PENDAHULUAN
Salah satu hal yang penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah
dengan memperhatikan kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi karena hal tersebut
dampaknya luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan. Kesehatan reproduksi wanita
memberikan pengaruh yang besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasi penerus
bagi suatu Negara. Kesehatan reproduksi wanita juga merupakan parameter kemampuan
negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Kesehatan reproduksi wanita yang menjadi masalah adalah salah satunya mioma uteri
yang insidensinya terus mengalami peningkatan. Kejadian mioma uteri di Indonesia sebesar
2,39%- 11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Karel Tangkudung (1977) dan
Susilo Rahardjo (1974) dari Surabaya dikutip dalam Wiknjosastro H, masing-masing
menemukan prevalensi mioma uteri 10,3% dan 11,9% dari semua penderita ginekologi yang
dirawat.
Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus mioma uteri dari 341 wanita
terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%. Penelitian Boynton (2005) di Amerika
melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari 827.348 wanita usia 25-42 tahun dengan prevalensi
0,9%. Penelitian Pradhan (2006) di Nepal melaporkan 137 kasus mioma uteri dari 1.712 kasus
ginekologi dengan prevalensi 8%. Penelitian Okizei O (2006) di Nigeria (Departement of
Gynecology, University of Nigeria Teaching Hospital Enugu) melaporkan mioma uteri 190
diantara 1.938 kasus ginekologi dengan prevalensi 9.8%. Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di
India (Departement of Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical College and Hospital)
terdapat 150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun dengan
prevalensi 51%, dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari 50 tahun dengan prevalensi
30%.
Berdasarkan multifaktor tersebut, kewaspadaan wanita terhadap resiko mioma uteri
sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peran perawat berpengaruh dalam menjawab kebutuhan klien
dengan mioma uteri. Yaitu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
mioma uteri serta menjalankan fungsi perannya sebagai health educator.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibromioma uteri fibroid
adalah tumor jinak rahim yang paling sering didapatkan pada wanita. Mioma uteri
merupakan tumor paling umum pada traktus genitalis. Leiomioma berasal dari sel otot
polos rahim dan pada beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim.
(Derek, 2002).
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan fibromioma, leiomioma atau
pun fibroid (Prawirohardjo, 2011).
2.2. KLASIFIKASI
Mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka
mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma
subserosa, dan mioma intraligamenter (Sutoto, 2009).
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
2.2.1. Mioma Submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di
jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan
keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari
tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai (polip). Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,
dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan
mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
Myoma submukosa ini terletak di bawah lapisan endometrium dan lebih
cenderung untuk menekan lapisan ini pada saat myoma tumbuh ke arah lumen uterus
(Sutoto, 2009).
Apabila tumbuh dapat berada pada permukaan serosa saja atau keluar dari dinding
uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Lokasi tumor
di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu
massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral
dan dapat tumbuh di antara dua lapisan ligamentum latum disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai
suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya
tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai
massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai
jenis parasitik (wandering fibroid)
Tipe-tipe myoma
2.3. ETIOLOGI
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi terjadi tergantung
pada sel-sel imatur yang terdapat pada “cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat
menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada
usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari
terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang
berpendapat:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
1. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil .
2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche.
3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause.
4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan,
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
juga dismenore.
2.5. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun
semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus
mungkin terdapat satu mioma,akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma
yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konsistensi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol
ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini
bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan. (Sastrawinata S, 2000).
Faktor resiko : perempuan usia produktif
Reseptor estrogen
MIOMA UTERI
Intramural Submukosa
Subserosa
2.7. PENATALAKSANAAN
Penanganan bergantung pada intensitas gejala, ukuran, serta lokasi
tumor, dan usia pasien, paritas, status kehamilan, keinginan mempunyai
anak, serta kondisi kesehatan secara umum.
Pilihan terapi meliputi tindakan nonbedah dan tindakan bedah. Terapi
farmakologi umumnya tidak efektif dalam jangka waktu yang lama bagi
tumor fibroid. (Kowalak, 2011)
Di samping metode observasi, metode nonbedah meliputi:
1. Preparat agonis GnRH untuk dengan cepat mensupresi pelepasan
gonadotropin hipofisis yang menimbulkan hipoestrogenemia berat,
berkurangnya volume uterus hingga 50 % (efek puncaknya tercapai
setelahterapi memasuki minggu ke-12), dan mengecilnya tumor
sebelum operasi serta berkurangnya perdarahan selama pembedahan
dan peningkatan hematokrit prabedah.
Terapi ini tidak menyembuhkan karena tumor akan terus membesar
setelah terapi dihentikan. Peningkatan ukuran tumor selama terapi
dapat menunjukkan sarcoma uteri.
Terapi dengan preparat agonis GnRH sebaiknya dilakukan prabedah
atau selama kurun waktu hingga enam bulan pada wanita
perimenopaus, yang setelah itu segera mengalami menopause alami
sehingga tindakan bedah dapat dihindari.
2. NSAID (Nonsteroid Antiinflammatory Drugs)
Ibuoprofen sebagai obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengatasi
dismenore dan gangguan rasa nyaman pada panggul.
2. Ekstirpasi
Atau pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya untuk
mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir, umumnya dilanjutkan
dengan tindakan D/K.
3. Laparotomi dan miomektomi
Hal ini dilakukan bila fungsi reproduksi masih dibutuhkan dan secara
teknis masih memungkinkan untuk dilakukan tindakan tersebut.
Biasanya tindakan ini dilakukan untuk mioma intramural, subserosa,
dan subserosa bertangkai.
Namun walaupun hanya dilakukan miomektomi, kemungkinan
infertilitas pascatindakan sangat mungin terjadi.
4. Laparotomi dan histerektomi
Tindakan ini dilakukan bila:
a. Fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi
b. Pertumbuhan tumor sangat cepat
c. Sebagai tindakan hemostasis, dimana terjadi perdarahan yang terus-
menerus dan tidak membaik dengan pengobatan.
Histerektomi yang dilakukan adalah histerektomi totalis tanpa
ovariektomi, namun bila mengalami kesulitan, dapat dilakukan
histerektomi subtotalis.
5. Ovariektomi Bilateral
Tindakan ini dilakukan untuk penderita dengan usia di atas 50 tahun.
Setelah dilakukan tindakan ini, penderita mendapatkan substitusi
hormonal (Achadiat, 2004).
2.8. KOMPLIKASI
Komplikasi Mioma Uteri menurut Wiknjosastro, 2007 yaitu:
1. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan histologi
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang
mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis, sehingga terjadi sindrom
abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.
3. Nekrosis dan infeksi
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke vagina. Dalam hal ini
kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh
tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan
leukea.
4. Perdarahan sampai terjadi anemia.
c. Riwayat KB
KB hormonal estrogen dengan kadar yang tinggi merupakan
pencetus terjadinya mioma karena estrogen lebih tinggi kadarnya
daripada wanita yng mnggunakan KB hormonal (Hartanto, 2003)
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : lemah, anemis.
2. Kesadaran : komposmentis sampai somnolen karena perdarahan yang
menimbulkan gamgguan keseimbangan cairan
3. Tanda tanda vital:
a. Tensi : dalam keadaan syok hipovolmik akan terjadi penurunan tensi.
b. Nadi : dalm keadaa syok hipovolemik akan terjadi takikardi.
c. Suhu : dapat normal dan juga terjadi peningkatan suhu bila sudah
ditemukan infeksi atau dehidrasi berat.
d. Nafas : engalami peningkatan sehubungan dengan gejala sekunder
seperti sesak nafas karena gangguan sirkulasi O2
4. Pemeriksaan fisik
a. Mata : konjungtiva pucat, sclera putih, kelopak mata tidak edem.
b. Mulut : mukosa mulut dan bibir tampak kering dan pucat, bau aseton
bisa terjad bila telah terjadi asidosis akibat syok hipovolemi yang
hebat.
c. Dada : gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas untuk
memenuhi O2 karena sesak nafas.
d. Abdomen : tampak adanya pembesaran, traba tumor pada perut bagian
bawah, teraba lunak/keras, berbatas tegas, kenyal dan berbeda dengan
jaringan disekitarnya.
e. Genetalia : adanya perdarahan pervagina, menoragie, metoragie.
f. Anus : karena penekanan mioma pada hemoroid akibat pengerasan
feses
g. Ekstremitas : dapat terjadi penekanan edema tungkai akibat
penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe.
5. Pemeriksaan khusus
a. Pemeriksaan bimanual : teraba tumor padat uterus terletak di garis
tengah atau agak ke samping, teraba benjol benjol. Mioma
subserosumdapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan
uterus.
b. Pemeriksaan uterus sonde : mioma intramural akan menyebbkan
kavum uteri menjadi luas, sehingga diagnosanya ditegakan dengan
uterus sonde
c. USG : usg abdominal dan transvaginal dapat digunakan unuk
memantau apakah mioma tadi bertambah besar atau tidak.
d. Laboratorium : Pada mioma uteri yang disertai dengan perdarahan
banyak dapat terjadi peurunan kadar hemoglobin.
2.9.2. Intervensi NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran organ (00132)
Domain 12, Class 1
Intervensi NIC
Kriteria Hasil NOC
Setelah dilakukan tindakan
Pain management (1400)
keperawatan selama 1x24 jam
1. Melakukan pengkajian nyeri
pasien tidka mengalami nyeri
secara komprehensif termasuk
dengan kcriteria hasil :
lkasi, karakteristik, durasi,
1. Domain IV, Class Q
Pain control (1605) frekuensi, kualitas dan faktor
a. Meminum analgesic yang presipitasi
diresepkan 2. Mengobservasi reaksi
2. Domain V, Class V nonverbal dan
Pain level (2102) ketidaknyamanan
a. Ekspresi wajah terhadap 3. Mengontrol lingkungan yang
nyeri dapat mempengaruhi nyeri
b. Panjang episode nyeri seperti suhu ruangan,
c. Gelisah pencahayaan, dan kebisinga
d. RR 4. Mengurangi faktor presipitasi
3. Domain v, Class U nyeri
Comfort status (2008) 5. Mengkaji tipe dan sumber
a. Merasa lebih baik nyeri
kondisinya 7. Memberika analgesic untuk
mengurangi nyeri
8. Meningkatkan istirahat
A. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 48 tahun
No. Medrec : 750188
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Gotong royong No.94 Rt 003 Rw 006
Kelurahan Kujang Sari Kecamatan Bandung Kidul
Bandng
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Status Maritas : Menikah
Golongan Darah :A
Tanggal Masuk RS : 16 Januari 2017
Tanggal Pengkajian : 16 Januari 2017
Diagnosa Medis : Mioma Uteri
Nama : Tn. T
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Gotong royong No.94 Rt 003 Rw 006
Kelurahan Kujang Sari Kecamatan Bandung Kidul
Bandng
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Marital : Menikah
Golongan Darah :O
Hubungan dng Klien : Suami
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan sakit di bagian bawah perut menjalar ke pinggang.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 05 Januari 2018 klien di rawat di RSMB dengan keluhan
sulit buang aing kecil dan sulit buang air besar, di Rumah sakit klien di
lakukan tindakan kateterisasi untuk mengeluarkan urin. Pada tanggal 08
Januari 2018 klien diperbolehkan untuk pulang. Tanggal 16 Januari
klien kontrol ke poliklinik obgyin di Rs Muhammadiyah, Klien
mengatakan sakit digian bawah perut menjalar ke punggung, sakit
makin dirasakan jika klien melakukan aktivitas. Sakit yang dirasakan
berkurang jika klien beristirahat. Klien juga mengatakan bahwa darah
kluar dari vaginanya.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah melakukan oprasi kista 5 tahun yang lalu.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kakanya mengalami kista dan telah melakukan oprasi.
5) Riwayat Ginekologi dan Obstetri
a) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat Menstruasi
Klien pertama kali haid pada usia 15 tahun. Lamanya haid 6 hari,
dan megalami sakit hingga klien pernah pingsan.
(2) Riwayat Pernikahan
Klien menikah pada bulan Juli 1997. Usia klien saat menikah adalah
28 tahun. Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama bagi klien
dan suaminya.
(3) Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan tidak menggunakan jenis KB apapun semenjak
menikah.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,3 0 C
Respirasi : 24 x/menit
BB : 67 Kg
TB : 155 cm
2) Sistem pernafasan
Pada saat dikaji, pernafasan melalui hidung. Tidak ada pernafasan cuping
hidung (pch). Ukuran dan bentuk hidung simetris, hidung simetris, tidak
ada sekret, tidak terdapat polip, pola nafas reguler, frekuensi nafas
24x/menit. Pergerakan dada simetris antara kanan dan kiri, tidak ada nyeri
tekan, auskultasi bunyi nafas vesikuler pada seluruh area paru.
3) Sistem kardiovaskular
Pada saat dikaji, nadi 80x/menit, konjungtiva merah muda, tidak terdapat
sianosis, tidak ada peningkatan JVP, akral teraba hangat, bunyi jantung
S1 dan S2 murni reguler, tekanan darah 130/90 mmHg, CRT < 2 detik.
4) Sistem pencernaan
Pada saat dikaji, bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak terdpat
stomatitis pada bibir klien, tidak ada pembesaran tonsil. Klien sulit BAB.
5) Sistem persyarafan
Pada saat dikaji, kesadaran klien compos mentis. Klien dapat mengikuti
setiap instruksi yang diberikan. Klien dapat melihat dengan jelas,
mendengar dengan baik, dan berbicara dengan normal. Tidak ada
gangguan pada sistem persyarafan.
6) Sistem endokrin
Pada saat dikaji, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, limfa
dan tiroid. Klien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.
7) Sistem perkemihan
Pada saat dikaji, klien sulit untuk BAK, saat buang air kecil klien
merasakan masih ingin buang air kecil tapi tidak keluar.
8) Sistem reproduksi
a) Mammae
Pada saat dikaji, keadaan payudara bersih. Tidak terdapat
pembengkakan pada mammae.
b) Vulva/vagina
Pada saat dikaji, keadaan vulva bersih. Tidak terdapat varises pada
vagina.
9) Sistem muskuloskeletal
Pada saat dikaji, ekstremitas simetris, kekuatan otot 5|5. Tidak ada
keluhan pada ekstremitas. Tidak terdapat varises dan edema pada
ekstremitas.
10) Sistem integumen
Turgor kulit baik, suhu klien 36,1°C.
f. Aspek Psikososial
1) Pola pikir dan persepsi
Pada saat dikaji, klien mengatakan tidak terlalu mengetahui tentang
penyakitnya. Klien khawatir terhadap penyakit yang di deritanya. Klien
juga mengatakan sedih dengan penyakitnya dan selalu bertanya – tanya
kenapa dapat terjadi kepada dirinya.
2) Persepsi diri
Pada saat dikaji, klien mengatakan selalu terfikir terhadap efek dan
tindakan yang akan di lakukan oleh klien. Klien juga beberapa kali terlihat
gelisah.
3) Gaya komunikasi
Pada saat dikaji, jawaban klien sesuai dengan apa yang ditanyakan. Klien
menggunakan bahasa sunda. Klien mengatakan suami klien sebagai
pemegang peranan penting dalam keluarga. Klien juga mengatakan tidak
ada kesulitan dalam keluarganya.
4) Konsep diri
Pada saat dikaji, klien mengatakan bahagia dengan suaminya.
5) Pengetahuan
Pada saat dikaji, klien tidak terlalu mengetahui penyakitnya.
6) Kebiasaan seksual
Klien mengatakan klien jarang berhubungan dengan suaminya.
g. Data Spiritual
Pada saat dikaji, klien mengatakan keluarga merupakan sumber kekuatan
klien. Klien mengatakan percaya kepada Allah SWT dan takdirnya. Klien
menerima tindakan oprasi, meski terkadang klien murung karena masih
merasa berat untuk melakukan tindakan oprasi. Klien mengatakan selalu
mengerjakan shalat wajib 5 waktu sehari dan tak lupa berdo’a.
h. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan radiologi
Tanggal 06 Januari 2018, pukul 16:30 WIB
i. Therapi
Ciprofloxacin 500mg x 2
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman b.d Penekanan syaraf oleh mioma uterus
2. Ansietas b.d Perubahan kesehatan.
3. Defisiensi pengetahuan b.d Kurang informasi
4. Perencanaan Keperawatan
2 Ansietas b.d Perubahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 1. Berikan penjelasan tentang mioma uteri dan
kesehatan jam, klien tidak menunjukan kecemasan dampaknya
DS: Kriteria Hasil : 2. Berikan dukungan moril tentang perubahan
Klien cemas dengan fisiologik baik fisik / psikologi.
penyakitnya. 3. Berikan pengertian terhadap keluarga, klien
1. Cemas klien berkurang / hilang
Klien cemas tentang atas perubahan fisiologis baik fisik/psikologis.
2. Tanda – tanda vital dalam batas normal
tindakan oprasi yang 4. Berikan ketenangan pada klien dengan duduk
3. Wajah tidak tegang
harus dilakukan. disampingnya
4. Nafsu maka baik
DO: 5. Berikan kesempatan klien untuk
- Klien tanpak cemas mengungkapkan perasaannya.
- Klien gelisah 6. Menganjurkan keluarga untuk tetap berada
bersama klien
- Klien terus menerus 7. Identifikasi perubahan level ansietas klien
bertanya tentang
tindakan yang akan
dilakukan.
- Klien terus bertanya
kenapa bisa terjadi
penyakit seperti itu.
3 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 1. Berikan penjelasan tentang mioma uteri
b.d Kurang informasi jam, diharapkan klien dapat memahami tentang 2. Berikan penjelasan tentang dampaknya.
penyakitnya dengan kriteria hasil sebagai berikut : 3. Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
DS:
- Klien tau tentang penykitnya 4. Beri kesempatan klien untuk bertanya.
- Klien tidak tau tentang
- Klien tidak bingung lagi tentang penyakitnya
penyakitnya
DO: - Klien mengerti tentang tindakan yang akan dlakukan
- Klien terus bertanya
tentang penyakitnya.
- Klien bingung dengan
penyakitnya.
dengan hasil:
- Klien mengeluh tentang penyakitnya.
- Klien sudah sedikit paham/mengerti
tentang penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
ayburn WF. 2001. ObstetridanGinekologi. AlihBahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
WidyaMedika.
Derek LJ, 2011. Dasar obstetri dan Genekologi. Edisi Ke – 6.Jakarta: Hipokkrater
Gloria M. Bulechek, et. al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). USA: Mosby
Elsevier