Anda di halaman 1dari 62

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ovarium mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai organ
reproduksi khususnya bagi wanita , namun dalam fungsi dan peranannya
terdapat masalah yang patut untuk diperhatikan. Masalah tersebut adalah
kista ovarium, potensinya dapat menyerang kaum wanita pada umumnya.
Namun pada hegemoni sekarang ini kaum wanita kurang atau bahkan tidak
memperhatikan hal-hal yang berkaitan sehingga resiko timbul kista ovarium
menjadi tinggi. Demikian juga etiologi dari kista ovarium juga sangat erat
dengan aktifitas sehari-hari menjadi faktor pendukung kerentanan individu
terkena kista ovarium.
Tahun 2008 WHO (World Health Organization) telah memaparkan
bahwa kista ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus
keganasa ginekologi. Kista ovarium juga merupakan kanker kelima yang
sering menjadi penyebab kematian pada wanita setelah setelah kanker paru-
paru, kolorental, payudara dan pankreas. Angka insiden pada wanita di
bawah 50 tahun sebanyak 5,3/100.000 dan meningkat menjadi 41,4/100
pada wanita di atas 50 tahun. Resiko yang paling ditakuti dari kista ovarium
yaitu mengalami degenerasi keganasan, disamping itu bisa juga mengalami
torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau
infeksi.
Begitu tingginya resiko terjadi kista ovarium mengharuskan setiap
kaum wanita meningkatkan perhatian dan kewaspadaan terhadap segala
yang berkaitan mengenai kista ovarium. Sehingga peran perawat dalam
health educator sangat diperlukan yaitu menjelaskan, mengajarkan, memberi
arahan serta memberi asuhan keperawatan yang sesuai terhadap penanganan
klien dengan kista ovarium.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi Ovarium ?

2. Apa definisi dari kista ovari?

3. Apa klasifikasi dari kista ovari?

4. Bagaimana etiologi dari kista ovari?

5. Bagaimana komplikasi dari kista ovari?

6. Bagaimana patofisiologi dari kista ovari?

7. Bagaimana asuhan keperawatan keperawatan yang harus


dilakukan untuk pasien dengan kista ovari?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah pembelajaran mata kuliah keperawatan reproduksi


1 materi gangguan pada sistem reproduksi yaitu mioma uteri
diharapkan mahasiswa semester 5 dapat memahami konsep dan teori
dan mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan sistem reproduksi

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi dari kista ovari


2. Mengetahui etiologi dan faktor penyebab terjadinya kista
ovari
3. Mengetahui patofisiologi dari kista ovari
4. Mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan
kista ovari
5. Menjelaskan patofisiologi dan Web of Caution terjadinya kista
ovari
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk
mendiagnosa kista ovari

2
7. Menjelaskan penatalaksanaan pada klien dengan kista ovari
8. Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada klien dengan
kista ovari.

1.4. Manfaat

1. Mahasiswa mampu memahami tentang kista ovari sehingga


dapat menunjang pembelajaran perkuliahan pada mata kuliah
Keperawatan Reproduksi I.
2. Mahasiswa mampu memahami proses asuhan keperawatan
yang dilakukan pada klien dengan kista ovari sehingga dapat
menjadi bekal saat melakukan proses asuhan keperawatan
selama dirumah sakit.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian messovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka
anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang mengikat
ovarium ke uterus. Pada palpasi,ovarium dapat digerakkan. Ovarium
memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria.Ukuran dan
bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat
ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat
untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi
yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium
licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur
folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.

Gambar 1. Morfologi Ovarium

4
1. Margo Liberal ( margo yang bebas tanpa penggantung) dan Margo
Mesovaricus ( margo yang menempel pada mesovarium)
2. Ektremitas Uterina (superior) ujung yang yang dekat dengan uterus
dan Ekstremitas Tubaria (inferior) ujung yang dekat dengan Tubae
Unterinae.
3. Facies Medialis ( Facies yang datar yang menghadap ke Tubae
Uterinae) dan Facies Latelaris ( facies yang lebih cembung yang
menghadap ke Ligamentum Suspensorium Ovarii)

A. Ligamen Ovarium terdiri dari:


1. Lig. Ovarii Propium : ligamentum yang membentang dari
extremitas uterina menuju ke corpus uteri disebelah
dorsocaudal tempat masuknya tuba uterina ke uterus.
2. Lig. Suspensorium Ovarii : ligamentum yang membentang
dari extremitas tubaria kearah cranial dan menghilang pada
lapisan yang menutupi Musculus Psoas Major
3. Lig. Mesovarium adalah ligamentum yg merupakan duplikat
dari lapisan mesenterica yang melebar ke arah dorsal.

B. Vaskularisasi dan Inervasi Ovarium:


Ovarium mendapatkan vaskularisasi dari a. ovarica dan v.
ovarica. Dimana v. ovarica dextra akan bermuara ke VCI.
Sedangkan v. ovarica sinistra akan bermuara ke v. renalis sinistra
lalu akan bermuara ke VCI. Ovarium dipersarafi oleh plexus
hypogastricus

C. Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan
tempat menghasilkan ovum. Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari,
terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di
sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. (Evelin, 200: 261)

5
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh
epitelium germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri
dari stroma serta folikel primordiial dan medula sebelah dalam
korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh darah, serabut
sara dan sedikit otot polos. (Bobak. 1995: 25)
D. Fungsi ovarium adalah:
1. Memproduksi ovum
Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian
anterior mengendalikan (melalui aliran darah) produksi
hormon ovarium. Hormon perangsangfolikel (FSH) penting
untuk awal pertumbuhan folikel de graaf, hipofisis
mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormon
(LH) dan sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.
2. Memproduksi hormon estrogen
Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai
anak-anak sampai sesudah menopause (hormon folikuler)
karena terus dihasilkan oleh sejumlah besar folikel ovarium
dan seperti hormon beredar dalam aliran darah. Estrogen
penting untuk pengembangan organ kelamin wanita dan
menyebabkan perubahan anak gadis pada masa pubertas dan
penting untuk tetap adanya sifat fisik dan mental yang
menandakan wanita normal. (Evelin, 2000: 262)
3. Memproduksi hormon progesterone
Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan
melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh estrogen terhadap
endometrium yaitu menyebabkan endometrium menjadi tebal,
lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi.
(Bobak, 1995: 28).

2.2 Definisi Kista Ovari

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang


paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar
kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus

6
haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kista ovarium adalah
benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh di
indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk
selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu
ovulasi. (Yatim, 2005).
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama
yang bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus
luteum. Tetapi disamping itu ditemukan pula jenis yang merupakan
neoplasma.

2.3 Klasifikasi Kista Ovarium


1. Kista ovarium Non neoplastik (fungsional)
a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai
berevolusi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar
menjadi kista. (Prawirohardjo, 2002). Kista folikel adalah struktur
normal, fisiologis, sementara dan seringkali multiple, yang berasal
dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang
sempurna. Paling sering terjadi pada wanita muda yang masih
menstruasi dan merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh
ovarium normal.

b. Kista korpus Luteum


Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan
menjadi korpus albikans. Terkadang korpus lutem akan
mempertahankan diri ( korpus luteum persistens), perdarahan yang
sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi

7
cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista
terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang
berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan
gangguan haid, berupa amenore diikuti oleh perdarahan tidak teratur.
Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa berat di perut bagian
bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat
menyebabkan ruptur.

Gambar : Kista korpus Luteum


c. Korpus Teka Lutein
Kista ini dapat terjadi pda kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus
luteum hematoma. Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan
lebih jarang dibanding kista folikel atau kista korpus luteum. Kista
teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuning-kuningan, seacar
perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga
akhirnya tinggallah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah.
Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian
lapisan lutein sehingga pada kista teka ltein yang tua, sel-sel lutein
terbenam dalam jaringan-jaringan perut. (Wiknojosastro,2005).
4. Kista ovarium Neoplastik
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya
rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat
menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa
dan berwarna kuning.
b. Kistadenoma Ovarii Muscinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilatelar, dapat
tumbuh menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan

8
dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perlengketan
kista dengan omentum, usus, dan peritonem parietale. Kista ini
berasal dari teratoma. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan
dan produksi musim yang terus bertambah akibat pseudomiksoma
peritonei.

Gambar : Kistadenoma Ovarii Muscinosum


c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kistanya
unilokular, bila multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista
ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar musinosum. Selain teraba
massa intraabdominal juga dapat timbul asites.

Gambar : Kistadenoma Ovarii Serosum

d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur
ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada
mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis,
konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat
terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid.
Kista ini diduga berasal dari sel telut melalui proses partenogenesis.
(Smeltzer, 2002).

9
Gambar : Kista Dermoid

2.4. Etiologi Kista Ovari

Sampai sekarang ini penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya


dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam
pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-
hipotalamus. Penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel
telur atau folikel untuk berovulasi.
Munculnya penyakit kista disebabkan beberapa hal, yaitu :
1. Adanya catatan kesehatan pernah mengalami kista ovarium sebelumnya
2. Siklus menstruasi yang tidak normal
3. Peningkatan distribusi lemak di bagian tubuh bagian atas
4. Peningkatan kesuburan pada wanita. Pada wanita yang tidak subur,
resiko tumbuhnya kista naik menjadi empat kali lipat.
5. Menstruasi dini, yang terjadi di usia 11 tahun atau lebih muda lagi
6. Hipotiroidsm tau ketidakseimbangan hormonal
7. Menderita kanker ovarium atau kanker metastatik. Pada penderita
kanker ovarim, biasanya ditemukan pula kista ovariumnya.
Merokok.

2.5. Manifestasi Klinis


Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala.
Namun kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti :
a) Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
b) Nyeri selama hubungan seksual
c) Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh
lainnya sudah terkena.
d) Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi.
e) Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau
diare, obstruksi usus dan asietas.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:


1. Gangguan haid
2. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.

10
3. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
4. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut :


1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut (usus dan hati)
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
4. Gangguan buang air besar dan kecil.
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

2.6. Patofisiologi
Ttumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.
1. Akibat pertumbuhan,
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila
tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan
miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di
ronggaperut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam
perutserta dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor
itusendiri mengeluarkan hormon.
3.Akibat Komplikasi
a) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur–angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala–gejala
klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadidalam
jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.

11
b) Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih.Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligament
tumin fundibulo pelvikum terhadap Peritoneum parietal dan ini
menimbulkan rasa sakit.
c) Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.
d) Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
padasaat persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi
yangtimbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke
uteruske dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri
terusmenerus disertai tanda – tanda abdomen akut.
e) Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinn perubahan
keganasan. Adanyaasites dalam hal ini mencurigakan.
(Wiknjosastro,2005)
Kista dermoid adalah tumor yang diduga berasal dari bagian
ovumyang normalnya menghilang saat maturasi. Asalnya tidak
teridentifikasi dan terdiri atas sel – sel embrional yang
tidakberdiferensiasi. Kista ini tumbuh dengan lambat dan
ditemukanselama pembedahan yang mengandung material sebasea
kental,berwarna kuning, yang timbul dari lapisan kulit. Kista
dermoidhanya merupakan satu tipe lesi yang dapat terjadi. Banyak

12
tipelainnya dapat terjadi dan pengobatannya tergantung pada tipenya.
(Smeltzer and Bare, 2001)

13
WOC Kista Ovarium

Kista ovarium

Pre-Operasi

Luka Operasi Sirkulasi Darah Perubahan Nutrisi


Menurun

Pembesaran Kurang
ovarium informasi Diskontinuitas Penurunan
Jaringan Imunitas Tubuh Metabolisme
Menurun

Kurang Informasi Hipolisis


Gangguan Rasa
Tekanan saraf Port de Entry
Nyaman :
sel tumor
Kurang Nyeri
Gangguan Pengetahuan Resiko Infeksi Peningkatan
Rasa Nyaman Asam Laktat
Kecemasan
Gangguan
Metabolisme
Rasa sebah di
perut
Keletihan
Mual, muntah
Defisit Perawatan Diri
Intake tidak
adekuat
Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari
Kebutuhan Tubuh

14
2.7. Pemeriksaa Diganostik

1. Pap smear
Pap Smear untuk mengetahui displosia seluler menunjukan
kemungkinan adaya kanker / kista.
2. Ultrasound / scan CT
Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat
berkisar dari 1-6 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa, dan batas-
batanya.
3. Laparoskopi
Laparoskopi dilakukan untuk melihat adanya tumor,
perdarahan, perubahan endometrial. Laparoskopi juga berguna
untuk menentukan apakah kista berasal dari ovary atau tidak
dan juga untuk menentukan jenisnya.
4. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis
sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif,
peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses inflamasi /
infeksi. ( Doenges. 2000:743 ).
5. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang
dapat dilihat gigi dalam tumor.

2.8. Penatalaksanaan dari Kista Ovari


1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah
melalui tindakan bedah, missal laparatomi, kistektomi atau
laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk
mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan
setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada

15
distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien
tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan
analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada
abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan
tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda
infeksi, perawatan insisi luka operasi.
( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang
tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan
reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan
tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan
pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro,
et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena
keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi,
seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk
mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit
dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya
diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa
aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan
pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton, 1995).
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum
penderita, karena kesadaran menurun. Selain itu juga
diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-tanda
infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat
juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah
setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah
satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau
menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-

16
benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan
kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya
dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk evaluasi
medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996).

2.9. Komplikasi
Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan
ketidaknyamanan pada ovarium. Jika kista yang besar
menekan kandung kemih akan mangakibatkan seseorang
menjadi sering berkemih karena kapasitas kandung kemih
menjadi berkurang. Beberapa wanita dengan kista ovarium
tidak menimbulkan keluhan, tapi dokterlah yang menemukan
pada pemeriksaan pelvis. Masa kista ovarium yang
berkembang setelah menopause mungkin akan menjadi suatu
keganasan (kanker).
Beberapa komplikasi dari kista ovarium antara lain:
1. Torsio Kista Ovarium. Komplikasi kista ovarium bisa berat.
Komplikasi paling sering dan paling berbahaya adalah torsio
dari kista ovarium yang merupakan kegawatdaruratan medis
yang menyebabkan tuba falopi berotasi, situasi ini bisa
menyebabkan nekrosis. Kondisi ini sering menyebabkan
infertilitas. Manifestasi dari torsio kista ovarium adalah nyeri
perut unilateral yang biasanya menyebar turun ke kaki. Pada
kondisi ini pasien harus segera di bawa ke rumah sakit. Jika
pembedahan selesai pada 6 jam pertama setelah onset krisis,
intervensi pada kista torsio bisa dilakukan. Jika torsio lebih
dari 6 jam dan tuba falopi sudah nekrosis, pasien akan
kehilangan tuba falopinya.
2. Perdarahan dan ruptur kista. Komplikasi lain adalah
perdarahan atau rupturnya kista yang ditandai dengan ascites
dan sering sulit untuk dibedakan dari kehamilan ektopik.
Situasi ini juga perlu pembedahan darurat. Gejala dominan dari
komplikasi ini adalah nyeri kuat yang berlokasi di salah satu

17
sisi dari abdomen (pada ovarium yang mengandung kista).
Ruptur kista ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur kista
ovarium sulit dikenali karena pada beberapa kasus tidak
ditemukan gejala. Tanda pertama yang bisa terjadi adalah
terasa nyeri di abdomen bagian bawah, mual, muntah dan
demam.
3. Infeksi. Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium.
Kista ovarium yang tidak terdeteksi dan susah untuk
didiagnosis bisa mengakibatkan kematian akibat septikemia.
Gejala infeksi pertama adalah demam, malaise, menggigil dan
nyeri pelvis.

2.10. Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat
tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan
keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir. Angka
harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara
86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor
sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan
karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan
dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal
yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat
baik.(william, 2005)
Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan
prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor
nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi
keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap
berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara
keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%
(william, 2005)

18
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas pada pasien yang harus diketahui diantaranya : nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terdapat benjolan di bawah perut. Ada yang terletak di depan uterus
dapat menekan kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan
nmiksi.(Prawiroharjo, 2005:347)
3. Riwayat Kesehatan Lalu
Pernah menderita penyakit menular sex, penyakit yang berhubungan,
(andiloma akuminota, gonorea, adnexitis) (Hanifa, hal 382)
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Terdapat benjolan di bagian perut, nyeri abdomen, dismenorea
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya factor heredier, karena prematurias sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu
6. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Pada pasien pada Gynekologis dengan perdarahan
banyak pada konjungtiva.
b. Abdomen : Teraba adanya masa abnormal pada perut bagian
bawah konsisten keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas tidak
sakit tapi kadang-kadang ditemui nyeri, terdapat benjolan pada
perut bagian bawah/ rongga panggul.
c. Genetalia : Dapat terjadi pengeluaran darah pervagina kadang
sebelumnya terdapat keputihan yang lama.
d. Anus: Akan timbul hemoroid, luka dan varises pecah karena
keadaan obstipasi akibat penekanan kista ovari pada rectum
e. Ekstremitas : Penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe dari panggul dapat menyebabkan odem tungkai
7. Pemeriksaan Penunjang
- USG abdominal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis
- Pemeriksaan Laboratorium
Hb akan terjadi penurunan apabila disertai perdarahan yang hebat

3.2 Diagnosa Keperawatan

19
1. Gangguan rasa nyaman nyeri akut abdomen berhubungan dengan insisi
abdomen (00132)
2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
diagnosis dan pembedahan (00146)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat (00002)
4. Gangguan rasa nyaman nyeri akut abdomen berhubungan dengan insisi
abdomen (00132)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi kuman sekunder terhadap
pembedahan (00004)
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobiilitas, kelemahan dan
nyeri pasca pembedahan (00108)
4 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri akut abdomen berhubungan
dengan insisi abdomen (00132)
Domain : 12 Kelas : 1

NOC NIC

Pain Level (2102) Pain Management (1400)

Pain Control (1605) a. Lakukan pengkajian nyeri


secara komperhensif termasuk
Comfort Level (2008)
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan factor
presipitasi
Setelah dilakukan asuhan b. Observasi reaksi nonverbal
keperawatan selama 2x24 jam dari ketidaknyamanan
diharapkan nyeri pasien c. Gunakan teknik komunikasi
berkurang dengan kriteria hasil: terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri
a. Mampu mengontrol nyeri d. Kontrol lingkungan yang dapat
(tahu penyebab nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti
menggunakan tehnik suhu ruangan, pencahayaan
nonfarmakologi untuk dan kebisingan
mengurangi nyeri, mencari e. Berikan analgetik untuk

bantuan) mengurangi nyeri


b. Melaporkan bahwa nyeri f. Tingkatkan istirahat

20
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
c. Mampu menggali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi, dan
tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang
normal

2. Diagnosa 2
Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
diagnosis dan pembedahan (00146)
Domai : 9 Kelas : 2

NOC NIC

Anxiety Self Control (1402) Anxiety Reduction (5820)


Setelah dilakukan asuhan a. Gunakan pendekatan yang
keperawatan selama 2x24 jam menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan
diharapkan cemas yang dialami
terhadap pasien
pasien dapat terkontrol dengan
c. Jelaskan semua prosedur dan
kriteria hasil:
apa yang dirasakan selama
a. Klien mampu mengidentifikasi
prosedur
dan mengungkapkan gejala
d. Libatkan keluarga untuk
cemas
mendampingi pasien
b. Mengidentifikasi,
e. Dengarkan dengan penuh
mengungkapkan dan
perhatian
menunjukan tehnik untuk f. Identifikasi tingkat kecemasan
mengontrol cemas pasien
c. Vital sign dalam batas normal g. Kolaborasi pemberian obat
d. Postur tubuh, ekspresi wajah,
untuk mengurangi kecemasan
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukan
berkurangnya kecemasan

21
3. Diagnosa 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat (00002)
Domain : 2 Kelas : 1

NOC NIC

Nutritional Status (1004) Nutrition Management (1100)


Setelah dilakukan asuhan a. Kaji nutrisi pasien
b. Kaji adanya allergy atau
keperawatan selama 3x24 jam
toleransi makanan
diharapkan kebutuhan nutrisi
c. Mingkatkan lingkungan yang
pasien dapat terpenuhi secara
nyaman saat pasien makan
seimbang dengan kriteria hasil: d. Monitor jumlah nutrisi dan
a. Intake nutrisi adekuat
kandungan kalori
b. Intake makanan dan cairan
e. Monitor BB
adekuat f. Berikan informasi tentang
c. BB pasien dalam batas normal
kebutuhan nutrisi

4. Diagnosa 4
Gangguan rasa nyaman nyeri akut abdomen berhubungan dengan insisi
abdomen (00132)
Domain : 12 Kelas : 1

NO NIC

Pain Level (2102) Pain Management (1400)


Pain Control (1605) a. Lakukan Pengkajian nyeri
Comfort Level (2008)
secara komperhensif termasuk
Setelah dilakukan asuhan
lokasi, karakterisitik, durasi,
keperawatan selama 3x24 jam
frekuensi, kualitas, dan factor
diharapkan nyeri pasien
presipitasi
berkurang dengan kriteria hasil :
b. Observasi reaksi nonverbal
a. Mampu mengontrol nyeri
dari ketidaknyamanan
(tahu penyebab nyeri, mampu
c. Ajarkan tehnik nonfarmakologi
menggunakan tehnik
(napas dada, relaksasi,
nonfarmakologi untuk
distraksi, kompres
mengurangi nyeri, mencari
hangat/dingin)
bantuan) d. Berikan analgetik untuk
b. Melaporkan bahwa nyeri
mengurangi nyeri
berkurang dengan e. Tingkatkan istirahat

22
menggunakan manajemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi,
dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman
setelah berkurang
e. Tanda vital dalan rentang
normal

5. Diagnosa 5
Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi kuman sekunder terhadap
pembedahan (00004)
Domain : 11 Kelas : 1

NOC NIC

Infection Severty (0703) Infection Control (6540)


Risk Kontrol (1902) a. Bersikan Lingkungan setelah
Setelah dilakukan asuhan
dipakai pasien lain
keperawatan selama 3x24 jam b. Pertahankan teknik isolasi
c. Batasi pengunjung bila perlu
diharapkan infeksi terkontrol
d. Gunakan sabun antimikrobia
dengan kriteria hasil:
untuk cuci tangan
a. Klien bebas dari tanda dan
e. Cuci tangan setiap sebelum
gejala infeksi
dan sesudah tindakan
b. Mendeskripsikan proses
keperawatan
penularan penyakit, factor yang
f. Gunakan baju, sarung tangan
mempengaruhi penularan serta
sebagai alat pelindung
penatalaksaannya g. Pertahankan lingkungan
c. Menunjukan kemampuan
aseptic selama pemasangan
untuk mencegah timbulnya
alat
infeksi h. Gunakan kateter intermiten
d. Jumlah leukosit dalam batas
untuk menurunkan infeksi
normal
kandung kencing
e. Menunjukan perilaku hidup
i. Tingkatkan intake nutrisi
sehat

Infection Protection (6550)

23
a. Monitor tanda gejala infeksi
sistemik dan local
b. Monitor hitung granulosit.
WBC
c. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
d. Pertahankan teknik isolasi /
batasi pengunjung
e. Berikan perawatan kulit pada
area epidema
f. Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
g. Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
h. Dorong masukan nutrisi yang
cukup
i. Dorong masukan cairan
j. Dorong istirahat
k. Ajarkan cara menghindari
infeksi
l. Laporkan kecurigaan infeksi
m. Laporkan kultur positif

6. Diagnosa 6
Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobiilitas, kelemahan dan
nyeri pasca pembedahan (00108)
Domain : 4 Kelas : 5

NOC NIC

Self Care : Activity of Daily Self Care Assistance : ADLs


Living (ADLs) (0300) (1800)
Setelah dilakukan asuhan a. Monitor kemampuan klien
keperawatan selama 3x24 jam untuk perawatan diri yang
diharapkan pasien menunjukan mandiri
b. Sediakan bantuan sampai klien
kebersihan diri dengan kriteria
mampu secara utuh untuk
hasil:
a. Pasien bebas dari bau badan melakukan selfcare
b. Pasien tampak menunjukan c. Dorong klien untuk melakukan

24
kenyamanan terhadap aktivitas sehari-hari yang
kemampuan untuk melakukan normal sesuai kemampuan
ADLs yang dimiliki
c. Pasien dapat melakukan d. Dorong untuk melakukan
ADLs dengan bantuan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya
e. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan
f. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari

BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Kasus
Ny. X 38 tahun mendatangi Rumah Sakit Unair Surabaya
seminggu yang lalu bersama suaminya, dengan keluhan nyeri pada perut yang
menetap disertai rasa agak gatal yang telah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu.
Pada saat menstruasi darah yang keluar sangat banyak dari biasanya. Ny.X
telah didiagnosa menderita Kista Ovarium dan dijadwalkan untuk operasi
pengangkatan Kista Ovarium 3 hari mendatang. Ny. X dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital TD 100/70mmHg , N : 98x/menit, RR : 24x/menit, S : 36oC
dan pasien hanya mengkonsumsi 3 sendok makanan yang disediakan Rumah
Sakit.

25
4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
1) Nama : Ny.D
2) Usia : 38 tahun
3) Alamat : Surabaya
4) Agama : Islam
5) Suku : Jawa
6) Pekerjaan : Penjahit
7) Pendidikan terakhir : SMA
2. Keluhan Utama : Cemas
3. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien
merasa cemas dalam menghadapi
operasi yang akan dilakukan 3 hari
lagi .
a) Riwayat Penyakit Dahulu :-
b) Riwayat Penyakit Keluarga : -
c) Riwayat Psikososial :-
d) Riwayat Operasi :-
4. Pemeriksaan Fisik TTV : TD 100/70 mmHg , N : 98x/menit, RR :
24x/menit, S : 36oC. Pemeriksaan fisik yang dilakukan mulai dari kepala
sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a) Kepala
Keadaan rambut : kusam dan mudah patah
b) Mata
1) Sklera : ikterus
2) Konjungtiva : anemis
3) Mata : simetris
c) Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugularis
d) Dada (Pernapasan)
1) Jenis pernapasan : normal
2) Bunyi napas : vesikuler
e) Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f) Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.

4.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai diagnosis dan
pembedahan (00146)

26
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat (00002)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi kuman sekunder terhadap
pembedahan (00004)
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobiilitas, kelemahan dan nyeri
pasca pembedahan (00108)

Rencana Asuhan Keperawatan


1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai diagnosis dan
pembedahan (00146)
Domai : 9 Kelas : 2

NOC NIC
Anxiety Self Control (1402) Anxiety Reduction (5820)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan h. Gunakan pendekatan yang
selama 2x24 jam diharapkan cemas yang menenangkan
i. Nyatakan dengan jelas harapan
dialami pasien dapat terkontrol dengan
terhadap pasien
kriteria hasil:
j. Jelaskan semua prosedur dan
e. Klien mampu mengidentifikasi dan
apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala cemas
f. Mengidentifikasi, mengungkapkan prosedur
k. Libatkan keluarga untuk
dan menunjukan tehnik untuk
mendampingi pasien
mengontrol cemas
l. Dengarkan dengan penuh
g. Vital sign dalam batas normal
h. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa perhatian
m. Identifikasi tingkat
tubuh dan tingkat aktivitas
kecemasan pasien
menunjukan berkurangnya
n. Kolaborasi pemberian obat
kecemasan
untuk mengurangi kecemasan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang tidak adekuat (00002)
Domain : 2 Kelas : 1

NOC NIC
Nutritional Status (1004) Nutrition Management (1100)

27
Setelah dilakukan asuhan keperawatan g. Kaji nutrisi pasien
h. Kaji adanya allergy atau
selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan
toleransi makanan
nutrisi pasien dapat terpenuhi secara
i. Mingkatkan lingkungan yang
seimbang dengan kriteria hasil:
nyaman saat pasien makan
d. Intake nutrisi adekuat
j. Monitor jumlah nutrisi dan
e. Intake makanan dan cairan adekuat
f. BB pasien dalam batas normal kandungan kalori
k. Monitor BB
l. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi

3. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi kuman sekunder terhadap


pembedahan (00004)
Domain : 11 Kelas : 1

NOC NIC
Infection Severty (0703) Infection Control (6540)
Risk Kontrol (1902) j. Bersikan Lingkungan setelah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
dipakai pasien lain
selama 3x24 jam diharapkan infeksi k. Pertahankan teknik isolasi
l. Batasi pengunjung bila perlu
terkontrol dengan kriteria hasil:
m. Gunakan sabun antimikrobia
f. Klien bebas dari tanda dan gejala
untuk cuci tangan
infeksi
n. Cuci tangan setiap sebelum
g. Mendeskripsikan proses penularan
dan sesudah tindakan
penyakit, factor yang mempengaruhi
keperawatan
penularan serta penatalaksaannya
o. Gunakan baju, sarung tangan
h. Menunjukan kemampuan untuk
sebagai alat pelindung
mencegah timbulnya infeksi
p. Pertahankan lingkungan
i. Jumlah leukosit dalam batas normal
j. Menunjukan perilaku hidup sehat aseptic selama pemasangan
alat
q. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
r. Tingkatkan intake nutrisi

Infection Protection (6550)

28
n. Monitor tanda gejala infeksi
sistemik dan local
o. Monitor hitung granulosit.
WBC
p. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
q. Pertahankan teknik isolasi /
batasi pengunjung
r. Berikan perawatan kulit pada
area epidema
s. Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
t. Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
u. Dorong masukan nutrisi yang
cukup
v. Dorong masukan cairan
w. Dorong istirahat
x. Ajarkan cara menghindari
infeksi
y. Laporkan kecurigaan infeksi
z. Laporkan kultur positif

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobiilitas, kelemahan dan nyeri


pasca pembedahan (00108)
Domain : 4 Kelas : 5

NOC NIC
Self Care : Activity of Daily Living Self Care Assistance : ADLs (1800)
g. Monitor kemampuan klien
(ADLs) (0300)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan untuk perawatan diri yang
selama 3x24 jam diharapkan pasien mandiri
h. Sediakan bantuan sampai klien
menunjukan kebersihan diri dengan
mampu secara utuh untuk
kriteria hasil:
d. Pasien bebas dari bau badan melakukan selfcare

29
e. Pasien tampak menunjukan i. Dorong klien untuk melakukan
kenyamanan terhadap kemampuan aktivitas sehari-hari yang
untuk melakukan ADLs normal sesuai kemampuan yang
f. Pasien dapat melakukan ADLs
dimiliki
dengan bantuan j. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya
k. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan
l. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang
paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar
kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus
haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kematian disebabkan
karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat
terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan
sudah dalam stadium akhir.
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama
yang bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus
luteum. Tetapi disamping itu ditemukan pula jenis yang merupakan
neoplasma.

30
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Derajat kesehatan salah satunya didukung dengan kaum wanita yang
memperhatikan kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak pada
berbagai aspek kehidupan. Salah satu masalah kesehatan pada kaum wanita
yang insidensinya terus meningkat adalah mioma uteri. Mioma uteri
menempati urutan kedua setelah kanker serviks berdasarkan jumlah angka
kejadian penyakit. Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara pasti,
diduga merupakan penyakit multifaktor karena memiliki banyak faktor dan
resikonya meningkat seiiring dengan bertambahnya usia.

Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus mioma uteri dari


341 wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%. Penelitian
Boynton (2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari
827.348 wanita usia 25-42 tahun dengan prevalensi 0,9%. Penelitian Pradhan
(2006) di Nepal melaporkan 137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus

31
ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian Okizei O (2006) di Nigeria
(Departement of Gynecology, University of Nigeria Teaching Hospital
Enugu) melaporkan mioma uteri 190 diantara 1.938 kasus ginekologi dengan
prevalensi 9.8%. Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di India (Departement of
Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical College and Hospital) terdapat
150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun
dengan prevalensi 51%, dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari 50
tahun dengan prevalensi 30%.

Berdasarkan multifaktor tersebut, kewaspadaan wanita terhadap resiko


mioma uteri sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peran perawat berpengaruh
dalam menjawab kebutuhan klien dengan mioma uteri. Yaitu memberikan
asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan mioma uteri serta
menjalankan fungsi perannya sebagai health educator.

1.2. Rumusan Masalah

8. Bagaimana anatomi dan fisiologi uterus ?

9. Apa definisi dari mioma uteri?

10. Apa klasifikasi dari mioma uteri?

11. Bagaimana etiologi dari mioma uteri?

12. Bagaimana komplikasi dari mioma uteri?

13. Bagaimana epidemologi dari mioma uteri?

14. Bagaimana asuhan keperawatan keperawatan yang harus dilakukan


untuk pasien dengan mioma uteri?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

32
Setelah pembelajaran mata kuliah keperawatan reproduksi 1 materi
gangguan pada sistem reproduksi yaitu mioma uteri diharapkan
mahasiswa semester 5 dapat memahami konsep dan teori dan
mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
sistem reproduksi.

1.3.2 Tujuan Khusus

9. Mengetahui definisi dari Mioma Uteri


10. Mengetahui etiologi dan faktor penyebab terjadinya Mioma Uteri
11. Mengetahui patofisiologi dari Mioma Uteri
12. Mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan
Mioma Uteri
13. Menjelaskan Web of Caution terjadinya Mioma Uteri
14. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk
mendiagnosa Mioma Uteri
15. Menjelaskan penatalaksanaan pada klien dengan Mioma Uteri
16. Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada klien dengan Mioma
Uteri

1.4. Manfaat

3. Mahasiswa mampu memahami tentang Mioma Uteri sehingga


dapat menunjang pembelajaran perkuliahan pada mata kuliah
Keperawatan Reproduksi I.
4. Mahasiswa mampu memahami proses asuhan keperawatan yang
dilakukan pada klien dengan Mioma Uteri sehingga dapat menjadi
bekal saat melakukan proses asuhan keperawatan selama dirumah
sakit.

33
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Anatomi dan Fisiologi


2.1.1 Uterus
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak
di dalam pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan.
Ototnya disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah
dalamnya disebut endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian
lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya
terletak di atas kandung kencing. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm dan
beratnya 30 sampai 60 gram. Uterus terbagi atas 3 bagian berikut:

Gambar 1. Anatomi Uterus


a. Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uterina

34
b. Badan uterus, melebar dari fundus ke servix, sedangkan antara badan
dan servix terdapat istmus
c. Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut servix

Dinding rahim yang terdiri dari segi lapisan yaitu:


a. Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar
b. Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah
c. Lapisan mukosa (lapisan endometrium) di dalam
Ligamentum teres uteri ada dua buah, di sebelah kiri dan di
sebelah kanan sebuah. Terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi
pembuluh darah dan ditutupi peritonum. Ligamen ini berjalan dari
sudut atas uterus ke depan dan ke samping, melalui anulus inguinalis
profundus ke kanalis inguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 sampai
12,5 cm.

2.1.2. Fungsi Uterus


Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama
perkembangan. Sebutir ovum, sesudat keluar dari ovarium, diantarkan
melalui tuba uterina ke uterus. Endometrium disiapkan untuk
penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang
tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung
selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya
menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis
masuk ke dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus. Pada
waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus
berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar
kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal
sebagai involusi.

2.5 Definisi Mioma Uteri.


Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau
fibromioma uteri fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling sering
didapatkan pada wanita. Mioma uteri merupakan tumor paling umum
pada traktus genitalis. Leiomioma berasal dari sel otot polos rahim dan
pada beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim.
(Derek, 2002).

35
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus,
dapat dibagi dalam 3 jenis :
1. Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering
menyebabkan perdarahan yang banyak. Adanya mioma submukosa
dapat dirasakan sebagai suatu “curet bump” (benjolan waktu kuret).
Kemungkinan degenerasi sarcoma juga lebih besar pada jenis ini.
Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui serviks (miomgeburt).

2. Interstinal atau intramural


Terletak di dinding uterus diantara serabut miometrium.
Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak
dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang
padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke
atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi. Berubah sering
tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak
nyaman karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3. Subserosa atau subperitoneal
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai suatu massa yang dihubungkan
dengan uters melalui tungkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat
berada di dalam ligamentum latum dan disebut juga mioma
intraligamenter. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah
diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin
mengecil dan terputus, dan mioma ini dikeal sebagai jenis parasitik.
(Prawirohardjo, 2002).

2.3. Etiologi Mioma Uteri

36
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang
pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan
bahwa mioma uteri terjadi terjadi tergantung pada sel-sel imatur
yang terdapat pada “cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh hormon estrogen. Namun demikian, beberapa
faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma
adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-
zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari terjadinya
mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun
ada 2 teori yang berpendapat:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat
bahwa
1. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa
hamil .
2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum
monarche.
3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah
menopause.
4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama
dengan mioma uteri
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo,
1996:282).

2.4.Klasifikasi Mioma Uteri


Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian
yaitu:
1. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya
sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang
dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah

37
lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut
sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan
mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan
dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran
darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai
semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum.
Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
2.Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya
multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus,
tapibila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus
bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3. Mioma Uteri Submukosum
` Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa
uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri.
Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar
dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt.
Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan,
sehinggasebagai terapinya dilakukan histerektomi.

2.5. Manifestasi Klinis Mioma Uteri


Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan
tidak sadar bahwa mereka mengandung satu tumor dalam uterus.
Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural,
submucous) digolongkan sebagai berikut
1. Perdarahan tidak normal
Perdarahan ini serng bersifat hipermenore;
mekanisme perdarahan ini tidak diketahui benar, akan tetapi
faktor-faktor yang kiranya memegang peranan dalam hal ini

38
adalah telah meluasnyapermukaan endometrium dan
gangguan dalam kontraktibilitas miometrium.
2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah Dapat
terjadi jika :
a.Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b.Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga
rahim
c.Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis,
ooforitis
d.Terjadi degenerasi merah
3.Tanda-tanda penekanan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar
dan lokasi mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus
urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah.
Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi
dengan gangguan miksi dan terhadap uretes bisa
menyebabkan hidro uretre
4.Infertilitas dan abortus
Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural
menutup atau menekan pors interstisialis tubae; mioma
submukosum memudahkan terjadinya abortus.
(Prawirohardjo,1996: 288)

2.6. Patofisiologi Mioma Uteri.


Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau
simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma,akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada
satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka
korpus ini tampak bundar dan konsistensi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas
sehingga sering menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan
timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah
pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul

39
lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan
sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan
kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan
yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan
volume cairan. (Sastrawinata S: 151)

WOC Mioma Uteri

Faktor resiko : perempuan usia produktif

Reseptor estrogen

Hiperplasia sel imatur (otot polos dan


jaringan ikat)

MIOMA UTERI

Intramural Submukosa Subserosa

Tumbuh di dinding uterus Berada dibawah endommetrium dan Tumbuh keluar dinding
mennjol kedalam rongga uterus

Tanda dan Gejala


40
41
Tanda dan Gejala

Pendarahan pervagina Pembesaran Uterus


Tindakan Operasi

Suplai darah Informasi tidak Gg. sirkulasi Penekanan


Post operasi
adekuat syaraf

Nekrosis
MK: Resiko Gg. hematologi Kurangnya Pengaruh
MK : obat
tinggi pengetahuan anestesi
NYERI
gangguan Radang AKUT
perfusi Imun tubuh
Gg. peristaltik
jaringan
MK :
ANSIETAS
MK: RISIKO Mual,muntah
INFEKSI
Penekanan organ
sekittar Anoreksia

Kandung kemih Uretra Ureter Rectum


MK : RESIKO
KETIDAKSEIMBANGAN
Poliuri Retensi urin Hidronefrosis
NUTRISI KURANG Konstipasi
DARI
KEBUTUHAN TUBUH

MK : GANGGUAN ELEMINASI URIN MK : GANGGUAN


ELEMINASI ALVI

Pra operasi

Informasi Kurangnya MK :
tidak adekuat support sistem ANSIETAS

42
2.7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus
Mioma Uteri untuk menegakkan diagnosisnya adalah :
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun.
2. USG (Ultrasonografi)
Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar
paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma
Uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan
bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang
hipoekoik.
8. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa,
jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat
diangkat.
9. MRI (Magnetic Resonance Imaging
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi
mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai
massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang
normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi

43
dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

2.8. Penatalaksanaan dari Mioma Uteri

Penanganan bergantung pada intensitas gejala, ukuran, serta lokasi


tumor, dan usia pasien, paritas, status kehamilan, keinginan mempunyai
anak, serta kondisi kesehatan secara umum.
Pilihan terapi meliputi tindakan nonbedah dan tindakan bedah.
Terapi farmakologi umumnya tidak efektif dalam jangka waktu yang lama
bagi tumor fibroid. (Kowalak, 2011)
Di samping metode observasi, metode nonbedah meliputi:
1. Preparat agonis GnRH untuk dengan cepat mensupresi pelepasan
gonadotropin hipofisis yang menimbulkan hipoestrogenemia berat,
berkurangnya volume uterus hingga 50 % (efek puncaknya tercapai
setelahterapi memasuki minggu ke-12), dan mengecilnya tumor
sebelum operasi serta berkurangnya perdarahan selama pembedahan
dan peningkatan hematokrit prabedah.
Terapi ini tidak menyembuhkan karena tumor akan terus membesar
setelah terapi dihentikan. Peningkatan ukuran tumor selama terapi
dapat menunjukkan sarcoma uteri.
Terapi dengan preparat agonis GnRH sebaiknya dilakukan
prabedah atau selama kurun waktu hingga enam bulan pada wanita
perimenopaus, yang setelah itu segera mengalami menopause alami
sehingga tindakan bedah dapat dihindari.
2. NSAID (Nonsteroid Antiinflammatory Drugs)
Ibuoprofen sebagai obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengatasi
dismenore dan gangguan rasa nyaman pada panggul. (Kowalak, et.al,
2011).

Terapi nonfarmakologis untuk mioma uteri antara lain :


1. Observasi
Bila uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu,
tanpa disertai penyulit lain.
2. Ekstirpasi

44
Atau pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya untuk
mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir, umumnya dilanjutkan
dengan tindakan D/K.
3. Laparotomi dan miomektomi
Hal ini dilakukan bila fungsi reproduksi masih dibutuhkan dan
secara teknis masih memungkinkan untuk dilakukan tindakan tersebut.
Biasanya tindakan ini dilakukan untuk mioma intramural, subserosa,
dan subserosa bertangkai.
Namun walaupun hanya dilakukan miomektomi, kemungkinan
infertilitas pascatindakan sangat mungin terjadi.
4. Laparotomi dan histerektomi
Tindakan ini dilakukan bila:
a. Fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi
b. Pertumbuhan tumor sangat cepat
c. Sebagai tindakan hemostasis, dimana terjadi perdarahan yang terus-
menerus dan tidak membaik dengan pengobatan.
Histerektomi yang dilakukan adalah histerektomi totalis tanpa
ovariektomi, namun bila mengalami kesulitan, dapat dilakukan
histerektomi subtotalis.
5. Ovariektomi Bilateral
Tindakan ini dilakukan untuk penderita dengan usia di atas 50
tahun. Setelah dilakukan tindakan ini, penderita mendapatkan
substitusi hormonal (Achadiat, 2004).
Komplikasi Mioma Uteri menurut Wiknjosastro, (2007:340) yaitu:
1. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis, sehingga terjadi
sindrom abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan
infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.
3. Nekrosis dan infeksi
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke vagina. Dalam hal ini

45
kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh
tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.
4. Perdarahan sampai terjadi anemia.

Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.


1. Pengaruh mioma terhadap kehamilan .
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
2. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

2.9. Komplikasi.
Komplikasi Mioma Uteri menurut Wiknjosastro, (2007:340) yaitu:
A. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
B. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis, sehingga terjadi
sindrom abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan
infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.
3. Nekrosis dan infeksi
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke vagina. Dalam hal ini
kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh
tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.
4. Perdarahan sampai terjadi anemia.
Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
A. Pengaruh mioma terhadap kehamilan .
a. Infertilitas.
b. Abortus.

46
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
B. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1. Pengkajian

3.1.1. Data Subjektif


1. Biodata : umur 35 – 45 tahun mempunyai resiko terkena mioma
uteri (20%) dan jarang terjadi setelah menopause, karena pada
menopause estrogen menurun, menurut suku bangsa kulit, kulit
hitam lebih banyak beresiko terkena mioma daripada kulit putih
(Wiknjosastro, 2007:39).
2. Keluhan utama : gejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma
uteri menurut Wiknjosastro, (2005;342) yaitu :
a. Pendarahan abnormal (hypermenore, menoragia, metoragie)
b. Rasa nyeri, akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan
c. Gagguan BAK (poliuri, retensio urine, disuria), hal ini akibat
tekanan pada kandung kemih
d. Gangguan BAB (obstipasi dan tanesmia), hal ini akibat
tekana pada rectum
e. Edema tungkai dan nyeri panggul akibat penekanan pada
pembuluh darah dan pembuluh limfe.
3. Riwayat kesehata lalu dan sekarang
Pada mioma uteri sering ditemukan pada penderita yang
sering mengalami pendarahan (hypermenore, menoragia,
metrorargia) yang lama dan terus menerus kadang kadang disertai
nyeri pada perut bagian bawah dan riwayat kontak berdarah dan
disparenia (Hamilton, 1995;18-19).
a. Riwayat kesehatan keluarga : adakah anggota keluarga
pasien yang menderita atau pernah mnderita penyakit yang
sama dengan pasien yang berupa pendarahan terus menerus
dan lama karena predisposisi dari mioma adalah keturunan.
Pada keluarga adakah riwayat gangguan pembekuan darah
yang dapat mengakibatkan perdarahan yang sulit berhenti
(Wiknjosastro, 2005;338)

47
b. Riwayat kebidanan : menurut Wiknjosastro, (2005;342)
yaitu:
Haid : pada riwayat haid sering ditemukan adanya
hipermenore, menoragie, metoragi, dan dismenore. Mioma
uteri tidak terjadi sebelum menarche. Setelah menopause
banyak mioma terjad lisut, hanya 10% saja yang masih
dapat tumbuh lebih lanjut. Pengaruh mioma pada kehamilan
menurut Wiknjosastro, (2006;421),:
1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil,
terutama pada mioma uteri submukosium.
2. Kemungkinan abortus bertambah.
3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada
mioma yang besar dan letak subserus

Pengaruh mioma pada persalinan :


a. Menghalangi lahirnya bayi terutama pada mioma
yang letaknya di serviks
b. Inersia uteri dan atonia uteri
c. Mempersulit lahirnya plasenta
c. Riwayat KB
KB hormonal estrogen dengan kadar yang tinggi
merupakan pencetus terjadinya mioma karena estrogen lebih
tinggi kadarnya daripada wanita yng mnggunakan KB hormonal
(Hartanto, 2003;98)
d. Pola kebiasaan sehari hari
1. Nutrisi : pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan
turun, rasa sesak, dll.
2. Eliminasi : pola kebiasaan sehari hari terutama pada
eliminasi mengalami perubahan. Misalnya perubahan pola
BAK, BAB
3. Seksuaitas : perubahan pola seksual dapat berupa kontak
berdarah dyspareunia, karena adanya mioma pada alat
genetalia interna juga kadang menyebabkan libido menurun.
4. Aktivitas : pola aktivitas tergangg akibat rasa nyeri yang
timbul
5. Kondisi psikososial : ibu mengalami kecemasan disebabkan
karena dampak atau gejala yang ditimbulkan oleh adanya
penyakit seperti perdarahan, benjolan, perdarahan yang
terus menerus dan lama
6. Kondisi spiritual : ibu merasa terganggu dengan adanya
perdarahan dan gejala lain dari penyakitnya terutama bagi
pasien yang beragama islam tidak dapat melaksanakan
ibadah

48
3.1.2. Data Objektif
1. Keadaan umum : lemah, anemis.
2. Kesadaran : komposmentis sampai somnolen karena perdarahan
yang menimbulkan gamgguan keseimbangan cairan
3. Tanda tanda vital:
a. Tensi : dalam keadaan syok hipovolmik akan terjadi
penurunan tensi.
b. Nadi : dalm keadaa syok hipovolemik akan terjadi takikardi.
c. Suhu : dapat normal dan juga terjadi peningkatan suhu bila
sudah ditemukan infeksi atau dehidrasi berat.
d. Nafas : engalami peningkatan sehubungan dengan gejala
sekunder seperti sesak nafas karena gangguan sirkulasi O2
4. Pemeriksaan fisik
a) Mata : konjungtiva pucat, sclera putih, kelopak mata
tidak edem.
b) Mulut : mukosa mulut dan bibir tampak kering dan pucat,
bau aseton bisa terjad bila telah terjadi asidosis akibat
syok hipovolemi yang hebat.
c) Dada : gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas
untuk memenuhi O2 karena sesak nafas.
d) Abdomen : tampak adanya pembesaran, traba tumor pada
perut bagian bawah, teraba lunak/keras, berbatas tegas,
kenyal dan berbeda dengan jaringan disekitarnya.
e) Genetalia : adanya perdarahan pervagina, menoragie,
metoragie.
f) Anus : karena penekanan mioma pada hemoroid akibat
pengerasan feses
g) Ekstremitas : dapat terjadi penekanan edema tungkai
akibat penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe.

5. Pemeriksaan khusus
a) Pemeriksaan bimanual : teraba tumor padat uterus terletak di
garis tengah atau agak ke samping, teraba benjol benjol. Mioma
subserosumdapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan
uterus.
b) Pemeriksaan uterus sonde : mioma intramural akan menyebbkan
kavum uteri menjadi luas, sehingga diagnosanya ditegakan
dengan uterus sonde
c) USG : usg abdominal dan transvaginal dapat digunakan unuk
memantau apakah mioma tadi bertambah besar atau tidak.

49
d) Laboratorium : Pada mioma uteri yang disertai dengan
perdarahan banyak dapat terjadi peurunan kadar hemoglobin.

3.2. Intervensi NOC NIC

1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran organ (00132)


Domain 12, Class 1

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC

Setelah dilakukan tindakan Pain management (1400)


keperawatan selama 1x24 jam 1. Melakukan pengkajian nyeri
pasien tidka mengalami nyeri secara komprehensif termasuk
dengan kcriteria hasil : lkasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
1. Domain IV, Class Q presipitasi
Pain control (1605) 2. Mengobservasi reaksi
a. Meminum analgesic yang nonverbal dan ketidaknyamanan
diresepkan 3. Mengontrol lingkungan yang
2. Domain V, Class V
Pain level (2102) dapat mempengaruhi nyeri
a. Ekspresi wajah terhadap seperti suhu ruangan,
nyeri pencahayaan, dan kebisinga
b. Panjang episode nyeri 4. Mengurangi faktor presipitasi
c. Gelisah nyeri
d. RR 5. Mengkaji tipe dan sumber
3. Domain v, Class U nyeri
Comfort status (2008) 7. Memberika analgesic untuk
a. Merasa lebih baik mengurangi nyeri
kondisinya 8. Meningkatkan istirahat

2. Gangguan eliminasi urin b.d penekana organ uretra (00016)


Domain 3, Class 1

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC

Setelah dilakukan tindakan Urinary elimination management


keperawata 3x24 jam, klien (0590)

50
melaporkan pola eliminasi urin 1. Monitoring eliminasi urin
normal meliputi frekuensi,
Kriteria Hasil : konsistensi, bau, volume,
Urinary elimination (0503) dan warna jika diperlukan
1. Kandung kemih kosong 2. Kolaborasi dengan dokter
secar penuh untuk tindakan urinalisis jika
2. Tidak ada residu urin > 100- diperluka dengan
200cc mengumpulkan spesmen urin
3. Intake cairan dalam rentang porsi tengah
normal 3. Ajarkan teknik berkemih
4. Bebas dari ISK yang benar dan kenali
5. Tidak ada spasme bladder urgensi berkemih
6. Balance cairan seimbang 4. Ajarkan klien tentang tanda
7. Eliminasi urin tidak dan gejala ISK
terganggu 5. Instrukskan klien dan
keluarga untuk mencatat
haluaran urin
6. Catat waktu eliminasi urin
terakhir yang sesuai
7. Masukan supositoria uretra
yang sesuai

3. Konstipasi b.d penekanan rectum (00011)


Domain 3, Class 2

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC

Setelah dilakukan tindakan Bowel management (0430)


keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi faktor yang
konstipais pasien teratasi menyebabkan konstipasi
2. Monitor tana anda rupture
Kriteria Hasil: bowel atau peritonitis
Bowel elimination (0501) 3. Jelaskan penyebab dan
1. Pola elminasi adekuat rasionaliasai tindakan pada
2. Feses lunak pasien
3. Cairan dan serat adekuat 4. Konsultasikan dengan dokter
4. Aktivitas adekuat tentang peningkatan dan
5. Bising sus normal penurunan bising usus
5. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada tanda dan gejala
6. Kolaborasikan dengan ahli
gizi diet tinggi serat dan
cairan

51
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan (00146)
Domain 9, Class 2

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC

Selain dilakuka intervensi Anxiety reduction (5820)


keperawatan klien tidak 1. Berikan suasana tenang dan
menunjukan kecemasan lakukan pendekatan kepada
Kriteria Hasil : klien
Indicators (anxiety level) 2. Mencari tahu untuk menggali
1. Kegelisahan hilang perspektif klien dalam situasi
2. Distress stress yang dialami klien
3. Ketegangan otot tidak ada 3. Tetap bersama klien untuk
4. Facial tension memberikan kenyamanan
5. Tekanan darah normal dan mengurangi ketakutan
6. Nadi normal 4. Menganjurkan keluarga
7. Pupil dilats tidak ada untuk tetap berada bersama
8. Gangguan tiur tidak ada klien
9. Nafsu maka baik 5. Menyediakan objek yang
dapat emberikan
kenyamanan pada klien
6. Identifikasi perubahan level
ansietas klien
7. Instruksikan klien untuk
melakukan teknik relaksasi
8. Bantuk klien untuk
mengontrol stimulus jika
dibutuhka

BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Pada tanggal 22 September 2016 Ny. Niluh 46 Tahun beragama Kristen tinggal
di Surabaya datang berobat ke Rumah Sakit Universitas Airlangga diantarkan
dengan suaminya Tuan Luki umur 48 Tahun dengan keluhan seminggu lalu Ny.
Niluh merasakan ada benjolan kecil pada perut bagian bawah, pasien menganggap
hal itu biasa saja tetapi semakin lama semakin bertambah besar. Pada tanggal 20
September 2016 Ny. Niluh mengalami perdarahan dari kemaluan dengan volume
5-6 kali ganti pembalut/ hr, dimana perdarahan bersifat encer. Menurut Ny. Niluh

52
dan keluarga, Ny. Niluh tidak pernah mengidap penyakit yang serius dan tidak ada
anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan Ny. Niluh.

4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Nyonya Niluh
Umur : 46 Tahun
Status Menikah : Menikah
Alamat : Surabaya
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 22 September 2016
Wali Pasien/ Staus : Tuan Lukito/ Suami Pasien
Ruangan/ kamar : Randu B-III Obygn/ IV5.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak seminggu yang lalu pasien merasakan ada benjolan kecil
pada perut bagian bawah, pasien menganggap hal itu biasa saja, semakin
lama semakin bertambah besar. Lalu pada tanggal 20 September 2016
mengalami perdarahan dari kemaluan dengan volume 5 – 6 x ganti
pembalut / hari. Dimana perdarahan bersifat encer, maka pasien pergi
berobat ke Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 22 September pasien datang berobat ke Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya dengan keluhan benjolan pada perut
bagian bawah dan perdarahan dari kemaluan dengan volume 5 – 6 x ganti
pembalut / hari, dengan sifat perdarahan encer dan berlangsung sejak
tanggal 20 September s.d 22 September 2016.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut keterangan pasien dan anggota keluarga, pasien tidak
pernah mengalami penyakit serius dan tidak ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit seperti yang diderita pasien, hanya penaykit biasa
seperti: pilek, demam dan batuk biasa, tidak ada penyakit keturunan.
5. Riwayat Obstetrik
Pasien mengalami menarche pada umur 18 tahun dengan riwayat
haid teratur 3 – 4 hari dengan volume 2 – 3 x ganti pembalut / hari dan
nyeri (+). Pasien pertama kali melakukan hubungan seksual pada umur 19
tahun. Hari terakhir haid pasien pada tanggal 1 Agustus 2015. Pasien
memakai KB dengan jenis KB susuk.
6. Keadaan Psikologis

53
Pasien cemas dalam menghadapi penyakitnya dan pasien berkata
pasrah dengan keadaan penyakitnya sekarang. Hubungan pasien dengan
anggota keluarga sangat baik terlihat dari keluarga selalu menjenguk serta
menjaga pasien.
7. Pola Kebiasaan Sehari- hari
1. Nutrisi
a) Makan
a. Sebelum MRS : Pasien makan 3x sehari dengan menu nasi,
sayur, lauk pauk dan buah-buahan (kadang-kadang). Pasien
tidak memiliki makanan pantangan.
b. Setelah MRS :Pasien makan 3x sehari dengan diet makanan
biasa dengn nafsu makan menurun, porsi yang disajikan
habis ½ porsi.
b) Minum
a. Sebelum MRS : Pasien minum ± 7 – 8 gelas / hari.
b. Setelah masuk RS : Pasien minum ± 6 – 7 gelas / hari
2. Pola istirahat tidur
a. Sebelum MRS : Pasien tidak pernah tidur siang karena pasien
mengerjakan pekerjaan rumah dan tidur malam pasien ± 6 – 7 jam /
hari.
b. Setelah MRS : Pasien tidur siang selama 2 – 3 jam / hari dan tidur
malam 6 – 7 jam / hari. Tidak ada keluhan ketika pasien tidur.
3. Pola eliminasi
a. BAB :
a) Sebelum MRS : Pasien buang air besar 1 – 2 x / hari dengan
konsistensi lembek dan bau khas
b) Setelah MRS : Pasien buang air besar 1 x / 2 hari dengan
konsistensi keras dan bau khas
b. BAK
a) Sebelum MRS : Pasien buang air kecil 3 – 4 x / hari dengan warna
kekuningan dan bau khas emoniak.
b) Setelah MRS : Pasien buang air kecil melalui kateter dengan
volume 250 cc / hari. Warna urine kekuningan dengan bau khas
amoniak.

4. Personal hygiene
a. Sebelum MRS : Pasien mansi 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci
rambut 3 x / seminggu.

54
b. Setelah MRS : Pasien mandi dengan lap basah 2 x / hari, gosok gigi
2 x / hari, cuci rambut baru 1 kali semenjak masuk RS. Semua
kegiatan dibantu oleh perawat dan keluarga.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
Tekanan darah : 130 / 80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,5’C
Kesadaran :Compos mentis
BB sebelum masuk RS : 45 Kg
BB sesudah masuk RS : 45 Kg
a. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, bentuk bulat,
rambut warna hitam, ikal, pendek.
2. Mata : Pasien tidak memakai alat bantu penglihatan, dapat
membaca buku dengan jarak 30 cm, sklera tidak tampak
ikterus, conjungtiva tidak pucat, pupil isokor, kelopak mata
tidak edema.
3. Hidung : Tidak ada sekret, fungsi penciuman baik, dapat
membedakan bau dan wangi.
4. Telinga : Dapat mendengar dengan baik tanpa menggunakan
alat bantu, tidak tampak tanda peradangan dan cairan, adanya
serumen dalam batas normal.
5. Gigi : Gigi lengkap, tidak caries dan tidak memakai gigi palsu.
6. Muka :Ekspresi wajah tampak lemah, tidak dijumpai sianosis.
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak
terdapat tekanan vena jugularis.
8. Thorax : Bentuk thorax simetris, frekuensi 20 x / menit, bunyi
nafas vesikuler, batuk dan sputum tidak ada.
9. Abdomen : Abdomen soepel, hepar dan lien tidak teraba.
Berdasarkan pemeriksaan pada abdomen: teraba massa sebesar
tinju dewasa dengan pool atas ½ pusat simfisis, pool bawah
setentang simfisis, kenyal, mobile, nyeri ada.
10. Genitalia : Tidak ada kelainan pada genitalia dalam keadaan
bersih terpasang kateter,tidak ada perdarahan.
11. Ekstremitas:
a. Atas: tidak ada kelainan, dapat digerakkan secara mandiri,
terpasang infus RL pada ekstremitas dextra.

55
b. Bawah : Lengkap, tidak ada udem pada kaki dan dapat
digerakkan secara mandiri.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 25 September 2016

Pemeriksaan Satuan Hasil Normal

Hb g/dL 11,0 11,0-16,5

Ht % 28,2 35,0-50,0

Leukosit mm3 13,4.103 3,5-10,0

Trombosit mm3 157.103 150-390

Ureum mg/dL 16 10-50

Creatinin mg/dL 0,8 0,7-1,4

KGD adrandom mg/dL 145 < 200

Natrium mEg/L 134 135-155

Kalium mEg/L 3,53 3,6-5,5

Chlorida mEg/L 108 96-106

Total cholesterol mg/dL 152 160-201

HDL mg/dL 47 >55

LDL Cholesterol 86 0-100

Trigliserida 97 40-200

Pemeriksaan USG:
a. Uterus AF ukuran 87,0 x 52,3 mm
b. End line tipis
c. Tampak bayangan mix echo di cavum uteri 48,7 x 52,8 mm
d. Kedua adnexa dalam batas normal.

4.2 Analisa Data

No Data Interpretasi Masalah

1. DS Adanya Gangguan Rasa


Pasien mengatakan bahwa
penekanan syaraf Nyaman Nyeri
ada nyeri tekan pada perut

56
bagian atas pada lumbal ke V
DO
a. Pasien tampak meringis
kesakitan
b. Teraba massa sebesar
kepalan tangan orang
dewasa
2. DS Adanya Konstipasi
Pasien mengeluh perut begah
penekanan pada
karena tidak teratur buang air
rektum
besar
DO
a. BAB pasien 1x/ 2hr
b. Konsistensi fese pasien
keras dengan bau khas

3 DO Adanya Gangguan
Pasien buang air kecil
penekanan organ Eliminasi Urine
melalui kateter dengan
uretra
volume 250 cc / hari. Warna
urine kekuningan dengan bau
khas amonia

4 DS Perubahan Status Gangguan Rasa


Pasien mengatakan cemas
Kesehatan Nyaman Cemas
dalam menghadapi
penyakitnya
DO
Pasien tampak cemas

4.3 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut b.d pembesaran organ ( 00132)
b. Kontipasi b.d penekanan rektum (00011)
c. Gangguan eliminasi urine b.d penekanan organ uretra (00016)
d. Ansietas b.d perubahan status kesehatan (00146)

4.4 Asuhan Keperawatan


1. Nyeri akut b.d pembesaran organ (00132)
(Domain 12, Class 1)

NOC NIC

57
Tujuan : Pain Management (1400)
Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama 1x24 jam pasien secara komprehensif termasuk
tidak mengalami nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil:
frekuensi,kualitas, dan faktor
a. Domain IV, Kelas V
Pain Control (1605) prespitasi
1. Meminum analgesik yang 2. Mengobservasi reaksi non-
diresepkan verbal dan ketidaknyamanan
b. Domain V, Kelas V 3. Mengontrol lingkungan yang
Pain Level ( 2102)
dapat mempengaruhi nyeri
1. Ekspresi wajah terhadap
seperti suhu ruangan,
nyeri
2. Panjang episode nyeri pencahayaan, dan kebisingan
3. Gelisah 4. Mengurangi faktor prespitasi
4. RR
nyeri
c. Domain V, Kelas U
5. Mengkaji tipe dan sumber
Comfort Status (2008)
a. Merasa lebih baik nyeri untuk menetuksn
kondisinya intervensi
6. Mengajarkan tentang teknik
non- farmakologi: napas
dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/dingin
7. Memberikan analgesik untuk
mengurangi nyeri
8. Meningkatakan istirahat

2. Konstipasi b.d penekanan rektum (00011)


(Domain 3, Class 2)

NOC NIC

Tujuan: Bowel Management (0430)


setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi faktor yang
1x24 jam konstipasi pasien dapat teratasi menyebabkan konstipasi
2. Monitor tanda – tanda ruptur
Kriteria Hasil:
bowel/peritonitis
BOWEL ELIMINATION (0501)
3. Jelaskan penyebab dan rasionalisasi
1. Pola eliminasi adekuat

58
2. Feses lunak tindakan pada pasien
3. Cairan dan serat adekuat 4. Konsultasikan dengan dokter
4. Bising usus normal
tentang peningkatan dan penurunan
bising usus
5. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada tanda dan gejala konstipasi yang
menetap
6. Berikan HE pada pasien manfaat
diet (cairan dan serat) terhadap
eliminasi;konskuensi menggunakan
laxative dalam waktu yang lama
7. Kolaborasi dengan ahli gizi diet
tinggi serat dan cairan
8. Dorong peningkatan aktivitas yang
optimal
9. Sediakan privasi dan keamanan
selama BAB

3. Gangguan eliminasi urin b.d penekanan organ uretra (00016)


(Domain 3, Class 1)

NIC NOC

Tujuan : Urinary Elimination Management (0590)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor eliminasi urin meliputi
selama 3x24 jam, klien melaporkan pola frekuensi, konsistensi, bau, volume,
eleminasi urine normal jumalah, dan warna jika diperlukan
2. Kolaborasikan dengan dokter untuk
Kriteria Hasil :
tindakan urianalisis jika diperlukan
Urinary Elimination (0503)
3. Ajarkan teknik berkemih yang
1. Kandung kemih kosong secara
benar dan kenali urgensi berkemih
penuh
4. Ajarkan klien dengan tanda dan
2. Tidak ada residu urin .100-200cc
3. Intake cairan dalam rentang normal gejala ISK
4. Bebas dari ISK 5. Instruksikan klien dan keluarga
5. Tidak ada spasme bladder
untuk mencatat haluaran urin
6. Balance cairan normal
6. Catat waktu eliminasi urin terakhir
7. Eliminasi urin tidak terganggu
7. Masukkan supositoria uretra yang
( bau, jumlah, warna)
sesuai
8. Konsultasikan ke dokter bila ada

59
tanda- tanda dan gejala infesi
saluran kemih terjadi
9. Anjurkan klien untuk minum 8 liter
perhari kecuali ada kontraindikasi

4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan (00146)


(Domain 9, Class 2)

NIC NOC

Tujuan : Anxiety Reduction (5820)


Selama dilakukan intervensi keperawatan
klien tidak menunjukkan adanaya 1. Berikan suasana tenang, lakukan

kecemasan pendekatan terhadap pasien


2. Mencari tau untuk menggali
Kriteria Hasil : prespektif klien dalam situasi stress
Indicators (anxiety level
1. Kegelisahan hilang yang dialami klien
2. Distress 3. Tetap bersama klien untuk
3. Ketegangan otot tidak ada meberikan kenyamanan dan
4. Nadi normal
5. Pupil dilatasi tidak ada mengurangi ketakutan
6. Gangguan tidur tidak ada 4. Menganjurkan keluarga untuk tetep
7. Nafsu makan baik bersama klien
5. Menyediakan objek yang dapat
menenangkan klien
6. Identifikasi perubahan level ansietas
klien
7. Instruksikan klien untuk melakukan
teknik relaksasi
8. Bantu klien untuk mengontrol
stimulus jika dibutuhkan

60
BAB 5
KESIMPULAN

Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibromioma
uteri fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling sering didapatkan pada
wanita. Pengecilan tumor sementara menggunakan obat- obatan GnRH
analog dapat dilakukan, akan tetapi pada wanita dengan hormon yang masih
cukup (premenopause), mioma ini dapat membesar kembali setelah obat-
obatan ini dihentikan.

Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa
mereka mengandung satu tumor dalam uterus.

61
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC

ayburn WF. 2001. ObstetridanGinekologi. AlihBahasa: H. TMA Chalik. Jakata.


WidyaMedika.

Derek LJ, 2011. Dasar obstetri dan Genekologi. Edisi Ke – 6.Jakarta: Hipokkrater

Gloria M. Bulechek, et. al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


USA: Mosby Elsevier

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing


Diagnoses: Definition and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell
Henderson,C., 2005. Buku Ajar KonsepKebidanan. Jakarta: EGC

Joedosapoetro MS. 2003. IlmuKandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,


Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2.Jakarta :YayasanBinaPustaka

Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Prawirohardjo, sarwono. 2002. Edisi Ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Smeltzer, S, C, Bare, B,G. 2002. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah Volume


2.Edisi 8. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC
Sue Moorhead, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Measurement of Health Outcomes 5th Edition. USA: Elsevier

62

Anda mungkin juga menyukai