Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan
Tata Cara Kerja (TCK) Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi (POKT) Tanah Tahun 2018 ini
dapat diselesaikan. TCK ini berisi acuan dan kriteria-kriteria teknis yang memuat: dasar hukum,
pengertian-pengertian, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, hasil kegiatan, tahapan pelaksanaan
Penyusunan POKT dan pelaporan serta dilengkapi dengan lampiran-lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari TCK.
TCK Penyusunan POKT Tahun 2018 merupakan penyempurnaan dari TCK tahun-tahun
sebelumnya dengan berbagai perbaikan dan penyesuaian. Terdapat juga perubahan substansi,
terutama tahapan Penetepan Lokasi yang semula berada pada tahapan kegiatan Konsolidasi
Tanah menjadi bagian dari tahapan dalam Penyusunan POKT. Diharapkan dengan masuknya
tahapan Penetapan Lokasi maka hasil akhir dari Penyusunan POKT semakin berkualitas dan
dapat ditindaklanjuti menjadi kegiatan Konsolidasi Tanah pada tahun berikutnya.
Akhirnya, TCK Penyusunan POKT ini diharapkan menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan
sehingga bermanfaat dan berkontribusi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam menyukseskan program penataan
agraria, khususnya kegiatan Konsolidasi Tanah. Semoga apa yang dilakukan hari ini lebih baik
dari hari kemarin dan apa yang dilakukan hari esok lebih baik dari hari ini.
Kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak diharapkan untuk dapat
menyempurnakan TCK Penyusunan POKT, mengingat bahwa selalu ada keterbatasan dalam
setiap penulisan. Semoga TCK Penyusunan POKT ini dari waktu ke waktu dapat disempurnakan
dengan kualitas yang lebih baik.
Demikian TCK Penyusunan POKT ini disusun, untuk dapat dipedomani dalam
pelaksanaan tugas.

Jakarta, Januari 2018


DIREKTUR JENDERAL PENATAAN AGRARIA
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL

H.S. MUHAMMAD IKHSAN


NIP. 19620209 198703 1 002

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Dasar Hukum............................................................................................................... 2
C. Pengertian-Pengertian ................................................................................................ 2
D. Tujuan dan Sasaran .................................................................................................... 3
E. Ruang Lingkup ............................................................................................................. 3
F. Hasil Kegiatan .............................................................................................................. 4
BAB II TAHAPAN PELAKSANAAN PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH
(PPOKT) ................................................................................................................. 5
A. Persiapan .................................................................................................................... 5
B. Pembuatan Peta Kerja................................................................................................ 7
C. Penjajakan Kebijakan ................................................................................................. 9
D. Peninjauan Lapang/Groundcheck .............................................................................. 14
E. Pengolahan Data ........................................................................................................ 16
F. Penjakakan Kesepakatan............................................................................................ 21
G. Penetapan Lokasi ....................................................................................................... 22
H. Pelaporan ................................................................................................................... 22
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 25
LAMPIRAN ................................................................................................................ 26

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota tentang


Penunjukan Lokasi Kecamatan Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi
Tanah.............................................................................................................. 26
Lampiran 2. Materi Kuisioner............................................................................................. 28
Lampiran 3. Format Keputusan Bupati/Walikota tentang Penetapan Lokasi Konsolidasi
Tanah.............................................................................................................. 29
Lampiran 4. Sistematika Buku Potensi Obyek Konsolidasi Tanah ..................................... 32
Lampiran 5. Contoh Format Peta ....................................................................................... 33
Lampiran 6. Contoh Format Sket Rencana Penataan Awal (Sketch Blok Plan) …………….. 34
Lampiran 7. Contoh Format Peta Zoom In Lokasi .............................................................. 35
Lampiran 8. Pewarnaan Peta ............................................................................................. 36
Lampiran 9. Contoh Berita Acara Kesepakatan Awal/Perjanjian Kerjasama dengan
Pemda ............................................................................................................ 37
Lampiran 10. Contoh Berita Acara Kesepakatan Awal dengan Masyarakat ....................... 38

iii
A B C D E F G H

PERSIAPAN PEMBUATAN PENJAJAKAN PENINJAUAN PENGOLAHAN PENJAJAKAN PENETAPAN LAPORAN


PETA KERJA KEBIJAKAN LAPANG/ DATA KESEPAKATA LOKASI
GROUNDCHECK N

Penyusunan Penyusunan
Analisa Indikasi Sosialisasi dan Pembuatan
Pembentukan Tim Koordinasi dan Peta Potensi 1. Sosialisasi Laporan
Potensi Obyek Bimbingan KT SK Penetapan
Koordinasi dan Sosialisasi ke Pemda Obyek KT POKT ke
KT Lokasi
Satgas PPOKT ke Masyarakat Pemda dan
Masyarakat
Peta Potensi
Berita Acara Obyek KT 2. Penyatuan
Kesepakatan awal program SK
SK Tim Koordinasi Matriks 1. Buku
dan Satgas Penetapan POKT
Indikasi
Lokasi 2. Usulan
Potensi Obyek Surat Pernyataan
KT Persetujuan
Analisa Arahan KT
Penentuan Lokasi Rencana KT Potensi Obyek
Peninjauan Lapang KT
Penyiapan Data 1. Berita Acara
dan Peralatan Kesepakatan
Analisa dengan
Lokasi Peninjauan
Penyusunan Deskriptif Pemda
Lapang
Peta Indikasi 2. Berita Acara
Potensi Obyek Kesepakatan
Peta dengan
KT (Overlay Peta
Masyarakat
Administrasi, Identifikasi/Inventa
Penggunaan Penyusunan Peta Penyusunan Sket
risasi/Validasi Rencana Awal
Tanah, RTRW : Peninjauan Lapang
Penunjukan Bidang Tanah Penataan
Pola Ruang, dan dengan
Lokasi POKT GUPT/Geo KKP) IP4T/Citra/Geo KKP
Sket Rencana
1. Peta Hasil Awal Penataan
Peninjauan
Peta Indikasi Peta Peninjauan Lapang
SK Penunjukan
Potensi Obyek Lapang 2. Rekapitulasi
Lokasi POKT
KT Kuesioner
Pemaparan Hasil
Peninjauan
Penyusunan Alternatif Lapang ke Pusat
Sket Rencana Awal
Penataan
Resume Hasil
Pemaparan
Alternatif Sket
Rencana Awal
Penataan 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsolidasi Tanah adalah kebijakan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah sesuai rencana tata ruang, sekaligus menyediakan tanah untuk
kepentingan umum, dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan
sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Pelaksanaan konsolidasi tanah selama ini tidak luput dari beberapa kendala sehingga
penyelesaian tidak sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan atau bahkan tidak terlaksana.
Dari hasil monitoring dan evaluasi selama ini diketahui bahwa kendala atau terhambatnya
pelaksanaan konsolidasi tanah antara lain adalah kurangnya pemahaman masyarakat,
ketidaktepatan pemilihan lokasi, waktu pelaksanaan yang hanya satu tahun anggaran, serta
kurangnya dukungan pemerintah daerah dalam membangun infrastruktur di lokasi
konsolidasi tanah, yang memang merupakan hasil koordinasi dengan pengambil kebijakan di
daerah.
Dari kondisi tersebut dipandang perlu adanya perhatian dalam penyusunan potensi obyek
konsolidasi tanah sebagai persetujuan awal dalam pelaksanaan konsolidasi tanah yang pada
dasarnya merupakan :
1. Kegiatan untuk penetapan lokasi konsolidasi tanah yang mana masyarakat di dalam lokasi
serta pihak terkait memahami dan menyetujui pelaksanaan konsolidasi tanah;
2. Pelaksanaan penjajakan kebijakan pada pemerintah kabupaten/kota harus dilaksanakan
secara maksimal khususnya dalam perencanaan fasos dan fasum paska konsolidasi tanah;
3. Kegiatan untuk menentukan lokasi pelaksanaan konsolidasi tanah Tahun Anggaran 2019
atau tahun berikutnya.
Khusus untuk terkait dengan daerah bencana dan daerah bekas konflik serta pemukiman
kembali akan disusun dalam Tata Cara Kerja tersendiri.
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
(PPOKT) tersebut, perlu disusun Tata Cara Kerja PPOKT sebagai arahan atau pedoman
operasional pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah,
terutama bagi pelaksana yang langsung terlibat maupun pihak-pihak yang membutuhkan.
Mulai tahun 2018, tahap persiapan pada kegiatan Konsolidasi Tanah (pemilihan lokasi,
penyusunan Sket Rencana Awal Penataan (sketch blok plan), pengorganisasian dan bimbingan
masyarakat, dan penjajakan kesepakatan) dilakukan di kegiatan Penyusunan Potensi Obyek
Konsolidasi Tanah. Hal ini dilakukan karena berdasarkan evaluasi kegiatan PPOKT yang telah
dimulai sejak tahun 2010, hasilnya belum siap untuk ditindaklanjuti dengan konsolidasi tanah.
Sehingga dengan memasukkan kegiatan persiapan konsolidasi tanah ke PPOKT diharapkan
hasilnya dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan konsolidasi tanah.

1
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
3. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
5. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;
6. Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum;
7. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan
Nasional;
10. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
No. 1 Tahun 1997 tentang Pemetaan Penggunaan Tanah Pedesaan, Penggunaan Tanah
Perkotaan, Kemampuan Tanah dan Penggunaan Simbol/Warna Untuk Penyajian dalam
Peta;
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 38
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
dan Kantor Pertanahan.

C. Pengertian-Pengertian
1. Konsolidasi Tanah adalah kebijakan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah sesuai rencana tata ruang, sekaligus menyediakan tanah untuk
kepentingan umum, dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan
sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat;
2. Potensi Obyek Konsolidasi Tanah adalah lokasi yang telah diidentifikasi, dianalisa dan
disepakati oleh calon peserta dan pemangku kepentingan untuk diusulkan sebagai lokasi
Konsolidasi Tanah;
3. Obyek Konsolidasi Tanah Pertanian adalah jenis penggunaan tanah yang peruntukan dan
pemanfaatannya sebagai sawah, tegalan/ladang, perkebunan, tambak, rawa yang jenis
arahan rencana pola ruangnya di dalam rencana tata ruang wilayah adalah perikanan,
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan tanaman tahunan;
4. Obyek Konsolidasi Tanah Non Pertanian adalah jenis penggunaan tanah yang peruntukan
dan pemanfaatannya sebagai perkampungan/perumahan yang jenis arahan rencana pola
ruangnya didalam rencana tata ruang wilayah adalah permukiman;
5. Penggunaan Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan
bentukan alami maupun buatan manusia;
2
6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah hasil perencanaan tata ruang berdasarkan
aspek administratif dan atau aspek fungsional yang telah ditetapkan;
7. Status Tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok orang, atau
badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
8. Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah adalah wilayah yang secara fisik berpotensi
sebagai obyek konsolidasi tanah berdasarkan penggunaan tanah, RTRW (Pola Ruang) dan
Gambaran Umum Penguasaan Tanah (GUPT);
9. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkis memiliki hubungan fungsional (Pasal 1 Undang Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang);
10. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya
(Pasal 1 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang);
11. Penetapan Lokasi adalah lokasi potensi obyek konsolidasi tanah terpilih yang ditetapkan
menjadi lokasi konsolidasi tanah melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.

D. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan
a. Memberikan arahan dan panduan dalam melaksanakan PPOKT;
b. Tersedianya data tekstual dan spasial potensi obyek konsolidasi tanah dalam rangka
pemilihan lokasi sebagai obyek konsolidasi tanah;
c. Tersedianya Surat Pernyataan Persetujuan Rencana Konsolidasi Tanah;
d. Tersedianya Sket Rencana Awal Penataan (sketch blok plan);
e. Tersedianya Berita Acara Kesepakatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota tentang
Pembangunan Fasos dan Fasum pada lokasi Konsolidasi Tanah;
f. Tersedianya Berita Acara Kesepakatan Masyarakat untuk Pelaksanaan Konsolidasi
Tanah;
g. Tersedianya SK penetapan Lokasi.

2. Sasaran
a. Standarisasi PPOKT kecamatan;
b. Standarisasi data dan peta potensi obyek konsolidasi tanah.

E. Ruang Lingkup
1. Satuan Pekerjaan (SP) PPOKT adalah kecamatan;
2. Jenis konsolidasi tanah ialah konsolidasi tanah pertanian dan non pertanian;
3. Tata Cara Kerja PPOKT meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan;

3
b. Pembuatan peta kerja;
c. Penjajakan Kebijakan
d. Peninjauan Lapang;
e. Pengolahan Data
f. Penjajakan Kesepakatan;
g. Penetapan Lokasi; dan
h. Pelaporan.

F. Hasil Kegiatan
1. Laporan;
2. Buku Potensi Obyek Konsolidasi Tanah;
3. Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah ;
4. SK Tim Koordinasi dan Satgas PPOKT;
5. SK Penunjukan Lokasi POKT;
6. Surat Pernyataan Persetujuan Rencana Konsolidasi Tanah;
7. Sket Rencana Awal Penataan (Sketch Block Plan);
8. Berita Acara Kesepakatan dengan Pemda;
9. Berita Acara Kesepakatan dengan Masyarakat;
10. SK Penetapan Lokasi
11. Surat Usulan Lokasi Konsolidasi Tanah;
12. Softcopy :
a) Buku Potensi dalam format .PDF dan .doc (MS Word);
b) Peta-peta dalam format .JPEG, .PDF dan .shp.

4
BAB II
TAHAPAN PELAKSANAAN
PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH (PPOKT)

A. Persiapan
Dalam tahap persiapan dilaksanakan kegiatan pengorganisasian dengan membentuk tim
koordinasi PPOKT dan satuan tugas-satuan tugas PPOKT yang akan melaksanakan kegiatan
PPOKT, sebagai berikut:
A.1. Pembentukan Tim Koordinasi dan Satuan Tugas PPOKT
a) Tim Koordinasi Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
 Susunan Tim Koordinasi PPOKT dan tugasnya ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN sebagai berikut:
1) Pengarah : Kepala Kantor Wilayah BPN
2) Penanggung : Kepala Bidang Penataan Pertanahan Kanwil BPN
Jawab
3) Ketua : Kepala Kantor Pertanahan
4) Wakil Ketua : Kepala Seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah
Kanwil BPN
5) Sekretaris : Kepala Seksi Penataan Pertanahan Kantor
Pertanahan
6) Anggota : a. Kepala Sub Seksi Landreform dan Konsolidasi
Tanah
b. Kepala Sub Seksi Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral
c. Pemda
d. Camat

 Tugas Tim Koordinasi Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah:


1) Melakukan pembinaan dan evaluasi perkembangan kegiatan PPOKT;
2) Memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan PPOKT
dan melakukan langkah-langkah tindak lanjut;
3) Memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk kepada satuan tugas;
4) Melaksanakan supervisi, monitoring dan evaluasi.

b) Satuan Tugas (Satgas) Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah


Satuan Tugas Penyusunan Potensi dan tugasnya ditetapkan dengan Surat Keputusan
Kepala Kanwil BPN, yang keanggotaannya terdiri dari pegawai di lingkungan Kantor
Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan, dengan tugas sebagai berikut:

5
1) Membuat SK Penunjukan Lokasi POKT;
2) Menyusun matriks indikasi POKT dan peta indikasi POKT;
3) Membuat berita acara kesepakatan awal, menentukan lokasi peninjauan lapang,
menyusun peta peninjauan lapang dan alternatif Sket Rencana Awal Penataan;
4) Membuat surat pernyataan persetujuan rencana KT, menyusun hasil peninjauan
lapang dan merekap hasil kuisioner;
5) Menyusun peta POKT, menganalisa arahan POKT, menyusun Sket Rencana Awal
Penataan (Sketch Block Plan) dan membuat resume hasil pemaparan ke pusat;
6) Membuat berita acara kesepakatan dengan pemda dan kesepakatan dengan
masyarakat;
7) Membuat SK Penetapan Lokasi;
8) Menyusun buku POKT.

A.2. Penyiapan Data dan Peralatan


Kegiatan penyiapan data dan peralatan dilaksanakan dengan berkoordinasi dengan unit
teknis terkait yang meliputi :
a) Penyusunan rencana kerja, penganggaran, bahan dan peralatan berkoordinasi
dengan Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan setempat;
b) Penyiapan Data dan Informasi berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota,
Bidang Infrastruktur Keagrariaan Kantor Wilayah BPN dan/atau Seksi Infrastruktur
Keagrariaan Kantor Pertanahan yang bersangkutan, antara lain :
1) Peta Administrasi Wilayah;
2) Peta Penggunaan Tanah;
3) Citra satelit resolusi tinggi/ menengah atau peta jaringan jalan eksisting;
4) Peta RTRW/RDTR dari Pemerintah Daerah, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. RTRW/RDTR yang dapat digunakan adalah RTRW/RDTR Kabupaten/Kota
yang berlaku (telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah);
b. Apabila RTRW/RDTR sedang direvisi, dapat digunakan RTRW/RDTR lama
yang masih berlaku. Selain itu dapat digunakan RTRW Kawasan yang
meliputi wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan, misalnya RTRW
Kawasan Jabodetabekpunjur (Perpres No. 54 Tahun 2008) untuk
Kabupaten/Kota di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan
Cianjur;
c. Untuk kabupaten/kota hasil pemekaran wilayah dan belum mempunyai
RTRW tersendiri, dapat digunakan RTRW kabupaten/kota induk;
d. Apabila RTRW sebagaimana dimaksud pada butir (b) dan (c) tidak tersedia,
dapat digunakan RTRW provinsi yang telah ditetapkan dengan peraturan
daerah;
e. Peta RTRW/RDTR yang digunakan, antara lain Peta Rencana Pola Ruang,
Peta Rencana Struktur Ruang, Peta Jaringan Jalan Eksisting, Peta Rencana
Kawasan Strategis.

6
5) Data dan peta Gambaran Umum Penguasaan Tanah (GUPT)/Peta Geo KKP/Peta
IP4T;
6) Data dan peta lokasi Konsolidasi Tanah yang telah dilaksanakan;
7) Peta tematik lain yang dibutuhkan.
c) Penyiapan peralatan yang dibutuhkan:
1) Perangkat keras (hardware) yang mendukung pengolahan data spasial;
2) Perangkat lunak (software) pengolahan data spasial.

A.3. Penunjukan Lokasi Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah


Penunjukan lokasi penyusunan potensi obyek konsolidasi tanah kecamatan ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan (Lampiran 1) dengan mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
1) Telah dilaksanakan kegiatan penyusunan Neraca Penatagunaan Tanah;
2) Memiliki data dan peta Penggunaan Tanah diutamakan  5 tahun untuk Kabupaten,
 2 – 3 tahun untuk Kota, atau bergantung pada ketersediaan data penggunaan
tanah pada tahun-tahun sebelumnya;
3) Memiliki RTRW/RDTR;
4) Memiliki data dan peta GUPT.

B. Pembuatan Peta Kerja


Pembuatan peta kerja untuk (1) penentuan peta indikasi; (2) penjajakan kebijakan ke
Pemda terkait lokasi potensi yang akan dilakukan peninjauan lapang; (3) panduan peninjauan
lapang yang berisi informasi terkait lokasi yang akan ditinjau. Pembuatan peta kerja dilakukan
melalui proses analisa dan pembuatan peta indikasi potensi obyek konsolidasi tanah yang
diuraikan sebagai berikut:
B.1. Analisa Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
Analisa indikasi potensi obyek konsolidasi tanah dilakukan dengan :
a. Membuat matriks kesesuaian potensi obyek konsolidasi tanah (penggunaan tanah
dengan RTRW/RDTR rencana pola ruang) berdasarkan klasifikasi yang ada. Hasil yang
didapatkan dari proses ini adalah Peta Kesesuaian Potensi (overlay peta penggunaan
tanah dengan RTRW/RDTR rencana pola ruang). Sebagai acuan pembuatan matriks
kesesuaian potensi obyek konsolidasi tanah untuk masing-masing SP dapat dilihat di
Tabel 1.

7
Tabel 1. Matriks Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (Penggunaan Tanah dan RTRW/RDTR
Rencana Pola Ruang)
Arahan Rencana Pola Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah*
Pertanian Pertanian
No. Penggunaan Tanah Per Pari Pertam- Tanaman Kawasan Hutan Cagar
Industri Jasa Perikanan Lahan Lahan
mukiman wisata bangan Tahunan Lindung Produksi Alam
Basah Kering
1. Perkampungan/perumahan P/NT TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
2. Industri TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
3. Jasa TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
4. Perdagangan TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
5. Sawah 2x setahun TP TP TP TP TP TP P/T TP TP TP TP TP
6. Sawah tadah hujan P/NT TP TP TP P/T TP P/T P/T P/T TP TP TP
7. Tegalan/ladang P/NT TP TP TP P/T TP P/T P/T P/T TP TP TP
8. Kebun campuran P/NT TP TP TP P/T TP P/T P/T P/T TP TP TP
9. Perkebunan rakyat P/NT TP TP TP TP TP TP P/T P/T TP TP TP
10. Perkebunan P/NT TP TP TP TP TP TP P/T P/T TP TP TP
11. Hutan lebat TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
12. Hutan belukar TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
13. Hutan sejenis (bakau) TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP TP
14. Tambak P/NT TP TP TP P/T TP P/T TP TP TP TP TP
15. Rawa P/NT TP TP TP P/T TP P/T TP TP TP TP TP
Semak belukar/ alang-
16. P/NT TP TP TP P/T TP P/T P/T P/T TP TP TP
alang
Sumber : Direktorat Konsolidasi Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN (2012).
Keterangan : Kesesuaian potensi obyek Konsolidasi Tanah :
P/T = Potensial Pertanian, P/NT = Potensial NonPertanian, TP = Tidak potensial
Catatan : - Klasifikasi penggunaan tanah dan pola ruangmenyesuaikan klasifikasi yang terdapat di masing-masing SP.
- Interpretasi kesesuaian potensi obyek KT di masing-masing SP dapat menyesuaikan dengan kondisi setempat dengan menilai
keberadaan penggunaan tanahnya dalam menunjang rencana pola ruang.
- *Apabila menggunakan RDTR maka Arahan Rencana Pola Ruang yang digunakan disesuaikan dengan RDTR setempat.

b. Membuat matriks indikasi potensi obyek konsolidasi tanah (kesesuaian potensi obyek
konsolidasi tanah dan GUPT). Sebagai acuan menganalisa indikasi potensi obyek
konsolidasi tanah, gunakan matriks pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Matriks Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
dan GUPT)
Kesesuaian Indikasi Potensi Obyek KT
No Status Penguasaan Tanah Keterangan
Pertanian (P/T) Non Pertanian (P/NT)
1. Kelompok Tanah Negara (TN) (yang sudah digarap oleh perorangan) P/T P/NT
2. Kelompok Tanah Hak:
1. Hak Milik (HM) Perorangan P/T P/NT
2. Hak Guna Usaha (HGU) Perorangan & Badan Hukum TP TP
3. Hak Guna Bangunan (HGB) Induk Perorangan & Badan Hukum TP TP
4. Hak Guna Bangunan (HGB) Perorangan TP P/NT
5. Hak Pengelolaan (HPL) Badan Hukum & Pemerintah TP TP
6. Hak Pakai (HP) Perorangan & Badan Hukum P/T P/NT
3. Kelompok Tanah Adat
1. Tanah Milik Adat Perorangan P/T P/NT
2. Tanah Ulayat P/T P/NT
Sumber : Direktorat Konsolidasi Tanah, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN (2012).
Keterangan : Indikasi terpilih potensi obyek Konsolidasi Tanah :
P/T = Potensial Pertanian, P/NT = Potensial NonPertanian, TP = Tidak potensial

8
B.2. Penyusunan Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah didapatkan dengan cara :
a. Tumpang susun (overlay) peta administrasi, peta penggunaan tanah dan peta
RTRW/RDTR rencana pola ruang yang menghasilkan Peta Kesesuaian Potensi;
b. Membuat Matriks Kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah sesuai klasifikasi yang
tersedia di dalam tabel atribut data pola ruang dan penggunaan tanah;
c. Memasukkan atribut matriks kesesuaian Potensi Obyek Konsolidasi Tanah ke dalam
peta kesesuaian potensi obyek konsolidasi tanah;
d. Tumpang susun (overlay) peta kesesuaian potensi dan peta GUPT yang
menghasilkan Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah;
e. Membuat matriks Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah sesuai klasifikasi yang
tersedia di dalam tabel atribut data kesesuaian potensi obyek konsolidasi tanah dan
GUPT;
f. Memasukkan atribut matriks indikasi potensi obyek konsolidasi tanah ke dalam peta
indikasi potensi obyek konsolidasi tanah.

Gambaran proses pengolahan data spasial untuk mendapatkan peta indikasi obyek
konsolidasi tanah diilustrasikan dalam Gambar 1.

Peta Administrasi ANALISIS OVERLAY

Peta Penggunaan
Tanah

ikasi
Peta Hasil Overlay Peta Administrasi,
RTRW/RDT Peta Penggunaan Tanah, dan Peta
R : rencana RTRW/RDTR Rencana Pola Ruang :
ANALISIS OVERLAY pola ruang Peta Kesesuaian Potensi

Gambaran Umum
Peta Indikasi Penguasaan Tanah (GUPT)
Potensi Obyek KT
Gambar 1. Ilustrasi Pembuatan Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

C. Penjajakan Kebijakan ikasi


Dalam mencari lokasi konsolidasi tanah yang berasal dari Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
maka hasil analisis dan kesimpulan penetapan prioritas lokasi konsolidasi tanah dan
penyatuan program sektoral dijadikan dasar dalam persiapan pelaksanaan konsolidasi tanah.
Penjajakan kebijakan dilakukan untuk sinkronisasi peta indikasi potensi obyek konsolidasi
tanah yang telah dibuat dengan Pemerintah Daerah setempat. Setelah penjajakan kebijakan
9
diharapkan memperoleh kesepakatan awal dengan Pemda berupa berita acara kesepakatan
awal, peta peninjauan lapang dan alternatif sket rencana awal penataan. Untuk mencapai
hasil tersebut diperlukan beberapa tahapan dalam penjajakan kebijakan, yaitu:
a. Koordinasi dan Sosialisasi;
b. Penentuan lokasi peninjauan lapang;
c. Penyusunan peta peninjauan lapang dengan IP4T/Citra/geoKKP; dan
d. Penyusunan alternatif sket rencana awal penataan
Hasil dari penjajakan kebijakan dengan Pemda dituangkan di dalam laporan kemajuan
kegiatan. Sedangkan hasil penentuan lokasi peninjauan lapang dituangkan di dalam peta
peninjauan lapang serta alternatif sket rencana awal penataan.

C.1. Koordinasi dan Sosialisasi ke Pemda


Pada tahapan koordinasi dan sosialisasi ke Pemda diharapkan memperoleh arahan
atau masukan sehingga mendapatkan lokasi yang tepat untuk kegiatan penyusunan
potensi obyek konsolidasi tanah. Koordinasi berupa konsultasi pada pemerintah
kabupaten/kota setempat (Bupati/Walikota, Sekda/Asisten I dan Asisten II atau Bapeda)
mengenai kemungkinan-kemungkinan tersusunnya sinkronisasi kebijakan dan
kesepakatan awal penyatuan program antara program konsolidasi tanah dengan
program-program pembangunan di daerah.
Kegiatan yang dilakukan adalah penjajakan awal berupa permintaan data ke Pemda
sekaligus mengundang Pemda dan dinas-dinas terkait untuk hadir dalam rapat
penentuan lokasi kegiatan penyusunan potensi obyek konsolidasi tanah, sekaligus
pemaparan peta indikasi potensi obyek konsolidasi tanah yang selanjutnya akan
diitindaklanjuti dengan pembuatan peta peninjauan lapang.
Dalam pemaparan peta indikasi potensi obyek konsolidasi tanah tersebut yang
dilanjutkan dengan diskusi, diharapkan dapat menghasilkan lokasi-lokasi yang
berpotensi dilakukan konsolidasi tanah serta sinkronisasi kebijakan dan kesepakatan
awal penyatuan program yang dibuat dalam bentuk Berita Acara Kesepakatan Awal.

C.2. Penentuan Lokasi Peninjauan Lapang


Penentuan lokasi peninjauan lapang diperoleh dengan mempertimbangkan:
1. Peta indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah;
2. Masukan dari hasil penjajakan kebijakan dengan pemerintah daerah; dan
3. Analisa dari Kepala Kantor atau Kepala Bidang Penataan Pertanahan.
Point 2 dan 3 dapat berada di luar indikasi potensi. Perhatikan tabel berikut ini
dalam menentukan lokasi peninjauan lapang.

10
Tabel 3. Tabel Penentuan Lokasi Peninjauan Lapang
Kriteria Penentuan Lokasi
Non Pertanian/Pertanian
Peninjauan Lapang
Minimal 2 lokasi indikasi potensi pada 2 desa/kelurahan yang
Jumlah lokasi
berbeda dalam 1 kecamatan
Luas lokasi Minimal 100 bidang atau luas minimal 5 Ha.

Gambar 2. Ilustrasi Lokasi Peninjauan Lapang

Gambar 3. Ilustrasi Detail lokasi Peninjauan Lapang

11
C.3. Penyusunan Peta Peninjauan Lapang dengan IP4T/GeoKKP/Citra Resolusi
Tinggi
Lokasi peninjauan lapang yang dihasilkan dari analisis spasial berupa peta indikasi
potensi dengan memperhatikan arah pengembangan kebijakan dan masukan dari
Pemerintah Daerah dan Kepala Kantor/Kepala Bidang Penataan Pertanahan kemudian di
plot menjadi lokasi peninjauan lapang. Lokasi peninjauan lapang yang telah ditentukan
tersebut (dalam bentuk shapefile poligon) dilakukan merge dengan GeoKKP/Peta IP4T
menghasilkan peta peninjauan lapang dalam bentuk bidang. Shapefile peta peninjauan
lapang tersebut di input atribut dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 4. Input Atribut Peta Peninjauan Lapang


No Name Type Keterangan
1 ID_BIDANG Long Integer
2 STATUS_TNH Text Length 50
3 LUAS_BDG Long Integer
4 PEMILIK Text Length 50
5 KESEPAKATAN Text Length 50

Peta shapefile tersebut kemudian di overlay dengan citra resolusi tinggi sehingga
tampilan bidangnya seperti kondisi eksisting di lapangan.

Batas bidang

Gambar 4. Ilustrasi Peta Peninjauan Lapang

12
Peta peninjauan lapang dibuat dalam 2 (dua) format cakupan, yaitu:
1. Seluruh kecamatan yang menampilkan seluruh lokasi peninjauan lapang yang telah
dipilih (skala menyesuaikan); dan
2. Per lokasi peninjauan lapang yang dicetak di atas kertas ukuran A0 atau lebih kecil
menyesuaikan dengan kebutuhan, skala 1:25.000 atau lebih besar, jika memungkinkan
dicetak dalam skala 1:5.000 (dizoom/diperbesar hanya pada masing-masing lokasi yang
akan digroundcheck). Untuk peta per lokasi peninjauan lapang disarankan menampilkan
layer citra satelit untuk memudahkan kegiatan observasi homogenitas fisik topografi
dan penggunaan tanah di lapangan.

C.4. Penyusunan Alternatif Sket Rencana Awal Penataan


Dalam rangka peninjauan lapang perlu disiapkan data pendukung dalam bentuk
peta. Peta yang dihasilkan dalam tahap penjajakan kebijakan bukan hanya berupa peta
peninjauan lapang namun juga alternatif sket rencana awal penataan untuk di
sosialisasikan kepada masyarakat.
Penyiapan data pendukung dalam bentuk peta alternatif sket rencana awal
penataan dimaksudkan sebagai langkah awal untuk penataan secara fisik berupa
rencana awal penataan peruntukan/penggunaan tanah pada lokasi konsolidasi tanah
sebelum penyusunan sket rencana awal penataan.
Penyusunan alternatif sket rencana awal penataan dilakukan sebelum pembuatan
sket rencana awal penataan dengan mengacu pada peta peninjauan lapang dan
selanjutnya menjadi bahan dalam peninjauan lapang/groundcheck.

Gambar 5. Ilustrasi Peta Alternatif Sket Rencana Awal Penataan

13
D. Peninjauan Lapang/Groundcheck
Peninjauan lapang/groundcheck merupakan tahap Identifikasi/inventarisasi/validasi lokasi
potensi obyek konsolidasi tanah yang telah ditentukan pada penjajakan kebijakan sehingga
memiliki informasi yang lengkap baik spasial maupun tekstual. Hasil peninjauan lapang yang
diharapkan adalah berupa data lengkap lokasi potensi obyek konsolidasi tanah serta
kesepakatan awal dengan masyarakat setempat untuk pelaksanaan kegiatan konsolidasi
tanah. Petugas peninjauan lapang terdiri dari :
1) Petugas dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional 6 (enam) orang;
2) Petugas dari pemerintah kabupaten/kota 3 (tiga) orang terdiri dari aparat pemerintah
kabupaten/kota, camat dan lurah setempat; dan
3) Petugas dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota 3 (tiga) orang.
Tahap peninjauan lapang terdiri dari:
1. Sosialisasi dan Bimbingan Konsolidasi Tanah ke Masyarakat; dan
2. Identifikasi/Inventarisasi/Validasi Bidang Tanah.

D.1. Sosialisasi dan Bimbingan Konsolidasi Tanah ke Masyarakat


Tim Koordinasi memberikan sosialisasi dan bimbingan konsolidasi tanah kepada
masyarakat melalui penyuluhan secara langsung kepada masyarakat (calon peserta),
pemuka-pemuka masyarakat, tokoh-tokoh informal masyarakat, agar dapat memahami
maksud, tujuan dan manfaat konsolidasi tanah sehingga mau berpartisipasi secara aktif
dalam pelaksanaan konsolidasi tanah dan untuk mendapatkan kesepakatan/kesediaan
calon peserta di lokasi terpilih.
Metode yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi yaitu dengan mengumpulkan
calon peserta konsolidasi tanah dan tokoh-tokoh masyarakat secara bersama-sama
untuk diberikan penyuluhan. Sedangkan metode dalam bimbingan masyarakat yaitu
dengan mendatangi satu-persatu calon peserta konsolidasi tanah untuk memberikan
penjelasan dengan lebih mendalam.
Sosialisasi dan bimbingan konsolidasi tanah didahului dengan penyuluhan dari Tim
Koordinasi bersama Pemerintah Daerah tentang konsolidasi tanah pada masyarakat
maupun pada tokoh-tokoh masyarakat. Dengan penyuluhan dan sosialisasi konsolidasi
tanah ke masyarakat, diharapkan dapat:
1. Memberikan pemahaman tentang maksud, tujuan dan manfaat konsolidasi tanah;
2. Penjajakan persetujuan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah; dan
3. Pembentukan perhimpunan peserta konsolidasi tanah.

Hal-hal yang perlu disampaikan kepada calon peserta adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan konsolidasi tanah secara umum baik manfaat langsung, prosedur maupun
persyaratannya;
2. Rencana Umum Pelaksanaan Konsolidasi Tanah;
3. Gambaran alternatif sket rencana awal penataan (Sketch Block Plan);

14
4. Tanah untuk Pembangunan (TP) dalam rangka penyediaan prasarana sarana dan
utilitas serta pembangunan lainnya;
5. Pembentukan perhimpunan peserta konsolidasi tanah guna menampung segala
aspirasi sekaligus untuk menumbuh kembangkan motivasi, potensi dan peran aktif
peserta dalam mencapai manfaat yang optimal atas tanah milik mereka yang akan
ditata;
6. Minat/ kesepakatan masyarakat terhadap rencana pelaksanaan konsolidasi tanah;
dan
7. Hal-hal lain terkait pelaksanaan konsolidasi tanah.
Pelaksanaan bimbingan masyarakat, sekaligus dilaksanakan penjajakan
kesepakatan guna memperoleh persetujuan dan kesediaan calon peserta untuk ikut
dalam pelaksanaan konsolidasi tanah serta kesediaan menyerahkan sebagian tanahnya
sebagai Tanah untuk Pembangunan (TP). Kesepakatan calon Peserta menjadi tolok ukur
keberhasilan pelaksanaan konsolidasi tanah.

D.2. Identifikasi/Inventarisasi/Validasi Bidang Tanah


Setelah mendapatkan peta peninjauan lapang kemudian dilakukan Identifikasi/
inventarisasi/validasi terhadap bidang tanah lokasi tersebut. Jenis dan hasil kegiatan
dalam pelaksanaan Identifikasi/inventarisasi/validasi dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Jenis dan Hasil Kegiatan Pelaksanaan Peninjauan Lapang Pada Lokasi Indikasi Potensi
Obyek Konsolidasi Tanah
No. Jenis Kegiatan Hasil Kegiatan Keterangan

1. Identifikasi dan/atau validasi :


1. Homogenitas fisik wilayah 1. Sketsa deliniasi Untuk identifikasi dan validasi
(topografi/kemiringan) homogenitas fisik wilayah homogenitas fisik topografi dan
berdasarkan penggunaan tanah dapat dilakukan
topografi/kemiringan dengan cara membuat sketsa deliniasi
pada peta kerja menggunakan alat tulis yang digambar
peninjauan lapang langsung di atas peta kerja/peta
2. Homogenitas penggunaan 2. Sketsa deliniasi peninjauan lapang pada saat observasi
tanah homogenitas penggunaan fisik wilayah di lokasi. Pindahkan hasil
tanah pada peta kerja sketsa tersebut ke dalam peta
peninjauan lapang indikasi_terpilih.shp melalui digitasi dan
3. GUPT 3. Sketsa GUPT hasil validasi lakukan updating pada tabel atributnya.
pada peta kerja
peninjauan lapang Hasil identifikasi sarana-prasarana di plot
4. Sarana-prasarana: 4. Peta sebaran sarana & dengan GPS dan digambar langsung di
- Prasarana Jalan prasarana (jalan, saluran atas peta kerja pada saat melakukan
- Saluran Irigasi irigasi, dll) pada peta kerja observasi lapang. dan dicatat pada lokasi
- Fasilitas Pendidikan peninjauan lapang indikasi terpilih potensi obyek
konsolidasi tanah
- Fasilitas Peribadatan
2. Pengumpulan data sosial  Tabel rekapitulasi hasil  Lihat Form Kuesioner
ekonomi dan penjajakan kuesioner
kesepakatan  Berita Acara Kesepakatan  Lihat Form Berita Acara Kesepakatan
1. Status tanah (alas hak/bukti Masyarakat Masyarakat
kepemilikan)
2. Bentuk dan luas bidang
3. Koordinat bidang
4. Kepahaman dan
kesepakatan tokoh
masyarakat (lurah, camat)

15
No. Jenis Kegiatan Hasil Kegiatan Keterangan

5. Kepahaman dan
kesepakatan seluruh
masyarakat

E. Pengolahan Data
Data hasil peninjauan lapang diolah baik pengolahan data tekstual maupun spasial,
menghasilkan peta potensi obyek konsolidasi tanah. Peta potensi obyek konsolidasi tanah
tersebut di analisis secara deskriptif sehingga diperoleh arahan penataan untuk konsolidasi
tanah. Tahapan dalam pengolahan data, yaitu:
1. Penyusunan peta potensi obyek konsolidasi tanah;
2. Analisa arahan potensi obyek konsolidasi tanah;
3. Penyusunan sket rencana awal penataan (Sketch Block Plan); dan
4. Pemaparan hasil peninjauan lapang ke Pusat.

E.1. Penyusunan Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah


Peta potensi obyek konsolidasi tanah adalah merupakan hasil analisa peta
peninjauan lapang. Potensi obyek konsolidasi tanah selain menekankan pada kesesuaian
tata ruang dan mempertimbangkan GUPT juga menitikberatkan pada kesepakatan
masyarakat dan pemerintah daerah. Hal ini didasarkan pada penentuan potensi obyek
konsolidasi tanah sebelumnya dengan hanya mengandalkan analisa spasial sehingga
sulit untuk ditindaklanjuti dengan konsolidasi tanah.
Pembuatan peta potensi obyek konsolidasi tanah didasarkan pada data hasil
peninjauan lapang, baik data spasial maupun tekstual (kuesioner). Semua hasil
peninjauan lapang diolah untuk menghasilkan lokasi potensi obyek konsolidasi tanah
dari masing-masing variabel konsolidasi tanah. Pengolahan data hasil peninjauan lapang
dilakukan dengan:
1. Pengolahan Data Tekstual
Pengolahan data tekstual merupakan hasil dari rekapitulasi kuesioner pada
tahap peninjauan lapang yang untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk peta
potensi obyek konsolidasi tanah. Pada pengolahan data tekstual hasil dari kuesioner
dilakukan rekapitulasi dan di input ke dalam tabel shapefile peta peninjauan lapang.
Tabel 6. Input Atribut Hasil Peninjauan Lapang
No Name Keterangan
1 ID_BIDANG Diisi sesuai FID dalam shapefile
2 STATUS_TNH HM, HGB
3 LUAS_BDG Diisi sesuai luas di dalam sertifikat
4 PEMILIK Diisi nama pemilik
5 KESEPAKATAN Dibagi menjadi 3 kategori:
a. Sepakat
b. Tidak Sepakat
c. Ragu-ragu

16
2. Pengolahan data spasial
Pengolahan data spasial dilakukan pada data yang sebelumnya telah ada dalam
format data spasial digital. Pada data-data spasial tersebut dilakukan updating dan
editing apabila ada perubahan ataupun pembaruan yang ditemukan secara eksisting
di lapangan. Data-data spasial yang harus diidentifikasi/ inventarisasi/ divalidasi/
diperbarui dimaksud adalah:
1. GUPT
2. Peta sebaran sarana & prasarana (jalan, saluran irigrasi, dll)
3. Status tanah
4. Bentuk dan koordinat bidang tanah
5. Penggunaan dan pemanfaatan bidang tanah
6. Kesepakatan masyarakat
Mengingat kesepakatan masyarakat menjadi hal penting untuk
dipertimbangkan dalam analisa potensi obyek konsolidasi tanah, pemetaan potensi
obyek konsolidasi tanah diarahkan untuk memetakan kesepakatan masyarakat pada
lokasi yang telah diindikasikan berpotensi. Peta Potensi Obyek konsolidasi tanah
dibuat berbasis bidang dengan maksud agar dapat dijadikan acuan dalam
penentuan jumlah bidang yang akan diusulkan dalam kegiatan konsolidasi tanah
dan juga dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan rencana awal penataan dan
desain konsolidasi tanah dengan melihat bentuk dan luasan bidang serta sebaran
sarana dan prasarana yang telah diidentifikasi dan inventarisasi pada saat
peninjauan lapang. Pada tiap-tiap bidang yang terpetakan mengandung informasi
mengenai status tanah, luasan, koordinat, penggunaan dan pemanfaatan.
Berikut ini adalah ilustrasi pembuatan Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
(gambar 6):

Gambar 6. Ilustrasi Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

17
E.2. Analisa Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
Dari peta potensi obyek konsolidasi tanah kemudian dibuat analisa secara deskriptif
berdasarkan tabel-tabel di bawah ini sehingga diperoleh arahan penataan untuk
konsolidasi tanah dalam rangka pengembangan wilayah, peremajaan kota, optimalisasi
lahan pertanian skala kecil dan areal pengembangan lainnya. Analisis deskriptif ini
merupakan analisis pendukung (hasil groundcheck) untuk analisis arahan
pengembangan kebijakan yang dihasilkan dari rencana RTRW lainnya pada Peta Indikasi
Terpilih Potensi Obyek Konsolidasi Tanah.
Perhatikan Tabel 7 berikut ini untuk menentukan arahan potensi obyek konsolidasi
tanah:
Tabel 7. Matriks Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

ARAHAN POKT PROGRAM KEGIATAN KRITERIA OBYEK KONSOLIDASI TANAH

1. Pengembangan 1. Penataan tanah 1. Rencana jalan dalam RTRW/RPJM yang menjadi prioritas
Wilayah dalam rangka Pemda (jalan lingkar luar, jalan penghubung)
pengadaan fasilitas 2. Rencana pengadaan tanah fasos (pasar, terminal) yang
umum/fasilitas sosial telah menjadi program prioritas Pemda
2. Penataan wilayah 1. Daerah di luar pusat kota yang sudah mulai berkembang
pengembangan kota ditandai dengan adanya kegiatan pengembangan kota
yang sifatnya sporadik (sudah ada pengkavlingan oleh
pemilik tanah dan pembangunan rumah oleh
pengembang)
2. Wilayah yang hendak dikembangkan oleh Pemda dalam
rangka kebutuhan permukiman dan pembangunan
lainnya
3. Wilayah yang direncanakan menjadi kota pendukung
pusat kota (pusat desa, pusat kecamatan)
4. Wilayah yang dikembangkan karena sudah ada
sentra/pusat yang terbangun (universitas, terminal)
3. Penataan daerah Daerah yang terisolir fasum /fasosnya akibat adanya
terisolir (tidak kegiatan pengembangan kota/ pengembangan permukiman
terhubung jaringan oleh developer yang sifatnya sporadik
jalan ke wilayah lain)
2. Peremajaan Kota Penataan wilayah 1. Daerah yang kondisi sarana prasarananya tidak sesuai
kumuh kesehatan lingkungan
2. Daerah yang padat penduduk dan kepadatan/ kerapatan
bangunan tinggi
3. Daerah yang ada kecenderungan menjadi kumuh :
 Daerah yang bangunannya tidak teratur
 Daerah yang memiliki kualitas rumah rendah
 Daerah yang memiliki luasan RTH yang rendah
 Daerah yang rawan kemacetan transportasi darat
 Daerah yang kepadatan penduduknya tinggi
 Daerah yang penduduknya mempunyai mata
pencaharian yang beragam (tidak homogen)
 Daerah di sempadan sungai atau danau
 Daerah yang terletak di kawasan SUTET dan sempadan
rel KA
 Daerah yang penduduknya memiliki pendidikan dan
penghasilan rendah
 Daerah yang memiliki kondisi bangunan rumah yang
tidak permanen dan tidak memenuhi syarat
 Daerah rawan banjir, keamanan, kebakaran, penyakit,
dan keamanan
3. Optimalisasi 1. Tanah pertanian beririgasi teknis yang atas kebijakan
Pengusahaan pemerintah dipertahankan
Pertanian Skala 2. Tanah pertanian irigasi teknis yang oleh pemilik tanah

18
ARAHAN POKT PROGRAM KEGIATAN KRITERIA OBYEK KONSOLIDASI TANAH

Kecil dipertahankan sebagai lahan pertanian penyangga kota


3. Tanah pertanian yang jika luasannya kecil dijadikan
pengusahaan bersama

1) Penentuan Potensi Konsolidasi Tanah untuk Pengembangan Wilayah


Pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan
dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional,
meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan
melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan
yang berkelanjutan dalam wadah NKRI.
Penentuan potensi obyek konsolidasi tanah untuk pengembangan wilayah
mengacu pada: Kepadatan bangunan rendah. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat
pada Tabel 7.
2) Penentuan Potensi KT Untuk Peremajaan Kota
Peremajaan kawasan perkotaan adalah penataan kembali area terbangun
bagian kawasan perkotaan yang mengalami degradasi kualitas lingkungan,
degradasi fungsi kawasan, dan/atau penyesuaian bagian kawasan perkotaan
terhadap rencana pembangunan kawasan perkotaan;
Untuk menentukan potensi obyek konsolidasi tanah untuk peremajaan kota
mengacu pada kepadatan bangunan tinggi dan minim sarana prasarana serta fasos-
fasum. Untuk lebih jelasnya, lihat Tabel 7.
3) Penentuan Potensi KT Untuk Optimalisasi Pertanian Skala Kecil
Optimalisasi pertanian skala kecil adalah usaha meningkatkan pemanfaatan
sumber daya lahan pertanian melalui penambahan sarana dan prasarana yang
luasnya kurang dari 2 Ha untuk di luar Pulau Jawa dan di bawah 1 Ha untuk
pertanian di Pulau Jawa.
Dalam menentukan potensi obyek konsolidasi tanah untuk optimalisasi
pertanian skala kecil, dapat mengacu kepada:
 Pola ruang di arahkan pada kawasan non permukiman (perikanan, pertanian
lahan basah, pertanian lahan kering dan tanaman tahunan).
 Berada dalam rencana pengembangan irigasi maupun dekat dengan irigasi
eksisting; mempunyai aksesibilitas dan produktivitas yang baik.
 Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada matriks.
Hasil dari arahan potensi konsolidasi tanah untuk masing-masing penataan, disusun
dalam bentuk Tabel 8 seperti di bawah ini.

19
Tabel 8. Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
Lokasi :
No a. Kecamatan Arahan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
b. Desa
1. ………………………………… Arahan 1 : ……………………………..
a. Luas : …………………………….. ha
b. Deskripsi Lokasi : ……………………………..
Arahan 2 : ……………………………..
Luas : …………………………….. ha
Deskripsi Lokasi : ……………………………..
2. Dst… Dst…
Keterangan Kolom 3:
- Arahan : Diisi arahan potensi obyek konsolidasi tanah sesuai dengan hasil analisis, yaitu
Pengembangan Wilayah, Peremajaan Kota, Optimalisasi Pertanian Skala Kecil
- Luas : Diisi luasan wilayah arahan dengan satuan hektar (Ha)
- Deskripsi Lokasi : Diisi keterangan mengenai lokasi (kondisi fisik, kondisi sosial, ekonomi dan
budaya).

E.3. Penyusunan Sket Rencana Awal Penataan (Sketch Block Plan)


Alternatif sket rencana awal penataan pada tahap penjajakan kebijakan dijadikan
sebagai salah satu alat dalam peninjauan lapang. Salah satu hasil peninjauan lapang
adalah data kesepakatan masyarakat tiap bidang tanah. Bidang tanah yang menyatakan
kesediaan atau kesepakatan didelineasi dan dibuatkan sket rencana awal penataan yaitu
salah satu dari alternatif sket rencana awal penataan atau perubahan dari salah satu
alternatif sket rencana awal penataan sebelumnya.
Sket rencana penataan awal merupakan langkah awal untuk penataan secara fisik
berupa sket rencana awal penataan peruntukan/penggunaan tanah pada lokasi
konsolidasi tanah.
Penyusunan data pendukung dalam bentuk peta dibuat pada peta atau citra
dengan mengacu pada rencana tata ruang dan wilayah yang berlaku. Peta-peta tersebut
dalam bentuk:
1. Peta potensi obyek konsolidasi tanah;
2. Peta administrasi (kecamatan/kelurahan);
3. Citra satelit lokasi konsolidasi tanah; dan
4. Peta lokasi eksternal/sekitar calon lokasi konsolidasi tanah sebagai dasar penentuan
kebutuhan prasarana dan sarana pada calon lokasi konsolidasi tanah.
Hasil akhir dari data pendukung tersebut adalah suatu sket tata letak dari blok
kaveling, struktur jaringan jalan dan sarana, yang dituangkan dalam peta (GeoKKP atau
PBB) dan di overlay dengan skala tertentu menurut kebutuhan. Sket rencana awal
penataan (skecth block plan) harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah yang
sudah ditetapkan menjadi peraturan daerah.

20
Peta Sket Rencana Awal Penataan (Sketch Block Plan) yang telah selesai dan
disepakati harus ditandatangani oleh Bupati/Walikota dan Kepala Kantor Pertanahan
setempat sebagai legalitas dalam penetapan gambaran rencana awal penataan.
Selain Sket Rencana Awal Penataan tersebut, dibuatkan deskripsi manfaat
pelaksanaan konsolidasi tanah di lokasi terpilih baik berasal dari usulan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional maupun pemangku kepentingan
lainnya mengenai kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang ada di calon lokasi
konsolidasi tanah dan sekitar lokasi tersebut dengan mempertimbangkan program
sektoral.

Disahkan oleh:
(Bupati/Walikota…) (Kepala Kantor Pertanahan……)

( Nama ( Nama )

Gambar 7. Ilustrasi Peta Sket Rencana Awal Penataan

E.4. Pemaparan hasil peninjauan lapang


Pemaparan hasil peninjauan lapang Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
wajib dilaksanakan di Direktorat Konsolidasi Tanah paling lambat Bulan Oktober Tahun
2018 menggunakan slide powerpoint dengan materi sebagai berikut:
1. Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
2. Berita acara kesepakatan awal dengan Pemda
3. Peta Peninjauan Lapang
4. Alternatif Sket Rencana Awal Penataan (Alternatif Sketch Block Plan)
5. Hasil Peninjauan Lapang
6. Peta Potensi Obyek Konsolidasi tanah
7. Sket Rencana Awal Penataan (Sketch Block Plan)

F. Penjajakan Kesepakatan
Penjajakan kesepakatan merupakan kelanjutan dari penjajakan kebijakan dan bimbingan
masyarakat guna memperoleh pematangan persetujuan dan kesediaan calon peserta untuk
ikut dalam pelaksanaan konsolidasi tanah serta kesediaan menyerahkan sebagian tanahnya

21
sebagai Tanah untuk Pembangunan (TP). Kesepakatan calon Peserta menjadi tolok ukur
keberhasilan pelaksanaan konsolidasi tanah. Hasil Akhir dari penjajakan kesepakatan adalah:
1. Berita acara hasil musyawarah calon peserta;
2. Surat Pernyataan Persetujuan Rencana Konsolidasi Tanah yang diisi oleh masing-masing
peserta;
3. Daftar pemilik/penggarap serta masing-masing luas bidang tanahnya;
4. Deskripsi manfaat konsolidasi tanah bagi masyarakat dan pemerintah daerah;
5. Sket Rencana Awal Penataan;
6. Peta Lokasi (Peta POKT, Citra Satelit, Peta Administrasi dan peta penunjang lainnya).

G. Penetapan Lokasi
Lokasi terpilih diusulkan oleh Tim Koordinasi kepada Bupati/walikota sebagai obyek peta
sket rencana awal penataan konsolidasi tanah dengan melampirkan hasil akhir dari penjajakan
kesepakatan, dan yang selanjutnya akan ditetapkan sebagai Lokasi Konsolidasi Tanah dengan
Surat Keputusan Bupati/Walikota. (Lampiran 4)

H. Pelaporan
Buku Potensi Obyek Konsolidasi Tanah memuat :
1. Narasi :
a. Latar belakang;
b. Tujuan kegiatan;
c. Persiapan;
d. Pembuatan peta kerja;
e. Penjajakan Kebijakan
f. Peninjauan Lapang;
g. Pengolahan data;
h. Penjajakan Kesepakatan;
i. Penetapan Lokasi.
2. Peta-peta dengan skala menyesuaikan dengan format kertas A3, sebagai berikut :
a. Peta Administrasi (Kecamatan)
b. Peta Penggunaan Tanah (Kecamatan)
c. Peta RTRW : Rencana Pola Ruang (Kabupaten/Kota)
d. Peta Indikasi Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (Kecamatan)
e. Peta GUPT (Kecamatan)
f. Peta Peninjauan Lapang (Kecamatan)
g. Peta Peninjauan Lapang per lokasi survei (Kecamatan)
h. Peta Alternatif Sket Rencana Awal Penataan
i. Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (Kecamatan)
j. Peta Potensi Obyek Konsolidasi Tanah per lokasi survei
k. Peta Sket Rencana Awal Penataan

22
3. Lampiran berupa peta dengan skala menyesuaikan dengan format kertas A0 atau kertas
A3, sebagai berikut :
a. Peta kerja (Kecamatan) dengan penambahan zoom in lokasi-lokasi survei pada layout
nya
4. Lampiran berupa Dokumen, sebagai berikut:
a. SK Tim Koordinasi dan Satgas
b. SK Penunjukan Lokasi POKT
c. Berita Acara Kesepakatan Awal
d. Surat Persetujuan Rencana Konsolidasi Tanah
e. Berita Acara Kesepakatan Pemda
f. Berita Acara Kesepakatan Masyarakat
g. SK Penetapan Lokasi

Semua peta tersebut di atas harus memuat informasi mengenai :


1. Ibukota (Kabupaten/Kota dan kecamatan)
2. Administrasi (nama kabupaten, nama kecamatan, nama ibukota kabupaten, nama ibukota
kecamatan, batas administrasi)
3. Jalan (jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan setapak, jalan kereta api, rencana jalan
dan lain-lain)
4. Sungai

Hasil kegiatan (output) Guna memudahkan


TCK Penyusunan Potensi monitoring dan supervisi,
Obyek Konsolidasi Tanah secara berkala Kanwil BPN
adalah Buku Potensi Provinsi agar melaporkan
Obyek Konsolidasi Tanah kemajuan kegiatan
dengan lampiran peta- Penyusunan Potensi Obyek
peta. Buku tersebut Konsolidasi Tanah kepada Peta A3
menguraikan proses Deputi Bidang Pengaturan
penyusunan potensi dan Penataan Pertanahan
obyek konsolidasi tanah dengan tembusan kepada
yang terdiri dari Direktur Konsolidasi Tanah,
pembuatan peta kerja, baik menyangkut
survey lapang, pencapaian fisik maupun
pengolahan data, analisis, administrasi dihadapi.
sampai dengan
Halaman Narasi
penentuan lokasi potensi
obyek konsolidasi tanah.
Halaman Peta

Gambar 8. Ilustrasi Layout Buku POKT

Sebagai panduan dalam melaksanakan penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah,


berikut adalah ilustrasi jadwal pelaksanaan dalam waktu 1 (satu) tahun anggaran.

23
Tabel 9. Ilustrasi Jadwal Pelaksanaan Dalam Waktu 1 (Satu) Tahun Anggaran

TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III


No TAHAPAN KEGIATAN/OUTPUT
JAN PEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUS SEPT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 Perencanaan dan Persiapan
- Pembentukan Tim Koordinasi dan Satgas
PPOKT  SK Tim Koordinasi dan Satgas
- Penyiapan Data dan Peralatan
- Penunjukan Lokasi POKT  SK
Penunjukan Lokasi POKT
2 Pembuatan Peta Kerja
- Pembuatan Peta Indikasi Potensi Obyek
KT
3 Penjajakan Kebijakan
- Koordinasi dan Sosialisasi Kesepakatan
Awal (Pemda)  BA Kesepakatan Awal
- Penyusunan Peta Peninjauan Lapang
- Penyusunan Alternatif Sket Rencana
Awal Penataan
4 Peninjauan Lapang
- Sosialisasi dan Bimbingan KT ke
Masyarakat  BA Kesepakatan
- Identifikasi/Inventarisasi/Validasi Bidang
Tanah
5 Pengolahan Data
- Penyusunan Peta Potensi Obyek
Konsolidasi Tanah
- Analisa Arahan POKT
- Penyusunan Sket Rencana Awal
Penataan
- Pemaparan hasil Peninjauan Lapang ke
Pusat
6 Penjajakan Kesepakatan
- Sosialisasi POKT ke Pemda dan
Masyarakat  BA Kesepakatan dengan
Pemda dan Masyarakat
7 Penetapan Lokasi
- Pembuatan SK Penetapan lokasi  SK
Penetapan Lokasi
8 Laporan
- Penyusunan Laporan  Buku POKT

24
BAB IV
PENUTUP

Tata Cara Kerja Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah (TCK PPOKT) terus diperbaiki
dan dipertajam untuk menggali potensi konsolidasi tanah. TCK PPOKT sudah disempurnakan
melalui penyederhanaan analisa dengan menekankan pada output berkekuatan hukum yaitu
penetapan lokasi konsolidasi tanah dan output teknis konsolidasi tanah yaitu sket rencana awal
penataan.
Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah harus dilaksanakan dengan standarisasi
sebagaimana diatur dalam TCK PPOKT ini. Namun demikian, pada bagian-bagian dalam TCK PPOKT
masih dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, misalnya dalam menentukan
variabel/parameter untuk pertanian dan non pertanian, serta dalam pengolahan data dan analisa.
Dalam rangka optimalisasi hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, maka hasil Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah
harus ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan konsolidasi tanah di daerah masing-masing.
Dokumen Potensi Obyek Konsolidasi Tanah sebagai laporan kegiatan persiapan konsolidasi tanah
yang akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan konsolidasi tanah pada tahun berikutnya.

Jakarta, Januari 2018


DIREKTUR JENDERAL PENATAAN AGRARIA
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL

H.S. MUHAMMAD IKHSAN


NIP. 19620209 198703 1 002

25
Lampiran 1. Format Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota tentang
Penunjukan Lokasi Kecamatan Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN


KABUPATEN/KOTA……………………………………
NOMOR : ………………………….
TENTANG
PENUNJUKAN KECAMATAN ...................
SEBAGAI LOKASI PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH
*)
KEPALA KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN/KOTA …………………………

MENIMBANG : a. bahwa dalam rangka menentukan lokasi penataan konsolidasi


tanah perlu didahului dengan penyusunan potensi obyek
konsolidasi tanah untuk penataan areal pengembangan
wilayah, kawasan dan lingkungan siap bangun, peremajaan
kota dan penataan tanah pertanian skala kecil untuk
optimalisasi pengusahaannya
b. bahwa untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu ditunjuk
dan ditetapkan kecamatan sebagai lokasi penyusunan potensi
obyek konsolidasi tanah.
c. bahwa penunjukkan kecamatan dimaksud huruf a dan b perlu
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota …………..
MENGINGAT : 1. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria;
2. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
4. Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
5. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015
tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015
tentang Badan Pertanahan Nasional;
8. Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
Kepentingan Umum;
9. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun
1991 tentang Konsolidasi Tanah;
10. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1997 Tentang
Pemetaan Penggunaan Tanah Pedesaan, Penggunaan Tanah

26
Perkotaan, Kemampuan Tanah dan Penggunaan
Simbul/Warna Untuk Penyajian dalam Peta.
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional.
12. Surat Pengesahan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor …………………. Tanggal …………….. tentang Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Kantor Wilayah BPN Provinsi ……….
Tahun Anggaran .......

MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN

PERTAMA : Lokasi Pelaksanaan Penyusunan Potensi Obyek Konsolidasi


Tanah di Kecamatan...............*)
KEDUA : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat ditetapkannya
keputusan ini dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota …….;
KETIGA : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :
pada tanggal :

KEPALA KANTOR PERTANAHAN


KABUPATEN/KOTA …………………

NAMA
NIP.

27
Lampiran 2. Materi Kuisioner ke Masyarakat

No Bidang ( dalam peta peninjauan lapang) : ………………..


MATERI PERTANYAAN
A DATA DIRI
1. Nama / Instansi
2. Alamat
3. Usia
4. Jenis kelamin
B INFRASTRUKTUR
1. Kondisi jalan
2. Kondisi saluran irigasi
3. Kondisi dan persebaran fasilitas pendidikan
4. Kondisi dan persebaran fasilitas peribadatan
5. Kondisi dan persebaran fasilitas kesehatan
C LINGKUNGAN
1. Kondisi dan cara mendapatkan air bersih
2. Kondisi Sistem drainase
3. Cara pembuangan sampah dan lokasi
4. Kondisi MCK
5. Jarak antar muka rumah (kepadatan rumah)
6. Jumlah anggota keluarga per rumah
7. Kondisi sirkulasi udara
8. RTH  ada tidaknya RTH dalam suatu kawasan
D PERTANAHAN
1. Status tanah
2. Luas tanah
3. Bentuk bidang tanah
4. Penggunaan dan pemanfaatan tanah
5. Kedekatan lokasi dengan pusat kegiatan
E MINAT TERHADAP PROGRAM KONSOLIDASI TANAH
1. Program pemerintah yang pernah dilakukan
2. Respon masyarakat terhadap program pemerintah
3. Kepahaman terhadap program konsolidasi tanah
4. Minat terhadap kegiatan konsolidasi tanah

Kecamatan, tgl/bln/thn
Petugas Peninjauan Lapang

(…..…………..……………)
NIP.

28
Lampiran 3. Format Keputusan Bupati/Walikota tentang Penetapan Lokasi
Konsolidasi Tanah

SURAT KEPUTUSAN
BUPATI/WALIKOTA*)………………………
NOMOR : ..………….

TENTANG
PENETAPAN LOKASI KONSOLIDASI TANAH
DI DESA/KELURAHAN*)………...... KECAMATAN..……..….
KABUPATEN/KOTA*) …………….....…………

MENIMBANG :1. Bahwa dalam rangka dalam rangka pemanfaatan tanah secara optimal,
melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas penggunaan tanah dan
ruang serta peningkatan kualitas lingkungan, sekaligus memberikan
kepastian hukum hak atas tanah masyarakat, dipandang perlu melakukan
penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
baik secara fisik maupun yuridis dengan melibatkan partisipasi masyarakat
melalui penyelenggaraan konsolidasi tanah;
2. Bahwa agar penyelenggaraan konsolidasi tanah dapat berjalan efektif dan
optimal, perlu ditetapkan lokasi konsolidasi tanah dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota*)…………….;
MEMPERHATIKAN : 1. Rencana Umum Kegiatan Konsolidasi Tanah di Kabupaten/Kota*)...............;
2. Hasil musyawarah antara calon peserta Konsolidasi Tanah dengan Tim
Koordinasi dalam rangka pelaksanaan Konsolidasi Tanah di
Desa/Kelurahan*)…………….,Kecamatan.……………Kabupaten/ Kota*)
..................... tanggal …………….
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2043);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea
Perolehan Hak Atas Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 130);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 66);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang
Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
131);

29
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
8. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5280);
9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433);
10.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
11.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 224 Tahun 1961 Tentang
Pelaksanaan Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian (Lembaran
Negara tahun 1961 No. 280);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 3696);
13.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4385);
14.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 42);
15.Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 351,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5804);
16.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5103);
17.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 tentang
Konsolidasi Tanah ;
18.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah;
19.Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 11 Tahun 1997 tentang Penertiban Tanah-Tanah Obyek Redistribusi
Landreform;
20.Ketentuan lainnya yang dianggap perlu...

30
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN
PERTAMA : Lokasi Kegiatan Konsolidasi Tanah di:
Desa/Kelurahan*) :……………..……………………
Kecamatan :…………………………………..
Kabupaten/Kota*) :………………………………..…
Luas : ………… Ha/m2*) Peta Situasi terlampir
Jumlah pemilik/peserta :…………orang
Jumlah Bidang :…………bidang
KEDUA : Selama pelaksanaan konsolidasi tanah, tidak diperkenankan untuk
mengalihkan/memindahtangankan hak atas tanah di lokasi konsolidasi tanah
dan/atau melakukan perubahan penggunaan tanah tanpa seijin
Bupati/Walikota*)........................
KETIGA : Setelah dilaksanakannya penataan kembali penguasaan pemilikan
pemanfaatan dan penggunaan tanah melalui konsolidasi tanah, akan dilakukan
pembangunan prasarana dan sarana terhadap tanah untuk pembangunan (TP)
sesuai rencana pembangunan Kabupaten/Kota*) ..........................
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN : ….......................…………..
PADA TANGGAL : ….......................…………..

BUPATI/WALIKOTA*)..……...…..
______________________________

Tembusan disampaikan kepada Yth. :


1. Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Cq. Direktorat Jenderal Penataan Agraria di Jakarta
2. Gubernur Provinsi …………… di ……………..
3. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi……, di …………..
4. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota*) …………….. di ………………….
5. Ketua Bappeda Kabupaten/Kota *)……………… di ………………
6. Camat yang bersangkutan.
7. Kepala Desa/Lurah yang bersangkutan.

Keterangan:
*) Pilih salah satu
Catatan:
Substansi Surat Keputusan dapat disesuaikan...

31
Lampiran 4. Sistematika Buku Potensi Obyek Konsolidasi Tanah

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.3. Ruang Lingkup
1.4. Hasil Akhir

BAB II. FAKTA WILAYAH


2.1. Gambaran umum Geografi Kecamatan
a. Fisik
b. Demografi
2.2. Penggunaan Tanah
2.3. Rencana Tata Ruang Wilayah
2.4. Penguasaan Tanah

BAB III. PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH


3.1. Persiapan
3.2. Pembuatan Peta Kerja
3.3. Penjajakan Kebijakan
3.4. Peninjauan Lapang
3.5. Pengolahan Data
3.6. Penjajakan Kesepakatan
3.7. Penetapan Lokasi

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
4.2. Saran

Lampiran :
1.
2.
3.
4.

32
Lampiran 5. Contoh Format Peta

33
Lampiran 6. Contoh Format Peta Sket Rencana Penataan Awal (Sketch Block Plan)

PETA SKET RENCANA PENATAAN AWAL


POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH
TAHUN …..
KAB/KOTA ………
KECAMATAN……….
DESA……………

34
Lampiran 7. Contoh Format Peta Zoom In Lokasi

35
Lampiran 8. Pewarnaan Peta

NO LEGENDA R G B KETERANGAN

1 Sepakat 38 115 0

2 Tidak sepakat 255 85 0

3 Ragu-ragu 245 202 122

36
Lampiran 9. Contoh Berita Acara Kesepakatan Awal/Perjanjian Kerjasama dengan
Pemda

BERITA ACARA
KESEPAKATAN AWAL DENGAN PEMERINTAH DAERAH
KEGIATAN PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH TAHUN 2018
NOMOR:………………………….

Pada hari ini .............................., tanggal .............................., bulan..............................,


tahun.............................., berdasarkan surat tugas Nomor........ tanggal............, kami yang bertandatangan
di bawah ini:

No Nama Jabatan Tanda Tangan Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

Dengan ini sepakat untuk menindaklanjuti penataan konsolidasi tanah pada lokasi Potensi Obyek
Konsolidasi Tanah, serta menindaklanjuti untuk kegiatan :
1. Pembangunan infrastruktur pada lokasi penataan konsolidasi tanah;
2. Biaya pembangunan infrastruktur dibebankan pada pemerintah kabupaten/kota melalui APBD;
3. Melaksanaan kegiatan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.

Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
berdasarkan Surat Tugas Nomor .............................., tanggal ..............................

37
Lampiran 10. Contoh Berita Acara Kesepakatan Awal dengan Masyarakat

BERITA ACARA
KESEPAKATAN AWAL DENGAN MASYARAKAT
KEGIATAN PENYUSUNAN POTENSI OBYEK KONSOLIDASI TANAH TAHUN 2018
NOMOR:………………………….

Pada hari ini.............................., tanggal.............................., bulan..............................,


tahun.............................., kami yang bertandatangan di bawah ini:

No Nama Jabatan Tanda Tangan Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

Dengan ini kami sepakat untuk :


1. Ikut serta dalam pelaksanaan konsolidasi tanah;
2. Berpartisifasi aktif mendukung pelaksanaan konsolidasi tanah antara lain dengan cara
menyumbangkan sebagian kecil bidang tanah untuk fasilitas sosial dan fasilitas umum;
3. Biaya pelaksanaan kegiatan dan sertipikat tanah ditanggung oleh Kantor Pertanahan setempat.

Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

38

Anda mungkin juga menyukai