Jtptunimus GDL Epimulyani 6151 2 Bab2 PDF
Jtptunimus GDL Epimulyani 6151 2 Bab2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dermatomikosis
1. Pengertian
Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan
mukosa yang disebabkan infeksi jamur (Mawarli, 2000).
Dermatomikosis mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit
jamur yang menyerang kulit (Juanda, 2005).
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Dermatomikosis.
Menurut Petrus 2005 & Utama 2004 faktor yang mempengaruhi
adalah udara yang lembab, lingkungan yang padat, sosial ekonomi yang
rendah, adanya sumber penularan disekitarnya, obesitas, penyakit sistemik,
penggunaan obat antibiotik, steroid, sitostatika yang tidak terkendali.
3. Macam – Macam Dermatomikosis
a. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang
menjadi zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan sratum korneum pada
epidermis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (Mawarli, 2000).
Dermatofitosis (Tinea) adalah infeksi jamur dermatofit (species
microsporum, trichophyton, dan epidermophyton) yang menyerang
epidermis bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut.
Microsporum menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang
rambut, kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang
kuku (Sutomo, 2007). Menurut Emmons, 1994 (dalam Juanda, 2005)
dermatofita penyebab dermatofitosis. Golongan jamur ini bersifat
mencernakan keratin, dermatifita termasuk kelas fungi imperfecti.
Gambaran klinik jamur dermatofita menyebabkan beberapa bentuk
klinik yang khas, satu jenis dermatofita menghasilkan klinis yang
berbeda tergantung lokasi anatominya.
6
21
tepi lebih aktif dengan tanda peradangan yang lebih jelas. Daerah
sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara tepi
lesi meluas sampai ke perifer. Kadang bagian tengahnya tidak
menyembuh, tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga
menjadi bercak yang besar. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gambaran klinik dan lokalisasinya serta kerokan kulit dengan
mikroskop langsung dengan larutan KOH 10-20% untuk melihat
hifa atau spora jamur. Pengobatan sistemik berupa griseofulvin 500
mg sehari selama 3-4 minggu, itrakenazol 100mg sehari selama
2 minggu, obat topikal salep whitfield.
4) Tinea Imbrikata
Adalah penyakit yang disebabkan jamur dermatofita yang
memberikan gambaran khas berupa lesi bersisik yang melingkar-
lingkar dan gatal. Disebabkan oleh dermatofita T. concentricum.
Gambaran klinik dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus,
sehingga sering digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula
sebagai makula eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama
agak tebal terletak konsensif dengan susunan seperti genting, lesi
tambah melebar tanpa meninggalkan penyembuhan dibagian
tangahnya. Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas berupa
lesi konsentris. Pengobatan sistemik griseofulvin 500 mg sehari
selama 4 minggu, sering kambuh setelah pengobatan sehingga
memerlukan pengobatan ulang yang lebih lama, ketokonazol 200
mg sehari, obat topikal tidak begitu efektif karena daerah yang
terserang luas.
5) Tinea Kruris
Adalah penyakit jamur dermatifita didaerah lipat paha, genitalia
dan sekitar anus, yang dapat meluas kebokong dan perut bagian
bawah. Penyebab E. floccosum, kadang-kadang disebabkan oleh T.
rubrum. Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan kiri
mula-mula lesi berupa bercak eritematosa, gatal lama kelamaan
21
7) Tinea unguium
Adalah kelainan kuku yang disebabkan infeksi jamur dermatofita.
Penyebab tersering adalah T. mentagrophites, T. rubrum.
Gambaran klinik biasanya menyertai tinea pedis atau manus
penderita berupa kuku menjadi rusak warna menjadi suram
tergantung penyebabnya, distroksi kuku mulai dari dista, lateral,
ataupun keseluruhan. Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis
pada pemeriksaan kerokan kuku dengan KOH 10-20 % atau biakan
untuk menemukan elemen jamur. Pengobatan infeksi kuku
memerlukan ketekunan, pengertian kerjasama dan kepercayaan
penderita dengan dokter karena pengobatan sulit dan lama.
Pemberian griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4 bulan untuk jari
tangan untuk jari kaki 9-12 bulan. Obat topical dapat diberikan
dalam bentuk losion atau crim.
8) Kandidiasis
Adalah suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur
intermediate yang menyerang kulit, kuku, selaput lendir dan alat-
alat dalam. Penyebab jamur golongan candida yang patogen dan
merupakan kandidiasis adalah candida albicans. Gambaran klinik
berbentuk kandidiasis sistemik dan lokal, kandidiasis lokal terdiri
dari: (a) Kandidiasis oral dimana kelainan ini sering terjadi pada
bayi berupa bercak putih seperti membran pada mukosa mulut dan
lidah bila membran tersebut diangkat tampak dasar kemerahan dan
erosif. (b) Perleche berupa retakan sudut mulut, pedih dan nyeri
bila tersentuh makanan atau air. (c) Kandidiasis vaginal kelainan
berupa bercak putih diatas mukosa yang eritematosa erosif, mulai
dari servik sampai introitus vagina, didapatkan fluor albus putih
kekuningan disertai semacam butiran tepung kadan seperti susu
pecah terasa gatal serta dispareuni karena ada erosi. (d) Balanitis
biasanya terjadi pada laki-laki yang tidak sunat, terasa gatal disertai
timbulnya membran atau bercak putih pada gland penis.
21
B. Pendidikan
1. Pengertian
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan
kearah yang lebih matang pada diri individu atau kelompok (Notoatmojo:
2003).
Suwarno (1992) dalam Nursalam (2001) mengemukakan bahwa
pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu.
Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh
semua manusia sejak lahir selama masa pertumbuhan dan perkembangan
sampai mencapai kedewasaan masing-masing (Nawawi, 2000)
Menurut Koentjoroningrat (1997) dalam Nursalam (2001) makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pengetahuan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan. Pendidikan menurut
manusia untuk berbuat mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi,
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup.
21
2. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai
dan kemampuan yang akan dikembangkan. Menurut UUD RI no 20 tahun
2003 pendidikan di Indonesia mengenal 3 jenjang pendidikan yaitu :
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9
(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi
jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah
ibtida’iyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
menengah pertama (SMP) dan madrasah Tsanawiyah (MTs) atau
bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan sekolah
dasar.
Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah keagamaan
(MAK) atau bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan Tinggi.
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencangkup program sarjana, magister, doktor, dan
specialis yang diselengarakan oleh perguruan tinggi.
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut atau universitas.
21
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari
“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi mulai dari panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam pembentukan tindakan seseorang (over behavior).
Roger 1974 (dalam Notoatmojo, 2007) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yaitu : 1) Awareness (kesadaran), yakni
orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih
dahulu. 2) Interest, yakni orang tertarik pada stimulus. 3) Evaluation
(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).
Hal ini sikap responden sudah lebih baik. 4) Trial, orang mulai mencoba
perilaku baru. 5) Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan dalam aspek kognitif
dibagi menjadi 6 tindakan yaitu :
a. Tahu (know)
Artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang
termasuk dalam kategori ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
21
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh: menyimpulkan, meramalkan
tehadap objek yang telah dipelajari.
c. Application (Analysis)
Artinya suatu kemampuan untuk menguraikan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan lain sebagainya.
d. Sintesis (Synthesis)
Artinya suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian
atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang menjadi arti
tertentu.
e. Evaluasi (Evaluation)
Artinya kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Soekanto (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu:
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan agar menjadi
perubahan yang paling positif yang meningkat. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka akan mengakibatkan kesadaran dasar akan
pentingnya ilmu pengetahuan. Hal ini dapat memacu seseorang untuk
bersifat aktif dalam meningkatkan pengetahuan.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas melalui media elektronika
maupun media cetak.
21
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi
kebudayaan meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat informal. Contoh: seseorang yang pernah
bekerja di instansi kesehatan, walaupun belum pernah bekerja di
instansi kesehatan, walaupaun belum pernahmenyelesaikan pendidikan
kesehatan orang tersebut akan mempunyai pengetahuan yang lebih
dibanding dengan orang yang mempunyai latar belakang pendididkan
yang sama namun dalam belum bekerja.
e. Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya
semakin tinggi tingkat sosial akan mendapat tingkat pengetahuan
dengan semakin luasnya mendapat informasi.
Pengukuran variabel pengetahuan menggunakan skala ordinal dengan
membagi dua kategori yaitu kategori baik dan kurang. Menurut Hastono
(2001) pengukuran skala ordinal tidak hanya membagi kelompok-
kelompok yang tidak tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada
hubungan (rangking). Hubungan antar kelompok ini dapat ditulis sebagai
lebih kecil (<) atau lebih besar (>). Jadi dari kelompok yang sudah
ditentukan dapat diurutkan menurut besar kecilnya.
Pembagian kategori pengetahuan menggunakan cut of point. Menurut
Hastono (2001) pembagian kategori menggunakan cut of point didasarkan
pada distribusi data normal atau tidak. Bila mean, median, dan mode sama
bentuk distribusi datanya normal, maka kategori baik > mean dan kategori
kurang < mean. Sedangkan bila nilai mean, median, dan mode tidak sama
bentuk distribusi data tidak normal maka kategori baik > median dan
kategori kurang < median.
21
D. Kerangka Teori.
Menurut Petrus 2005& Utama 2004 faktor yang mempengaruhi adalah
udara yang lembab, lingkungan yang padat, sosial ekonomi yang rendah,
adanya sumber penularan disekitarnya, obesitas, penyakit sistemik,
penggunaan obat antibiotik, steroid, sitostatika yang tidak terkendali.
Menurut Blum 1974 (dalam Notoatmojo, 2007) perilaku merupakan
faktor terbesar kedua setelah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
individu, kelompok atau masyarakat. Dalam rangka pembinaan dan
peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi
(pendidikan kesehatan) lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan koersi.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk
intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku kondusif
untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku induvidu,
kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat
dilihat dari 3 aspek yakni aspek fisik, psikis, sosial. Akan tetapi dari ketiga
aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi
perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan,
keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan lain sebagainya
(Notoatmojo, 2007).
Green 1980 (dalam Notoatmojo, 2007) mencoba menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :
1. Faktor Predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan , sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
21
Faktor predisposisi:
- Pendidikan
- Pengetahuan tentang penyakit
dermatomikosis
- Sikap dalam menjaga hygiene, sanitasi
lingkungan
- Penyakit sistemik
- Kepercayaan
- Obesitas
- Keyakinan
- Nilai-nilai
Faktor pendukung :
- Lingkungan fisik(udara yang lembab),zat
kimia(penggunaan obat
antibiotik,steroid,sitostatika yang tidak
Kejadian penyakit
terkendali),adanya sumber penularan
disekitarnya. dermatomikosis
- Manusia,adanya bibit penyakit.
- Fasilitas/sarana kesehatan(puskesmas,obat-
obatan)
- Kesakitan
- kenyamanan
Faktor pendorong
- Sikap petugas kesehatan
- Perilaku petugas lain(tokoh agama,tokoh
masyarakat)
- Kepadatan penduduk dan kepadatan rumah.
- Kebiasaan hidup masyarakat. - Gatal,kronik,kumat-
kumatan.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent (Variabel Bebas)
Variabel independent merupakan independent yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel ini juga
dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi
variabel lain (Alimul, 2007).
Dalam penelitian ini variabel tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien
merupakan variabel independent.
2. Variabel Dependent
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel
bebas terhadap perubahan (Alimul, 2007).
Dalam penelitian ini variabel kejadian penyakit dermatomikosis
merupakan variabel dependent.
F. Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
Tingkat
Pendidikan
Kejadian Penyakit
Dermatomikosis
Pengetahuan
Tingkat
Pendidikan
Kontrol
Pengetahuan
G. Hipotesa
1. Mayor
Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kejadian
penyakit dermatomikosis di poli kulit dan kelamin RSUD Kajen
Kabupaten Pekalongan.
2. Minor
a. Ada hubungan antara tingkat pendidikan pasien dengan kejadian
penyakit dermatomikosis di poli kulit dan kelamin RSUD Kajen
Kabupaten Pekalongan.
b. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien dengan kejadian
penyakit dermatomikosis di poli kulit dan kelamin RSUD Kajen
Kabupaten Pekalongan.