Brenong Kepang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi ketika seorang calon pengantin laki-
laki hendak melaksanakan pernikahan di zaman dahulu. Adapun syarat yang dibawa yaitu semua bentuk
peralatan dapur/memasak dan ditambah dengan berbagai sesaji. Tari ini berisi petuah buat kedua
pengantin dalam berumah tangga. Serta kadang di dalamnya diselingi dengan humor. Pagelaran yang
diiringi dengan Gendhing Banyumasan ini di wakili oleh dua orang dukun begalan. Yang satu mewakili
pihak pengantin putri dengan ciri khas membawa “Wlira” (ruyung dari pohon Jambe), sedangkan
perwakilan dari pihak putra ditandai dengan membawa “Brenong Kepang” (perabot dapur).
Rampak Yakso
Ujungan merupakan ritual meminta hujan yang dilakukan oleh masyarakat Gumelem dan sekitarnya ketika
musim kemarau panjang. Melalui ritual ini, para lelaki terpilih saling memamerkan kekuatan “atosing
balung, wuleding kulit” (kerasnya tulang, kuatnya kulit) yang dipadu dengan tindakan estetis. Sekilas tari
Ujungan semacam olah raga tradisional yang cukup keras, menggunakan sebatang rotan untuk memukul
lawannya pada bagian paha ke bawah. Semakin banyak darah yang ke luar maka semakin cepat hujan
akan turun. Namun dibalik kerasnya pelaksanaaan ritual tersebut, sebenarnya ritual Ujungan memiliki
tujuan yang sangat luhur bagi kontinuitas kehidupan dunia. Bahwa air adalah sebagai sumber kehidupan.
Dalam pementasan karya kali ini, ditampilkan tari Ujungan yang dipadukan dengan tarian Lengger serta
batik gumelem.
Lesung dan Kotekan
Lesung adalah alat penumbuk padi yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat Banjarnegara pada
zaman dahulu. Sedangkan Kotekan adalah suatu hiburan yang dilaksanakan ibu-ibu petani zaman dahulu
dengan memukul-mukulkan alat penumbuk padi sehingga menimbulkan nada-nada tertentu dan terdengar
alami. Kotekan selain sebagai hiburan juga merupakan perwujudan dari rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena panen berhasil. Dalam pentas kali ini digunakan satu buah lesung dengan 8 ibu-ibu
petani untuk menabuh lesung tersebut, dan 12 orang wanita yang memperagakan petani sedang
menanam padi, serta didukung oleh 8 pria yang berperan sebagai petani yang membawa hasil panen.
TARI ANGKRING
Tari Angkring
Dawet Ayu Banjarnegara memang ASLI dari Banjarnegara, bukan dari daerah lain. Dawet ayu adalah
minuman khas terdiri dari santan, air gula aren (juruh), dan dawet yang terbuat dari tepung beras dan
tepung gelang. Dengan tambahan nangka dan durian, kelezatan dan aroma dawet benar-benar
menggugah selera yang menyegarkan.
Perlengkapan penjualan memakai simbul wayang Semar dan Gareng. Kedua tokoh wayang itu sangat
merakyat sehingga dapat diartikan bahwa dawet adalah minuman menyegarkan yang dapat dinikmati oleh
semua golongan masyarakat. Tema penampilan
“Dengan tari Angkring Dawet Ayu diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan wirausaha baru
pengolahan dawet ayu sehingga membantu mengatasi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat”
Semar (mar) gareng (reng) jadi Mareng = kemarau. Dengan kemarau (tidak hujan) dawet ayu akan laris
manis.