Anda di halaman 1dari 13

AGRESIVITAS

Mata Kuliah : Psikologi Sosial


Dosen Pengampu : Risma Puji Astuti, S.Psi., M.Psi

Di Susun Oleh :
1. Faisal Ananda Wahyu Putra F.131.21.0009
2. Anggita Sri Prawidia F.131.21.0019
3. Siti Nur Azizah F.131.21.0028
4. Weni Lestari F.131.21.0032
5. Alma Fauziah Amanda F.131.21.0043
6. Pinky Ananta Mahardika F.131.21.0044
7. Fida Faiyumy F.131.21.0048
8. Fransiska Amelia F.131.21.0050
9. Cheva Anzani F.131.21.0054
10. Muchamad Farid Alfian F.131.21.0059
11. Hanif Nidzam F.131.21.0066
12. Eva Arina Manasika F.131.21.0074
13. Ratu Hakim Nugrahani F.131.21.0086
14. Desta Sari Putri N F.131.21.0087
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segara rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada teman – teman yang sudah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikan dalam kehidupan sehari – hari.
Bahkan kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 23 November 2022


Daftar Isi

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II ISI
Pengertian Agresivitas
Aspek – Aspek Agresivitas
Bentuk – Bentuk Agresivitas
Ciri – Ciri Agresivitas
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Agresivitas
Cara Mengontrol Agresivitas
Contoh Kasus Agresivitas
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Agresivitas adalah kecenderungan berperilaku yang ditunjukan pada makhluk hidup
maupun benda mati dengan maksud melukai,menyakiti,mencelakai atau merusak dengan
menimbulkan kerugian secara fisik atau psikologis pada seseorang yang tidak ingin dirugikan
atau mengakibatkan kerusakan pada benda.Bentuk-bentuk agresiivitas remaja yang sering
kita dengar baik itu melalui surat kabar,televisi dan sebagainya.Hal ini sangat merisaukan
masyarakat baik itu secara material maupun psikologis.Hal ini dapat kita lihat pada
masyarakat sekarang apabila ada perkelahian pelajar,mereka langsung melarikan diri untuk
menyelamatkan diri.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu agresivitas?
b. Apa saja ciri – ciri agresifitas?
c. Faktor apa yang menyebabkan agresivitas?
d. Bagaimana bentuk agresivitas?
e. Bagaimana cara mengontrol agresivitas?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang agresivitas seperti pengertian, ciri – ciri agresivitas, factor
yang dapat menyebabkan agresivitas juga bagaimana bentuk tentang agresivitas itu juga
bagaimana cara mengontrol agresivitas.
BAB II
ISI

A. Pengertian Agresivitas

Menurut para ahli :

a. Freud (Tylor, Peplau, & Sears, 2009)


Berasumsi manusia memiliki sifat alami dan naluri untuk bertindak agresif, serta
mempunyai kemungkinan diarahkan pada diri sendiri atau orang lain berdasarkan
teori miliknya insting kematian (thanatos).
b. Tylor, Peplau, & Sears (2009)
Menyebutkan definisi agresivitas adalah tiap-tiap tindakan yang dilakukan untuk
menyakiti orang lain. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Badudu, 2003) agresivitas
yakni keagresifan, sifat agresif atau sifat yang ingin menyerang.

c. Pengertian agresivitas menurut Buss dan Perry (1992),


Yakni sebuah kecenderungan perilaku yang memiliki niat dimana untuk menyakiti
orang lain, baik fisik atau psikologis guna mengekspresikan emosi negatif dan mampu
mendapatkan tujuan sesuai keinginannya.

d. Baron dan Byrne (Wibowo & Nashori, 2017)


Mendefinisikan agresivitas ini suatu tindak perilaku seseorang dengan adanya niat
untuk melukai atau mencelakaan orang lain yang tidak ingin diperlakukan dengan
perilaku tersebut. Tingkah laku ini meliputi empat faktor, yaitu ketidakinginan korban
menerima tingkah laku si pelaku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu
yang menjadi korban, dan individu yang menjadi pelaku (Istiqomah, 2017).
e. Dayakisni & Hudaniah (2009)
Menjelaskan agresivitas berarti dimana suatu organisme melakukan serangan terhadap
organisme lain, objek lain, dan kepada dirinya sendiri.

f. Calhoun dan Acocella (Sobur, 2009)


Menerangkan bahwa agresivitas merupakan bentuk pelaksanaan atau penggunaan hak
diri sendiri dengan cara melanggar hak orang lain, seperti tindak menghina atau
merendahkan orang lain.

g. Berkowitz (Sobur, 2009)


Melihat agresivitas memiliki arti tindakan atau cara menyakitkan, dan pelanggaran
hak asasi orang lain, serta perilaku memaksakan kehendak.

Maka dapat disimpulkan bahwa agresivitas berarti suatu tindakan berasal dari naluri ilmiah
sebagai manifestasi emosi negatif, seperti menyerang orang lain untuk menyakiti,
mencelakakan, dan memenuhi hak diri sendiri tanpa memikirkan hak orang lain guna
mencapai tujuan sesuai keinginannya.

B. Aspek – Aspek Agresivitas


Bush dan Perry (1992) mengklasifikasikan agresivitas memiliki 4 aspek, yaitu agresi
fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan. Agresi fisik dan agresi verbal
mewakili komponen motorik dalam agresivitas, sedangkan kemarahan dan
permusuhan mewakili komponen afektif dan kognitif dalam agresivitas. Berikut
penjelasannya :

a. Agresi fisik (Physical Agression)


Bentuk perilaku agresif yang dilakukan dengan menyerang secara fisik dengan
orang lain yang bertujuan membahayakan seseorang. Perilaku agresif ini
ditandai dengan terjadinya kontak fisik antara agresor dan korbannya. Kontak
fisik tersebut digunakan untuk menyakiti secara fisik, agresivitas fisik
menggunakan segala tindak kekerasan sebagai ungkapan kemarahah.
b. Agresi verbal (Verbal Agression)

Agresif verbal menggunakan penyampaian secara verbal guna menyerang atau


menyakiti orang lain. Ungkapan verbal dimaksudkan sebagai suatu ungkapan
ketidaksukaan, ketidaksetujuan, dan terganggu. Selain itu juga ungkapan
menghina dan merendahkan termasuk dalamagresif verbal, agresivitas
biasanya kata-kata. berupa umpatan, sindiran, fitnah, dan sarkasme.
c. Kemarahan (Anger)
Kemarahan yang dimaksudkan tersebut adalah suatu bentuk agresif secara
tidak langsung. Representasi emosi atau afektif termasuk bentuk agresif tidak
yang langsung. Bentuk agresif tidak langsung yang dimaksud berupa perasaan
benci, kekesalan, sulit mengendalikan emosi, maupun sesuatu hal atau karena
seseorang tidak dapat mencapai tujuannya.
d. Permusuhan (Hostility)
Merupakan komponen kognitif dalam agresivitas yang terdiri atas perasaan
ingin menyakiti dan ketidakadilan. Bentuk permusuhan yang dimaksud seperti
komponen kognitif dalam aspek agresivitas. Komponen kognitif tersebut
berupa perasaan sakit hati terhadap seseorang atau peristiwa. Curiga terhadap
orang lain dan merasakan suatu ketidakadilan termasuk dalam aspek
permusuhan ini.
C. Bentuk – Bentuk Agresivitas
Buss (dalam Nashori, 2010) mengklasifikasikan perilaku agresif terdiri

dari perilaku agresif secara fisik atau verbal, secara aktif atau pasif, secara

langsung maupun tidak langsung. Tiga kalsifikasi tersebut masing-masing

saling berinteraksi, sehingga menghasilkan 8 bentuk perilaku agresif, yaitu;

a. Agresivitas fisik aktif


Tindakan agresi fisik yang dilakukan individu/kelompok dengan cara berhadapan secara
langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik
secara langsung. Misalnya menusuk, memukul, mencubit.

b. Agresivitas fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara tidak
berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya.
Misalnya menjebak untuk mencelakakan orang lain.

c. Agresivitas fisik pasif yang dilakukan secara langsung

Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan
dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik
secara langsung. Misalnya memberikan jalan untuk orang lain.

d. Agresivitas fisik pasif yang dilakukan secara tidak langsung


Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan
dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara
langsung. Misalnya menolak melakukan sesuatu.

e. Agresivitas verbal aktif secara langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan
secara langsung dengan individu/kelompok lain. Misalnya mencaci maki orang lain menusuk,
memukul.

f. Agresivitas verbal aktif yang dilakukan secara tidak langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak
berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya.
Misalnya menyebarkan gosip yang tidak benar kepada orang lain.

g. Agresivitas verbal pasif yang dilakukan secara langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan
dengan individu/kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung. Misalnya
tidak mau berbicara pada orang lain.

h. Agresivitas verbal pasif fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung

Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dilakukan dengan cara tidak
berhadapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak
verbal secara langsung. Misalnya diam saja meskipun tidak setuju.

D. Ciri – Ciri Agresivitas

Perilaku agresif memiliki 6 ciri-ciri menurut Anantasari dalam bukunya Menyikapi Perilaku
Agresif Anak.
1. Perilaku Menyerang
Bertujuan menyakiti hati atau merusak barang orang lain, di mana perilaku itu tidak dapat
diterima secara sosial.
2. Perilaku Menyakiti atau Merusak
Menyakiti atau merusak diri sendiri, orang lain, atau objek-objek pengganti, sehingga
menimbulkan kesakitan fisik atau psikis.
3. Perilaku Tidak Diinginkan oleh Sasaran
Perilaku agresif umumnya tidak diinginkan atau tidak dapat diterima oleh orang yang
menjadi sasarannya.
4. Perilaku Melanggar Norma Sosial
Perilaku agresif biasanya dikaitkan dengan pelanggaran nilai dan norma sosial.
5. Sikap Permusuhan
Perilaku agresif salah satunya ditandai dengan sikap permusuhan terhadap orang lain sebagai
cara untuk menyakiti atau melukai orang lain tersebut.
6. Perilaku yang Dipelajari
Perilaku agresif tidak muncul tiba-tiba, tetapi dipelajari melalui pengalaman masa lalu dan
didorong oleh kondisi sosial atau lingkungan.

Bower dan bower (dalam psychemate, 2007) mengungkapkan beberapa perilaku atau ciri-ciri
agresifitas :
a. Biasanya seseorang yang berperilaku agresif akan mengekspresikan perasaannya
tanpa mengindahkan ataupun menyinggung perasaan orang lain.
b. Banyak berbicara dan dengan cara yang cepat, serta banyak membicarakan hal- hal
yang berkaitan dengan dirinya.
c. Mata nya tidak ekspresif, merendahkan orang lain dan selalu memalingkan muka
d. Saat dipuji orang tersebut biasanya selalu membanggakan dirinya dan juga membuat
seseorang memujinya malah merasa tersinggung
e. Memiliki sikap yang ingin menang sendiri dan “sok tahu” memberikan sebuah opini
atau juga sebuah pendapat mengenai banyak hal, namun tanpa berpikir dan memiliki
bukti akan itu semua.
f. Melakukan penyerangan terhadap orang lain yang biasanya tidak memiliki satu
pendapat dengan dirinya,
g. selalu mengintimidasi seseorang, mendominasi dan juga terlalu mengontrol.
h. Selalu menyatakan ketidaksetujuannya dengan menyerang, mengintimidasi dan
bahkan bisa saja sampai membuat orang lain merasa sangat tersinggung.
i. Selalu menyampaikan sesuatu dengan amarah dan juga meledak- ledak.

E. Faktor – Faktor Agresifitas

Menurut Taylor, Peplau & Sears (2009) munculnya perilaku agresif berkaitan erat dengan
rasa marah yang terjadi dalam diri seseorang. Rasa marah dapat muncul dengan sebab-sebab
sebagai berikut:
a. Adanya serangan dari orang lain. Misalnya ketika tiba-tiba seseorang menyerang dan
mengejek dengan perkataan yang menyakitkan. Hal ini dapat secara refleks menimbulkan
sikap agresi terhadap lawan.
b. Terjadinya frustrasi dalam diri seseorang. Frustrasi adalah gangguan atau kegagalan dalam
mencapai tujuan. Salah satu prinsip dalam psikologi, orang yang mengalami frustrasi akan
cenderung membangkitkan perasaan agresifnya.
Keadaan tersebut bisa saja terjadi karena manusia tidak mampu menahan suatu penderitaan
yang menimpa dirinya.
c. Ekspektasi pembalasan atau motivasi untuk balas dendam. Intinya jika seseorang yang
marah mampu untuk melakukan balas dendam, maka rasa kemarahan itu akan semakin besar
dan kemungkinan untuk melakukan agresi juga bertambah besar. Kemarahan itu disebabkan
karena kontrol keputusan yang rendah, sehingga seseorang gagal menafsirkan peristiwa dan
tidak mampu memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.
d. Kompetensi. Agresi yang tidak berkaitan dengan keadaan emosional, tetapi mungkin
muncul secara tidak sengaja dari situasi yang melahirkan suatu kompetensi. Secara khusus
merujuk pada situasi kompetitif yang sering memicu pola kemarahan, pembantahan dan
agresi yang tidak jarang bersifat destruktif.
Baron dan Byrne (2005) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang melakukan agresivitas, yaitu:

1. Faktor-faktor Sosial
Faktor-faktor sosial merupakan faktor-faktor yang terkait dengan sosial individu yang
melakukan perilaku agresif, diantaranya adalah:
a. Frustasi, yang merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan, dan frustasi
dapat menyebabkan agresi.
b. Provokasi langsung, adalah tindakan oleh orang lain yang cenderung memicu agresi
pada diri si penerima, seringkali karena tindakan tersebut dipersepsikan berasal dari
maksud yang jahat.
c. Agresi yang dipindahkan, bahwa agresi dipindahkan terjadi karena orang yang
melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber
provokasi awal.
d. Pemaparan terhadap kekerasan di media, dimana dapat meningkatkan
kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam agresi terbuka. Keterangsangan yang
meningkat, bahwa agresi muncul karena adanya emosi dan kognisi yang saling
berkaitan satu sama lain.
e. Keterangsangan seksual dan agresi, dimana keterangsangan seksual tidak hanya
mempengaruhi agresi melalui timbulnya afek (misalnya mood atau perasaan) positif
dan negatif. Tetapi juga dapat mengaktifkan skema atau kerangka berpikir lainnya yang
kemudian dapat memunculkan perilaku nyata yang diarahkan pada target spesifik.
2. Faktor-faktor Pribadi
Berikut ini adalah trait atau karakteristik yang memicu seseorang melakukan perilaku
agresif:
a. Pola perilaku Tipe A dan Tipe B. Pola perilaku tipe A memiliki karakter sangat
kompetitif, selalu terburu-buru, dan mudah tersinggung serta agresif. Sedangkan pola
perilaku tipe B menunjukkan karakteristik seseorang yang sangat tidak kompetitif, yang
tidak selalu melawan waktu, dan yang tidak mudah kehilangan kendali.
b. Bias Atributional Hostile, merupakan kecenderungan untuk mempersepsikan maksud
atau motif hostile dalam tindakan orang lain ketika tindakan ini dirasa ambigu.
c. Narsisme dan ancaman ego, individu dengan narsisme yang tinggi memegang
pandangan berlebihan akan nilai dirinya sendiri. Mereka bereaksi dengan tingkat agresi
yang sangat tinggi terhadap umpan balik dari orang lain yang mengancam ego mereka
yang besar.
d. Perbedaan gender, pria umumnya lebih agresif daripada wanita, tetapi perbedaan ini
berkurang dalam konteks adanya provokasi yang kuat. Pria lebih cenderung untuk
menggunakan bentuk langsung dari agresi, tetapi wanita cenderung menggunakan bentuk
agresi tidak langsung.
Faktor-faktor pribadi juga mempengaruhi agresivitas, dimana hal tersebut berkaitan erat
dengan aspek yang ada di dalam diri individu yang melakukan perilaku agresif.
3. Faktor-faktor Situasional
Faktor situasional merupakan faktor yang terkait dengan situasi atau kontek dimana
agresi itu terjadi. Berikut ini adalah faktor situasional yang mempengaruhi agresi:

a. Suhu udara tinggi. Suhu udara yang tinggi cenderung akan meningkatkan agresi, tetapi
hanya sampai pada titik tertentu. Diatas tingkat tertentu atau lebih dari 80 derajat
fahrenheit agresi menurun selagi suhu udara meningkat. Hal ini disebabkan pada saat
suhu udara yang tinggi membuat orang-orang menjadi sangat tidak nyaman sehingga
mereka kehilangan energi atau lelah untuk terlibat agresi atau tindakan kekerasan (Baron
& Bryne, 2005)
b. Alkohol. Individu ketika mengonsumsi alkohol memiliki kecenderungan untuk lebih
agresi. Dalam beberapa eksperimen, partisipan-partisipan yang mengonsumsi alkohol
dosis tinggi serta membuat mereka mabuk ditemukan bertindak lebih agresif dan
merespon provokasi secara lebih kuat, daripada partisipan yang tidak mengkonsumsi
alkohol (Baron & Bryne, 2005).

Menurut Myers (2012), faktor yang mempengaruhi agresi sebagai berikut:


1. Frustrasi, dimana frustrasi adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Salah
satu prinsip dalam psikologi, orang yang mengalami frustrasi akan cenderung
membangkitkan perasaan agresifnya.
2. Pembelajaran agresi, dimana terdapat reward dan pembelajaran sosial.
3. Pengaruh lingkungan, maksudnya adalah situasi lingkungan saat itu misalnya insiden yang
menyakitkan, suhu udara panas, serangan, kerumunan orang, dimana akan memicu tindakan
agresi.
4. Sistem saraf otak. Dalam penelitian yang dilakukan Dewall, dkk (2011) menyatakan
bahwa mekanisme neural otak mendukung regulasi diri dalam meningkatkan kontrol diri
sehingga dapat mengurangi perilaku agresif.
5. Faktor gen atau keturunan.
6. Faktor kimia dalam darah (alkohol dan obat-obatan). Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Bushman dan Cooper (1990) yang meneliti adanya pengaruh alkohol terhadap
tindakan agresif seseorang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Finkenauer,dkk (2005) menemukan bahwa
tingginya kontrol diri sangat berhubungan dengan penurunan resiko masalah psikososial
diantaranya kenakalan dan agresivitas remaja. Delisi dan Vaughn (2008) menjelaskan bahwa
tindakan kriminalitas dipengaruhi oleh kontrol diri. Sehingga dengan beberapa penelitian ini
dapat dinyatakan bahwa kontrol diri menjadi salah satu faktor perilaku agresif.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif
adalah faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor situasional (Baron dan Byrne, 2005).

F. Cara Mengontrol Agresivitas

Menurut Dayakisni dan Hudaniah (2006), agresivitas bisa dikontrol dengan beberapa
tindakan diantaranya:
a. Katarsis
Pelepasan ketegangan emosional yang mengikuti suatu pengalaman yang kuat. Katarsis
mungkin bisa membantu mengurangi mengurangi ketegangan yang berada dalam diri
seseorang, karena dalam melakukan katarsis individu akan mengalami perasaan yang
lebih baik dan mengurangi kecenderungan untuk melakukan tindakan agresif yang
berbahaya.
b. Sublimasi
Ini merupakan suatu bentuk penyaluran perasaan tegang atau kemarahan yang dapat
diterima oleh masyarakat. Penyaluran ini bisa berupa aktivitas olahraga, kesenian maupun
aktivitas bisnis yang mengandung persaingan.

c. Supresi
Individu melakukan penekanan terhadap rasa marah yang dialami. Penekanan ini dilakukan
mungkin karena norma masyarakat atau norma keluarganya yang tidak mengijinkan untuk
mengekspresikan rasa marah secara terang-terangan.

G. Contoh Kasus Agresivitas

Kasus Tawuran Pelajar


Faktor tawuran ini disebabkan semakin tinggi tingkat neurotisme pada remaja, semakin tinggi
perilaku agresinya. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang
menyebutkan remaja dengan kepribadian neurotisme digambarkan sebagai orang yang sulit
mengorganisir kecemasan, sulit dalam mengontrol emosi, memiliki suasana hati yang mudah
berubah-ubah dan memiliki kecenderungan untuk mengalami perasaan yang negative.

Selain neurotisme, provokasi fisik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
agresi. Secara umum seseorang menunjukan respon agresi sesuai dengan jenis provokasi
yang diterimanya, misalnya seseorang yang mendapatkan provokasi fisik (ditendang, dipukul,
didorong) lebih mungkin membalas dalam bentuk agresi fisik.

“Jadi seseorang yang kesulitan dalam mengatur emosinya, berpotensi menjadi pelaku agresi.
Masalah kecil dapat membuat ia mudah

Anda mungkin juga menyukai