Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan
Tata Cara Kerja (TCK) Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi (POKT) Tanah Tahun 2018 ini
dapat diselesaikan. TCK ini berisi acuan dan kriteria-kriteria teknis yang memuat: dasar hukum,
pengertian-pengertian, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, hasil kegiatan, tahapan pelaksanaan
Penyusunan POKT dan pelaporan serta dilengkapi dengan lampiran-lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari TCK.
TCK Penyusunan POKT Tahun 2018 merupakan penyempurnaan dari TCK tahun-tahun
sebelumnya dengan berbagai perbaikan dan penyesuaian. Terdapat juga perubahan substansi,
terutama tahapan Penetepan Lokasi yang semula berada pada tahapan kegiatan Konsolidasi
Tanah menjadi bagian dari tahapan dalam Penyusunan POKT. Diharapkan dengan masuknya
tahapan Penetapan Lokasi maka hasil akhir dari Penyusunan POKT semakin berkualitas dan
dapat ditindaklanjuti menjadi kegiatan Konsolidasi Tanah pada tahun berikutnya.
Akhirnya, TCK Penyusunan POKT ini diharapkan menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan
sehingga bermanfaat dan berkontribusi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam menyukseskan program penataan
agraria, khususnya kegiatan Konsolidasi Tanah. Semoga apa yang dilakukan hari ini lebih baik
dari hari kemarin dan apa yang dilakukan hari esok lebih baik dari hari ini.
Kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak diharapkan untuk dapat
menyempurnakan TCK Penyusunan POKT, mengingat bahwa selalu ada keterbatasan dalam
setiap penulisan. Semoga TCK Penyusunan POKT ini dari waktu ke waktu dapat disempurnakan
dengan kualitas yang lebih baik.
Demikian TCK Penyusunan POKT ini disusun, untuk dapat dipedomani dalam
pelaksanaan tugas.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
A B C D E F G H
Penyusunan Penyusunan
Analisa Indikasi Sosialisasi dan Pembuatan
Pembentukan Tim Koordinasi dan Peta Potensi 1. Sosialisasi Laporan
Potensi Obyek Bimbingan KT SK Penetapan
Koordinasi dan Sosialisasi ke Pemda Obyek KT POKT ke
KT Lokasi
Satgas PPOKT ke Masyarakat Pemda dan
Masyarakat
Peta Potensi
Berita Acara Obyek KT 2. Penyatuan
Kesepakatan awal program SK
SK Tim Koordinasi Matriks 1. Buku
dan Satgas Penetapan POKT
Indikasi
Lokasi 2. Usulan
Potensi Obyek Surat Pernyataan
KT Persetujuan
Analisa Arahan KT
Penentuan Lokasi Rencana KT Potensi Obyek
Peninjauan Lapang KT
Penyiapan Data 1. Berita Acara
dan Peralatan Kesepakatan
Analisa dengan
Lokasi Peninjauan
Penyusunan Deskriptif Pemda
Lapang
Peta Indikasi 2. Berita Acara
Potensi Obyek Kesepakatan
Peta dengan
KT (Overlay Peta
Masyarakat
Administrasi, Identifikasi/Inventa
Penggunaan Penyusunan Peta Penyusunan Sket
risasi/Validasi Rencana Awal
Tanah, RTRW : Peninjauan Lapang
Penunjukan Bidang Tanah Penataan
Pola Ruang, dan dengan
Lokasi POKT GUPT/Geo KKP) IP4T/Citra/Geo KKP
Sket Rencana
1. Peta Hasil Awal Penataan
Peninjauan
Peta Indikasi Peta Peninjauan Lapang
SK Penunjukan
Potensi Obyek Lapang 2. Rekapitulasi
Lokasi POKT
KT Kuesioner
Pemaparan Hasil
Peninjauan
Penyusunan Alternatif Lapang ke Pusat
Sket Rencana Awal
Penataan
Resume Hasil
Pemaparan
Alternatif Sket
Rencana Awal
Penataan 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsolidasi Tanah adalah kebijakan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah sesuai rencana tata ruang, sekaligus menyediakan tanah untuk
kepentingan umum, dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan
sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Pelaksanaan konsolidasi tanah selama ini tidak luput dari beberapa kendala sehingga
penyelesaian tidak sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan atau bahkan tidak terlaksana.
Dari hasil monitoring dan evaluasi selama ini diketahui bahwa kendala atau terhambatnya
pelaksanaan konsolidasi tanah antara lain adalah kurangnya pemahaman masyarakat,
ketidaktepatan pemilihan lokasi, waktu pelaksanaan yang hanya satu tahun anggaran, serta
kurangnya dukungan pemerintah daerah dalam membangun infrastruktur di lokasi
konsolidasi tanah, yang memang merupakan hasil koordinasi dengan pengambil kebijakan di
daerah.
Dari kondisi tersebut dipandang perlu adanya perhatian dalam penyusunan potensi obyek
konsolidasi tanah sebagai persetujuan awal dalam pelaksanaan konsolidasi tanah yang pada
dasarnya merupakan :
1. Kegiatan untuk penetapan lokasi konsolidasi tanah yang mana masyarakat di dalam lokasi
serta pihak terkait memahami dan menyetujui pelaksanaan konsolidasi tanah;
2. Pelaksanaan penjajakan kebijakan pada pemerintah kabupaten/kota harus dilaksanakan
secara maksimal khususnya dalam perencanaan fasos dan fasum paska konsolidasi tanah;
3. Kegiatan untuk menentukan lokasi pelaksanaan konsolidasi tanah Tahun Anggaran 2019
atau tahun berikutnya.
Khusus untuk terkait dengan daerah bencana dan daerah bekas konflik serta pemukiman
kembali akan disusun dalam Tata Cara Kerja tersendiri.
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
(PPOKT) tersebut, perlu disusun Tata Cara Kerja PPOKT sebagai arahan atau pedoman
operasional pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah,
terutama bagi pelaksana yang langsung terlibat maupun pihak-pihak yang membutuhkan.
Mulai tahun 2018, tahap persiapan pada kegiatan Konsolidasi Tanah (pemilihan lokasi,
penyusunan Sket Rencana Awal Penataan (sketch blok plan), pengorganisasian dan bimbingan
masyarakat, dan penjajakan kesepakatan) dilakukan di kegiatan Penyusunan Potensi Obyek
Konsolidasi Tanah. Hal ini dilakukan karena berdasarkan evaluasi kegiatan PPOKT yang telah
dimulai sejak tahun 2010, hasilnya belum siap untuk ditindaklanjuti dengan konsolidasi tanah.
Sehingga dengan memasukkan kegiatan persiapan konsolidasi tanah ke PPOKT diharapkan
hasilnya dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan konsolidasi tanah.
1
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
3. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
5. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;
6. Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum;
7. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan
Nasional;
10. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
No. 1 Tahun 1997 tentang Pemetaan Penggunaan Tanah Pedesaan, Penggunaan Tanah
Perkotaan, Kemampuan Tanah dan Penggunaan Simbol/Warna Untuk Penyajian dalam
Peta;
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 38
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
dan Kantor Pertanahan.
C. Pengertian-Pengertian
1. Konsolidasi Tanah adalah kebijakan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah sesuai rencana tata ruang, sekaligus menyediakan tanah untuk
kepentingan umum, dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan
sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat;
2. Potensi Obyek Konsolidasi Tanah adalah lokasi yang telah diidentifikasi, dianalisa dan
disepakati oleh calon peserta dan pemangku kepentingan untuk diusulkan sebagai lokasi
Konsolidasi Tanah;
3. Obyek Konsolidasi Tanah Pertanian adalah jenis penggunaan tanah yang peruntukan dan
pemanfaatannya sebagai sawah, tegalan/ladang, perkebunan, tambak, rawa yang jenis
arahan rencana pola ruangnya di dalam rencana tata ruang wilayah adalah perikanan,
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan tanaman tahunan;
4. Obyek Konsolidasi Tanah Non Pertanian adalah jenis penggunaan tanah yang peruntukan
dan pemanfaatannya sebagai perkampungan/perumahan yang jenis arahan rencana pola
ruangnya didalam rencana tata ruang wilayah adalah permukiman;
5. Penggunaan Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan
bentukan alami maupun buatan manusia;
2
6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah hasil perencanaan tata ruang berdasarkan
aspek administratif dan atau aspek fungsional yang telah ditetapkan;
7. Status Tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok orang, atau
badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
8. Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah adalah wilayah yang secara fisik berpotensi
sebagai obyek konsolidasi tanah berdasarkan penggunaan tanah, RTRW (Pola Ruang) dan
Gambaran Umum Penguasaan Tanah (GUPT);
9. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkis memiliki hubungan fungsional (Pasal 1 Undang Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang);
10. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya
(Pasal 1 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang);
11. Penetapan Lokasi adalah lokasi potensi obyek konsolidasi tanah terpilih yang ditetapkan
menjadi lokasi konsolidasi tanah melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.
2. Sasaran
a. Standarisasi PPOKT kecamatan;
b. Standarisasi data dan peta potensi obyek konsolidasi tanah.
E. Ruang Lingkup
1. Satuan Pekerjaan (SP) PPOKT adalah kecamatan;
2. Jenis konsolidasi tanah ialah konsolidasi tanah pertanian dan non pertanian;
3. Tata Cara Kerja PPOKT meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan;
3
b. Pembuatan peta kerja;
c. Penjajakan Kebijakan
d. Peninjauan Lapang;
e. Pengolahan Data
f. Penjajakan Kesepakatan;
g. Penetapan Lokasi; dan
h. Pelaporan.
F. Hasil Kegiatan
1. Laporan;
2. Buku Potensi Obyek Konsolidasi Tanah;
3. Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah ;
4. SK Tim Koordinasi dan Satgas PPOKT;
5. SK Penunjukan Lokasi POKT;
6. Surat Pernyataan Persetujuan Rencana Konsolidasi Tanah;
7. Sket Rencana Awal Penataan (Sketch Block Plan);
8. Berita Acara Kesepakatan dengan Pemda;
9. Berita Acara Kesepakatan dengan Masyarakat;
10. SK Penetapan Lokasi
11. Surat Usulan Lokasi Konsolidasi Tanah;
12. Softcopy :
a) Buku Potensi dalam format .PDF dan .doc (MS Word);
b) Peta-peta dalam format .JPEG, .PDF dan .shp.
4
BAB II
TAHAPAN PELAKSANAAN
PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH (PPOKT)
A. Persiapan
Dalam tahap persiapan dilaksanakan kegiatan pengorganisasian dengan membentuk tim
koordinasi PPOKT dan satuan tugas-satuan tugas PPOKT yang akan melaksanakan kegiatan
PPOKT, sebagai berikut:
A.1. Pembentukan Tim Koordinasi dan Satuan Tugas PPOKT
a) Tim Koordinasi Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
Susunan Tim Koordinasi PPOKT dan tugasnya ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN sebagai berikut:
1) Pengarah : Kepala Kantor Wilayah BPN
2) Penanggung : Kepala Bidang Penataan Pertanahan Kanwil BPN
Jawab
3) Ketua : Kepala Kantor Pertanahan
4) Wakil Ketua : Kepala Seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah
Kanwil BPN
5) Sekretaris : Kepala Seksi Penataan Pertanahan Kantor
Pertanahan
6) Anggota : a. Kepala Sub Seksi Landreform dan Konsolidasi
Tanah
b. Kepala Sub Seksi Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral
c. Pemda
d. Camat
5
1) Membuat SK Penunjukan Lokasi POKT;
2) Menyusun matriks indikasi POKT dan peta indikasi POKT;
3) Membuat berita acara kesepakatan awal, menentukan lokasi peninjauan lapang,
menyusun peta peninjauan lapang dan alternatif Sket Rencana Awal Penataan;
4) Membuat surat pernyataan persetujuan rencana KT, menyusun hasil peninjauan
lapang dan merekap hasil kuisioner;
5) Menyusun peta POKT, menganalisa arahan POKT, menyusun Sket Rencana Awal
Penataan (Sketch Block Plan) dan membuat resume hasil pemaparan ke pusat;
6) Membuat berita acara kesepakatan dengan pemda dan kesepakatan dengan
masyarakat;
7) Membuat SK Penetapan Lokasi;
8) Menyusun buku POKT.
6
5) Data dan peta Gambaran Umum Penguasaan Tanah (GUPT)/Peta Geo KKP/Peta
IP4T;
6) Data dan peta lokasi Konsolidasi Tanah yang telah dilaksanakan;
7) Peta tematik lain yang dibutuhkan.
c) Penyiapan peralatan yang dibutuhkan:
1) Perangkat keras (hardware) yang mendukung pengolahan data spasial;
2) Perangkat lunak (software) pengolahan data spasial.
7
Tabel 1. Matriks Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (Penggunaan Tanah dan RTRW/RDTR
Rencana Pola Ruang)
Arahan Rencana Pola Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah*
Pertanian Pertanian
No. Penggunaan Tanah Per Pari Pertam- Tanaman Kawasan Hutan Cagar
Industri Jasa Perikanan Lahan Lahan
mukiman wisata bangan Tahunan Lindung Produksi Alam
Basah Kering
1. Perkampungan/perumahan P/NT TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
2. Industri TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
3. Jasa TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
4. Perdagangan TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
5. Sawah 2x setahun TP TP TP TP TP TP P/T TP TP TP TP TP
6. Sawah tadah hujan P/NT TP TP TP P/T TP P/T P/T P/T TP TP TP
7. Tegalan/ladang P/NT TP TP TP P/T TP P/T P/T P/T TP TP TP
8. Kebun campuran P/NT TP TP TP P/T TP P/T P/T P/T TP TP TP
9. Perkebunan rakyat P/NT TP TP TP TP TP TP P/T P/T TP TP TP
10. Perkebunan P/NT TP TP TP TP TP TP P/T P/T TP TP TP
11. Hutan lebat TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
12. Hutan belukar TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
13. Hutan sejenis (bakau) TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
14. Tambak P/NT TP TP TP P/T TP P/T TP TP TP TP TP
15. Rawa P/NT TP TP TP P/T TP P/T TP TP TP TP TP
Semak belukar/ alang-
16. P/NT TP TP TP P/T TP P/T P/T P/T TP TP TP
alang
Sumber : Direktorat Konsolidasi Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN (2012).
Keterangan : Kesesuaian potensi obyek Konsolidasi Tanah :
P/T = Potensial Pertanian, P/NT = Potensial NonPertanian, TP = Tidak potensial
Catatan : - Klasifikasi penggunaan tanah dan pola ruangmenyesuaikan klasifikasi yang terdapat di masing-masing SP.
- Interpretasi kesesuaian potensi obyek KT di masing-masing SP dapat menyesuaikan dengan kondisi setempat dengan menilai
keberadaan penggunaan tanahnya dalam menunjang rencana pola ruang.
- *Apabila menggunakan RDTR maka Arahan Rencana Pola Ruang yang digunakan disesuaikan dengan RDTR setempat.
b. Membuat matriks indikasi potensi obyek konsolidasi tanah (kesesuaian potensi obyek
konsolidasi tanah dan GUPT). Sebagai acuan menganalisa indikasi potensi obyek
konsolidasi tanah, gunakan matriks pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Matriks Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
dan GUPT)
Kesesuaian Indikasi Potensi Obyek KT
No Status Penguasaan Tanah Keterangan
Pertanian (P/T) Non Pertanian (P/NT)
1. Kelompok Tanah Negara (TN) (yang sudah digarap oleh perorangan) P/T P/NT
2. Kelompok Tanah Hak:
1. Hak Milik (HM) Perorangan P/T P/NT
2. Hak Guna Usaha (HGU) Perorangan & Badan Hukum TP TP
3. Hak Guna Bangunan (HGB) Induk Perorangan & Badan Hukum TP TP
4. Hak Guna Bangunan (HGB) Perorangan TP P/NT
5. Hak Pengelolaan (HPL) Badan Hukum & Pemerintah TP TP
6. Hak Pakai (HP) Perorangan & Badan Hukum P/T P/NT
3. Kelompok Tanah Adat
1. Tanah Milik Adat Perorangan P/T P/NT
2. Tanah Ulayat P/T P/NT
Sumber : Direktorat Konsolidasi Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN (2012).
Keterangan : Indikasi terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah :
P/T = Potensial Pertanian, P/NT = Potensial NonPertanian, TP = Tidak potensial
8
B.2. Penyusunan Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah didapatkan dengan cara :
a. Tumpang susun (overlay) peta administrasi, peta penggunaan tanah dan peta
RTRW/RDTR rencana pola ruang yang menghasilkan Peta Kesesuaian Potensi;
b. Membuat Matriks Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah sesuai klasifikasi yang
tersedia di dalam tabel atribut data pola ruang dan penggunaan tanah;
c. Memasukkan atribut matriks kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah ke dalam
peta kesesuaian potensi obyek konsolidasi tanah;
d. Tumpang susun (overlay) peta kesesuaian potensi dan peta GUPT yang
menghasilkan Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah;
e. Membuat matriks Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah sesuai klasifikasi yang
tersedia di dalam tabel atribut data kesesuaian potensi obyek konsolidasi tanah dan
GUPT;
f. Memasukkan atribut matriks indikasi potensi obyek konsolidasi tanah ke dalam peta
indikasi potensi obyek konsolidasi tanah.
Gambaran proses pengolahan data spasial untuk mendapatkan peta indikasi obyek
konsolidasi tanah diilustrasikan dalam Gambar 1.
Peta Penggunaan
Tanah
ikasi
Peta Hasil Overlay Peta Administrasi,
RTRW/RDT Peta Penggunaan Tanah, dan Peta
R : rencana RTRW/RDTR Rencana Pola Ruang :
ANALISIS OVERLAY pola ruang Peta Kesesuaian Potensi
Gambaran Umum
Peta Indikasi Penguasaan Tanah (GUPT)
Potensi Obyek KT
Gambar 1. Ilustrasi Pembuatan Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
10
Tabel 3. Tabel Penentuan Lokasi Peninjauan Lapang
Kriteria Penentuan Lokasi
Non Pertanian/Pertanian
Peninjauan Lapang
Minimal 2 lokasi indikasi potensi pada 2 desa/kelurahan yang
Jumlah lokasi
berbeda dalam 1 kecamatan
Luas lokasi Minimal 100 bidang atau luas minimal 5 Ha.
11
C.3. Penyusunan Peta Peninjauan Lapang dengan IP4T/GeoKKP/Citra Resolusi
Tinggi
Lokasi peninjauan lapang yang dihasilkan dari analisis spasial berupa peta indikasi
potensi dengan memperhatikan arah pengembangan kebijakan dan masukan dari
Pemerintah Daerah dan Kepala Kantor/Kepala Bidang Penataan Pertanahan kemudian di
plot menjadi lokasi peninjauan lapang. Lokasi peninjauan lapang yang telah ditentukan
tersebut (dalam bentuk shapefile poligon) dilakukan merge dengan GeoKKP/Peta IP4T
menghasilkan peta peninjauan lapang dalam bentuk bidang. Shapefile peta peninjauan
lapang tersebut di input atribut dengan kategori sebagai berikut:
Peta shapefile tersebut kemudian di overlay dengan citra resolusi tinggi sehingga
tampilan bidangnya seperti kondisi eksisting di lapangan.
Batas bidang
12
Peta peninjauan lapang dibuat dalam 2 (dua) format cakupan, yaitu:
1. Seluruh kecamatan yang menampilkan seluruh lokasi peninjauan lapang yang telah
dipilih (skala menyesuaikan); dan
2. Per lokasi peninjauan lapang yang dicetak di atas kertas ukuran A0 atau lebih kecil
menyesuaikan dengan kebutuhan, skala 1:25.000 atau lebih besar, jika memungkinkan
dicetak dalam skala 1:5.000 (dizoom/diperbesar hanya pada masing-masing lokasi yang
akan digroundcheck). Untuk peta per lokasi peninjauan lapang disarankan menampilkan
layer citra satelit untuk memudahkan kegiatan observasi homogenitas fisik topografi
dan penggunaan tanah di lapangan.
13
D. Peninjauan Lapang/Groundcheck
Peninjauan lapang/groundcheck merupakan tahap Identifikasi/inventarisasi/validasi lokasi
potensi obyek konsolidasi tanah yang telah ditentukan pada penjajakan kebijakan sehingga
memiliki informasi yang lengkap baik spasial maupun tekstual. Hasil peninjauan lapang yang
diharapkan adalah berupa data lengkap lokasi potensi obyek konsolidasi tanah serta
kesepakatan awal dengan masyarakat setempat untuk pelaksanaan kegiatan konsolidasi
tanah. Petugas peninjauan lapang terdiri dari :
1) Petugas dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional 6 (enam) orang;
2) Petugas dari pemerintah kabupaten/kota 3 (tiga) orang terdiri dari aparat pemerintah
kabupaten/kota, camat dan lurah setempat; dan
3) Petugas dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota 3 (tiga) orang.
Tahap peninjauan lapang terdiri dari:
1. Sosialisasi dan Bimbingan Konsolidasi Tanah ke Masyarakat; dan
2. Identifikasi/Inventarisasi/Validasi Bidang Tanah.
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada calon peserta adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan konsolidasi tanah secara umum baik manfaat langsung, prosedur maupun
persyaratannya;
2. Rencana Umum Pelaksanaan Konsolidasi Tanah;
3. Gambaran alternatif sket rencana awal penataan (Sketch Block Plan);
14
4. Tanah untuk Pembangunan (TP) dalam rangka penyediaan prasarana sarana dan
utilitas serta pembangunan lainnya;
5. Pembentukan perhimpunan peserta konsolidasi tanah guna menampung segala
aspirasi sekaligus untuk menumbuh kembangkan motivasi, potensi dan peran aktif
peserta dalam mencapai manfaat yang optimal atas tanah milik mereka yang akan
ditata;
6. Minat/ kesepakatan masyarakat terhadap rencana pelaksanaan konsolidasi tanah;
dan
7. Hal-hal lain terkait pelaksanaan konsolidasi tanah.
Pelaksanaan bimbingan masyarakat, sekaligus dilaksanakan penjajakan
kesepakatan guna memperoleh persetujuan dan kesediaan calon peserta untuk ikut
dalam pelaksanaan konsolidasi tanah serta kesediaan menyerahkan sebagian tanahnya
sebagai Tanah untuk Pembangunan (TP). Kesepakatan calon Peserta menjadi tolok ukur
keberhasilan pelaksanaan konsolidasi tanah.
Tabel 5. Jenis dan Hasil Kegiatan Pelaksanaan Peninjauan Lapang Pada Lokasi Indikasi Potensi
Obyek Konsolidasi Tanah
No. Jenis Kegiatan Hasil Kegiatan Keterangan
15
No. Jenis Kegiatan Hasil Kegiatan Keterangan
5. Kepahaman dan
kesepakatan seluruh
masyarakat
E. Pengolahan Data
Data hasil peninjauan lapang diolah baik pengolahan data tekstual maupun spasial,
menghasilkan peta potensi obyek konsolidasi tanah. Peta potensi obyek konsolidasi tanah
tersebut di analisis secara deskriptif sehingga diperoleh arahan penataan untuk konsolidasi
tanah. Tahapan dalam pengolahan data, yaitu:
1. Penyusunan peta potensi obyek konsolidasi tanah;
2. Analisa arahan potensi obyek konsolidasi tanah;
3. Penyusunan sket rencana awal penataan (Sketch Block Plan); dan
4. Pemaparan hasil peninjauan lapang ke Pusat.
16
2. Pengolahan data spasial
Pengolahan data spasial dilakukan pada data yang sebelumnya telah ada dalam
format data spasial digital. Pada data-data spasial tersebut dilakukan updating dan
editing apabila ada perubahan ataupun pembaruan yang ditemukan secara eksisting
di lapangan. Data-data spasial yang harus diidentifikasi/ inventarisasi/ divalidasi/
diperbarui dimaksud adalah:
1. GUPT
2. Peta sebaran sarana & prasarana (jalan, saluran irigrasi, dll)
3. Status tanah
4. Bentuk dan koordinat bidang tanah
5. Penggunaan dan pemanfaatan bidang tanah
6. Kesepakatan masyarakat
Mengingat kesepakatan masyarakat menjadi hal penting untuk
dipertimbangkan dalam analisa potensi obyek konsolidasi tanah, pemetaan potensi
obyek konsolidasi tanah diarahkan untuk memetakan kesepakatan masyarakat pada
lokasi yang telah diindikasikan berpotensi. Peta Potensi Obyek konsolidasi tanah
dibuat berbasis bidang dengan maksud agar dapat dijadikan acuan dalam
penentuan jumlah bidang yang akan diusulkan dalam kegiatan konsolidasi tanah
dan juga dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan rencana awal penataan dan
desain konsolidasi tanah dengan melihat bentuk dan luasan bidang serta sebaran
sarana dan prasarana yang telah diidentifikasi dan inventarisasi pada saat
peninjauan lapang. Pada tiap-tiap bidang yang terpetakan mengandung informasi
mengenai status tanah, luasan, koordinat, penggunaan dan pemanfaatan.
Berikut ini adalah ilustrasi pembuatan Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
(gambar 6):
17
E.2. Analisa Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
Dari peta potensi obyek konsolidasi tanah kemudian dibuat analisa secara deskriptif
berdasarkan tabel-tabel di bawah ini sehingga diperoleh arahan penataan untuk
konsolidasi tanah dalam rangka pengembangan wilayah, peremajaan kota, optimalisasi
lahan pertanian skala kecil dan areal pengembangan lainnya. Analisis deskriptif ini
merupakan analisis pendukung (hasil groundcheck) untuk analisis arahan
pengembangan kebijakan yang dihasilkan dari rencana RTRW lainnya pada Peta Indikasi
Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah.
Perhatikan Tabel 7 berikut ini untuk menentukan arahan potensi obyek konsolidasi
tanah:
Tabel 7. Matriks Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
1. Pengembangan 1. Penataan tanah 1. Rencana jalan dalam RTRW/RPJM yang menjadi prioritas
Wilayah dalam rangka Pemda (jalan lingkar luar, jalan penghubung)
pengadaan fasilitas 2. Rencana pengadaan tanah fasos (pasar, terminal) yang
umum/fasilitas sosial telah menjadi program prioritas Pemda
2. Penataan wilayah 1. Daerah di luar pusat kota yang sudah mulai berkembang
pengembangan kota ditandai dengan adanya kegiatan pengembangan kota
yang sifatnya sporadik (sudah ada pengkavlingan oleh
pemilik tanah dan pembangunan rumah oleh
pengembang)
2. Wilayah yang hendak dikembangkan oleh Pemda dalam
rangka kebutuhan permukiman dan pembangunan
lainnya
3. Wilayah yang direncanakan menjadi kota pendukung
pusat kota (pusat desa, pusat kecamatan)
4. Wilayah yang dikembangkan karena sudah ada
sentra/pusat yang terbangun (universitas, terminal)
3. Penataan daerah Daerah yang terisolir fasum /fasosnya akibat adanya
terisolir (tidak kegiatan pengembangan kota/ pengembangan permukiman
terhubung jaringan oleh developer yang sifatnya sporadik
jalan ke wilayah lain)
2. Peremajaan Kota Penataan wilayah 1. Daerah yang kondisi sarana prasarananya tidak sesuai
kumuh kesehatan lingkungan
2. Daerah yang padat penduduk dan kepadatan/ kerapatan
bangunan tinggi
3. Daerah yang ada kecenderungan menjadi kumuh :
Daerah yang bangunannya tidak teratur
Daerah yang memiliki kualitas rumah rendah
Daerah yang memiliki luasan RTH yang rendah
Daerah yang rawan kemacetan transportasi darat
Daerah yang kepadatan penduduknya tinggi
Daerah yang penduduknya mempunyai mata
pencaharian yang beragam (tidak homogen)
Daerah di sempadan sungai atau danau
Daerah yang terletak di kawasan SUTET dan sempadan
rel KA
Daerah yang penduduknya memiliki pendidikan dan
penghasilan rendah
Daerah yang memiliki kondisi bangunan rumah yang
tidak permanen dan tidak memenuhi syarat
Daerah rawan banjir, keamanan, kebakaran, penyakit,
dan keamanan
3. Optimalisasi 1. Tanah pertanian beririgasi teknis yang atas kebijakan
Pengusahaan pemerintah dipertahankan
Pertanian Skala 2. Tanah pertanian irigasi teknis yang oleh pemilik tanah
18
ARAHAN POKT PROGRAM KEGIATAN KRITERIA OBYEK KONSOLIDASI TANAH
19
Tabel 8. Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
Lokasi :
No a. Kecamatan Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
b. Desa
1. ………………………………… Arahan 1 : ……………………………..
a. Luas : …………………………….. ha
b. Deskripsi Lokasi : ……………………………..
Arahan 2 : ……………………………..
Luas : …………………………….. ha
Deskripsi Lokasi : ……………………………..
2. Dst… Dst…
Keterangan Kolom 3:
- Arahan : Diisi arahan potensi obyek konsolidasi tanah sesuai dengan hasil analisis, yaitu
Pengembangan Wilayah, Peremajaan Kota, Optimalisasi Pertanian Skala Kecil
- Luas : Diisi luasan wilayah arahan dengan satuan hektar (Ha)
- Deskripsi Lokasi : Diisi keterangan mengenai lokasi (kondisi fisik, kondisi sosial, ekonomi dan
budaya).
20
Peta Sket Rencana Awal Penataan (Sketch Block Plan) yang telah selesai dan
disepakati harus ditandatangani oleh Bupati/Walikota dan Kepala Kantor Pertanahan
setempat sebagai legalitas dalam penetapan gambaran rencana awal penataan.
Selain Sket Rencana Awal Penataan tersebut, dibuatkan deskripsi manfaat
pelaksanaan konsolidasi tanah di lokasi terpilih baik berasal dari usulan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional maupun pemangku kepentingan
lainnya mengenai kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang ada di calon lokasi
konsolidasi tanah dan sekitar lokasi tersebut dengan mempertimbangkan program
sektoral.
Disahkan oleh:
(Bupati/Walikota…) (Kepala Kantor Pertanahan……)
( Nama ( Nama )
F. Penjajakan Kesepakatan
Penjajakan kesepakatan merupakan kelanjutan dari penjajakan kebijakan dan bimbingan
masyarakat guna memperoleh pematangan persetujuan dan kesediaan calon peserta untuk
ikut dalam pelaksanaan konsolidasi tanah serta kesediaan menyerahkan sebagian tanahnya
21
sebagai Tanah untuk Pembangunan (TP). Kesepakatan calon Peserta menjadi tolok ukur
keberhasilan pelaksanaan konsolidasi tanah. Hasil Akhir dari penjajakan kesepakatan adalah:
1. Berita acara hasil musyawarah calon peserta;
2. Surat Pernyataan Persetujuan Rencana Konsolidasi Tanah yang diisi oleh masing-masing
peserta;
3. Daftar pemilik/penggarap serta masing-masing luas bidang tanahnya;
4. Deskripsi manfaat konsolidasi tanah bagi masyarakat dan pemerintah daerah;
5. Sket Rencana Awal Penataan;
6. Peta Lokasi (Peta POKT, Citra Satelit, Peta Administrasi dan peta penunjang lainnya).
G. Penetapan Lokasi
Lokasi terpilih diusulkan oleh Tim Koordinasi kepada Bupati/walikota sebagai obyek peta
sket rencana awal penataan konsolidasi tanah dengan melampirkan hasil akhir dari penjajakan
kesepakatan, dan yang selanjutnya akan ditetapkan sebagai Lokasi Konsolidasi Tanah dengan
Surat Keputusan Bupati/Walikota. (Lampiran 4)
H. Pelaporan
Buku Potensi Obyek Konsolidasi Tanah memuat :
1. Narasi :
a. Latar belakang;
b. Tujuan kegiatan;
c. Persiapan;
d. Pembuatan peta kerja;
e. Penjajakan Kebijakan
f. Peninjauan Lapang;
g. Pengolahan data;
h. Penjajakan Kesepakatan;
i. Penetapan Lokasi.
2. Peta-peta dengan skala menyesuaikan dengan format kertas A3, sebagai berikut :
a. Peta Administrasi (Kecamatan)
b. Peta Penggunaan Tanah (Kecamatan)
c. Peta RTRW : Rencana Pola Ruang (Kabupaten/Kota)
d. Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (Kecamatan)
e. Peta GUPT (Kecamatan)
f. Peta Peninjauan Lapang (Kecamatan)
g. Peta Peninjauan Lapang per lokasi survei (Kecamatan)
h. Peta Alternatif Sket Rencana Awal Penataan
i. Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (Kecamatan)
j. Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah per lokasi survei
k. Peta Sket Rencana Awal Penataan
22
3. Lampiran berupa peta dengan skala menyesuaikan dengan format kertas A0 atau kertas
A3, sebagai berikut :
a. Peta kerja (Kecamatan) dengan penambahan zoom in lokasi-lokasi survei pada layout
nya
4. Lampiran berupa Dokumen, sebagai berikut:
a. SK Tim Koordinasi dan Satgas
b. SK Penunjukan Lokasi POKT
c. Berita Acara Kesepakatan Awal
d. Surat Persetujuan Rencana Konsolidasi Tanah
e. Berita Acara Kesepakatan Pemda
f. Berita Acara Kesepakatan Masyarakat
g. SK Penetapan Lokasi
23
Tabel 9. Ilustrasi Jadwal Pelaksanaan Dalam Waktu 1 (Satu) Tahun Anggaran
24
BAB IV
PENUTUP
Tata Cara Kerja Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (TCK PPOKT) terus diperbaiki
dan dipertajam untuk menggali potensi konsolidasi tanah. TCK PPOKT sudah disempurnakan
melalui penyederhanaan analisa dengan menekankan pada output berkekuatan hukum yaitu
penetapan lokasi konsolidasi tanah dan output teknis konsolidasi tanah yaitu sket rencana awal
penataan.
Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah harus dilaksanakan dengan standarisasi
sebagaimana diatur dalam TCK PPOKT ini. Namun demikian, pada bagian-bagian dalam TCK PPOKT
masih dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, misalnya dalam menentukan
variabel/parameter untuk pertanian dan non pertanian, serta dalam pengolahan data dan analisa.
Dalam rangka optimalisasi hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, maka hasil Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
harus ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan konsolidasi tanah di daerah masing-masing.
Dokumen Potensi Obyek Konsolidasi Tanah sebagai laporan kegiatan persiapan konsolidasi tanah
yang akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan konsolidasi tanah pada tahun berikutnya.
25
Lampiran 1. Format Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota tentang
Penunjukan Lokasi Kecamatan Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
26
Perkotaan, Kemampuan Tanah dan Penggunaan
Simbul/Warna Untuk Penyajian dalam Peta.
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional.
12. Surat Pengesahan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor …………………. Tanggal …………….. tentang Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Kantor Wilayah BPN Provinsi ……….
Tahun Anggaran .......
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN
NAMA
NIP.
27
Lampiran 2. Materi Kuisioner ke Masyarakat
Kecamatan, tgl/bln/thn
Petugas Peninjauan Lapang
(…..…………..……………)
NIP.
28
Lampiran 3. Format Keputusan Bupati/Walikota tentang Penetapan Lokasi
Konsolidasi Tanah
SURAT KEPUTUSAN
BUPATI/WALIKOTA*)………………………
NOMOR : ..………….
TENTANG
PENETAPAN LOKASI KONSOLIDASI TANAH
DI DESA/KELURAHAN*)………...... KECAMATAN..……..….
KABUPATEN/KOTA*) …………….....…………
MENIMBANG :1. Bahwa dalam rangka dalam rangka pemanfaatan tanah secara optimal,
melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas penggunaan tanah dan
ruang serta peningkatan kualitas lingkungan, sekaligus memberikan
kepastian hukum hak atas tanah masyarakat, dipandang perlu melakukan
penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
baik secara fisik maupun yuridis dengan melibatkan partisipasi masyarakat
melalui penyelenggaraan konsolidasi tanah;
2. Bahwa agar penyelenggaraan konsolidasi tanah dapat berjalan efektif dan
optimal, perlu ditetapkan lokasi konsolidasi tanah dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota*)…………….;
MEMPERHATIKAN : 1. Rencana Umum Kegiatan Konsolidasi Tanah di Kabupaten/Kota*)...............;
2. Hasil musyawarah antara calon peserta Konsolidasi Tanah dengan Tim
Koordinasi dalam rangka pelaksanaan Konsolidasi Tanah di
Desa/Kelurahan*)…………….,Kecamatan.……………Kabupaten/ Kota*)
..................... tanggal …………….
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2043);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea
Perolehan Hak Atas Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 130);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 66);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang
Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
131);
29
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
8. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5280);
9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433);
10.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
11.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 224 Tahun 1961 Tentang
Pelaksanaan Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian (Lembaran
Negara tahun 1961 No. 280);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 3696);
13.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4385);
14.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 42);
15.Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 351,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5804);
16.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5103);
17.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 tentang
Konsolidasi Tanah ;
18.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah;
19.Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 11 Tahun 1997 tentang Penertiban Tanah-Tanah Obyek Redistribusi
Landreform;
20.Ketentuan lainnya yang dianggap perlu...
30
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN
PERTAMA : Lokasi Kegiatan Konsolidasi Tanah di:
Desa/Kelurahan*) :……………..……………………
Kecamatan :…………………………………..
Kabupaten/Kota*) :………………………………..…
Luas : ………… Ha/m2*) Peta Situasi terlampir
Jumlah pemilik/peserta :…………orang
Jumlah Bidang :…………bidang
KEDUA : Selama pelaksanaan konsolidasi tanah, tidak diperkenankan untuk
mengalihkan/memindahtangankan hak atas tanah di lokasi konsolidasi tanah
dan/atau melakukan perubahan penggunaan tanah tanpa seijin
Bupati/Walikota*)........................
KETIGA : Setelah dilaksanakannya penataan kembali penguasaan pemilikan
pemanfaatan dan penggunaan tanah melalui konsolidasi tanah, akan dilakukan
pembangunan prasarana dan sarana terhadap tanah untuk pembangunan (TP)
sesuai rencana pembangunan Kabupaten/Kota*) ..........................
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN : ….......................…………..
PADA TANGGAL : ….......................…………..
BUPATI/WALIKOTA*)..……...…..
______________________________
Keterangan:
*) Pilih salah satu
Catatan:
Substansi Surat Keputusan dapat disesuaikan...
31
Lampiran 4. Sistematika Buku Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.3. Ruang Lingkup
1.4. Hasil Akhir
Lampiran :
1.
2.
3.
4.
32
Lampiran 5. Contoh Format Peta
33
Lampiran 6. Contoh Format Peta Sket Rencana Penataan Awal (Sketch Block Plan)
34
Lampiran 7. Contoh Format Peta Zoom In Lokasi
35
Lampiran 8. Pewarnaan Peta
NO LEGENDA R G B KETERANGAN
1 Sepakat 38 115 0
36
Lampiran 9. Contoh Berita Acara Kesepakatan Awal/Perjanjian Kerjasama dengan
Pemda
BERITA ACARA
KESEPAKATAN AWAL DENGAN PEMERINTAH DAERAH
KEGIATAN PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH TAHUN 2018
NOMOR:………………………….
1.
2.
3.
4.
5.
Dengan ini sepakat untuk menindaklanjuti penataan konsolidasi tanah pada lokasi Potensi Obyek
Konsolidasi Tanah, serta menindaklanjuti untuk kegiatan :
1. Pembangunan infrastruktur pada lokasi penataan konsolidasi tanah;
2. Biaya pembangunan infrastruktur dibebankan pada pemerintah kabupaten/kota melalui APBD;
3. Melaksanaan kegiatan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.
Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
berdasarkan Surat Tugas Nomor .............................., tanggal ..............................
37
Lampiran 10. Contoh Berita Acara Kesepakatan Awal dengan Masyarakat
BERITA ACARA
KESEPAKATAN AWAL DENGAN MASYARAKAT
KEGIATAN PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH TAHUN 2018
NOMOR:………………………….
1.
2.
3.
4.
5.
Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
38