan dan tidak mudah terpancing
emosi negative yang dapat menimbulkan perlaku agresi yang dapat membahayakan
orang lain. Ada baiknya, segala bentuk emosi negative kita lampiaskan ke perilaku
postif atau paling tidak ke perilaku netral .
Ariani, Farrah. 2014. Perilaku Agresif Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Vol. 2
Edisi 8, Hlm 271-272.
Aziz, Rahmat, R Magestutii. 2006. “Tiga Jenis Kecerdasan Dan Agresifitas Mahasiswa”.
Psikologika; Jurnal Pemikiran Dan Penelitian 11 (21), 64-77. 2006
Baron, Robert A. 2004.Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid Dua. Jakarta : Erlangga.
Merdekasari, Arif. (2017). Perbedaan Perilaku Agresi Antara Siswa Laki Laki Dan Siswa
Perempuan Di SMPN 1 Ngasremen Ngawi. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan
Konseling. Vol. 3 No. 1, Hlm 54
Ritung, O.P . (2017). Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Perilaku Agresi Pada
Remaja Di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan
Seni. Vol. 1, No. 2, Hlm 24-31.
Sears, David O. Dkk. 2001. Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Susantyo, Badrun. (2011). Memahami Perilaku Agresif : Sebuah Tinjauan Konseptual.
Informasi. Vol. 16 No. 03, Hlm 190-191.
Taylor, Shelley E. Dkk. 2001. Psikologi Sosial Edisi Keduabelas. Jakarta :Bukubeta.
Wibowo, N.E. (2017). Self Regulation And Aggressive Behavior On Male Adolescence. Vol.
8, No. 1, Hlm 48-59.