Anda di halaman 1dari 192

 

Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Pedom
man Teeknik
Pen
nyusun
nan Pe
eta Anc
caman dan Risiko
R Benca
ana
U
Untuk Tingka
T at Kabupatenn/Kota

Ve
ersi 2.0
0

An
nnex-1: P
Pedoman Teknik
k Untuk Pembua atan Petta Bahay
ya
Untuk
U K
Kabupateen/Kota

Annex
x-2: Petu
unjuk Te ajian Risiko Ben
eknis Ka ncana
Untuk
U KKabupate
en/Kota

Septe
ember, 2015
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

A
Annex-1:

Pedomann Tekn
nik
Unttuk Pe
embu
uatan Peta Bahaaya
Untuk
k Kab
bupatten/Ko
ota
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

D
Daftar Isi

1. L
Latar Belak ang ......................................................................................... 1--1
2. T
Tujuan ....... ............................................................................................... 1--2
3. B
Badan Peru
umus dan Kebijakan
K ................................................................. 1--2
4. P
Pertimbang an isu-isu penggunaa
p an Peta Bah
haya ...................................... 1--3
5. T
Terminologi dan Definiisi ........................................................................... 1--3
6. M
Metodologi Identifikasii Daerah Ba
ahaya Bencana Alam ............................. 1--8
6.1 G
Gempa Bum
mi ............................................................................................ 1--8
6.2 T
Tsunami .... ............................................................................................. 1-2
26
6.3 B
Banjir ........ ............................................................................................. 1-3
38
6.4 B
Banjir Band ang ....................................................................................... 1-5
56
6.5 T
Tanah Long
gsor ....................................................................................... 1-5
59
6.6 L
Letusan Gu nung Api ............................................................................... 1-6
62
6.7 B
Bencana La
ainnya (Kek
keringan, C
Cuaca Ekstrrim (Angin Kencang),
K
K
Kebakaran Hutan dan Lahan) ................................................................. 1-6
64
 
Lampira
an-1: Peme aya Gempa Bumi
etaan Baha
Lampira
an-2: Peme
etaan Baha
aya Tsunam
mi
Lampira
an-3: Digita
alisasi Peta
a SNI Ancam
man
Lampira
an-4: Mem buat dan Mengedit
M Pe
eta Sejarah
h Bencana
 

  1‐i 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

 
 

   
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

1. LAT
TAR BEL
LAKANG
G

Di Indoonesia, orgaanisasi/institu
usi tertentu yang berpeeran/memegaang kuasa dditentukan di
d setiap
bencanaa, yang adalaah Kementriaan, badan peemerintah ataau Tim yang terdiri dari beberapa keementrian
dan univversitas, dann pembuatan berbagai maacam manuaal dan peta bahaya
b melannjutkan inisiatif yang
telah adda dari setiaap organisasii yang bertaanggungjawaab. BNPB memegang
m pperan sebagaai kepala
penangggulangan risiiko bencana berdasarkann informasi bahaya yang
g dibangun ooleh organissasi yang
bertangggungjawab akan tetap
pi pengkajiaan bahaya harus ditaangani olehh setiap organisasi
o
penangggungjawab.

Akan tetapi, informaasi bahaya yang


y dikembbangkan oleh
h tiap organisasi penangggungjawab utamanya
u
ditargetkkan di tingkkat negara, provinsi
p dan beberapa perwakilan kabupaten/kotta dengan kepadatan
k
populasii tinggi, dann pendekatan
n untuk mem
mbangun infformasi bahaaya di tingkkat kabupaten
n/kota di
seluruh w
wilayah negaara tidak berj
rjalan.

Lebih laanjut, peta anncaman yang


g dikembanggkan oleh baadan khusus di tingkat nnasional dan provinsi
(skala 1:250,000 sam
mpai 5,000,0
000) memiliiki keterbataasan untuk menggambark
m kan tingkat ancaman
(ancamaan tinggi atauu rendah) dii suatu kabuppaten/kota dalam
d kasus mencoba
m unntuk mengem
mbangkan
peta anncaman dan risiko untu
uk digunakaan dalam penanggulang
p gan bencanaa daerah dii tingkat
kabupateen/kota (skaala 1;50,000)). Dalam bebberapa kasuss, seluruh arrea di dalam
m satu kabupaaten/kota
diindikaasikan oleh tingkat
t ancam
man yang saama. Juga, metodologi
m untuk
u pengkaajian ancamaan masih
dalam taahap investiggasi atau bellum diotorissasi sehubungan dengan beberapa beencana seperrti banjir,
kekeringgan, cuaca ekkstrem (angin
n kencang), kkebakaran hu
utan dan lahaan.

Dalam ssituasi, BNPB


B sudah mullai persiapann “Pedoman Umum
U Peng
gkajian Risikko Bencana di
d tingkat
Kabupatten/Kota”, dan
d Japan International
I on Agency (JICA) Prooject Team “Proyek
l Cooperatio
gulangan Beencana BNPB dan BPBD” setuju ddengan BNP
Peningkkatan Kapasiitas Penangg PB untuk
menyiappkan sebuah pedoman tek
knik untuk m
menjelaskan metodologi untuk membbuat peta bah
haya agar
na penanggullangan bencana daerah di tingkat K
dapat diipergunakan bagi rencan Kabupaten/Ko
ota, pada
Joint Cooordination Meeting paada tanggal 11 Juli 20
012, yang dimaksudkan untuk mem
mutuskan
kebijakaan dasar pelaaksanaan proy
yek.

Annex-11 ini, yang berjudul “Ped mbuatan Peta Bahaya untuuk Kabupateen/Kota”,
doman Tekniik untuk Pem
menjelasskan proseddur atau mettodologi untuuk menggam
mbar peta-peeta, yang akkan digunakaan untuk
ko bencana, untuk peerencanaan kegiatan
estimasii index di dalam prroses pengkkajian risik
penangggulangan benncana dan ren
ncana evakuaasi, dll.

d Pedomann Umum (Kaabupaten/Kota) diperlihaatkan pada gambar di


Hubungan antara Annnex-1 ini dan
bawah.

  1‐1 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Pedo
oman Umum
m Pengkajia
an Risiko Bencana
B

Sumbber: BNPB

Gambar.1.11 Hubungan antara Ann


nex ini dan Pedoman
P Um
mum (Kabuupaten/Kota
a)

2. TUJJUAN

Tujuan ddaripada Anneex ini adalah

1) U
Untuk mem
mperkenalkan
n berbagai m
macam pend
dekatan/meto
odologi term
masuk conto
oh-contoh
dari Jepang dalam
d rangk
ka pembuatann peta bahayaa untuk setiaap target benccana alam.

2) U
Untuk menjjelaskan mettodologi pem
mbuatan petta bahaya di tingkat Kaabupaten/Ko
ota (pada
dasarnya denngan skala 1:50,000) denngan memperrtimbangkan
n ketersediaann data spasiaal saat ini
uuntuk digunaakan di Indonesia

3) U
Untuk menjeelaskan meto
ode pemrosessan data untu
uk pembuataan peta ancam
man

3. PER
RUMUSA
AN BADA
AN DAN K
KEBIJAK
KAN

3.1 B
Badan Perumus
Badan pperumus padaa prinsipnya adalah BPBD
D (Kabupateen/Kota).

3.2 Perumusan Kebijakan


n
Perumussan kebijakann dijelaskan seperti di baawah ini:

 P
Pada prinssipnya BPBD (Kabuupaten/Kota)) adalah badan peerumus di bawah
ppengawasan//kerjasama dari
d BPBD (Provinsi) dan
d BNPB berkolaboras
b si dengan organisasi
o
tterkait termaasuk pemerin
ntah pusat ddan daerah, desa
d (Desa/K
Kelurahan), ppenduduk lo
okal, para
aahli, NGO, dan
d badan terrkait lainnya .

  1‐2 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

 D
Di dalam Annnex-1 ini, metode
m sederrhana pada dasarnya
d dijeelaskan untukk tiap bencan
na dalam
ssudut pandanng kondisi teerkini dari B
BPBD (Kabu
upaten/Kota) seperti angggaran, keahllian yang
ttersedia, dll. Metode yang lebih ccanggih jugaa diperkenallkan secara singkat yan
ng mana
m
membutuhkaan teknologii canggih, komputer, perangkat lunak, anggaaran besar, berbagai
m
macam data detil, dll. Yang
Y diharappkan dapat dikerjakan
d dalam
d waktu dekat (dalaam kurun
w
waktu 5 yearrs).

 Di dalam Annex-1 ini, bencana targget adalah gempabumi,


D g tsunami, baanjir, banjir bandang,
b
ttanah longsoor, letusan gunung
g api, dan bencanaa lainnya (k
kekeringan, ccuaca ekstrim
m (angin
kkencang), keebakaran hutaan).

4. PER
RTIMBANGAN IS
SU PEMA
ANFAATA
AN PETA
A ANCAM
MAN

Kadangkkala, inform
masi yang diperlihatkan
d n di peta an
ncaman men
nimbulkan ssalah asumssi bahwa
informassi tersebut addalah benar dan tidak beerubah. Peta ancaman haanya mempreesentasikan satu
s hasil
yang muungkin diperroleh melaluii analisis yanng berkaitan dengan sken
nario/asumsii yang diruju
uk. Untuk
ksternal yangg sebenarnyaa lebih besar daripada kekkuatan skenaario yang
kasus-kaasus dimana kekuatan ek
dirujuk, area berbahaaya akan dip
perluas daripaada area yang diperlihatk
kan di peta anncaman.

Penggunna diharapkaan untuk meemahami seccara penuh bahwa


b inforrmasi yang ddiperlihatkan
n di peta
ancamann mempresenntasikan han
nya satu hasiil dari beberaapa skenario
o yang munggkin timbul di
d sekitar
mereka. Pengguna diminta unttuk memutuuskan sendirri aksi-aksi apa yang hharus diamb
bil untuk
melinduungi wilayahh/kehidupan warga selam
ma bencana terjadi, seh
hubungan deengan skenaario yang
dirujuk sserta situasi yang
y duga di luar sskenario.
tak terd

Oleh karrena itu, petaa-peta bahaya bekerja sebbagai bahan pembelajaran


p n awal.

5. TER
RMINOL
LOGI DAN DEFIN
NISI

5.1 B
Bahaya
“Bahayaa” dideskripssikan di bawaah:

 A
Ancaman baahaya adalah
h frekuensi ((kemungkinaan) bencana yang munggkin terjadi di lokasi
ttertentu denggan intensitass tertentu pul
ula.

 K
Komponen bahaya dibaangun berdaasarkan paraameter inten
nsitas dan pprobabilitas kejadian
bbencana.

((referensi: Peedoman Umu


um, Penangggulangan Rissiko Bencanaa untuk Renccana Penangg
gulangan
B
Bencana, BN
NPB)

5.2 Peta Bahayaa


“Peta Baahaya” dijelaaskan sebagaaimana di baw
wah ini:

  1‐3 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

 P
Peta bahaya akan menen
ntukan daeraah-daerah diimana kejadian alam terrtentu terjad
di dengan
ffrekuensi dann intensitas tertentu.
t

((referensi: Peedoman Umu


um, Penangggulangan Rissiko Bencanaa untuk Renccana Penangg
gulangan
B
Bencana, BN
NPB)

5.3 G
Gempa Bum
mi
“Gempaa Bumi” dijellaskan sebag
gaimana di baawah:

 G
Gempa Bum
mi menyebabk
kan kerusakaan bangunan
n (rumah, sek
kolah, rumahh sakit, dll), kontruksi
k
ddari fisik inffrastruktur (jjalan utama,, jembatan, bendungan,
b pelabuhan/aairport, listrik
k, sistem
kkomunikasi, dll.), dan bencana sekunnder seperti kebakaran
k dan korban keppanikan.

(referensi: Peerka No. 4/20


008)

 G
Gempa Bum
mi adalah kejjadian pelepaasan energi, yang dihasiilkan oleh peergeseran/peergerakan
ssecara tiba-tiiba di dalam
m kerak bum
mi. Ada dua jenis
j gempa bumi yang umum, yaittu gempa
bbumi tektoniik dan gempaa bumi vulkaannik.

(referensi: Diisaster Risk Index


I 2011)

5.4 T
Tsunami
“Tsunam
mi” dijelaskaan sebagaimaana di bawahh:

 T
Tsunami merupakan gelombang passang tinggi yang
y terjadi disebabkan oleh gempa bumi di
llaut, letusan gunung api bawah laut atau longsorran di laut. Tetapi
T tidak satupun darri seluruh
ffenomena inni dapat mem
micu tsunami dengan sendirinya. Kon
ndisi utama uuntuk tsunam
mi adalah
ddeformasi di bawah laut. Ada empat ffaktor gempaat bumi yang
g menyebabkkan tsunami:

 E
Epicenter terlletak di lautaan

 G
Gempa bumi dengan maggnitude yang besar,

 G
Gempa bumi dangkal

 D
Deformasi veertikal di dasaar laut

((referensi: Peerka No.4/20


008)

 Tsunami meerupakan suatu serial ggelombang laut yang diisebabkan olleh perioda panjang
T
ggangguan im
mpulsif dasarr laut. Tsunaami dapat dissebabkan oleeh : (1) gem
mpa bumi diikuti oleh
ddislokasi/perrgeseran masssa batuan b esar di bawaah air (laut/d
danau), (2) ttanah longso
or di laut,
((3) letusan vuulkanik di laaut atau gunuung api pulau
u.

((referensi: Diisaster Risk Index


I 2011)..

5.5 B
Banjir
“Banjir”” digambarkaan sebagaimaana di bawahh:

  1‐4 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

 IIndonesia merupakan
m daaerah rawan bencana, baaik itu bencaana alam ma
maupun bencaana yang
ddisebabkan kesalahan manusia. H
Hampir sem
mua jenis bencana ter
erjadi di In
ndonesia.
B
Bencana-benncana yang dominan
d adaalah banjir, taanah longsorr, dan kekeriingan. Banjirr sebagai
ssebuah fenom
mena alam yang
y berkaittan dengan kegiatan
k man
nusia disebabbkan oleh ak
kumulasi
bbeberapa fakktor, seperti hujan,
h kondi si sungai, ko
ondisi hulu sungai, kondiisi area coco
ok tanam,
ddan gelombaang pasang.

P
Potensi ancaman bencan
na banjir dann tanah long
gsor disebab
bkan oleh da
dan ditambah
h dengan
kkerusakan aliiran sungai dan/atau
d daerrah resapan, ketidakpatuh
han terhadapp kebijakan taata ruang,
ppelanggaran hukum yang
g ada, rencaana konstruk
ksi yang kurrang terinteggrasi, dan ku
urangnya
ddisiplin masyyarakat.

(referensi: Peerka No. 4/20


008)

 B
Banjir meruupakan limpaasan air yanng melebihi tingkat air normal. Padda umumny
ya, banjir
ddisebabkan oleh
o curah hujan
h tinggi ddi atas norm
mal untuk kassus dimana ssistem drain
nase yang
tterdiri dari sungai, anak sungai, cekungan dangkal
d dan
n lainnya ttidak mamp
pu untuk
m
mengakomoddasi akumulaasi air hujan atau luapan oleh akumullasi air hujann.

(referensi: Diisaster Risk Index


I 2011)

5.6 B
Banjir Band
dang
“Banjir B
Bandang” diijelaskan seb
bagaimana beerikut:

 B
Banjir bandaang (flash floods)
fl biasaanya terjadi di batas air dimana lere
reng dasar su
ungainya
ccuram. Disccharge yang
g tinggi dann aliran air yang sang
gat deras m
memungkinkaan untuk
m
membawa batu atau poh
hon yang beesar, dan meenyapu apapun di sepanj
njang arah alliran dan
m
menghilang dengan
d cepaat.

(reference: Disaster
D Risk Index 2011))

 D
Di dalam manual
m yang
g dibuat olehh PU, defin
nisi banjir bandang
b dijeelaskan sebaagaimana
bberikut:
B
Banjir besar yang terjadii secara tiba--tiba, karenaa limpasan discharge yanng melebihi kapasitas
k
aaliran air suungai yang disebabkan
d ooleh konsenttrasi curah hujan
h yang ttinggi dan seringkali
s
m
membawa aliran
a ungan alamii, yang terbbentuk dari material
debriss atau runtuuhnya bendu
llongsoran di hulu sungai.

 U
Untuk alirann debris yaang mungkinn dikategorrikan sebagaai suatu jennis Banjir Bandang,
B
kkarakteristik aliran debriss dijelaskan sebagaimanaa berikut:
S
Suatu jenis pergerakan
p aliran
a masa m
material deb
bris yang berrisi kandunggan transporttasi yang
ssangat besar,, berbutir kasar, non-kohhesif, terdiri dari
d materiall kecil sampaai besar sepeerti pasir,
kkerikil, batuaan kecil dan batu besar.

  1‐5 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5.7 T
Tanah Longgsor
“Tanah L
Longsor” dijjelaskan sebaagaimana berrikut:

 T
Tanah longsor merupakaan salah satuu gerakan masa
m tanah attau batuan yyang turun sepanjang
llereng yang disebabkan oleh kerusakkan stabilitass tanah/batuaan. Pemicu ggerakan tanaah adalah
ccurah hujan yang tinggi dan kemirinngan tebing. Tanah longssor seringkalli terjadi di Indonesia
I
menyebabkaan kerugian harta benda dan manusia. Indonesiaa perlu menningkatkan kesadaran
m k
ddan kesiapsiaagaan terhad
dap bencana iini.

(referensi: Peerka No. 4/20


008)

 L
Longsor adaalah jenis gerakan
g massa tanah ataau batuan, atau campur
uran keduany
ya, yang
ddisebabkan oleh ya lereng karrena gangguan stabilitas tanah atau bbatuan.
o runtuhny

(referensi: Diisaster Risk Index


I 2011)

 D
Definisi umuum longsor di
d dalam mannual PU dijellaskan sebagaimana berikkut:
D
Dalam arti feenomena ben k dalam 1) kkegagalan leereng dan
ncana, longsoor akan diklaasifikasikan ke
22) longsor deeep –seated.

K
Kegagalan lereng umum
mnya ditemuukan di sepaanjang ruas jalan
j dimana
na pemotongan tajam
llereng buataan telah dilak
kukan. Longgsor deep-setted didefinissikan sebagai
ai longsor meendalam:
D
Di antara keegagalan lerreng seperti jatuhan tan
nah dan keg
gagalan tebinng, yang meerupakan
ssebuah fenom
mena longso
or skala besaar, di mana bidang
b geserr terjadi padda lapisan yaang lebih
ddalam daripaada pada kasus kegagalaan permukaaan, dan tidak
k hanya perm
mukaan tanaah, tetapi
jjuga tanah dii lapisan dalaam bumi. Voolume materiial longsoran
n mendalam uumumnya leb
bih besar
aatau sama deengan 10 ^ 5m
m3

5.8 L
Letusan Gun
nung Api
“Letusann GunungAppi” dijelaskan
n sebagaimanna berikut:

 D
Di dalam lettusan vulkan
nik, bencanaa disebabkan oleh keluarrnya partikell selama letu
usan uap,
aawan panas, aliran lava, gas beracunn, debu, dan
n bencana sek
kunder seper
erti aliran lah
har. Total
lluas wilayahh rawan gunung berapii di Indonesia adalah sekitar
s 17.0000 km² dan
n jumlah
uta. Menurutt data frekueensi letusan gunung berrapi, sekitar 585.000
ppenduduk seekitar 5,5 ju
oorang / tahunn terancam oleh letusan ggunung berap
pi.

(referensi: Peerka No. 4/20


008)

 L
Letusan gunnung api merupakan baggian dari akttivitas vulkaanik yang diikenal dengaan istilah
‘‘letusan’. Baahaya letusaan vulkanik adalah aliraan piroklastiik (awan paanas), aliran material
vvulkanik, hujjan abu, lavaa, gas beracuun, tsunami, dan
d banjir lav
va.

(referensi: Diisaster Risk Index


I 2011)

  1‐6 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5.9 K
Kekeringan
“Kekerinngan” dijelasskan sebagaiimana berikuut:

 K
Kekeringan terjadi ham
mpir di setiaap musim kemarau.
k Kekeringan
K bberhubungan
n dengan
bberkurangnyya daerah cadangan
c aiir dan peru
ubahan tataa guna lahaan yang beerlebihan
m
menyebabkaan kerusakan
n ekosistem
m dan berk
kurangnya daerah
d cadan
angan air. Pengaruh
P
kkekeringan adalah kegaagalan paneen, berkuran
ngnya cadan
ngan makannan, berbagaai gejala
kkekurangan gizi,
g dan bah
hkan kematiaan.

((referensi: Peerka No. 4/20


008)

5.10 C
Cuaca Ekstrrim (Angin
n Kencang)
“Cuaca E
Ekstrim (Anngin Kencang
g)” dijelaskann sebagaimaana berikut:

 A
Angin kencaang adalah angin
a dengann kecepatan 120 km / h atau lebih dan sering terjadi
t di
ddaerah tropiss kecuali di daerah
d yang sangat dekaat dengan eku
uator. Anginn kencang dissebabkan
ooleh perbedaaan tekanan di
d dalam sisteem cuaca.

(referensi: Diisaster Risk Index


I 2011)

5.11 K
Kebakaran Hutan dan
n Lahan
“Kebakaaran Hutan dan
d Lahan” dijelaskan
d sebbagaimana berikut:
b

 P
Potensi benccana kebakaran (hutan daan lahan) di Indonesia
I san
ngat besar. Inndonesia men
nghadapi
kkebakaran hutan
h dan laahan di setiaap musim kemarau.
k Pengaruh darii bencana in
ni adalah
hhilangnya keeberagaman hayati
h dan keemunculan asap
a di sekitaar area dan dii dalam wilayah.

K
Kebakaran huutan dan lahan selalu terj
rjadi setiap taahun dan hall ini berhubuungan dengan
n banyak
hhal. Seringkkali dimulaii oleh peruubahan huttan menjadii lahan peertanian yan
ng tidak
m
mempertangggungjawabkaan utilitas kkonsensi hutan, seperti pembersihan
p n lahan dengan cara
ppembakaran. Tanah gamb
but juga dapaat menyebab
bkan kebakarran hutan. Paada waktu daan situasi
teertentu, tanahh gambut daapat terbakar dengan send
dirinya.

(rreferensi: Peerka No. 4/20


008)

 K
Kebakaran hutan
h adalah keadaan dim
mana api meenjalari hutaan, yang kem
mudian meniimbulkan
kkerusakan hutan
h dan prroduk hutann yang men
nyebabkan kerugian
k ekoonomi dan/aatau nilai
llingkungan. Kebakaran hutan serinngkali menyebabkan benana
b asapp yang men
ngganggu
kkomunitas seekitarnya.

((referensi: Disaster
D Risk Index 2011)

  1‐7 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6. Iden
ntifikasi Metodolo
M gi Daerah
h Bahaya Bencana
a Alam

6.1 G
Gempa Bum
mi

6.1.1 G
Garis Besar
1) Konsep Um
mum

Peta bahaaya gempa bumi dideffinisikan seb


bagai peta prakiraan inntensitas geetaran di
permukaann tanah padaa saat gempaa bumi. Kareena "getaran
n" menyebabbkan bencanaa gempa,
peta intennsitas getaran
n merupakaan alat dasaar untuk kegiatan-kegiaatan penangg
gulangan
bencana geempa bumi.

Dengan meenggunakan peta bahaya gempa bum


mi, kerusakan kuantitatif ddan estimasi kerugian
dapat dilakkukan dengaan menggabuungkan dataa sosial daerrah seperti ppopulasi atau
u jumlah
bangunan dan struktu
urnya. Peta--peta kerusaakan bangun
nan, korbann, daerah liikuifaksi,
kerusakan lereng, dan sebagainya dapat dibuatt berdasarkan
n peta bahayya gempa bu
umi. Peta
bahaya geempa bumi harus dipproses secarra optimal untuk setiiap tujuan kegiatan
penanggulaangan bencana.

Utamanya,, tiga faktor berikut


b menddominasi inteensitas getaraan di permukkaan tanah.

1) Maggnitud gempaa bumi

2) Jarakk dari epicen


nter

3) Sifatt kaku dari laapisan dangkkal bawah tan


nah

Tabel 6.1.1 memperlih


hatkan hubuungan kualittatif antara getaran dann ketiga fak
ktor yang
disebutkann di atas.

Tabeel 6.1.1 Hubuungan antaraa Getaran dan


n Tiga Faktoor Utama

Getaran di
d permukaan
n lemah kuat

1) Magnittud gempa kecil besar

2) Jarak dari
d epicenterr panjaang pendek

3) Sifat kaku kerass lunak

Semakin besar
b magnittude gempa,, semakin kuat
k getaran yang terjaddi. Namun demikian,
d
bahkan jikka hanya gem
mpa kecil saaja, getaran menjadi leb
bih kuat jikaa jarak dari epicenter
e
sangat dekkat. Intensitas getaran bervariasi kadang-kad
dang lebih dari dua kali
k atau
setengahnyya tergantung
g karakteristtik lapisan dangkal
d bawaah tanah. Seemakin lunak
k lapisan
dangkal baawah tanah, semakin
s besaar intensitas getarannya.

Berdasarkaan fisik benccana gempa bumi, umum


mnya, ada 2 langkah yaang diperlukan untuk
masi intensitas getaran di ppermukaan tanah.
mengestim t

  1‐8 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Langkah--1: Estimasii intensitas ggetaran tanpa pengaruh lapisan dangkaal bawah tan
nah

Langkah--2: Penggab
bungan pengaaruh dari lap
pisan dangkal bawah tanaah terhadap hasil
h dari
Langkah
h-1.

Untuk mem
manfaatkan peta bahayaa gempa bum
mi secara leebih efektif, sebagai Laangkah-3,
informasi lanjut atau hasil
h analisiss harus ditam
mbahkan pada peta inten
ensitas getaraan sesuai
dengan tujuuannya.

Gambar.6.1.1 menjellaskan hubbungan antaara fenomeena fisik gempa bu


umi dan
langkah-lanngkah peta bahaya gem
mpa bumi. Gempa dihaasilkan dari pecahnya/ru
untuhnya
batuan dassar bawah taanah. Gempaa membangk
kitkan getaran
n dan getaraan tersebut merambat
m
sebagai gelombang elaastis melewatti batuan dassar ke bawah
h daerah peruumahan (Lan
ngkah-1).
Gelombangg merambat ke permukaaan dengan penguatan
p seesuai dengann karakteristiik bawah
tanah (Laangkah-2). Gelombang
G yang datan
ng menggun
ncang strukttur yang berdiri di
mpa bumi (ssebagai bag
permukaann dan getarrannya meniimbulkan bencana gem gian dari
Langkah-33).

EP-
Surrface
EP-
A ca
EP-
- Bedro
ock
Ea a a

W
Wa a a

Gaambar.6.1.1 Langkah-laangkah dan Fenomena Fisik


F Gempaa Bumi yang
g
Disederhanakan

Dua metodde dapat dipillih untuk Lanngkah-1, yaiitu;

1) Metodee menggunak
kan simulassi numerik dari
d gelombang berdasaarkan sumbeer model
gempa bumi.
b

2) Metode menggunakaan hubungann empiris anttara jarak, maagnitud, dan intensitas.

Langkah-22 juga dapat dipilih


d dari ddua metode, yaitu;
y

1) Metodee menggunaakan perhituungan gelom


mbang (berdaasarkan hassil dari lang
gkah-1-1)
dengan model lapisaan dangkal bbawah tanah.

  1‐9 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Metode menggunak
kan hubungaan empiris an
ntara seberap
pa besar perrkuatan dan seberapa
lunak laapisan dangk
kal bawah tannah.

Menurut kombinasi
k daari pemilihaan metode untuk
u ke-2 langkah di aatas, terdapaat total 3
langkah yaang dapat diaplikasikan
d untuk estim
masi intensittas getaran ddi permukaaan tanah,
diperlihatkkan sebagai A, B, dan C di Tabel 6.1.2.
6 (Catattan: Kombinnasi langkah
h-2-1 dan
langkah-1--2 tidak daapat diaplikkasikan karrena langkaah-2-1 mem
merlukan haasil dari
langkah-1--1)

Tabel 6.1.2 Empat Metode


M yang Dapat Diapllikasikan unttuk Estimasi Intensitas Getaran
G

Lang
gkah-1 1) Simulasi num
merik 2) Hubuungan empirris antara
ggelombang geempa magniitud, jarak, dan
d
Langkah-22
m
menggunakan
n sumber model intenssitas
ggempa bumi

1) Perhitunngan gelombang
gempa beerdasarkan model
m A -
lapisan dangkal bawaah tanah

2) Hubunggan empiris antara


a
faktor am
mplifikasi dan
n B C
lapisan dangkal bawaah tanah

Dalam raangka mem


manfaatkan ppeta bahay
ya gempa bumi untukk kegiatan--kegiatan
penanggulaangan bencaana daerah, metode A lebih baik karena
k gelom
mbang gemp
pa dapat
disediakann dan diaplik
kasikan untuuk evaluasi pergerakan tanah yangg lebih detil.. Namun
demikian metode
m A meemerlukan sttruktur kerak
k bumi yang
g presisi dan data lapisan
n dangkal
bawah tanaah yang detill, yang manaa sangat sulit didapatkan.

Setiap kegiiatan penang


ggulangan beencana tidak boleh menun
nggu sampaii dataset, metodologi,
mi harus dibbuat dengan data dan
dan pengettahuan ilmiaah lengkap. Peta bahayaa gempa bum
metodologgi yang tersedia saat inni, dan ditin
ngkatkan lan
ngkah demii langkah seementara
terkumpul data dan kaapasitas teknnik (Gambarr.6.1.2). Mettode C sanggat direkomeendasikan
untuk mem
mbuat peta baahaya gempaa bumi sebag
gai langkah awal.

  1‐10 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Simulas i detil termassuk karakterisstik tanah


Metode advance
a
Steep up
Data yg detill dan reliable

Simulas i kasar dengaan karakteristik tanah lokaal

Steep up

SNI bahaya deng


gan kondisi taanah lokal

Steep up
Metode yg
y disederhannakan

Data yg kuraang dan tidak reliable

SNI baahaya tanpa in


nformasi kondisi tanah lokkal

G
Gambar.6.1.22 Konsep La
angkah per L
Langkah Peembuatan Peta Bahaya Gempa Bum
mi

  1‐11 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Prosedur

Peta bahayya gempa bum


mi dibuat meelalui dua lan
ngkah seperti diperlihatkaan di Gambaar.6.1.3.

Prosedur pembuatan
p peta bahayaa gempa bumi

LANG
GKAH-1: Intensitas getarann di batuan dasar (tanpa peengaruh lapissan dangkal
bawah tanah)
1) Menentukan
M sk
kenario sumbber gempa
2) Peerhitungan in
ntensitas getarran di batuan
n dasar

LANG
GKAH-2: Intensitas getarann di permukaaan tanah
1) Estimasi groun
nd amplificattion factor
2) Peerhitungan in
ntensitas getarran di permuk
kaan tanah

LANGKAH-3: Info
ormasi dan annalisis yang diibutuhkan

Informaasi yang dibutuhkan ppenduduk Informasi


I yaang dibutuhkkan pemerintah
atau komunitas atau
a organisassi terkait tangggap bencanaa.

Prosedur Pembuatan
P Peta untuk
k Kegiatan Penanggulan
P ngan Bencanna

Gamb
bar. 6.1.3 Pro
osedur Pem
mbuatan Peta
a Bahaya Geempa Bumi dan Peta un
ntuk
Kegiataan Penanggu
ulangan Ben
ncana

  1‐12 
Pedomaan Teknik
caman dan Risiko Bencana
Penyyusunan Peta Anc
Untu
uk Tingkat Kabupa
aten/Kota

Getaran ddi permukan


LAN
N GK AH -2

LAN GK AH
H -1

Getaran di batuuan dasar Amplifikasi


Skenario geempa Metodee Analitik mengggunakan model keecepatan
Analisis proobabilitas gelombbang-S dengan dataa borehole, data geeofisika
Simulasi/Annalisis numerik Metodee Empirik mengguunakan AVS30, kllasifikasi
Metode emppiris geomorrfologi

Gambar.6..1.4 Diagram Skeematik Pembuata


an Peta Intensita
as Seismik

1‐13 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Alir pembbuatan peta intensitas ggetaran diperlihatkan di Gambar.6.11.4 sebagai diagram


skematik.

Langkah-1 terdiri dari dua


d komponnen sebagai berikut;
b

1) Meneentukan sken
nario sumber gempa bumii

2) Perhittungan inten
nsitas getarann di batuan daasar

Langkah ini
i harus diilakukan di bawah pen
ngawasan ah
hli gempa bbumi yang memiliki
m
pengetahuaan ilmiah daan keterampiilan teknik yang
y tinggi. Cara lainnyya, prediksi intensitas
i
getaran di batuan dasaar dapat dipeeroleh dari peta-peta bahaya nasionall Indonesia atau
a data
yang sudahh ada yang dikembangkann oleh otoritas gempa bu
umi.

Langkah-22 termasuk du
ua komponenn berikut;

1) Estim
masi distribussi ground amp
mplification factor
fa

2) Perhittungan inten
nsitas getarann di permukaaan tanah

mplification factor adalaah salah sattu faktor ku


Ground am unci yang m
menentukan intensitas
i
getaran di permukaan aran di batuan dasar
n, khususnyaa di tingkatt Kabupaten//Kota. Getar
wah tanah dalam peraambatannya menuju
diperkuat tergantung dari karakkteristik baw
permukaann, diperlihatk
kan di Gambaar.6.1.5.

Bed Ro
ock

Gambar.6.1.5 Gambaar Skematik Amplifikasii Intensitas G


Getaran

Langkah-33 mengumpu
ulkan inform
masi yang berrguna untuk pemanfaatan
an peta secarra efektif
untuk setiaap tujuan dan
n pengguna. Hasil pengk
kajian risiko atau estimassi kerusakan//kerugian
adalah infoormasi yang sangat pentting bagi peemerintah. Faasilitas dan rrute evakuassi adalah
informasi yang
y paling penting untuuk publik. Dari
D sudut pandang penggguna, inform
masi yang
sesuai haruus dicantumk
kan pada petaa agar lebih mudah
m dimen
ngerti oleh ppengguna.

  1‐14 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.1.2 M
Metode

1) Estimasi Intensitas
I Getaran di Baatuan Dasarr (Langkah--1)

Utamanya ada dua mettode yang daapat diaplikassikan untuk memprediksi


m i intensitas getaran
g di
batuan dasar.

A. Metoode-metode yang menghhitung gelom


mbang dengan menggunnakan sumbeer model
gem
mpa yang detiil, dan menyeediakan inten
nsitas getaran
n dengan meemproses gellombang.

B. Metoode-metode yang mengghitung inteensitas getaaran dengann hubungan empiris


mennggunakan model
m yang diisederhanakaan.

ggunakan finnite difference method (FD


Metode-A di atas meng DM) atau grreen function
n method.
"Lecture note on strong mottion seismo
ology (Iriku
ura, 2006)::8th worksshop on
three-dimeensional mod
deling of seissmic waves generation,
g propagation
p and their in
nversion"
adalah salaah satu dari referensi
r dokkumen. Proseedur-prosedu
urnya adalah sebagai berik
kut;

(1) Penenntuan parameeter sumber ddari skenario


o gempa bum
mi

(2) Pemoodelan properrti seismik skkala besar atau menyediaakan green fuunction

(3) Perhittungan gelom


mbang gemppa

(4) Perhittungan intensitas getarann menggunak


kan gelomban
ng

Semua lanngkah di attas memerluukan pengettahuan keilm


muan khususs, keterampilan dan
komputer performa tiinggi. Predikksi intensitaas getaran dengan
d simuulasi numerrik harus
dilakukan di
d bawah pen
ngawasan ahhli gempa bumi.

Untungnyaa, estimasi intensitas getaran dapat dipeeroleh darii sumber lainnya,


contohnya,,”Developmeent of seismicc hazard map
ps of Indoneesia for revission of hazarrd map in
SNI 03-17226-2002” oleeh Tim 9.

Jika data intensitas geetaran yang telah ada digunakan,


d harus
h diklari
rifikasi jenis datanya
V/MMI/JMA
(PGA/PGV A/dll.), skenaario yang diigunakan, metode,
m data dasar, dan lain-lain.
Selanjutnyya, untuk inteensitas getaraan probabilisstik, hal berik
kut ini perlu diklarifikasi.

(1) Nilai yang dimakssud apakah m


maksimum attau rata-rata

(2) Probaabilitas dan periode


p yang sesuai

(3) Daftaar sejarah kejadian gempaa yang digun


nakan untuk perhitungan
p

  1‐15 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Estimasi Distribusi
D Grround Ampllification (La
angkah-2)

Ground amplification factor merrupakan eseensi dari peengaruh lokkal dalam distribusi
d
intensitas getaran.
g Terg
gantung dari karakteristik
k bawah tanah, amplituddo gelomban
ng gempa
bertambah secara sign
nifikan dalam
m perjalanannya menuju permukaan.. Rasio amp
plitudo di
permukaann dan di baatuan dasar didefinisikaan sebagai “Ground am
mplification factor”.
Umumnya, faktor terssebut bernilaai besar pad
da sedimen lunak tebal,, bernilai keecil pada
sedimen keras
k atau baatuan. Faktoor tersebut dapat
d dihitun
ng secara teeoritis meng
ggunakan
kecepatan gelombang-S
S (S-wave) ddi struktur baawah tanah. Rata-rata
R keccepatan gelom
mbang-S
dari permuukaan samp
pai kedalamaan 30m, yan
ng disebut AVS30, meemiliki korellasi kuat
dengan groound amplifiication factorr. Salah satu
u contoh hub
bungan antaraa AVS30 dan
n ground
amplificatiion factor G untuk PGV
V dan PGA yang
y kan oleh Middorikawa et al(1994)
diusulk
diperlihatkkan di bawah
h ini.

Log(G)) 1.83 0.66LogA


AVS30  0.16 for PGV
P

Log(G)) 1.35  0.47LogA


AVS30  0.18 for PGA
P

Oleh karenna itu, grou


und amplificcation factorr dapat diestimasi dari data yang berkaitan
b
dengan keccepatan gelom
mbang-S baw
wah tanah.

Ada dua metode


m beriku
ut untuk menndapatkan disstribusi kecepatan gelomb
mbang-S.

A. Metodee yang Meng


ggunakan D
Data Boreholle

(1) Metodde langsung

Kecepataan gelomban
ng-S strukturr bawah tanaah dapat diu
ukur oleh sallah satu tes borehole
ging. PS-loggging memerrlukan peralaatan khusus, keterampilaan teknik
yang diseebut PS-logg
dan sekuurangnya sam
mpai kedalaaman 30m borehole
b unttuk AVS30. Karena PS
S-logging
menyediaakan kecepaatan strukturr gelombang
g-S secara laangsung, AV
VS30 dapat dihitung
dengan mudah.
m Dan juga,
j fungsi transfer dap
pat dihitung menggunaka
m an kecepatan
n struktur
gelombanng-S, ground amplifica tion factor yang presissi dapat dihhitung meng
ggunakan
fungsi traansfer.

(2) Metodde tidak lang


gsung

Kecepataan gelomban
ng-S memilikki korelasi yang
y baik deengan beberaapa in-situ geoteknik
g
testing untuk
u kontru
uksi/pondasii seperti SP
PT(Standard
d Penetratioon Test) ataau Cone

  1‐16 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

meter. Fungsii empiris terrsedia untuk


penetrom k mengkonveersi data geooteknik ke kecepatan
k
gelombanng-S. Sebuah
h contoh peersamaan unttuk mengkon
nversi data SSPT N ke kecepatan
k
gelombanng-S Vs untu
uk lapisan paasir diperlihattkan di bawaah.

Vs  944.38N 0.31144
Kedua metode
m di atass menyediakkan kecepatan
n struktur gelombang-S ppada suatu tiitik, yang
mana tidaak memiliki batas horisoontal. Untuk memperoleh
h distribusi gground amplification
factor, innterpolasi harus dilakukkan terhadap
p data di atas
a untuk m
memperpanjaang arah
horisontaal.

B. Metodee Mengguna
akan Data G
Geologi/Topo
ografi

Jika data borehole


b tidaak mencukuppi, AVS30 dapat diestimasi dengan ffungsi empirris antara
informasi umum geollogi atau toppografi (infformasi geom
morfologi) ddan AVS30.. Sebuah
contoh funngsi empiris diperlihatkan
d n di bawah.

VS30  a  b  LoogH  c  LogD  


LogAV

dimana a,b
b,c  adalah ko
oefisien emppiris untuk setiap klasifik
kasi geomorf
rfologi, H meerupakan
elevasi, D merupakan jarak dari sunngai besar. Koefisien-koe
K efisien ini haarus dibangun
n dengan
pengumpulan dan anaalisis bernaccan-macam data.
d Sebuah
h contoh kooefisien untu
uk setiap
klasifikasi geomorfolog
gi diperlihatkkan di Tabel 6.1.1.

  1‐17 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Tabel 6.1.1 Contoh Ko efisien untu


uk Tiap Klassifikasi Geom
morfologi

Metode ini dapat diap


plikasikan unntuk interpollasi data titik
k yang dihassilkan dari borehole.
b
Sebaliknyaa, koefisien-k
koefisien em
mpiris di atas dapat dikalib
brasi oleh daata borehole.

3) Distribusi Intensitas Getaran


G di P
Permukaan

Distribusi intensitas
i getaran di perm
mukaan dalam
m PGA atau PGV diperooleh dengan perkalian
p
PGA atau PGV
P di batuan dasar dann ground amp
plification factor yang seesuai.

  1‐18 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.1.3 P
Pemrosesan
n Data
Pembuatan peta bahhaya gempa bumi
b memerluukan tiga lang
gkah seperti di
d bawah ini;
h-A1: Pembu
Langkah uatan Peta Intensitas Geetaran di Battuan Dasar.
Intensittas getaran seebagai PGA atau
a percepataan spektrum dapat
d diperoleh dari outpuut Tim 9.
Langkah
h-A2-1: Estimasi Ground
d Amplificattion Factor Sedimen
S Dan
ngkal.
Untuk mengestimassi ground am
mplification faactor, ada tiga langkah lag
gi yang pentiing. Langkah
h pertama
adalah klasifikasi berdasarkan
b karakteristik
k ttopografi meenggunakan DEM.
D Teknikk klasifikasi topografi
otomatis oleh Iwahaashi(2007) daapat diaplikaasikan di dalaam langkah in
ni. Langkah kkedua adalah
h estimasi
AVS300 (rata-rata kecepatan gelombang-S seedalam kuran
ng dari 30m)) menggunakkan hubungan
n empiris
antara kklasifikasi toopografi dan AVS30
A di Jeppang. Langkaah ketiga adaalah konversii ke faktor am
mplifikasi
dari AV
VS30.
Langkah
h-A2-2: Perh
hitungan Inttensitas Getaaran di Perm
mukaan.
Hasil ddari langkah-11 dan langkah
h-2 dikalikan untuk mengh
hitung intensiitas getaran ddi permukaan.

Semua hhasil dari langgkah-langkah


h di atas haruus dikelola seb
bagai layer-laayer yang berrbeda di softw
ware GIS
untuk peerbaikan di masa
m yang akan datang.

mbuatan petaa bahaya gem


Alir pem mpa bumi skaala 1:50,000 diperlihatkan pada Gam
mbar.6.1.6. Metodologi
detail dijjabarkan di bawah ini.

  1‐19 
Pedoman Te eknik
Penyusun
nan Peta Ancamann dan Risiko Benccana
Untuk Tin
ngkat Kabupaten/K
/Kota

Inntensitas getaran dii permukaan

Grounnd amplification fa
actor
LAN GK AH
H -1 LAN GK AH -2
2

Intensitas getarran di batuan dasarr


Midorikaawa, et al(1994) Estimasi AV
VS30
Tim9 (2010)::
Revisi SNI-003-1726-2002

Analisis perbbandingan dgn J-S


SHIS Klasifikasi topog
grafi

Iwahaashi, et al(2007) DEM (ddigital elevation mo


odel)

Gambar.6.1..6 Alir Pembuataan Peta Bahaya Gempa


G Bumi Ska
ala 1:50,000

1‐20 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

1) Langkah-A
A1: Pembua
atan Peta In
ntensitas Getaran di Battuan Dasar

Peta bahayya gempa bu


umi dari Tim
m 9 adalah peta bahaya probabilistiik yang coco
ok untuk
ulangan bencaana tingkat dasar.
perencanaaan penanggu d Karenaa resolusi 0.11 derajat yan
ng berarti
sekitar 10 km, peta tersebut
t tidaak mencukup anggulangan bencana
pi untuk kegiatan penan
daerah di Kabupaten/K
Kota. Namunn demikian, pada dasarn
nya, intensittas getaran di
d batuan
dasar mem
mperlihatkan distribusi m
merata karenaa hal tersebut sesuai denggan magnitu
ud gempa
dan jarak dari
d epicenteer. Oleh kareenanya, setelah mengapllikasikan inteerpolasi yan
ng sesuai,
peta terseebut dapat diaplikasiikan untuk kegiatan penanggulaangan benccana di
Kabupatenn/Kota.

Peta dalaam format GIS dan data menttah harus digunakan untuk men
nghindari
kesalahan-kesalahan yaang tidak perrlu, namun demikian
d kon
ntur yang di--scan yang diigunakan
tentatif u
untuk Lang
gkah-A1. JJuga, sebuaah situs yang
y diopeerasikan olleh PU,
“http://puskkim.pu.go.id
d/Aplikasi/deesain_spektraa_indonesia_
_2011/” untuuk menampilkan hasil
Tim 9 dapaat digunakan
n sebagai langgkah.

Gambar.6.1
1.7 Hasil Tim
m9 dan Perb
besaran Sulawesi Utaraa

  1‐21 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Langkah-A masi Ground Amplificatio


A2-1: Estim on Factor Seedimen Danngkal

Ground am
mplification factor
f meruppakan rasio intensitas gettaran di perm
mukaan dan di
d batuan
dasar. Grouund amplificcation factorr pada dasarn
nya sesuai deengan keceppatan gelomb
bang-S di
sedimen daangkal, khussusnya AVS330 (rata-rata kecepatan gelombang-S sedalam kurrang dari
30m). Hall tersebut diketahui sebaagai salah satu
s dari fak
ktor utama eefek lokal. Ini
I harus
dipertimbaangkan untuk
k peta bahayaa gempa bum
mi Kabupaten
n/Kota

Untuk meengukur keecepatan geelombang-S yang akurrat, diperluukan survei khusus


menggunakkan borehole, yang dikkenal dengan
n PS-logging
g. Namun ddemikian, PS
S-logging
sangat mahhal dan belu
um ada peruusahaan jasaa di Indonesia yang dappat melakukaan survei
tersebut.

Karena teerbatasnya data yang tersedia, tiga


t langkah
h berikut diaplikasikan
n untuk
mengestim mplification faactor, seperti di bawah inni;
masi distribussi ground amp

Langkaah pertama: Klasifikasi


K toopografi.
Langkaah kedua : Estimasi
E AVS
S30
Langkaah ketiga : Konversi
K groound amplification factorr dari AVS300

Langkah pertama adalaah klasifikasii berdasarkan


n karakteristtik topografi menggunakaan DEM.
Teknik klaasifikasi topo
ografi otomaatis oleh Iwaahashi, et all(2007) dapaat diaplikasik
kan pada
langkah inii.

Langkah kedua
k adalah
h estimasi AV
VS30 mengg
gunakan hub
bungan empiiris antara klasifikasi
ndingan klassifikasi oleh Iwahasi
topografi dan AVS30. Kami mellakukan anaalisis perban
dengan AV
VS30 dari weebsite J-SHIS ola oleh NIED (Nationall Research In
S yang dikelo nstitute of
Earth Scieence and Diisaster Preveention) di Jeepang. AVS3
30 yang sessuai untuk tiiap kelas
topografi diperoleh
d darri hasil analissis.

Langkah ketiga
k adalah estimasi groound amplifi
fication factor dari AVS3 0. Sementara banyak
peneliti mengusulkan
m hubungan antara AVS30 dan gro or, kami
ound amplifification facto
menggunakkan persamaaan dari Midoorikawa et.all(1994), sepeerti di bawahh.

Logg(G)  1.355  0.47LoogAVS300  0.18

Harus diingat bahwa ground


g ification facttor untuk perrcepatan makksimum berb
amplif beda dari
amplificatiion factor untuk
u kecepaatan maksim
mum. Karen
na hasil darii Tim 9 meerupakan
percepatann, maka groun
nd amplificaation factor utuk
u percepattan yang diguunakan.

  1‐22 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Gambar.6.1.8 Kllasifikasi Top


pografi dan
n Distribusi AVS
A 30 di Jeepang

K 250m meesh klasifikassi topografi oleh


Kiri: o Iwahashi(2007)
K
Kanan: 250m mesh distribuusi AVS30 dii J-SHIS (ww
ww.j-shis.bosaai.go.jp/map)

Mountain* Mountain*footslope* Alluvial*fan* Natural*levee*

250000" 1200" 3500" 1200"

1000" 3000" 1000"


200000"
2500"
800" 800"
150000" 2000"
600" 600"
100000" 1500"
400" 400"
1000"
50000" 200" 200"
500"
0" 0" 0" 0"
1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18"19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"118"19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4"" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18"19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"118"19"20"21"22"23"24"
Topographic*class Topographic*class Topographic*class Topographic*class

Hill* Volcano* Back*marsh* Abandoned*river*channel*


35000" 18000" 2500" 50"
16000" 45"
30000"
14000" 2000" 40"
25000" 35"
12000"
20000" 1500" 30"
10000"
25"
15000" 8000"
1000" 20"
6000" 15"
10000"
4000" 500" 10"
5000" 2000" 5"
0" 0" 0" 0"
1" 2" 3" 4"
4 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"188"19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3"" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17""18"19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4"" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18""19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17""18"19"
1 20"21"22"23"24"
Topographic*class Topographic*class Topographic*class Topographic*class

Volcanic*footslope* Volcanic*hill* Delta*and*coastal*lowland* Marine*sand*and*gravel*bars*


*
8000" 9000" 1400" 400"
7000" 8000" 1200" 350"
6000" 7000" 300"
1000"
6000"
5000" 250"
5000" 800"
4000" 200"
4000" 600"
3000" 150"
3000"
2000" 400" 100"
2000"
1000" 1000" 200" 50"
0" 0" 0" 0"
1" 2" 3" 4 " 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18""19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"1
18"19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4"" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18""19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17""18"19"
1 20"21"22"23"24"
Topographic*class Topographic*class Topographic*class Topographic*class

Rocky*strath*terrace* Gravelly*terrace* Sand*dune* Low


wland*between*coastal*dunes*and//or*bars*
600" 7000" 350" 35"

500" 6000" 300" 30"


5000" 250" 25"
400"
4000" 200" 20"
300"
3000" 150" 15"
200"
2000" 100" 10"
100" 1000" 50" 5"
0" 0" 0" 0"
1" 2" 3" 4"" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18""19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"1
18"19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18""19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"118"19"20"21"22"23"24"
Topographic*class Topographic*class Topographic*class Topographic*class

Te
errace*covered*with*volcanic*ashso
oil* Valley*bo1 om*lowland* Reclaimed*land* Filled*land*
7000" 5000" 600" 700"
4500"
6000" 500" 600"
4000"
5000" 3500" 500"
400"
4000" 3000"
400"
2500" 300"
3000" 2000" 300"
1500" 200"
2000" 200"
1000"
1000" 100" 100"
500"
0" 0" 0" 0"
1" 2" 3" 4 " 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18""19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"118"19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"18""19"20"21"22"23"24" 1" 2" 3" 4" 5" 6" 7" 8" 9"10"11"12"13"14"15"16"17"118"19"20"21"22"23"24"
Topographic*class Topographic*class Topographic*class Topographic*class

Gambaar.6.1.9 Histo
ogram 24 keelas topogra
afi pada tiap kelas geom
morfologi

  1‐23 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Rata
a-rada dan R
RMS AVS30 untuk
u Tiap Kelas
K

Ground amp
plification faactor dan RM
MSnya untuk
k Tiap Kelas

Gambarr.6.1.10 Hasiil Analisis P


Perbandinga
an yang Dilakukan di Prroyek Ini

3) Langkah-A
A2-2: Perhitungan Inteensitas Getaran di Perm
mukaan.

Intensitas getaran
g di peermukaan daapat diperoleeh dari perkaalian intensittas getaran di
d batuan
daasar dan faktor amplifikasi.

  1‐24 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4) Tampilan

Intensitas getaran unttuk setiap 2250m perseg


gi diperoleh
h dari langkkah-langkah di atas.
Intensitas getaran
g diperrlihatkan dallam skala waarna dari hijau ke kuning,, dan merah.

Untuk aplikasi pengkajjian risiko, ggaris kontur 0.25g


0 and 0.7
7g harus dibuuat.

5) Proses GIS
S

Proses dettil pembuataan peta bahhaya gempaa bumi men


nggunakan G
GIS dijelask
kan pada
Lampiran-1 dari Annex
x-1 ini.

6) Referensi
1) Junko Iwahhashi, Richard
d J. Pike, 20007: Automateed classificatiions of topoggraphy from DEMs
D by
an unsuperrvised nested--means algorrithm and a th
hree-part geo
ometric signat
ature, Geomorrphology,
86, pp409––440.
http://gisstaar.gsi.go.jp/teerrain/front_ppage.htm
2) S. Midorikkawa, M. Mattsuoka and K
K. Sakugawa,, 1994: Site Effects
E on Sttrong-Motion
n Records
Observed During
D the 19
987 Chiba-Keen-Toho-Oki, Japan Earthq
quake, Proc. 99th Japan Eaarthq. Eng.
Symp., E-0085 - E-090.
http://www
w.j-shis.bosai.g
go.jp/map/?laang=en
3) M., Asruriifak, M., Irsy
yam, B., Buudiono, W., Triyoso,
T Hen
ndriyawan, 20010: Develop
pment of
Spectral Hazard
H Map for
f Indonesiaa with a Retturn Period of
o 2500 Year
ars using Pro
obabilistic
Method, Ciivil Engineeriing Dimensioon, Vol. 12, No.
N 1, March 2010,
2 52-62.
4) Team for Revision of
o Seismic H
Hazard Map
ps of Indoneesia, 2010: Summary of
o Study:
Developmeent of Seism
mic Hazard M
Maps of Ind
donesia for Revision
R of Hazard Map
p in SNI
03-1726-20002

5) L. Kurniaw
wan, M. R. Amri,
A S. Imam
mura, A. Furruta, K. Morrita, M. M. L
Ling, R. Takaahashi, I.
Kobayashi, 2015: Pend
dahuluan Usuulan Metohd
d Untuk Estimasi AVS330 Distribusii Seluruh
Indonesia Untuk
U Map, Jurnal RISET kebeencanaan Inddonesia, Voll.1, No.1,
Gempaa Ancaman M
Mei 2015.

  1‐25 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.2 T
Tsunami

6.2.1 G
Garis besarr
1) Konsep um
mum

Peta untukk kegiatan penanggulaangan bencaana tsunamii merupakan


an alat dasaar untuk
penanggulaangan bencana daerah. P
Peta-peta tersebut dibuat berdasarkan
b peta bahaya tsunami,
harus dileengkapi dengan informaasi penting lainnya sesuai dengann setiap tujuan dan
penggunannya. Peta bah
haya tsunam
mi dibuat langkah per lan
ngkah berdassarkan tekno
ologi dan
data yang tersedia.
t (Gaambar. 6.2.1))

Gaambar.6.2.1 Peta Bahayya Tsunami yang


y Dibuatt Langkah pper Langkah
h

Peta bahayya tsunami dibuat mellalui dua laangkah berik


kut. Langkaah-1 dan Laangkah-2
merupakann prosedur pembuatan
p ppeta bahaya tsunami, yan
ng merupakaan dasar dan
n intisari
dari peta untuk keg
giatan penaanggulangan bencana. Langkah-3 merupakan
n proses
mempersiaapkan peta un
ntuk kegiatann penanggulaangan bencana tsunami.

Langkahh-1 Prediksi tinggi tsunam


mi sepanjang
g garis pantai

Langkahh-2 Estimasii luas dan disstribusi kedaalaman genan


nangan untukk tinggi tsunami hasil
prediksi pada langkaah-1 di atas

Langkahh-3 Implemeentasi inform


masi yang diperlukan dan hasil analisiss

  1‐26 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Tinggi tsunnami yang diiprediksikann harus tetap mengikuti ketelitian ilmiiah setinggi mungkin
berdasarkaan hasil penelitian terkinni. Namun demikian,
d ditekankan baahwa alam mungkin
berada di luar batas pengetahuann dan imajiinasi karena sejarahnya jauh lebih panjang
daripada seejarah manu
usia. Kita har
arus tetap berimajinasi tinggi tsunam
mi yang ekstrrim yang
lebih tingggi daripada yaang dipredikksikan.

Karena peeta bahaya adalah iteem yang paling


p dasarr dan pentiing untuk kegiatan
penanggulaangan bencaana, jangan m
menunggu sampai
s pemb
bangunan kaapasitas cuku
up untuk
membuat peta yang terlalu cangggih. Pembu
uatan peta harus
h dimullai tanpa peenundaan
menggunakkan data dan
d kapasitaas yang teersedia. Usaaha yang tterus-meneru
us untuk
pengumpulan data dan pembangunaan kapasitas pembuatan peta
p sangat ddirekomendaasikan.

2) Prosedur

Prosedur pembuatan
p peeta bahaya tssunami terdirri dari dua lan
ngkah sebaggaimana dipeerlihatkan
dalam Gam
mbar.6.2.2.

Prosedur pembuatan
p peta bahayaa tsunami

LA
ANGKAH-1: Tinggi
T tsunam
mi sepanjang
g garis pantai
1 Menentukaan pergeserann awal dari peermukaan lau
1) ut
2 Menghitun
2) ng tinggi tsunnami dengan simulasi
s numerik

LA
ANGKAH-2: Luas
L dan keddalaman genaangan

Mettode-1 Metodee-2 Metode-3 Mettode-4


Sim
mulasi Level fiilling Catatan sejarah Elevvasi (Bathtu
ub
Num
merik moddel)

LA
ANGKAH-3: Informasi
I yanng diperlukan
n dan analisiss

Infoormasi yang perlu


p untuk ppenduduk Informasi
I yan
ng perlu unttuk pemerinttah
atauu komunitas atau
a organisasi terkait tangggap bencanaa

Prosedurr Pembuatan
n Peta untuk
k Kegiatan Penanggula
angan Bencaana

Gambar.6.2.2 Prosedur untuk


k membuat peta penang
ggulangan bbencana tsun
nami

  1‐27 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Langkah-1 terdiri dari dua


d komponnen berikut.

1) Untukk menentukan
n karakteristiik sumber seeperti pergeseran awal peermukaan lau
ut, lokasi
daerahh sumber, daan lain-lain.

2) Untukk menghitun
ng tinggi tsuunami sepan
njang garis pantai
p mengggunakan peemodelan
numerrik.

Langkah inni harus dilak


kukan di baw
wah pengawaasan ahli tsun
nami yang m
memiliki pengetahuan
ilmiah dan keahlian tek
knik yang tinnggi. Cara laiinnya, tinggi tsunami preediksi dapat diperoleh
d
dari TRA (Tsunami risk
r assessm
ment guideliine) dari BN
NPB atau ddata yang ada
a yang
dikembanggkan oleh oto
oritas tsunam
mi.

Untuk langgkah-2, utam


manya empat langkah beriikut tersedia..

1) Metodde simulasi nu
umerik.

2) Metodde level fillin


ng.

3) Metodde berdasarkaan catatan sejjarah genang


gan.

4) Estimaasi berdasark
kan elevasi p ermukaan.

Metode haarus dipilih dengan


d pertim
mbangan ting
gkat ketelitiaan atau resolu
lusi yang dib
butuhkan,
kapasitas teknik atau
u pengetahuuan ilmiah dari pelaku
u, dan keteersediaan daata yang
diperlukann.

Langkah-33 mengumpu
ulkan inform
masi yang berrguna untuk pemanfaataan peta secarra efektif
untuk setiaap tujuan dan
n pengguna. Hasil dari pengkajian
p risiko adalah salah satu informasi
i
ntah. Fasilitass evakuasi dan rute adalaah informasii yang sangaat penting
penting unntuk pemerin
untuk pengggunaan pub
blik. Dari suudut pandang
g pengguna yang
y diharappkan, inform
masi yang
sesuai haruus diindikasikan di dalaam peta sem
mudah mungk
kin untuk daapat dimeng
gerti oleh
pengguna.

  1‐28 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.2.2 M
Metode
1) Tinggi Tsu
unami Sepan
njang Gariss Pantai

Prediksi tinggi
t tsunam
mi dilakukaan menggun
nakan simullasi numerikk berdasark
kan teori
perambatann gelomban
ng tsunami. Hampir seeluruh kodee simulasi menggunakaan finite
difference method untu
uk mengeksppresikan perrsamaan yang mengaturnnya, yaitu peersamaan
gerak dan hukum
h konseervasi massaa.

Beberapa kode
k yang teersedia seperrti TSUNAM
MI-N2 dari Universitas
U Toohoku di Jep
pang atau
MOST darri PMEL (Paacific Marinee Environmeent Laboratory) di USA dengan man
nual yang
dapat diundduh dari web
b sites.

Langkah-laangkah prediiksi tinggi tsuunami adalah


h seperti berikut:

1) Menenntukan beberrapa skenarioo pembangkitan tsunami yang realistiis

2) Memppersiapkan daata yang perllu untuk simu


ulasi

3) Melakkukan simulasi menggunaakan parametter yang sesu


uai

Seluruh laangkah di atas membutuuhkan pengeetahuan khussus, keteram


mpilan atau komputer
k
yang mem
miliki perform
ma tinggi. P
Prediksi ting
ggi tsunami dengan sim
mulasi numerrik harus
dilakukan di
d bawah pen
ngawasan ahhli tsunami.

Untungnyaa, tinggi tsun


nami yang dipprediksikan dapat diperoleh dari bebeerapa sumbeer lainnya,
sebagai conntoh, “ Referrensi Potensii Tinggi Mak
ksimum Tsun
nami” di TRA
A dari BNPB
B.

Jika data tinggi


t tsunam
mi yang suddah ada yan
ng digunakan
n, harus dikklarifikasi baagaimana
menghitunng datanya seeperti skenarrio, metode, data dasar, dan
d lain-lain.. Lebih lanju
ut lagi, di
dalam kasuus tinggi prob
babilistik tsuunami, hal-haal berikut perrlu diklarifikkasi.

1) Nilai tinggi
t merupakan maksim
mum atau ratta-rata

2) Nilai tinggi
t ditujuk
kan untuk tinngkat muka laut tertinggi atau rata-ratta

3) Probabbilitas dan peeriode yang ssesuai

4) Daftarr sejarah keteerjadian tsunaami digunak


kan untuk perrhitungan

  1‐29 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Persiapan
n Data

Tanpa mem
mperhatikan metode yangg dipilih, datta elevasi yan
ng presisi adaalah keharussan untuk
penanggulaangan bencana tsunami. Kesalahan nilai
n elevasi absolut
a yang dapat ditoleransi ada
dalam kisaaran +/-1m untuk menjagga konsistenssi batas tingk
kat risiko tsuunami di dalaam TRA;
yaitu kedalaman genan
ngan 1m dann 3m. Data elevasi
e refereensi harus saama dengan referensi
stasiun peengamatan pasang
p surutt terdekat karena
k semu
ua tinggi tsuunami adalaah relatif
terhadap muka
m laut.

Kebanyakaan dari dataa elevasi yaang tersedia bebas tidak


k hanya meengandung kesalahan
k
absolut yaang disebabk
kan oleh meetodologi yaang digunak
kan tetapi juuga kesalahaan tinggi
bangunan dan pohon. Jika data e levasi meng
gandung ting
ggi bangunann atau poho
on, tinggi
bangungann dan pohon tersebut
t haruus dikurangi dari data eleevasi untuk kkajian dasar genangan
g
tsunami.

IFSAR merupakan
m saalah satu suumber data elevasi yaang tersedia di Indonessia yang
memenuhi prasyarat di atas, meemiliki resolusi 5m pada arah hor
orisontal dan
n elevasi
absolutnyaa memiliki ketelitian
k lebbih kecil daari +/-1m. IFSAR
I dapaat menyediak
kan data
elevasi denngan/tanpa tiinggi bangunnan atau poho
on, sesuai deengan DSM/D
DTM. Gamb
bar.6.2.3a
menjelaskaan definisi DSM
D dan DT
TM. DTM beerarti elevasi pada permukkaan tanah dan
d DSM
berarti elevvasi puncak bangunan attau pohon. Gambar.6.2.3
G 3b memperlih
ihatkan perbaandingan
antara akttual DTM dan
d DSM. S
Sangat direk
komendasikaan untuk m
menggunakan
n IFSAR
sebagai data
d elevasi dasar unttuk penanggulangan bencana
b tsun
unami. Gam
mbar.6.2.4
menunjukkkan perbedaaan antara SR
RTM-3 (Shu
uttle Rader Topography Mission (in
nterval 3
detik)) dann IFSAR.

(a) (b)

Gambarr.6.2.3 Perbaandingan an
ntara DTM dan
d DSM

  1‐30 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

G
Gambar.6.2.4
4 Perbedaan
n antara SRTM-3 dan IFSAR (DTM
M)

3) Estimasi Luas
L dan Keedalaman G
Genangan

Terdapat em
mpat jenis metode
m estimaasi genangan
n yang utamaa sebagai berrikut (1) sam
mpai (4);

(1) Metodee Simulasi Numerik


N

Metode sim
mulasi numeerik mirip deengan metod
de yang digu
unakan untukk langkah-1. Metode
tersebut dapat
d meny
yediakan haasil yang paling aku
urat dan ddetil, namun
n untuk
menjalankaannya dibuttuhkan penggetahuan ilmiah, keterrampilan tekknik dan komputer
k
performa tinggi.
t Lebih
h lanjut lagii, dengan menggunakan
m n data yang paling baik, metode
tersebut daapat memperrtimbangkan pengaruh strruktur buatan
n seperti dinnding penahaan pasang
atau tangggul. Jika peengawasan aahli tsunamii dan item-iitem yang pperlu telah tersedia,
langkah-1 dapat mengikutsertakan langkah-2 menggunakan
m n simulasi nuumerik.

(2) Metodee Level Filliing

Metode levvel filling menyediakan


m estimasi luaas genangan dimana di ddalamnya keedalaman
genangan di tanah diihitung berddasarkan vollume air maasuk dari paantai karenaa sebuah
tsunami.

(3) Metodee Berdasark


kan catatan Sejarah Genangan

Metode berdasarkan catatan sejaarah genang


gan mengestimasikan lu
luas dan keedalaman
genangan dengan
d interp
pretasi dan kkompilasi cattatan sejarah genangan.

(4) Estimaasi Berdasarrkan Elevasii Tanah

Metode inni merupakaan metode yang paling


g sederhana untuk menngestimasi luas
l dan
kedalamann genangan. Luas genanngan tsunam
mi diidentifikasikan sebbagai tempatt dimana
elevasi di tanah lebih rendah dari
ripada tinggii tsunami yaang dipredikksi. Metode ini tidak
membutuhhkan teknolog
gi khusus keccuali softwarre GIS standar.

  1‐31 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Karakteristtik setiap metode


m diringgkas pada Tabel
T 6.2.1. Contoh-coontoh luas genangan
g
yang diprediksikan di Metode-(1)
M ddan (4) diperlihatkan di Gambar.6.2.5
G 5.

Tabel 6..2.1 Ringkassan Metode Estimasi Geenangan Tsuunami

Jika peralaatan dan datta yang dipeerlukan terseedia, dan deengan pengaawasan ahli tsunami,
Metode-(1) dapat men
nyediakan haasil yang paaling akurat dan realistiis. Namun demikian,
d
kebanyakaan kasus Kaabupaten/Koota, item-item perlukan dann pengawasan tidak
m yang dip
mencukupii, begitu pun
n dengan cataatan sejarah genangan.
g Dalam
D kasus ttersebut, dim
mulai dari
metode daasar seperti Metode-(4)
M m
merupakan pendekatan
p praktis
p untukk membuat peta-peta
p
luas dan keedalaman gen
nangan.

  1‐32 
Pedoman Te eknik
Penyusun
nan Peta Ancamann dan Risiko Benccana
Untuk Tin
ngkat Kabupaten/K
/Kota

Reduction
Water level and Inundattion areas are effect by Water levvels are
assume ed up to the buildings assumed to be uniform
inundation depth at elevatio
on equal to the cannot be through the entire areas.
each point can be predicte
ed tsunami counted.
ed.
simulate height.

2 – 3
meters

Elevation:
0 – 1 1 – 2 4m
meter meter

Run-up movement
The effects of by water
momentum cannot Reduction effect by
protection facilities nted.
be coun protection facilities
can be refle
ected. cannot be counted.
c

Dotted red line: in


nundation areas pre
edicted by the
numerical simulatio
on

Gaambar.6.2.5 Conto
oh-contoh Estimaasi Luas Genangaan (Kiri: Simulasi Numerik, Kanan
n: Berdasarkan Elevasi Permukaan
n)

1‐33 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.2.3 P
Pemrosesaan Data
Pembuuatan peta baahaya tsunam
mi membutuuhkan dua laangkah seperrti di bawahh;
Langkaah-A1: Estim
masi Tinggii Tsunami yyang Dihara
apkan Sepan
njang Gariss Pantai.
Tinggii tsunami yaang diharapkan sepanjaang garis paantai diperoleh dari TR
RA (Tsunam
mi Risk
Assesssment (BNP B, 2010)).
Langkaah-A2: Indik
kasi Kemun
ngkinan Luaas dan Kedalaman Gen
nangan.
Kemunngkinan luaas genangan ditandai ddengan gariss kontur darri elevasi yyang sama dengan
d
tinggi tsunami ya ng diharapk
kan. Kedalam
man genang
gan dihitung dari perbeddaan antara tinggi
mi dan elevaasi. Data eleevasi IFSAR
tsunam R digunakan
n karena tidak ada data elevasi lain
n yang
memil iki akurasi yang
y cukup untuk peta bbahaya tsunaami.

1) Tinggi Ts unami yang Diharapk


kan

Tinggi tsuunami yang digunakan disusun sep


perti pada Tabel 6.2.2.

Taabel 6.2.2 Tinggi


T Tsunami yang D
Diharapkan
n Sepanjang Garis Panntai di Tiap
p
Kab
bupaten/Ko
ota

Kabupatenn Kota Expected tsunami heiight


Bitung m
Bolmon m
Bolsel m
Boltim m
Bolut m
Kotamo obagu -
Manado o m
Minahassa m for
f north sea m for south
s sea
Minsel m
Minut m ffor north sea m for south
s sea
Mitra m
Sangihee m
SItaro m
Talaud m
Tomoho on -

Menurut TRA,
T tinggii tsunami yaang diharapkan ini terjaadi sekali d alam 100 taahun.

2) Kemungk
kinan Luas dan Kedallaman

Kemungkiinan luas genangan ddiperlihatkaan sebagai daerah yaang lebih rendah


r
daripada tinggi
t tsunaami yang diiharapkan. Kedalaman
K genangan ddihitung seb
bagain
mi. Semua fenomena sseperti kehabisan
perbedaann antara eleevasi dan tiinggi tsunam
atau kehillangan energi selama pperambatan diabaikan. Luas genanngan aktual dapat
dibedakann dari peta, contohnnya, daerah
h yang dekat dengann laut meemiliki
kedalamann genangan
n yang lebiih tinggi kaarena pergeerakan naikk dari gelom
mbang
tsunami. Dengan
D menggunakan simulasi numerik
n dap
pat membanntu evaluasii yang
lebih reaalistis dari naiknya tinggi dan
n luas geenangan, nnamun dem
mikian,

  1‐34 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

pengetahuuan ilmiah dan perhhitungan y ang lebih banyak ddiperlukan untuk


menentuk an parametter yang teppat untuk simulasi.
s Gaambar.6.2.66 memperlih
hatkan
sebuah coontoh perbaandingan anntara simulaasi numerik
k dan hasill berbasis elevasi
e
yang diguunakan di siini. Kita daapat melihaat metode-m
metode terseebut mirip namun
n
berbeda d alam detilnya. Pada daasarnya, luas genangan dari metodee berbasis elevasi
e
memiliki kemungkinan overr estimasi. Namun demikiann, hal teersebut
dipertimb angankan masih
m dapatt diterima untuk
u kegiattan penangggulangan beencana
daerah.

Reduction
R
Inund
dation areas are e
effect by Water levels are
Water level and d
assumed up to the b
buildings assumed to be unifform
inundation depth att eleva
ation equal to the c
cannot be through the entire are
eas.
each point can be e prediicted tsunami c
counted.
simulated. heigh
ht.

2 – 3
meters
s

Elevation:
0 – 1 1 – 2 4m
meter meter

Run-up movement
The effe
ects of by water
mommentum cannot Reduction effect by
protection facilities be co
ounted. protection facilities
can be refllected. cannot be counted
d.

Dotted red line: inund


dation areas predicted by the
numerical simulation

G
Gambar.6.2
2.6 Contoh- contoh Estiimasi Luas Genangan
(
(Kiri: Simulaasi numericaal, Kanan: Berbasiskan
B elevasi tanaah)

Karena tinngkat pasan


ng surut kaddang-kadang
g berubah leebih dari 2m
m, catatan pasang
p
mungkinan genangan hharus pada kasus
surut haruus dipertimbangkan daan peta kem
pasang tinnggi.

3) Menggun
nakan Data Elevasi IF SAR

Untuk kajjian risiko tsunami, kketelitian elevasi yang


g dibutuhkaan adalah +/-1m.
+
IFSAR merupakan
m miliki ketelitian cukupp untuk Sulawesi
satu-satunyaa yang mem
Utara. Daata elevasi lainnya
l tidaak dapat diaaplikasikan untuk kajiaan risiko tssunami
karena keetelitiannya kurang. Seebagai contoh, kesalah
han dari SR
RTM atau ASTER
A
GDEM addalah sekitarr 10m (Tabeel 6.2.3).

  1‐35 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Tabel
T 6.2.3 Perbandin
ngan DEM

Gambar.6 .2.7 mempeerlihatkan pperbedaan antara


a IFSA
AR dan SRT
TM. Data elevasi
e
IFSAR haarus digunak
kan untuk p engkajian risiko
r tsunam
mi.

Gam
mbar.6.2.7 Perbedaan
P antara SRT
TM-3 dan IF
FSAR (DTM
M)

  1‐36 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4) Tampilan
n

Garis ko ntur kemu


ungkinan kkedalaman genangan harus dip erlihatkan. Luas
genangan harus diwarnai sesuaai dengan kedalaman
k genangannyya, dari hijjau ke
kuning, dan
d merah. Untuk apliikasi pengk
kajian risiko
o, harus dibbuat garis kontur
k
kedalamann genangan 1m dan 3m
m.

5) Proses GIS
G

Proses deetil pembuatan peta baahaya tsunaami menggu


unakan GISS dijelaskan
n pada
Lampiran--2 dari Annex-1 ini.

6) Referensii
11) National Guideline
G (2
2011): Tsunaami Risk Assessment in Indonesia
22) Port Techhnology Gro
oup, ASEAN
N-Japan Traansport Parttnership(20009): Guideliine for
Developm
ment and Utiilization of T
Tsunami Dissaster Manag
gement Mapp, Version 1.0.
33) http://ww
ww.jspacesystems.or.jp/eersdac/GDEM
M/E/2.html

  1‐37 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.3 B
Banjir
6.3.1 G
Garis Bes ar
1) Konsep Umum
U

Peta bahaaya banjir penting sebbagai data dasar untu


uk kegiatan penanggullangan
bencana banjir
b dalian banjiir dan rencaana evakuasi yang
sepertti perencanaaan pengend
dibutuhkaan oleh pem
merintah daeerah dan peenduduk, daan peta terssebut dibuaat oleh
pemerintaah daerah (B
BPBD) sebbagai peta prakiraan
p daerah genanngan banjirr. Peta
bahaya b anjir umum
mnya menccakup berb
bagai inform
masi banji r seperti daerah
d
genangan banjir, kedaalaman gen angan, wak
ktu genangan
n.

Peta bahaaya idealnyaa dibuat meelalui simullasi banjir, akan tetapii berbagai macam
m
fi, data tata guna lahan
informasi seperti dettil topografi n, data curaah hujan dan data
tinggi muuka air dipeerlukan untuuk melaksaanakan simu
ulasi dengan
an ketelitian
n yang
cukup. Saaat ini, dataa seperti ituu cukup sullit diperoleh
h di sebagiian besar wilayah
w
Indonesia . Dengan mempertimb
m bangkan ko
ondisi tersebut, metoddologi dan proses
pembuatann peta bahaya banjir diijelaskan di bawah.

(1) Pen dekatan da


an Metode yang Mung
gkin

Saat ini, pendekatan/metode unntuk pembu


uatan peta bahaya
b banjjir dapat diidaftar
sebagai beerikut:

1. P
Peta bahayaa banjir berrdasarkan peta sejarah bencana diibuat oleh BPBD
d
daerah.

2. P
Peta bahaya banjir berddasarkan fittur topograffi dan geoloogi dengan proses
p
y
yang disederrhanakan teelah dilakuk
kan oleh JIC
CA Project pada tahun
n 2007
s ampai 2009
9

3. P
Peta bahayaa banjir beerdasarkan manual/ped
doman yangg diformulasikan
o
oleh badan-b
badan pemeerintah (PU,, BIG dan BMKG)
B dan

4. P
Peta bahaya banjir berddasarkan anaalisis simulaasi banjir

Detil dari keempat peendekatan ddi atas dibah


has di bawah
h ini.

(2) Petaa Bahaya Banjir


B berd
dasarkan Peeta Sejarah
h Bencana

d tingkat p emerintah daerah


Meskipunn peta sejaraah banjir attau catatan yang ada di d
seperti BP
PBD, Dinas PSDA, Ballai Wilayah
h Sungai, dll., dari suduut pandang teknis
tidak dap at dikatakaan bahwa ppeta tersebu
ut disusun secara sisteematis di tingkat
t
pemerintaah daerah kh
hususnya dii BPBD. Peendekatan yang lebih kkomprehensiif atau
terorganissir untuk meendapatkan peta sejaraah banjir sangat diharaapkan. Akum
mulasi
peta sejar ah banjir seelama bertahhun-tahun (contoh.
( 10 tahun, 20 ttahun, atau lebih)
membantuu dalam mem
mahami konndisi/kecen derungan bencana banj
njir di dalam
m peta,

  1‐38 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

yang dappat menjad


di dasar ddan referensi untuk metode llainnya. Dengan
D
mempertim
mbangkan situasi saatt ini, sebag
gai pendekaatan pembuaatan peta bahaya
b
banjir di tingkat pem
merintahan lokal, pen
nggabungan peta sejarrah banjir adalah
a
pilihan yaang paling dasar
d dan reaalistis/mem
mungkinkan untuk memb
mbuat peta bahaya.
Perlu baggi BPBD untuk
u bersaama-sama dengan
d kom
munitas lokkal melaksaanakan
survey sejjarah banjir dan pembbuatan petaanya, dengaan badan-baadan terkaiit atau
organisasii seperti Desa/Kelurahaan, Dinas P SDA, BWS, dll.

(3) Petaa Bahaya Banjir


B berd
dasarkan Fitur
F Topog Geografi dengan
grafi dan G
Pro ses yang Disederhan
D h JICA paada Tahun 2007
nakan Dilakukan oleh
mpai 2009
sam

Untuk metode yang


g berbasiskkan fitur topografi
t dan
d geologgi, metode yang
disederhannakan deng
gan biaya yyang paling rendah dap
pat dilakukkan menggu
unakan
SRTM daan geologi permukaann. Dengan mempertim
mbangkan situasi staaf dan
fasilitas yang adaa di tinggkat pemeerintahan daerah B
BPBD (Pro
ovinsi,
Kabupatenn/Kota) saaat ini, penerrapan metod
de yang berrbasiskan fiitur topograafi dan
geologi a dalah sebuah pilihan yang mem
mungkinkan akan tetappi pada tahap ini
bukanlah suatu pilihaan yang rea listis karena keterbatassan keterseddiaan data. Untuk
keperluan ini, “Pedoman Pembuuatan Peta Bahaya
B dan
n Peta Risikko untuk Beencana
Alam” yaang disusun
n oleh JIC
CA Studi Penanggulan
ngan Bencaana Alam (2009)
(
digunakann sebagai material rujukkan.

(4) Petaa Bahaya Banjir


B berrdasarkan Manual/Pedoman yanng Disusun
n oleh
Bad
dan Pemerintah (PU, B
BIG dan BM
MKG)

Tema/Istillah “Peta Rawan


R Banjjir” telah dihasilkan
d sejak 2006 untuk Kabu
upaten
dan Kota yang telah
h ditentukann dengan menggunaka
m an metodoloogi yang disusun
oleh DGW
WR-PU, BIG
G, BMKG. Ada bebeerapa index dasar, sepeerti sistem lahan,
liputan lahhan, curah hujan dan ppengalaman
n banjir di masa lalu ddengan skorr yang
telah ditenntukan untu
uk mendapaatkan daerah
h rawan banjir. Metoddologi/pendeekatan
sedang d alam tahap gan teknis klasifikasi jenis
p modifikassi dengan pertimbang
njir sungai, banjir band
banjir, conntohnya ban dang, banjir perkotaan dan banjir pesisir
p
dan kesesuuaiannya deengan sejaraah bencana. Pendekataan ini meruppakan pendeekatan
yang palinng direkomeendasikan seetelah kesim
mpulan akhiir mereka. D
Dengan dem
mikian,
semua baddan terkait direkomenddasikan untu bungi badann-badan ini untuk
uk menghub
mendapatkkan informaasi terkini.

(5) Analisis Simulasi Ban


Petaa Banjir beerbasiskan A njir

Pada umuumnya, untu


uk melakukaan analisis simulasi
s ban
njir, membuutuhkan teknologi
canggih, komputer,
k perangkat luunak, anggarran yang besar, berbagaai jenis dataa detil,
dll. Data dasar
d yang dibutuhkan
d adalah renccana kontroll banjir yanng terdiri darri pola

  1‐39 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

curah hujaan, penampaang sungai, dll, dan daata detail top


pografi dann data pengaamatan
hidrologi. Dengan peertimbangann situasi kettersediaan data,
d kualitaas staf, ang
ggaran,
fasilitas di
d BPBD daerah (Provvinsi, Kabu
upaten/Kota) saat ini, analisis sim
mulasi
banjir bukkanlah pend
dekatan yanng praktis. Diharapkan
n bahwa penndekatan caanggih
akan berhhubungan dengan
d sum
mber daya yang
y memad
dai dengan koordinasii yang
kuat di anntara organiisasi terkaitt (seperti BN
NPB, BPBD
D, DGWR PPU, Dinas PSDA,
P
BWS, Koonsultan, dlll.) di mas a yang ak an datang. Untuk kepperluan sim
mulasi,
“Manual Peta
P Bahaya Banjir unntuk Transfeer Teknolog
gi” (2003, M
Ministry off Land,
Infrastruccture and Trransport, Jaapan) dapat dijadikan sebagai referrensi.

2) Prosedur

Hal terpeenting dalam


m pembuattan peta baahaya banjiir adalah kkonsistensi tinggi
antara infformasi bahaya pada peeta bahaya dan catatan
n bencana ddi masa yang
g lalu.
oses dasar untuk mem
Oleh kareena itu, pro mbuat peta bahaya baanjir yang sangat
handal ad alah mengu
umpulkan caatatan/inform na yang akuurat dan mengkaji
masi bencan
daerah po tensi rawan
n banjir dann kedalaman
n genangan sebagai hassil dari kom
mbinasi
elemen-el emen penyebab bahayya dengan merujuk
m pada catatan bencana dii masa
lalu.

n peta bah aya banjir menggunak


Meskipunn pembuatan kan simulassi mungkin
n yang
paling sessuai untuk memahami
m kkondisi luass dan kedalaaman genanggan, metodee yang
lebih sedeerhana juga efektif, yanng mengkajii potensi bahaya dari daata topograffi, tata
guna laha n, curah hu
ujan dan datta banjir di masa lalu. Dengan meempertimbaangkan
kondisi saaat ini dari ketersediaan
k n data, perso
onil, dan an
nggaran di ddaerah pilot,, suatu
metode s ederhana menggunaka
m an peta sejjarah banjiir atau suaatu metode yang
dipersiapkkan oleh badan
b pemeerintah mungkin dapaat dipertim
mbangkan seebagai
metode yaang dapat diiaplikasikann untuk saatt ini.

hana untuk membuat ppeta bahay banjir


Berdasarkkan kondisi di atas, prroses sederh
dan garis besarnya diijelaskan di bawah ini.

(1) Lan
ngkah-1: Pengumpul
P lan dan Pengatura
an Catataan Banjir dan
Pen yusunan Peta

Item-item yang akan dikumpulkkan dari surv


vei catatan banjir, metoode pengum
mpulan
dan metoddologi untuk
k penyusunaan peta adalah sebagai berikut:

- Item-i tem yang ak


kan dikumppulkan di setiap daerah yang terdam
mpak banjirr

1. Taanggal keterrjadian Bannjir (ketinggian banjir maksimum


m), dan frek
kuensi
ke terjadian baanjir

2. Luuas genangaan, kedalam an genangan dan lama waktu genaangan

  1‐40 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3. Cuurah hujan dan


d kondisi genangan

4. Koondisi kerussakan dan laainnya

- Metodde Pengump
pulan

Karen a frekuensi keterjadiann banjir dan


n luas genan
ngan pada seejarah makssimum
banjir adalah in
nformasi yyang paling penting, informasii tersebut harus
mpulkan dan
dikum n ditinjau uulang dari keterangan
n pendudukk (orangtuaa yang
sangatt diseganii/kepala kkeluarga) yang tahu
u betul daerah mereka.
m
kan untuk aarea yang sering
Mensppesifikasikaan detail luuas genangaan diperluk
kebajiiran dimanaa banjir terjaadi setiap taahun karenaa pengukuraan harus sesegera
mungkkin dilakuk n dengan pengukuran
kan. Luas genangan ditetapkan n dari
fasilitaas umum utama, jallan, penyeberangan dan
d jembattan yang lokasi
akurattnya dapat dikonfirma si di peta topografi
t yang ada ataau data top
pografi
lainnyya, dan/atau
u menggunaakan alat GPS.
G Pengum
mpulan info
formasi dilaakukan
mengggunakan kueesioner berssamaan dengan mempresentasikann peta topog
grafi.

- Penyuusunan Peta

- Data yang
y dikum
mpulkan di atas diaturr dan dipressentasikan dalam petaa skala
m peta. Infformasi ini harus
besar (rinci). Infformasi ber ikut termassuk di dalam
diperbbaharui teru
us-menerus kketika benccana di luarr sejarah maaksimum beencana
terjadii atau ketikaa informasi terkait beru
ubah secaraa drastis

1. Luuas genangaan (maksimuum sejarah)

2. Faasilitas umu
um utama (K BD, kantor pemerintahhan, rumah sakit,
Kantor BPB
poolisi, dan fassilitas terkaait lainnya)

3. Baatas adminisstratif dan nnama tanah

4. Jarringan jalan dan sungai (informasi tambahan


an yang tidak
terrmasuk/tercantum di peeta asli)

5. Infformasi caatatan banj ir (tanggall peta disusun, tangggal dan tempat


t
ke terjadian baanjir, frekueensi banjir, pola curah hujan, keruusakan, dll.)

(2) Lan
ngkah-2: Peemilihan M
Metodologi untuk
u mbuat Peta Bahaya Ba
Mem anjir

Ketersediaaan data ad
dalah faktorr yang sangat kritikal dalam
d pemiilihan metodologi
pembuatann peta ancam masi topograafi dasar yang tersedia saat ini di daerah
man. Inform d
terpencil di Indonesia adalah ppeta topogrrafi 1:25,00
00 atau 1:550,000 darii BIG.
Interval kontur
k peta tersebut adaalah 12.5m atau 25m dan
d sulit unntuk berhub
bungan
dengan keetinggian 1--3m yang peerlu akurat untuk invesstigasi kedaalaman genaangan.
Dalam kaasus peta komersil yyang tersed
dia digunak
kan untuk pembuatan
n peta
ancaman, diperlukan
n anggarann tingkat teertentu, oleeh karenannya, hal teersebut

  1‐41 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

merupaka n tantangan
n ke depann dengan pertimbang
p an kondisi saat ini seperti
s
anggaran yang dimiliiki BPBD.

Pembuata n peta kaw nakan secarra bertahap sejak


wasan rawann banjir tellah dilaksan
2006 olehh badan peemerintah sseperti PU, BIG, dan BMKG. M
Metodologi untuk
pembuatann peta terseebut dapat ddigunakan untuk
u pembuatan peta bbahaya di tingkat
t
Kabupatenn/Kota seteelah revisi tterhadap beeberapa fak
ktor dan pennskoran. Saaat ini
revisi-reviisi tersebut sedang diinnvestigasi oleh
o badan-b
badan tersebbut.

Berdasarkkan kondisii di atas, metodolog


gi menggun
nakan peta catatan sejarah
s
bencana saat
s ini dip
pilih sebagaai metode pembuatan
p peta bahayya, dan dettailnya
dijelaskann di bawah
h. Setelah bbadan-badaan terkait kan
k mempeerbaiki metodolgi
mereka, peta
p bahayaa banjir akkan disusun menggunaakan metoddologi tersebut di
masa dataang.

6.3.2 M
Metode
1) Pemilihan
n Pendekattan/Metodee

Untuk meemilih sebu


uah pendekkatan yang aplikatif, faktor yangg paling penting
adalah ke tersediaan data
d yang ddiperlukan dan kapabillitas prosess pemetaan dalam
gan pertimbbangan hal-hal ini, petta bahaya bbanjir berbasiskan
situasi saaat ini. Deng
peta sejarrah bencanaa yang dippersiapkan oleh
o BPBD
D direkomenndasikan seebagai
pendekataan/metode yang
y paling realistik daan optimum untuk penddekatan sem
mentara.
Opsi yanng paling dapat ddirekomendaasikan dallam waktuu dekat adalah
a
mengaplikkasikan pen
ndekatan/meetode yang dipertimban
d ngkan oleh bbadan pemeerintah
seperti PU
U, BIG dan
n BMKG, ssementara metode
m (darri JICA) maasih dalam tahap
percobaann untuk kem
mudian dapaat difinalisassikan.

2) Pembuataan Peta Sejjarah Banjiir

Peta sejarrah banjir merupakan


m komponen dasar untuk
k pembuataan peta anccaman.
Informasi banjir di masa
m lalu harrus dikumpu
ulkan seban
nyak dan seddetil mungk
kin.

Bagian in i menjelask
kan bagaimaana mendapatkan daeraah yang rusaak/tergenang oleh
banjir di masa
m lalu. Catatan
C sejaarah banjir di
d masa lalu
u meliputi 110 tahun lallu atau
lebih jika datanya terrsedia. Frekkuensi banjiir, luasan maksimum
m bbanjir, kedallaman,
dan lamannya banjir di
d masa laluu merupakan data dasaar untuk surrvei. Survei harus
dilakukan oleh BPBD
D bekerjasam
ma dengan aparat desa (Desa/Keluurahan).

3) Proses daari Survei Banjir


B

Proses dann rinciannyaa diperlihattkan di bawaah.

  1‐42 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Searching for Past Flood Area


A or Record from
f
the relevannt organizations

Preparationn of Questionnaaire Sheets

Distributioon of Questionnaaire Sheets and


Topographhical Map to Villlages
(Desa/Keluurahan)

Investigatiion Survey by Villages


V in
cooperation with BPBD

Draw up Historical
H Flood Map

G
Gambar.6.3.
.1 Prosedurr Umum Peembuatan Peta
P Sejaraah Banjir

(1) Men
ncari Daerrah Banjir di Masa Lalu atau
u Catatan dari Orga
anisasi
Terk
kait

BPBD (K Kota) melakkukan invesstigasi daerah banjir ddi masa lalu


Kabupaten/K u atau
catatan daari organisassi terkait seeperti Dinass PSDA, Balai Wilayahh Sungai, dll. Peta
atau catattan tersebutt membantuu pemahamaan kecenderungan benncana banjirr pada
sebuah peeta.

(2) Mem
mpersiapka
an Lembar Kuesionerr

BPBD (K
Kabupaten/K
Kota) memppersiapkan lembar
l kuesioner, yanng didistribu
usikan
ke desa-d esa (Desa/K
Kelurahan). Tujuan darri kuesionerr adalah unntuk mendap
patkan
informasi sebagai berrikut.

Item-item Informasi, yang dihar apkan diperroleh dari desa-desa (D Desa/Kelurahan)


a. Ta nggal Kejaddian Banjir (Tanggal, Bulan,
B Tahun) selama 110 tahun yan
ng lalu
2
b. Luuasan Daeraah Banjir (h a or km )
c. Naama Tanah dari
d Area Teerbanjiri
d. Keedalaman Banjir
e. Laama Banjir
f. Petta Daerah Banjir
B
g. Luuas Maksimum Banjir ddi Masa Lallu
- Tanggal Kejadian
K Ba njir (Tangg al, Bulan, Tahun)
T
2
- Daerah/Lu
uasan Banjiir (ha atau km
k )
- Nama Tannah dari Areea Terbanjiri
- Kedalamaan Banjir
- Lama Bannjir
- Peta Daerah Banjir
Contoh kuuesioner dip
perlihatkan di Gambar.6.3.2.

  1‐43 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Lokasi N
No. 2
Waktuu (Jaam) 13 (Menit) 455 (Tanggal) 18 Oktoberr 2012
Koorddinat* Naama tempat (L
Lintang) (Bujur)
Yg (N ama) ○○○○
diwaw
wancara mur) ▲▲
(Um (Pria at au Wanita) Pria / Waanita
(Seejak kapan tin
nggal di temppat tersebut) sejak th.20
000
*Lengkkapi jika dike tahui
Q1: Apakkah tempat inni tergenang banjir
b di wakktu yang lalu??
Y
Ya / Tidak ⇒ Wawanccara berakhir
Q2: Mohhon informasiikan bencana banjir maksiimum yang teerjadi di wakttu yang lalu.
Frekuuensi kejadiann banjir Berkisaar tiap (satu kali //tahun) atau terbesar
ar dalam catatan
(Selam
ma //tahun)
Kejaddian Tahun daan Bulan Catatann Sejarah Tinnggi:(Tahun, Bulan),
B Banjiir
Norma l:(Tahun, Bullan)
Hujan Lebat/ Passang Tinggi/Kapasitas D Drainase yaang
Penyeebab utama baanjir
Kecil/DDll.
Kerussakan akibat banjir
b Kehiduupan Manusiaa/Fasilitas Um mum/Rumah
3.0 m aatau lebih
Kedallaman maksim
mum banjir
2.0 m ssampai 3.0 m
1.0 m ssampai 2.0 m
*Tambbahkan jika diketahui nilai
n
50 cm sampai 1.0 cm m
pastinnya
Kurangg dari 50cm
7 hari aatau lebih
Lama genangan 5 samppai 7hari
3 samppai 5hari
*Tambbahkan jika diketahui nilai
n 1 samppai 2 hari
pastinnya 1 samppai 24 jam
Kurangg dari 6 jam

Gambar.6.3
G 3.2 Contoh Kuesioner

(3) Disttribusi Lem


mbaran Ku
uesioner d an Peta Topografi uuntuk Desa
a-Desa
(Dessa/Kelurah
han)

BPBD (K
Kabupaten/K
Kota) mendiistribusikan
n lembar ku
uesioner surrvei ke desa-desa
(Desa/Kellurahan). Direkomenda
D asikan bahw
wa BPBD harus melaampirkan salinan
s
peta topoggrafi sebagai referensii sehingga desa
d dapat menggambaar daerah sejarah
s
banjir di dalam petaa dengan tuulisan tangaan. Jika ked
dapatan bebberapa desaa tidak
dilanda b encana ban
njir di masaa yang lalu
u, BPBD (K
Kabupaten/K
Kota) tidak harus
mendistribbusikan lem
mbar kuesionner ke desa--desa terseb
but.

(4) Sur vei Investig


gasi oleh D
Desa Bekerja Sama den
ngan BPBD
D

Tugas utaama pada dasarnya aakan dilaku


ukan oleh desa-desa
d ((Desa/Kelurahan)
bekerjasam ota). Setiap desa (Desaa/Kelurahan) akan
ma dengan BPBD (Kabbupaten/Ko
melakukann investigasi berdasarkkan lembarr kuesioner survey. Seelama invesstigasi,
penting u ntuk melak
kukan surveei wawancara terhadap
p pendudukk dimana beencana

  1‐44 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

banjir terjjadi di masaa yang lalu . Juga, surv


vei tinjauan
n lapangan ((konfirmasi tanda
banjir) pe rlu dilakukaan.

(5) nggambar Peta


Men P Sejaraah Banjir

Peta sejarrah banjir akan


a dibuatt berdasarkan data hassil survei. D
Daerah gen
nangan
akan dikoonfirmasi dengan men ggunakan peta
p topogrrafi detail aatau peta laainnya
yang terseedia. Prosed
dur untuk m
membuat peta diperlihattkan di Gam
mbar. 6.3.3.

ner ke desa-desa sulit dilakukan karena


Namun deemikian, daalam hal surrvei kuesion k
adanya laarangan, tid wa peta sejarah banjirr yang disiiapkan
dak boleh tidak bahw
sendiri oleeh staf BPB
BD hanya m
menggunakan
n semua infformasi yangg mungkin.

Lokasi daan nama daerah adminnistratif akaan dicocokan di dalam


m peta. Peta harus
diperbaha rui ketika teerjadi bencaana tambah an. Semua kegiatan
k inii harus dicaatatkan
di dalam format
f yang
g telah diranncang.

(6) Banjir
Pen entuan Petta Sejarah B

BPBD (K abupaten/K
Kota) menghhasilkan petta sejarah banjir (selam
ma 10 tahun
n yang
lalu dan maksimum
m banjir
b di maasa yang lallu) berdasarrkan hasil yyang dikump
pulkan
dari tiap desa
d (Desa/K
Kelurahan)..

  1‐45 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Langkah1
1-1

aliran ・ Dari po
oin/kedalamaan banjir yaang
☆) dengan ffitur topograafi,
lalu (☆
estimasi batas daeraah banjir
・ Survei harus kan
dilakuk
berdasarkan formasi
info dari
d
pendudu
uk lokal. Pemeriksaaan
tanda banjir dan jej
ejak sungai dll.
d
dan men
nentukan baatasnya.

Leegenda: Jalan Sungai

Langkah1
1-2

Untuk mengestimasii kemungkin


nan
aliran
a
kedalamaan genangann ke dalam
m 3
kategori:
A
: Kedalaman
K leebih tinggi
3~4m lebih
l tinggi dari C
B
: : Kedalaman
K m
menengah
(1~2 m lebih tingggi dari C)
C
: Kedalaman
K reendah
(Kuran
ng dari 1m)
Leg enda: Jalan Sungai

Gambar.6.3.3 Prossedur Pemb


buatan Peta (1/3)

  1‐46 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Langkah2
2-1

aliran
a Survei leebih detail uunuk KategoriA
Zone akan diilakukan jika
8 diperlukaan.
7

3
6 5
2
1

Legeenda: Jaalan Sungai Daeerah genangaan (confirmed)

Contoh haasil wawancaara:


poin1: tidak ada genangan
poin2: kedalaman 2.5
2 m, lamannya 3 sampai 4 hari
poin3: kedalaman 2.0
2 m sampaii 3.0 m, lamaanya 1 sampaai 2 hari
poin4: tidak ada genangan
poin5: kedalaman 2.0
2 m, lamannya 3 sampai 4 hari
poin6: tidak ada genangan
poin7: kedalaman 1.0
1 m sampaii 2.0 m, lamaanya 2 hari
poin8: kedalaman 1.0
1 m sampaii 2.0 m, lamaanya 1hari

Interpretassi hasil interrview:


・ Hasill survei zonee A dan C teerkait Poin 1 sampai 7, periksa
p fiturr topografi dan
d
temu kan alasan batas.
b
・ Hasill survey zon
ne A dan B terkait Poin
n 7 sampai 8, kedua zoone tergenan
ng,
oleh karenanya survei
s detil aakan dilakuk
kan untuk menemukan
m bbatas.

Gambar.6.3.3 Prossedur Pemb


buatan Peta (2/3)

  1‐47 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

aliran
a 11 Langkah2
2-2
10 9
12 Diperlukan
n survei tambbahan:
8
7 Survei akan
n dilakukan
kan data topoografi lebih
menggunak
4 detil.

6 3
5
2
1

Legeenda: Jallan Suungai


Batas
B yang teeridentifikassi

Langk
kah3:Mak
ksimum Keedalaman d
dan lamany
ya genangan
n

Berrdasarkan hasil
h dari langkah-lang kah sebelum
mnya, inden
ntifikasikann maksimum
m dan
manya genanngan. Survei genangan akan dilaku
lam ukan sepanjang kedua ssisi sungai.

Dipperkirakan akan
a sulit untuk
u menggkonfirmasi tanda banjjir di masa yang lalu. Oleh
karrenanya, innvestigasi akan
a sangaat tergantu
ung pada survei waw
wancara keepada
pennduduk, yaang relatif bukanlah bukti yan
ng kuat. Kemudian,
K penting untuk
u
menndapatkan daftar catatan banjir yang handal sebelumnya dari orrganisasi teerkait
sepperti Dinas PSDA,
P Sungai, etc., sebanyak mungkin.
Balaai Wilayah S

Berrdasarkan hasil
h dari survei
s inve stigasi oleh Kelurahan), peta
h setiap deesa (Desa/K
sejaarah banjir seharusny
ya sudah diihasilkan. Setiap desaa seharusnyya menyeraahkan
dokkumen-dokuumen yang diperlukan
d kke BPBD (K
Kabupaten/K
Kota).

Gambar.6.3.3 Prossedur Pemb


buatan Peta (3/3)

6.3.3 P
Pemrosesaan Data
C atatan benccana yang terkumpul ddidijitasi daan ditransferr ke dalam data SIG dengan
d
m
merujuk padda peta topo
ografi dijitaal/hasilscan
n. Proses detil konveersi menjad
di data
G mpiran-4 daari Annex-1 ini.
GIS dijelaskaan pada Lam

  1‐48 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Referen
nsi 6.3 Ban
njir
Refferensi “6.33” Banjir memperkena
m alkan suatu
u metode beerdasarkan analisis sim
mulasi
bannjir di Jepanng.

1) Peta Banjjir berdasa


arkan Analiisis Simula si Banjir

Bagian in i memperkeenalkan conntoh prosedu


ur Analisis Simulasi B anjir berdassarkan
"Manual Peta Ancaaman Banj ir untuk Alih
A Tekno
ologi" (20003, Kemen
nterian
Pertanaha n, Infrastruktur dan Trransportasi, Jepang).

Grafik d i bawah ini


i menunjjukkan lan kah kunci prosedur untuk
ngkah-langk
menghasillkan Peta Daerah Rawaan Banjir beerdasarkan Analisis
A mulasi Banjir.
Sim

Identify ccurrent status of


river mmanagement
Iddentify currennt status of Ideentify existing facilitiess, such as flood
levee s cross-ssectional areass of control ffacilities, their
the river channell annexeed dikes, etc.

IIdentify waterr levels at Identify wwater levels in


n the Identify fflood discharg
ge
vvarious spots along the river chaannel throughh the on
river channnel that water-llevel calculatiion
aaccommodate discharge methodd used in casess of
without floooding channnel planning
Identiify possible
Idenntify discharg e at the start hyddrograph
of floodding on variouss spots along the
t

Identify p ossible floodiing spots

Define thhe target floo d plain

Identify topographicall features of th


he target flood
d plain

Define pr emises for Flo


ood Simulatioon Analysis on
n levee-break and spill overrtopping

Flood S
Simulation An
nalysis

Designaate inundation
n depth

Definee flood-prone area

Draw up F
Flood-prone Area
A Map

Gambar.A
A6.3.1 Langkah-langk
kah Kunci untuk Men
nghasilkan Peta Daera
ah
Rawan Banjir
B berd
dasarkan An
nalisis Simulasi Banjiir

  1‐49 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

(1) Besaaran Targeet Banjir

Target bannjir harus, pada


p dasarnyya, ditentuk
kan antara banjir
b berikuut:

 Desaiin Banjir*

 Banjirr terbesar yang terekam


m sebelumnya

 Banjirr terbesar teerjadi sekalii dalam beb


berapa tahun
n

Di beberaapa daerah dimana


d anallisis banjir belum cuku
up dilakukaan, pemilihaan dari
g terekam sebelumnyaa, sejarah banjir
banjir terrbesar yang b terpaarah, atau banjir
terbesar y ang terjadi satu kali daalam dua tah
hun, dapat diterima.
d

*desainn banjir; ada hidrograf b anjir yang disebut


d sebag
gai "banjir ddasar", yang dipilih
untuk digunakan
d seb
bagai kriteriaa dalam meraancang peren
ncanaan penccegahan banjjir, dan
menggaambarkan keadaan
k tannpa pengen
ndalian ban
njir buatan . Penting untuk
memperrkirakan besarnya banj ir, yang menjadi
m peny masa depan, untuk
yebab di m
menentuukan banjir dasar. Jadi dasar meto
ode statistik inferensial banyak digu
unakan
(dalam kasus sungaii besar, prob abilitas sekaali dalam seraatus tahun um
mumnya digu
unakan
di Jepanng).

(2) Men
ndefinisikan Target D
Dataran Ban
njir

Sebuah model
m simullasi banjir terkait haru
us diatur, berdasarkan
b n kondisi dataran
d
banjir saatt ini.

A) Tar get Dataran Banjir

Tentuk an target dataran


d banjjir berdasarrkan perkirraan peta ddaerah banjiir dari
catatann genangan masa lalu, ssehingga mencakup kemungkinan daerah gen
nangan
target banjir, teru
utama batass maksimal daerah genangan yanng sesuai dengan
d
asumsi tempat tanggul jebol.

B) Men
nentukan Dataran
D B anjir untu
uk Model Simulasi
S (M
Mengidentiifikasi
Fak
ktor-faktor yang Munggkin untuk
k Menentuk
kan Datarann Banjir)

Untuk mengestimasi secara akurat kedaalaman genangan banj ir, penting untuk
grafi, stukttur tanggul yang
mengiddentifikasi faktor-faktoor seperti fitur topog
terus-m
menerus adaa, seperti jaalan atau jaalur kerta ap
pi, dan tangggul sungaii kecil
atau meenengah, yaang mempenngaruhi lim
mpahan air.

(3) Iden
ntifikasi Leevel Tanah
h dan Pola Tata Guna
a Lahan di Dataran Target
T
Ban
njir

Untuk meemastikan akurasi ko ndisi topog


grafi, meng
gidentifikassi level tan
nah di
dataran taarget banjir, dan mendeefinisikanny
ya dengan mesh
m 50-m ((umum digu
unakan

  1‐50 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

di Jepangg). Diharapaakan untuk mengkoord


dinasikan mesh
m in denngan mesh 250-m
simulasi banjir
b (umum
m digunakaan di Jepang
g), sebagaim
mana dijelasskan kemudian.

A) Iden
ntifikasi Ra
ata-rata Ti ngkat Tana
ah

Identiffikasi tingkaat tanah di lakukan deengan mespesifikan tinngkat tanah


h yang
dirata-rratakan di tengah-tenngah dan di
d keempat pojok me sh 50-m dengan
d
mengguunakan petaa skala besaar (1/2,500 umum
u digun
nakan di Jeppang).

kukan, sebaagaimana ddiperlukan, untuk


Survei lapangan tambahan hharus dilak
menam
mpilkan semua fitur top ografi seak urat mungkin.

B) Iden
ntifikasi Po
ola Tata G
Guna Laha n Terkini dan Rate untuk Koeefisien
Kek
kasaran

Pentingg untuk men


nentukan keekasaran darri dataran banjir untuk analisis sim
mulasi.
Survei dan definissikan pola taata guna lah
han dan teneement rate uuntuk tiap mesh.
m

(4) Men
ndefinisikan Tempat untuk An
nalisis Simulasi Banj ir oleh Ta
anggul
Jebool dan Lim
mpasan

A) Iden
ntifikasi Teempat untu
uk Banjir karena
k Tan
nggul Jeboll, Tempat untuk
Ban
njir karena Tanggul JJebol, Kapa
asitas Pelep
pasan darii Saluran Sungai
S
dan
n Pelepasan
n Banjir-Aw
wal

Identiffikasi kemun
ngkinan tem
mpat banjir di
d tanggul, dan kemunggkinan tingk
kat air
banjir (“Hj”) un
ntuk masinng-masing tempat, dengan
d meempertimbaangkan
ketingggian tanggu
ul dan stattus pekerjaaan perlindungan terhhadap kebocoran,
infiltraasi, dan erossi untuk tem
mpat masing
g-masing.

Dengann merujuk kepada


k cataatan berikutt untuk men
ndefinisikann pelepasan
n awal
banjir karena
k tanggul jebol:

A-1) Saluran Su
ungai

Saluuran sungai untuk men gestimasi pelepasan


p aw
wal banjir sseharusnya adalah
a
saluuran awal.

A-2) Spesifikasii Kemungkiinan Tinggi Air pada Awal


A Banjir

Untuuk penamp
pang masinng-masing saluran su
ungai, menndefinisikan "Hj"
sebaagai tingkatt air tinggi desain (HW
WL) * untuk
k jangkauann di mana taanggul
sele sai. Demikiian pula, m enentukan tingkat
t air marginal,
m d i mana air sungai
s
ham
mpir tidak dapat ditaampung daalam saluraan tanpa ttumpahan, untuk
janggkauan di mana
m tanggu l belum seleesai.

Di sini, haruss diasumsikkan bahwaa tanggul pecah


p ketikka debit saluran
meleebihi tingk
kat air ddari yang mungkin bisa mulaai banjir untuk

  1‐51 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

mas ing-masing tempat berbahayaa. Tingkatt "Hj" uuntuk men


ncapai
non--embanked harus ditenntukan den
ngan tepat, dengan meempertimbaangkan
penaampang tan
nggul, dan perlindungaan tanggul tersebut teerhadap infi
filtrasi,
keboocoran dan erosi.

A-3) Estimasi Debit


D Banjirr Awal

Padaa prinsipnyaa, debit bannjir awal harrus diperkirrakan dengaan metode an


nalisis
yangg sama dengan metodee hidrolik untuk
u perenccanaan alurr sungai. Saaat ini,
dalaam kasus peerencanaan saluran sun
ngai besar, analisis aliiran non-seeragam
(anaalisis aliran
n non-seraggam kuasi--dua-dimensi) digunakkan secara luas,
denggan memperrtimbangkaan pohon dan
n semak yan
ng ada.

Untuuk masing-m
masing tem
mpat yang beerbahaya, dengan
d mengggunakan metode
m
anallisis yang disebutk an di attas, memp
perkirakan ketinggian
n air
mas ing-masing "H" sesuaai dengan debit masiing-masing "Q" dalam
m alur
sunggai saat ini, dan menetaapkan formu
ula korelasii HQ dalam
m bentuk sep
perti

Q = a(H + b) 2

Kem
mudian, mem
mperkiraka n debit maasing-masing "Qj", yanng sesuai dengan
d
mas ing-masing "Hj" melallui rumus HQ
H untuk meendapatkan debit banjiir awal.
Ini harus
h diasum
msikan bahw
wa banjir ak
kan mulai pada
p tingkatt air yang sp
pesifik,
hanyya melebih
hi "Hj" unttuk jangkau
uan embank
ked. Demikkian pula, banjir
akibbat tumpahaan akan mullai pada ting
gkat tertentu
u air, hanyaa melebihi tingkat
t
lahaan di dataran
n banjir unttuk mencapaai non-embaanked.

B) Men
ndefinisikan Tempat-T
Tempat yan
ng mungkin
n Kebanjirran

Perllu untuk meemperkirakaan kedalaman genangaan maksimuum dataran banjir,


b
kareena banjir di tempaat-tempat yang
y berbaahaya secaara keseluruhan.
Mennentukan ju
umlah minim
mum titik banjir
b di maana tanggull jebol mem
mbawa
ting kat genang
gan maksim manapun tarrget debit banjir
mum yang sama, dim
mas ing-masing mencapai debit banjir awal untu
uk semua kkemungkinan titik
tangggul-jebol.

(5) Sim
mulasi Banjiir

nsep Dasar Analisis Siimulasi


A) Kon

A-1) Hidrograf Banjir (Hid


drograf Deb
bit)

unakan dalam simulaasi banjir harus


Geloombang baanjir yang akan digu
ditettapkan atass dasar targget curah h ujan melalu
ui metode aanalisis lim
mpasan
sam
ma dengan metode
m untukk perencanaaan alur sun
ngai.

  1‐52 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Hidrrograf debiit yang akaan diberikaan pada tem


mpat-tempaat yang mu
ungkin
banjjir harus merupakan
m hhidrograf debit
d yang menghasilkkan debit puncak
p
makksimum unttuk kemunggkinan masing-masing titik banjiir di alur sungai.
Nam
mun, perlu untuk
u mengaambil pertim
mbangan sebagai berikkut:

 Tumpahan limpasan ddan banjir dii daerah hullu

U
Untuk kasuss-kasus di m
mana tump ahan limpaasan atau baanjir terjad
di hulu
d
dari tempat yang mung kin banjir, dan air ban
njir tidak keembali ke saluran
(yyaitu, difusii-jenis banj ir), sebuah hidrograf debit yang ddimodifikasii harus
d
diberikan un
ntuk masingg-masing tiitik banjir, dengan meempertimbaangkan
p engurangan
n debit sunggai akibat lu
uapan terseb
but di atas.

 Bendungan
n dan saluraan pengendaali banjir

P
Perhitungan limpasan dilakukan, dengan mempertimbaangkan efek
k dari
b
bendungan pengendalia
p an banjir daan saluran yang
y ada, kketika meraancang
taarget datarran banjir yang mu
ungkin. Aliran masukk dari drrainase
p
pompa-stasiu
un, terletakk di hulu dari
d tempat banjir yan g mungkin, akan
d
dimasukkan juga.

A-2) Kasus Simulasi Banjirr

Sim n jumlah yaang sama seeperti simulasi di


mulasi banjirr harus diullang dengan
kem
mungkinan titik
t banjir,, seperti diijelaskan dii atas. Gunnakan hanya satu
temppat banjir untuk ssetiap kasu
us, sehing
gga kerusaakan makssimum
um) di dataaran banjir harus
mas ing-masing (kedalamaan genangan maksimu
dipeerkirakan daalam kaitannnya untuk setiap
s kemungkinan tem
mpat banjir.

B) Mettode Analisis Debit Baanjir

Perlu untuk
u secarra bersamaaan melakuk
kan analisis aliran goyyah untuk saluran
dan an alisis simullasi banjir uuntuk dataraan, dengan pengecualiaan kasus-kaasus di
mana debit
d banjir murni hanyya ditentukaan oleh tingk
kat air sunggai.

B-1) Debit Banjjir

Deb it banjir diperkirakan berdasarkan


n hubungan antara tinggkat air sun
ngai di
temppat yang mu
ungkin banjiir, tingkat aiir di dalam lahan
l yang tterlindung di
d balik
tangggul dan tingkat ambanng tempat taanggul-jebol. Di sini, ddebit banjir karena
tangggul-jebol ak
kan ditanga ni sebagai aliran
a melin
ntang di tem
mpat kemung
gkinan
banjjir.

B-2) Tingkat Aiir Sungai

Untuuk menjagaa konsistennsi dengan perencanaan alur suungai, tingk


kat air
sunggai harus diperkirakan
d n berdasark
kan debit yang
y diperooleh dari an
nalisis

  1‐53 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

aliraan goyah untuk


u salurran tersebu t, berikut rumus HQ melalui metode
m
anallisis tingkatt air yang saama dengan
n perencanaaan alur sunggai.

C) Men
ndefinisikan Kondisi u
untuk Anallisis

Kondissi untuk anaalisis, yang dinyatakan


n di bawah ini, harus dditetapkan dengan
d
mengaccu pada cataatan masa laalu, atau dip
perkirakan dengan
d mennggunakan rumus.
r
Untuk mengatur kondisi
k yanng tepat, setiap metod
de pengaturran harus dipilih
d
dengann mempertim
mbangkan bberbagai factor.

 Baatas tumpahan limpasann

 Baatas tanggul-jebol

 Am
mbang batass tempat tannggul-jebol

 Keemajuan tan
nggul-jebol dalam wakttu

 Faasilitas untuk
k mempenggaruhi debit banjir

 Deebit tumpahan limpasann

 Keekasaran

D) Kin
nerja Analissis Simulas i Banjir

Analisiis dua dim


mensi arus goyah um
mumnya ditterapkan, m
meskipun metode
m
analisiss lain dapaat digunakaan jika sesu
uai dari sudut pandanng fitur top
pografi
datarann banjir. Ketika membbagi dataraan banjir kee dalam m esh/grid, an
nalisis
harus konsisten
k deengan grid/m
mesh untuk data tingkaat tanah rataa-rata.

E) Men
ndefinisikan Daerah R
Rawan Ban
njir

Mengiddentifikasi tingkat gennangan terttinggi, mellalui simulaasi banjir, untuk


masingg-masing grid/mesh
g yang sudaah dibagi untuk keeseluruhan kasus
kemunggkinan titik banjir ddan, pada gilirannya,, menentukkan yang paling
maksim
mum untuk tiap
t grid/meesh.

Perkiraakan kedalaman genanggan tiap griid/mesh den


ngan menguurangi perm
mukaan
tanah rata-rata (u
umumnya, 50-m messh di Jepang) dari ttingkat gen
nangan
maksim d akhirnya, menentuukan batas daerah
mum sepertii dijelaskann di atas, dan d
rawan banjir, deng
gan mempeertimbangkaan faktor-faktor relevann seperti sttruktur
terusann dan fitur mikro-topog
m grafi.

  1‐54 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

G ambar.A6.3.2 Contoh
h Mendefin
nisikan Daeerah Rawann Banjir

  1‐55 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.4 B
Banjir Ban dang
Garis Bes ar
6.4.1 G
1) Konsep Umum
U

memiliki karakteristi
k k seperti airr limpasan cepat
c dalam
m waktu singgkat selamaa enam
jam di daalam cekung
gan kecil. B
Banjir band
dang sering mengalir ddengan mem
mbawa
batu besaar, endapan
n, dan kayuu gelondon
ngan yang mengapungg, yang meemiliki
kekuatan merusak yaang besar yyang menyebabkan kesengsaraan m
manusia. Seebagai
tambahan,, aliran deebris diinteerpretasikan
n sebagai salah
s satu fenomena banjir
bandang.

Metodologgi pembuatan peta anccaman untu


uk banjir baandang beluum pernah dibuat
karena berrbagai fakto
or seperti toopografi, geologi, jumlaah dan intennsitas curah
h hujan
harus dim
masukkan dan
d dikombbinasikan. Metodologi
M investigasii banjir baandang
telah dim
mulai pada tahun
t 2013 oleh tiga badan pem
merintah yaiitu PU, BIG
G dan
BMKG. Sebaliknya,
S peta ancam
man tanah longsor yang dikembanngkan oleh badan
pemerintaah ESDM Badan
B berapa daeraah dengan skala 1:250,000,
Geollogi di beb
termasuk daerah berp
potensi aliraan debris.

2) Prosedur

Hal terpennting dalam ya adalah konsistensi yyang tinggi antara


m pembuatann peta bahay
informasi bahaya daari peta baahaya dan catatan
c sejaarah bencanna lampau. Oleh
karena ituu, proses dasar untuk peembuatan peta
p bencanaa yang mem
miliki kehan
ndalam
tinggi addalah meng
gumpulkan catatan/informasi beencana akuurasi tingg
gi dan
mengkaji potensial daerah
d raw
wan dan terdampak bencana sebaagai sebuah
h hasil
kombinasii elemen-elemen pennyebab bah
haya dengan merujukk kepada catatan
c
sejarah beencana.

k banjir bandang beluum pernah dibuat


Metodologgi pembuattan peta baahaya untuk
karena berbagai
b gi dan currah hujan yang
faaktor seperrti topograafi, geolog
masing-m
masing saling
g berkaitan..

Proses dassar untuk peembuatan ppeta bahaya dan garis besarnya


b berrdasarkan in
novasi
pengetahuuan Jepang
g yang uttamanya mentargetkan
m n fenomenna aliran debris
digambarkkan di bawaah.

(1) Lan
ngkah-1: Pengumpul
P lan dan Pengaturan
P n Catatann Bencana
a dan
Perssiapan Peta
a

Item-item yang dikum


mpulkan meeliputi surveei catatan seejarah, metoode pengum
mpulan
dan metoddologi untuk
k persiapan peta sebagai berikut:

- Item-i tem yang dikumpulkann di tiap daeerah terpeng


garuh bencaana

  1‐56 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

1. Taanggal ketterjadian bbencana (sejarah maksimum),


m dan frek
kuensi
ke terjadian beencana

2. Daaerah terpen
ngaruh benccana (tempaat berhenti endapan/ali
e iran, sudut difusi)
d
daan kedalamaan pengendaapan

3. Cuurah hujan dan


d kondisi aliran

4. Koondisi kerussakan dan laainnya

- Metodde pengumpulan

Inform
masi yang paling
p pentiing untuk pengkajian
p potensial
p keeadaan cam
mpuran
sedim en dalam alliran, tempaat perhentian
n endapan/aaliran dan allirannya (sttruktur
pengh alang seperrti jalan), daan sudut difu
fusi dari hulu ke tanah ddatar, oleh karena
k
itu, innformasi beerikut haruss dikumpulkan dan diikaji dari ppenduduk (k
kepala
keluarrga) yang mengenal dengan baik area mereka. Penngetahuan Jepang
J
sehubuungan deng
gan hal di aatas, kemiringan topog
grafi dari teempat perh
hentian
disebuutkan sekitaar dua derajjat dan sudut difusi seekitar maksiimum 30 derajat.
Mensppesifikan daaerah terpenngaruh sang ng untuk daaerah yang sering
gatlah pentin
dilandda bencana karena peenanganan harus seceepatnya diiimplementaasikan.
Daerahh yang terp
pengaruh dditetapkan dengan
d men
ngukur darri fasilitas publik
ngan dan jeembatan yaang lokasi akuratnya ddi peta top
utama , persimpan pografi
yang ada
a atau datta topografii lainnya, daapat dikonffirmasi denggan menggu
unakan
peralaatan GPS. Pengumpulann informasi dilakukan menggunakkan kuesioner dan
penyajjian peta top
pografi.

- Persiaapan Peta

Data yang
y dikump
pulkan di attas disusun dan dipreseentasikan dii dalam petaa skala
besar (rinci). Infformasi ber ikut termassuk di dalam
m peta. Infformasi ini harus
diperbbaharui teru
us menerus ketika terjaadi bencanaa di luar jan
angkauan beencana
mum yang pernah terrjadi atau ketika
maksim k inforrmasi yang relevan beerubah
secaraa drastis.

1. Arrea yang terrpengaruh (ssejarah mak


ksimum)

2. Faasilitas publlik utama ( Kantor BPB


BD, kantor pemerintahhan, rumah sakit,
poolisi, dan fassilitas terkaait lainnya)

3. Baatas adminisstratif dan nnama tanah

4. Jarringan jalan n yang tidakk termasuk dalam


n dan sungaai (informassi tambahan
pe ta asli)

5. Caatatan inform
masi bencaana (tanggall peta dipersiapkan, tannggal dan tempat
t
kejjadian benccana, pola cuurah hujan, kerusakan, dll.)

  1‐57 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

(2) Lan
ngkah-2: Peemilihan M
Metodologi untuk
u Pemb
buatan Petta Bahaya

Meskipunn metodolog
gi pembuattan peta an
ncaman bellum ditetappkan, metodologi
tersebut s aat ini sedaang dalam ttahap investtigasi oleh tiga
t badan ppemerintah, yaitu
PU, BIG dan
d BMKG
G. Di sisi laiin, peta anccaman untuk
k tanah longgsor oleh ESDM,
E
Badan G
Geologi termasuk daerah potensi banjir
b banndang. Dengan
D
mempertim
mbangkan kondisi
k di aatas, metod ologi pengg
gunaan petaa sejarah beencana
sebagaimaana untuk bencana bbanjir digun
nakan untuk saat ini sebagai metode
m
pembuatann peta ancaman, de ngan meng
gkombinasikan daerahh potensi banjir
bandang oleh
o ESDM
M, Badan G
Geologi. Seetelah badan
n-badan peemerintah di
d atas
menentuk an metodo
ologi mereeka, peta ancaman akan dibuaat menggu
unakan
metodologgi tersebut di
d masa yanng akan dataang

6.4.2 M
Metode
M
Metodologi untuk men
nentukan peeta sejarah banjir ban
ndang sanggat mirip dengan
d
m
metodologi untuk
u benccana banjir.. Perbedaan
nnya hanyaa item-item informasi,, yang
diiharapkan dapat
d dipero
oleh dari dessa.

Item-item informasi, yang diharaapkan dapatt diperoleh dari desa (DDesa/Keluraahan)


a. Freekuensi dan n Tanggal kkejadian Baanjir Bandaang (Tanggaal, Bulan, Tahun)
T
un tuk 10 tahun terakhir aatau lebih
b. Naama tanah dari
d area yanng terpengaruh Banjir Bandang
B
c. Arrea Banjir Bandang
B dann tipe aliran m2 )
n (ha atau km
d. Jummlah curah hujan dan ddurasi (curaah hujan jam m/harian)
e. Pe ta area Banjjir Bandangg jika terseddia
f. Kaarakteristik aliran di maasa lampau
- Lokasi paling hilir daari puing-puuing
- Bentuk baanjir yang mmenyebar daari atas
Seetelah perssiapan petaa sejarah bbanjir bandang, peta ancaman disusun dengan
d
m
mengkombinnasikan daerrah acaman yang ditunjjukkan oleh
h peta ESDM
M Badan Geeologi.

6.4.3 P
Pemrosesaan Data
C atatan benccana yang dikumpulkkan didijitassi dan ditraansfer ke ddata GIS dengan
d
merujuk ke peta topog
m grafi dijitall/scan. Pro menjadi data GIS
oses detil konversi m
diijelaskan paada Lampiraan-4 dari Annnex-1 ini.

  1‐58 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.5 T
Tanah Longgsor
Garis Bes ar
6.5.1 G
1) Konsep Umum
U

Menurut pedoman
p BN
NPB, tanah longsor meerupakan seb
buah fenom
mena. Melihat dari
pola dann karakterristik benncana, den
ngan mem
mpertimbanggkan efek
ktivitas
perencanaaan penang
ggulangannyya, tanah longsor dik
klasifikasikkan menjad
di dua
sebagai beerikut:

1. Kegaagalan leren
ng dan

2. Tana h longsor skala


s besarr termasuk tanah longssor yang daalam(deep-seated
landsslide)

Sebagian besar benccana di maasa lampau adalah keg


gagalan lerreng yang terjadi
t
sepanjangg jalan dan di tanah yyang dibang
gun untuk perumahan
p utamanya terjadi
t
karena gaalian dan sistem
s drainnase yang buruk. Karrena tanah longsor teersebut
menyebabbkan terputu
usnya jaringgan jalan dan/atau
d kessengsaraan manusia, penting
untuk me mpersiapkaan peta bahhaya yang akurat
a dan praktis. Dii sisi lain, tanah
h pegununggan yang jumlah
longsor s kala besar terjadi sebbagian besaar di daerah
penduduk nya lebih seedikit.

Peta bahayya tanah lon M Badan Geologi


ngsor dibanngun oleh badan pemerrintah ESDM
di beberappa wilayah dengan ska la 1:250,000. Peta baahaya diasuumsikan disiiapkan
menggunaakan kemiringan topogrrafi dan geo
ologi, dan diharapkan
d aakan ditingk
katkan
sehingga dapat
d menyajikan potennsi bahaya di sepanjang jalan.

2) Prosedur

Proses dasar
d untuk
k pembuattan peta bahaya
b dan garis bbesarnya dengan
d
mempertim
mbangkan peningkatan
p n di masa yang
y akan datang,
d dijeelaskan di bawah
b
ini.

(1) Lan
ngkah-1: Pengumpulaan dan Pen
ngaturan Catatan
C Keejadian Lo
ongsor
dan Persiapan Peta

Item-item yang diku


umpulkan daari survey catatan ben
ncana, penggumpulan metode
m
dan metoddologi untuk
k persiapan peta adalah
h sebagai beerikut:

- Item-i tem yang dikumpulkann di setiap daerah


d yang terpengaruuh tanah lon
ngsor

1. Taanggal keterrjadian benccana dan skaalanya (pan


njang x tingggi)

2. Geeologi dan kemiringan


k topografi (ssebelum dan
n setelah tannah longsorr)

3. Koondisi curah
h hujan sebbelum kejad
dian tanah longsor
l (jum
mlah hari dimana
d
cuurah hujan tiinggi, jumlaah curah hujjan)

  1‐59 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4. Koondisi kerussakan dan laainnya

- Metodde Pengump
pulan

Untukk mengumpu
ulkan inform
masi dasar untuk
u memaahami penyeebab utamaa tanah
longsoor, untuk mengkaji daerah potensial
p dan untukk merencaanakan
langkaah-langkah penanganann, informassi yang releevan harus ddikumpulkaan dan
dikaji ulang dari pendudukk (kepala keluarga)
k yang tahu ppersis daeraahnya.
Tempaat kejadian tanah long sor ditentuk
kan oleh peengukuran ddi fasilitas publik
utama , jalan, persimpangan dan jembattan yang daapat lokasi aakuratnya di
d peta
topogrrafi yang ada dapat d ikonfirmasii dengan menggunakan
m n peralatan
n GPS.
Penguumpulan informasi di lakukan daari penyajian peta ggeologi dan
n peta
topogrrafi.

- Persiaapan peta

Data yang
y dikump
pulkan di attas disusun dan dipreseentasikan dii dalam petaa skala
besar (rinci). Infformasi ber ikut termassuk di dalam
m peta. Infformasi ini harus
diperbbaharui teru
us menerus ketika terjaadi bencanaa di luar jan
angkauan beencana
maksim
mum yang pernah terrjadi atau ketika
k inforrmasi yang relevan beerubah
secaraa drastis.

1. Lookasi dan lu
uasan tanah longsor dan
n klasifikasii geologi

BD, kantor pemerintahhan, rumah sakit,


2. Faasilitas publlik utama ( Kantor BPB
poolisi, dan fassilitas terkaait lainnya)

3. Baatas adminisstrasi dan naama tanah

n dan sunggai (informaasi tambahaan tidak terrmasuk di dalam


4. Jarringan jalan
pe ta asli)

5. Caatatan inform
masi bencaana (tanggall peta dipersiapkan, tannggal dan tempat
t
kejjadian benccana, pola cuurah hujan, kerusakan, dll.)

(2) Lan
ngkah-2: Peemilihan M
Metodologi untuk
u Pemb
buatan Petta Bahaya

Metodologgi oleh baadan pemerrintah Kem SDM Badaan Geologi akan


mentrian ES
diaplikasi kan dengan
n kombinasi peta sejaraah bencana.

  1‐60 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.5.2 M
Metode
M
Metodologi untuk men
ndapatkan ppeta sejarah
h tanah longsor sanggat mirip dengan
d
m
metodologi peta untuk
k bencana banjir. Perbedaann
nya hanya pada item
m-item
innformasi, yaang diharapk
kan diperolleh dari desaa-desa.

Item-item information, yang dihharapkan dip peroleh darii desa (Desaa/Kelurahan


n)
a. Ta nggal kejad dian tanah longsor (Tanggal, Bulan, Tahun)) untuk 10 tahun
ataau lebih
b. Skkala tanah loongsor (panjjang x tingg gi) dan daerrah terpengaaruh
c. Naama tanah dari
d daerah yyang terpen ngaruh tanahh longsor
d. Jummlah dan du urasi curah hujan sebellum terjadin nya bencanaa
e. Pe ta area tanaah longsor jiika tersediaa
Seetelah perrsiapan petta sejarah tanah lo
ongsor, petta bahaya dibuat dengan
d
m
mengkombinnasikan daeearh bahayya yang dispesifikasik
kan di petta ESDM Badan
G
Geologi.

6.5.3 P
Pemrosesaan Data
mudian didijiitasi dan dittransfer ke dalam
C atatan benccana yang teelah dikumppulkan kem
daata GIS denngan merujuk kepada peta topogrrafi dijital/sscan. Prosses detil ko
onversi
m
menjadi dataa GIS dijelasskan pada L
Lampiran-4 dari Annex-1 ini.

  1‐61 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.6 L
Letusan Gu
unung Api
Garis Bes ar
6.6.1 G
1) Konsep Umum
U

Peta untuuk kegiatan penanggul angan benccana gunung api meruupakan alat dasar
n bencana ddaerah. Petaa-peta tersebut dibuat berdasarkan peta
bagi penaanggulangan
bahaya leetusan gunung api, yyang seharu
usnya men
ncantumkan informasi yang
berguna sesuai
s deng gunanya, dan dibanguun langkah demi
gan tujuan dan pengg
langkah b ergantung pada
p keterseediaan tekno
ologi dan daata.

2) Prosedur

Umumnyaa, peta bahaaya letusan ggunung api dibuat melaalui proses bberikut.

Langkahh-1 Mengum
mpulkan cattatan letusan lampau

Langkahh-2 Identifik
kasi daerahh rawan benccana vulkan
nik

Langkahh-3 Implem
mentasi inforrmasi yang dibutuhkan

Langkah- 1 perlu untu


uk memaham ung api. Karrena karakteristik
mi “kepribaadian” gunu
letusan berbeda bergantung pada kepribadian
k gunung api, kaagiatan
penanggullangan ben
ncana gununng api harrus dioptim
malkan untuuk setiap letusan
dengan peemahaman kepribadiann gunung api. Catatan letusan yaang lampau harus
dikumpulkkan dengan melakukann wawancarra kepada penduduk unntuk letusan
n yang
baru saja terjadi, den
ngan mengkaaji ulang do
okumen kun
no untuk sejjarah letusaan, dan
dengan suurvei geolog m skala wakktu geologi.
gi lapangan untuk letusan tua dalam

Langkah-22 membuat peta daeraah rawan beencana gunu


ung api denngan mengaanalisa
catatan sejjarah letusaan. Prosesnyya termasuk
k estimasi daerah
d yang terpengaru
uh oleh
berbagai fenomena gunung
g apii dan ekstraksi faktor bencana m
mayor dari sudut
pandang geologi/topo
g ografi gununng api.

Langkah -1
- dan 2 di atas
a memerllukan pengeetahuan ilm
miah dan tekknikal khusu
us, dan
ketiga lanngkah ini merupakan
m k membuat peta bahayya letusan gunung
pproses untuk g
api. Pembbuatan peta bahaya
b letuusan gunung
g api harus dilakukan
d dii bawah sup
pervisi
dari seoraang ahli gun
nung api (voolcanologistt).

haya gunun g api dapatt diperoleh dari beberrapa sumber lain,


Untungnyya, peta bah
contohnyaa, peta bahaaya SNI daari PVMBG
G (CVGDM/Center of Volcanolog
gy and
Geologicaal Disaster Mitigation)). Peta bahaya SNI dibuat melaluui proses di atas.
Contoh peeta bahaya diperlihatka
d an pada Gam
mbar.6.6.1.

Langkah-33 merupakaan proses pembuatan peta untuk kegiatan penanggullangan


bencana, dan inform
masi pentinng lainnya akan diku
umpulkan ddan dihubu
ungkan
dengan peeta bahaya untuk
u pemaanfaatan petta bahaya secara efektiif dan pemb
buatan

  1‐62 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

berbagai peta untuk setiap ttujuan dan


n penggunaa. Hasil ppengkajian risiko
merupaka n salah satu informasii penting bagi
b pemerintah. Fasiliitas evakuasi dan
rute meruupakan inforrmasi yang paling pen
nting untuk publik. Daari sudut paandang
harapan p engguna, in
nformasi ya ng tepat harus dicantum
mkan di petta untuk sem
mudah
mungkin dimengerti
d oleh pengguuna.

Gaambar.6.6.1
1 Contoh P eta Bahaya
a Gunung Api
A PVMBG
G
6.6.2 M
Metode
Peeta bahaya SNI dari PV uk peta bahaaya letusan ggunung api.
VMBG diguunakan untu

  1‐63 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6.7 B
Bencana Lainnya
L (Kekeringgan, Cua
aca Ekstrrim (Anggin Kenccang),
K
Kebakaran
n Hutan & Lahan)
Garis Bes ar
6.7.1 G
1) Konsep Umum
U

(1) Kek
keringan

Definisi kekeringan
n bervariassi untuk setiap bidang terkaiit dan terrutama
dikelompookkan sebag
gai berikut:

1. Kekeeringan Metteorologis: Fenomena kekeringan meteorologgis terus meenerus


pada suatu levell menyebabkkan ketidak
kseimbangan
n hidrologiss air.

2. Kekeeringan Kliimatik: Ratta-rata curaah hujan dalam satu bulan per tahun
(bulaan/tahun) cu
ukup rendahh

3. Kekeeringan Perttanian: Deffisiensi curaah hujan, yang


y berpenngaruh meru
ugikan
bidanng pertanian
n seperti petternakan daan produksi biji-bijian

4. Kekeeringan hidrrologis: Ko ntinuitas ju


umlah air reendah di suungai, bendu
ungan,
danauu atau tanah
h

Peta bahhaya bencaana kekerinngan meng n terutamaa daerah rawan


gindikasikan
kekeringa n seperti jenis nomor 3 kekeringan pertanian.

(2) Cuaaca Ekstrim


m (Angin K
Kencang)

Bencana cuaca ekstrrim (angin kencang) disebabkan


d terutama ooleh tornad
do dan
sesekali angin
a monssoon. Peta bahaya meengindikasik
kan daerah dimana beencana
cuaca eksttrim (angin kencang) s ering terjad
di.

(3) Keb
bakaran Hu
utan & Lah
han

Kebakarann hutan & lahan terjaddi terutamaa karena letusan gununng api, kebaakaran
spontan dan
d kebakarran yang m
mencurigakaan. Peta an
ncaman meengidentifikasikan
wilayah r awan kebak
karan hutann dan lahan dimana beencana ini ssering terjad
di dan
wilayah yang
y berpotensi kebakaaran hutan yang ditakssir berdasarrkan data tu
utupan
lahan.

2) Prosedur

Prosedur dasar untu


uk pembuaatan peta bahaya
b dan garis bessarnya dijelaskan
dibawah.

  1‐64 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

(1) Lan
ngkah-1: Pengumpul
P lan dan Pengaturan
P n Catatann Bencana
a dan
Perssiapan Peta
a

Item yangg dikumpulk


kan melaluii catatan surrvei bencan
na, metode ppengumpulaan dan
metodologgi untuk perrsiapan petaa adalah seb
bagai beriku
ut:

- Item dikumpulkan
d n di setiap ddaerah yang
g terpengaru
uh bencana

1. Taanggal dan periode


p keteerjadian ben
ncana

2. Daaerah yang terpengaruh


t h

3. Koondisi meteeorologi dann hidrologi yang sesuai (curah hhujan, tingk


kat air,
anngin)

4. Koondisi kerussakan dan laainnya

- Metodde pengumpulan

Dalam
m rangka mengumpulk
m kan inform
masi dasar untuk
u mem
mahami pen
nyebab
utama bencana, untuk menngakses daeerah potenssi dan untuuk merencaanakan
penangggulangan, informasi yyang relevaan harus dik
kumpulkan dan dikaji ulang
dari s ejumlah peenduduk (tookoh masyaarakat) yang
g tau persiss daerah mereka.
m
Daerahh keterjadiaan bencana ditentukan dengan meenggunakann/menyajikan peta
topogrrafi atau datta topografii lainnya, daan/atau men
nggunakan aalat GPS.

- Persiaapan peta

- Data yang
y dikump
pulkan di attas disusun dan disajikan ke dalam
m peta skalaa besar
n di dalam peta. Infoormasi ini harus
(rinci)) Informasii berikut ddimasukkan
diperbbaharui secaara terus m
menerus ketiika bencanaa di luar m
maksimum sejarah
s
bencanna terjadi attau ketika innformasi yaang terkait berubah
b seccara drastis

1. Daaerah terpen
ngaruh benccana

2. Faasilitas umum yang utam


ma (kantor BPBD, kan
ntor pemerinntah, rumah
h sakit,
poolisi, dan fassilitas terkaait lainnya)

3. Baatas adminisstrasi dan naama tanah

4. Jarringan jalan
n dan jaringgan sungai (iinformasi taambahan tiddak termasu
uk peta
aslli)

5. Infformasi catatan benc ana (tangg


gal peta dipersiapkan,, tanggal/periode
kejjadian benccana dan tem
mpat, pola curah
c hujan,, kerusakan , dll.)

(2) Lan
ngkah-2: Peemilihan M
Metodologi untuk
u Pemb
buatan Petta Bahaya

uk bencana lainnya (kkekeringan, cuaca


Metodologgi pembuattan peta an caman untu
ekstrem ( angin kencang), kebakkaran hutan
n dan lahan
n) belum d isusun di tingkat
t

  1‐65 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Kabupatenn/Kota. Oleeh karena ittu, jalan yang sama seperti banjirr di dalam bagian
b
terdahulu,, metodolog
gi menggunnakan peta catatan
c sejaarah bencanna saat ini dipilih
d
sebagai metode
m untu
uk membua t peta ancaaman. Dalam hal kebaakaran hutaan dan
lahan, wiilayah yang
g berpotenssi kebakaraan hutan ju
uga ditamb ahkan padaa peta
sebagai wilayah
w ancaaman.

Setelah badan-badan
b n terkait m
menetapkan
n metodologinya, petaa ancaman akan
disiapkan dengan menggunakan metodologii tersebut dii masa yangg akan datan
ng.

6.7.2 M
Metode
M
Metodologi untuk
u menentukan petaa sejarah beencana hamp
pir mirip deengan metodologi
m-item informasi, yang diharapkan
peeta bencanaa banjir. Perbedaanya hanya item n akan
diiperoleh darri desa-desaa.

Item-item informasi, yang diharaapkan diperroleh dari desa-desa (D


Desa/Kelurah han)
a. Ta nggal kejad
dian bencanaa (Tanggal, Bulan, Tah
hun) selama 10 tahun teerakhir
2
b. Daaerah terpen
ngaruh benccana (ha ataau km )
c. Naama tanah dari
d daerah yyang terpen ngaruh bencana
d. Peeta daerah bencana

Seedangkan untuk
u kekeriingan dan c uaca ekstrim uting beliunng), peta ancaman
m (angin pu
diikembangkaan berdasark
kan peta sejjarah benca na.

Untuk kebakkaran hutan & lahann, daerah potensi keebakaran huutan juga dikaji
U
m
menggunakann data tutu
upan lahann. Kemudian peta bah
haya dikem
mbangkan dengan
d
m
mengkombinnasikan petaa sejarah benncana dan daerah
d poten
nsi di atas.

6.7.3 P
Pemrosesaan Data
C atatan sejarrah bencanaa yang dikum
mpulkan keemudian did
dijitasi dan dditransfer ke
k data
G
GIS merujukk dijital/scaan peta toppografi. Prroses detil konversi m
menjadi datta GIS
diijelaskan paada Lampiraan-4 dari Annnex-1 ini.

  1‐66 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Lampiran-1: Pem
metaan Ba
ahaya Gem
mpa Bumii

m lampiran ini,
Di dalam i cara dasar untuk meembuat inten
nsitas goncan
ngan Gempa Bumi di peermukaan
h dengan taangkapan laayar (screen captures) ddan deskrip
dijelaskaan langkah per langkah psi untuk
menunjuukkan berbaagai operasi menggunaakan ArcGIIS. Berikut merupakann input datta untuk
memprooses peta bahhaya gempa bumi.
b

Nama data Jeniss Sumber


Intensitas goncanngan di batuaan Raster Tim9 (22010): Revisii SNI-03-17226-2002
dasarr “Peak Ground
G Acceeleration (PG GA) Indonessia 2%
probabiilitas terlamp
paui dalam 550 tahun”
“1-detikk percepataan spektrall Indonesiaa 2%
probabilitas terlampaui dalam 500 tahun “
Peta kklasifikasi teerrain otomattis Raster  Junk ko Iwahashi and Richard J. Pike (200 07):
mengggunakan SR RTM (250m http://gisstar.gsi..go.jp/terrainn/front_page.htm
atau 11km mesh)  BNP PB dan Tim AhliA JICA
Distriibusi AVS300 (250m mesh
h) Raster J-SHIS:: http://www.j-shis.bosai..go.jp/en/

mbuat fitur poligon


1) Mem p baru
u Intensitas G
Goncangan di Batuan Dasar
D
Pada baagian ini, dijelaskan
d caara untuk m
mengubah ciitra hasil peemindaian ((scanning) intensitas
i
goncanggan di batuann dasar ke dalam
d file. Jika datta spasial assli (Shape fi
fitur fi file) yang dihasilkan
oleh Tim
m9 dapat dip
peroleh, ma
aka bagian in
ni tidak perrlu dikerjaka
an lagi.

<Langk
kah-langkah
h>
1. Buka ArcMap (mxxd file) koso
ong dan cantuumkan namaa file (contoh. Sulut_Hazaard_EQ.mxd
d).
2. Klik L perties’ dan atur Coordiinate System
Layer’s prop m (contoh. WGS
W 1984 UT
TM Zone 51N
N)

  1‐L1 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3. Buka fitur poligonn batas admin


nistratif provvinsi terkini

4. Buka citra intensittas goncangaan di batuan dasar hasil pemindaian


p
Georeferenccing Tool dari
5. Pilih G d Toolbarss dan pilih Add
A Control Points

  1‐L2 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6. Cari ddan atur penccocokan darii titik-titik yaang ada di cittra intensitass goncangan batuan dasarr dan file
batas administratiif provinsi (Pilih lebih ddari empat titik dari ked
dua layer unntuk menjagaa akurasi
korekksi geometrikk).

<Layer11: Citra intennsitas goncan


ngan di batuaan dasar>

<Layer22: Fitur poliggon batas adm


ministratif prrovinsi>

  1‐L3 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

7. Klik A
Auto Adjustt, dan kemud
dian periksa eefek koreksi dari pencoco
okan kedua llayer.

8. Simpaan citra yangg sudah disessuaikan sebaggai data rasteer baru (conttoh. Adjustedd shaking inttensity at
bedrrock.tif)

  1‐L4 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

9. Buat ffitur poligonn baru untuk melacak


m konntur dari imag
ge yang sudaah disesuaikaan.
- Pilih seebuah folderr atau folder connection
c ppada catalog tree
- Klik Fiile menu, tunnjuk New, keemudian klikk Shapefile

- Ketik ssebuah namaa untuk fitur polyline


p baruu (Contoh. Line ng intensity aat bedrock.sh
L of shakin hp)
- Klik Feature Typee (Polyline)
- Atur C
Coordinate System
S (Contoh. WGS 19984 UTM Zo
one 51N)

  1‐L5 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

10. Edit fitur polylinne yang baru


Editor dan Sttart Editing
- Klik E

- Pilih nama fitur polyline yang akan diedit

  1‐L6 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

11. Mulaai pelacakan (tracing) ko


ontur intensittas goncangaan di batuan dasar
d
- Klik C
Create Featu
ure

- Pilih L
Line dari Con
nstruction Tools
T

  1‐L7 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

- Lacak kontur intennsitas goncan


ngan di batuaan dasar deng
gan Edit tool

12. Setelah pelacakaan garis kontu


ur, tentukan nilai kontur tiap garis
- Buka A ble dari konttur intensitass goncangan di batuan daasar dan buatt new field.
Attirbute tab
- Ketik nnilai tiap konntur pada sel (cell) yang ssesuai di fielld baru
- Setelahh mengetik nilai
n pada tab
bel atribut, kllik save editss dan stop ed
diting

  1‐L8 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

13. Konvversikan fituur garis menjadi Raster daata


- Klik 3D
D Analyst Tools
T -> Triangulated Su
urface -> Deecimate TIN Nodes

- Pilih fiitur garis dann buat TIN Nodes


N

  1‐L9 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

- Klik 3D
D Analyst Tools
T -> Conv
version -> F
From TIN ->
> Tin to Raster

- Dapatkkan Raster daata dari inten


nsitas goncanngan di batuaan dasar

  1‐L10 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

14. Buatt 1km-mesh intensitas go


oncangan di bbatuan dasarr dari Raster data
- Klik C
Conversion tools -> From
m Raster -> Raster to Point

- Buat laayer 1km-meesh yang baru


u dari batas aadministratiff provinsi

  1‐L11 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

- Klik Jooins and Relates di layer 250m-meshh (atau 1km--mesh) dan pilih
p Join
- Pilih ““Join data frrom anotherr layer baseed on spatia
al location” dan
d pilih fituur titik dari intensitas
i
goncaangan di batuuan dasar dan
n tentukan beeberapa paraameter sebagai berikut

- Dapatkkan fitur poliigon baru 1km


m mesh intennsitas goncangan di batu
uan dasar

  1‐L12 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Pemb
buatan Inten
nsitas Gonca
angan di Peermukaan
Intensitaas goncangann gempa bum
mi di permukkaan (g) ini dihitung darri perkalian intensitas go
oncangan
di batuann dasar dan faktor
f amplifikasi tanah sedimen dan
ngkal berdasaarkan grid m
mesh yang ad
da. Faktor
amplifikkasi tanah dihitung
d berrdasarkan kaarakteristik topografi yang dibuat dari DEM (Digital
Elevatioon Model) daan perkiraan AVS30 (Raata-rata Gelom
mbang-S yan
ng lebih danngkal dari 30
0m) yang
merupakkan hasil darri J-SHIS untuk tiap karaakteristik top
pografi (16 kelas
k atau 244 kelas).Dua makalah
berikut m
menjelaskan metode untu
uk membuat peta klasifik
kasi topograffi/terrain secaara rinci.

1) Junkoo Iwahashi, Richard


R J. Piike, 2007: A
Automated claassifications of topographhy from DEM
Ms by an
unsupervised nesteed-means algo
orithm and a three-part geeometric signaature, Geomoorphology, 86
6, pp409–
440, hhttp://gisstar.ggsi.go.jp/terraain/front_pagee.htm.
2) L. Kuurniawan, M. R. Amri, S. Imamura,
I A. Furuta, K. Morita,
M M. M.. Ling, R. Takkahashi, I. Ko
obayashi,
2015: Pendahuluann Usulan Meetode Untuk Estimasi AV
VS30 Distribu
usi Seluruh IIndonesia Un
ntuk Peta
man Gempa, Jurnal
Ancam J RISET
T Kebencanaaan Indonesia,, Vol.1, No.1, Mei 2015.

<Langk
kah-langkah
h pengolahan
n data (Kasu
us 16 kelas)>
>:
1. Buka peta klasifikkasi terrain otomatis (Rasster data)
2. Klik C
Conversion tools -> Fro
om Raster ->
> Raster to Polygon
P
3. Pilih ddata raster inni sebagai Input raster ddan pilih Valu
ue sebagai Field.
F
4. Masukkkan nama fitur
f poligon yang baru kee Output Po
olygon featu
ure

  1‐L13 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2. Buka Attribute taable dari fitu


ur poligon baaru dan buat new field.

3. Pilih ffield baru (new field) dan


n klik Field C
Calculator

  1‐L14 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4. Masukkkan nilai faaktor amplifik


kasi tanah (m
metode perhiitungan fakto
or amplifikassi tanah dijelaskan
pada L
Langkah-A22-1, Bagian 6.1.3
6 di Anneex-1) ke dalam sel yang sesuai
s untuk ttiap kelas
menggunakan Fieeld Calculato
or
def
d Reclass( a )):
if (a == 1):
return 1.0822
elif (a == 2):
return 1.2677
elif (a== 3):
return 1.1111
elif (a == 4):
return 1.2688
elif (a == 5):
return 1.25 1
elif (a== 6):
return 1.4688
elif (a == 7):
return 1.3155
elif (a== 8):
return 1.5
elif (a == 9):
return 1.5
elif (a == 10):
return 1.5855
elif (a== 11):
return 1.5133
elif (a == 12):
return 1.6322
elif (a== 13):
return 1.6566
elif (a == 14):
return 1.88 1
elif (a == 15):
return 1.7722
elif (a== 16):
return 1.9222
else:
return 1

  1‐L15 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5. Buat 1km-mesh Faktor


F ampliffikasi tanah
- Klik Jooins and Relates dari 25
50m-mesh layyer (atau 1km
m-mesh layer) dan pilih JJoin
- Pilih ““Join data from anoth n” dan pilihh fitur poligo
her layer baased on spatial location on faktor
ampliifikasi tanah dan tentukan
n beberapa pparameter seb
bagai berikutt

- Dapatkkan fitur poliigon baru 250m-mesh (attau 1km-messh) Faktor am


mplifikasi tannah

  1‐L16 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6. Gabunng Faktor am
mplifikasi tan
nah dan Intennsitas goncan
ngan di batuaan dasar
- Klik JJoins and Relates
R pada fitur poligonn 250m-messh (atau 1km
m-mesh) Grround ampllification
factorr dan pilih Join
- Pilih ““Join attribu
utes from a table”
t dan ppilih fitur polligon 250m-mesh (atau 1km-mesh) shaking
intenssity at bedroock dan tentu
ukan beberappa parameterr sebagai berrikut

- Klik D
Data di 250m
m-mesh (atau
u 1km-mesh
h) Ground am n factor dan klik Export data
mplification
- Tentukkan nama fittur baru seb
bagai export data (conto
oh. 250m-meesh (atau 1kkm-mesh)) Shaking
intenssity at Surfaace)

  1‐L17 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

7. Buat 2250m-mesh (atau 1km-m


mesh) Intensittas goncangaan di permuk
kaan
- Buka A ble dari fiturr poligon barru dan buat new
Attribute tab n field
- Pilih fiield baru dann klik Field Calculator
C
- Kalikaan Faktor ampplifikasi tanaah dan Intenssitas goncang
gan di batuan
n dasar

- Dapatkkan fitur poliigon baru darri 1km-meshh Intensitas goncangan


g di permukaan

  1‐L18 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3) Mem
mbuat lembar peta dari Intensitas
I G
Goncangan di
d Permukaa
an
Layer 2250m-mesh (atau 1km--mesh) intennsitas goncangan di permukaan
p ddibagi menjjadi tiap
Kabupatten/Kota dann diedit deng
gan penambaahan batas Desa/Kecama
D tan dan gariss-garis jaring
gan jalan
untuk m
membuat oupuut akhir.

Legendaa intensitas goncangan


g (g
g) diatur sepeerti di bawah
h ini.

  1‐L19 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Lampiran-2: Pem
metaan Ba
ahaya Tsu
unami

m appendix ini, cara daasar untuk m


Di dalam membuat peta genangan Tsunami dijjelaskan lang
gkah per
langkah dengan tanggkapan layar (screen capptures) dan deskripsi untu
uk menunjukkkan berbagaai operasi
menggunnakan ArcGIIS. Berikut merupakan
m innput data unttuk memprosses peta genaangan tsunam
mi.

N
Nama data Jeniss Sum
mber
IFSA
AR DTM (Digital Terrain n Model): 55m Raster INTER
RMAP
meshh elevasi
Tingggi maksimum
m tsunami sementara - Pedoman Nasionnal Pengkkajian
Risiko Tsunami Inddonesia, 2011
1
Gariss pantai provvinsi target Poligon
n BIG (PPeta topograafi 1:25,000
0 atau
1:50,00
00)

mbuat fitur poligon


1) Mem p baru
u daerah gen
nangan Tsun
nami
Pada bagian ini, dijeelaskan cara membuat fiitur poligon daerah genangan tsunam
mi dari IFSA
AR DTM.
IFSAR DTM diadoopsi sebagai elevasi taanah di daeerah lokal. Daerah
D kem
mungkinan genangan
g
dispesifiikasikan denngan garis ko
ontur yang m
memiliki eleevasi yang saama dengan tinggi tsunaami yang
dipredikksikan. Kedalaman genan
ngan dihitungg dari perbed
daan antara tinggi tsunam
mi dan elevaasi tanah.
Tinggi tsunami yang dipredik
ksikan sepannjang garis pantai diperoleh dari Pedoman Nasional
Pengkajian Risiko Tsunami
T di In
ndonesia, 20111.

kah-langkah
<Langk h pengolahan
n data>:
1. Buka ArcMap (mxxd file) koso
ong dan cantuumkan namaa file (contoh. Sulut_Hazaard_TS.mxd).
2. Klik L perties’ dan atur Coordiinate System
Layer’s prop m (contoh. WGS
W 1984 UT
TM Zone 51N
N)
3. Buka IFSAR DTM
M untuk men
ndapatkan gaaris kontur

  1‐L20 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4. Dapattkan DTM daaerah target Kabupaten/K


Kota dari asliinya.
- Klik D
Data Manageement Tools -> Raster ->
> Raster Pro
ocessing -> Clip
C
- Pilih D
DTM asli sebbagai Input Raster, piliih fitur polig
gon batas adm
ministrasi tar
arget Kabupaaten/Kota
sebaggai Output Extent
E dan keetik Output Raster Nam
me baru.

5. Dapattkan DTM daaerah Kabup


paten/Kota taarget yang baaru

  1‐L21 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6. Buat ggaris kontur dari DTM daerah Kabpaaten/Kota target


- Klik Sp
patial Analyysis Tool -> Surface
S -> C
Contour list
- Pilih D Kota target seebagai Input Raster, ketik Output P
DTM daerah Kabupaten/K ame yang
Poly line Na
baru dan ketik ellevasi yang ingin untukk mendapatk
kan garis ko
ontur (cth. ddari 1m sam
mpai 12m
dengaan inteval kontur 1m)

7. Setelaah beberape menit


m pemro
osesan konturr selesai.

  1‐L22 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

8. Buat ffitur baru sam


mpai dengan
n jumlah gariis kontur unttuk membuatt poligon denngan 1m inteerval, dan
simpan m
masing-masiing dua polyline yang berrsebelahan ke
k dalam fitur baru.
cth.) Simpan polyline garis kontur
k 0m daan 1 m ke daalam fitur barru dan namaii “Elev0_1.sh
hp”
Simpan polyline garis kontur
k 1m daan 2 m ke daalam fitur barru dan namaii “Elev1_2.sh
hp”
s.d Simpan polyline garis kontur
k 11m ddan 12 m ke dalam fitur baru
b dan nam
mai Elev11_1
12.shp”

9. Hubun
ungkan akhir dari masing--masing polyyline yang beersebelahan untuk
u semuaa fitur yang dibuat
d
pada llangkah 8
Cth.) Daalam hal “Eleev1_2.shp”, hubungkan bbaik akhir daari garis konttur 1m dan 22m untuk membuat
looop polyline.

  1‐L23 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

10. Setelah mengediit pada Langk


kah9, jalankaan Feature to
t Polygon untuk
u mengko
konversi poly
yline
menjjadi polygonn untuk semu
ua fitur yang dibuat pada Langkah8.

11. Setallah mendapaatkan polygon dengan intterval 1m, Merge


M semua fitur polygon
on.

12. Bukaa Attribute table, dan bu


uat field barru.
- Input nnilai estimasii kedalaman genangan tsuunami dengaan merujuk ke
k nilai intervval ketinggiaan
cth.) Jika kedalaaman maksim
mum genangaan 12m,
m  Estimaasi kedalaman
Innterval ketinggian: 0m-1m n genangan ttsunami: 11m
m-12m
m  Estimaasi kedalaman
Innterval ketinggian: 1m-2m n genangan ttsunami: 10m
m-11m
s.d Innterval ketinggian: 11m- 12m  Estim
masi kedalam
man genangaan tsunami: 0m-1m
0

  1‐L24 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Mem
mbuat lembar peta dari Peta
P Genanggan Tsunam
mi
Layer ppeta genangaan Tsunami diedit mennggunakan penambahan
p n batas Des a / Kecamaatan dan
garis-garris jaringan jalan
j untuk membuat
m outtput akhir.

Legendaa daerah kem


mungkinan geenangan dan kedalamann
nya tiap satu kali dalam 1100 tahun, ditetapkan
sebagai berikut.

  1‐L25 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Lampiran-3: Dig
gitalisasi Peta
P SNI A
Ancaman

SNI anccaman dari ESDM


E PVMB
BG digunakaan untuk petaa bahaya gun
nung api dann peta ancam
man tanah
longsor di tiap Kabupaten/Kota. Pertimbanggan teknis untuk
u zona ancaman
a letuusan gunung
g api dan
tanah loongsor sesuaii dengan petta SNI bahayya yang disiiapkan oleh ESDM dan PVMBG di kegiatan
percontoohan.
Di dalam
m lampiran ini, dijelask
kan cara dassar untuk meengubah citrra SNI bahaaya hasil pem
mindaian
menjadi fitur poligoon baru. Jika
a data spassial asli (Sha
ape file) yang dihasilkaan oleh ESD
DM dan
G dapat dipeeroleh, mak
PVMBG ka bagian inii tidak perlu
u dikerjakan
n lagi.

mbuat fitur poligon


1) Mem p baru
u SNI bahayya
Pada baggian ini, dijeelaskan cara untuk
u mengkkonversi citraa hasil pemin
ndaian menjaadi file fitur.

kah-langkah
<Langk h pengolahan
n data>
1. Buka ArcMap (mxxd file) koso
ong dan cantuumkan namaa file (contoh. Sulut_Hazaard_VL.mxd
d).
2. Klik L perties’ dan atur Coordiinate System
Layer’s prop m (contoh. WGS
W 1984 UT
TM Zone 51N
N)
3. Buka citra hasil peemindaian SN
NI bahaya

  1‐L26 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4. Rubahh View dari Data


D View menjadi
m Layoout View

5. Klik Layer’s prooperties’ dan


n atur Gridss (Interval Lintang dan
n Bujur adaalah 10 men
nit pada
kasuss peta skala 1:50,000)

  1‐L27 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6. Pilih G
Georeferenccing Tool dari Toolbars, kklik Fit to Display
D dan pilih
p Add Coontrol Pointss

7. Pindaah ke pojok kiri


k atas dari citra SNI bahhaya hasil peemindaian daan pilih titik perpotongan
n antara
garis--garis Lintang dan Bujur tertentu.

  1‐L28 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

8. Pindaah ke daerah yang sudah disesuaikan


d ddengan meru
ujuk pada garris-garis gridd.

9. Pilih ttarget titik reeferensi kiri atas


a dari citraa hasil pemin
ndaian

  1‐L29 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

10. Ulanngi pemilihann pasangan titik pada keeempat pojok (kanan atas, kiri bawah, kanan bawah
h) dari
citra SN
NI bahaya hassil pemindaiaan.

11. Klikk Auto Adjusst, dan kemu


udian periksaa pengaruh ko
oreksi dari pencocokan kkedua layer.
12. Simppan citra yanng sudah diseesuaikan sebaagai data rasster baru

  1‐L30 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

13. Buatt fitur poligoon baru untuk


k melacak Zoona-zona Bah
haya (I, II, IIII) dan Buffeers.
- Pilih seebuah folderr atau folder connection
c ppada catalog tree
- Klik Fiile menu, tunnjuk ke New, kemudian kklik Shapefile
- Ketik ssebuah namaa untuk fitur poligon
p baruu (contoh. Am
mbang_Hazaard_Zone_I.sshp)
- Klik Feature Typee (Poligon)
- Atur C
Coordinate System
S (conttoh. WGS 19984 UTM Zo
one 51N)

14. Edit fitur poligonn baru


Editor dan Sttart Editing
- Klik E
- Pilih nama fitur poligon baru un
ntuk diedit
- Klik C ure dan pilih Polygon darri Constructtion Tools,
Create Featu
- Lacak zona bahayaa (atau zona buffer)
b dari S
SNI hazard dengan
d tool Edit
E

  1‐L31 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3) Mem
mbuat lembar peta berda
asarkan zon
na ancaman letusan gun
nung api dann tanah long
gsor
Layer SN
NI zona ancaaman letusan
n gunung apii dan tanah lo
ongsor dibag
gi menjadi Kaabupaten / Kota
K dan
diedit m
menggunakann penambahan
n batas Desaa / Kecamatan dan garis-g
garis jaringann jalan sebag
gai untuk
membuaat output akhhir.

  1‐L32 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Lampiran-4: Membuat dan


n Menged
dit Peta Se
ejarah Ben
ncana

m lampiran inni, cara dasar untuk menggedit peta seejarah bencan


Di dalam na hasil gambbar tangan dijelaskan
d
langkah per langkahh dengan taangkapan layyar (screen captures)
c daan deskripsi untuk menu
unjukkan
berbagaii operasi mennggunakan ArcGIS.
A

1). Mem
mbuat shapeefile baru
<Langk
kah-langkah
h pengolahan
n data>
1. Pilih ssebuah foldeer atau folderr connection pada Catalog tree.

2. Klik F
File menu, tuunjuk ke New
w, kemudiann klik Shapeffile.

  1‐L33 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3. Klik ppada kotak teeks Name daan ketik sebuuah nama unttuk shapefilee baru.
4. Klik ppanah turun Feature
F pe dan klik jeenis geometrri yang akan diisi oleh sha
Typ hapefile.

5. Klik E
Edit untuk mendefinisika
m an sistem kooordinat shapefile.
n sebuah sisttem koordin
6. Pilih,, impor, atauu definisikan nat. Sangat disarankan
d uuntuk mendeefinisikan
sistem
m koordinat sekarang;
s nam
mun demikiaan langkah in
ni dapat ditun
nda di lain w
waktu.

7. Klik O
OK.

  1‐L34 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Menaambah dan geo-referenccing raster d


data
<Langk
kah-langkah
h pengolahan
n data>
1. Buka citra gambarr tangan hasiil pemindaiann daerah sejaarah bencanaa
2. Ubah View dari Data
D View menjadi
m Layo ut View
3. Klik Layer’s prooperties’ dan
n atur Gridss (Interval Lintang
L dan
n Bujur adaalah setiap 10
1 menit
untuk
k kasus petaa skala 1:50,,000)
4. Pilih G
Georeferenccing Tool dari Toolbars, kklik Fit to Display
D dan pilih
p Add Coontrol Pointss

7. Pindaah ke kiri atass dari image hasil peminddaian dan pillih titik perpotongan antaara garis-gariis
Lintanng dan Bujurr tertentu.
8. Pindaah ke daerah yang telah disesuaikan ddengan merujjuk pada gariis-garis grid dan pilih tarrget titik
refereensi dari kiri atas citra hasil pemindai an

  1‐L35 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

10. Ulanngi pemilihann pasangan titik pada keeempat pojok (kanan atas, kiri bawah, kanan bawah
h) dari
image haasil pemindaaian.
11. Klikk Auto Adjusst, dan perikssa pengaruh koreksi penccocokan kedu
ua layer.
12. Simppan citra yanng sudah diseesuaikan sebaagai data rasster baru.

3) Mem
mbuat dan Mengedit
M Petta Sejarah B
Bencana.
Dijitasi, proses konvversi fitur menjadi
m formaat dijital, meerupakan sallah satu caraa membuat data.
d Ada
banyak ccara untuk mendijitasi
m masuk dijitassi on-screen atau heads up
fittur-fitur baruu. Hal ini term u di atas
sebuah ccitra, mendijiitasi sebuah peta cetak dii atas papan dijitasi, atau menggunakkan dijitasi ottomatis.
Interaktiif, atau dijitaasi heads-up, merupakan salah satu daari metode yang paling uumum. Di meetode ini,
peta toppografi hasil pemindaian rektifikasi dditampilkan di layar, kem
mudian fiturr seperti banjjir, tanah
longsor, atau sejarahh bencana lain
nnya, digam
mbarkan di ataasnya.

  1‐L36 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

<Langk
kah-langkah
h pengolahan
n data>
1. Pilih w
workspace dan
d data fram
me yang akann diedit.
2. Mulaii sesi edit (sttart editing).

3. Pilih sebuah conntoh fitur daan alat kontr


truksi dari jeendela Creatte Features (dalam hal ini pilih
poligoon).

  1‐L37 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4. Perbeesar daerah yang akan did


dijitasi.

5. Buat ffitur baru (seeperti dengan


n mendijitasiinya di atas peta).
p

  1‐L38 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6. Tambah atau edit atribut fitur tersebut.


t

- Menaambahkan naama field dan


n menamai ffield

  1‐L39 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

7. Ketikk atribut yangg diperlukan

8. Simpaan edit dan stop editing.

  1‐L40 
Pedoman
P Tekknik
Penyusunan Peta Anncaman dan Risiko Bencaana
Unttuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4) Mem
mbuat lembar peta dari Peta
P sejarah
h bencana (B
Banjir, Banjjir Bandangg, dan Tanah
h
Longsorr)
Layer peeta sejarah bencana diediit menggunakkan penambaahan batas Desa
D / Kecam
matan dan garris-garis
jaringann jalan untuk membuat ou
utput akhir.

  1‐L41 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

A
Annex-2:
Pe
etunju
uk Tek
knis
Kajian Risiko Benc
cana
Unttuk Ka
abupa
aten/K
Kota

   
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

   
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Daftar Isii

1. P
Pengantar ............................................................................................................ 2--1
1.1 Kegun ni ············· ··········································· 2--1
naan Petunjuk Teknis In
1.2 Apaka encana? ·· ················ ··········································· 2--1
ah Risiko Be
1.3 Gamb
baran Umum
m PRB Berda
asarkan Ped
doman BNP
PB ······················· 2--2
1.4 Alir Pe
engolahan Data
D PRB · ················ ··········································· 2--5

2. P
Pengumpula
an Data yan
ng Diperluk
kan untuk Kajian
K Risik
ko Bencanaa ........... 2--9
2.1 Data Ancaman
A · ··············· ················ ··········································· 2--9
2.2 Data Kerentanan
K ············· ················ ·········································· 2-1
11
2.3 Data Kapasitas
K · ··············· ················ ········································· 2-1
13
2.4 Data Dasar
D ······ ··············· ················ ········································· 2-1
13

3. M
Menentukan
n Mesh-Grid
d untuk Ana
alisis Risiko Bencana
M
Menggunak pasial ............................................................................. 2-1
kan Data Sp 14
3.1 Prasyyarat untuk Menentukan
M Mesh-Grid ········································ 2-1
14
3.2 Pengo
olahan Data
a untuk Mene
entukan Me
esh-Grid ····························· 2-1
16

4. K
Kuantifikasii Data Anca
aman, Keren n Kapasitas ............................. 2-1
ntanan dan 18
4.1 Prose
edur untuk Mempersiapk
M kan Indeks Paparan
P Bencana ················ 2-1
18
4.2 Prose
edur untuk Mempersiapk
M kan Indeks Penduduk
P Terpapar
T ·············· 2-1
19
4.3 Prose
edur untuk Mempersiapk
M kan Indeks Kerugian
K ···························· 2-2
21
4.4 Prose
edur untuk Mempersiapk
M kan Indeks Kapasitas
K ··························· 2-2
23
4.5 Pengo
olahan Data
a untuk Kuan
ntifikasi Data
a Ancaman, Kerentanann
dan Kapasitas
K ·· ··············· ················ ········································· 2-2
25
4.5.1 Menghitung Indek
ks Paparan Bencana da
an Membuatt Peta Indekks ······ 2-2
25
4.5.2 Menghitung Indek
ks Pendudu k Terpapar (Komponen
( Sosial)
dan In
ndeks Kerug
gian (Kompo
onen Ekonom
mi, Fisik dan
n Lingkungaan)
dan Membuat Pe
eta Indeks ··············· ········································· 2-3
32
4.5.3 Menghitung Indek
ks Kapasitass berdasarkan Hasil FG
GD ····················· 2-4
48

  2‐i 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5. P
Pemetaan Risiko
R Benc
cana ................................................................................. 2-5
50
5.1 Menghitung Indek
ks Kerentan
nan ·········· ········································· 2-5
50
5.2 Menghitung Indek
ks Risiko Be
encana ····· ··········································· 2-5
51
5.3 Pengo
olahan Data
a untuk Pem
metaan Risiko
o Bencana ························· 2-5
52

6. E
Estimasi Jumlah Penduduk dan F
Fasilitas di Dalam Daerrah Risiko T
Tinggi . 2-5
58
6.1 Persia
apan Input Data
D ········ ················ ········································· 2-5
58
6.2 Pengo
olahan Data
a untuk Meng
ghitung Jum
mlah Pendud
duk
dan Fasilitas
F di da
alam Daerah
h Risiko Tinggi ··································· 2-5
58

7. P
Perancanga
an Matriks PRB
P untuk Klarifikasi Desa Risiko
o Tinggi ................. 2-6
62
7.1 Persia
apan Input Data
D ········ ················ ········································· 2-6
62
7.2 Prose
edur untuk Merancang
M M
Matriks PRB ······································· 2-6
63
7.3 Pengo
olahan Data
a untuk Mera
ancang Matrriks PRB ···························· 2-6
63

  2‐ii 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

1. Pen
ngantar

1.1 Kegunaan Petunjuk Teknis Ini

Petunjukk teknis ini disusun berrdasarkan peengalaman dan


d hasil-hassil kajian rissiko bencanaa tingkat
Kabupatten/Kota di Provinsi
P Sullawesi Utaraa and Nusa Tenggara
T Barrat dimana kkegiatan perccontohan
telah diiimplementassikan oleh Tim
T Proyek JJICA sebagaai bagian daari proyek ppeningkatan kapasitas
k
penangggulangan benncana BNPB D. Di kedua kegiatan perrcontohan, kkajian risiko bencana
B dan BPBD
Kabupaten/Koota dilaksanaakan dengan berdasar pada Peraturan
untuk K n Kepala BN
NPB Nomor 02
0 Tahun
2012 teentang Pedoman Umum
m Kajian Riisiko Bencaana (selanjuttnya disebutt sebagai “P
Pedoman
BNPB”)).

Pedomann BNPB mennjelaskan ko


onsep Kajian Risiko Benccana (selanju
utnya disebutt sebagai “PR
RB”) dan
metode umum untuuk pembuatan
n peta risikoo bencana dan n kajian risikko bencana. Namun,
d dokumen
tidak adda penjelasann rinci terkait praktik nyyata pengum
mpulan data yang
y diperluukan dan pen
ngolahan
data spaasial terkait menggunakan alat GIS . Dari peng
galaman melaksanakan PPRB di dua provinsi
percontoohan, dipanddang perlu untuk memp
mpersiapkan pedoman teknis untuk mendukung
g praktek
sebenarnnya dalam peenerapan PR
RB.

Khususnnya, diperlukkan sedikit kecerdikan dalam melaaksanakan PRB


P di tingkkat Kabupatten/Kota.
Karena aanalisis tingkkat desa diperlukan untuuk PRB ini, dan
d banyak jenis
j data sppasial harus ditangani
d
oleh pennilai risiko beencana. Kondisi data yanng tersedia belum tentu sama untuk seemua kabupaaten/kota
di Indonnesia, dan kaadang-kadang
g tidak munggkin untuk menyiapkan
m data
d yang dib
iberikan sebaagaimana
disebutkkan dalam Peedoman BNP
PB.

Oleh kaarena itu, petunjuk


p tek
knis ini diraancang untu
uk memandu
u penilai riisiko bencan
na untuk
memahaami bagaimaana cara meenangani beeberapa massalah yang dihadapi
d oleeh mereka termasuk
t
pengolahhan data spaasial sehubun
ngan dengan pelaksanaan
n PRB di ting
gkat Kabupatten/Kota berrdasarkan
pengalam
man dari keggiatan percon
ntohan di Proovinsi Sulaw
wesi Utara dan
n Nusa Tengggara Barat.

1.2 Ap
pakah Risiko Bencana?

Risiko bbencana adalaah potensi keerugian benccana dalam kehidupan,


k status kesehattan, mata pen
ncaharian,
aset dann jasa, yang dapat
d terjadi pada suatu kkomunitas terrtentu atau masyarat
m selaama beberapaa periode
waktu tertentu di masa
m depan. Dan hal inni dapat dihiindari melallui tindakan pencegahan
n. Secara
konseptuual, risiko beencana terdirri dari faktorr ancaman dan faktor kerrentanan. Faaktor ancamaan berarti
potensi peristiwa fisik
f dan krronis yang dinyatakan sebagai in
nterval penggulangan maasa lalu,
probabillitas masa depan,
d besaraan, durasi, bbatas spasiall, intensitas dan lain-lainn. Faktor keerentanan
berarti ppaparan, sennsitivitas dan
n ketahanann yang dinyaatakan sebag
gai penduduuk, ukuran ekonomi,
e
penggunnaan lahan, sarana dan prrasarana, asett budaya, pro
oduk ekosistem dan jasa dan lain-lain
n.

  2‐1 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Hubungan antara anncaman, kerrentanan, dann risiko dallam kasus gempa bumi diperlihatkaan dalam
Gambar 1.1. Ketikaa gempa bu
umi besar teerjadi di daeerah padat penduduk,
p ggempa terseb
but akan
menimbbulkan kerugian yang san
ngat besar daan korban daalam jumlah besar serta aakan terjadi kerugian
ekonomi. Di sisi lainn, jika gemp
pa besar mem
mukul daerah
h berpendud
duk jarang, ggempa terseb
but hanya
akan meempengaruhii skala kecill saja. Denggan demikian
n, Sebuah risiko bencana
na didefinisik
kan tidak
hanya olleh volume ancaman
a akaan tetapi jugaa oleh volume kerentanan
n.

G
Gambar 1.1: Hubungan
H an
ntara ancamaan, kerentanaan, dan risiko
o dalam kasuus gempa bum
mi

Untuk ssudut pandanng penguran


ngan risiko bencana, ad
da satu lagi komponen penting. Ko
omponen
tersebut adalah fakktor kapasitaas. yang beerarti kemam
mpuan, sumber daya ddan kemauan
n warga,
lembagaa-lembaga publik
p dan swasta dann pemerintah
h untuk mitigasi,
m kesiiapsiagaan, tanggap,
pemulihhan dan rekoonstruksi. Seecara khususs, faktor kap
pasitas dinyaatakan sebaggai status peerumusan
rencana penanggulaangan bencan
na, rencana tanggap daarurat dan reencana aksi terkait, pen
ngelolaan
sistem pperingatan dinni, pelaksanaaan latihan evvakuasi dan kurikulum sekolah, dan llainnya.

1.3 Ga
ambaran Umum
U PRB
B Berdasa
arkan Pedoman BNP
PB

Kajian R
Risiko Bencana (PRB) adalah
a sebuaah pendekataan untuk meenunjukkan ddampak negaatif yang
ditimbullkan oleh bencana
b di satu daerahh yang terkeena. Dampaak negatif ddihitung berrdasarkan
kerentannan dan kapaasitas di daerrah tersebut. Maka damp
pak negatif ad
dalah termassuk jumlah penduduk
p
dan banngunan yang mungkin terrkena dan peengaruh eko
onomi dan lin
ngkungan yaang mungkin
n terkena
dampak bencana. Peendekatan PR
RB diperlihattkan di bawaah ini:

  2‐2 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Pendekaatan ini tiddak sama dengan


d persaamaan mateematika. Peendekatan inni digunakaan untuk
menunjuukkan korelaasi antara an
ncaman, kereentanan dan kapasitas lo
okal yang da
dapat membu
uat risiko
bencanaa di satu daerrah.

Untuk ttingkat pemeerintah, hasiil PRB diguunakan sebag


gai dasar un
ntuk mengem
mbangkan kebijakan
k
penangggulangan beencana. Keb
bijakan ini akan menjaadi dasar untuk
u menggembangkan rencana
penangggulangan benncana, yang merupakann mekanismee untuk men
ngarusutamak
akan penangg
gulangan
bencanaa ke dalam rencana pem
mbangunan. Dan untuk
k tingkat maasyarakat, haasil PRB diigunakan
sebagai dasar untukk mengembangkan tinddakan praktis kesiapan, seperti renccana jalur evakuasi,
e
pembuattan keputusaan daerah perrumahan dann lain-lain. Metode
M umum
m PRB ditunj
njukkan padaa Gambar
1.2.

Gambar 1.22: Pedoman Umum


U PRB

  2‐3 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

PRB unntuk merumuuskan kebijaakan penangggulangan beencana dilak


ksanakan berrdasarkan ko
omponen
ancamann, kerentanaan dan kapaasitas. Kom
mponen ancaaman dikemb
bangkan ber
erdasarkan parameter
p
intensitaas dan probaabilitas kejaadian. Kompponen kerenttanan dikem
mbangkan beerdasarkan parameter
p
sosial bbudaya, ekonnomi, fisik, dan lingkun
ungan. Komp
ponen kapassitas dikembbangkan berrdasarkan
parameter kapasitas regulasi, kellembagaan, ssistem pering
gatan, pendid
dikan pelatihhan keteramp
pilan, dan
sistem kkesiapsiagaann.

Hasil PR
RB diperlihattkan dengan pemetaan daan perancang
gan matriks unik
u sebagaim
mana di baw
wah:

1) Petta Risiko Bencana


B

Dari sisii kiri gambarr 1.3, dapat dilihat


d bahwaa peta risiko bencana meerupakan tum
mpang susun dari peta
ancamann, kerentanann dan kapassitas. Peta-peeta tersebut dikembangk
kan berdasark
rkan beberap
pa indeks
yang dihhitung berbassiskan tiap data
d dan metoode. Hal ini penting untu ahwa peta risiko perlu
uk dicatat bah
dikembaangkan untuuk setiap an m satu areaa. Metode dan
ncaman dalam d data yanng digunakaan untuk
menghittung indeks yang
y diperlu
ukan akan beerbeda untuk
k setiap ancaaman. Data yyang dibutuh
hkan dan
metode uuntuk menghhitung indeks tersebut dijjelaskan lebiih rinci dalam
m bab 4.

Sisi kannan gambar 1.3


1 adalah co
ontoh dari peeta risiko dallam kasus an
ncaman banjiir. Dapat diliihat pada
peta terrsebut bahwaa daerah beerisiko tingggi-rendah di kabupaten target ditunj
njukkan oleh
h gradien
warna.

Gambar 1.3
3: (Kiri) Mettode pembuaatan peta risik
ko bencana,
(Kanaan) Contoh ppeta risiko un
ntuk bencanaa banjir

  2‐4 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Dokumen PR
RB (Matriks PRB)

Sisi kiri dari gambarr 1.4 menunjjukkan bahw


wa pengkajian risiko benccana berasall dari indeks dan data
yang miirip dengan yang
y digunak
kan untuk m
mengembangk ko bencana. Perbedaannya hanya
kan peta resik
pada uruutan pengguunaan masing-masing inndeks. Urutaan ini berubaah karena peenduduk tid
dak dapat
dinilai ddengan nom man yang terrmasuk indekks populasi terpapar
mor. Oleh kaarena itu, tinngkat ancam
menjadi dasar untukk menghitun
ng kerusakann dan tingkaat kapasitas. Integrasi tinngkat kerusaakan dan
tingkat kkapasitas adaalah tingkat risiko
r bencanna.

Sisi kanan gambar 1.4 adalah contoh dari maatriks PRB. Dapat
D dilihatt bahwa setiaap desa di Kabupaten
/ Kota taarget dibagi dalam
d tiga tin
ngkat risiko..

Gambbar 1.4: (Kiri) Metode peerancangan Dokumen


D PR
RB (Matriks PPRB),
(Kanan) Contoh mattriks PRB

1.4 Alir Pengola


ahan Data PRB

Gambar 1.5 menunjukkan alir pengolahan ddata untuk PR


RB. Alir ini terdiri dari eenam fase mulai
m dari
pengumppulan data yang
y kan dan peroolehan PRB. Fase estimaasi jumlah peenduduk dan
diperluk n fasilitas
di dalam
m daerah denngan ancam
man dan risikko yang ting
ggi diusulkan
n oleh tim pproyek JICA
A sebagai
masukann untuk Renncana Penan
nggulangan B utnya disebuut sebagai "RPBD").
Bencana Daerah (selanju
Hasil peemetaan risiiko bencana dan peranccangan matrriks PRB ju
uga digunakaan untuk peerumusan
RPBD.

  2‐5 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Pengumpulan D
Data yang Dibutuhkan PRB

Menen
ntukan Mes
sh-Grid untu
uk Analis Risiko
R
Beencana men
nggunakan data spasia al

Kuantifikasi data Ancaman, Kerentanan


n, dan
Kapasitas

Indeks Paparan Be
encana

Indeks P
Populasi Te
erpapar

Ind
deks Kerugian

Indeeks Kapasittas

Pemetaa
an Risiko Bencana
B

Estimasi jumlah pop pulasi dan Peerancangan n Matriks K


Kajian
fasilitas di dalam daaerah dgn Risiiko Bencana untuk klaarifikasi
risiko tingg
gi desa ris
siko Tinggi

Hasil-hasiil ini diguna


akan untuk merancang
g RPBD

Gam
mbar 1.5: Alirr pengolahan
n data untuk PRB.
P

1) Pen
ngumpulan
n Data Yang Dibutuhk
kan PRB

Pada lanngkah pertaama, data yaang diperlukkan yang ak


kan digunakan sebagai input dari ancaman,
a
kerentannan dan kapaasitas untuk PRB
P dikumppulkan dari otoritas nasional untuk settiap mitigasii bencana
dan orgganisasi terkait di proviinsi dan kabbupaten/kotaa. Pada dasaarnya, sumbber setiap in
nput data
ditunjukkkan dalam Pedoman BNPB
B dan iini harus dirrujuk pada proses penggumpulan data yang
diperlukkan untuk PR
RB. Namun, perlu untuk memenuhi persyaratan
p untuk
u analisiis rinci. Dalaam kasus
PRB unntuk tingkat kabupaten/k
kota, persyarratan untuk analisis rincci adalah padda tingkat desa,
d dan
skala miinimum untuuk peta adalah 1: 25,0000 di Pulau Jawa
J usa Tenggaraa, 1: 50,000 di Pulau
dan Nu
Sumaterra, Kalimantaan dan Sulaw
wesi. Terganntung pada sttatus persiap
pan data di kkabupaten/ko
ota target,
mungkinn tidak memuungkinkan untuk
u mengum
mpulkan datta yang diperrlukan sesuaii yang ditunjjukkan di
dalam Pedoman BNP
PB.

  2‐6 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Oleh kaarena itu, data


d alternatif untuk PR
RB yang daapat dikump
pulkan di kkabupaten/ko
ota harus
dimanfaaatkan sebagai data inpu
ut, dan pada bab2 di dallam pedoman
n teknis ini,, data alternaatif yang
dikumpuulkan tim prooyek JICA dijelaskan besserta saran teeknisnya berdasarkan penngalaman di kegiatan
percontoohan.

2) Me
enentukan Mesh-Grid
M untuk Ana a menggunaakan Data Spasial
alisis Risiko Bencana

Sebuah analisis risikko bencana dengan


d mengggunakan beerbagai jenis data spasiall dilakukan oleh
o GIS
(Sistem Informasi Geografis).
G Sk
kala peta yanng akan digu
unakan dalam
m PRB berbeeda untuk seetiap peta
tematik, dan keakuuratan inform
masi terganttung pada kondisi
k peng
golahan olehh pihak berrwenang.
Sehubunngan dengan data statistik
k untuk unit kerentanan dan hasil surrvei untuk unnit kapasitass, data ini
dikelola oleh desa atau kabupaaten/kota daan data terseebut bukan merupakan data spasiaal. Untuk
memanffaatkan inputt data untuk analisis risikko bencana, perlu untuk
k mengkonveersi data stattistik dan
hasil surrvey ke dalam
m data spasiaal berdasarkaan data batass administrasi.

Oleh karrena itu, pennting untuk menetapkan


m suatu unit spasial minim
mal dari inpuut data untuk
k analisis
risiko beencana denggan mempertiimbangkan sskala, jenis dan
d akurasi dari
d semua innput data. Mesh-grid
M
mendefiinisikan unitt spasial min
nimal untukk mengintegrrasikan karak
kteristik yanng berbeda dari
d data
spasial. Juga dianjurrkan untuk memperhatika
m an efisiensi pengolahan
p oleh
o GIS ketiika ukuran mesh-grid
m
telah dipputuskan.

3) Kuantifikasi data
d Ancam
man, Keren
ntanan dan Kapasitas
s

Setelah konversi sem


mua input daata ke data m
mesh-grid, em
mpat jenis in
ndeks dihitunng menggunakan alat
GIS berrdasarkan atuuran klasifik
kasi yang akkan ditetapk
kan oleh Ped B. Akhirnyaa, indeks
doman BNPB
paparan bencana, poopulasi terpap
par, kerugiann dan kapasittas akan diuk
kur dalam kissaran 0,0 sam
mpai 1,0.

4) Pem
metaan Ris
siko Benca
ana

Mengguunakan empaat jenis indeks, akan dibbuat peta-petta ancaman, kerentanan dan kapasittas untuk
n, peta risikko bencana untuk setiap bencana akan dibuat untuk
setiap bbencana. Daan kemudian
ditumpaangsusunkan dengan susu
un peta ancam
man, kerentaanan dan kapasitas.

  2‐7 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5) Esttimasi Jum
mlah Popula
asi dan Fas
silitas di Dalam Daera
ah Risiko T
Tinggi

Fase ini diusulkan oleh


o tim proy
yek JICA unntuk memperj
rjelas jumlah
h penduduk ddan fasilitas di dalam
daerah rrisiko tinggi sebagai
s masu
ukan untuk R
RPBD.

Flash Extrreme Forest


Earthqu
uake Tsunami Volcano Floo
od Landslide Drought
Flood Weaather Fire
Area of high hhazard area 0 35.47 11.01 1.7
77 117.54 237.73 8..31 48.12 333.85
Percentage oof high hazard area 0.00%% 4.40% 1.37% 0.22
2% 14.57% 29.48% 1.003% 5.97% 41.40%
Area of high rrisk area 10.41 11.85 0 0.2
22 10.82 15.56 1 8.35 0
Percentage oof high risk area 1.29%% 1.47% 0.00% 0.03
3% 1.34% 1.93% 0.112% 1.04% 0.00%
Number of po opulation in high riskk area 51,00
00 34,100 0 800
0 39,600 50,400 4,1100 20,400 0
Percentage oof population in high risk area 25.36
6% 16.96% 0.00% 0.40
0% 19.69% 25.06% 2.004% 10.14% 0.00%
Number of bu uilding in high risk arrea 12,80
00 9,700 0 200
0 9,500 12,400 1,1100 5,900 0
Percentage oof building in high risk area 23.02
2% 17.45% 0.00% 0.36
6% 17.09% 22.30% 1.998% 10.61% 0.00%

Gambar 1.6: Hasil estim


masi jumlah ppopulasi dan fasilitas di dalam
d daerahh risiko tinggi

6) Perrancangan Matriks PR
RB untuk Kl arifikasi De
esa Risiko Tinggi
T

Mengguunakan empaat jenis indek


ks, nilai makksimum papaaran bencanaa, populasi teerpapar, keru
ugian dan
kapasitaas yang akan dikuantifikaasi dalam kisaaran 0,0 sam
mpai 1,0 akan
n dipilih olehh masing-massing desa
di kabuupaten/kota target.
t Dan kemudian, ssetiap desa dibagi menjjadi tiga tinngkat risiko (Tinggi,
Sedang, Rendah) beerdasarkan pada
p metode perancangaan Dokumen PRB (Matrriks PRB) yaang akan
didefinissikan di Pedooman BNPB
B.

  2‐8 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2. Pen
ngumpulaan Data ya
ang Diperrlukan un
ntuk Kajia
an Risikoo Bencana
a

Pada daasarnya, dataa yang diperlukan yangg akan digun


nakan sebag
gai bahan m
masukan darii bahaya,
n dari otoritas nasional uuntuk setiap mitigasi
kerentannan dan kapaasitas untuk PRB harus dikumpulkan
bencanaa dan organissasi terkait di
d provinsi ddan kabupateen/kota deng
gan mengacuu sumber daata setiap
bahan m
masukan telaah ditampilkaan di dalam
m Pedoman BNPB.
B Namu
un, tidak muudah mengu
umpulkan
data yaang diperlukkan seperti yang ditunj
njukkan di Pedoman BNPB,
B karenna perlu memenuhi
m
persyaraatan detail analisis termaasuk data daan informasii yang tidak
k dipublikasiikan dalam Pedoman
P
BNPB.

Oleh karrena itu, dataa alternatif haarus dikumppulkan untuk PRB di kabu
upaten / kotaa. Dalam bab
b ini, data
alternatiif yang dikkumpulkan tim
t proyek JICA dijelaaskan besertta saran tekknisnya berrdasarkan
pengalam
man di kegiaatan perconto
ohan.

2.1 Data Ancaman

ncana setiap jjenis bencana. Dalam


Data anccaman akan digunakan untuk perhitunngan indeks paparan ben
Pedomann BNPB, inddikator dan sumber dataa ditampilkan
n sebagai Tab
bel 2.1. Dann pada dasarn
nya, data
ancamann tersebut haarus dimanfa upaten/kota. Namun, bebberapa data ancaman
faatkan untukk PRB kabu
masih seedang dikem
mbangkan oleh otoritas naasional.

Tabbel 2.1: Sumbber dan statu


us perkembanngan tiap ben
ncana yang teercantum di Pedoman BN
NPB
Jenis Bencana Da
ata Ancaman
n Sumber Data
D Stattus perkemb
bangan

1. Peta Ancaman Gemmpabumi


Terrsedia, namun n skala
Gem
mpa Bumi 2. Peta Zona Gempaa 2010 SNI
ppeta sangat kecil
k
(PGA: Peak k Ground Accceleration)
Pedoman dari
d Han
anya tersedia Tinggi
T
Tsunami Peta Estimasi Genangann Tsnumai
ESDM, BMMKG Gennangan Makssimum
Letusaan Gunung Pedoman dari
d
Peta An
ncaman Gunun
ung Api Tersedia
Api PVMBGG
B
Banjir Pedoman dari
d
Petta Zona Banj ir Dallam Pengemb
bangan
(Banjirr Bandang) PU, BMKG,BIG
Peta Keerentanan Anccaman Pedoman dari
d
Loongsor Tersedia
Gerakan
G Tanahh ESDM
Pedoman dari
d
Kek
keringan Peta An
ncaman Kekeeringan Dallam Pengemb
bangan
BMKG, Deptan
Peta Inddeks Cuaca EEkstrim
(Bdskk Ruang Terbbuka, Pedoman dari
d
Cuacaa Ekstrim Dallam Pengemb
bangan
Kelerengaan, Laju Curaah Hujan BMKGG
Tahunan)
Peta Indeeks Kebakaran
an Hutan Pedoman dari
d
Keb
bakaran
(Bdsk Jeniis Hutan, Currah Hujan Dephut, BM
MKG, Dallam Pengemb
bangan
H
Hutan
Tahunnan, Jenis Tannah) Deptan

  2‐9 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

<Saran Teknis>

Dengan pertimbanggan status perkembanga


p an data anccaman yang
g ada oleh otoritas terrkait dan
persyaraatan skala peeta (1:25,000 atau 1:50,,000), data ancaman
a yan
ng ditampilkkan dalam Tabel
T 2.2
berikut ttelah digunakkan untuk PR
RB kabupateen/kota pada kegiatan perrcontohan sebbagai alternaatif data.

Tabeel 2.2: Data Ancaman


A yaang digunakaan untuk PRB
B kabupaten//kota di kegiaatan percontohan

Jenis Bencana Data Ancaman Detail Sumber Data

Peta Distribu
usi Intensitass Diusulk
kan di Proyek JICA
Gem
mpabumi BNPB, JIC
CA
Seismik di Permukaan 250
0m Mesh-Grid
Peta genaangan tsunam
mi rinci
Daerah Estimasi BNPB, BPBD
Tsu
unami diolah dari IFSAR DEM
D
Genangan
n Tsunami Provinsi, JIICA
(R
Resolusi:5m)
Leetusan Peta An
ncaman Digu
unakan langsu
ung
PVMBG
G
Gunuung Api Gununng Api Sk
kala 1:50,000

Longsoor, Banjir Peta Kerentaanan Gerakann


Digu
unakan langsu
ung ESDM
ban
ndang Tanah

Banjiir, Banjir
Pengum
mpulan data seejarah
Banndang, Catatan Sejaarah Bencanaa
bencana oleh BPBBD BPBD, JIC
CA
Kekeeringan, dan Peeta-peta
Kaabupaten/Kotaa
Cuacaa ekstrem
BIG, dan oto oritas
Kebakaran Berdaasarkan berbaagai
Jenis tutu
upan lahan terrkait lain di provinsi
p
hu
utan macam peta tutupan lahan
percontoh han

  2‐10 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2.2 Data Kerenta


anan

Data keerentanan akkan digunakaan untuk perrhitungan in


ndeks paparaan populasi dan indeks kerugian
untuk seetiap jenis bencana. Dalaam Pedomann BNPB, ind
dikator dan sumber
s dataa ditampilkan
n sebagai
Tabel 22.3. Pada dasarnya,
d daata statistikk dan peta tersebut haarus dimanffaatkan untuk PRB
kabupateen/kota. Dann beberapa bagian
b data sstatistik terseebut diperoleh dari situss DIBI yang dikelola
BNPB. Namun, koondisi data yang terseddia di tingk
kat desa beelum tentu sama untuk
k semua
kabupateen/kota, dann kadang-kaadang tidakk mungkin untuk meny
yiapkan inddikator sepeerti yang
ditunjukkkan dalam Pedoman
P BN
NPB.

T
Tabel 2.3: Detil indikator untuk tiap koomponen yang ditunjukk
kan dalam Peedoman BNP
PB

Jenis Jen
nis
Detil IIndikator Sum
mber Data
Indekss Kompponen

Indekss Kepadatan
K Km2)
poopulasi (jiwa/K
Laporan BPS (PPODES, SUS SENAS,
Populassi Sosial Budaya
B
PPLS), dan T
Tata Guna Laahan
Terpapaar Keelompok massyarakat rentaan (%)
Peta Tutupan
an Lahan (Daeerah
Luas Tanah Produktif (R
Rp.) Produktif dallam Rupiah (Padi,
Teg
galan, Tumbuuhan, Peternaakan dan
Ekonnomi
Kolaam Ikan)),
GDP tiapp sektor (Rp.)) Lap
poran sektor, K
Kab/Kota dlm
m bentuk
ggambar
Rum
mah (Rp.)
POODES
Fissik Fasilitas Umum (Rp.))
Indekss Harga unitt tiap bangunan
Kerugiaan Fasilitas K
Kritikal (Rp.))

Hutan L
Lindung (Ha)

Hutan alam (Ha)


Petta tutupan lahhan (Hutan Lindung,
Lingkuungan Bakkau (Ha) Hutan
H Alami,, Bakau, Rawwa dan
SSemak)
Sem
mak (Ha)

Raw
wa (Ha)

<Saran Teknis>

Dalam kkegiatan perccontohan tim


m proyek JICA
A, data ekon
nomi tingkat desa atau keecamatan telaah dicoba
dikumpuulkan dari organisasi
o terrkait di provvinsi dan kaabupaten/kotaa, tetapi hannya ada GDP
P-tingkat
kabupateen/kota dan hasil produk
k. Data di tiingkat Kecam
matan tidak dapat ditem
mukan. Dan juga
j data

  2‐11 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

harga raata-rata banggunan dan taanah tidak beerhasil dikum


mpulkan di provinsi perrcontohan. Dikatakan
D
tidak muudah untuk memperkirak
m kan jumlah keerugian (Rp.) masing-maasing desa daari sumber teerkini.

Oleh kaarena itu, Tim


m Proyek JIC
CA harus meencari altern
natif indikato
or untuk kom
mponen ekon
nomi dan
fisik. U
Untungnya, data
d statistik
k tingkat dessa disiapkan
n oleh masin BPS Kecamatan dan
ng-masing B
informassi tutupan laahan dari BIG
G dan otorittas terkait laiinnya di pro
ovinsi perconntohan tersed
dia untuk
digunakkan sebagai alternatif indikator unntuk kompon
nen ekonom
mi, fisik, daan lingkung
gan yang
diperlihaatkan sebagaai Tabel 2.4.

Tabel 2.4: Sumber dan


n status penggembangan data
d kerentan
nan di Pedom
man BNPB

Jenis Jen
nis
Detail Sumber Datta
Indekss Komponen

Indekss Kepaadatan (jiwa//Km2) Lapooran BPS (PO


ODES,
Sosiial
Populassi PPPLS), dan tutu
upan
Budaaya
Terpapaar Kelompokk masyarakatt rentan (%) Lahan

Peta tutupan lahan n (BIG


Luaas Tanah Prod
duktif
daan otoritas terrkait
Ekonoomi (Ladang Paddi, Tumbuhann, Luas Tanahh
lai
ainnya di prov vinsi
Pertanian K
Kering dan Kolam
K Ikan)
percontohan n)
Kepadatan B
Bangunan (Ju
umlah//Km2))

Indekss Kep
padatan Banggunan Region
nal (Jumlah//K
Km2)
Fisiik Lapooran BPS (PO
ODES)
Kerugiaan Kepadatann sekolah (Jum
mlah//Km2)

Kep
padatan Fasillitas Kesehataan (Jumlah//K
Km2)
Peta tutupan lahan n (BIG
Luass Konservasi Alam
daan otoritas terrkait
Lingkuungan (Hutan lindung, H
Hutan alami, Bakau, Rawa dan
lai
ainnya di prov vinsi
Tanah semak
k)
percontohan n)

  2‐12 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2.3 Data Kapasittas

Data kappasitas akan digunakan untuk


u perhituungan indekss kapasitas untuk
u setiap jjenis bencana. Dalam
Pedomann BNPB, datta kapasitas harus dikum p Discussionn (selanjutnya disebut
mpulkan oleh Focal Group
“ FGD”)) untuk masing-masing kabupaten
k /koota.

<Saran Teknis>

Data kappasitas yang dikumpulkaan dari FGD hanyalah sattu skor untuk
k masing-maasing kabupaaten/kota.
Dalam kkegiatan perrcontohan, tiim proyek JJICA telah mencoba
m untuk melakukkan survei kuesioner
k
untuk peenilaian kapaasitas desa berdasarkan
b ppedoman um
mum desa tan
ngguh bencanna (Peraturan
n Kepala
BNPB N
Nomor 01 Tahun
T 2012) untuk mem
mperjelas perb
bedaan tingk
kat kapasitass lokal antarra semua
desa di kabupaten/kkota. Hasil survei kuesiioner ini dijjelaskan pad
da Bagian 44.4. "Prosedur untuk
memperrsiapkan Indeeks Kapasitas" dalam dokkumen ini.

2.4 Da
ata Dasar

Data dasar akan dim


manfaatkan untuk
u pemettaan tematik
k ancaman, kerentanan,
k kkapasitas daan resiko.
Dalam kkasus PRB unntuk kabupatten/kota, skaala data dasarr sebaiknya lebih
l dari 1: 25,000.

<Saran Teknis>

Data dasar akan dipperbantukan untuk pembbacaan peta ancaman


a dan
n risiko. Battas administrrasi yang
sampai ddengan tingkkat desa adallah keharusan
an untuk pem
metaan ancam
man dan risikko. Data beriikut yang
diperlihaatkan sebaggai Tabel 2.5
2 telah ddigunakan untuk
u PRB kabupaten/kkota pada kegiatan
percontoohan tim proyek JICA.

Taabel 2.5: Datta dasar yang


g digunakan uuntuk PRB kabupaten/ko
k ota di kegiataan percontoh
han
Nama data P
Persyaratan Sumber

Bataas Administrrasi Sampai dengan tingk


kat Desa Bappedda, BPS Prov
vinsi
G
Garis Pantaii Skala miinimum peta 1:50,000 Bappeeda (Provin
nsi)
Peeta Topograffi Skala miinimum peta 1:50,000 BIG
P
Peta Geologii Lebiih dari 1:250,,000 Baddang Geologii
Jaaringan Jalan Lebbih dari 1:50,0
000 Bappedda, PU (Proviinsi)
Siistem Sungaai Lebbih dari 1:50,0
000 Bappedda, PU (Proviinsi)

  2‐13 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3. Mennentukan n Mesh-G
Grid untu k Analisiis Risiko Bencanaa Menggu
unakan
Datta Spasial

3.1 Pra
asyarat un
ntuk Mene
entukan M
Mesh-Grid

Skala m
minimum petaa mendefinissikan hal berrikut dalam Pedoman
P BN
NPB. Dan ukkuran Grid-m
mesh juga
mendefiinisikan 1ha Mesh-grid (100m
( nalisis risiko bencana meenggunakan berbagai
* 1000m) untuk an
jenis datta spasial yanng akan dilak
kukan oleh G
GIS (Sistem Informasi
I Geeografis).

Tabel 3.1:: Skala peta minimum


m unntuk tiap ting
gkat analisis dalam
d Pedom
man BNPB
Persyaraatan minima al untuk
Tingkat Anaalisis Skala peta minima
al
aanalisis rincii
Tingkat nasiional Tingkkat kabupaten
n/kota Lebih ddari 1:250,00
00
Tingkat provvinsi Tinngkat kecamattan 1 :250,000
Tinngkat kabupaaten/kota T
Tingkat desa 1:50,0000 atau1:25,000

Gambar 3.1 mempeerlihatkan co


ontoh penenttuan mesh grid
g oleh GIIS. Gambar kiri merupaakan peta
genangaan tsunami asli
a dan gamb
bar kanan m
merupakan peeta indeks an
ncaman tsunnami yang diikonversi
berdasarrkan mesh-grrid. Metode konversi
k dikkenal sebagaii Gridded Meethod Mappiing.

G
Gambar 3.1: Gridded meethod mappin
ng Peta genan
ngan tsunam
mi
(K
Kiri) peta geenangan tsun
nami yang aslli,
(Kanan) peta indeks ancaman tsuunami yang dikonversi
d beerdasarkan m
mesh-grid.

<Saran Teknis>

Mesh-grrid mendefinnisikan unit spasial


s minim
mum untuk mengintegraasikan karaktteristik yang
g berbeda

  2‐14 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

dari datta spasial teermasuk tid


dak hanya ppeta tematik
k namun daata statistik untuk tingk
kat desa.
Pertimbaangan yang paling
p pentin uran mesh-grid adalah m
ng untuk mennentukan uku memeriksa sk
kala, jenis
dan akuurasi semua data input yang
y dikumppulkan untuk
k PRB kabup
paten/kota. T
Tentunya, diiinginkan
untuk m
memenuhi ukkuran mesh grid
g yang dibbutuhkan (1h
ha: 100m * 100m) yangg didefinisikaan dalam
Pedomann BNPB, teetapi jika skala data spaasial yang diinput
d yang dikumpulkaan oleh peniilai tidak
cukup bbaik, dalam hal ini, diiizinkan untuuk menerapk
kan mesh-grrid yang lebbih besar dari
d yang
dibutuhkkan.

Misalnyya, peta distriibusi intensittas seismik ddi permukaan


n, yang digun
nakan untuk peta ancamaan gempa
bumi daalam kegiatann percontohaan JICA, terddiri dari peak
k ground acceelerations unntuk 250m mesh-gird.
m
Dalam hhal ini, ukuraan mesh-grid
d untuk PRB
B harus diaturr sesuai deng
gan ukuran ppeta ancaman
n gempa.
d peta, yanng digunakaan untuk baanjir dan petta ancaman bencana
Dan cattatan sejarahh bencana dan
lainnya dalam kegiaatan perconto
ohan JICA, ddisiapkan unttuk digambar oleh staf B
BPBD kabupaaten/kota
Daerah sejarah bencana yaang digambaarkan oleh staf BPBD
berdasarrkan peta toppografi sekal 1:25,000. D
merupakkan sumber penting
p drologi, tapi hasil gambaar ini tidak memiliki
tentaang potensi ancaman hid
akurasi tinggi dibanndingkan peeta topografii sekal 1:25,000, karenaa ditulis tanngan. Dalam
m hal ini,
ukuran yyang dibutuhhkan mesh-g
grid (1ha: 1000m * 100m) terlalu baik, lebih baik m
menggunakaan 250 m
mesh-grrid, yang menjadi
m 1cm
m mesh-grid pada peta topografi 1:25,000, deengan pertim
mbangan
kesalahaan tulisan tangan
t manu
usia. Dengaan demikian
n, dengan pertimbangan
p n ketersediaaan data,
mesh-grrid 250m ditetapkan seb
bagai unit sspasial minim
mal untuk PRB
P kabupaaten/kota di kegiatan
percontoohan.

  2‐15 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3.2 Pengolahan Data untu


uk Menenttukan Mes
sh-Grid

Pada baagian ini, dijelaskan caraa membuat m


mesh-grid berdasarkan data
d batas addministrasi oleh
o GIS
berdasarrkan pengalaaman di kegiaatan percontoohan.

<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>

1. Buka layer batas administrasi


a kabupaten/kkota target.

2. Bukaa tool Grid Index


I featurres di bawahh folder Datta Driven Pages
P dari C y tools di
Cartography
ArcTooolbox.
3. Pilih ffitur Output and Input daan Polygon W
Width (250m) and Heightt (250m) sebaagai berikut;;

  2‐16 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4. Setelaah pengolahaan dengan to


ool Grid Ind
dex features, didapatkan
n hasil layer 2250m mesh--gird dari
kabuppaten/kota tarrget.

<A
AKHIR>

  2‐17 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4. Kuaantifikasi Data Anccaman, K


Kerentana
an dan Ka
apasitas

Dalam bbab ini, mettode kuantifi


fikasi untuk klasifikasi indeks
i paparran bencana,, penduduk terpapar,
kan pengumppulan data yaang diperlukaan PRB yangg dijelaskan di bab 2
kerugiann dan kapasittas berdasark

4.1 Pro
osedur un
ntuk memp
persiapka
an Indeks Paparan
P Bencana
B

Indeks ppaparan benncana untuk setiap jenis bencana dib


bagi menjad
di tiga kelass (tinggi, sed
dang dan
rendah) dengan ambbang batas yaang akan diaatur. Pada dassarnya, untuk
k mempersiaapkan indekss paparan
bencanaa, Bagian 4.1 di Pedoman
n BNPB haruus dirujuk seb
bagai prosedur standar.

<Saran Teknis>

Seperti ddisebutkan di
d 2.1 Data ancaman
a di bbab 2, beberrapa sumber data ancam
man yang ditaampilkan
dalam P
Pedoman BN
NPB sedang dalam
d pengeembangan oleh otoritas nasional.
n Oleeh karena itu
u, dengan
pertimbaangan status pengembangan data anccaman yang ada oleh oto
oritas dan perrsyaratan untuk skala
peta (1: 25.000 atau 1: 50.000) berdasarkan
b ppedoman BN
NPB, data ancaman alternnatif harus diigunakan
untuk m
menetapkan inndeks paparaan bencana yyang diperluk
kan. Data anccaman untukk setiap jeniss bencana
dan ambbang klasifikkasi yang dittunjukkan paada Table 4.1
1 akan digun
nakan untuk PRB kabupaaten/kota
dalam keegiatan percoontohan tim proyek JICA
A.

Tabeel 4.1: Data ancaman


a untuk tiap jenis bencana dan
n ambang baatas klasifikas
asi indeks pap
paran
bencana ddi kegiatan peercontohan
Klasifik
kasi Indeks (S
(Skor)
Jenis Data ancaman
a
No Renddah Sedang Tiinggi
bencana (Komponeen/Indikator)
(0.33
33) (0.666) (1..000)
Gempa Peta Intenssitas Seismik Nilai
N PGA 0.225– Nilaai PGA
1 Nilai PGAA < 0.25
bumi (250 m mesh) 0.70 >0 0.70
Peta Estimaasi Genangan
2 Tsunami Tsuunami <1m
m 1-3 m >3m
>
(Bdsk daata IFSAR)
Letusan Peta Ancam man Gunung
3 KRB
BI KRB II KR
RB III
G
Gunung Api Api
A
Daerrah Daaerah
4 Banjir Peta Sejarrah Bencana -
Bukan-S
Sejarah Sej
ejarah
Daerrah Daaerah
Peta Sejarrah Bencana -
Banjir Bukan-S
Sejarah Sej
ejarah
5
Bandang Peta Kerenttanan Gerakann Daaerah
- -
Taanah poten
nsi aliran
Tanah Peta Kerenttanan Gerakann Sangat reendah -
6 Sedang Tiinggi
Longsor Taanah rend
dah
Daerrah Daaerah
7 K
Kekeringan Peta Sejarrah Bencana -
Bukan-SSejarah Sej
ejarah
Cuaca Daerrah Daaerah
8 Peta Sejarrah Bencana -
ekstrem Bukan-SSejarah Sej
ejarah
K
Kebakaran Lahan kering
k Kebun/Tumbuh
K han
9 Peta tutu
upan lahan Daeraah hutan
hutan daerah peertanian /Semak/Beluk
/ kar

  2‐18 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4.2 Pro
osedur unttuk memp
persiapkan
n Indeks Penduduk
P Terpaparr

Indeks ppenduduk terrpapar, yang


g dihitung beerdasarkan ko
omponen sosial sebagai kepadatan penduduk
p
dan keloompok masyyarakat renttan, dibagi m
menjadi tigaa kelas (ting
ggi, sedang dan rendah)) dengan
ambang batas yangg akan diatu uk mempersiiapkan indekks paparan bencana,
ur. Pada dassarnya, untu
Bagian 44.3 di Pedom
man BNPB haarus dirujuk sebagai prossedur standarr.

<Saran Teknis>

Untuk P
PRB kabupaaten/kota, peerlu memannfaatkan dataa statistik tiingkat desa sebagai perrsyaratan
minimall untuk analissis detail berrdasarkan Peedoman BNP
PB. Dalam keegiatan percoontohan, dataa statistik
tingkat ddesa disiapkkan oleh massing-masing BPS Kecam
matan dan in
nformasi tutuupan lahan diperoleh
d
dari BIG
G dan otoritaas terkait laiinnya di proovinsi percon
ntohan digun
nakan sebagaai sumber ko
omponen
sosial.

Indikatoor dari kompoonen sosial terdiri


t dari keepadatan pen
nduduk dan kelompok
k ma
masyarakat ren
ntan, dan
kelompook masyarakkat rentan terrdiri dari rasiio jenis kelaamin, rasio kemiskinan, rrasio orang cacat
c dan
rasio keelompok usiia sebagai sub-indikator
s r berdasarkaan pedoman
n BNPB. Seetiap indikator telah
dihitungg dalam kegiaatan perconto
ohan sebagaii berikut;

 Kep
padatan pen wa/Km2): Dihhitung dengaan formula beerikut untuk tiap desa;
nduduk (jiw

Total penduduk (jiwa)) / Total luas


s pemukiman (atau bu m2)
uilt-up) (Km

Jum
mlah total pennduduk setiaap desa diperroleh dari PO
ODES, dan lu
uas total pem
mukiman (buiilt-up)
tiapp desa dihitunng berdasark
kan peta tutuppan lahan yaang disiapkan
n oleh BIG ddan otoritas terkait
lainnnya di proviinsi perconto
ohan.

 Dihitung denggan formula berikut untu


Rassio jenis kelamin (%):D uk tiap desa;

Total pen
nduduk pria
a (jiwa) / To
otal penduduk wanita
a (jiwa)

Jum
mlah total penduduk pria dan wanita uuntuk tiap deesa diperoleh
h dari PODESS.

 nan (%): Dihitung berdaasarkan data PLSS yang termasuk


Rassio kemiskin t totaal penduduk Sangat
Misskin (SM), Miskin
M (M), Hampir
H Miskkin (HM) and
d Rawan Misskin (RM) unntuk tiap dessa.

Jumlah SM,
S M, HM dan RM (jiw
wa) / Total penduduk (jiwa)

 Rassio orang caacat (%): Dihitung berdaasarkan data statistik BPS


S yang termaasuk total pen
nduduk
cacat penglihataan, pendengaaran, berjalann, gangguan ingatan dan NATTCT unntuk tiap dessa.

Jumlah orang
o cacatt (jiwa) / To
otal pendud
duk (jiwa)

  2‐19 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

 Rassio kelompook umur (%):Dihitung ddengan formu


ula berikut un
ntuk tiap dessa;

Jumla
ah usia kurrang dari 4 tahun dan lebih dari 65 tahun (jjiwa) / Totaal penduduk (jiwa)

Jum
mlah usia kurrang dari 4 taahun dan lebbih dari 65 taahun untuk tiaap desa diper
eroleh dari PO
ODES.

Ambangg batas untuuk klasifikasi indikator kkomponen sosial


s didefinisikan dalaam Pedoman
n BNPB.
Misalnyya, ambang batas
b untuk klasifikasi kkepadatan peenduduk did
definisikan ssebagai 500JJiwa/km2
untuk am
mbang batass antara tingk
kat rendah ddan tingkat menengah,
m daan 1,000Jiwaa/km2 untuk
k ambang
batas anntara tingkat menengah dan
d tingkat ttinggi. Namu
un, nilai-nilaai ambang bbatas yang diitetapkan
dalam ppedoman BN
NPB tidak cocok untuk P
PRB kabupatten/kota. Karrena hampir semua desaa menjadi
tingkat rrendah jika menggunakaan ambang bbatas yang ditetapkan
d oleh
o Pedomaan BNPB. Saalah satu
tujuan utama PRB
B kabupaten
n/kota adallah untuk mengklasifik
kasikan dessa risiko tiinggi di
kabupateen/kota targget, dalam hal ini, m
masing-masin mponen sosial harus
ng indikatorr dari kom
diklasifiikasikan denggan pertimbaangan untuk variasi nilai--nilai indikattor di kabupaaten/kota targ
get. Oleh
karena iitu, lebih baiik memeriksa terlebih daahulu jumlah
h rata-rata daan standar ddeviasi dari nilai-nilai
n
indikatoor di kabupateen/kota targeet untuk penggaturan ambaang batas klaasifikasi untuuk setiap ind
dikator.

Dalam kkasus kegiataan percontoh


han di provinnsi NTB, am
mbang batas untuk klasifi
fikasi setiap indikator
ditetapkkan berdasarkkan nilai rataa-rata dan staandar deviasii dari nilai ak
ktual indikattor seperti paada Tabel
4.2.

Tabel 44.2: Indikatoor dan hasil pengaturan


p uulang ambang
g batas klasiffikasi untuk kkomponen so
osial di
kegiatan peercontohan prrovinsi NTB

Contoh :Klasifikasi Indeks


I (Skorr)
Bo
obot
In
ndikator
Rendah Sedangg Tingggi To
otal
(0.333) (0.666)) (1.0000)

Kepadattan pendudu
uk <500 500-400
00 >40000
2 2 2 60
0%
((Penduduk/L
Luas pemukiiman) jiwa/Km jiwa/km
m jiwa/kkm

Rasio jeniss kelamin >80% 80-60%


% <600% 10
0%

K
Kelompok Rasio kem
miskinan <20% 20-40%
% >400% 10
0%
maasyarakat
rentan Rasio ora
ang cacat <20% 20-40%
% >400% 10
0%
Rasio kelompok
<20% 20-40%
% >400% 10
0%
umur

  2‐20 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4.3 Pro
osedur unttuk memp
persiapkan
n Indeks Kerugian
K

Indeks kkerugian, yanng dihitung berdasarkan


b kkomponen ek
konomi, fisik
k dan lingkuungan, dibagii menjadi
tiga kelaas (tinggi, seedang dan reendah) dengaan ambang batas
b yang akan diatur. PPada dasarny
ya, untuk
memperrsiapkan inddeks kerugian man BNPB harus dirujuuk sebagai prosedur
n, Bagian 44.4 di Pedom
standar.

<Saran teknis>

Seperti disebutkan di 2.2 Datta kerentanaan bab 2, data statistiik tingkat ddesa disiapk
kan oleh
masing-m
masing BPS n dan informaasi tutupan lahan
S Kecamatan l disiapk
kan oleh BIG
G dan otoritaas terkait
lainnya di provinssi percontoh
han digunakkan sebagai indikator komponen ekonomi, fisik
f dan
lingkunggan akan ditaampilkan seb
bagai Tabel 22.4 dalam kegiatan percontohan.

Indikatoor dan hasil pengaturan


p ulang
u ambangg batas klasifikasi tiap ko
omponen dittunjukkan paada Tabel
4.3samppai 4.5. Prosedur rinci untuk mengkklasifikasikan
n indikator masing-masin
m ng komponeen adalah
sebagai berikut;

mponen eko
1) Kom onomi

Ambangg batas klasifikasi untuk


k komponenn ekonomi yang
y digunaakan pada kkegiatan perccontohan
ditunjukkkan pada Taabel 4.3. Luaas lahan prodduktif berdasarkan peta tu
utupan lahann yang disiap
pkan oleh
BIG dann otoritas terkait lainnyaa di provinssi diterapkan
n sebagai ind
dikator dari komponen ekonomi.
e
Untuk kklasifikasi inddikator, tutup
pan lahan dibbagi sebagai berikut;

 Tinngkat-tinggi: Luas lahan produktif


p (saawah, sawah kering, Kebu
un/Tumbuhaan, Kolam ik
kan)
 Tinngkat-sedangg: Luas lahan non-produkktif (Hutan, Semak/Beluk
S kar, Pemukim
man, Bakau, Rawa)
R
 Tiddak ada tingkkat (Tidak terrmasuk dalam
m klasifikasi): Tanah terb
buka, Air peddalaman

Tabel 4.3: Indikatoor dan hasil pengaturan


p uulang ambang
g batas klasiffikasi kompoonen ekonom
mi pada
kegiiatan perconttohan
Contoh :K
Klasifikasi In
ndeks (Skor))
Bo
obot
Komponeen/Indikatorr
R
Rendah Sedang Tingggi To
otal
(00.333) (0.666) (1.0000)
Luas lahaan produktiff Luas lahan Luas laahan
- 10
00%
(Berrdasarkan peta
p tutupan lahan) non-produktif produkktif

  2‐21 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Kom
mponen fisik

Indikatoor dari kompponen fisik terdiri dari kepadatan bangunan,


b kepadatan
k baangunan keaagamaan,
d kepadataan fasilitas kkesehatan. Seetiap indikator telah dihiitung dalam kegiatan
kepadataan sekolah dan
percontoohan sebagaii berikut;

 Kep
padatan b
bangunan, bangunan keagamaan, sekola
ah dan ffasilitas keesehatan
2
(Ju
umlah/Km )::

Keppadatan ini dihitung


d deng
gan formula bberikut untuk
k tiap desa;

Jumlah ba
angunan (jumlah) / To emukiman (atau builtt-up) (Km2)
otal luas pe

Jum
mlah keempat jenis bangunan untu
tuk tiap dessa diperoleh
h dari POD
DES, dan lu
uas total
mukiman (ataau built-up) (Km2) untukk tiap desa dihitung
pem d berd
dasarkan petaa tutupan lah
han yang
disiiapkan oleh BIG
B dan otorritas terkait llainnya di provinsi percontohan.

Seperti dalam kasuss penduduk terpapar, niilai-nilai amb


bang batas untuk
u klasiffikasi masing
g-masing
indikatoor perlu mem
mpertimbangk
kan jumlah raata-rata dan standar deviasi dari nilaii-nilai indikaator itu di
kabupateen/kota targget. Dalam kasus
k kegiattan perconto
ohan di prov
vinsi NTB, ambang battas untuk
klasifikaasi masing-m
masing indikaator ditetapkaan seperti paada Tabel 4.4
4.

Tabel 44.4: Indikatorr dan hasil peengaturan ullang ambang batas klasifiikasi komponnen fisik di kegiatan
k
percontohan
n

Con
ntoh :Klasifikasi Indeks (Skor)
Bobot
B
Kom
mponen/Indik
kator
Rendah Seedang Tingggi Total
T
(0.333) (0.666) (1.0000)
2 2 2
Kepaadatan Banggunan < 150
1 per Km 150 - 1000 per Km > 1000 peer Km 40%
4
Kepaadatan Banggunan 2 2 2
< 5 per Km 5 - 15 per Km > 15 per Km 20%
2
Keagamaann
2 2 2
Kep
padatan Sekoolah < 2 per Km 2 - 6 per
p Km > 6 per K
Km 20%
2
Kep
padatan Fasiilitas 2 2 2
< 3 per Km 3 - 9 per
p Km > 9 per K
Km 20%
2
Kesehatan

3) Kom
mponen Lingkungan

Ambangg batas klasiffikasi kompo


onen lingkunngan yang dig
gunakan di kegiatan
k perccontohan ditu
unjukkan
wasan cagar alam berdaasarkan peta tutupan lahaan yang disiiapkan oleh BIG dan
pada Taabel 4.5. Kaw
otoritas terkait lainnnya di provin
nsi percontoohan diterapk
kan sebagai indikator koomponen ling
gkungan.
Untuk kklasifikasi inddikator, unit tutupan lahan
an dibagi sebagai berikut;

  2‐22 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

 Tinngkat-sedangg: Hutan alam


m, Bakau, Sem
mak/Belukarr, Rawa
 Tinngkat-rendah: Pemukiman
n, Ladang paadi, Sawah kering,
k Kebun
n/Tumbuhann, Kolam ikan
n
 Tiddak ada tingkkat (Tidak terrmasuk dalam
m klasifikasi): Tanah terb
buka, Air peddalaman

Tabel 4.5: Indikatoor dan hasil pengaturan


p uulang ambang
g batas klasifikasi kompoonen lingkun
ngan di
kegiiatan perconttohan
Contoh :Klasifikasi Ind
deks (Skor)
Bobot
B
K
Komponen/In
ndikator R
Rendah Sed
dang Tinggi Total
(00.333) (0.6
666) (1.000)

Tutupan lahan lainnyaa Hutann alam


Luas cagar alam
(Tanah teerbuka dan Aiir Baakau
(Berrdasarkan peeta tutupan - 100%
pedalaaman tidak Sem mak
lahan))
termmasuk ) Raawa

4.4 Pro
osedur unttuk Memp
persiapkan
n Indeks Kapasitas
K

Indeks kkapasitas dihitung berdaasarkan indiikator yang tersedia di Hyogo Fram


mework forr Actions
(selanjuttnya disebutt “HFA”). HFA
H terdiri dari 5 prog
gram prioritas penguranngan risiko bencana.
Pencapaaian prioritas pengurangaan risiko benccana diukur dengan
d 22 in
ndikator presstasi.

Indeks kkapasitas dipperoleh dengaan menerapkkan Focal Grroup Discusssion (selanjuutnya disebutt “FGD”)
antara ppara pemangku kepenting
gan penangggulangan ben
ncana di satu daerah. Peedoman dan alat-alat
yang diggunakan dalaam FGD dap
pat diunduh ddari situs BN
NPB. Dan deetail pengskooran indeks kapasitas
k
berdasarrkan FGD, Bagian
B 4.5 di Pedoman BN
NPB harus dirujuk
d sebag
gai prosedur standar.

<Saran Teknis>

Seperti disebutkan di
d bagian 2.3
3 "Data Kappasitas" dalam
m dokumen ini, data kaapasitas diku
umpulkan
oleh FG
GD hanya saatu skor unttuk masing-m
masing kabu
upaten/kota. Hasil FGD dapat dimaanfaatkan
untuk peengembangaan matriks PR
RB sebagai sskor rata-rataa kapasitas bencana
b di kkabupaten/ko
ota target.
Namun, dari sudut pandang peenilaian kap asitas penan
nggulangan bencana
b tinggkat kabupaaten/kota,
lebih baaik jika diperrjelas perbed
daan tingkat kapasitas lo
okal di semu
ua desa di ka
kabupaten/kota target.
Dalam kkegiatan perrcontohan, hasil
h ini telaah digunakan
n untuk pen
ngembangan matriks PR
RB tetapi
belum teercermin unntuk pemetaaan risiko benncana. Karen
na hanya sattu nilai kapaasitas kabupaaten/kota
target haanya berpegaaruh menaikk
kan atau mennurunkan nilai indeks risiiko bencana dengan keseeragaman
untuk seemua desa dii kabupaten/k
kota target.

Di sisi lain, tim prroyek JICA telah mencooba untuk melakukan


m survei kuesiooner untuk penilaian
p
kapasitaas desa berdaasarkan pedo
oman umum
m untuk desaa tangguh beencana (Peraaturan Kepalla BNPB

  2‐23 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Nomor 01 Tahun 20012). Kuesio


oner penilaiaan kapasitass desa terdirii dari 60 peertanyaan yaang dapat
dijawab dengan YA
Y atau TIDAK.
T Daalam kegiattan perconttohan, BPB
BD Kabupaaten/Kota
mendistrribusikan kuuesioner ini untuk
u nya dan menngumpulkan jawaban
semuaa desa di dallam wilayahn
pertanyaaan dari masing-masing desa.
d Salah ssatu hasil surrvei kuesioner untuk pennilaian kapassitas desa
ditunjukkkan pada Gaambar 4.1.

Gam
mbar 4.1: Hassil kajian kappasitas tingkaat desa (Kasu
us Kota Mataaram)

Dari haasil survei kuesioner untuk


u penilaaian kapasittas desa, diimungkinkann untuk meengetahui
perbedaaan potensi kapasitas
k penanggulangaan bencana masing-masing desa. D
Dibandingkan
n dengan
peta anccaman dan risiko untuk setiap jenis beencana, hasil ini bisa dim
manfaatkan uuntuk evaluasi daerah
prioritass peningkataan kapasitas secara rincii. Hal terseb
but akan meenjadi inform
masi berharg
ga untuk
merumuuskan Rencanna Penanggu
ulangan Benncana Daerah
h di kabupaten/kota targeet. Namun, beberapa
masalahh dalam pelaaksanaan su
urvei kuesionner ini dilap
porkan dari BPBD Kabbupaten/Kotaa setelah
menerappkan survei kuesioner ini
i dalam keegiatan perccontohan inii provinsi N
NTB. Secaraa khusus,
jawabann dari kepalaa desa biasan
nya mencakuup pandangaan pribadi mereka,
m itu bberarti bahwaa standar
penilaiann dari pertannyaan menjad
di tidak jelass. Dan sulit untuk
u mengu waban kuesioner dari
umpulkan jaw
semua ddesa dengan alasan bahw
wa ada begiitu banyak desa
d dalam satu
s Kabupaaten/Kota daan BPBD
Kabupatten/Kota tiddak bisa meenangani seemua surveii kuesioner tingkat dessa sendirian
n. Survei
kuesioneer adalah penndekatan flek
ksibel dan beerlaku sebag
gai metode ev
valuasi kapassitas penangg
gulangan
bencanaa desa, namunn jika survei kuesioner ddiintegrasikan
n ke dalam bagian PRB kkabupaten/ko
ota, harus
ditambahhkan proses untuk menjeelaskan tujuaan dan kriterria setiap unit kuesioner. Dan dengan merujuk

  2‐24 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

pada meetode pelakssanaan FGD


D di tingkat kabupaten/k
kota, metode survei kuuesioner ting
gkat desa
dengan bbantuan adm
ministrasi Keccamatan haruus dimodifik
kasi.

4.5 Pengolahan Data untu


uk Kuantiffikasi Data
a Ancaman, Vulneraability dan
n
Ka
apasitas

4.5.1 Menghitu
ung Indeks Paparan B
Bencana da
an Membua
at Peta Indeeks

1) Gem
mpa bumi

Peta Inttensitas Seism


mik digunak
kan untuk p erhitungan indeks
i paparran bencana gempa bum
mi. Kelas
indeks ddan skor dipeerlihatkan seb
bagaimana ddi bawah,

D
Data ancaman Klassifikasi Indek
ks (Skor)
(Kommponen/Indik kator) Rendah (0.3 33) Sedang (0.6
666) Tinggi (1.0
000)
Peta IIntensitas Seiismik
Nilai
N PGA < 0.25 Nilai PGA 0.25
5– 0.70 Nilai PGA >0.70
>
((250 m mesh))

<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>

1. Buka layer ancam


man (Peta Inteensitas Seism
mik) dan layeer 250m mesh-grid daerah
ah target.

  2‐25 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2. Buka pull down menu


m layer 25
50m mesh-grrid dan pilih Join Data.
3. Pilih ““Join data from
f another layer baseed on spatiall location”, dan
d atur layeer ancaman sebagai
layer yang akan diigabungkan dengan layerr ini, kemudiia pilih metode penggabuungan dan atu
ur nama
layer keluaran sebbagai berikutt,

4. Setelaah pengolahaan dengan Jo


oin, dapatkann hasil untuk
k menggabun
ngkan layer aancaman ke layer
250m
m mesh-gird.

  2‐26 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5. Buka tabel atributt dari layer yang


y telah dib
ibuat (hasil untuk
u digabungkan) dan ttambahkan field
f baru
berjennis Float.
6. Buka Field Calcu
ulator dan tu
ulis kode naskkah sebagai berikut,
b

def Rec class(fds):


if (fdss > 0 and fdss < 0.25):
retturn 0.3333333
elif (ffds => 0.25 aand fds <= 0..7):
retturn 0.6666667
elif (ffds > 0.7 ):
retturn 1.00000 0
elif (ffds = 0 ):
retturn 0

Note: D
Dalam kasus pengolahan or berdasarkkan kode koode naskah nonaktif,
n dengan fieeld calculato
diirekomendasikan pengola
ahan data deengan mengg
gunakan MS Excel.

7. Setelaah pengolahan dengan Field


F Calcullator, ambil hasilnya untuk mengklaasifikasikan tiap skor
(Renddah: 0.333, Sedang:
S 0.666
6, Tinggi: 1.0000).

  2‐27 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

8. Peta iindeks paparaan bencana gempa


g bumi dari kabupatten/kota target diperlihatkkan di bawah
h ini.

Peta Inteensitas Seism


mik (250 m m
mesh)

<A
AKHIR>

  2‐28 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Tsun
nami

Peta Esttimasi Genaangan Tsunami digunakaan untuk peerhitungan in


ndeks paparaan bencana tsunami.
Kelas inndeks dan skoor diperlihatk
kan sebagaim
mana di bawaah,

Daata Ancaman n Klasiifikasi Indek


ks (Skor)
(Komp ponen/Indikaator) Low
L (0.333) Medium (0.6 666) High (1.000)
Peta estimasi genanngan
Kedalaman
K Kedalaman
tsunami Kedalaman genangaan: 1m -3m
genangan <1m genangan
n >3m
(Bdssk data IFSAR)

kah-langka
<Langk ah pengolah
han data>

Prosedurr pengolahan data untuk


k perhitungaan indeks paaparan bencaana tsunamii memiliki kesamaan
k
dengan kasus gemppa bumi yaang dijelaskkan di bagiaan atas kecu
uali untuk “Langkah 6. Field
Calculaation”. Satu-ssatunya kodee naskah fieldd calculator untuk kasus Tsunami dijeelaskan di siini.

< Jika kedalamam


k maksimum genangan tsunami
t di daerah
d targeet 10m >

Expressiion:
Reclass((!Inundation depth!)

Code Blo ock:


def Recla ass(fds):
if (fds > 0 and fds < 1):
return 0.333333
elif (fds => 1 and fd
ds <= 3):
return 0.666667
elif (fds > 3):
return 1.000000
elif (fds == 0 ):
return 0

3) Letusan Gunun
ng Api

Peta Anncaman Gunnung Api daari PVMBG digunakan untuk perhiitungan indeeks paparan bencana
letusan ggunung api. Kelas
K indekss dan skor dipperlihatkan sebagaimana
s a di bawah,

Data ancam
man Klasifikasi
K Ind
deks (Skor)
(Koomponen/Inddikator) Rendah (0.333) Sedang (0.666) Tinggi (1
1.000)
Peta Ancaman Guunung Api KRRB I KRB B II KRB III

kah-langka
<Langk ah pengolah
han data>

Prosedurr pengolahann data untuk


k menghitungg indeks paparan bencanaa gunung appi memiliki kesamaan
k

  2‐29 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

dengan kasus gemppa bumi yaang dijelaskkan di bagiaan atas kecu


uali untuk “Langkah 6. Field
Calculaation”. Satu-ssatunya kodee naskah fieldd calculator untuk kasus Gunung Apii dijelaskan di
d sini.

Expressio
on:
Reclass(!K
KRB!) <
<Conversion
n indicators
s to numeralls>
Code Blocck: K
KRB I (Zona Ancaman I): 1
def Reclasss(fds): K a Ancaman II): 2
KRB II (Zona
if (fds == 1): K
KRB III (Zona
a Ancaman III): 3
return
n 0.333333
elif (fds == 2):
n 0.666667
return
elif (fds == 3):
n 1.000000
return
elif (fds == 0 ):
return
n0

4) Banjjir, Banjir Bandang,


B Kekeringan
K , Cuaca Ek
kstrim

Peta Sejarah Bencanna yang disiapkan oleh BP


PBD kabupaaten/kota digunakan untuuk menghitun
ng indeks
paparan bencana Baanjir, Banjir Bandang, K
Kekeringan, dan Cuaca Ekstrim. Keelas indeks dan skor
diperlihaatkan sebagaaimana di baw
wah,

D
Data ancaman Klassifikasi Indek
ks (Skor)
(Kom
mponen/Indik
kator) Rendah (0.3 33) Sedang (0.6666) Tinggi (1.000)
Daerah
Peta Sejarah Bencana - Daerah Sejaarah
Non- Sejarrah

<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>

Prosedurr pengolahaan data untuk menghitunng indeks paparan benccana memilikki kesamaan
n dengan
kasus geempa bumi yang dijelasskan di bagiaan atas kecu
uali untuk “L
Langkah 6. Field Calcu
ulation”.
Satu-satuunya kode naskah field calculator
c unntuk kasus Baanjir, Banjir Bandang,
B Keekeringan, daan Cuaca
Ekstrim dijelaskan di
d sini.

Expression:
Reclass((!KRB!) <Conversio
on indicatorrs to numera
rals>
Code Blo ock: Historical Area:
A 3
def Recla ass(fds): Non- Historrical Area: 1
if (fds ==
= 1):
return 0.333333
elif (fdss == 3):
return 1.000000
elif (fdss == 0 ):
return 0

  2‐30 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5) Tana
ah Longsorr

Peta Zoona Kerentannan Gerakan


n Tanah darri ESDM diigunakan untuk menghittung indeks paparan
bencanaa tanah longsor. Kelas ind
deks dan skorr diperlihatk mana di bawahh,
kan sebagaim

D
Data ancaman Klassifikasi Indek
ks (Skor)
(Kommponen/Indikkator) Rendah (0.3 33) Sedang (0
0.666) Tinggi (1
1.000)
Peta Zona Kerenttanan Sangat rendaah -
sedan
ng Tinggi
G
Gerakan Tanaah rendah

<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>

Prosedurr pengolahaan data untuk menghitunng indeks paparan benccana memilikki kesamaan
n dengan
kasus geempa bumi yang dijelasskan di bagiaan atas kecu
uali untuk “L
Langkah 6. Field Calcu
ulation”.
Satu-satuunya kode naskah field calculator
c unntuk kasus Taanah Longsorr dijelaskan ddi sini.

E
Expression:
R
Reclass(!Zona!) <Co
onversion in
ndicators to
o numerals>
>
C
Code Block: Zonna Kerentana an Gerakan Tanah
T Sangaat Rendah: 1
def Reclass(fd ds): Zonna Kerentana an Gerakan Tanah
T Rendaah: 1
if (fds == 1)): Zonna Kerentana an Gerakan Tanah
T Meneengah: 2
return 0.3
333333 Zonna Kerentana an Gerakan Tanah
T Tingg i: 3
elif (fds == 2): Alu r Rentan Alirran Bahan Rombakan: 3
666667
return 0.6
elif (fds == 3):
return 1.0
000000
elif (fds == 0):
return 0

6) Keba
akaran Huttan

Peta tutuupan lahan mesh-grid


m 250m yang ddibuat di keg
giatan percon
ntohan berdaasarkan petaa tutupan
lahan yaang disiapkann oleh BIG dan otoritas terkait lainn
nya di provin
nsi percontohhan digunak
kan untuk
menghittung indeks paparan bencana
b Kebbakaran Hu
utan. Kelas indeks dann skor dipeerlihatkan
sebagaim
mana di bawah,

D
Data ancaman Klassifikasi Indekks (Skor)
(Kom
mponen/Indik
kator) Rendah (0.3 33) Sedang (0
0.666) Tinggi (1
1.000)
Lahan pertannian Kebun/Tum mbuhan
Petta tutupan lahhan Hutaan
kering /Semak/Beelukar

kah-langka
<Langk ah pengolah
han data>

Prosedurr pengolahaan data untuk menghitunng indeks paparan benccana memilikki kesamaan
n dengan

  2‐31 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

kasus geempa bumi yang dijelasskan di bagiaan atas kecu


uali untuk “L
Langkah 6. Field Calcu
ulation”.
Satu-satuunya kode naskah field calculator
c unntuk kasus Keebakaran Hu
utan dijelaskaan di sini.

Exxpression: <Con
nversion ind
dicators to n
numerals>
Reeclass(!Landcover!)
Natural forest: 3
Co
ode Block: Bushh/Shrub: 2
de
ef Reclass(fds): Gardden/Plantation: 2
if (fds == 1): Dry la
and agricultuure: 1
return 0.33
33333 Rice fields: 0
elif (fds == 2):
2 Fishp
pond: 0
return 0.66
66667 Mang grove: 0
elif (fds == 3):
3 Swam mp: 0
return 1.00
00000 Inland water: 0
elif (fds == 0):
0 Openn ground: 0
return 0

4.5.2 ung Indeks Penduduk


Menghitu k Terpapar (Kompone
en Sosial) d
dan Indeks
s
Kerugian
n (Kompone
en Ekonom
mi, Fisik, da
an Lingkun
ngan) dan M
Membuat Peta
P
Indeks

Seperti ddijelaskan di
d atas, indek
ks penduduk terpapar daan indeks kerrugian dihituung berdasarrkan data
statistik tingkat desaa yang disiapkan oleh maasing-masing
g BPS Kecam
matan dan infformasi tutup
pan lahan
yang disiapkan olehh BIG dan otoritas terkkait lainnyaa di provinsii percontohaan. Pada baagian ini,
pertama-tama, dijelaskan pengo
olahan data untuk mem
mbuat mesh--grid 250m peta tutupaan lahan.
Kemudian, dijelaskaan metode penyusunan
p keempat jenis kompon
nen (Sosial, Ekonomi, Fisik
F dan
Lingkunngan).

1) Peng
golahan da
ata untuk membuat
m m
mesh-grid 250m
2 peta tutupan
t lah
han

Peta tutuupan lahan adalah


a salah satu
s kunci unntuk PRB. Jiika shape filee terbaru petta tutupan lah
han skala
1: 25.0000 (atau 1: 50.000) bisaa didapat daari BIG, shaape file ini dapat dimannfaatkan unttuk PRB
kabupateen/kota. Sayyangnya, tidaak dimungkiinkan untuk mendapatkaan shape filee peta tutup
pan lahan
dari BIG
G. Sebenarnyya, tidak did
dapatkan shaape file terb
baru dari peta tutupan laahan dari BIIG dalam
kegiatann percontohaan di provinsi NTB. Altternatifnya, dua jenis sh
hape file petta tutupan laahan bisa
didapatkkan dari Bapppeda Provinsi dan kantoor Departemeen Pengembaangan Lahann (selanjutnya disebut
sebagai "LDD") proovinsi. Sayan
ngnya, keduaanya tidak memiliki
m aku
urasi tinggi ddan skala keedua peta
tersebut kurang darii 1: 100.000. Oleh karenna itu, shapee file peta tu
utupan lahan yang disiap
pkan oleh
LDD diitetapkan seebagai layer dasar untukk pengolahaan data dengan GIS, ddan lapisan ini telah
dimodifi
fikasi dengann merujuk pea
p topografi
fi skala 1: 25.000
2 dan citra
c satelit bberbasis web
b seperti
Google earth untuk memeriksa
m klasifikasi
k tuttupan lahan secara
s rinci dan
d memperb
rbarui kondissi tutupan
lahan.

  2‐32 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Prosedurr pengolahaan data unttuk membuuat mesh-griid 250m peta tutupann lahan di kegiatan
percontoohan dijelaskkan di bawah
h.
<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>
1. Buka shape file peta tutupan lahan
l DD sabagai layer dasar dan
dari LD d layer 2500m mesh-girrd daerah
targeet.

2. Buka tool Spatiall Join di baw


wah folder Ovverlay dari Analysis
A tools di ArcTooolbox.
3. Atur ffeature namee, Join feature name dan M
Match Optio
on (INTERSE
ECT) sebagaai berikut,

  2‐33 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4. Setelaah pengolahaan dengan Sp


patial Join, ddidapatkan 250m
2 grid-mesh peta tutuupan lahan yaang
disiappkan oleh LD
DD sebagai hasil
h pengolaahan.

map dari pull down menu dari “File” pada


5. Buka Add basem p task barr dan buka ciitra satelit sebagai
refereensi untuk meemeriksa kon
ndisi terakhirr tutupan lah
han.

  2‐34 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6. Buka peta topograafi 1:25,000 dari BIG sebbagai referen


nsi untuk mem
modifikasi kllasifikasi tuttupan
lahan secara rinci..

7. Buka peta tutupann lahan 250m


m grid-mesh ppada layers peta
p topograffi 1:25,000 B
BIG dan citraa satelit.
8. Buka Editor dan mulai
m mengeedit peta tutuupan lahan 25
50m grid-meesh dengan m
membandingk
kan
dengaan peta-peta referensi.
r

Pilih sel target


Rubah
R jeniis
tu
utupan lahan

  2‐35 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

9. Seteelah mengeddit peta tu


utupan lahann 250m grid-mesh, merge
m beber
erapa katego
ori cells
masinng-masing menjadi
m satu record.
r

d-mesh di proovinsi NTB diperlihatkan


10. Peta tutupan lahaan 250m grid n sebagaiman
ana di bawah.

<A
AKHIR>

  2‐36 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Pers
siapan emp
pat jenis ko
omponen d
data (Sosiall, Ekonomi, Fisik dan
n Lingkungan)

The dataa processing procedure of preparationn of four typees of compon


nents data is explained ass below.

<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>

1. Sebaggai langkah pertama, sem


mua jenis daata statistik desa (Pendu
uduk, Rasio jjenis kelamiin, Rasio
mpok usia, Rasio oran
kelom ng cacat, Raasio kemisk
kinan, Jumlaah bangunann, Jumlah bangunan
b
keaggamaan, Jum
mlah sekolah, Jumlah Fasiilitas Kesehaatan) yang beerkaitan denggan kompon
nen sosial
dan fisik berdasaarkan data sttatistik BPS disusun ke dalam
d tabel MS Dalam tabel ini, kode
M Excel. D
unikk tiap desa haarus diinput.. Kode-kode unik desa digunakan
d un
ntuk spatial jjoin antara taabel data
statisstik ini dan batas
b adminisstrasi desa.
Kode unik desa
d

  2‐37 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2. Buka batas adminnistrasi desa dengan


d ArcG
GIS.

3. Buka pull down menu


m dari lay
yer batas adm
ministrasi dessa dan pilih Join
J Data.
4. Pilih ““Join attribute from a table”,
t dan ppilih nama fieeld kode unik
k di dalam fiitur batas
adminnistrasi desa sebagai kuncci untuk digaabungkan dengan tabel laain, kemudiaa unduh tabell data
statisttik (MS Exceel) dan pilih field kode unnik di dalam
m tabel data sttatistik sebaggai berikut,

  2‐38 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5. Setelaah pengolahaan dengan Jo


oin Data, seemua jenis data
d statistik desa yang ddisiapkan berrdasarkan
data sstatitistik BPS telah disim
mpan di dalam
m tabel atribu
ut batas adm
ministrasi desaa.

6. Buka tool Union di


d bawah folder Overlayy dari Analyssis tools di ArcToolbox.
A
7. Pilih bbatas adminiistrasi desa yang
y diprosess pada langkah di atas daan peta tutupaan lahan 250
0m
grid-m
mesh yang diisiapkan sebaalum paragraaf ini sebagai fitur input dan
d atur nam
ma fitur outpu
ut
sebaggai berikut,

  2‐39 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

8. Setelaah pengolahaan dengan Union,


U Buka atribut tabel dari fitur yaang telah dipr
proses dan bu
uka Start
Editin
ng.
9. Pilih kelas tutupann lahan selaiin daerah pem
mukiman daari field targeet fitur ini daan hapus kollom yang
dipilihh dari tabel atribut.
a

10. Seteelah pengollahan dengaan editing toool, didapattkan fitur daerah


d pemuukiman yang dibagi
berdasarkan batas administrasi desa dengaan data statisttik desa.

11. Bukka tabel atribbut dari layerr yang telah dibuat (fitu
ur pemukiman yang dibaagi berdasark
kan desa)
dan taambahkan fieeld baru berjenis Float.

  2‐40 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

12. Bukaa Calculate geometry daan hitung luaas daerah pem


mukiman berrdasarkan deesa.

mbahkan limaa field baru dan hitung Kepadatan Penduduk, Kepadatan


13. Tam K bbangunan, Kepadatan
K
banguunan keagam
maan, Kepad
datan sekolahh dan Kepaadatan fasilitas kesehatann menggunaakan luas
pemukkian berdasaarkan desa menggunakan
m n Field Calcu
ulator.

14. Bukaa tool Spatiaal Join di baw


wah folder O
Overlay dari Analysis tools di ArcTooolbox.
15. Gabbungkan fiturr luas pemuk
kiman yang diolah padaa langkah dii atas dan laayer 250m mesh-gird
m
daerahh target.

  2‐41 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

16. Dan juga gabunggkan lagi peta tutupan lahhan 250m griid-mesh.

17. Keppadatan pendduduk, Rasio jenis kelaamin, Rasio kelompok umur,


u Rasioo orang cacaat, Rasio
kemiskinan, Keppadatan ban
ngunan, Keppadatan ban
ngunan keagamaan, Keppadatan seko
olah dan
Kepaadatan fasilittas kesehatan
n hanya disim
mpan di dalaam cell luas pemukiman.
p Oleh karenaa itu, jika
bebeerapa cel di luar luas pemukiman m
memiliki jum
mlah tiap un
nit statistik (Kepadatan)), jumlah
angkka tersebut harus
h digantii menjadi “00”. Dalam haal ini, buka Field Calcuulator pada field
f tiap
unit statistik dan tulis kode naskah sebagaai berikut,

Expressio
on:
Reclass(!L
Land cover ittems!)

def Reclass(fds):
if (fds <> ‘Permukim
man’):
return
n0

Note: D
Dalam kasus pengolahan or berdasarkkan kode koode naskah nonaktif,
n dengan fieeld calculato
diirekomendasikan pengola
ahan data deengan mengg
gunakan MS Excel.

  2‐42 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

18. Fituur yang dibbuat pada Langkah15,


L 16 memiliki sedikitnyaa atribut berrikut untuk tiap cel
mesh--grid.

<Ite
ems Tabel Atribut >

 1. Kepadatan pendudukk
 2. Rasio jen
nis kelamin
 3. Rasio ke
elompok umuur
 4. Rasio orang cacat
 emiskinan
5. Rasio ke
 6. Kepadatan bangunann
 7. Kepadatan bangunann keagamaan
 8. Kepadatan sekolah
 9. Kepadatan fasilitas kkesehatan
 10. Tutupann lahan

19. Bukaa tabel atribuut dari layer yang


y dibuat (fitur yang dibuat
d pada Langkah15,
L 116) dan tamb
bahkan
13 fieeld baru berjeenis Float.

<Atribut field baru>

 1. Skor kepadata an pendudukk


 2. Skor rasio jenis kelamin
 3. Skor rasio kelompok umurr
 ang cacat
4. Skor rasio ora
 5. Skor rasio kem
miskinan
 6. Skor kepadata an bangunann
 7. Skor kepadata an bangunann keagamaan n
 8. Skor kepadata an sekolah
 9. Skor kepadata an fasilitas keesehatan
 10. Skor
S Komponen Sosial
 11. Skor
S Komponen Ekonom mi
 12. Skor
S Komponen Fisik
 13. Skor
S Komponen Lingkunngan

  2‐43 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

20. Bukaa Field Calcculator dan tulis


t kode naaskah sebagaii berikut,

Note: D
Dalam kasus pengolahan or berdasarkkan kode koode naskah nonaktif,
n dengan fieeld calculato
diirekomendasikan pengola
ahan data deengan mengggunakan MS Excel.
1. Skor Kepadatann penduduk 2. Skor Rasio
R jenis kelamin
Expre
ession: Express
sion:
Recla
ass(!Populatio
on Density!) Reclass
s(!Sex ratio!)

Code Block: Code Bllock:


def Re eclass(fds): def Reclass(fds):
if (fd
ds > 0 and fdds < 500): if (fds >0.80):
re
eturn 0.3333 333 retu
urn 0.333333 3
elif (fds => 500 and fds <= 4,000):
4 elif (fd
ds => 0.60 annd fds <= 0.880):
re
eturn 0.6666 667 retu
urn 0.666667 7
elif (fds > 4,000): elif (fd
ds >0.0 and fds
f < 0.60):
eturn 1.0000
re 000 retu
urn 1.000000 0
elif (fds == 0 ): elif (fd
ds == 0.0 ):
re
eturn 0 retu
urn 0

3. Skor Rasio kelompok umurr


4. Skor Rasio oran
ng cacat
5. Skor Rasio kemiskinan 6. Skor Kepadatan
K bangunan
Expre
ession: Express
sion:
Reclass(!Ratio!) Reclass
s(!Density of building!)

Code Block: Code Bllock:


def Re eclass(fds): def Reclass(fds):
if (fd
ds > 0 and fdds < 0.20): if (fds > 0 and fds < 150):
eturn 0.333333
re retu
urn 0.3333333
elif (fds => 0.20 and fds <= 0.40):
0 elif (fd
ds => 150 annd fds <= 1,0000):
re
eturn 0.666667 retu
urn 0.6666677
elif (fds > 0.40): elif (fd
ds > 1,000):
eturn 1.000000
re retu
urn 1.0000000
elif (fds == 0.0 ): elif (fd
ds == 0 ):
eturn 0
re retu
urn 0

  2‐44 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

7. Skor Kepadatan
n keagamaa
an 8. Skorr Kepadatan
n sekolah 9. Skor Keepadatan Faskes
Expre
ession: Expresssion: Expressioon:
Recla
ass(!Density of
o Religion!) Reclasss(!Density off School) Reclass(!DDensity of HF!)

Code Block: Code B Block: Code Blocck:


def Re eclass(fds): def Recclass(fds): def Reclasss(fds):
if (fd
ds > 0 and fdds < 5): if (fdss > 0 and fds
s < 2): if (fds > 0 and fds < 3):
re
eturn 0.3333 333 retturn 0.333333 returnn 0.333333
elif (fds => 5 and d fds <= 15):: elif (ffds => 2 and fds <= 6): elif (fds => 3 and fds
s <= 9):
re
eturn 0.6666 667 retturn 0.666667 returnn 0.666667
elif (fds > 15): elif (ffds > 6): elif (fds > 9):
eturn 1.0000
re 000 retturn 1.000000 returnn 1.000000
elif (fds == 0 ): elif (ffds == 0 ): elif (fds == 0 ):
re
eturn 0 retturn 0 returnn 0

10. Sko
or Kompone
en Sosial 12. Skor Komponen Fisik
Skor = Scoree=
0.600 * (Skor keppadatan pend duduk) 0.400 * (Skor kep
padatan banggunan)
* 0.10 * (Skor rassio jenis kela
amin) * 0.20 * (Skor kep
padatan banngunan keagaamaan)
* 0.10 * (Skor rassio kelompok k umur) * 0.20 * (Skor kep
padatan banngunan sekollah)
* 0.10 * (Skor rassio orang cac cat) * 0.20 * (Skor kep
padatan faskkes)
* 0.10 * (Skor rassio kemiskinaan)

11. Sko
or Kompone
en Ekonomi
Expre
ession:
Recla
ass(!Zona!) <Conversio
on indicators
s to numeraals>

Code Block: Natural foresst: 2


def Reclass(fds): Bush/Shrub:: 2
if (ffds == 1): Garden/Plan ntation: 3
reeturn 0.3333
333 Dry land agrriculture: 3
elif (fds == 2): Rice fields: 3
reeturn 0.6666
667 Fishpond: 3
elif (fds == 3): Mangrove: 2
reeturn 1.0000
000 Swamp: 2
elif (fds == 0): Inland waterr: 0
reeturn 0 Open ground d: 0

or Kompone
13. Sko en Lingkung
gan

Expre
ession:
Recla
ass(!Zona!) <Conversio
on indicators
s to numeraals>

Code Block: Natural foresst: 2


def Reclass(fds): Bush/Shrub:: 2
if (ffds == 1): Garden/Plan ntation: 1
reeturn 0.3333
333 Dry land agrriculture: 1
elif (fds == 2): Rice fields: 1
reeturn 0.6666
667 Fishpond: 1
elif (fds == 3): Mangrove: 2
reeturn 1.0000
000 Swamp: 2
elif (fds == 0): Inland waterr: 0
reeturn 0 Open ground d: 0

  2‐45 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

21. Peta indeks dari


d empat jenis
j kompoonen data (Sosial, Eko
onomi, Fisik
ik dan Ling
gkungan)
diperrlihatkan sebbagaimana dii bawah.

(i) Inde
eks Komponen Sosiall

eks Kompo
(ii) Inde onen Ekono
omi

  2‐46 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

(iii) Indeks Kompo


onen Fisik

(iv) Indeks Kompo


onen Lingk
kungan

<A
AKHIR>

  2‐47 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

4.5.3 Menghitu
ung Indeks Kapasitas
s Berdasark
kan Hasil FGD
F

Focal G
Group Discusssion (FGD)) untuk peniilaian kapassitas tingkat kabupaten/kkota dapat dilakukan
d
berdasarrkan Peraturran Kepala BNPB
B Nomoor 03 Tahun
n 2012 tentan
ng Pedomann Penilaian Kapasitas
K
Daerah dalam Penaanggulangan Bencana. A
Alat yang dip
perlukan yan
ng digunakaan dalam FG
GD dapat
diunduhh dari situss BNPB. Menggunaka
M an alat terssebut, satu skor indek
eks kapasitaas untuk
kabupateen/kota targeet dapat dihittung berdasaarkan hasil daari 88 pertany
yaan sebagaii berikut,

I IT S I MEM STIK B W E U ISIK BE


B ME I
M W B SEBU I IT S SI K E S
TI K T KET E
KE EMB Y KU T U TUK E KS Y
I IT S II ME I E TI IK
K SI ME K I MEM T U ISIK BE
T ME I I KIK TK E I T II II I I I I
T
K B K T I IK T KE E TI I IT S
I ME
IT S III Kerangka hukum dan k K
U kebijakan E ET U I V SI E I IK U TUKK
I EKS I I
I IT S ES MEMB I U IK TSU TU BU Y IKESE IK T M KE T KET I I K I
nasional/lokal untuk peengurangan E TI
ESK I SI I IK T E Y = ISEMU TI K T
I MEKajian
ITrisiko bencana telah ad
S IV Tersedianya U isikoI Bencana
Kda dengan KT - KT ISIK Y ME S
I IK T T TI K= I EKS I I
aerah berdassarkan
tanggungjawab eksplis I IK dataT bahaya dan
sit ditetapkan I I K I
I IK K T KE E TI
Keranngka hukum dan kebijakan nasio
onal lokal untuk pengurangan rissiko I ITkerentanan
untuk semua jenjang p
S VTersedia un ntukMEM meliputi
pemerintahan
anya informasi E risiko
KUyangT relevanKESI SI TE BE
I I
EMI ES
bencaana telah ada dengan tanggungjaawab eksplisit ditetapkan untuk untuk sektor-aya yang
Tersedianya sumberda sektorY utama I Edan daerah
IK
EKTI T I SEMU TI I IK
I EKS
K TT I I K I
mengenaai bencana dapat KE E TI
semua jenjang pemerintahan Tersedianya sistem-sistem yang
diakses ntuk kegiatan
dialokasikan khusus un di semua tingkat oleh
siap untuk me mantau engurangan risiko bencana
mengarsip I I
pengurangan risiko ben pemangku kepentingan
seluruh ncana di semua I tujuan
IK T dari
I EKS
I I K I
dan menyebar merupakan
m salah satu
melalui luaskan
tingkat pemerintahan jejaring data potensi
pengembangan I IK T KE E TI
Terseedianya sumberdaya yang dialokaasikan khusus untuk kegiatan bencana dan kebijakan-kebijakan
sistem
kkerentanan-
k
untuk
u
dan rencana-
penguurangan risiko bencana di semuaa tingkat pemerintahan Terjalinnya partisipasi 
kerentanan utre dan berbagi
encana
tama
Tersedianyainformasi kebijakan
yang berhubungan dengan
dst kappasitas
n
Kurikulu m sekolah teknis kelembagaan
materi pendidikanserta
desentralisasi komunit
Tersedianya s ngkungan
litas melalui
istem hidup termasuk
peringatan dini untuk
dan pelaatihan yang mekanisme
relevan penanganan daarurat
yang siap
pembagian kewenanga beropengelolaan
pan dan sumber
operasi untuk sumber
skala daya alam tataa
mencaku bencana
up konsep-konsep yang dankuat dengan n
Terjallinnya partisipasi dan desentralissasi komunitas melalui pembagiaan denganguna
besar praktik-p
daya pada tingkat lokal j lahan dan
gljangkauan yangadaptasi
perspektif luas terhadap
pengurangan risiko
ke seluruh ppraktik
lapperubahan
mengenai
isan masyarakat iklim
kewe nangan dan sumber daya pada tingkatt lokal penguran ngan bencana
risiko bencana dalam danpelaksanaannya
Berfungsinya forum/ja
Kajian pemuliha
isiko an encana-rencana
ringan daerah
aerah dan kebijakan-
khusus untuk penguran
Mempertimban kebijakan
kngan risiko
ngkan pembangunan
Tersedianya
isiko- isikountuk sosialkontiinjensi
rencana
Tersedia anya metode riset
bencana intas kajian
Batasris dilaksanakan
d una Menggalang
bencana untuk yang mengurangi
berpotensi terjadi
t
Berfuungsinya forum jaringan daerah khusus untuk pengurangan risikko siko multi bencana serta
kerentanan
ktarI aerahI yang I penduduk
siap di semuayang paling
bencaana
Kerjasama
T T nt
analisis manfaat-biaya
m Untuk
ITcost S benefitjenjangg
engurangan berisiko
b terkena
pemerintahan dampak bencana
latihan regu ler
analysistEt isiko
I EKS yang Iselalu IT dikembangkan
S
berdasarrkan T Tkualitasdiadakan I untuk
I hasil IrisetITmenguji
S dan
encana-rencana
iterapkkannya mengembangkan
I strategi
EKS Iuntukdan
IT kebijakan-
S program- program
Terseedianya Kajian isiko Bencana aerah berdasarkan data bahayaa membankebijakan
kgun kesadaran sektoral
tanggap di bidang
seluruh
darurat ekonom
bencana mi
dan kerentanan
k untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor utama daeerah komunita dan produksi
das dalam telah dilaksanakan
melaksanakan
Tersedianya cadangan finaansial dan
praktik untuk
ubudaya
b mengurangi
tahan
logistikbencana
serta kerentanan
mekanisme
yang a
antisipasi
mampu kegiatan-kegiatan
kmenjangkau
m yang masyarakat ekonomi
siap untuk mendukun ng upaya
Terseedianya sistem-sistem yang siapp untuk memantau mengarsip dan secara lu uas baikpenanganan
di perkotaandarurat yang efektif e dan
menyyebarluaskan data potensi bencaana dan kerentanan-kerentanann maupun pedesaan pemulihan pasca bencana
utamaa erencanaan
T T danI pengelolaan I I IT S
pemukiman
p Tersedianya
I manusia
EKS memuat prosedur
I IT Sunsu yanggr-relevan
unsur
u untuk melakukan
pengurangan bencanapasca
risiko tinjauan
Terseedianya sistem peringatan dini yaang siap beroperasi untuk skala teermasukbencana pemberlakuan terhadap pertukar
syarat danran
besarr dengan jangkauan yang luas kee seluruh lapisan masyarakat informasi
izzin mendirikan yang relevan
bangunan untukselaama masa
keselamatan
k tanggap dandarurat
kesehatan umum
enforcement
e of building T codes
T I I I IT S
Kajiann isiko aerah Mempertimbanggkan isiko- isiko intas Batas angkah-langkah pengurangan I EKS risikko I IT S
una Menggalang Kerjasama ntar aerah Untuk engurangan isikko bencana
b dipadukan ke dalam
proses-proses
p rehabilitasi dan
pemulihan
p pascabencana
Terseedianya informasi yang relevan mengenai
m bencana dan dapat
diaksees di semua tingkat oleh seluruhh pemangku kepentingan melalui Siap sedianya prosedur-prosedur
S
jejarinng pengembangan sistem untukk berbagi informasi dst untuk
u menilai dampak-dampak risikko
bencana
b atau proyek-proyek
pembangunan
p besar terutama
Kurikuulum sekolah materi pendidikan dan pelatihan yang relevan innfrastruktur
menccakup konsep-konsep dan praktik-praktik mengenai pengurangaan
T T I I I IT S
risiko bencana dan pemulihan
I EKS I IT S

Terseedianya metode riset untuk kajiaan risiko multi bencana serta


analissis manfaat-biaya cost benefit analysist yang selalu
mbangkan berdasarkan kualitas hasil riset
dikem
iteraapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh komunitas
dalamm melaksanakan praktik budaya tahan
t bencana yang mampu
menjaangkau masyarakat secara luas baik di perkotaan maupun
pedessaan
enguurangan risiko bencana merupakkan salah satu tujuan dari
T T I I I EKS
kebijaakan-kebijakan dan rencana-renncana yang berhubungan dengann
lingkuungan hidup termasuk untuk pengelolaan sumber daya alam tatta
I IT
T S I IT S I IT S
guna lahan dan adaptasi terhadap perrubahan iklim
Memastikaan bahwa pengurangan risiko bencana menjjadi
enc ana-rencana dan kebijakan-kebbijakan pembangunan sosial
dilaksanakan untuk mengurangi kerenntanan penduduk yang paling sebuah prrioritas nasional dan lo
okal dengan dasar
berisiko terkena dampak bahaya kelembagaaan yang kuat untuk pelaksanaannya
p
enc ana-rencana dan kebijakan-kebbijakan sektoral di bidang ekonom
mi Mengidenttifikasi mengkaji dan memantau risiko benc
cana
dan produksi
p telah dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan
kegiattan-kegiatan ekonomi dan menin
ngkatkan peringatan dini
erenncanaan dan pengelolaan pemukkiman manusia memuat unsur- Menggunaakan pengetahuan inovvasi dan pendidikan
unsurr pengurangan risiko bencana teermasuk pemberlakuan syarat daan untuk mem
mbangun suatu budayaa keselamatan dan
izin mendirikan
m bangunan untuk keseelamatan dan kesehatan umum
enforcement of building codes ketahanan
n disemua tingkat
Menguranggi faktor-faktor risiko
o yang mendasar
angkkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke dalam
prosees-proses rehabilitasi dan pemullihan pascabencana
Memperkuuat kesiapsiagaan terhhadap bencana demi
Siap sedianya
s prosedur-prosedur unttuk menilai dampak-dampak risikko
respon yang efektif di semua tiingkat
bencaana atau proyek-proyek pembanngunan besar terutama
infrasstruktur
T T I I I IT S
I EKS KET E
Terseedianya kebijakan kapasitas teknnis kelembagaan serta mekanism
me
penannganan darurat bencana yang kuuat dengan perspektif pengurangan
risiko bencana dalam pelaksanaannyaa
Terseedianya rencana kontinjensi benncana yang berpotensi terjadi yaang
siap di
d semua jenjang pemerintahan latihan reguler diadakan untuk
mengguji dan mengembangkan program m-program tanggap darurat
bencaana
Terseedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme antisipasi
yang siap untuk mendukung upaya peenanganan darurat yang efektif dan
pemulihan pasca bencana

Terseedianya prosedur yang relevan untuk


u melakukan tinjauan pasca
bencaana terhadap pertukaran informaasi yang relevan selama masa
tangggap darurat

  2‐48 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Seperti disebutkan di
d Bagian 4.4 dalam dookumen ini, dalam kegiaatan perconttohan, hasil ini telah
digunakkan untuk peengembangan
n matriks PR
RB akan tettapi belum tercermin
t unntuk pemetaan risiko
aruh untuk menaikkan
bencanaa. Karena hannya satu nilaii kapasitas kaabupaten/kota target hanya berpengar
atau meenurunkan nilai indeks risiko
r bencaana yang serragam untuk
k semua dessa di kabupaten/kota
target.

  2‐49 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5. Pem
metaan Riisiko Benccana

Peta risiko bencanaa dikembang


gkan untuk ditumpangsu
usunkan den
ngan peta inndeks ancam
man, peta
indeks kkerentanan dan
d peta indeks kapasitaas untuk setiiap jenis ben
ncana. Untukk prosedur pemetaan
p
risiko beencana, Bagiian 5.1 dari Pedoman
P BN
NPB harus dirrujuk sebagaai prosedur sttandar.

5.1 Me
enghitung Indeks Ke
erentanan
n

Sebagai langkah perrtama pemetaaan risiko beencana, perlu


u dipersiapkaan tiga peta iindeks meng
ggunakan
empat jeenis indeks (indeks
( papaaran bencanaa, indeks pen
nduduk terpaapar, indeks kerugian daan indeks
kapasitaas) yang diijelaskan di Bab4. Petta indeks ancaman
a dikembangkann berdasark
kan hasil
perhitunngan indeks paparan bencana
b untuuk setiap jenis bencan
na. Juga peeta indeks kapasitas
k
dikembaangkan langssung dari ind
deks kapasittas. Tapi unttuk mengemb
bangkan petta indeks kerrentanan,
perlu meempertimbanngkan kombiinasi hasil koomponen sosial, ekonom
mi, fisik dan llingkungan. Menurut
Pedomann BNPB, indeks kerentaanan dihitunng berdasarkaan hasil darii empat jeniss skor dengaan faktor
bobot yyang berbedaa untuk berrbagai jenis bencana. Parameter ko
onversi untukk indeks keerentanan
ditunjukkkan dalam persamaan
p un
ntuk setiap jeenis bencana sebagai beriikut:

Indeks kerentanan = ( A* Skor komponen


k sossial) + (B * Skor
S komponeen ekonomi)
+ (C * Skor komponen fisik) + (D * Skor kompon
nen lingkunggan)
B,C,D : Konsstanta terganttung dari jeniis ancaman
A,B

Tabel 5.1:
5 Konstantta tergantung
g dari jenis ancaman

A B C D
Jenis Ancaman
n Skor Skor Skorr
Skor komp
ponen
komponen
k komponen
k kompon nen
Ekonomi
Sosial Fisik Lingkunngan
1 Gempa bumi 0.40 0.30 0.30 0
2 Tsunamii 0.40 0.25 0.25 0.100
3 Gunung api
a 0.40 0.25 0.25 0.100
4 Banjir 0.40 0.25 0.25 0.100
5 Tanah longgsor 0.40 0.25 0.25 0.100
6 Kekeringaan 0.40 0.30 0 0.300
7 Cuaca ekstrrim 0.40 0.30 0.30 0
K
Kebakaran laahan
8 0.30 0.20 0.10 0.40
0
dan hutann

  2‐50 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5.2 Men
nghitung Indeks Ris
siko Benc
cana

Peta Riisiko telah dirumuskan pada grid--mesh berdaasarkan petaa indeks anncaman, petaa indeks
kerentannan dan petaa indeks kap mus: R ≈ H *V/C. Moddifikasi berik
pasitas, berddasarkan rum kut harus
dilakukaan untuk rum
mus di atas, seehingga dapaat digunakan
n:

 perkalian deengan kapassitas terbalikk (1-C) dilak


kukan, daripada pembaggian dengan C untuk
mencegah niilai tinggi paada kasus exttrem seperti nilai
n C sangaat rendah ataau nol;
 Hasil indekss perkalian harus
h dikorekksi dengan 1/n eksponensial, untuk m
mendapatkan
n dimensi
asli (0.25 * 0.25
0 * 0.25 = 0.015625, ddikoreksi seb
bagai 0.0156
625 ^ (1/3) = 0.25)
Berdasarrkan koreksii di atas, perssamaan akann menjadi seb
bagai berikutt:

Risiko = ∗ ∗ 1

<Saran
n Teknis>

Seperti ddisebutkan di
d Bagian 4.4
4 dalam dokkumen ini, daalam kegiataan percontohhan, hasil FG
GD untuk
kabupateen/ kota telaah digunakan
n untuk penngembangan matriks unttuk PRB, tettapi belum tercermin
t
untuk ppemetaan rissiko bencanaa. Karena hhanya satu nilai
n kapasittas kabupateen/kota target hanya
mempenngaruhi untuuk menaikkan ko bencana dengan keseeragaman
n atau menuurunkan nilaii indeks risik
untuk seemua desa di kabupateen/kota targeet. Oleh karrena itu, perrsamaan berrikut diadop
psi untuk
menghittung indeks risiko
r untuk setiap
s jenis bbencana,

Risiko
R = √ ∗

  2‐51 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5.3 Pen
ngolahan Data untu
uk Pemeta
aan Risiko Bencana

1) Meng
ghitung ind
deks keren
ntanan dan
n Membuat peta indek
ks

Prosedurr pengolahaan data unttuk membuaat indeks kerentanan


k menggunakan
m an empat jeenis data
komponnen (Sosial, Ekonomi,
E Fissik dan Lingkkungan) dijelaskan sebag
gai berikut.

<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>

1. Buka
a fitur yang meliputi
m emp
pat jenis kom
mponen data (Sosial, Ekon
nomi, Fisik ddan Lingkun
ngan).
2. Buka tabel atribut dan tambah
hkan fields bbaru untuk menyimpan
m indeks
i kerenntanan sampaai jumlah
unit bbencana targeet.

  2‐52 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3. Bukaa Field Calcculator dan tulis kode nnaskah berdaasarkan persamaan dan kkonstanta teergantung
pada jjenis bencana (Tabel 5.1)).

<Case
e of Landslide
e Vulnerabilitty Index>

Score = 0.40* !Scr_Social!


+ 0.25* !S
Scr_Ecnomi!
+ 0.25* !S
Scr_Physic!
+ 0.10* !S
Scr_Enviro!

Catatan: Dalam kaasus pengola dasarkan koode naskah nonaktif,


ahan dengaan field calcculator berd
diirekomendasikan pengola
ahan data meenggunakan MS Excel.

4. Setelaah pengolahhan dengan Field


F Calcullator, dapatk
kan hasil ind
deks kerentaanan untuk tiap
t jenis
bencaana.

  2‐53 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5. Peta iindeks kerenntanan (e.i. Kasus Indekks Tanah Lon


ngsor) kabup
paten/kota taarget diperlih
hatkan di
bawahh.

<A
AKHIR>

  2‐54 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2) Mem
mbuat peta indeks risiiko

Prosedurr pengolahaan data untu


uk membuat peta indekss risiko men
nggunakan iindeks ancam
man dan
kerentannan dijelaskaan sebagaimaana di bawahh.

<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>

1. Buka fitur peta inddeks ancamaan dan peta inndeks kerenttanan untuk tiap
t unit benc
ncana.
2. Buat fitur baru unntuk menghittung indeks rrisiko, dan gabungkan
g fittur peta indeeks ancaman dan peta
indekks kerentanann ke dalam fittur baru ini.
3. Bukaa tabel atribuut dan tambaahkan field bbaru untuk menyimpan
m indeks
i risikoo sampai jum
mlah unit
bencaana

  2‐55 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3. Buka Field Calcu


ulator dan tu
ulis kode naskkah berikut,

<Case of
o Landslide Risk Index>
>

qrt(!Hazard Score!*
math.sq S !Vuln erability_Sco
ore!)

Catatan: Dalam kaasus pengola dasarkan koode naskah nonaktif,


ahan dengaan field calcculator berd
diirekomendasikan pengola
ahan data meenggunakan MS Excel.

ks risiko untuuk tiap jenis bencana.


4. Setelaah pengolahaan dengan Fiield Calculaator, dapatkaan hasil indek

  2‐56 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5. Peta iindeks risiko (Kasus Indeeks Risiko Loongsor) kabu


upaten/kota target
t diperlih
ihatkan di baawah.

<A
AKHIR>

  2‐57 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6. Estiimasi Jum
mlah Pend
duduk daan Fasilita
as di Dala
am Daerah
h Risiko Tinggi
T

<Saran Teknis>
Bab ini ddiusulkan daalam kegiatan
n percontohaan Tim Proyeek JICA untu
uk memperjeelas jumlah penduduk
p
dan fasillitas di dalam
m daerah beriisiko tinggi ssebagai input untuk RPBD.

6.1 Perrsiapan inp


put data

Sebagai prasyarat prrosedur estim


masi ini, dataa berikut akan
n disiapkan untuk
u pemetaaan indeks riisiko tiap
jenis benncana yang akan
a digunak
kan untuk m
menghitung ju
umlah penduduk dan fasiilitas di dalam
m daerah
berisiko tinggi.

 Petaa indeks ancaman untuk tiap jenis beencana


 Petaa indeks risikko untuk tiap
p jenis bencaana
 2500m mesh-girdd Kepadatan Peduduk peer desa (Pend
duduk/ Luas total
t pemukiiman (Km2))
 2500m mesh-girrd Kepadatan
n bangungann per desa (Jumlah ban
ngunan / Luuas total pem
mukiman
m2))
(Km
 2500m grid-meshh Informasi Tutupan
T Lahhan Asli
 Battas administrrasi kabupateen/kota targett

6.2 Pen
ngolahan Data
D untuk Menghitun
ng Jumlah Penduduk dan Fasilittas di Dala
am
Dae
erah Risiko
o Tinggi

Prosedurr pengolahann data untuk


k perhitungann jumlah pen
nduduk dan fasilitas
f di ddalam daerah
h berisiko
tinggi diijelaskan sebbagai berikut.

<Langk
kah-langka
ah pengolah
han data>

1. Buka fitur peta inddeks ancamaan, peta indekks kerentanaan dan batas administrasi
a Kabupaten/K
Kota
a fitur 250m
2. Buka k per desa (jjiwa/km2), kepadatan
m mesh-grid untuk melipput kepadataan penduduk k
h/Km2) dan informasi tutupan lah
banguunan per deesa (Jumlah han (fitur inni diciptakaan untuk
perhittungan indekks kerentanan
n pada bagiann 4.5.2, 2) daalam dokumen ini.)

  2‐58 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

3. Buat fitur baru unntuk menghittung jumlah penduduk dan


d fasilitas di
d dalam daeerah dengan ancaman
dan riisiko tinggi, dan
d gabungk
kan semua fittur di atas kee dalam fitur baru ini

4. Bukaa batas admiinistrasi kab


bupaten/kota target, dan buka tool Clip
C bawah folder Extrract dari
Analyysis tools di dalam ArcTo
oolbox.
5. Clip ffitur baru yanng dibuat di Langkah3
L peer batas administrasi kabu
upaten/kota ttarget.

  2‐59 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

6. Buka tabel atributt dan tambah


hkan field barru untuk men
nghitung area tiap poligoon (km2).
7. Buka Calculate geometry
g dan
n hitung luass dari poligon
n.

8. Buka file Databasse (file exten


nsion: *.dbf)) dari fitur in
ni dengan MS
M Excel dann simpan seb
bagai file
MS Excel.
9. Gunakkan tool rum
mus MS Exceel, hitung jum
mlah tiap jeniis bencana seebagai berikuut.

1) Jumlah daerah
h dengan tingkat anca
aman yang
g tinggi dan
n persentasse dari luas
s total

Pilih rrecords dari daerah ancam


man tinggi ddan ekstrak lu
uas daerah (k
km2) berdasaarkan [IF (In
ndeks
ancam
man> 0,6666667, TRUE: Luas
L FALSE: 0)]. Setelah mem
(km2), F milih recordss daerah deng
gan
ancam
man tinggi, hitung luas daaerah ancamaan tinggi. Daan hitung perrsentase dari total luas deengan
membbagi total luaas dengan total luas kabuppaten/kota taarget

2) Jumlah daerah
h dengan tingkat risik
ko ancaman
n tinggi dan persentaase dari lua
as total

Pilih rrecords dari daerah berisiiko tinggi daan ekstrak luaas daerah (km
m2) berdasarrkan [IF (ind
deks
LSE: 0)]. Settelah memilih
risiko> 0,666667, TRUE: Luas (km2), FAL h records daeerah berisiko
o tinggi,
hitungg luas total anncaman risik
ko. Dan hitunng persentasee dari total lu
uas dengan m
membagi totaal luas
berisikko tinggi denngan total luaas kabupatenn/kota target

duduk deng
3) Pend gan tingka
at risiko ting
ggi dan pe
ersentase dari
d total po
opulasi

  2‐60 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Pilih rrecords daeraah berisiko tiinggi dan ekkstrak pendud


duk (jiwa) beerdasarkan [IIF (indeks rissiko>
0,6666667, TRUE: Kepadatan Penduduk
P (jiiwa / km2) * Luas (km2), FALSE: 0)].. Setelah memilih
recordds daerah berrisiko tinggi,, hitung totall penduduk di
d dalam sem
mua daerah beerisiko tinggii. Dan
hitungg persentase dari total pen
nduduk denggan membag
gi total pendu m semua daerah
uduk di dalam
berisikko tinggi denngan total peenduduk di kkabupaten/kota target

nan dengan tingkat riisiko tinggi dan perse


4) Jumlah bangun entase dari
ri jumlah to
otal
gunan
bang

Pilih rrecords daeraah berisiko tiinggi dan ekkstrak jumlah


h bangunan (jjumlah) berddasarkan [IF (indeks
adatan banggunan (jumlah/km2)*Luass (km2), FALLSE: 0)]. Seteelah
risiko >0.666667, TRUE: kepa
memilih records daerah
d berisik
ko tinggi, hittung total jum
mlah bangun
nan di dalam seluruh daerrah
berisikko tinggi. Daan hitung perrsentase totaal jumlah ban
ngunan dengaan membagi jumlah bang
gunan di
m seluruh daeerah berisiko tinggi dengaan total jumllah bangunan
dalam n di kabupateen/kota targeet

9. Setelaah pengolah di atas dengaan MS Excell, diperoleh estimasi


e jumlah penduduk
uk dan fasilitaas di
dalam
m daerah beriisiko tinggi untuk
u tiap jennis bencana.
Flash Extrreme Forest
Earthqu
uake Tsunami Volcano Floo
od Landslide Drought
Flood Weaather Fire
Area of high hhazard area 0 35.47 11.01 1.7
77 117.54 237.73 8..31 48.12 333.85
Percentage oof high hazard area 0.00%% 4.40% 1.37% 0.22
2% 14.57% 29.48% 1.003% 5.97% 41.40%
Area of high rrisk area 10.41 11.85 0 0.2
22 10.82 15.56 1 8.35 0
Percentage oof high risk area 1.29%% 1.47% 0.00% 0.03
3% 1.34% 1.93% 0.112% 1.04% 0.00%
Number of po opulation in high riskk area 51,00
00 34,100 0 800
0 39,600 50,400 4,1100 20,400 0
Percentage oof population in high risk area 25.36
6% 16.96% 0.00% 0.40
0% 19.69% 25.06% 2.004% 10.14% 0.00%
Number of bu uilding in high risk arrea 12,80
00 9,700 0 200
0 9,500 12,400 1,1100 5,900 0
Percentage oof building in high risk area 23.02
2% 17.45% 0.00% 0.36
6% 17.09% 22.30% 1.998% 10.61% 0.00%

<A
AKHIR>

  2‐61 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

7. Perancangan
n Matrikss PRB unttuk Klariifikasi Dessa Risiko Tinggi

Matriks PRB diranccang untuk menghitung


m ttingkat ancaaman, tingkatt kerugian, ttingkat kapaasitas dan
tingkat rrisiko bencaana berdasark
kan hasil inddeks paparan
n bencana, in
ndeks penduuduk terpapaar, indeks
kerugiann dan indekss kapasitas untuk
u setiap jenis bencan
na . Untuk prosedur
p penngembangan matriks,
Bab 5.2 di Pedoman BNPB harus dirujuk sebbagai prosedu
ur standar.

7.1 Perrsiapan Datta Input

<Saran Teknis>

Dalam P
Pedoman BN
NPB, dijelask
kan tentang garis besar empat langk
kah perancanngan matrikss, namun
panduann nyata yangg relevan terrhadap apa ttujuan utamaa pembangun
nan matriks dan bagaim
mana data
input disusun tidak ditemukan. Oleh karenaa itu, dalam
m kegiatan peercontohan, pperancangan
n matriks
didefinissikan sebagaai proses untu ntuk setiap jeenis bencana. Dengan
uk memperjeelas desa risiiko tinggi un
menggunnakan peta batas desa dan distribbusi empat jenis
j indeks yang dihittung di bab 4, skor
maksimuum paparan bencana, po
opulasi terpaapar, kerugiaan dan kapaasitas untuk dikuantifikaasi dalam
kisaran 0,0-1,0 akann dipilih per desa kabupaaten/kota targ
get. Dan kem
mudian, skorr maksimum
m paparan
bencanaa, populasi teerpapar, kerug
gian dan kappasitas digun
nakan sebagai input data uuntuk pengem
mbangan
matriks. Hasilnya, masing-masin
m ng desa dibaagi dalam tiga tingkatan
n (Tinggi, Seedang, Rend
dah) pada
empat kaali perhitunggan matriks. Dan
D akhirnyya, setiap desa diklasifikaasikan dalam tiga tingkat risiko.

Dalam kkegiatan perccontohan, Metode


M metode untuk memilih
Choroopleth per deesa diterapkaan sebagai m
nilai maaksimum papparan bencan
na, populasi tterpapar, kerrugian dan kapasitas
k untuuk didefinisiikan oleh
mesh-grrid. Gambar 7.1 ditampillkan sebagaii contoh untu
uk menerapk
kan metode cchoropleth oleh
o GIS.
Gambar kiri adalah peta indeks ancaman tssunami yang akan dikonversi berdassarkan mesh--grid dan
gambar kanan adallah skor maaksimum terrpilih dari in
ndeks ancam
man tsunamii untuk men
nerapkan
metode cchoropleth desa.
d

Gam
mbar 7.1: Mem
milih skor maksimum
m peeta indeks ancaman tsunaami untuk meenerapkan metode
m
choroppleth per desaa (Kiri) peta indeks ancam
man tsunamii dikonversi berdasarkan
b mesh-grid, (Kanan)
(
skor maaksimum terppilih dari ind
deks ancamann tsunami un
ntuk menerap
pkan metodee choropleth per
p desa

  2‐62 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Indeks ppopulasi terrpapar meneerapkan skorr komponen


n sosial, tetaapi indeks kkerugian seharusnya
dihitungg berdasarkann skor komp
ponen ekonoomi, fisik daan lingkungan, dan perluu mempertim
mbangkan
kombinaasi hasil kom
mponen ekonomi, fisik dan lingkun an untuk menetapkan
ngan. Tidak ada panduan
uk jenis benccana yang berbeda seperrti pengaturaan indeks keerentanan
faktor bbobot dari tigga skor untu
dalam P
Pedoman BN
NPB. Oleh karena
k itu, ddalam kegiattan perconto
ohan, param
meter konverssi indeks
kerugiann untuk setiapp jenis bencaana disusun bberdasarkan kasus indekss kerentanann sebagai berikut;

Indeks Kerugian = (A
( * Skor komponen Ekonnomi) + (B * Skor kompo
onen Fisik)
+ (C * Skor komponen L
Lingkungan))
B,C : Jumlahh konstanta terrgantung jeniis ancaman
A,B

Table 7.1: Constant


C num
mber dependin
ng on the typ
pe of disasterr

A B C
Jenis ancaman Skor Skor
Skorr komponen
komponnen koomponen
E
Ekonomi
Fisik Linngkungan
1 Gempa bumii
G 0.50 0.50 0
2 Tsunami 0.42 0.42 0.16
3 G
Gunung Api 0.42 0.42 0.16
4 Banjir 0.42 0.42 0.16
5 Taanah Longsoor 0.42 0.42 0.16
6 K
Kekeringan 0.50 0 0.50
7 C
Cuaca ekstrim
m 0.50 0.50 0
Keb
bakaran Lah han
8 0.29 0.14 0.57
dan Hutan

7.2 Pro
osedur unttuk Perancangan M
Matriks PR
RB

Setelah ppersiapan skkor maksimum paparan bbencana, populasi terpapaar, kerugian ddan kapasitaas dengan
desa sebbagai input data,
d matriks dikembangkkan untuk menghitung tin
ngkat ancam
man, tingkat kerugian,
k
tingkat kapasitas daan tingkat risiko
r bencaana. Untuk prosedur peerancangan m
matriks, Bab
b 5.2 di
Pedomann BNPB harrus dirujuk seebagai proseddur standar..

7.3 Pen
ngolahan Data untu
uk Peranca
angan Mattriks PRB

Prosedurr pengolahann data untuk menghitungg tingkat ancaman, tingkaat kerugian, ttingkat kapaasitas dan
tingkat rrisiko bencanna dijelaskan
n sebagai berrikut.

kah-langka
<Langk ah pengolah
han data>
1. Bukaa fitur batass administrassi tingkat deesa dan fitu
ur 250m meesh-grid yanng mengandu
ung nilai
paparran bencana untuk
u setiap jenis
j bencanna, skor komp
ponen sosial, ekonomi, fi
fisik dan ling
gkungan.

  2‐63 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

2. Buka menu pull down


d dari battas administrrasi tingkat desa
d dan pilih
h Join Data.
3. Pilih ““Join data from
f another layer baseed on spatiall location”, dan
d atur fiturr 250m mesh
h-grid
yang ddibuka di Laangkah1 sebaagai layer yan
ang akan digaabungkan den
ngan layer inni, kemudian
n pilih
metodde penggabunngan dan atu
ur nama layerr keluaran seebagai beriku
ut,

4. Setelaah pengolahaan oleh Join,, didapatkan hasil penggaabungan fiturr 250 m mesh
sh-grid yang
mengandung nilaii paparan ben
ncana untuk setiap jenis bencana,
b sko
or komponenn sosial, ekon
nomi,
fisik ddan lingkunggan dengan batas
b adminisstrasi tingkatt desa.

  2‐64 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

5. Buka tabel atribuut dan tambah


hkan dua fieeld baru untu
uk menyimpan nilai indeeks populasi terpapar
dan inndeks kerugian desa.

6. Bukaa Field Callculator dan


n tulis kodee naskah berrdasarkan peersamaan daan jumlah konstanta
k
terganntung pada jeenis bencanaa (Tabel 7.1)

<Case of Index of Loss


ses for Landsslide>
0.42* !Scoore of Economic! +0.442* !Score of
Max_Physsical! +0.16* !Score of Ennvironment!

Catatan: Dalam kassus pengolah


han dengan ffield calcula kode naskah nonaktif,
ator berdasarkan kode ko
diirekomendasikan pengola
ahan data deengan mengg
gunakan MS Excel.

  2‐65 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

7. Setelaah diolah deengan Field Calculatorr, didapatkan


n hasil indek
ks populasi terpapar daan indeks
keruggian desa untuuk setiap jen
nis bencana.

8. Bukaa File Databaase (file exttension: * .ddbf) fitur ini dengan MS


S Excel dan simpan seb
bagai MS
Excell.
9. Mengggunakan rum
mus MS Exccel, bagi skoor masing-masing indekss desa untukk setiap jenis bencana
berdasarkan tabel berikut.

Klasifik
kasi Indeks ((Skor)
No Jenis Indeeks
Rendah (1) Seedang (2) Tinggi (3)
(
1 Indeks Paparan
P Benncana (IoDE
E) < 0.3
333 0,3333 – 0.666 > 0.666
2 Indeks Pen
nduduk Terrpapar (IoPE
E) < 0.3
333 0,3333 – 0.666 > 0.666
3 Indeeks Kerugia
an (IoL) < 0.3
333 0,3333 – 0.666 > 0.666
4 Indeeks Kapasita
as (IoC) Tingkaat 1,2 Tiingkat 3 Tingkat 4,5

tung tingkatt ancaman, tingkat kerrugian, ting


10. Hitu gkat kapasitas dan tinggkat risiko bencana
berdasarkan hasil indeks papaaran bencanaa, indeks pen
nduduk terpaapar, indeks kerugian daan indeks
kapassitas desa unttuk setiap jen
nis bencana ssebagai berik
kut,

  2‐66 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

1) Pene
entuan Ting
gkat Ancam
man
Tingkaat Ancaman setiap
s desa menentukan
m kkombinasi In
ndeks Paparaan Bencana ddan Indeks Penduduk
P
Terpap
apar sebagai berikut,
b

Indeeks Pendudukk Terpapar (IIoPE)


Tingkat Ancaman
A
R
Rendah (1) Sedaang (2) Tinggi (3)
Rendah
h (1) A1 A2
A A3
Indeeks Paparan
Sedang
g (2) B1 B2
B B3
Benccanan (IoDE))
Tinggi (3) C1 C2
C C3

JIKA (IoDE = “Reendah” dan Io


oPE = “Rendaah”) DALAM
M HAL INI Tiingkat Ancam
man =”Rendaah”(A1)
JIKA (IoDE = “Reendah” dan Io
oPE = “Sedanng”) DALAM
M HAL INI Tiingkat Ancam
man =”Rendah” (A2)
JIKA (IoDE = “Reendah” dan Io
oPE = “Tingggi”) DALAM HAL INI Tin
ngkat Ancam
man =”Sedang
g” (A3)
JIKA (IoDE = “Seddang” dan IoP
PE = “Rendaah”) DALAM
M HAL INI Tiingkat Ancam
man =”Rendah” (B1)
JIKA (IoDE = “Seddang” dan IoP
PE = “Sedangg”) DALAM
M HAL INI Tingkat Ancam
man =” Sedan
ng” (B2)
JIKA (IoDE = “Seddang” dan IoP
PE = “Tinggii”) DALAM HAL INI Tin
ngkat Ancama
man =” Tinggi” (B3)
JIKA (IoDE = “Tinnggi” dan IoP
PE = “Rendahh”) DALAM HAL INI Tin
ngkat Ancam
man=” Sedang
g” (C1)
JIKA (IoDE = “Tinnggi” dan IoP
PE = “Sedangg”) DALAM HAL INI Tin
ngkat Ancamaan =” Tinggi” (C2)
JIKA (IoDE = “Tinnggi” dan IoP
PE = “Tinggi””) DALAM HAL
H INI Ting
gkat Ancamaan =” Tinggi”” (C3)
Sebagaai hasil Tingkkat Ancaman
n,
Tingkkat Ancaman (LoH)
Rendah
h (1) Sedang (2) Tin
nggi (3)
A1, A2,, B1 A3, B2, C1 B3, C2, C3

<Seba
agai contoh
h>

  2‐67 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

 Daalam kasus deesa “Alung Banua”,


B inddeks ancaman
n “Rendah” dan
d index poopulasi terpap
par
“R
Rendah”, sebaagai hasilnyaa, tingkat anccaman “Rend
dah”.
 Daalanm kasus desa
d “Maasiing”, indeks ancaman “R
Rendah” dan indeks popul
ulasi terpaparr
“Tiinggi”, sebaggai hasilnya, tingkat ancaaman “Sedan
ng”.
 Daalam kasus deesa “Ranota
ana”, indeks ancaman “T
Tinggi” dan indeks popullasi terpapar “Tinggi”,
sebbagai hasilnyya, tingkat an
ncaman “Tinnggi”.

2) Pene
entuan Ting
gkat Kerug
gian
Tingkaat kerugian tiiap desa men
nentukan koombinasi Tin
ngkat Ancam
man dan Indeeks Kerugian
n sebagai
berikuut,

Indeks Kerrugian (IoL)


Tingkat Kerugian
K
R
Rendah (1) Sedaang (2) Tinggi (3
3)
Rendah
h (1) A1 A2
A A3
Tinggkat Ancamann
Sedang
g (2) B1 B2
B B3
(LoH)
Tinggi (3) C1 C2
C C3

JIKA (LoH = “Renndah” dan IoL


L = “Rendah””) DALAM
M HAL INI Tiingkat Kerugiian =”Rendah
h”(A1)
JIKA (LoH = “Renndah” dan IoL
L = “Sedang””) DALAM HAL INI Tin
ngkat Kerugiian =”Rendah
h” (A2)
JIKA (LoH = “Renndah” dan IoL
L = “Tinggi”)) DALAM HAL INI Tin
ngkat Kerugiaan =”Sedang”” (A3)
JIKA (LoH = “Seddang” dan IoL
L = “Rendah””) DALAM HAL INI Tin
ngkat Kerugiian =”Rendah
h” (B1)
JIKA (LoH = “Seddang” dan IoL
L = “Sedang””) DALAM HAL INI Tin
ngkat Kerugiaan =” Sedang
g” (B2)
JIKA (LoH = “Seddang” dan IoL
L = “Tinggi”)) DALAM HAL
H INI Tin
ngkat Kerugiaan =” Tinggi”” (B3)
JIKA (LoH = “Tinggi” dan IoL = “Rendah”)) DALAM HAL INI Tin
ngkat Kerugiaan =” Sedang
g” (C1)
JIKA (LoH = “Tinggi” dan IoL = “Sedang”)) DALAM HAL
H INI Tin
ngkat Kerugiaan =” Tinggi”” (C2)
JIKA (LoH = “Tinggi” dan IoL = “Tinggi”) DALAM HAL
H INI Ting
gkat Kerugiann =” Tinggi” (C3)
Sebagaai hasil Tingkkat Kerugian
n,
Tingkkat Kerugian (LoL)
Rendah
h (1) Sedang (2) Tin
nggi (3)
A1, A2,, B1 A3, B2, C1 B3, C2, C3

  2‐68 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

<Seba
agai Contoh>

Tingkat Ancaman

 Daalam kasus deesa “Alung Banua”,


B Kerugian “Sedang”,
Tinngkat ancamaan “Rendah” dan indeks K
sebbagai hasilnyya, tingkat Kerugian “Renndah”.
 Daalam kasus deesa “Maasin
ng”, Tingkat ancaman “Sedang” dan indeks
i Keruggian “Sedang
g”,
sebbagai hasilnyya, tingkat Kerugian “Seddang”.
 Daalam kasus deesa “Ranota
ana”, Tingkaat ancaman “T
Tinggi” dan indeks Keruugian “Sedan
ng”,
sebbagai hasilnyya, tingkat Kerugian “Tinnggi”.

3) Pene
entuan Ting
gkat Kapas
sitas
Tingkaat Kapasitas tiap
t desa meenentukan koombinasi Tin
ngkat Ancam
man dan Indeeks Kapasitass sebagai
berikuut,

Indeks Kap
pasitas (IoC)
Tingkat Kapasitas
K
T
Tinggi (3) Sedaang (2) Rendah (1)
(
Rendah
h (1) A1 A2
A A3
Tinggkat Ancamann
Sedang
g (2) B1 B2
B B3
(LoH)
Tinggi (3) C1 C2
C C3

JIKA (LoH = “Renndah” dan IoC


C = “Tinggi”)) DALAM HAL INI Tin
ngkat Kapasittas =”Rendah
h”(A1)
JIKA (LoH = “Renndah” dan IoC
C = “Sedang””) DALAM
M HAL INI Tingkat Kapasiitas =”Rendah
h” (A2)
JIKA (LoH = “Renndah” dan IoC
C = “Rendah””) DALAM
M HAL INI Tiingkat Kapasiitas =”Sedang” (A3)
JIKA (LoH = “Seddang” dan IoC
C = “Tinggi”)) DALAM HAL
H INI Tin
ngkat Kapasittas =”Rendah
h” (B1)
JIKA (LoH = “Seddang” dan IoC
C = “Sedang””) DALAM HAL INI Tin
ngkat Kapasiitas =” Sedang” (B2)

  2‐69 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

JIKA (LoH = “Seddang” dan IoC


C = “Rendah””) DALAM
M HAL INI Tingkat Kapasiitas =” Tingg
gi” (B3)
JIKA (LoH = “Tinggi” dan IoC = “Tinggi”) DALAM HAL
H INI Ting
gkat Kapasitaas =” Sedang” (C1)
JIKA (LoH = “Tinggi” dan IoC = “Sedang”)) DALAM HAL
H INI Tin
ngkat Kapasittas =” Tinggi”” (C2)
JIKA (LoH = “Tinggi” dan IoC = “Rendah”)) DALAM HAL INI Tin
ngkat Kapasittas =” Tinggii” (C3)
Sebagaai hasil Tingkkat Kapasitass,
Tingkkat Kapasitas (LoC)
Rendah
h (1) Sedang (2) Tin
nggi (3)
A1, A2,, B1 A3, B2, C1 B3, C2, C3

<Seba
agai Contoh>
Tingkat
Tingkat Ancaman
Ancaman

 Daalam kasus deesa “Alung Banua”,


B Kapasitas “S
Tinngkat ancamaan “Rendah” dan indeks K Sedang”,
sebbagai hasilnyya, tingkat Kapasitas “Reendah”.
 Daalam kasus deesa “Maasin
ng”, Tingkat ancaman “Sedang” dan indeks
i Kapas
asitas “Sedan
ng”,
sebbagai hasilnyya, tingkat Kapasitas “Seddang”.
 Daalam kasus deesa “Ranota
ana”, Tingkaat ancaman “T
Tinggi” dan indeks Kapaasitas “Sedan
ng”,
sebbagai hasilnyya, tingkat Kapasitas “Tinnggi”.

4) Pene
entuan Ting
gkat Risiko
o
Tingkaat Risiko tiapp desa meneentukan kom
mbinasi Tingk
kat Kerugian
n dan Tingkkat Kapasitass sebagai
berikuut,

  2‐70 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

Tingkat Kappasitas (LoC))


Tingkatt Risiko
R
Rendah (1) Sedaang (2) Tinggi (3
3)
Rendah
h (1) A1 A2
A A3
Tinggkat Kerugiann
Sedang
g (2) B1 B2
B B3
(LoL)
Tinggi (3) C1 C2
C C3

JIKA (LoL = “Renndah” dan LoC


C = “Rendahh”) DALAM
M HAL INI Tingkat Risikoo =”Rendah”((A1)
JIKA (LoL = “Renndah” dan LoC
C = “Sedang””) DALAM
M HAL INI Tiingkat Risikoo =”Rendah” (A2)
JIKA (LoL = “Renndah” dan LoC
C = “Tinggi””) DALAM HAL INI Tin
ngkat Risiko =”Sedang” (A3)
JIKA (LoL = “Sedang” dan LoC
C = “Tinggi”)) DALAM HAL INI Tin
ngkat Risiko =”Rendah” (B1)
JIKA (LoL = “Sedang” dan LoC
C = “Sedang””) DALAM
M HAL INI Tiingkat Risikoo =”Sedang” (B2)
(
JIKA (LoL = “Sedang” dan LoC
C = “Tinggi”)) DALAM HAL INI Tin
ngkat Risiko =” Tinggi” (B
B3)
JIKA (LoL = “Tingggi” dan LoC
C = “Rendah””) DALAM HAL INI Tin
ngkat Risiko =”Sedang” (C1)
JIKA (LoL = “Tingggi” dan LoC
C = “Sedang”)) DALAM HAL INI Tin
ngkat Risiko =” Tinggi” (C
C2)
JIKA (LoL = “Tingggi” dan LoC
C = “Tinggi”)) DALAM HAL
H INI Tingkat Risiko ==” Tinggi” (C
C3)
Sebagaai hasil Tingkkat Risiko,
T
Tingkat Risik
ko
Rendah
h (1) Sedang (2) Tin
nggi (3)
A1, A2,, B1 A3, B2, C1 B3, C2, C3

<Seba
agai contoh
h>

  2‐71 
Pedoman
P Tekknik
unan Peta Anncaman dan Risiko Bencana
Penyusu
Unntuk Tingkat Kabupaten/K
K Kota

 Daalam kasus deesa “Alung Banua”,


B Tinngkat Kerugian “Rendah”” dan Tingkaat Kapasitas
“R
Rendah”, sebaagai hasilnyaa, tingkat anccaman “Rend
dah”.
 Daalam kasus deesa “Maasin
ng”, Tingkat Kerugian “S
Sedang” dan Tingkat Kappasitas “Sedaang”,
sebbagai hasilnyya, tingkat an
ncaman “Seddang”.
 Daalam kasus deesa “Ranota
ana”, Tingkaat Kerugian “Tinggi”
“ dan Tingkat Kappasitas “Ting
ggi”,
sebbagai hasilnyya, tingkat an
ncaman “Tinnggi”.

11. Darii hasil pengeembangan Matriks untuk PRB, desa-d


desa dengan tingkat risikko tinggi dik
klarifikasi
untuk seetiap jenis beencana.
<A
AKHIR>

  2‐72 

Anda mungkin juga menyukai