Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu hal yang penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah
dengan memperhatikan kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi karena hal tersebut
dampaknya luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan. Kesehatan reproduksi wanita
memberikan pengaruh yang besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasi penerus
bagi suatu Negara. Kesehatan reproduksi wanita juga merupakan parameter kemampuan
negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Kesehatan reproduksi wanita yang menjadi masalah adalah salah satunya mioma uteri
yang insidensinya terus mengalami peningkatan. Kejadian mioma uteri di Indonesia sebesar
2,39%- 11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Karel Tangkudung (1977) dan
Susilo Rahardjo (1974) dari Surabaya dikutip dalam Wiknjosastro H, masing-masing
menemukan prevalensi mioma uteri 10,3% dan 11,9% dari semua penderita ginekologi yang
dirawat.
Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus mioma uteri dari 341 wanita
terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%. Penelitian Boynton (2005) di Amerika
melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari 827.348 wanita usia 25-42 tahun dengan prevalensi
0,9%. Penelitian Pradhan (2006) di Nepal melaporkan 137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus
ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian Okizei O (2006) di Nigeria (Departement of
Gynecology, University of Nigeria Teaching Hospital Enugu) melaporkan mioma uteri 190
diantara 1.938 kasus ginekologi dengan prevalensi 9.8%. Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di
India (Departement of Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical College and Hospital)
terdapat 150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun dengan
prevalensi 51%, dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari 50 tahun dengan prevalensi
30%.
Berdasarkan multifaktor tersebut, kewaspadaan wanita terhadap resiko mioma uteri
sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peran perawat berpengaruh dalam menjawab kebutuhan klien
dengan mioma uteri. Yaitu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
mioma uteri serta menjalankan fungsi perannya sebagai health educator.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibromioma uteri fibroid
adalah tumor jinak rahim yang paling sering didapatkan pada wanita. Mioma uteri
merupakan tumor paling umum pada traktus genitalis. Leiomioma berasal dari sel otot
polos rahim dan pada beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim.
(Derek, 2002).

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan fibromioma, leiomioma atau
pun fibroid (Prawirohardjo, 2011).

2.2. KLASIFIKASI
Mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka
mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma
subserosa, dan mioma intraligamenter (Sutoto, 2009).
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
2.2.1. Mioma Submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di
jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan
keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari
tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai (polip). Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,
dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan
mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
Myoma submukosa ini terletak di bawah lapisan endometrium dan lebih
cenderung untuk menekan lapisan ini pada saat myoma tumbuh ke arah lumen uterus
(Sutoto, 2009).

2.2.2. Interstinal atau intramural


Terletak di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi
tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang
terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan
miksi. Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak
nyaman karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.

2.2.3. Subserosa atau subperitoneal

Apabila tumbuh dapat berada pada permukaan serosa saja atau keluar dari dinding
uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Lokasi tumor
di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu
massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral
dan dapat tumbuh di antara dua lapisan ligamentum latum disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai
suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya
tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai
massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai
jenis parasitik (wandering fibroid)
Tipe-tipe myoma

2.3. ETIOLOGI
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi terjadi tergantung
pada sel-sel imatur yang terdapat pada “cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat
menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada
usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari
terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang
berpendapat:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
1. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil .
2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche.
3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause.
4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri

2. Teori Cellnest atau genitoblas


Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada
cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo, 2013).
2.4. MANIFESTASI KLINIS
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini besifat silent dan tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada sama ada di serviks, intramural,
submukosa, subserosa, ukuran tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala
tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia
dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini, antara lain adalah :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai adeno
karsinoma endometrium.
2. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
3. Atrofi endometrium di atas mioma submukosa.
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.

2. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan,
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
juga dismenore.

3. Gejala dan tanda penekanan


Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri dan masalah frekuensi dan urgensi,
pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan konstipasi, pada
pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.

4. Infertilitas dan abortus


Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa
apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.

2.5. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun
semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus
mungkin terdapat satu mioma,akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma
yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konsistensi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol
ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini
bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan. (Sastrawinata S, 2000).
Faktor resiko : perempuan usia produktif

Reseptor estrogen

Hiperplasia sel imatur (otot polos dan


jaringan ikat)

MIOMA UTERI

Intramural Submukosa
Subserosa

Tumbuh di dinding uterus Tumbuh keluar dinding


Berada dibawah endommetrium dan
mennjol kedalam rongga uterus
uterus

Tanda dan Gejala


2.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus
Mioma Uteri untuk menegakkan diagnosisnya adalah :
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun.
2. USG (Ultrasonografi)
Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar
paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma
Uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan
bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang
hipoekoik.
8. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa,
jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat
diangkat.
9. MRI (Magnetic Resonance Imaging
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi
mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa
gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal.
MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan
jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

2.7. PENATALAKSANAAN
Penanganan bergantung pada intensitas gejala, ukuran, serta lokasi
tumor, dan usia pasien, paritas, status kehamilan, keinginan mempunyai
anak, serta kondisi kesehatan secara umum.
Pilihan terapi meliputi tindakan nonbedah dan tindakan bedah. Terapi
farmakologi umumnya tidak efektif dalam jangka waktu yang lama bagi
tumor fibroid. (Kowalak, 2011)
Di samping metode observasi, metode nonbedah meliputi:
1. Preparat agonis GnRH untuk dengan cepat mensupresi pelepasan
gonadotropin hipofisis yang menimbulkan hipoestrogenemia berat,
berkurangnya volume uterus hingga 50 % (efek puncaknya tercapai
setelahterapi memasuki minggu ke-12), dan mengecilnya tumor
sebelum operasi serta berkurangnya perdarahan selama pembedahan
dan peningkatan hematokrit prabedah.
Terapi ini tidak menyembuhkan karena tumor akan terus membesar
setelah terapi dihentikan. Peningkatan ukuran tumor selama terapi
dapat menunjukkan sarcoma uteri.
Terapi dengan preparat agonis GnRH sebaiknya dilakukan prabedah
atau selama kurun waktu hingga enam bulan pada wanita
perimenopaus, yang setelah itu segera mengalami menopause alami
sehingga tindakan bedah dapat dihindari.
2. NSAID (Nonsteroid Antiinflammatory Drugs)
Ibuoprofen sebagai obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengatasi
dismenore dan gangguan rasa nyaman pada panggul.

Terapi nonfarmakologis untuk mioma uteri antara lain :


1. Observasi
Bila uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu,
tanpa disertai penyulit lain.

2. Ekstirpasi
Atau pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya untuk
mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir, umumnya dilanjutkan
dengan tindakan D/K.
3. Laparotomi dan miomektomi
Hal ini dilakukan bila fungsi reproduksi masih dibutuhkan dan secara
teknis masih memungkinkan untuk dilakukan tindakan tersebut.
Biasanya tindakan ini dilakukan untuk mioma intramural, subserosa,
dan subserosa bertangkai.
Namun walaupun hanya dilakukan miomektomi, kemungkinan
infertilitas pascatindakan sangat mungin terjadi.
4. Laparotomi dan histerektomi
Tindakan ini dilakukan bila:
a. Fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi
b. Pertumbuhan tumor sangat cepat
c. Sebagai tindakan hemostasis, dimana terjadi perdarahan yang terus-
menerus dan tidak membaik dengan pengobatan.
Histerektomi yang dilakukan adalah histerektomi totalis tanpa
ovariektomi, namun bila mengalami kesulitan, dapat dilakukan
histerektomi subtotalis.
5. Ovariektomi Bilateral
Tindakan ini dilakukan untuk penderita dengan usia di atas 50 tahun.
Setelah dilakukan tindakan ini, penderita mendapatkan substitusi
hormonal (Achadiat, 2004).

2.8. KOMPLIKASI
Komplikasi Mioma Uteri menurut Wiknjosastro, 2007 yaitu:
1. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan histologi
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang
mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis, sehingga terjadi sindrom
abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.
3. Nekrosis dan infeksi
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke vagina. Dalam hal ini
kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh
tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan
leukea.
4. Perdarahan sampai terjadi anemia.

2.8.1. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.


1. Pengaruh mioma terhadap kehamilan .
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
2. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
2.9. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
2.9.1. Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Biodata : umur 35 – 45 tahun mempunyai resiko terkena mioma uteri
(20%) dan jarang terjadi setelah menopause, karena pada menopause
estrogen menurun, menurut suku bangsa kulit, kulit hitam lebih
banyak beresiko terkena mioma daripada kulit putih (Wiknjosastro,
2007).

2. Keluhan utama : gejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma


uteri menurut Wiknjosastro, (2005) yaitu :
a. Pendarahan abnormal (hypermenore, menoragia, metoragie)
b. Rasa nyeri, akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma
yang disertai nekrosis setempat dan peradangan
c. Gagguan BAK (poliuri, retensio urine, disuria), hal ini akibat
tekanan pada kandung kemih
d. Gangguan BAB (obstipasi dan tanesmia), hal ini akibat tekana pada
rectum
e. Edema tungkai dan nyeri panggul akibat penekanan pada
pembuluh darah dan pembuluh limfe.

3. Riwayat kesehata lalu dan sekarang


Pada mioma uteri sering ditemukan pada penderita yang sering
mengalami pendarahan (hypermenore, menoragia, metrorargia) yang
lama dan terus menerus kadang kadang disertai nyeri pada perut
bagian bawah dan riwayat kontak berdarah dan disparenia (Hamilton,
1995).
a. Riwayat kesehatan keluarga : adakah anggota keluarga pasien yang
menderita atau pernah mnderita penyakit yang sama dengan pasien
yang berupa pendarahan terus menerus dan lama karena
predisposisi dari mioma adalah keturunan. Pada keluarga adakah
riwayat gangguan pembekuan darah yang dapat mengakibatkan
perdarahan yang sulit berhenti (Wiknjosastro, 2005)
b. Riwayat kebidanan : menurut Wiknjosastro, (2005) yaitu:
Haid : pada riwayat haid sering ditemukan adanya hipermenore,
menoragie, metoragi, dan dismenore. Mioma uteri tidak terjadi
sebelum menarche. Setelah menopause banyak mioma terjad lisut,
hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Pengaruh
mioma pada kehamilan menurut Wiknjosastro, (2006) :
1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama
pada mioma uteri submukosium.
2. Kemungkinan abortus bertambah.
3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang
besar dan letak subserus

Pengaruh mioma pada persalinan :

1. Menghalangi lahirnya bayi terutama pada mioma yang


letaknya di serviks
2. Inersia uteri dan atonia uteri
3. Mempersulit lahirnya plasenta

c. Riwayat KB
KB hormonal estrogen dengan kadar yang tinggi merupakan
pencetus terjadinya mioma karena estrogen lebih tinggi kadarnya
daripada wanita yng mnggunakan KB hormonal (Hartanto, 2003)

d. Pola kebiasaan sehari hari


1. Nutrisi : pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun,
rasa sesak, dll.
2. Eliminasi : pola kebiasaan sehari hari terutama pada eliminasi
mengalami perubahan. Misalnya perubahan pola BAK, BAB
3. Seksuaitas : perubahan pola seksual dapat berupa kontak berdarah
dyspareunia, karena adanya mioma pada alat genetalia interna
juga kadang menyebabkan libido menurun.
4. Aktivitas : pola aktivitas tergangg akibat rasa nyeri yang timbul
5. Kondisi psikososial : ibu mengalami kecemasan disebabkan
karena dampak atau gejala yang ditimbulkan oleh adanya
penyakit seperti perdarahan, benjolan, perdarahan yang terus
menerus dan lama
6. Kondisi spiritual : ibu merasa terganggu dengan adanya
perdarahan dan gejala lain dari penyakitnya terutama bagi pasien
yang beragama islam tidak dapat melaksanakan ibadah

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : lemah, anemis.
2. Kesadaran : komposmentis sampai somnolen karena perdarahan yang
menimbulkan gamgguan keseimbangan cairan
3. Tanda tanda vital:
a. Tensi : dalam keadaan syok hipovolmik akan terjadi penurunan tensi.
b. Nadi : dalm keadaa syok hipovolemik akan terjadi takikardi.
c. Suhu : dapat normal dan juga terjadi peningkatan suhu bila sudah
ditemukan infeksi atau dehidrasi berat.
d. Nafas : engalami peningkatan sehubungan dengan gejala sekunder
seperti sesak nafas karena gangguan sirkulasi O2
4. Pemeriksaan fisik
a. Mata : konjungtiva pucat, sclera putih, kelopak mata tidak edem.
b. Mulut : mukosa mulut dan bibir tampak kering dan pucat, bau aseton
bisa terjad bila telah terjadi asidosis akibat syok hipovolemi yang
hebat.
c. Dada : gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas untuk
memenuhi O2 karena sesak nafas.
d. Abdomen : tampak adanya pembesaran, traba tumor pada perut bagian
bawah, teraba lunak/keras, berbatas tegas, kenyal dan berbeda dengan
jaringan disekitarnya.
e. Genetalia : adanya perdarahan pervagina, menoragie, metoragie.
f. Anus : karena penekanan mioma pada hemoroid akibat pengerasan
feses
g. Ekstremitas : dapat terjadi penekanan edema tungkai akibat
penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe.
5. Pemeriksaan khusus
a. Pemeriksaan bimanual : teraba tumor padat uterus terletak di garis
tengah atau agak ke samping, teraba benjol benjol. Mioma
subserosumdapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan
uterus.
b. Pemeriksaan uterus sonde : mioma intramural akan menyebbkan
kavum uteri menjadi luas, sehingga diagnosanya ditegakan dengan
uterus sonde
c. USG : usg abdominal dan transvaginal dapat digunakan unuk
memantau apakah mioma tadi bertambah besar atau tidak.
d. Laboratorium : Pada mioma uteri yang disertai dengan perdarahan
banyak dapat terjadi peurunan kadar hemoglobin.
2.9.2. Intervensi NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran organ (00132)
Domain 12, Class 1

Intervensi NIC
Kriteria Hasil NOC
Setelah dilakukan tindakan
Pain management (1400)
keperawatan selama 1x24 jam
1. Melakukan pengkajian nyeri
pasien tidka mengalami nyeri
secara komprehensif termasuk
dengan kcriteria hasil :
lkasi, karakteristik, durasi,
1. Domain IV, Class Q
Pain control (1605) frekuensi, kualitas dan faktor
a. Meminum analgesic yang presipitasi
diresepkan 2. Mengobservasi reaksi
2. Domain V, Class V nonverbal dan
Pain level (2102) ketidaknyamanan
a. Ekspresi wajah terhadap 3. Mengontrol lingkungan yang
nyeri dapat mempengaruhi nyeri
b. Panjang episode nyeri seperti suhu ruangan,
c. Gelisah pencahayaan, dan kebisinga
d. RR 4. Mengurangi faktor presipitasi
3. Domain v, Class U nyeri
Comfort status (2008) 5. Mengkaji tipe dan sumber
a. Merasa lebih baik nyeri
kondisinya 7. Memberika analgesic untuk
mengurangi nyeri
8. Meningkatkan istirahat

2. Gangguan eliminasi urin b.d penekana organ uretra (00016)


Domain 3, Class 1

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC

Urinary elimination management


Setelah dilakukan tindakan
(0590)
keperawata 3x24 jam, klien
1. Monitoring eliminasi urin
melaporkan pola eliminasi urin
meliputi frekuensi,
normal
konsistensi, bau, volume,
Kriteria Hasil :
dan warna jika diperlukan
Urinary elimination (0503)
1. Kandung kemih kosong 2. Kolaborasi dengan dokter
secar penuh untuk tindakan urinalisis jika
2. Tidak ada residu urin > diperluka dengan
100-200cc mengumpulkan spesmen
3. Intake cairan dalam urin porsi tengah
rentang normal 3. Ajarkan teknik berkemih
4. Bebas dari ISK yang benar dan kenali
5. Tidak ada spasme bladder urgensi berkemih
6. Balance cairan seimbang 4. Ajarkan klien tentang tanda
7. Eliminasi urin tidak dan gejala ISK
terganggu 5. Instrukskan klien dan
keluarga untuk mencatat
haluaran urin
6. Catat waktu eliminasi urin
terakhir yang sesuai
7. Masukan supositoria uretra
yang sesuai

3. Konstipasi b.d penekanan rectum (00011)


Domain 3, Class 2

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC

Bowel management (0430)


Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi faktor yang
keperawatan selama 1x24 jam
menyebabkan konstipasi
konstipais pasien teratasi
2. Monitor tana anda rupture
bowel atau peritonitis
Kriteria Hasil:
Bowel elimination (0501)
1. Pola elminasi adekuat 3. Jelaskan penyebab dan
2. Feses lunak rasionaliasai tindakan pada
3. Cairan dan serat adekuat pasien
4. Aktivitas adekuat 4. Konsultasikan dengan dokter
5. Bising sus normal tentang peningkatan dan
penurunan bising usus
5. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada tanda dan
gejala
6. Kolaborasikan dengan ahli
gizi diet tinggi serat dan
cairan

4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan (00146)


Domain 9, Class 2

Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC

Anxiety reduction (5820)


Selain dilakuka intervensi
1. Berikan suasana tenang dan
keperawatan klien tidak
lakukan pendekatan kepada
menunjukan kecemasan
klien
Kriteria Hasil :
2. Mencari tahu untuk
Indicators (anxiety level)
menggali perspektif klien
1. Kegelisahan hilang
dalam situasi stress yang
2. Distress
dialami klien
3. Ketegangan otot tidak ada
3. Tetap bersama klien untuk
4. Facial tension
memberikan kenyamanan
5. Tekanan darah normal
dan mengurangi ketakutan
6. Nadi normal
7. Pupil dilats tidak ada
8. Gangguan tiur tidak ada 4. Menganjurkan keluarga
9. Nafsu maka baik untuk tetap berada bersama
klien
5. Menyediakan objek yang
dapat emberikan
kenyamanan pada klien
6. Identifikasi perubahan level
ansietas klien
7. Instruksikan klien untuk
melakukan teknik relaksasi
8. Bantuk klien untuk
mengontrol stimulus jika
dibutuhka
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien

Nama : Ny. A
Umur : 48 tahun
No. Medrec : 750188
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Gotong royong No.94 Rt 003 Rw 006
Kelurahan Kujang Sari Kecamatan Bandung Kidul
Bandng
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Status Maritas : Menikah
Golongan Darah :A
Tanggal Masuk RS : 16 Januari 2017
Tanggal Pengkajian : 16 Januari 2017
Diagnosa Medis : Mioma Uteri

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. T
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Gotong royong No.94 Rt 003 Rw 006
Kelurahan Kujang Sari Kecamatan Bandung Kidul
Bandng
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Marital : Menikah
Golongan Darah :O
Hubungan dng Klien : Suami

c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan sakit di bagian bawah perut menjalar ke pinggang.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 05 Januari 2018 klien di rawat di RSMB dengan keluhan
sulit buang aing kecil dan sulit buang air besar, di Rumah sakit klien di
lakukan tindakan kateterisasi untuk mengeluarkan urin. Pada tanggal 08
Januari 2018 klien diperbolehkan untuk pulang. Tanggal 16 Januari
klien kontrol ke poliklinik obgyin di Rs Muhammadiyah, Klien
mengatakan sakit digian bawah perut menjalar ke punggung, sakit
makin dirasakan jika klien melakukan aktivitas. Sakit yang dirasakan
berkurang jika klien beristirahat. Klien juga mengatakan bahwa darah
kluar dari vaginanya.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah melakukan oprasi kista 5 tahun yang lalu.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kakanya mengalami kista dan telah melakukan oprasi.
5) Riwayat Ginekologi dan Obstetri
a) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat Menstruasi
Klien pertama kali haid pada usia 15 tahun. Lamanya haid 6 hari,
dan megalami sakit hingga klien pernah pingsan.
(2) Riwayat Pernikahan
Klien menikah pada bulan Juli 1997. Usia klien saat menikah adalah
28 tahun. Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama bagi klien
dan suaminya.
(3) Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan tidak menggunakan jenis KB apapun semenjak
menikah.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,3 0 C
Respirasi : 24 x/menit
BB : 67 Kg
TB : 155 cm
2) Sistem pernafasan
Pada saat dikaji, pernafasan melalui hidung. Tidak ada pernafasan cuping
hidung (pch). Ukuran dan bentuk hidung simetris, hidung simetris, tidak
ada sekret, tidak terdapat polip, pola nafas reguler, frekuensi nafas
24x/menit. Pergerakan dada simetris antara kanan dan kiri, tidak ada nyeri
tekan, auskultasi bunyi nafas vesikuler pada seluruh area paru.
3) Sistem kardiovaskular
Pada saat dikaji, nadi 80x/menit, konjungtiva merah muda, tidak terdapat
sianosis, tidak ada peningkatan JVP, akral teraba hangat, bunyi jantung
S1 dan S2 murni reguler, tekanan darah 130/90 mmHg, CRT < 2 detik.
4) Sistem pencernaan
Pada saat dikaji, bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak terdpat
stomatitis pada bibir klien, tidak ada pembesaran tonsil. Klien sulit BAB.
5) Sistem persyarafan
Pada saat dikaji, kesadaran klien compos mentis. Klien dapat mengikuti
setiap instruksi yang diberikan. Klien dapat melihat dengan jelas,
mendengar dengan baik, dan berbicara dengan normal. Tidak ada
gangguan pada sistem persyarafan.
6) Sistem endokrin
Pada saat dikaji, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, limfa
dan tiroid. Klien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.
7) Sistem perkemihan
Pada saat dikaji, klien sulit untuk BAK, saat buang air kecil klien
merasakan masih ingin buang air kecil tapi tidak keluar.
8) Sistem reproduksi
a) Mammae
Pada saat dikaji, keadaan payudara bersih. Tidak terdapat
pembengkakan pada mammae.
b) Vulva/vagina
Pada saat dikaji, keadaan vulva bersih. Tidak terdapat varises pada
vagina.
9) Sistem muskuloskeletal
Pada saat dikaji, ekstremitas simetris, kekuatan otot 5|5. Tidak ada
keluhan pada ekstremitas. Tidak terdapat varises dan edema pada
ekstremitas.
10) Sistem integumen
Turgor kulit baik, suhu klien 36,1°C.

e. Pola Aktivitas Sehari- hari

No. Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


1 Nutrisi
a. Makan
- Frekuensi 2-3 ×/hari 2 ×/hari
- Jenis Nasi, Sayur Nasi, Sayur
Mayur, Lauk Mayur, Lauk
Pauk Pauk

- Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada


/alergi
- Nafsu Makan Baik Sedikit menurun
- Porsi Makan 1 porsi 1 porsi
b. Minum
- Jumlah Sering Cukup
- Jenis Air Putih Putih
2 Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi 1 hari sekali Susah BAB
- Konsistensi Padat
- Keluhan Tidak ada
keluhan

b. BAK 4-5 ×/hari Susah BAK


- Frekuensi Kuning jernih
- Konsistensi
- Keluhan Tidak ada Merasa tidak puas
keluhan kalo BAK
3 Personal Higiene
a. Mandi 1-2 ×/hari 2 ×/hari
b. Gosok gigi 1-2 ×/hari 1 ×/hari
c. Keramas 2 hari sekali 2 hari sekali
d. Pakaian 1-2 ×/hari 1 ×/hari
e. Kuku Kuku bersih Kuku bersih
pendek pendek
4 Istirahat Tidur
a. Waktu tidur Pagi –Siang Pagi –Siang
b. Lama tidur/hari 7 jam per hari 7 jam per hari
c. Kesulitan dalam hal tidur Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan
5 Gaya Hidup
1. Kegiatan dalam pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga
2. Olahraga Jarang Olahraga Jarang Olahraga
6. Ketergantungan Fisik
a. Merokok Tidak Tidak
b. Minuman keras Tidak Tidak
c. Obat-obatan Tidak ada Tidak ada
d. Lain-lain

f. Aspek Psikososial
1) Pola pikir dan persepsi
Pada saat dikaji, klien mengatakan tidak terlalu mengetahui tentang
penyakitnya. Klien khawatir terhadap penyakit yang di deritanya. Klien
juga mengatakan sedih dengan penyakitnya dan selalu bertanya – tanya
kenapa dapat terjadi kepada dirinya.
2) Persepsi diri
Pada saat dikaji, klien mengatakan selalu terfikir terhadap efek dan
tindakan yang akan di lakukan oleh klien. Klien juga beberapa kali terlihat
gelisah.
3) Gaya komunikasi
Pada saat dikaji, jawaban klien sesuai dengan apa yang ditanyakan. Klien
menggunakan bahasa sunda. Klien mengatakan suami klien sebagai
pemegang peranan penting dalam keluarga. Klien juga mengatakan tidak
ada kesulitan dalam keluarganya.
4) Konsep diri
Pada saat dikaji, klien mengatakan bahagia dengan suaminya.
5) Pengetahuan
Pada saat dikaji, klien tidak terlalu mengetahui penyakitnya.
6) Kebiasaan seksual
Klien mengatakan klien jarang berhubungan dengan suaminya.
g. Data Spiritual
Pada saat dikaji, klien mengatakan keluarga merupakan sumber kekuatan
klien. Klien mengatakan percaya kepada Allah SWT dan takdirnya. Klien
menerima tindakan oprasi, meski terkadang klien murung karena masih
merasa berat untuk melakukan tindakan oprasi. Klien mengatakan selalu
mengerjakan shalat wajib 5 waktu sehari dan tak lupa berdo’a.
h. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan radiologi
Tanggal 06 Januari 2018, pukul 16:30 WIB

Ginjal : Kedua ginjal besar dan dinding normal. Kartexnormal, tekstur


echogenenicitas baik. Batas tekstur parechym dengan centralhokomplek
normal. System pelvokalices tidak melebar. Tak tampak batu.
Vesica urinaria: Besar normal dan dinding normal, reguler, tidak tampak
bayangan hiperekhoik dengan ocoustic shadow/massa.
Uterus : Membesar tampak massa, tekstur inhomogen dengan ukuran
10.27 x 8,44 cm
Kesan : Mioma Uteri.

Hasil pemeriksaan laboratorium


Tanggal 05 Januari 2018,pukul 16:23
Hasil :
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,4 gr/dL 12-16
Hematokrit 37 % 36-48
Leukosit 12.500 sel/mm3 4.000-10.000
Trombosit 247.000 sel/mm3 150.000-400.000
GDS 106 Mg/dl Sampai 160
Ureum 32,9 Mg/dl 15 – 43,2
Kreatinin 2,27 Mg/dl 0,57 – 1,13

i. Therapi
Ciprofloxacin 500mg x 2
B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS: Mioma uteri Gangguan rasa
- Klien mengatakan nyeri ↓ nyaman
di bawah perut kiri Subserosa
menjalar ke pinggang. ↓
DO: Tumbuh keluar dinding
- Tanda-tanda vital ↓
TD: 130/90 mmHg Pembesaran uterus
N: 80 x/menit ↓
S: 36,1 0 C Penekanan syaraf
R: 24 x/menit ↓
- Klien memegang perut Nyeri
bawah. ↓
Gangguan rasa nyaman
DS: Mioma uteri Ansietas
 Klien cemas dengan ↓
penyakitnya. Tanda dan gejala
 Klien cemas tentang ↓
tindakan oprasi yang Pra oprasi
harus dilakukan. ↓
DO: Informasi tidak adekuat
- Klien tanpak cemas ↓
- Klien gelisah Kurangnya suport sistem
- Klien terus menerus ↓
bertanya tentang Ansietas
tindakan yang akan
dilakukan.
- Klien terus bertanya
kenapa bisa terjadi
penyakit seperti itu.
DS: Mioma uteri Defisiensi
- Klien tidak tau tentang ↓ pengetahuan
penyakitnya Tanda dan gejala
DO: ↓
- Klien terus bertanya Informasi tidak adekuat
tentang penyakitnya. ↓
- Klien bingung dengan Kurangnya pengetahuan
penyakitnya. ↓
Defisiensi pengetahuan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman b.d Penekanan syaraf oleh mioma uterus
2. Ansietas b.d Perubahan kesehatan.
3. Defisiensi pengetahuan b.d Kurang informasi
4. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 x 24 1. Jelaskan kepada klien tentang penyebab nyeri.
b.d Penekanan syaraf oleh jam, diharapkan status kenyamanan fisik klien dapat 2. Ajarkan kepada klien tentang strategi relaksasi
mioma uterus meningkat dengan kriteria hasil sebagai berikut : dengan bernafas perlahan, teratur, dan nafas
- Klien mengatakan nyeri berkurang dalam.
DS:
- Klien sudah tidak memegang lagi perut bagian 3. Beri pengurangan rasa nyeri
- Klien mengatakan
bawah 4. Observasi tanda – tanda vital
nyeri di bawah perut
5. Mengurangi faktor presipitasi nyeri
kiri menjalar ke
6. Meningkatkan istirahat
pinggang.
DO:
- Tanda-tanda vital
TD: 130/90 mmHg
N: 80 x/menit
S: 36,1 0 C
R: 24 x/menit
- Klien memegang
perut bawah.

2 Ansietas b.d Perubahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 1. Berikan penjelasan tentang mioma uteri dan
kesehatan jam, klien tidak menunjukan kecemasan dampaknya
DS: Kriteria Hasil : 2. Berikan dukungan moril tentang perubahan
 Klien cemas dengan fisiologik baik fisik / psikologi.
penyakitnya. 3. Berikan pengertian terhadap keluarga, klien
1. Cemas klien berkurang / hilang
 Klien cemas tentang atas perubahan fisiologis baik fisik/psikologis.
2. Tanda – tanda vital dalam batas normal
tindakan oprasi yang 4. Berikan ketenangan pada klien dengan duduk
3. Wajah tidak tegang
harus dilakukan. disampingnya
4. Nafsu maka baik
DO: 5. Berikan kesempatan klien untuk
- Klien tanpak cemas mengungkapkan perasaannya.
- Klien gelisah 6. Menganjurkan keluarga untuk tetap berada
bersama klien
- Klien terus menerus 7. Identifikasi perubahan level ansietas klien
bertanya tentang
tindakan yang akan
dilakukan.
- Klien terus bertanya
kenapa bisa terjadi
penyakit seperti itu.
3 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 1. Berikan penjelasan tentang mioma uteri
b.d Kurang informasi jam, diharapkan klien dapat memahami tentang 2. Berikan penjelasan tentang dampaknya.
penyakitnya dengan kriteria hasil sebagai berikut : 3. Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
DS:
- Klien tau tentang penykitnya 4. Beri kesempatan klien untuk bertanya.
- Klien tidak tau tentang
- Klien tidak bingung lagi tentang penyakitnya
penyakitnya
DO: - Klien mengerti tentang tindakan yang akan dlakukan
- Klien terus bertanya
tentang penyakitnya.
- Klien bingung dengan
penyakitnya.

1. IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


Dx. Kep. Implementasi dan Catatan
No Hari/Tanggal Jam Evaluasi Tanda Tangan dan
No Perkembangan Nama Jelas
1. Selasa /16 I, II, III 15.00 - Mengobservasi tanda-tanda vital Ny. A S : - Klien mengatakan sudah DEA
paham dan tidak cemas
Januari 2018 Melakukan pengkajian fisik kepada Ny. A
lagi terhadap
- Mengasisteni dokter spesialis ginekologi penyakitnya.
untuk melakukan pemeriksaan kepada
O : klien sudah terlihat tenang.
ny.A A: -
P : Intervensi dihentikan
dengan hasil:
TD: 130/90 mmHg, N: 80x/menit,
R=24x/menit, SO2=100%

15.30 - Memberikan teknik rileksasi (nafas dalam)


pada Ny.A
- Menjelaskan pada Ny.A tentang penyebab
nyeri di bawah perut yang di rasakan klien.
Dengan hasil :
- Klien mengikuti teknik rileksasi (Nafas
dalam)
- Klien mendengarkan penjelasan yang
diberikan

15.45 - Mendengarkan keluhan kelien.


- Memberikan motivasi kepada klien.
- Mengevaluasi pengetahuan tentang
penyakit klien yang telah dijelaskan.

dengan hasil:
- Klien mengeluh tentang penyakitnya.
- Klien sudah sedikit paham/mengerti
tentang penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
ayburn WF. 2001. ObstetridanGinekologi. AlihBahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
WidyaMedika.

Derek LJ, 2011. Dasar obstetri dan Genekologi. Edisi Ke – 6.Jakarta: Hipokkrater

Gloria M. Bulechek, et. al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). USA: Mosby
Elsevier

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:


Definition and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Henderson,C., 2005. Buku Ajar KonsepKebidanan. Jakarta: EGC

Joedosapoetro MS. 2003. IlmuKandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T.


Editor. Edisi Ke-2.Jakarta :YayasanBinaPustaka
Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Barui. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Prawirohardjo, sarwono. 2002. Edisi Ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Smeltzer, S, C, Bare, B,G. 2002. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah Volume 2.Edisi 8.


Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC
Sue Moorhead, et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement
of Health Outcomes 5th Edition. USA: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai