BNPB and JICA 2015 Petunjuk Teknis Penyu PDF
BNPB and JICA 2015 Petunjuk Teknis Penyu PDF
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Pedom
man Teeknik
Pen
nyusun
nan Pe
eta Anc
caman dan Risiko
R Benca
ana
U
Untuk Tingka
T at Kabupatenn/Kota
Ve
ersi 2.0
0
An
nnex-1: P
Pedoman Teknik
k Untuk Pembua atan Petta Bahay
ya
Untuk
U K
Kabupateen/Kota
Annex
x-2: Petu
unjuk Te ajian Risiko Ben
eknis Ka ncana
Untuk
U KKabupate
en/Kota
Septe
ember, 2015
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
A
Annex-1:
Pedomann Tekn
nik
Unttuk Pe
embu
uatan Peta Bahaaya
Untuk
k Kab
bupatten/Ko
ota
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
D
Daftar Isi
1. L
Latar Belak ang ......................................................................................... 1--1
2. T
Tujuan ....... ............................................................................................... 1--2
3. B
Badan Peru
umus dan Kebijakan
K ................................................................. 1--2
4. P
Pertimbang an isu-isu penggunaa
p an Peta Bah
haya ...................................... 1--3
5. T
Terminologi dan Definiisi ........................................................................... 1--3
6. M
Metodologi Identifikasii Daerah Ba
ahaya Bencana Alam ............................. 1--8
6.1 G
Gempa Bum
mi ............................................................................................ 1--8
6.2 T
Tsunami .... ............................................................................................. 1-2
26
6.3 B
Banjir ........ ............................................................................................. 1-3
38
6.4 B
Banjir Band ang ....................................................................................... 1-5
56
6.5 T
Tanah Long
gsor ....................................................................................... 1-5
59
6.6 L
Letusan Gu nung Api ............................................................................... 1-6
62
6.7 B
Bencana La
ainnya (Kek
keringan, C
Cuaca Ekstrrim (Angin Kencang),
K
K
Kebakaran Hutan dan Lahan) ................................................................. 1-6
64
Lampira
an-1: Peme aya Gempa Bumi
etaan Baha
Lampira
an-2: Peme
etaan Baha
aya Tsunam
mi
Lampira
an-3: Digita
alisasi Peta
a SNI Ancam
man
Lampira
an-4: Mem buat dan Mengedit
M Pe
eta Sejarah
h Bencana
1‐i
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1. LAT
TAR BEL
LAKANG
G
Di Indoonesia, orgaanisasi/institu
usi tertentu yang berpeeran/memegaang kuasa dditentukan di
d setiap
bencanaa, yang adalaah Kementriaan, badan peemerintah ataau Tim yang terdiri dari beberapa keementrian
dan univversitas, dann pembuatan berbagai maacam manuaal dan peta bahaya
b melannjutkan inisiatif yang
telah adda dari setiaap organisasii yang bertaanggungjawaab. BNPB memegang
m pperan sebagaai kepala
penangggulangan risiiko bencana berdasarkann informasi bahaya yang
g dibangun ooleh organissasi yang
bertangggungjawab akan tetap
pi pengkajiaan bahaya harus ditaangani olehh setiap organisasi
o
penangggungjawab.
Annex-11 ini, yang berjudul “Ped mbuatan Peta Bahaya untuuk Kabupateen/Kota”,
doman Tekniik untuk Pem
menjelasskan proseddur atau mettodologi untuuk menggam
mbar peta-peeta, yang akkan digunakaan untuk
ko bencana, untuk peerencanaan kegiatan
estimasii index di dalam prroses pengkkajian risik
penangggulangan benncana dan ren
ncana evakuaasi, dll.
1‐1
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Pedo
oman Umum
m Pengkajia
an Risiko Bencana
B
Sumbber: BNPB
2. TUJJUAN
1) U
Untuk mem
mperkenalkan
n berbagai m
macam pend
dekatan/meto
odologi term
masuk conto
oh-contoh
dari Jepang dalam
d rangk
ka pembuatann peta bahayaa untuk setiaap target benccana alam.
2) U
Untuk menjjelaskan mettodologi pem
mbuatan petta bahaya di tingkat Kaabupaten/Ko
ota (pada
dasarnya denngan skala 1:50,000) denngan memperrtimbangkan
n ketersediaann data spasiaal saat ini
uuntuk digunaakan di Indonesia
3) U
Untuk menjeelaskan meto
ode pemrosessan data untu
uk pembuataan peta ancam
man
3. PER
RUMUSA
AN BADA
AN DAN K
KEBIJAK
KAN
3.1 B
Badan Perumus
Badan pperumus padaa prinsipnya adalah BPBD
D (Kabupateen/Kota).
P
Pada prinssipnya BPBD (Kabuupaten/Kota)) adalah badan peerumus di bawah
ppengawasan//kerjasama dari
d BPBD (Provinsi) dan
d BNPB berkolaboras
b si dengan organisasi
o
tterkait termaasuk pemerin
ntah pusat ddan daerah, desa
d (Desa/K
Kelurahan), ppenduduk lo
okal, para
aahli, NGO, dan
d badan terrkait lainnya .
1‐2
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
D
Di dalam Annnex-1 ini, metode
m sederrhana pada dasarnya
d dijeelaskan untukk tiap bencan
na dalam
ssudut pandanng kondisi teerkini dari B
BPBD (Kabu
upaten/Kota) seperti angggaran, keahllian yang
ttersedia, dll. Metode yang lebih ccanggih jugaa diperkenallkan secara singkat yan
ng mana
m
membutuhkaan teknologii canggih, komputer, perangkat lunak, anggaaran besar, berbagai
m
macam data detil, dll. Yang
Y diharappkan dapat dikerjakan
d dalam
d waktu dekat (dalaam kurun
w
waktu 5 yearrs).
4. PER
RTIMBANGAN IS
SU PEMA
ANFAATA
AN PETA
A ANCAM
MAN
Kadangkkala, inform
masi yang diperlihatkan
d n di peta an
ncaman men
nimbulkan ssalah asumssi bahwa
informassi tersebut addalah benar dan tidak beerubah. Peta ancaman haanya mempreesentasikan satu
s hasil
yang muungkin diperroleh melaluii analisis yanng berkaitan dengan sken
nario/asumsii yang diruju
uk. Untuk
ksternal yangg sebenarnyaa lebih besar daripada kekkuatan skenaario yang
kasus-kaasus dimana kekuatan ek
dirujuk, area berbahaaya akan dip
perluas daripaada area yang diperlihatk
kan di peta anncaman.
5. TER
RMINOL
LOGI DAN DEFIN
NISI
5.1 B
Bahaya
“Bahayaa” dideskripssikan di bawaah:
A
Ancaman baahaya adalah
h frekuensi ((kemungkinaan) bencana yang munggkin terjadi di lokasi
ttertentu denggan intensitass tertentu pul
ula.
K
Komponen bahaya dibaangun berdaasarkan paraameter inten
nsitas dan pprobabilitas kejadian
bbencana.
1‐3
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
P
Peta bahaya akan menen
ntukan daeraah-daerah diimana kejadian alam terrtentu terjad
di dengan
ffrekuensi dann intensitas tertentu.
t
5.3 G
Gempa Bum
mi
“Gempaa Bumi” dijellaskan sebag
gaimana di baawah:
G
Gempa Bum
mi menyebabk
kan kerusakaan bangunan
n (rumah, sek
kolah, rumahh sakit, dll), kontruksi
k
ddari fisik inffrastruktur (jjalan utama,, jembatan, bendungan,
b pelabuhan/aairport, listrik
k, sistem
kkomunikasi, dll.), dan bencana sekunnder seperti kebakaran
k dan korban keppanikan.
G
Gempa Bum
mi adalah kejjadian pelepaasan energi, yang dihasiilkan oleh peergeseran/peergerakan
ssecara tiba-tiiba di dalam
m kerak bum
mi. Ada dua jenis
j gempa bumi yang umum, yaittu gempa
bbumi tektoniik dan gempaa bumi vulkaannik.
5.4 T
Tsunami
“Tsunam
mi” dijelaskaan sebagaimaana di bawahh:
T
Tsunami merupakan gelombang passang tinggi yang
y terjadi disebabkan oleh gempa bumi di
llaut, letusan gunung api bawah laut atau longsorran di laut. Tetapi
T tidak satupun darri seluruh
ffenomena inni dapat mem
micu tsunami dengan sendirinya. Kon
ndisi utama uuntuk tsunam
mi adalah
ddeformasi di bawah laut. Ada empat ffaktor gempaat bumi yang
g menyebabkkan tsunami:
E
Epicenter terlletak di lautaan
G
Gempa bumi dengan maggnitude yang besar,
G
Gempa bumi dangkal
D
Deformasi veertikal di dasaar laut
Tsunami meerupakan suatu serial ggelombang laut yang diisebabkan olleh perioda panjang
T
ggangguan im
mpulsif dasarr laut. Tsunaami dapat dissebabkan oleeh : (1) gem
mpa bumi diikuti oleh
ddislokasi/perrgeseran masssa batuan b esar di bawaah air (laut/d
danau), (2) ttanah longso
or di laut,
((3) letusan vuulkanik di laaut atau gunuung api pulau
u.
5.5 B
Banjir
“Banjir”” digambarkaan sebagaimaana di bawahh:
1‐4
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
IIndonesia merupakan
m daaerah rawan bencana, baaik itu bencaana alam ma
maupun bencaana yang
ddisebabkan kesalahan manusia. H
Hampir sem
mua jenis bencana ter
erjadi di In
ndonesia.
B
Bencana-benncana yang dominan
d adaalah banjir, taanah longsorr, dan kekeriingan. Banjirr sebagai
ssebuah fenom
mena alam yang
y berkaittan dengan kegiatan
k man
nusia disebabbkan oleh ak
kumulasi
bbeberapa fakktor, seperti hujan,
h kondi si sungai, ko
ondisi hulu sungai, kondiisi area coco
ok tanam,
ddan gelombaang pasang.
P
Potensi ancaman bencan
na banjir dann tanah long
gsor disebab
bkan oleh da
dan ditambah
h dengan
kkerusakan aliiran sungai dan/atau
d daerrah resapan, ketidakpatuh
han terhadapp kebijakan taata ruang,
ppelanggaran hukum yang
g ada, rencaana konstruk
ksi yang kurrang terinteggrasi, dan ku
urangnya
ddisiplin masyyarakat.
B
Banjir meruupakan limpaasan air yanng melebihi tingkat air normal. Padda umumny
ya, banjir
ddisebabkan oleh
o curah hujan
h tinggi ddi atas norm
mal untuk kassus dimana ssistem drain
nase yang
tterdiri dari sungai, anak sungai, cekungan dangkal
d dan
n lainnya ttidak mamp
pu untuk
m
mengakomoddasi akumulaasi air hujan atau luapan oleh akumullasi air hujann.
5.6 B
Banjir Band
dang
“Banjir B
Bandang” diijelaskan seb
bagaimana beerikut:
B
Banjir bandaang (flash floods)
fl biasaanya terjadi di batas air dimana lere
reng dasar su
ungainya
ccuram. Disccharge yang
g tinggi dann aliran air yang sang
gat deras m
memungkinkaan untuk
m
membawa batu atau poh
hon yang beesar, dan meenyapu apapun di sepanj
njang arah alliran dan
m
menghilang dengan
d cepaat.
(reference: Disaster
D Risk Index 2011))
D
Di dalam manual
m yang
g dibuat olehh PU, defin
nisi banjir bandang
b dijeelaskan sebaagaimana
bberikut:
B
Banjir besar yang terjadii secara tiba--tiba, karenaa limpasan discharge yanng melebihi kapasitas
k
aaliran air suungai yang disebabkan
d ooleh konsenttrasi curah hujan
h yang ttinggi dan seringkali
s
m
membawa aliran
a ungan alamii, yang terbbentuk dari material
debriss atau runtuuhnya bendu
llongsoran di hulu sungai.
U
Untuk alirann debris yaang mungkinn dikategorrikan sebagaai suatu jennis Banjir Bandang,
B
kkarakteristik aliran debriss dijelaskan sebagaimanaa berikut:
S
Suatu jenis pergerakan
p aliran
a masa m
material deb
bris yang berrisi kandunggan transporttasi yang
ssangat besar,, berbutir kasar, non-kohhesif, terdiri dari
d materiall kecil sampaai besar sepeerti pasir,
kkerikil, batuaan kecil dan batu besar.
1‐5
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
5.7 T
Tanah Longgsor
“Tanah L
Longsor” dijjelaskan sebaagaimana berrikut:
T
Tanah longsor merupakaan salah satuu gerakan masa
m tanah attau batuan yyang turun sepanjang
llereng yang disebabkan oleh kerusakkan stabilitass tanah/batuaan. Pemicu ggerakan tanaah adalah
ccurah hujan yang tinggi dan kemirinngan tebing. Tanah longssor seringkalli terjadi di Indonesia
I
menyebabkaan kerugian harta benda dan manusia. Indonesiaa perlu menningkatkan kesadaran
m k
ddan kesiapsiaagaan terhad
dap bencana iini.
L
Longsor adaalah jenis gerakan
g massa tanah ataau batuan, atau campur
uran keduany
ya, yang
ddisebabkan oleh ya lereng karrena gangguan stabilitas tanah atau bbatuan.
o runtuhny
D
Definisi umuum longsor di
d dalam mannual PU dijellaskan sebagaimana berikkut:
D
Dalam arti feenomena ben k dalam 1) kkegagalan leereng dan
ncana, longsoor akan diklaasifikasikan ke
22) longsor deeep –seated.
K
Kegagalan lereng umum
mnya ditemuukan di sepaanjang ruas jalan
j dimana
na pemotongan tajam
llereng buataan telah dilak
kukan. Longgsor deep-setted didefinissikan sebagai
ai longsor meendalam:
D
Di antara keegagalan lerreng seperti jatuhan tan
nah dan keg
gagalan tebinng, yang meerupakan
ssebuah fenom
mena longso
or skala besaar, di mana bidang
b geserr terjadi padda lapisan yaang lebih
ddalam daripaada pada kasus kegagalaan permukaaan, dan tidak
k hanya perm
mukaan tanaah, tetapi
jjuga tanah dii lapisan dalaam bumi. Voolume materiial longsoran
n mendalam uumumnya leb
bih besar
aatau sama deengan 10 ^ 5m
m3
5.8 L
Letusan Gun
nung Api
“Letusann GunungAppi” dijelaskan
n sebagaimanna berikut:
D
Di dalam lettusan vulkan
nik, bencanaa disebabkan oleh keluarrnya partikell selama letu
usan uap,
aawan panas, aliran lava, gas beracunn, debu, dan
n bencana sek
kunder seper
erti aliran lah
har. Total
lluas wilayahh rawan gunung berapii di Indonesia adalah sekitar
s 17.0000 km² dan
n jumlah
uta. Menurutt data frekueensi letusan gunung berrapi, sekitar 585.000
ppenduduk seekitar 5,5 ju
oorang / tahunn terancam oleh letusan ggunung berap
pi.
L
Letusan gunnung api merupakan baggian dari akttivitas vulkaanik yang diikenal dengaan istilah
‘‘letusan’. Baahaya letusaan vulkanik adalah aliraan piroklastiik (awan paanas), aliran material
vvulkanik, hujjan abu, lavaa, gas beracuun, tsunami, dan
d banjir lav
va.
1‐6
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
5.9 K
Kekeringan
“Kekerinngan” dijelasskan sebagaiimana berikuut:
K
Kekeringan terjadi ham
mpir di setiaap musim kemarau.
k Kekeringan
K bberhubungan
n dengan
bberkurangnyya daerah cadangan
c aiir dan peru
ubahan tataa guna lahaan yang beerlebihan
m
menyebabkaan kerusakan
n ekosistem
m dan berk
kurangnya daerah
d cadan
angan air. Pengaruh
P
kkekeringan adalah kegaagalan paneen, berkuran
ngnya cadan
ngan makannan, berbagaai gejala
kkekurangan gizi,
g dan bah
hkan kematiaan.
5.10 C
Cuaca Ekstrrim (Angin
n Kencang)
“Cuaca E
Ekstrim (Anngin Kencang
g)” dijelaskann sebagaimaana berikut:
A
Angin kencaang adalah angin
a dengann kecepatan 120 km / h atau lebih dan sering terjadi
t di
ddaerah tropiss kecuali di daerah
d yang sangat dekaat dengan eku
uator. Anginn kencang dissebabkan
ooleh perbedaaan tekanan di
d dalam sisteem cuaca.
5.11 K
Kebakaran Hutan dan
n Lahan
“Kebakaaran Hutan dan
d Lahan” dijelaskan
d sebbagaimana berikut:
b
P
Potensi benccana kebakaran (hutan daan lahan) di Indonesia
I san
ngat besar. Inndonesia men
nghadapi
kkebakaran hutan
h dan laahan di setiaap musim kemarau.
k Pengaruh darii bencana in
ni adalah
hhilangnya keeberagaman hayati
h dan keemunculan asap
a di sekitaar area dan dii dalam wilayah.
K
Kebakaran huutan dan lahan selalu terj
rjadi setiap taahun dan hall ini berhubuungan dengan
n banyak
hhal. Seringkkali dimulaii oleh peruubahan huttan menjadii lahan peertanian yan
ng tidak
m
mempertangggungjawabkaan utilitas kkonsensi hutan, seperti pembersihan
p n lahan dengan cara
ppembakaran. Tanah gamb
but juga dapaat menyebab
bkan kebakarran hutan. Paada waktu daan situasi
teertentu, tanahh gambut daapat terbakar dengan send
dirinya.
K
Kebakaran hutan
h adalah keadaan dim
mana api meenjalari hutaan, yang kem
mudian meniimbulkan
kkerusakan hutan
h dan prroduk hutann yang men
nyebabkan kerugian
k ekoonomi dan/aatau nilai
llingkungan. Kebakaran hutan serinngkali menyebabkan benana
b asapp yang men
ngganggu
kkomunitas seekitarnya.
((referensi: Disaster
D Risk Index 2011)
1‐7
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6. Iden
ntifikasi Metodolo
M gi Daerah
h Bahaya Bencana
a Alam
6.1 G
Gempa Bum
mi
6.1.1 G
Garis Besar
1) Konsep Um
mum
Getaran di
d permukaan
n lemah kuat
2) Jarak dari
d epicenterr panjaang pendek
Semakin besar
b magnittude gempa,, semakin kuat
k getaran yang terjaddi. Namun demikian,
d
bahkan jikka hanya gem
mpa kecil saaja, getaran menjadi leb
bih kuat jikaa jarak dari epicenter
e
sangat dekkat. Intensitas getaran bervariasi kadang-kad
dang lebih dari dua kali
k atau
setengahnyya tergantung
g karakteristtik lapisan dangkal
d bawaah tanah. Seemakin lunak
k lapisan
dangkal baawah tanah, semakin
s besaar intensitas getarannya.
1‐8
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Langkah--1: Estimasii intensitas ggetaran tanpa pengaruh lapisan dangkaal bawah tan
nah
Langkah--2: Penggab
bungan pengaaruh dari lap
pisan dangkal bawah tanaah terhadap hasil
h dari
Langkah
h-1.
Untuk mem
manfaatkan peta bahayaa gempa bum
mi secara leebih efektif, sebagai Laangkah-3,
informasi lanjut atau hasil
h analisiss harus ditam
mbahkan pada peta inten
ensitas getaraan sesuai
dengan tujuuannya.
EP-
Surrface
EP-
A ca
EP-
- Bedro
ock
Ea a a
W
Wa a a
1) Metodee menggunak
kan simulassi numerik dari
d gelombang berdasaarkan sumbeer model
gempa bumi.
b
1‐9
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Metode menggunak
kan hubungaan empiris an
ntara seberap
pa besar perrkuatan dan seberapa
lunak laapisan dangk
kal bawah tannah.
Menurut kombinasi
k daari pemilihaan metode untuk
u ke-2 langkah di aatas, terdapaat total 3
langkah yaang dapat diaplikasikan
d untuk estim
masi intensittas getaran ddi permukaaan tanah,
diperlihatkkan sebagai A, B, dan C di Tabel 6.1.2.
6 (Catattan: Kombinnasi langkah
h-2-1 dan
langkah-1--2 tidak daapat diaplikkasikan karrena langkaah-2-1 mem
merlukan haasil dari
langkah-1--1)
Lang
gkah-1 1) Simulasi num
merik 2) Hubuungan empirris antara
ggelombang geempa magniitud, jarak, dan
d
Langkah-22
m
menggunakan
n sumber model intenssitas
ggempa bumi
1) Perhitunngan gelombang
gempa beerdasarkan model
m A -
lapisan dangkal bawaah tanah
1‐10
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Steep up
Steep up
Metode yg
y disederhannakan
G
Gambar.6.1.22 Konsep La
angkah per L
Langkah Peembuatan Peta Bahaya Gempa Bum
mi
1‐11
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Prosedur
Prosedur pembuatan
p peta bahayaa gempa bumi
LANG
GKAH-1: Intensitas getarann di batuan dasar (tanpa peengaruh lapissan dangkal
bawah tanah)
1) Menentukan
M sk
kenario sumbber gempa
2) Peerhitungan in
ntensitas getarran di batuan
n dasar
LANG
GKAH-2: Intensitas getarann di permukaaan tanah
1) Estimasi groun
nd amplificattion factor
2) Peerhitungan in
ntensitas getarran di permuk
kaan tanah
LANGKAH-3: Info
ormasi dan annalisis yang diibutuhkan
Prosedur Pembuatan
P Peta untuk
k Kegiatan Penanggulan
P ngan Bencanna
Gamb
bar. 6.1.3 Pro
osedur Pem
mbuatan Peta
a Bahaya Geempa Bumi dan Peta un
ntuk
Kegiataan Penanggu
ulangan Ben
ncana
1‐12
Pedomaan Teknik
caman dan Risiko Bencana
Penyyusunan Peta Anc
Untu
uk Tingkat Kabupa
aten/Kota
LAN GK AH
H -1
1‐13
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1) Meneentukan sken
nario sumber gempa bumii
2) Perhittungan inten
nsitas getarann di batuan daasar
Langkah ini
i harus diilakukan di bawah pen
ngawasan ah
hli gempa bbumi yang memiliki
m
pengetahuaan ilmiah daan keterampiilan teknik yang
y tinggi. Cara lainnyya, prediksi intensitas
i
getaran di batuan dasaar dapat dipeeroleh dari peta-peta bahaya nasionall Indonesia atau
a data
yang sudahh ada yang dikembangkann oleh otoritas gempa bu
umi.
Langkah-22 termasuk du
ua komponenn berikut;
1) Estim
masi distribussi ground amp
mplification factor
fa
2) Perhittungan inten
nsitas getarann di permukaaan tanah
Bed Ro
ock
Langkah-33 mengumpu
ulkan inform
masi yang berrguna untuk pemanfaatan
an peta secarra efektif
untuk setiaap tujuan dan
n pengguna. Hasil pengk
kajian risiko atau estimassi kerusakan//kerugian
adalah infoormasi yang sangat pentting bagi peemerintah. Faasilitas dan rrute evakuassi adalah
informasi yang
y paling penting untuuk publik. Dari
D sudut pandang penggguna, inform
masi yang
sesuai haruus dicantumk
kan pada petaa agar lebih mudah
m dimen
ngerti oleh ppengguna.
1‐14
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.1.2 M
Metode
1) Estimasi Intensitas
I Getaran di Baatuan Dasarr (Langkah--1)
(2) Pemoodelan properrti seismik skkala besar atau menyediaakan green fuunction
1‐15
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Estimasi Distribusi
D Grround Ampllification (La
angkah-2)
Ground amplification factor merrupakan eseensi dari peengaruh lokkal dalam distribusi
d
intensitas getaran.
g Terg
gantung dari karakteristik
k bawah tanah, amplituddo gelomban
ng gempa
bertambah secara sign
nifikan dalam
m perjalanannya menuju permukaan.. Rasio amp
plitudo di
permukaann dan di baatuan dasar didefinisikaan sebagai “Ground am
mplification factor”.
Umumnya, faktor terssebut bernilaai besar pad
da sedimen lunak tebal,, bernilai keecil pada
sedimen keras
k atau baatuan. Faktoor tersebut dapat
d dihitun
ng secara teeoritis meng
ggunakan
kecepatan gelombang-S
S (S-wave) ddi struktur baawah tanah. Rata-rata
R keccepatan gelom
mbang-S
dari permuukaan samp
pai kedalamaan 30m, yan
ng disebut AVS30, meemiliki korellasi kuat
dengan groound amplifiication factorr. Salah satu
u contoh hub
bungan antaraa AVS30 dan
n ground
amplificatiion factor G untuk PGV
V dan PGA yang
y kan oleh Middorikawa et al(1994)
diusulk
diperlihatkkan di bawah
h ini.
Kecepataan gelomban
ng-S strukturr bawah tanaah dapat diu
ukur oleh sallah satu tes borehole
ging. PS-loggging memerrlukan peralaatan khusus, keterampilaan teknik
yang diseebut PS-logg
dan sekuurangnya sam
mpai kedalaaman 30m borehole
b unttuk AVS30. Karena PS
S-logging
menyediaakan kecepaatan strukturr gelombang
g-S secara laangsung, AV
VS30 dapat dihitung
dengan mudah.
m Dan juga,
j fungsi transfer dap
pat dihitung menggunaka
m an kecepatan
n struktur
gelombanng-S, ground amplifica tion factor yang presissi dapat dihhitung meng
ggunakan
fungsi traansfer.
Kecepataan gelomban
ng-S memilikki korelasi yang
y baik deengan beberaapa in-situ geoteknik
g
testing untuk
u kontru
uksi/pondasii seperti SP
PT(Standard
d Penetratioon Test) ataau Cone
1‐16
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Vs 944.38N 0.31144
Kedua metode
m di atass menyediakkan kecepatan
n struktur gelombang-S ppada suatu tiitik, yang
mana tidaak memiliki batas horisoontal. Untuk memperoleh
h distribusi gground amplification
factor, innterpolasi harus dilakukkan terhadap
p data di atas
a untuk m
memperpanjaang arah
horisontaal.
B. Metodee Mengguna
akan Data G
Geologi/Topo
ografi
dimana a,b
b,c adalah ko
oefisien emppiris untuk setiap klasifik
kasi geomorf
rfologi, H meerupakan
elevasi, D merupakan jarak dari sunngai besar. Koefisien-koe
K efisien ini haarus dibangun
n dengan
pengumpulan dan anaalisis bernaccan-macam data.
d Sebuah
h contoh kooefisien untu
uk setiap
klasifikasi geomorfolog
gi diperlihatkkan di Tabel 6.1.1.
1‐17
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Distribusi intensitas
i getaran di perm
mukaan dalam
m PGA atau PGV diperooleh dengan perkalian
p
PGA atau PGV
P di batuan dasar dann ground amp
plification factor yang seesuai.
1‐18
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.1.3 P
Pemrosesan
n Data
Pembuatan peta bahhaya gempa bumi
b memerluukan tiga lang
gkah seperti di
d bawah ini;
h-A1: Pembu
Langkah uatan Peta Intensitas Geetaran di Battuan Dasar.
Intensittas getaran seebagai PGA atau
a percepataan spektrum dapat
d diperoleh dari outpuut Tim 9.
Langkah
h-A2-1: Estimasi Ground
d Amplificattion Factor Sedimen
S Dan
ngkal.
Untuk mengestimassi ground am
mplification faactor, ada tiga langkah lag
gi yang pentiing. Langkah
h pertama
adalah klasifikasi berdasarkan
b karakteristik
k ttopografi meenggunakan DEM.
D Teknikk klasifikasi topografi
otomatis oleh Iwahaashi(2007) daapat diaplikaasikan di dalaam langkah in
ni. Langkah kkedua adalah
h estimasi
AVS300 (rata-rata kecepatan gelombang-S seedalam kuran
ng dari 30m)) menggunakkan hubungan
n empiris
antara kklasifikasi toopografi dan AVS30
A di Jeppang. Langkaah ketiga adaalah konversii ke faktor am
mplifikasi
dari AV
VS30.
Langkah
h-A2-2: Perh
hitungan Inttensitas Getaaran di Perm
mukaan.
Hasil ddari langkah-11 dan langkah
h-2 dikalikan untuk mengh
hitung intensiitas getaran ddi permukaan.
1‐19
Pedoman Te eknik
Penyusun
nan Peta Ancamann dan Risiko Benccana
Untuk Tin
ngkat Kabupaten/K
/Kota
Grounnd amplification fa
actor
LAN GK AH
H -1 LAN GK AH -2
2
1‐20
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1) Langkah-A
A1: Pembua
atan Peta In
ntensitas Getaran di Battuan Dasar
Peta dalaam format GIS dan data menttah harus digunakan untuk men
nghindari
kesalahan-kesalahan yaang tidak perrlu, namun demikian
d kon
ntur yang di--scan yang diigunakan
tentatif u
untuk Lang
gkah-A1. JJuga, sebuaah situs yang
y diopeerasikan olleh PU,
“http://puskkim.pu.go.id
d/Aplikasi/deesain_spektraa_indonesia_
_2011/” untuuk menampilkan hasil
Tim 9 dapaat digunakan
n sebagai langgkah.
Gambar.6.1
1.7 Hasil Tim
m9 dan Perb
besaran Sulawesi Utaraa
1‐21
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Ground am
mplification factor
f meruppakan rasio intensitas gettaran di perm
mukaan dan di
d batuan
dasar. Grouund amplificcation factorr pada dasarn
nya sesuai deengan keceppatan gelomb
bang-S di
sedimen daangkal, khussusnya AVS330 (rata-rata kecepatan gelombang-S sedalam kurrang dari
30m). Hall tersebut diketahui sebaagai salah satu
s dari fak
ktor utama eefek lokal. Ini
I harus
dipertimbaangkan untuk
k peta bahayaa gempa bum
mi Kabupaten
n/Kota
Langkah kedua
k adalah
h estimasi AV
VS30 mengg
gunakan hub
bungan empiiris antara klasifikasi
ndingan klassifikasi oleh Iwahasi
topografi dan AVS30. Kami mellakukan anaalisis perban
dengan AV
VS30 dari weebsite J-SHIS ola oleh NIED (Nationall Research In
S yang dikelo nstitute of
Earth Scieence and Diisaster Preveention) di Jeepang. AVS3
30 yang sessuai untuk tiiap kelas
topografi diperoleh
d darri hasil analissis.
Langkah ketiga
k adalah estimasi groound amplifi
fication factor dari AVS3 0. Sementara banyak
peneliti mengusulkan
m hubungan antara AVS30 dan gro or, kami
ound amplifification facto
menggunakkan persamaaan dari Midoorikawa et.all(1994), sepeerti di bawahh.
1‐22
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Te
errace*covered*with*volcanic*ashso
oil* Valley*bo1 om*lowland* Reclaimed*land* Filled*land*
7000" 5000" 600" 700"
4500"
6000" 500" 600"
4000"
5000" 3500" 500"
400"
4000" 3000"
400"
2500" 300"
3000" 2000" 300"
1500" 200"
2000" 200"
1000"
1000" 100" 100"
500"
0" 0" 0" 0"
1" 2" 3" 4 " 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18""19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"118"19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18""19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"118"19"20"21"22"23"24"
Topographic*class Topographic*class Topographic*class Topographic*class
Gambaar.6.1.9 Histo
ogram 24 keelas topogra
afi pada tiap kelas geom
morfologi
1‐23
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Rata
a-rada dan R
RMS AVS30 untuk
u Tiap Kelas
K
Ground amp
plification faactor dan RM
MSnya untuk
k Tiap Kelas
3) Langkah-A
A2-2: Perhitungan Inteensitas Getaran di Perm
mukaan.
Intensitas getaran
g di peermukaan daapat diperoleeh dari perkaalian intensittas getaran di
d batuan
daasar dan faktor amplifikasi.
1‐24
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4) Tampilan
5) Proses GIS
S
6) Referensi
1) Junko Iwahhashi, Richard
d J. Pike, 20007: Automateed classificatiions of topoggraphy from DEMs
D by
an unsuperrvised nested--means algorrithm and a th
hree-part geo
ometric signat
ature, Geomorrphology,
86, pp409––440.
http://gisstaar.gsi.go.jp/teerrain/front_ppage.htm
2) S. Midorikkawa, M. Mattsuoka and K
K. Sakugawa,, 1994: Site Effects
E on Sttrong-Motion
n Records
Observed During
D the 19
987 Chiba-Keen-Toho-Oki, Japan Earthq
quake, Proc. 99th Japan Eaarthq. Eng.
Symp., E-0085 - E-090.
http://www
w.j-shis.bosai.g
go.jp/map/?laang=en
3) M., Asruriifak, M., Irsy
yam, B., Buudiono, W., Triyoso,
T Hen
ndriyawan, 20010: Develop
pment of
Spectral Hazard
H Map for
f Indonesiaa with a Retturn Period of
o 2500 Year
ars using Pro
obabilistic
Method, Ciivil Engineeriing Dimensioon, Vol. 12, No.
N 1, March 2010,
2 52-62.
4) Team for Revision of
o Seismic H
Hazard Map
ps of Indoneesia, 2010: Summary of
o Study:
Developmeent of Seism
mic Hazard M
Maps of Ind
donesia for Revision
R of Hazard Map
p in SNI
03-1726-20002
5) L. Kurniaw
wan, M. R. Amri,
A S. Imam
mura, A. Furruta, K. Morrita, M. M. L
Ling, R. Takaahashi, I.
Kobayashi, 2015: Pend
dahuluan Usuulan Metohd
d Untuk Estimasi AVS330 Distribusii Seluruh
Indonesia Untuk
U Map, Jurnal RISET kebeencanaan Inddonesia, Voll.1, No.1,
Gempaa Ancaman M
Mei 2015.
1‐25
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.2 T
Tsunami
6.2.1 G
Garis besarr
1) Konsep um
mum
1‐26
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Tinggi tsunnami yang diiprediksikann harus tetap mengikuti ketelitian ilmiiah setinggi mungkin
berdasarkaan hasil penelitian terkinni. Namun demikian,
d ditekankan baahwa alam mungkin
berada di luar batas pengetahuann dan imajiinasi karena sejarahnya jauh lebih panjang
daripada seejarah manu
usia. Kita har
arus tetap berimajinasi tinggi tsunam
mi yang ekstrrim yang
lebih tingggi daripada yaang dipredikksikan.
2) Prosedur
Prosedur pembuatan
p peeta bahaya tssunami terdirri dari dua lan
ngkah sebaggaimana dipeerlihatkan
dalam Gam
mbar.6.2.2.
Prosedur pembuatan
p peta bahayaa tsunami
LA
ANGKAH-1: Tinggi
T tsunam
mi sepanjang
g garis pantai
1 Menentukaan pergeserann awal dari peermukaan lau
1) ut
2 Menghitun
2) ng tinggi tsunnami dengan simulasi
s numerik
LA
ANGKAH-2: Luas
L dan keddalaman genaangan
LA
ANGKAH-3: Informasi
I yanng diperlukan
n dan analisiss
Prosedurr Pembuatan
n Peta untuk
k Kegiatan Penanggula
angan Bencaana
1‐27
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1) Untukk menentukan
n karakteristiik sumber seeperti pergeseran awal peermukaan lau
ut, lokasi
daerahh sumber, daan lain-lain.
2) Untukk menghitun
ng tinggi tsuunami sepan
njang garis pantai
p mengggunakan peemodelan
numerrik.
1) Metodde simulasi nu
umerik.
4) Estimaasi berdasark
kan elevasi p ermukaan.
Langkah-33 mengumpu
ulkan inform
masi yang berrguna untuk pemanfaataan peta secarra efektif
untuk setiaap tujuan dan
n pengguna. Hasil dari pengkajian
p risiko adalah salah satu informasi
i
ntah. Fasilitass evakuasi dan rute adalaah informasii yang sangaat penting
penting unntuk pemerin
untuk pengggunaan pub
blik. Dari suudut pandang
g pengguna yang
y diharappkan, inform
masi yang
sesuai haruus diindikasikan di dalaam peta sem
mudah mungk
kin untuk daapat dimeng
gerti oleh
pengguna.
1‐28
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.2.2 M
Metode
1) Tinggi Tsu
unami Sepan
njang Gariss Pantai
Prediksi tinggi
t tsunam
mi dilakukaan menggun
nakan simullasi numerikk berdasark
kan teori
perambatann gelomban
ng tsunami. Hampir seeluruh kodee simulasi menggunakaan finite
difference method untu
uk mengeksppresikan perrsamaan yang mengaturnnya, yaitu peersamaan
gerak dan hukum
h konseervasi massaa.
Beberapa kode
k yang teersedia seperrti TSUNAM
MI-N2 dari Universitas
U Toohoku di Jep
pang atau
MOST darri PMEL (Paacific Marinee Environmeent Laboratory) di USA dengan man
nual yang
dapat diundduh dari web
b sites.
1) Nilai tinggi
t merupakan maksim
mum atau ratta-rata
2) Nilai tinggi
t ditujuk
kan untuk tinngkat muka laut tertinggi atau rata-ratta
1‐29
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Persiapan
n Data
Tanpa mem
mperhatikan metode yangg dipilih, datta elevasi yan
ng presisi adaalah keharussan untuk
penanggulaangan bencana tsunami. Kesalahan nilai
n elevasi absolut
a yang dapat ditoleransi ada
dalam kisaaran +/-1m untuk menjagga konsistenssi batas tingk
kat risiko tsuunami di dalaam TRA;
yaitu kedalaman genan
ngan 1m dann 3m. Data elevasi
e refereensi harus saama dengan referensi
stasiun peengamatan pasang
p surutt terdekat karena
k semu
ua tinggi tsuunami adalaah relatif
terhadap muka
m laut.
IFSAR merupakan
m saalah satu suumber data elevasi yaang tersedia di Indonessia yang
memenuhi prasyarat di atas, meemiliki resolusi 5m pada arah hor
orisontal dan
n elevasi
absolutnyaa memiliki ketelitian
k lebbih kecil daari +/-1m. IFSAR
I dapaat menyediak
kan data
elevasi denngan/tanpa tiinggi bangunnan atau poho
on, sesuai deengan DSM/D
DTM. Gamb
bar.6.2.3a
menjelaskaan definisi DSM
D dan DT
TM. DTM beerarti elevasi pada permukkaan tanah dan
d DSM
berarti elevvasi puncak bangunan attau pohon. Gambar.6.2.3
G 3b memperlih
ihatkan perbaandingan
antara akttual DTM dan
d DSM. S
Sangat direk
komendasikaan untuk m
menggunakan
n IFSAR
sebagai data
d elevasi dasar unttuk penanggulangan bencana
b tsun
unami. Gam
mbar.6.2.4
menunjukkkan perbedaaan antara SR
RTM-3 (Shu
uttle Rader Topography Mission (in
nterval 3
detik)) dann IFSAR.
(a) (b)
Gambarr.6.2.3 Perbaandingan an
ntara DTM dan
d DSM
1‐30
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
G
Gambar.6.2.4
4 Perbedaan
n antara SRTM-3 dan IFSAR (DTM
M)
3) Estimasi Luas
L dan Keedalaman G
Genangan
Terdapat em
mpat jenis metode
m estimaasi genangan
n yang utamaa sebagai berrikut (1) sam
mpai (4);
Metode sim
mulasi numeerik mirip deengan metod
de yang digu
unakan untukk langkah-1. Metode
tersebut dapat
d meny
yediakan haasil yang paling aku
urat dan ddetil, namun
n untuk
menjalankaannya dibuttuhkan penggetahuan ilmiah, keterrampilan tekknik dan komputer
k
performa tinggi.
t Lebih
h lanjut lagii, dengan menggunakan
m n data yang paling baik, metode
tersebut daapat memperrtimbangkan pengaruh strruktur buatan
n seperti dinnding penahaan pasang
atau tangggul. Jika peengawasan aahli tsunamii dan item-iitem yang pperlu telah tersedia,
langkah-1 dapat mengikutsertakan langkah-2 menggunakan
m n simulasi nuumerik.
1‐31
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Jika peralaatan dan datta yang dipeerlukan terseedia, dan deengan pengaawasan ahli tsunami,
Metode-(1) dapat men
nyediakan haasil yang paaling akurat dan realistiis. Namun demikian,
d
kebanyakaan kasus Kaabupaten/Koota, item-item perlukan dann pengawasan tidak
m yang dip
mencukupii, begitu pun
n dengan cataatan sejarah genangan.
g Dalam
D kasus ttersebut, dim
mulai dari
metode daasar seperti Metode-(4)
M m
merupakan pendekatan
p praktis
p untukk membuat peta-peta
p
luas dan keedalaman gen
nangan.
1‐32
Pedoman Te eknik
Penyusun
nan Peta Ancamann dan Risiko Benccana
Untuk Tin
ngkat Kabupaten/K
/Kota
Reduction
Water level and Inundattion areas are effect by Water levvels are
assume ed up to the buildings assumed to be uniform
inundation depth at elevatio
on equal to the cannot be through the entire areas.
each point can be predicte
ed tsunami counted.
ed.
simulate height.
2 – 3
meters
Elevation:
0 – 1 1 – 2 4m
meter meter
Run-up movement
The effects of by water
momentum cannot Reduction effect by
protection facilities nted.
be coun protection facilities
can be refle
ected. cannot be counted.
c
Gaambar.6.2.5 Conto
oh-contoh Estimaasi Luas Genangaan (Kiri: Simulasi Numerik, Kanan
n: Berdasarkan Elevasi Permukaan
n)
1‐33
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.2.3 P
Pemrosesaan Data
Pembuuatan peta baahaya tsunam
mi membutuuhkan dua laangkah seperrti di bawahh;
Langkaah-A1: Estim
masi Tinggii Tsunami yyang Dihara
apkan Sepan
njang Gariss Pantai.
Tinggii tsunami yaang diharapkan sepanjaang garis paantai diperoleh dari TR
RA (Tsunam
mi Risk
Assesssment (BNP B, 2010)).
Langkaah-A2: Indik
kasi Kemun
ngkinan Luaas dan Kedalaman Gen
nangan.
Kemunngkinan luaas genangan ditandai ddengan gariss kontur darri elevasi yyang sama dengan
d
tinggi tsunami ya ng diharapk
kan. Kedalam
man genang
gan dihitung dari perbeddaan antara tinggi
mi dan elevaasi. Data eleevasi IFSAR
tsunam R digunakan
n karena tidak ada data elevasi lain
n yang
memil iki akurasi yang
y cukup untuk peta bbahaya tsunaami.
Menurut TRA,
T tinggii tsunami yaang diharapkan ini terjaadi sekali d alam 100 taahun.
2) Kemungk
kinan Luas dan Kedallaman
1‐34
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Reduction
R
Inund
dation areas are e
effect by Water levels are
Water level and d
assumed up to the b
buildings assumed to be unifform
inundation depth att eleva
ation equal to the c
cannot be through the entire are
eas.
each point can be e prediicted tsunami c
counted.
simulated. heigh
ht.
2 – 3
meters
s
Elevation:
0 – 1 1 – 2 4m
meter meter
Run-up movement
The effe
ects of by water
mommentum cannot Reduction effect by
protection facilities be co
ounted. protection facilities
can be refllected. cannot be counted
d.
G
Gambar.6.2
2.6 Contoh- contoh Estiimasi Luas Genangan
(
(Kiri: Simulaasi numericaal, Kanan: Berbasiskan
B elevasi tanaah)
3) Menggun
nakan Data Elevasi IF SAR
1‐35
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Tabel
T 6.2.3 Perbandin
ngan DEM
Gam
mbar.6.2.7 Perbedaan
P antara SRT
TM-3 dan IF
FSAR (DTM
M)
1‐36
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4) Tampilan
n
5) Proses GIS
G
6) Referensii
11) National Guideline
G (2
2011): Tsunaami Risk Assessment in Indonesia
22) Port Techhnology Gro
oup, ASEAN
N-Japan Traansport Parttnership(20009): Guideliine for
Developm
ment and Utiilization of T
Tsunami Dissaster Manag
gement Mapp, Version 1.0.
33) http://ww
ww.jspacesystems.or.jp/eersdac/GDEM
M/E/2.html
1‐37
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.3 B
Banjir
6.3.1 G
Garis Bes ar
1) Konsep Umum
U
Peta bahaaya idealnyaa dibuat meelalui simullasi banjir, akan tetapii berbagai macam
m
fi, data tata guna lahan
informasi seperti dettil topografi n, data curaah hujan dan data
tinggi muuka air dipeerlukan untuuk melaksaanakan simu
ulasi dengan
an ketelitian
n yang
cukup. Saaat ini, dataa seperti ituu cukup sullit diperoleh
h di sebagiian besar wilayah
w
Indonesia . Dengan mempertimb
m bangkan ko
ondisi tersebut, metoddologi dan proses
pembuatann peta bahaya banjir diijelaskan di bawah.
1. P
Peta bahayaa banjir berrdasarkan peta sejarah bencana diibuat oleh BPBD
d
daerah.
2. P
Peta bahaya banjir berddasarkan fittur topograffi dan geoloogi dengan proses
p
y
yang disederrhanakan teelah dilakuk
kan oleh JIC
CA Project pada tahun
n 2007
s ampai 2009
9
3. P
Peta bahayaa banjir beerdasarkan manual/ped
doman yangg diformulasikan
o
oleh badan-b
badan pemeerintah (PU,, BIG dan BMKG)
B dan
4. P
Peta bahaya banjir berddasarkan anaalisis simulaasi banjir
1‐38
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐39
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Prosedur
(1) Lan
ngkah-1: Pengumpul
P lan dan Pengatura
an Catataan Banjir dan
Pen yusunan Peta
1‐40
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
- Metodde Pengump
pulan
- Penyuusunan Peta
- Data yang
y dikum
mpulkan di atas diaturr dan dipressentasikan dalam petaa skala
m peta. Infformasi ini harus
besar (rinci). Infformasi ber ikut termassuk di dalam
diperbbaharui teru
us-menerus kketika benccana di luarr sejarah maaksimum beencana
terjadii atau ketikaa informasi terkait beru
ubah secaraa drastis
2. Faasilitas umu
um utama (K BD, kantor pemerintahhan, rumah sakit,
Kantor BPB
poolisi, dan fassilitas terkaait lainnya)
(2) Lan
ngkah-2: Peemilihan M
Metodologi untuk
u mbuat Peta Bahaya Ba
Mem anjir
Ketersediaaan data ad
dalah faktorr yang sangat kritikal dalam
d pemiilihan metodologi
pembuatann peta ancam masi topograafi dasar yang tersedia saat ini di daerah
man. Inform d
terpencil di Indonesia adalah ppeta topogrrafi 1:25,00
00 atau 1:550,000 darii BIG.
Interval kontur
k peta tersebut adaalah 12.5m atau 25m dan
d sulit unntuk berhub
bungan
dengan keetinggian 1--3m yang peerlu akurat untuk invesstigasi kedaalaman genaangan.
Dalam kaasus peta komersil yyang tersed
dia digunak
kan untuk pembuatan
n peta
ancaman, diperlukan
n anggarann tingkat teertentu, oleeh karenannya, hal teersebut
1‐41
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
merupaka n tantangan
n ke depann dengan pertimbang
p an kondisi saat ini seperti
s
anggaran yang dimiliiki BPBD.
6.3.2 M
Metode
1) Pemilihan
n Pendekattan/Metodee
Bagian in i menjelask
kan bagaimaana mendapatkan daeraah yang rusaak/tergenang oleh
banjir di masa
m lalu. Catatan
C sejaarah banjir di
d masa lalu
u meliputi 110 tahun lallu atau
lebih jika datanya terrsedia. Frekkuensi banjiir, luasan maksimum
m bbanjir, kedallaman,
dan lamannya banjir di
d masa laluu merupakan data dasaar untuk surrvei. Survei harus
dilakukan oleh BPBD
D bekerjasam
ma dengan aparat desa (Desa/Keluurahan).
1‐42
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Draw up Historical
H Flood Map
G
Gambar.6.3.
.1 Prosedurr Umum Peembuatan Peta
P Sejaraah Banjir
(1) Men
ncari Daerrah Banjir di Masa Lalu atau
u Catatan dari Orga
anisasi
Terk
kait
(2) Mem
mpersiapka
an Lembar Kuesionerr
BPBD (K
Kabupaten/K
Kota) memppersiapkan lembar
l kuesioner, yanng didistribu
usikan
ke desa-d esa (Desa/K
Kelurahan). Tujuan darri kuesionerr adalah unntuk mendap
patkan
informasi sebagai berrikut.
1‐43
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Lokasi N
No. 2
Waktuu (Jaam) 13 (Menit) 455 (Tanggal) 18 Oktoberr 2012
Koorddinat* Naama tempat (L
Lintang) (Bujur)
Yg (N ama) ○○○○
diwaw
wancara mur) ▲▲
(Um (Pria at au Wanita) Pria / Waanita
(Seejak kapan tin
nggal di temppat tersebut) sejak th.20
000
*Lengkkapi jika dike tahui
Q1: Apakkah tempat inni tergenang banjir
b di wakktu yang lalu??
Y
Ya / Tidak ⇒ Wawanccara berakhir
Q2: Mohhon informasiikan bencana banjir maksiimum yang teerjadi di wakttu yang lalu.
Frekuuensi kejadiann banjir Berkisaar tiap (satu kali //tahun) atau terbesar
ar dalam catatan
(Selam
ma //tahun)
Kejaddian Tahun daan Bulan Catatann Sejarah Tinnggi:(Tahun, Bulan),
B Banjiir
Norma l:(Tahun, Bullan)
Hujan Lebat/ Passang Tinggi/Kapasitas D Drainase yaang
Penyeebab utama baanjir
Kecil/DDll.
Kerussakan akibat banjir
b Kehiduupan Manusiaa/Fasilitas Um mum/Rumah
3.0 m aatau lebih
Kedallaman maksim
mum banjir
2.0 m ssampai 3.0 m
1.0 m ssampai 2.0 m
*Tambbahkan jika diketahui nilai
n
50 cm sampai 1.0 cm m
pastinnya
Kurangg dari 50cm
7 hari aatau lebih
Lama genangan 5 samppai 7hari
3 samppai 5hari
*Tambbahkan jika diketahui nilai
n 1 samppai 2 hari
pastinnya 1 samppai 24 jam
Kurangg dari 6 jam
Gambar.6.3
G 3.2 Contoh Kuesioner
BPBD (K
Kabupaten/K
Kota) mendiistribusikan
n lembar ku
uesioner surrvei ke desa-desa
(Desa/Kellurahan). Direkomenda
D asikan bahw
wa BPBD harus melaampirkan salinan
s
peta topoggrafi sebagai referensii sehingga desa
d dapat menggambaar daerah sejarah
s
banjir di dalam petaa dengan tuulisan tangaan. Jika ked
dapatan bebberapa desaa tidak
dilanda b encana ban
njir di masaa yang lalu
u, BPBD (K
Kabupaten/K
Kota) tidak harus
mendistribbusikan lem
mbar kuesionner ke desa--desa terseb
but.
1‐44
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
(6) Banjir
Pen entuan Petta Sejarah B
BPBD (K abupaten/K
Kota) menghhasilkan petta sejarah banjir (selam
ma 10 tahun
n yang
lalu dan maksimum
m banjir
b di maasa yang lallu) berdasarrkan hasil yyang dikump
pulkan
dari tiap desa
d (Desa/K
Kelurahan)..
1‐45
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Langkah1
1-1
aliran ・ Dari po
oin/kedalamaan banjir yaang
☆) dengan ffitur topograafi,
lalu (☆
estimasi batas daeraah banjir
・ Survei harus kan
dilakuk
berdasarkan formasi
info dari
d
pendudu
uk lokal. Pemeriksaaan
tanda banjir dan jej
ejak sungai dll.
d
dan men
nentukan baatasnya.
Langkah1
1-2
1‐46
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Langkah2
2-1
aliran
a Survei leebih detail uunuk KategoriA
Zone akan diilakukan jika
8 diperlukaan.
7
3
6 5
2
1
1‐47
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
aliran
a 11 Langkah2
2-2
10 9
12 Diperlukan
n survei tambbahan:
8
7 Survei akan
n dilakukan
kan data topoografi lebih
menggunak
4 detil.
6 3
5
2
1
Langk
kah3:Mak
ksimum Keedalaman d
dan lamany
ya genangan
n
Berrdasarkan hasil
h dari langkah-lang kah sebelum
mnya, inden
ntifikasikann maksimum
m dan
manya genanngan. Survei genangan akan dilaku
lam ukan sepanjang kedua ssisi sungai.
Dipperkirakan akan
a sulit untuk
u menggkonfirmasi tanda banjjir di masa yang lalu. Oleh
karrenanya, innvestigasi akan
a sangaat tergantu
ung pada survei waw
wancara keepada
pennduduk, yaang relatif bukanlah bukti yan
ng kuat. Kemudian,
K penting untuk
u
menndapatkan daftar catatan banjir yang handal sebelumnya dari orrganisasi teerkait
sepperti Dinas PSDA,
P Sungai, etc., sebanyak mungkin.
Balaai Wilayah S
Berrdasarkan hasil
h dari survei
s inve stigasi oleh Kelurahan), peta
h setiap deesa (Desa/K
sejaarah banjir seharusny
ya sudah diihasilkan. Setiap desaa seharusnyya menyeraahkan
dokkumen-dokuumen yang diperlukan
d kke BPBD (K
Kabupaten/K
Kota).
6.3.3 P
Pemrosesaan Data
C atatan benccana yang terkumpul ddidijitasi daan ditransferr ke dalam data SIG dengan
d
m
merujuk padda peta topo
ografi dijitaal/hasilscan
n. Proses detil konveersi menjad
di data
G mpiran-4 daari Annex-1 ini.
GIS dijelaskaan pada Lam
1‐48
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Referen
nsi 6.3 Ban
njir
Refferensi “6.33” Banjir memperkena
m alkan suatu
u metode beerdasarkan analisis sim
mulasi
bannjir di Jepanng.
Flood S
Simulation An
nalysis
Designaate inundation
n depth
Draw up F
Flood-prone Area
A Map
Gambar.A
A6.3.1 Langkah-langk
kah Kunci untuk Men
nghasilkan Peta Daera
ah
Rawan Banjir
B berd
dasarkan An
nalisis Simulasi Banjiir
1‐49
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Desaiin Banjir*
(2) Men
ndefinisikan Target D
Dataran Ban
njir
Sebuah model
m simullasi banjir terkait haru
us diatur, berdasarkan
b n kondisi dataran
d
banjir saatt ini.
B) Men
nentukan Dataran
D B anjir untu
uk Model Simulasi
S (M
Mengidentiifikasi
Fak
ktor-faktor yang Munggkin untuk
k Menentuk
kan Datarann Banjir)
Untuk mengestimasi secara akurat kedaalaman genangan banj ir, penting untuk
grafi, stukttur tanggul yang
mengiddentifikasi faktor-faktoor seperti fitur topog
terus-m
menerus adaa, seperti jaalan atau jaalur kerta ap
pi, dan tangggul sungaii kecil
atau meenengah, yaang mempenngaruhi lim
mpahan air.
(3) Iden
ntifikasi Leevel Tanah
h dan Pola Tata Guna
a Lahan di Dataran Target
T
Ban
njir
1‐50
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
A) Iden
ntifikasi Ra
ata-rata Ti ngkat Tana
ah
B) Iden
ntifikasi Po
ola Tata G
Guna Laha n Terkini dan Rate untuk Koeefisien
Kek
kasaran
(4) Men
ndefinisikan Tempat untuk An
nalisis Simulasi Banj ir oleh Ta
anggul
Jebool dan Lim
mpasan
A) Iden
ntifikasi Teempat untu
uk Banjir karena
k Tan
nggul Jeboll, Tempat untuk
Ban
njir karena Tanggul JJebol, Kapa
asitas Pelep
pasan darii Saluran Sungai
S
dan
n Pelepasan
n Banjir-Aw
wal
Identiffikasi kemun
ngkinan tem
mpat banjir di
d tanggul, dan kemunggkinan tingk
kat air
banjir (“Hj”) un
ntuk masinng-masing tempat, dengan
d meempertimbaangkan
ketingggian tanggu
ul dan stattus pekerjaaan perlindungan terhhadap kebocoran,
infiltraasi, dan erossi untuk tem
mpat masing
g-masing.
A-1) Saluran Su
ungai
Untuuk penamp
pang masinng-masing saluran su
ungai, menndefinisikan "Hj"
sebaagai tingkatt air tinggi desain (HW
WL) * untuk
k jangkauann di mana taanggul
sele sai. Demikiian pula, m enentukan tingkat
t air marginal,
m d i mana air sungai
s
ham
mpir tidak dapat ditaampung daalam saluraan tanpa ttumpahan, untuk
janggkauan di mana
m tanggu l belum seleesai.
1‐51
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Untuuk masing-m
masing tem
mpat yang beerbahaya, dengan
d mengggunakan metode
m
anallisis yang disebutk an di attas, memp
perkirakan ketinggian
n air
mas ing-masing "H" sesuaai dengan debit masiing-masing "Q" dalam
m alur
sunggai saat ini, dan menetaapkan formu
ula korelasii HQ dalam
m bentuk sep
perti
Q = a(H + b) 2
Kem
mudian, mem
mperkiraka n debit maasing-masing "Qj", yanng sesuai dengan
d
mas ing-masing "Hj" melallui rumus HQ
H untuk meendapatkan debit banjiir awal.
Ini harus
h diasum
msikan bahw
wa banjir ak
kan mulai pada
p tingkatt air yang sp
pesifik,
hanyya melebih
hi "Hj" unttuk jangkau
uan embank
ked. Demikkian pula, banjir
akibbat tumpahaan akan mullai pada ting
gkat tertentu
u air, hanyaa melebihi tingkat
t
lahaan di dataran
n banjir unttuk mencapaai non-embaanked.
B) Men
ndefinisikan Tempat-T
Tempat yan
ng mungkin
n Kebanjirran
(5) Sim
mulasi Banjiir
1‐52
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
U
Untuk kasuss-kasus di m
mana tump ahan limpaasan atau baanjir terjad
di hulu
d
dari tempat yang mung kin banjir, dan air ban
njir tidak keembali ke saluran
(yyaitu, difusii-jenis banj ir), sebuah hidrograf debit yang ddimodifikasii harus
d
diberikan un
ntuk masingg-masing tiitik banjir, dengan meempertimbaangkan
p engurangan
n debit sunggai akibat lu
uapan terseb
but di atas.
Bendungan
n dan saluraan pengendaali banjir
P
Perhitungan limpasan dilakukan, dengan mempertimbaangkan efek
k dari
b
bendungan pengendalia
p an banjir daan saluran yang
y ada, kketika meraancang
taarget datarran banjir yang mu
ungkin. Aliran masukk dari drrainase
p
pompa-stasiu
un, terletakk di hulu dari
d tempat banjir yan g mungkin, akan
d
dimasukkan juga.
Perlu untuk
u secarra bersamaaan melakuk
kan analisis aliran goyyah untuk saluran
dan an alisis simullasi banjir uuntuk dataraan, dengan pengecualiaan kasus-kaasus di
mana debit
d banjir murni hanyya ditentukaan oleh tingk
kat air sunggai.
1‐53
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
C) Men
ndefinisikan Kondisi u
untuk Anallisis
Baatas tanggul-jebol
Am
mbang batass tempat tannggul-jebol
Keemajuan tan
nggul-jebol dalam wakttu
Faasilitas untuk
k mempenggaruhi debit banjir
Keekasaran
D) Kin
nerja Analissis Simulas i Banjir
E) Men
ndefinisikan Daerah R
Rawan Ban
njir
1‐54
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
G ambar.A6.3.2 Contoh
h Mendefin
nisikan Daeerah Rawann Banjir
1‐55
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.4 B
Banjir Ban dang
Garis Bes ar
6.4.1 G
1) Konsep Umum
U
memiliki karakteristi
k k seperti airr limpasan cepat
c dalam
m waktu singgkat selamaa enam
jam di daalam cekung
gan kecil. B
Banjir band
dang sering mengalir ddengan mem
mbawa
batu besaar, endapan
n, dan kayuu gelondon
ngan yang mengapungg, yang meemiliki
kekuatan merusak yaang besar yyang menyebabkan kesengsaraan m
manusia. Seebagai
tambahan,, aliran deebris diinteerpretasikan
n sebagai salah
s satu fenomena banjir
bandang.
2) Prosedur
(1) Lan
ngkah-1: Pengumpul
P lan dan Pengaturan
P n Catatann Bencana
a dan
Perssiapan Peta
a
1‐56
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2. Daaerah terpen
ngaruh benccana (tempaat berhenti endapan/ali
e iran, sudut difusi)
d
daan kedalamaan pengendaapan
- Metodde pengumpulan
Inform
masi yang paling
p pentiing untuk pengkajian
p potensial
p keeadaan cam
mpuran
sedim en dalam alliran, tempaat perhentian
n endapan/aaliran dan allirannya (sttruktur
pengh alang seperrti jalan), daan sudut difu
fusi dari hulu ke tanah ddatar, oleh karena
k
itu, innformasi beerikut haruss dikumpulkan dan diikaji dari ppenduduk (k
kepala
keluarrga) yang mengenal dengan baik area mereka. Penngetahuan Jepang
J
sehubuungan deng
gan hal di aatas, kemiringan topog
grafi dari teempat perh
hentian
disebuutkan sekitaar dua derajjat dan sudut difusi seekitar maksiimum 30 derajat.
Mensppesifikan daaerah terpenngaruh sang ng untuk daaerah yang sering
gatlah pentin
dilandda bencana karena peenanganan harus seceepatnya diiimplementaasikan.
Daerahh yang terp
pengaruh dditetapkan dengan
d men
ngukur darri fasilitas publik
ngan dan jeembatan yaang lokasi akuratnya ddi peta top
utama , persimpan pografi
yang ada
a atau datta topografii lainnya, daapat dikonffirmasi denggan menggu
unakan
peralaatan GPS. Pengumpulann informasi dilakukan menggunakkan kuesioner dan
penyajjian peta top
pografi.
- Persiaapan Peta
Data yang
y dikump
pulkan di attas disusun dan dipreseentasikan dii dalam petaa skala
besar (rinci). Infformasi ber ikut termassuk di dalam
m peta. Infformasi ini harus
diperbbaharui teru
us menerus ketika terjaadi bencanaa di luar jan
angkauan beencana
mum yang pernah terrjadi atau ketika
maksim k inforrmasi yang relevan beerubah
secaraa drastis.
5. Caatatan inform
masi bencaana (tanggall peta dipersiapkan, tannggal dan tempat
t
kejjadian benccana, pola cuurah hujan, kerusakan, dll.)
1‐57
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
(2) Lan
ngkah-2: Peemilihan M
Metodologi untuk
u Pemb
buatan Petta Bahaya
Meskipunn metodolog
gi pembuattan peta an
ncaman bellum ditetappkan, metodologi
tersebut s aat ini sedaang dalam ttahap investtigasi oleh tiga
t badan ppemerintah, yaitu
PU, BIG dan
d BMKG
G. Di sisi laiin, peta anccaman untuk
k tanah longgsor oleh ESDM,
E
Badan G
Geologi termasuk daerah potensi banjir
b banndang. Dengan
D
mempertim
mbangkan kondisi
k di aatas, metod ologi pengg
gunaan petaa sejarah beencana
sebagaimaana untuk bencana bbanjir digun
nakan untuk saat ini sebagai metode
m
pembuatann peta ancaman, de ngan meng
gkombinasikan daerahh potensi banjir
bandang oleh
o ESDM
M, Badan G
Geologi. Seetelah badan
n-badan peemerintah di
d atas
menentuk an metodo
ologi mereeka, peta ancaman akan dibuaat menggu
unakan
metodologgi tersebut di
d masa yanng akan dataang
6.4.2 M
Metode
M
Metodologi untuk men
nentukan peeta sejarah banjir ban
ndang sanggat mirip dengan
d
m
metodologi untuk
u benccana banjir.. Perbedaan
nnya hanyaa item-item informasi,, yang
diiharapkan dapat
d dipero
oleh dari dessa.
6.4.3 P
Pemrosesaan Data
C atatan benccana yang dikumpulkkan didijitassi dan ditraansfer ke ddata GIS dengan
d
merujuk ke peta topog
m grafi dijitall/scan. Pro menjadi data GIS
oses detil konversi m
diijelaskan paada Lampiraan-4 dari Annnex-1 ini.
1‐58
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.5 T
Tanah Longgsor
Garis Bes ar
6.5.1 G
1) Konsep Umum
U
Menurut pedoman
p BN
NPB, tanah longsor meerupakan seb
buah fenom
mena. Melihat dari
pola dann karakterristik benncana, den
ngan mem
mpertimbanggkan efek
ktivitas
perencanaaan penang
ggulangannyya, tanah longsor dik
klasifikasikkan menjad
di dua
sebagai beerikut:
1. Kegaagalan leren
ng dan
2) Prosedur
Proses dasar
d untuk
k pembuattan peta bahaya
b dan garis bbesarnya dengan
d
mempertim
mbangkan peningkatan
p n di masa yang
y akan datang,
d dijeelaskan di bawah
b
ini.
(1) Lan
ngkah-1: Pengumpulaan dan Pen
ngaturan Catatan
C Keejadian Lo
ongsor
dan Persiapan Peta
3. Koondisi curah
h hujan sebbelum kejad
dian tanah longsor
l (jum
mlah hari dimana
d
cuurah hujan tiinggi, jumlaah curah hujjan)
1‐59
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
- Metodde Pengump
pulan
Untukk mengumpu
ulkan inform
masi dasar untuk
u memaahami penyeebab utamaa tanah
longsoor, untuk mengkaji daerah potensial
p dan untukk merencaanakan
langkaah-langkah penanganann, informassi yang releevan harus ddikumpulkaan dan
dikaji ulang dari pendudukk (kepala keluarga)
k yang tahu ppersis daeraahnya.
Tempaat kejadian tanah long sor ditentuk
kan oleh peengukuran ddi fasilitas publik
utama , jalan, persimpangan dan jembattan yang daapat lokasi aakuratnya di
d peta
topogrrafi yang ada dapat d ikonfirmasii dengan menggunakan
m n peralatan
n GPS.
Penguumpulan informasi di lakukan daari penyajian peta ggeologi dan
n peta
topogrrafi.
- Persiaapan peta
Data yang
y dikump
pulkan di attas disusun dan dipreseentasikan dii dalam petaa skala
besar (rinci). Infformasi ber ikut termassuk di dalam
m peta. Infformasi ini harus
diperbbaharui teru
us menerus ketika terjaadi bencanaa di luar jan
angkauan beencana
maksim
mum yang pernah terrjadi atau ketika
k inforrmasi yang relevan beerubah
secaraa drastis.
1. Lookasi dan lu
uasan tanah longsor dan
n klasifikasii geologi
5. Caatatan inform
masi bencaana (tanggall peta dipersiapkan, tannggal dan tempat
t
kejjadian benccana, pola cuurah hujan, kerusakan, dll.)
(2) Lan
ngkah-2: Peemilihan M
Metodologi untuk
u Pemb
buatan Petta Bahaya
1‐60
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.5.2 M
Metode
M
Metodologi untuk men
ndapatkan ppeta sejarah
h tanah longsor sanggat mirip dengan
d
m
metodologi peta untuk
k bencana banjir. Perbedaann
nya hanya pada item
m-item
innformasi, yaang diharapk
kan diperolleh dari desaa-desa.
6.5.3 P
Pemrosesaan Data
mudian didijiitasi dan dittransfer ke dalam
C atatan benccana yang teelah dikumppulkan kem
daata GIS denngan merujuk kepada peta topogrrafi dijital/sscan. Prosses detil ko
onversi
m
menjadi dataa GIS dijelasskan pada L
Lampiran-4 dari Annex-1 ini.
1‐61
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.6 L
Letusan Gu
unung Api
Garis Bes ar
6.6.1 G
1) Konsep Umum
U
Peta untuuk kegiatan penanggul angan benccana gunung api meruupakan alat dasar
n bencana ddaerah. Petaa-peta tersebut dibuat berdasarkan peta
bagi penaanggulangan
bahaya leetusan gunung api, yyang seharu
usnya men
ncantumkan informasi yang
berguna sesuai
s deng gunanya, dan dibanguun langkah demi
gan tujuan dan pengg
langkah b ergantung pada
p keterseediaan tekno
ologi dan daata.
2) Prosedur
Umumnyaa, peta bahaaya letusan ggunung api dibuat melaalui proses bberikut.
Langkahh-1 Mengum
mpulkan cattatan letusan lampau
Langkahh-2 Identifik
kasi daerahh rawan benccana vulkan
nik
Langkahh-3 Implem
mentasi inforrmasi yang dibutuhkan
Langkah -1
- dan 2 di atas
a memerllukan pengeetahuan ilm
miah dan tekknikal khusu
us, dan
ketiga lanngkah ini merupakan
m k membuat peta bahayya letusan gunung
pproses untuk g
api. Pembbuatan peta bahaya
b letuusan gunung
g api harus dilakukan
d dii bawah sup
pervisi
dari seoraang ahli gun
nung api (voolcanologistt).
1‐62
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Gaambar.6.6.1
1 Contoh P eta Bahaya
a Gunung Api
A PVMBG
G
6.6.2 M
Metode
Peeta bahaya SNI dari PV uk peta bahaaya letusan ggunung api.
VMBG diguunakan untu
1‐63
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6.7 B
Bencana Lainnya
L (Kekeringgan, Cua
aca Ekstrrim (Anggin Kenccang),
K
Kebakaran
n Hutan & Lahan)
Garis Bes ar
6.7.1 G
1) Konsep Umum
U
(1) Kek
keringan
Definisi kekeringan
n bervariassi untuk setiap bidang terkaiit dan terrutama
dikelompookkan sebag
gai berikut:
2. Kekeeringan Kliimatik: Ratta-rata curaah hujan dalam satu bulan per tahun
(bulaan/tahun) cu
ukup rendahh
(3) Keb
bakaran Hu
utan & Lah
han
Kebakarann hutan & lahan terjaddi terutamaa karena letusan gununng api, kebaakaran
spontan dan
d kebakarran yang m
mencurigakaan. Peta an
ncaman meengidentifikasikan
wilayah r awan kebak
karan hutann dan lahan dimana beencana ini ssering terjad
di dan
wilayah yang
y berpotensi kebakaaran hutan yang ditakssir berdasarrkan data tu
utupan
lahan.
2) Prosedur
1‐64
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
(1) Lan
ngkah-1: Pengumpul
P lan dan Pengaturan
P n Catatann Bencana
a dan
Perssiapan Peta
a
- Item dikumpulkan
d n di setiap ddaerah yang
g terpengaru
uh bencana
- Metodde pengumpulan
Dalam
m rangka mengumpulk
m kan inform
masi dasar untuk
u mem
mahami pen
nyebab
utama bencana, untuk menngakses daeerah potenssi dan untuuk merencaanakan
penangggulangan, informasi yyang relevaan harus dik
kumpulkan dan dikaji ulang
dari s ejumlah peenduduk (tookoh masyaarakat) yang
g tau persiss daerah mereka.
m
Daerahh keterjadiaan bencana ditentukan dengan meenggunakann/menyajikan peta
topogrrafi atau datta topografii lainnya, daan/atau men
nggunakan aalat GPS.
- Persiaapan peta
- Data yang
y dikump
pulkan di attas disusun dan disajikan ke dalam
m peta skalaa besar
n di dalam peta. Infoormasi ini harus
(rinci)) Informasii berikut ddimasukkan
diperbbaharui secaara terus m
menerus ketiika bencanaa di luar m
maksimum sejarah
s
bencanna terjadi attau ketika innformasi yaang terkait berubah
b seccara drastis
1. Daaerah terpen
ngaruh benccana
4. Jarringan jalan
n dan jaringgan sungai (iinformasi taambahan tiddak termasu
uk peta
aslli)
(2) Lan
ngkah-2: Peemilihan M
Metodologi untuk
u Pemb
buatan Petta Bahaya
1‐65
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Kabupatenn/Kota. Oleeh karena ittu, jalan yang sama seperti banjirr di dalam bagian
b
terdahulu,, metodolog
gi menggunnakan peta catatan
c sejaarah bencanna saat ini dipilih
d
sebagai metode
m untu
uk membua t peta ancaaman. Dalam hal kebaakaran hutaan dan
lahan, wiilayah yang
g berpotenssi kebakaraan hutan ju
uga ditamb ahkan padaa peta
sebagai wilayah
w ancaaman.
Setelah badan-badan
b n terkait m
menetapkan
n metodologinya, petaa ancaman akan
disiapkan dengan menggunakan metodologii tersebut dii masa yangg akan datan
ng.
6.7.2 M
Metode
M
Metodologi untuk
u menentukan petaa sejarah beencana hamp
pir mirip deengan metodologi
m-item informasi, yang diharapkan
peeta bencanaa banjir. Perbedaanya hanya item n akan
diiperoleh darri desa-desaa.
Seedangkan untuk
u kekeriingan dan c uaca ekstrim uting beliunng), peta ancaman
m (angin pu
diikembangkaan berdasark
kan peta sejjarah benca na.
Untuk kebakkaran hutan & lahann, daerah potensi keebakaran huutan juga dikaji
U
m
menggunakann data tutu
upan lahann. Kemudian peta bah
haya dikem
mbangkan dengan
d
m
mengkombinnasikan petaa sejarah benncana dan daerah
d poten
nsi di atas.
6.7.3 P
Pemrosesaan Data
C atatan sejarrah bencanaa yang dikum
mpulkan keemudian did
dijitasi dan dditransfer ke
k data
G
GIS merujukk dijital/scaan peta toppografi. Prroses detil konversi m
menjadi datta GIS
diijelaskan paada Lampiraan-4 dari Annnex-1 ini.
1‐66
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Lampiran-1: Pem
metaan Ba
ahaya Gem
mpa Bumii
m lampiran ini,
Di dalam i cara dasar untuk meembuat inten
nsitas goncan
ngan Gempa Bumi di peermukaan
h dengan taangkapan laayar (screen captures) ddan deskrip
dijelaskaan langkah per langkah psi untuk
menunjuukkan berbaagai operasi menggunaakan ArcGIIS. Berikut merupakann input datta untuk
memprooses peta bahhaya gempa bumi.
b
<Langk
kah-langkah
h>
1. Buka ArcMap (mxxd file) koso
ong dan cantuumkan namaa file (contoh. Sulut_Hazaard_EQ.mxd
d).
2. Klik L perties’ dan atur Coordiinate System
Layer’s prop m (contoh. WGS
W 1984 UT
TM Zone 51N
N)
1‐L1
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L2
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6. Cari ddan atur penccocokan darii titik-titik yaang ada di cittra intensitass goncangan batuan dasarr dan file
batas administratiif provinsi (Pilih lebih ddari empat titik dari ked
dua layer unntuk menjagaa akurasi
korekksi geometrikk).
1‐L3
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
7. Klik A
Auto Adjustt, dan kemud
dian periksa eefek koreksi dari pencoco
okan kedua llayer.
8. Simpaan citra yangg sudah disessuaikan sebaggai data rasteer baru (conttoh. Adjustedd shaking inttensity at
bedrrock.tif)
1‐L4
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L5
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L6
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
- Pilih L
Line dari Con
nstruction Tools
T
1‐L7
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L8
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L9
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
- Klik 3D
D Analyst Tools
T -> Conv
version -> F
From TIN ->
> Tin to Raster
1‐L10
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L11
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
- Klik Jooins and Relates di layer 250m-meshh (atau 1km--mesh) dan pilih
p Join
- Pilih ““Join data frrom anotherr layer baseed on spatia
al location” dan
d pilih fituur titik dari intensitas
i
goncaangan di batuuan dasar dan
n tentukan beeberapa paraameter sebagai berikut
1‐L12
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Pemb
buatan Inten
nsitas Gonca
angan di Peermukaan
Intensitaas goncangann gempa bum
mi di permukkaan (g) ini dihitung darri perkalian intensitas go
oncangan
di batuann dasar dan faktor
f amplifikasi tanah sedimen dan
ngkal berdasaarkan grid m
mesh yang ad
da. Faktor
amplifikkasi tanah dihitung
d berrdasarkan kaarakteristik topografi yang dibuat dari DEM (Digital
Elevatioon Model) daan perkiraan AVS30 (Raata-rata Gelom
mbang-S yan
ng lebih danngkal dari 30
0m) yang
merupakkan hasil darri J-SHIS untuk tiap karaakteristik top
pografi (16 kelas
k atau 244 kelas).Dua makalah
berikut m
menjelaskan metode untu
uk membuat peta klasifik
kasi topograffi/terrain secaara rinci.
<Langk
kah-langkah
h pengolahan
n data (Kasu
us 16 kelas)>
>:
1. Buka peta klasifikkasi terrain otomatis (Rasster data)
2. Klik C
Conversion tools -> Fro
om Raster ->
> Raster to Polygon
P
3. Pilih ddata raster inni sebagai Input raster ddan pilih Valu
ue sebagai Field.
F
4. Masukkkan nama fitur
f poligon yang baru kee Output Po
olygon featu
ure
1‐L13
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L14
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L15
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L16
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6. Gabunng Faktor am
mplifikasi tan
nah dan Intennsitas goncan
ngan di batuaan dasar
- Klik JJoins and Relates
R pada fitur poligonn 250m-messh (atau 1km
m-mesh) Grround ampllification
factorr dan pilih Join
- Pilih ““Join attribu
utes from a table”
t dan ppilih fitur polligon 250m-mesh (atau 1km-mesh) shaking
intenssity at bedroock dan tentu
ukan beberappa parameterr sebagai berrikut
- Klik D
Data di 250m
m-mesh (atau
u 1km-mesh
h) Ground am n factor dan klik Export data
mplification
- Tentukkan nama fittur baru seb
bagai export data (conto
oh. 250m-meesh (atau 1kkm-mesh)) Shaking
intenssity at Surfaace)
1‐L17
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L18
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
3) Mem
mbuat lembar peta dari Intensitas
I G
Goncangan di
d Permukaa
an
Layer 2250m-mesh (atau 1km--mesh) intennsitas goncangan di permukaan
p ddibagi menjjadi tiap
Kabupatten/Kota dann diedit deng
gan penambaahan batas Desa/Kecama
D tan dan gariss-garis jaring
gan jalan
untuk m
membuat oupuut akhir.
1‐L19
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Lampiran-2: Pem
metaan Ba
ahaya Tsu
unami
N
Nama data Jeniss Sum
mber
IFSA
AR DTM (Digital Terrain n Model): 55m Raster INTER
RMAP
meshh elevasi
Tingggi maksimum
m tsunami sementara - Pedoman Nasionnal Pengkkajian
Risiko Tsunami Inddonesia, 2011
1
Gariss pantai provvinsi target Poligon
n BIG (PPeta topograafi 1:25,000
0 atau
1:50,00
00)
kah-langkah
<Langk h pengolahan
n data>:
1. Buka ArcMap (mxxd file) koso
ong dan cantuumkan namaa file (contoh. Sulut_Hazaard_TS.mxd).
2. Klik L perties’ dan atur Coordiinate System
Layer’s prop m (contoh. WGS
W 1984 UT
TM Zone 51N
N)
3. Buka IFSAR DTM
M untuk men
ndapatkan gaaris kontur
1‐L20
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L21
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L22
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
9. Hubun
ungkan akhir dari masing--masing polyyline yang beersebelahan untuk
u semuaa fitur yang dibuat
d
pada llangkah 8
Cth.) Daalam hal “Eleev1_2.shp”, hubungkan bbaik akhir daari garis konttur 1m dan 22m untuk membuat
looop polyline.
1‐L23
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L24
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Mem
mbuat lembar peta dari Peta
P Genanggan Tsunam
mi
Layer ppeta genangaan Tsunami diedit mennggunakan penambahan
p n batas Des a / Kecamaatan dan
garis-garris jaringan jalan
j untuk membuat
m outtput akhir.
1‐L25
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Lampiran-3: Dig
gitalisasi Peta
P SNI A
Ancaman
kah-langkah
<Langk h pengolahan
n data>
1. Buka ArcMap (mxxd file) koso
ong dan cantuumkan namaa file (contoh. Sulut_Hazaard_VL.mxd
d).
2. Klik L perties’ dan atur Coordiinate System
Layer’s prop m (contoh. WGS
W 1984 UT
TM Zone 51N
N)
3. Buka citra hasil peemindaian SN
NI bahaya
1‐L26
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L27
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6. Pilih G
Georeferenccing Tool dari Toolbars, kklik Fit to Display
D dan pilih
p Add Coontrol Pointss
1‐L28
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L29
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
10. Ulanngi pemilihann pasangan titik pada keeempat pojok (kanan atas, kiri bawah, kanan bawah
h) dari
citra SN
NI bahaya hassil pemindaiaan.
1‐L30
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L31
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
3) Mem
mbuat lembar peta berda
asarkan zon
na ancaman letusan gun
nung api dann tanah long
gsor
Layer SN
NI zona ancaaman letusan
n gunung apii dan tanah lo
ongsor dibag
gi menjadi Kaabupaten / Kota
K dan
diedit m
menggunakann penambahan
n batas Desaa / Kecamatan dan garis-g
garis jaringann jalan sebag
gai untuk
membuaat output akhhir.
1‐L32
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1). Mem
mbuat shapeefile baru
<Langk
kah-langkah
h pengolahan
n data>
1. Pilih ssebuah foldeer atau folderr connection pada Catalog tree.
2. Klik F
File menu, tuunjuk ke New
w, kemudiann klik Shapeffile.
1‐L33
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
3. Klik ppada kotak teeks Name daan ketik sebuuah nama unttuk shapefilee baru.
4. Klik ppanah turun Feature
F pe dan klik jeenis geometrri yang akan diisi oleh sha
Typ hapefile.
5. Klik E
Edit untuk mendefinisika
m an sistem kooordinat shapefile.
n sebuah sisttem koordin
6. Pilih,, impor, atauu definisikan nat. Sangat disarankan
d uuntuk mendeefinisikan
sistem
m koordinat sekarang;
s nam
mun demikiaan langkah in
ni dapat ditun
nda di lain w
waktu.
7. Klik O
OK.
1‐L34
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
7. Pindaah ke kiri atass dari image hasil peminddaian dan pillih titik perpotongan antaara garis-gariis
Lintanng dan Bujurr tertentu.
8. Pindaah ke daerah yang telah disesuaikan ddengan merujjuk pada gariis-garis grid dan pilih tarrget titik
refereensi dari kiri atas citra hasil pemindai an
1‐L35
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
10. Ulanngi pemilihann pasangan titik pada keeempat pojok (kanan atas, kiri bawah, kanan bawah
h) dari
image haasil pemindaaian.
11. Klikk Auto Adjusst, dan perikssa pengaruh koreksi penccocokan kedu
ua layer.
12. Simppan citra yanng sudah diseesuaikan sebaagai data rasster baru.
3) Mem
mbuat dan Mengedit
M Petta Sejarah B
Bencana.
Dijitasi, proses konvversi fitur menjadi
m formaat dijital, meerupakan sallah satu caraa membuat data.
d Ada
banyak ccara untuk mendijitasi
m masuk dijitassi on-screen atau heads up
fittur-fitur baruu. Hal ini term u di atas
sebuah ccitra, mendijiitasi sebuah peta cetak dii atas papan dijitasi, atau menggunakkan dijitasi ottomatis.
Interaktiif, atau dijitaasi heads-up, merupakan salah satu daari metode yang paling uumum. Di meetode ini,
peta toppografi hasil pemindaian rektifikasi dditampilkan di layar, kem
mudian fiturr seperti banjjir, tanah
longsor, atau sejarahh bencana lain
nnya, digam
mbarkan di ataasnya.
1‐L36
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<Langk
kah-langkah
h pengolahan
n data>
1. Pilih w
workspace dan
d data fram
me yang akann diedit.
2. Mulaii sesi edit (sttart editing).
1‐L37
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L38
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L39
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1‐L40
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4) Mem
mbuat lembar peta dari Peta
P sejarah
h bencana (B
Banjir, Banjjir Bandangg, dan Tanah
h
Longsorr)
Layer peeta sejarah bencana diediit menggunakkan penambaahan batas Desa
D / Kecam
matan dan garris-garis
jaringann jalan untuk membuat ou
utput akhir.
1‐L41
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
A
Annex-2:
Pe
etunju
uk Tek
knis
Kajian Risiko Benc
cana
Unttuk Ka
abupa
aten/K
Kota
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Daftar Isii
1. P
Pengantar ............................................................................................................ 2--1
1.1 Kegun ni ············· ··········································· 2--1
naan Petunjuk Teknis In
1.2 Apaka encana? ·· ················ ··········································· 2--1
ah Risiko Be
1.3 Gamb
baran Umum
m PRB Berda
asarkan Ped
doman BNP
PB ······················· 2--2
1.4 Alir Pe
engolahan Data
D PRB · ················ ··········································· 2--5
2. P
Pengumpula
an Data yan
ng Diperluk
kan untuk Kajian
K Risik
ko Bencanaa ........... 2--9
2.1 Data Ancaman
A · ··············· ················ ··········································· 2--9
2.2 Data Kerentanan
K ············· ················ ·········································· 2-1
11
2.3 Data Kapasitas
K · ··············· ················ ········································· 2-1
13
2.4 Data Dasar
D ······ ··············· ················ ········································· 2-1
13
3. M
Menentukan
n Mesh-Grid
d untuk Ana
alisis Risiko Bencana
M
Menggunak pasial ............................................................................. 2-1
kan Data Sp 14
3.1 Prasyyarat untuk Menentukan
M Mesh-Grid ········································ 2-1
14
3.2 Pengo
olahan Data
a untuk Mene
entukan Me
esh-Grid ····························· 2-1
16
4. K
Kuantifikasii Data Anca
aman, Keren n Kapasitas ............................. 2-1
ntanan dan 18
4.1 Prose
edur untuk Mempersiapk
M kan Indeks Paparan
P Bencana ················ 2-1
18
4.2 Prose
edur untuk Mempersiapk
M kan Indeks Penduduk
P Terpapar
T ·············· 2-1
19
4.3 Prose
edur untuk Mempersiapk
M kan Indeks Kerugian
K ···························· 2-2
21
4.4 Prose
edur untuk Mempersiapk
M kan Indeks Kapasitas
K ··························· 2-2
23
4.5 Pengo
olahan Data
a untuk Kuan
ntifikasi Data
a Ancaman, Kerentanann
dan Kapasitas
K ·· ··············· ················ ········································· 2-2
25
4.5.1 Menghitung Indek
ks Paparan Bencana da
an Membuatt Peta Indekks ······ 2-2
25
4.5.2 Menghitung Indek
ks Pendudu k Terpapar (Komponen
( Sosial)
dan In
ndeks Kerug
gian (Kompo
onen Ekonom
mi, Fisik dan
n Lingkungaan)
dan Membuat Pe
eta Indeks ··············· ········································· 2-3
32
4.5.3 Menghitung Indek
ks Kapasitass berdasarkan Hasil FG
GD ····················· 2-4
48
2‐i
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
5. P
Pemetaan Risiko
R Benc
cana ................................................................................. 2-5
50
5.1 Menghitung Indek
ks Kerentan
nan ·········· ········································· 2-5
50
5.2 Menghitung Indek
ks Risiko Be
encana ····· ··········································· 2-5
51
5.3 Pengo
olahan Data
a untuk Pem
metaan Risiko
o Bencana ························· 2-5
52
6. E
Estimasi Jumlah Penduduk dan F
Fasilitas di Dalam Daerrah Risiko T
Tinggi . 2-5
58
6.1 Persia
apan Input Data
D ········ ················ ········································· 2-5
58
6.2 Pengo
olahan Data
a untuk Meng
ghitung Jum
mlah Pendud
duk
dan Fasilitas
F di da
alam Daerah
h Risiko Tinggi ··································· 2-5
58
7. P
Perancanga
an Matriks PRB
P untuk Klarifikasi Desa Risiko
o Tinggi ................. 2-6
62
7.1 Persia
apan Input Data
D ········ ················ ········································· 2-6
62
7.2 Prose
edur untuk Merancang
M M
Matriks PRB ······································· 2-6
63
7.3 Pengo
olahan Data
a untuk Mera
ancang Matrriks PRB ···························· 2-6
63
2‐ii
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1. Pen
ngantar
1.2 Ap
pakah Risiko Bencana?
2‐1
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Hubungan antara anncaman, kerrentanan, dann risiko dallam kasus gempa bumi diperlihatkaan dalam
Gambar 1.1. Ketikaa gempa bu
umi besar teerjadi di daeerah padat penduduk,
p ggempa terseb
but akan
menimbbulkan kerugian yang san
ngat besar daan korban daalam jumlah besar serta aakan terjadi kerugian
ekonomi. Di sisi lainn, jika gemp
pa besar mem
mukul daerah
h berpendud
duk jarang, ggempa terseb
but hanya
akan meempengaruhii skala kecill saja. Denggan demikian
n, Sebuah risiko bencana
na didefinisik
kan tidak
hanya olleh volume ancaman
a akaan tetapi jugaa oleh volume kerentanan
n.
G
Gambar 1.1: Hubungan
H an
ntara ancamaan, kerentanaan, dan risiko
o dalam kasuus gempa bum
mi
1.3 Ga
ambaran Umum
U PRB
B Berdasa
arkan Pedoman BNP
PB
Kajian R
Risiko Bencana (PRB) adalah
a sebuaah pendekataan untuk meenunjukkan ddampak negaatif yang
ditimbullkan oleh bencana
b di satu daerahh yang terkeena. Dampaak negatif ddihitung berrdasarkan
kerentannan dan kapaasitas di daerrah tersebut. Maka damp
pak negatif ad
dalah termassuk jumlah penduduk
p
dan banngunan yang mungkin terrkena dan peengaruh eko
onomi dan lin
ngkungan yaang mungkin
n terkena
dampak bencana. Peendekatan PR
RB diperlihattkan di bawaah ini:
2‐2
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐3
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Hasil PR
RB diperlihattkan dengan pemetaan daan perancang
gan matriks unik
u sebagaim
mana di baw
wah:
Gambar 1.3
3: (Kiri) Mettode pembuaatan peta risik
ko bencana,
(Kanaan) Contoh ppeta risiko un
ntuk bencanaa banjir
2‐4
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Dokumen PR
RB (Matriks PRB)
Sisi kanan gambar 1.4 adalah contoh dari maatriks PRB. Dapat
D dilihatt bahwa setiaap desa di Kabupaten
/ Kota taarget dibagi dalam
d tiga tin
ngkat risiko..
2‐5
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Pengumpulan D
Data yang Dibutuhkan PRB
Menen
ntukan Mes
sh-Grid untu
uk Analis Risiko
R
Beencana men
nggunakan data spasia al
Indeks Paparan Be
encana
Indeks P
Populasi Te
erpapar
Ind
deks Kerugian
Indeeks Kapasittas
Pemetaa
an Risiko Bencana
B
Gam
mbar 1.5: Alirr pengolahan
n data untuk PRB.
P
1) Pen
ngumpulan
n Data Yang Dibutuhk
kan PRB
2‐6
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Me
enentukan Mesh-Grid
M untuk Ana a menggunaakan Data Spasial
alisis Risiko Bencana
3) Kuantifikasi data
d Ancam
man, Keren
ntanan dan Kapasitas
s
4) Pem
metaan Ris
siko Benca
ana
Mengguunakan empaat jenis indeks, akan dibbuat peta-petta ancaman, kerentanan dan kapasittas untuk
n, peta risikko bencana untuk setiap bencana akan dibuat untuk
setiap bbencana. Daan kemudian
ditumpaangsusunkan dengan susu
un peta ancam
man, kerentaanan dan kapasitas.
2‐7
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
5) Esttimasi Jum
mlah Popula
asi dan Fas
silitas di Dalam Daera
ah Risiko T
Tinggi
6) Perrancangan Matriks PR
RB untuk Kl arifikasi De
esa Risiko Tinggi
T
2‐8
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2. Pen
ngumpulaan Data ya
ang Diperrlukan un
ntuk Kajia
an Risikoo Bencana
a
Oleh karrena itu, dataa alternatif haarus dikumppulkan untuk PRB di kabu
upaten / kotaa. Dalam bab
b ini, data
alternatiif yang dikkumpulkan tim
t proyek JICA dijelaaskan besertta saran tekknisnya berrdasarkan
pengalam
man di kegiaatan perconto
ohan.
2‐9
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<Saran Teknis>
Peta Distribu
usi Intensitass Diusulk
kan di Proyek JICA
Gem
mpabumi BNPB, JIC
CA
Seismik di Permukaan 250
0m Mesh-Grid
Peta genaangan tsunam
mi rinci
Daerah Estimasi BNPB, BPBD
Tsu
unami diolah dari IFSAR DEM
D
Genangan
n Tsunami Provinsi, JIICA
(R
Resolusi:5m)
Leetusan Peta An
ncaman Digu
unakan langsu
ung
PVMBG
G
Gunuung Api Gununng Api Sk
kala 1:50,000
Banjiir, Banjir
Pengum
mpulan data seejarah
Banndang, Catatan Sejaarah Bencanaa
bencana oleh BPBBD BPBD, JIC
CA
Kekeeringan, dan Peeta-peta
Kaabupaten/Kotaa
Cuacaa ekstrem
BIG, dan oto oritas
Kebakaran Berdaasarkan berbaagai
Jenis tutu
upan lahan terrkait lain di provinsi
p
hu
utan macam peta tutupan lahan
percontoh han
2‐10
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
T
Tabel 2.3: Detil indikator untuk tiap koomponen yang ditunjukk
kan dalam Peedoman BNP
PB
Jenis Jen
nis
Detil IIndikator Sum
mber Data
Indekss Kompponen
Indekss Kepadatan
K Km2)
poopulasi (jiwa/K
Laporan BPS (PPODES, SUS SENAS,
Populassi Sosial Budaya
B
PPLS), dan T
Tata Guna Laahan
Terpapaar Keelompok massyarakat rentaan (%)
Peta Tutupan
an Lahan (Daeerah
Luas Tanah Produktif (R
Rp.) Produktif dallam Rupiah (Padi,
Teg
galan, Tumbuuhan, Peternaakan dan
Ekonnomi
Kolaam Ikan)),
GDP tiapp sektor (Rp.)) Lap
poran sektor, K
Kab/Kota dlm
m bentuk
ggambar
Rum
mah (Rp.)
POODES
Fissik Fasilitas Umum (Rp.))
Indekss Harga unitt tiap bangunan
Kerugiaan Fasilitas K
Kritikal (Rp.))
Hutan L
Lindung (Ha)
Raw
wa (Ha)
<Saran Teknis>
2‐11
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Jenis Jen
nis
Detail Sumber Datta
Indekss Komponen
Indekss Kep
padatan Banggunan Region
nal (Jumlah//K
Km2)
Fisiik Lapooran BPS (PO
ODES)
Kerugiaan Kepadatann sekolah (Jum
mlah//Km2)
Kep
padatan Fasillitas Kesehataan (Jumlah//K
Km2)
Peta tutupan lahan n (BIG
Luass Konservasi Alam
daan otoritas terrkait
Lingkuungan (Hutan lindung, H
Hutan alami, Bakau, Rawa dan
lai
ainnya di prov vinsi
Tanah semak
k)
percontohan n)
2‐12
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<Saran Teknis>
Data kappasitas yang dikumpulkaan dari FGD hanyalah sattu skor untuk
k masing-maasing kabupaaten/kota.
Dalam kkegiatan perrcontohan, tiim proyek JJICA telah mencoba
m untuk melakukkan survei kuesioner
k
untuk peenilaian kapaasitas desa berdasarkan
b ppedoman um
mum desa tan
ngguh bencanna (Peraturan
n Kepala
BNPB N
Nomor 01 Tahun
T 2012) untuk mem
mperjelas perb
bedaan tingk
kat kapasitass lokal antarra semua
desa di kabupaten/kkota. Hasil survei kuesiioner ini dijjelaskan pad
da Bagian 44.4. "Prosedur untuk
memperrsiapkan Indeeks Kapasitas" dalam dokkumen ini.
2.4 Da
ata Dasar
<Saran Teknis>
2‐13
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
3. Mennentukan n Mesh-G
Grid untu k Analisiis Risiko Bencanaa Menggu
unakan
Datta Spasial
3.1 Pra
asyarat un
ntuk Mene
entukan M
Mesh-Grid
Skala m
minimum petaa mendefinissikan hal berrikut dalam Pedoman
P BN
NPB. Dan ukkuran Grid-m
mesh juga
mendefiinisikan 1ha Mesh-grid (100m
( nalisis risiko bencana meenggunakan berbagai
* 1000m) untuk an
jenis datta spasial yanng akan dilak
kukan oleh G
GIS (Sistem Informasi
I Geeografis).
G
Gambar 3.1: Gridded meethod mappin
ng Peta genan
ngan tsunam
mi
(K
Kiri) peta geenangan tsun
nami yang aslli,
(Kanan) peta indeks ancaman tsuunami yang dikonversi
d beerdasarkan m
mesh-grid.
<Saran Teknis>
2‐14
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐15
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
2‐16
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<A
AKHIR>
2‐17
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4.1 Pro
osedur un
ntuk memp
persiapka
an Indeks Paparan
P Bencana
B
<Saran Teknis>
Seperti ddisebutkan di
d 2.1 Data ancaman
a di bbab 2, beberrapa sumber data ancam
man yang ditaampilkan
dalam P
Pedoman BN
NPB sedang dalam
d pengeembangan oleh otoritas nasional.
n Oleeh karena itu
u, dengan
pertimbaangan status pengembangan data anccaman yang ada oleh oto
oritas dan perrsyaratan untuk skala
peta (1: 25.000 atau 1: 50.000) berdasarkan
b ppedoman BN
NPB, data ancaman alternnatif harus diigunakan
untuk m
menetapkan inndeks paparaan bencana yyang diperluk
kan. Data anccaman untukk setiap jeniss bencana
dan ambbang klasifikkasi yang dittunjukkan paada Table 4.1
1 akan digun
nakan untuk PRB kabupaaten/kota
dalam keegiatan percoontohan tim proyek JICA
A.
2‐18
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4.2 Pro
osedur unttuk memp
persiapkan
n Indeks Penduduk
P Terpaparr
<Saran Teknis>
Untuk P
PRB kabupaaten/kota, peerlu memannfaatkan dataa statistik tiingkat desa sebagai perrsyaratan
minimall untuk analissis detail berrdasarkan Peedoman BNP
PB. Dalam keegiatan percoontohan, dataa statistik
tingkat ddesa disiapkkan oleh massing-masing BPS Kecam
matan dan in
nformasi tutuupan lahan diperoleh
d
dari BIG
G dan otoritaas terkait laiinnya di proovinsi percon
ntohan digun
nakan sebagaai sumber ko
omponen
sosial.
Kep
padatan pen wa/Km2): Dihhitung dengaan formula beerikut untuk tiap desa;
nduduk (jiw
Jum
mlah total pennduduk setiaap desa diperroleh dari PO
ODES, dan lu
uas total pem
mukiman (buiilt-up)
tiapp desa dihitunng berdasark
kan peta tutuppan lahan yaang disiapkan
n oleh BIG ddan otoritas terkait
lainnnya di proviinsi perconto
ohan.
Total pen
nduduk pria
a (jiwa) / To
otal penduduk wanita
a (jiwa)
Jum
mlah total penduduk pria dan wanita uuntuk tiap deesa diperoleh
h dari PODESS.
Jumlah SM,
S M, HM dan RM (jiw
wa) / Total penduduk (jiwa)
Jumlah orang
o cacatt (jiwa) / To
otal pendud
duk (jiwa)
2‐19
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Jumla
ah usia kurrang dari 4 tahun dan lebih dari 65 tahun (jjiwa) / Totaal penduduk (jiwa)
Jum
mlah usia kurrang dari 4 taahun dan lebbih dari 65 taahun untuk tiaap desa diper
eroleh dari PO
ODES.
Kepadattan pendudu
uk <500 500-400
00 >40000
2 2 2 60
0%
((Penduduk/L
Luas pemukiiman) jiwa/Km jiwa/km
m jiwa/kkm
K
Kelompok Rasio kem
miskinan <20% 20-40%
% >400% 10
0%
maasyarakat
rentan Rasio ora
ang cacat <20% 20-40%
% >400% 10
0%
Rasio kelompok
<20% 20-40%
% >400% 10
0%
umur
2‐20
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4.3 Pro
osedur unttuk memp
persiapkan
n Indeks Kerugian
K
<Saran teknis>
Seperti disebutkan di 2.2 Datta kerentanaan bab 2, data statistiik tingkat ddesa disiapk
kan oleh
masing-m
masing BPS n dan informaasi tutupan lahan
S Kecamatan l disiapk
kan oleh BIG
G dan otoritaas terkait
lainnya di provinssi percontoh
han digunakkan sebagai indikator komponen ekonomi, fisik
f dan
lingkunggan akan ditaampilkan seb
bagai Tabel 22.4 dalam kegiatan percontohan.
mponen eko
1) Kom onomi
2‐21
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Kom
mponen fisik
Kep
padatan b
bangunan, bangunan keagamaan, sekola
ah dan ffasilitas keesehatan
2
(Ju
umlah/Km )::
Jumlah ba
angunan (jumlah) / To emukiman (atau builtt-up) (Km2)
otal luas pe
Jum
mlah keempat jenis bangunan untu
tuk tiap dessa diperoleh
h dari POD
DES, dan lu
uas total
mukiman (ataau built-up) (Km2) untukk tiap desa dihitung
pem d berd
dasarkan petaa tutupan lah
han yang
disiiapkan oleh BIG
B dan otorritas terkait llainnya di provinsi percontohan.
Tabel 44.4: Indikatorr dan hasil peengaturan ullang ambang batas klasifiikasi komponnen fisik di kegiatan
k
percontohan
n
Con
ntoh :Klasifikasi Indeks (Skor)
Bobot
B
Kom
mponen/Indik
kator
Rendah Seedang Tingggi Total
T
(0.333) (0.666) (1.0000)
2 2 2
Kepaadatan Banggunan < 150
1 per Km 150 - 1000 per Km > 1000 peer Km 40%
4
Kepaadatan Banggunan 2 2 2
< 5 per Km 5 - 15 per Km > 15 per Km 20%
2
Keagamaann
2 2 2
Kep
padatan Sekoolah < 2 per Km 2 - 6 per
p Km > 6 per K
Km 20%
2
Kep
padatan Fasiilitas 2 2 2
< 3 per Km 3 - 9 per
p Km > 9 per K
Km 20%
2
Kesehatan
3) Kom
mponen Lingkungan
2‐22
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4.4 Pro
osedur unttuk Memp
persiapkan
n Indeks Kapasitas
K
Indeks kkapasitas dipperoleh dengaan menerapkkan Focal Grroup Discusssion (selanjuutnya disebutt “FGD”)
antara ppara pemangku kepenting
gan penangggulangan ben
ncana di satu daerah. Peedoman dan alat-alat
yang diggunakan dalaam FGD dap
pat diunduh ddari situs BN
NPB. Dan deetail pengskooran indeks kapasitas
k
berdasarrkan FGD, Bagian
B 4.5 di Pedoman BN
NPB harus dirujuk
d sebag
gai prosedur standar.
<Saran Teknis>
Seperti disebutkan di
d bagian 2.3
3 "Data Kappasitas" dalam
m dokumen ini, data kaapasitas diku
umpulkan
oleh FG
GD hanya saatu skor unttuk masing-m
masing kabu
upaten/kota. Hasil FGD dapat dimaanfaatkan
untuk peengembangaan matriks PR
RB sebagai sskor rata-rataa kapasitas bencana
b di kkabupaten/ko
ota target.
Namun, dari sudut pandang peenilaian kap asitas penan
nggulangan bencana
b tinggkat kabupaaten/kota,
lebih baaik jika diperrjelas perbed
daan tingkat kapasitas lo
okal di semu
ua desa di ka
kabupaten/kota target.
Dalam kkegiatan perrcontohan, hasil
h ini telaah digunakan
n untuk pen
ngembangan matriks PR
RB tetapi
belum teercermin unntuk pemetaaan risiko benncana. Karen
na hanya sattu nilai kapaasitas kabupaaten/kota
target haanya berpegaaruh menaikk
kan atau mennurunkan nilai indeks risiiko bencana dengan keseeragaman
untuk seemua desa dii kabupaten/k
kota target.
2‐23
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Gam
mbar 4.1: Hassil kajian kappasitas tingkaat desa (Kasu
us Kota Mataaram)
2‐24
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4.5.1 Menghitu
ung Indeks Paparan B
Bencana da
an Membua
at Peta Indeeks
1) Gem
mpa bumi
D
Data ancaman Klassifikasi Indek
ks (Skor)
(Kommponen/Indik kator) Rendah (0.3 33) Sedang (0.6
666) Tinggi (1.0
000)
Peta IIntensitas Seiismik
Nilai
N PGA < 0.25 Nilai PGA 0.25
5– 0.70 Nilai PGA >0.70
>
((250 m mesh))
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
2‐25
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐26
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Note: D
Dalam kasus pengolahan or berdasarkkan kode koode naskah nonaktif,
n dengan fieeld calculato
diirekomendasikan pengola
ahan data deengan mengg
gunakan MS Excel.
2‐27
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<A
AKHIR>
2‐28
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Tsun
nami
kah-langka
<Langk ah pengolah
han data>
Expressiion:
Reclass((!Inundation depth!)
3) Letusan Gunun
ng Api
Peta Anncaman Gunnung Api daari PVMBG digunakan untuk perhiitungan indeeks paparan bencana
letusan ggunung api. Kelas
K indekss dan skor dipperlihatkan sebagaimana
s a di bawah,
Data ancam
man Klasifikasi
K Ind
deks (Skor)
(Koomponen/Inddikator) Rendah (0.333) Sedang (0.666) Tinggi (1
1.000)
Peta Ancaman Guunung Api KRRB I KRB B II KRB III
kah-langka
<Langk ah pengolah
han data>
2‐29
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Expressio
on:
Reclass(!K
KRB!) <
<Conversion
n indicators
s to numeralls>
Code Blocck: K
KRB I (Zona Ancaman I): 1
def Reclasss(fds): K a Ancaman II): 2
KRB II (Zona
if (fds == 1): K
KRB III (Zona
a Ancaman III): 3
return
n 0.333333
elif (fds == 2):
n 0.666667
return
elif (fds == 3):
n 1.000000
return
elif (fds == 0 ):
return
n0
D
Data ancaman Klassifikasi Indek
ks (Skor)
(Kom
mponen/Indik
kator) Rendah (0.3 33) Sedang (0.6666) Tinggi (1.000)
Daerah
Peta Sejarah Bencana - Daerah Sejaarah
Non- Sejarrah
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
Prosedurr pengolahaan data untuk menghitunng indeks paparan benccana memilikki kesamaan
n dengan
kasus geempa bumi yang dijelasskan di bagiaan atas kecu
uali untuk “L
Langkah 6. Field Calcu
ulation”.
Satu-satuunya kode naskah field calculator
c unntuk kasus Baanjir, Banjir Bandang,
B Keekeringan, daan Cuaca
Ekstrim dijelaskan di
d sini.
Expression:
Reclass((!KRB!) <Conversio
on indicatorrs to numera
rals>
Code Blo ock: Historical Area:
A 3
def Recla ass(fds): Non- Historrical Area: 1
if (fds ==
= 1):
return 0.333333
elif (fdss == 3):
return 1.000000
elif (fdss == 0 ):
return 0
2‐30
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
5) Tana
ah Longsorr
D
Data ancaman Klassifikasi Indek
ks (Skor)
(Kommponen/Indikkator) Rendah (0.3 33) Sedang (0
0.666) Tinggi (1
1.000)
Peta Zona Kerenttanan Sangat rendaah -
sedan
ng Tinggi
G
Gerakan Tanaah rendah
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
Prosedurr pengolahaan data untuk menghitunng indeks paparan benccana memilikki kesamaan
n dengan
kasus geempa bumi yang dijelasskan di bagiaan atas kecu
uali untuk “L
Langkah 6. Field Calcu
ulation”.
Satu-satuunya kode naskah field calculator
c unntuk kasus Taanah Longsorr dijelaskan ddi sini.
E
Expression:
R
Reclass(!Zona!) <Co
onversion in
ndicators to
o numerals>
>
C
Code Block: Zonna Kerentana an Gerakan Tanah
T Sangaat Rendah: 1
def Reclass(fd ds): Zonna Kerentana an Gerakan Tanah
T Rendaah: 1
if (fds == 1)): Zonna Kerentana an Gerakan Tanah
T Meneengah: 2
return 0.3
333333 Zonna Kerentana an Gerakan Tanah
T Tingg i: 3
elif (fds == 2): Alu r Rentan Alirran Bahan Rombakan: 3
666667
return 0.6
elif (fds == 3):
return 1.0
000000
elif (fds == 0):
return 0
6) Keba
akaran Huttan
D
Data ancaman Klassifikasi Indekks (Skor)
(Kom
mponen/Indik
kator) Rendah (0.3 33) Sedang (0
0.666) Tinggi (1
1.000)
Lahan pertannian Kebun/Tum mbuhan
Petta tutupan lahhan Hutaan
kering /Semak/Beelukar
kah-langka
<Langk ah pengolah
han data>
Prosedurr pengolahaan data untuk menghitunng indeks paparan benccana memilikki kesamaan
n dengan
2‐31
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Exxpression: <Con
nversion ind
dicators to n
numerals>
Reeclass(!Landcover!)
Natural forest: 3
Co
ode Block: Bushh/Shrub: 2
de
ef Reclass(fds): Gardden/Plantation: 2
if (fds == 1): Dry la
and agricultuure: 1
return 0.33
33333 Rice fields: 0
elif (fds == 2):
2 Fishp
pond: 0
return 0.66
66667 Mang grove: 0
elif (fds == 3):
3 Swam mp: 0
return 1.00
00000 Inland water: 0
elif (fds == 0):
0 Openn ground: 0
return 0
Seperti ddijelaskan di
d atas, indek
ks penduduk terpapar daan indeks kerrugian dihituung berdasarrkan data
statistik tingkat desaa yang disiapkan oleh maasing-masing
g BPS Kecam
matan dan infformasi tutup
pan lahan
yang disiapkan olehh BIG dan otoritas terkkait lainnyaa di provinsii percontohaan. Pada baagian ini,
pertama-tama, dijelaskan pengo
olahan data untuk mem
mbuat mesh--grid 250m peta tutupaan lahan.
Kemudian, dijelaskaan metode penyusunan
p keempat jenis kompon
nen (Sosial, Ekonomi, Fisik
F dan
Lingkunngan).
1) Peng
golahan da
ata untuk membuat
m m
mesh-grid 250m
2 peta tutupan
t lah
han
2‐32
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Prosedurr pengolahaan data unttuk membuuat mesh-griid 250m peta tutupann lahan di kegiatan
percontoohan dijelaskkan di bawah
h.
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
1. Buka shape file peta tutupan lahan
l DD sabagai layer dasar dan
dari LD d layer 2500m mesh-girrd daerah
targeet.
2‐33
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐34
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐35
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<A
AKHIR>
2‐36
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Pers
siapan emp
pat jenis ko
omponen d
data (Sosiall, Ekonomi, Fisik dan
n Lingkungan)
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
2‐37
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐38
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐39
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
11. Bukka tabel atribbut dari layerr yang telah dibuat (fitu
ur pemukiman yang dibaagi berdasark
kan desa)
dan taambahkan fieeld baru berjenis Float.
2‐40
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐41
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
16. Dan juga gabunggkan lagi peta tutupan lahhan 250m griid-mesh.
Expressio
on:
Reclass(!L
Land cover ittems!)
def Reclass(fds):
if (fds <> ‘Permukim
man’):
return
n0
Note: D
Dalam kasus pengolahan or berdasarkkan kode koode naskah nonaktif,
n dengan fieeld calculato
diirekomendasikan pengola
ahan data deengan mengg
gunakan MS Excel.
2‐42
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<Ite
ems Tabel Atribut >
1. Kepadatan pendudukk
2. Rasio jen
nis kelamin
3. Rasio ke
elompok umuur
4. Rasio orang cacat
emiskinan
5. Rasio ke
6. Kepadatan bangunann
7. Kepadatan bangunann keagamaan
8. Kepadatan sekolah
9. Kepadatan fasilitas kkesehatan
10. Tutupann lahan
2‐43
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Note: D
Dalam kasus pengolahan or berdasarkkan kode koode naskah nonaktif,
n dengan fieeld calculato
diirekomendasikan pengola
ahan data deengan mengggunakan MS Excel.
1. Skor Kepadatann penduduk 2. Skor Rasio
R jenis kelamin
Expre
ession: Express
sion:
Recla
ass(!Populatio
on Density!) Reclass
s(!Sex ratio!)
2‐44
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
7. Skor Kepadatan
n keagamaa
an 8. Skorr Kepadatan
n sekolah 9. Skor Keepadatan Faskes
Expre
ession: Expresssion: Expressioon:
Recla
ass(!Density of
o Religion!) Reclasss(!Density off School) Reclass(!DDensity of HF!)
10. Sko
or Kompone
en Sosial 12. Skor Komponen Fisik
Skor = Scoree=
0.600 * (Skor keppadatan pend duduk) 0.400 * (Skor kep
padatan banggunan)
* 0.10 * (Skor rassio jenis kela
amin) * 0.20 * (Skor kep
padatan banngunan keagaamaan)
* 0.10 * (Skor rassio kelompok k umur) * 0.20 * (Skor kep
padatan banngunan sekollah)
* 0.10 * (Skor rassio orang cac cat) * 0.20 * (Skor kep
padatan faskkes)
* 0.10 * (Skor rassio kemiskinaan)
11. Sko
or Kompone
en Ekonomi
Expre
ession:
Recla
ass(!Zona!) <Conversio
on indicators
s to numeraals>
or Kompone
13. Sko en Lingkung
gan
Expre
ession:
Recla
ass(!Zona!) <Conversio
on indicators
s to numeraals>
2‐45
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
(i) Inde
eks Komponen Sosiall
eks Kompo
(ii) Inde onen Ekono
omi
2‐46
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<A
AKHIR>
2‐47
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4.5.3 Menghitu
ung Indeks Kapasitas
s Berdasark
kan Hasil FGD
F
Focal G
Group Discusssion (FGD)) untuk peniilaian kapassitas tingkat kabupaten/kkota dapat dilakukan
d
berdasarrkan Peraturran Kepala BNPB
B Nomoor 03 Tahun
n 2012 tentan
ng Pedomann Penilaian Kapasitas
K
Daerah dalam Penaanggulangan Bencana. A
Alat yang dip
perlukan yan
ng digunakaan dalam FG
GD dapat
diunduhh dari situss BNPB. Menggunaka
M an alat terssebut, satu skor indek
eks kapasitaas untuk
kabupateen/kota targeet dapat dihittung berdasaarkan hasil daari 88 pertany
yaan sebagaii berikut,
2‐48
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Seperti disebutkan di
d Bagian 4.4 dalam dookumen ini, dalam kegiaatan perconttohan, hasil ini telah
digunakkan untuk peengembangan
n matriks PR
RB akan tettapi belum tercermin
t unntuk pemetaan risiko
aruh untuk menaikkan
bencanaa. Karena hannya satu nilaii kapasitas kaabupaten/kota target hanya berpengar
atau meenurunkan nilai indeks risiko
r bencaana yang serragam untuk
k semua dessa di kabupaten/kota
target.
2‐49
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
5. Pem
metaan Riisiko Benccana
5.1 Me
enghitung Indeks Ke
erentanan
n
Tabel 5.1:
5 Konstantta tergantung
g dari jenis ancaman
A B C D
Jenis Ancaman
n Skor Skor Skorr
Skor komp
ponen
komponen
k komponen
k kompon nen
Ekonomi
Sosial Fisik Lingkunngan
1 Gempa bumi 0.40 0.30 0.30 0
2 Tsunamii 0.40 0.25 0.25 0.100
3 Gunung api
a 0.40 0.25 0.25 0.100
4 Banjir 0.40 0.25 0.25 0.100
5 Tanah longgsor 0.40 0.25 0.25 0.100
6 Kekeringaan 0.40 0.30 0 0.300
7 Cuaca ekstrrim 0.40 0.30 0.30 0
K
Kebakaran laahan
8 0.30 0.20 0.10 0.40
0
dan hutann
2‐50
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
5.2 Men
nghitung Indeks Ris
siko Benc
cana
Peta Riisiko telah dirumuskan pada grid--mesh berdaasarkan petaa indeks anncaman, petaa indeks
kerentannan dan petaa indeks kap mus: R ≈ H *V/C. Moddifikasi berik
pasitas, berddasarkan rum kut harus
dilakukaan untuk rum
mus di atas, seehingga dapaat digunakan
n:
Risiko = ∗ ∗ 1
<Saran
n Teknis>
Seperti ddisebutkan di
d Bagian 4.4
4 dalam dokkumen ini, daalam kegiataan percontohhan, hasil FG
GD untuk
kabupateen/ kota telaah digunakan
n untuk penngembangan matriks unttuk PRB, tettapi belum tercermin
t
untuk ppemetaan rissiko bencanaa. Karena hhanya satu nilai
n kapasittas kabupateen/kota target hanya
mempenngaruhi untuuk menaikkan ko bencana dengan keseeragaman
n atau menuurunkan nilaii indeks risik
untuk seemua desa di kabupateen/kota targeet. Oleh karrena itu, perrsamaan berrikut diadop
psi untuk
menghittung indeks risiko
r untuk setiap
s jenis bbencana,
Risiko
R = √ ∗
2‐51
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
5.3 Pen
ngolahan Data untu
uk Pemeta
aan Risiko Bencana
1) Meng
ghitung ind
deks keren
ntanan dan
n Membuat peta indek
ks
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
1. Buka
a fitur yang meliputi
m emp
pat jenis kom
mponen data (Sosial, Ekon
nomi, Fisik ddan Lingkun
ngan).
2. Buka tabel atribut dan tambah
hkan fields bbaru untuk menyimpan
m indeks
i kerenntanan sampaai jumlah
unit bbencana targeet.
2‐52
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
3. Bukaa Field Calcculator dan tulis kode nnaskah berdaasarkan persamaan dan kkonstanta teergantung
pada jjenis bencana (Tabel 5.1)).
<Case
e of Landslide
e Vulnerabilitty Index>
2‐53
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<A
AKHIR>
2‐54
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Mem
mbuat peta indeks risiiko
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
1. Buka fitur peta inddeks ancamaan dan peta inndeks kerenttanan untuk tiap
t unit benc
ncana.
2. Buat fitur baru unntuk menghittung indeks rrisiko, dan gabungkan
g fittur peta indeeks ancaman dan peta
indekks kerentanann ke dalam fittur baru ini.
3. Bukaa tabel atribuut dan tambaahkan field bbaru untuk menyimpan
m indeks
i risikoo sampai jum
mlah unit
bencaana
2‐55
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<Case of
o Landslide Risk Index>
>
qrt(!Hazard Score!*
math.sq S !Vuln erability_Sco
ore!)
2‐56
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<A
AKHIR>
2‐57
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
6. Estiimasi Jum
mlah Pend
duduk daan Fasilita
as di Dala
am Daerah
h Risiko Tinggi
T
<Saran Teknis>
Bab ini ddiusulkan daalam kegiatan
n percontohaan Tim Proyeek JICA untu
uk memperjeelas jumlah penduduk
p
dan fasillitas di dalam
m daerah beriisiko tinggi ssebagai input untuk RPBD.
6.2 Pen
ngolahan Data
D untuk Menghitun
ng Jumlah Penduduk dan Fasilittas di Dala
am
Dae
erah Risiko
o Tinggi
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
1. Buka fitur peta inddeks ancamaan, peta indekks kerentanaan dan batas administrasi
a Kabupaten/K
Kota
a fitur 250m
2. Buka k per desa (jjiwa/km2), kepadatan
m mesh-grid untuk melipput kepadataan penduduk k
h/Km2) dan informasi tutupan lah
banguunan per deesa (Jumlah han (fitur inni diciptakaan untuk
perhittungan indekks kerentanan
n pada bagiann 4.5.2, 2) daalam dokumen ini.)
2‐58
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐59
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1) Jumlah daerah
h dengan tingkat anca
aman yang
g tinggi dan
n persentasse dari luas
s total
2) Jumlah daerah
h dengan tingkat risik
ko ancaman
n tinggi dan persentaase dari lua
as total
Pilih rrecords dari daerah berisiiko tinggi daan ekstrak luaas daerah (km
m2) berdasarrkan [IF (ind
deks
LSE: 0)]. Settelah memilih
risiko> 0,666667, TRUE: Luas (km2), FAL h records daeerah berisiko
o tinggi,
hitungg luas total anncaman risik
ko. Dan hitunng persentasee dari total lu
uas dengan m
membagi totaal luas
berisikko tinggi denngan total luaas kabupatenn/kota target
duduk deng
3) Pend gan tingka
at risiko ting
ggi dan pe
ersentase dari
d total po
opulasi
2‐60
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<A
AKHIR>
2‐61
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
7. Perancangan
n Matrikss PRB unttuk Klariifikasi Dessa Risiko Tinggi
<Saran Teknis>
Dalam P
Pedoman BN
NPB, dijelask
kan tentang garis besar empat langk
kah perancanngan matrikss, namun
panduann nyata yangg relevan terrhadap apa ttujuan utamaa pembangun
nan matriks dan bagaim
mana data
input disusun tidak ditemukan. Oleh karenaa itu, dalam
m kegiatan peercontohan, pperancangan
n matriks
didefinissikan sebagaai proses untu ntuk setiap jeenis bencana. Dengan
uk memperjeelas desa risiiko tinggi un
menggunnakan peta batas desa dan distribbusi empat jenis
j indeks yang dihittung di bab 4, skor
maksimuum paparan bencana, po
opulasi terpaapar, kerugiaan dan kapaasitas untuk dikuantifikaasi dalam
kisaran 0,0-1,0 akann dipilih per desa kabupaaten/kota targ
get. Dan kem
mudian, skorr maksimum
m paparan
bencanaa, populasi teerpapar, kerug
gian dan kappasitas digun
nakan sebagai input data uuntuk pengem
mbangan
matriks. Hasilnya, masing-masin
m ng desa dibaagi dalam tiga tingkatan
n (Tinggi, Seedang, Rend
dah) pada
empat kaali perhitunggan matriks. Dan
D akhirnyya, setiap desa diklasifikaasikan dalam tiga tingkat risiko.
Gam
mbar 7.1: Mem
milih skor maksimum
m peeta indeks ancaman tsunaami untuk meenerapkan metode
m
choroppleth per desaa (Kiri) peta indeks ancam
man tsunamii dikonversi berdasarkan
b mesh-grid, (Kanan)
(
skor maaksimum terppilih dari ind
deks ancamann tsunami un
ntuk menerap
pkan metodee choropleth per
p desa
2‐62
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Indeks Kerugian = (A
( * Skor komponen Ekonnomi) + (B * Skor kompo
onen Fisik)
+ (C * Skor komponen L
Lingkungan))
B,C : Jumlahh konstanta terrgantung jeniis ancaman
A,B
A B C
Jenis ancaman Skor Skor
Skorr komponen
komponnen koomponen
E
Ekonomi
Fisik Linngkungan
1 Gempa bumii
G 0.50 0.50 0
2 Tsunami 0.42 0.42 0.16
3 G
Gunung Api 0.42 0.42 0.16
4 Banjir 0.42 0.42 0.16
5 Taanah Longsoor 0.42 0.42 0.16
6 K
Kekeringan 0.50 0 0.50
7 C
Cuaca ekstrim
m 0.50 0.50 0
Keb
bakaran Lah han
8 0.29 0.14 0.57
dan Hutan
7.2 Pro
osedur unttuk Perancangan M
Matriks PR
RB
Setelah ppersiapan skkor maksimum paparan bbencana, populasi terpapaar, kerugian ddan kapasitaas dengan
desa sebbagai input data,
d matriks dikembangkkan untuk menghitung tin
ngkat ancam
man, tingkat kerugian,
k
tingkat kapasitas daan tingkat risiko
r bencaana. Untuk prosedur peerancangan m
matriks, Bab
b 5.2 di
Pedomann BNPB harrus dirujuk seebagai proseddur standar..
7.3 Pen
ngolahan Data untu
uk Peranca
angan Mattriks PRB
Prosedurr pengolahann data untuk menghitungg tingkat ancaman, tingkaat kerugian, ttingkat kapaasitas dan
tingkat rrisiko bencanna dijelaskan
n sebagai berrikut.
kah-langka
<Langk ah pengolah
han data>
1. Bukaa fitur batass administrassi tingkat deesa dan fitu
ur 250m meesh-grid yanng mengandu
ung nilai
paparran bencana untuk
u setiap jenis
j bencanna, skor komp
ponen sosial, ekonomi, fi
fisik dan ling
gkungan.
2‐63
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
4. Setelaah pengolahaan oleh Join,, didapatkan hasil penggaabungan fiturr 250 m mesh
sh-grid yang
mengandung nilaii paparan ben
ncana untuk setiap jenis bencana,
b sko
or komponenn sosial, ekon
nomi,
fisik ddan lingkunggan dengan batas
b adminisstrasi tingkatt desa.
2‐64
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐65
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Klasifik
kasi Indeks ((Skor)
No Jenis Indeeks
Rendah (1) Seedang (2) Tinggi (3)
(
1 Indeks Paparan
P Benncana (IoDE
E) < 0.3
333 0,3333 – 0.666 > 0.666
2 Indeks Pen
nduduk Terrpapar (IoPE
E) < 0.3
333 0,3333 – 0.666 > 0.666
3 Indeeks Kerugia
an (IoL) < 0.3
333 0,3333 – 0.666 > 0.666
4 Indeeks Kapasita
as (IoC) Tingkaat 1,2 Tiingkat 3 Tingkat 4,5
2‐66
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
1) Pene
entuan Ting
gkat Ancam
man
Tingkaat Ancaman setiap
s desa menentukan
m kkombinasi In
ndeks Paparaan Bencana ddan Indeks Penduduk
P
Terpap
apar sebagai berikut,
b
<Seba
agai contoh
h>
2‐67
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2) Pene
entuan Ting
gkat Kerug
gian
Tingkaat kerugian tiiap desa men
nentukan koombinasi Tin
ngkat Ancam
man dan Indeeks Kerugian
n sebagai
berikuut,
2‐68
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<Seba
agai Contoh>
Tingkat Ancaman
3) Pene
entuan Ting
gkat Kapas
sitas
Tingkaat Kapasitas tiap
t desa meenentukan koombinasi Tin
ngkat Ancam
man dan Indeeks Kapasitass sebagai
berikuut,
Indeks Kap
pasitas (IoC)
Tingkat Kapasitas
K
T
Tinggi (3) Sedaang (2) Rendah (1)
(
Rendah
h (1) A1 A2
A A3
Tinggkat Ancamann
Sedang
g (2) B1 B2
B B3
(LoH)
Tinggi (3) C1 C2
C C3
2‐69
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<Seba
agai Contoh>
Tingkat
Tingkat Ancaman
Ancaman
4) Pene
entuan Ting
gkat Risiko
o
Tingkaat Risiko tiapp desa meneentukan kom
mbinasi Tingk
kat Kerugian
n dan Tingkkat Kapasitass sebagai
berikuut,
2‐70
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
<Seba
agai contoh
h>
2‐71
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
2‐72