Di Susun Oleh :
1. Faisal Ananda Wahyu Putra F.131.21.0009
2. Anggita Sri Prawidia F.131.21.0019
3. Siti Nur Azizah F.131.21.0028
4. Weni Lestari F.131.21.0032
5. Alma Fauziah Amanda F.131.21.0043
6. Pinky Ananta Mahardika F.131.21.0044
7. Fida Faiyumy F.131.21.0048
8. Fransiska Amelia F.131.21.0050
9. Cheva Anzani F.131.21.0054
10. Muchamad Farid Alfian F.131.21.0059
11. Hanif Nidzam F.131.21.0066
12. Eva Arina Manasika F.131.21.0074
13. Ratu Hakim Nugrahani F.131.21.0086
14. Desta Sari Putri N F.131.21.0087
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segara rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada teman – teman yang sudah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikan dalam kehidupan sehari – hari.
Bahkan kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II ISI
Pengertian Agresivitas
Aspek – Aspek Agresivitas
Bentuk – Bentuk Agresivitas
Ciri – Ciri Agresivitas
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Agresivitas
Cara Mengontrol Agresivitas
Contoh Kasus Agresivitas
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agresivitas adalah kecenderungan berperilaku yang ditunjukan pada makhluk hidup
maupun benda mati dengan maksud melukai,menyakiti,mencelakai atau merusak dengan
menimbulkan kerugian secara fisik atau psikologis pada seseorang yang tidak ingin dirugikan
atau mengakibatkan kerusakan pada benda.Bentuk-bentuk agresiivitas remaja yang sering
kita dengar baik itu melalui surat kabar,televisi dan sebagainya.Hal ini sangat merisaukan
masyarakat baik itu secara material maupun psikologis.Hal ini dapat kita lihat pada
masyarakat sekarang apabila ada perkelahian pelajar,mereka langsung melarikan diri untuk
menyelamatkan diri.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu agresivitas?
b. Apa saja ciri – ciri agresifitas?
c. Faktor apa yang menyebabkan agresivitas?
d. Bagaimana bentuk agresivitas?
e. Bagaimana cara mengontrol agresivitas?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui tentang agresivitas seperti pengertian, ciri – ciri agresivitas, factor
yang dapat menyebabkan agresivitas juga bagaimana bentuk tentang agresivitas itu juga
bagaimana cara mengontrol agresivitas.
BAB II
ISI
A. Pengertian Agresivitas
Maka dapat disimpulkan bahwa agresivitas berarti suatu tindakan berasal dari naluri ilmiah
sebagai manifestasi emosi negatif, seperti menyerang orang lain untuk menyakiti,
mencelakakan, dan memenuhi hak diri sendiri tanpa memikirkan hak orang lain guna
mencapai tujuan sesuai keinginannya.
dari perilaku agresif secara fisik atau verbal, secara aktif atau pasif, secara
Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara tidak
berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya.
Misalnya menjebak untuk mencelakakan orang lain.
Tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan
dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik
secara langsung. Misalnya memberikan jalan untuk orang lain.
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan
secara langsung dengan individu/kelompok lain. Misalnya mencaci maki orang lain menusuk,
memukul.
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak
berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya.
Misalnya menyebarkan gosip yang tidak benar kepada orang lain.
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan
dengan individu/kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung. Misalnya
tidak mau berbicara pada orang lain.
h. Agresivitas verbal pasif fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dilakukan dengan cara tidak
berhadapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak
verbal secara langsung. Misalnya diam saja meskipun tidak setuju.
Perilaku agresif memiliki 6 ciri-ciri menurut Anantasari dalam bukunya Menyikapi Perilaku
Agresif Anak.
1. Perilaku Menyerang
Bertujuan menyakiti hati atau merusak barang orang lain, di mana perilaku itu tidak dapat
diterima secara sosial.
2. Perilaku Menyakiti atau Merusak
Menyakiti atau merusak diri sendiri, orang lain, atau objek-objek pengganti, sehingga
menimbulkan kesakitan fisik atau psikis.
3. Perilaku Tidak Diinginkan oleh Sasaran
Perilaku agresif umumnya tidak diinginkan atau tidak dapat diterima oleh orang yang
menjadi sasarannya.
4. Perilaku Melanggar Norma Sosial
Perilaku agresif biasanya dikaitkan dengan pelanggaran nilai dan norma sosial.
5. Sikap Permusuhan
Perilaku agresif salah satunya ditandai dengan sikap permusuhan terhadap orang lain sebagai
cara untuk menyakiti atau melukai orang lain tersebut.
6. Perilaku yang Dipelajari
Perilaku agresif tidak muncul tiba-tiba, tetapi dipelajari melalui pengalaman masa lalu dan
didorong oleh kondisi sosial atau lingkungan.
Bower dan bower (dalam psychemate, 2007) mengungkapkan beberapa perilaku atau ciri-ciri
agresifitas :
a. Biasanya seseorang yang berperilaku agresif akan mengekspresikan perasaannya
tanpa mengindahkan ataupun menyinggung perasaan orang lain.
b. Banyak berbicara dan dengan cara yang cepat, serta banyak membicarakan hal- hal
yang berkaitan dengan dirinya.
c. Mata nya tidak ekspresif, merendahkan orang lain dan selalu memalingkan muka
d. Saat dipuji orang tersebut biasanya selalu membanggakan dirinya dan juga membuat
seseorang memujinya malah merasa tersinggung
e. Memiliki sikap yang ingin menang sendiri dan “sok tahu” memberikan sebuah opini
atau juga sebuah pendapat mengenai banyak hal, namun tanpa berpikir dan memiliki
bukti akan itu semua.
f. Melakukan penyerangan terhadap orang lain yang biasanya tidak memiliki satu
pendapat dengan dirinya,
g. selalu mengintimidasi seseorang, mendominasi dan juga terlalu mengontrol.
h. Selalu menyatakan ketidaksetujuannya dengan menyerang, mengintimidasi dan
bahkan bisa saja sampai membuat orang lain merasa sangat tersinggung.
i. Selalu menyampaikan sesuatu dengan amarah dan juga meledak- ledak.
Menurut Taylor, Peplau & Sears (2009) munculnya perilaku agresif berkaitan erat dengan
rasa marah yang terjadi dalam diri seseorang. Rasa marah dapat muncul dengan sebab-sebab
sebagai berikut:
a. Adanya serangan dari orang lain. Misalnya ketika tiba-tiba seseorang menyerang dan
mengejek dengan perkataan yang menyakitkan. Hal ini dapat secara refleks menimbulkan
sikap agresi terhadap lawan.
b. Terjadinya frustrasi dalam diri seseorang. Frustrasi adalah gangguan atau kegagalan dalam
mencapai tujuan. Salah satu prinsip dalam psikologi, orang yang mengalami frustrasi akan
cenderung membangkitkan perasaan agresifnya.
Keadaan tersebut bisa saja terjadi karena manusia tidak mampu menahan suatu penderitaan
yang menimpa dirinya.
c. Ekspektasi pembalasan atau motivasi untuk balas dendam. Intinya jika seseorang yang
marah mampu untuk melakukan balas dendam, maka rasa kemarahan itu akan semakin besar
dan kemungkinan untuk melakukan agresi juga bertambah besar. Kemarahan itu disebabkan
karena kontrol keputusan yang rendah, sehingga seseorang gagal menafsirkan peristiwa dan
tidak mampu memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.
d. Kompetensi. Agresi yang tidak berkaitan dengan keadaan emosional, tetapi mungkin
muncul secara tidak sengaja dari situasi yang melahirkan suatu kompetensi. Secara khusus
merujuk pada situasi kompetitif yang sering memicu pola kemarahan, pembantahan dan
agresi yang tidak jarang bersifat destruktif.
Baron dan Byrne (2005) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang melakukan agresivitas, yaitu:
1. Faktor-faktor Sosial
Faktor-faktor sosial merupakan faktor-faktor yang terkait dengan sosial individu yang
melakukan perilaku agresif, diantaranya adalah:
a. Frustasi, yang merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan, dan frustasi
dapat menyebabkan agresi.
b. Provokasi langsung, adalah tindakan oleh orang lain yang cenderung memicu agresi
pada diri si penerima, seringkali karena tindakan tersebut dipersepsikan berasal dari
maksud yang jahat.
c. Agresi yang dipindahkan, bahwa agresi dipindahkan terjadi karena orang yang
melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber
provokasi awal.
d. Pemaparan terhadap kekerasan di media, dimana dapat meningkatkan
kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam agresi terbuka. Keterangsangan yang
meningkat, bahwa agresi muncul karena adanya emosi dan kognisi yang saling
berkaitan satu sama lain.
e. Keterangsangan seksual dan agresi, dimana keterangsangan seksual tidak hanya
mempengaruhi agresi melalui timbulnya afek (misalnya mood atau perasaan) positif
dan negatif. Tetapi juga dapat mengaktifkan skema atau kerangka berpikir lainnya yang
kemudian dapat memunculkan perilaku nyata yang diarahkan pada target spesifik.
2. Faktor-faktor Pribadi
Berikut ini adalah trait atau karakteristik yang memicu seseorang melakukan perilaku
agresif:
a. Pola perilaku Tipe A dan Tipe B. Pola perilaku tipe A memiliki karakter sangat
kompetitif, selalu terburu-buru, dan mudah tersinggung serta agresif. Sedangkan pola
perilaku tipe B menunjukkan karakteristik seseorang yang sangat tidak kompetitif, yang
tidak selalu melawan waktu, dan yang tidak mudah kehilangan kendali.
b. Bias Atributional Hostile, merupakan kecenderungan untuk mempersepsikan maksud
atau motif hostile dalam tindakan orang lain ketika tindakan ini dirasa ambigu.
c. Narsisme dan ancaman ego, individu dengan narsisme yang tinggi memegang
pandangan berlebihan akan nilai dirinya sendiri. Mereka bereaksi dengan tingkat agresi
yang sangat tinggi terhadap umpan balik dari orang lain yang mengancam ego mereka
yang besar.
d. Perbedaan gender, pria umumnya lebih agresif daripada wanita, tetapi perbedaan ini
berkurang dalam konteks adanya provokasi yang kuat. Pria lebih cenderung untuk
menggunakan bentuk langsung dari agresi, tetapi wanita cenderung menggunakan bentuk
agresi tidak langsung.
Faktor-faktor pribadi juga mempengaruhi agresivitas, dimana hal tersebut berkaitan erat
dengan aspek yang ada di dalam diri individu yang melakukan perilaku agresif.
3. Faktor-faktor Situasional
Faktor situasional merupakan faktor yang terkait dengan situasi atau kontek dimana
agresi itu terjadi. Berikut ini adalah faktor situasional yang mempengaruhi agresi:
a. Suhu udara tinggi. Suhu udara yang tinggi cenderung akan meningkatkan agresi, tetapi
hanya sampai pada titik tertentu. Diatas tingkat tertentu atau lebih dari 80 derajat
fahrenheit agresi menurun selagi suhu udara meningkat. Hal ini disebabkan pada saat
suhu udara yang tinggi membuat orang-orang menjadi sangat tidak nyaman sehingga
mereka kehilangan energi atau lelah untuk terlibat agresi atau tindakan kekerasan (Baron
& Bryne, 2005)
b. Alkohol. Individu ketika mengonsumsi alkohol memiliki kecenderungan untuk lebih
agresi. Dalam beberapa eksperimen, partisipan-partisipan yang mengonsumsi alkohol
dosis tinggi serta membuat mereka mabuk ditemukan bertindak lebih agresif dan
merespon provokasi secara lebih kuat, daripada partisipan yang tidak mengkonsumsi
alkohol (Baron & Bryne, 2005).
Menurut Dayakisni dan Hudaniah (2006), agresivitas bisa dikontrol dengan beberapa
tindakan diantaranya:
a. Katarsis
Pelepasan ketegangan emosional yang mengikuti suatu pengalaman yang kuat. Katarsis
mungkin bisa membantu mengurangi mengurangi ketegangan yang berada dalam diri
seseorang, karena dalam melakukan katarsis individu akan mengalami perasaan yang
lebih baik dan mengurangi kecenderungan untuk melakukan tindakan agresif yang
berbahaya.
b. Sublimasi
Ini merupakan suatu bentuk penyaluran perasaan tegang atau kemarahan yang dapat
diterima oleh masyarakat. Penyaluran ini bisa berupa aktivitas olahraga, kesenian maupun
aktivitas bisnis yang mengandung persaingan.
c. Supresi
Individu melakukan penekanan terhadap rasa marah yang dialami. Penekanan ini dilakukan
mungkin karena norma masyarakat atau norma keluarganya yang tidak mengijinkan untuk
mengekspresikan rasa marah secara terang-terangan.
Selain neurotisme, provokasi fisik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
agresi. Secara umum seseorang menunjukan respon agresi sesuai dengan jenis provokasi
yang diterimanya, misalnya seseorang yang mendapatkan provokasi fisik (ditendang, dipukul,
didorong) lebih mungkin membalas dalam bentuk agresi fisik.
“Jadi seseorang yang kesulitan dalam mengatur emosinya, berpotensi menjadi pelaku agresi.
Masalah kecil dapat membuat ia mudah