Anda di halaman 1dari 100

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENGARUH EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera)


TERHADAPPERCEPATAN PROLIFERASI FIBROBLAS
PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI
TIKUS WISTAR

SKRIPSI

Oleh:

ELVIA NAJIB
NIM: 021311133044

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ii

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah diuji pada tanggal

PANITIA PENGUJI SKRIPSI:

1. Achmad Harijadi, drg., MS., Sp.BMM(K) (Ketua Penguji)

2. Prof. Dr. Peter Agus, drg., SpBMM(K) (Pembimbing Utama)

3. David B Kamadjaja, drg., MDS., Sp.BMM(K) (Pembimbing Serta)

4. Djodi Asmara, drg., MS., Sp.BMM(K) (Anggota Penguji)

iii

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iv

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji bagi Allah SWT atas berkah rahmat-Nya sehingga skripsi saya

yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera)

TerhadapPercepatan Proliferasi Fibroblas Pada Proses Penyembuhan Luka

Pencabutan Gigi Tikus Wistar” dapat selesai tepat waktu.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan untuk

menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

2. Roberto Simandjuntak, drg., MS., SpBMM (K) selaku Ketua Departemen

Bedah Mulut dan Maksilofasial yang telah memberikan ijin dalam pembuatan

skripsi.

3. Prof. Dr. Peter Agus, drg., SpBMM (K) selaku Dosen pembimbing utama

yang telah meluangkan waktu, pikiran dan kesabaran dalam memberikan

bimbingan, masukan, arahan dari pembuatan proposal hingga skripsi.

4. M. Lukman Bahar, drg., M.Kes (Alm) yang kemudian diteruskan oleh

Dr. David B. Kamadjaja, drg., MDS., Sp.BMM (K) selaku Dosen

pembimbing serta yang turut memberikan masukan, evaluasi, koreksi dan

telah meluangkan waktu selama penyusunan skripsi.

5. Achmad Harijadi, drg., MS., Sp.BMM (K) dan Djodi Asmara, drg., MS.,

Sp.BMM(K) selaku tim Penguji proposal dan skripsi yang telah memberikan

saran serta arahan yang membangun dan sangat berarti untuk kesempurnaan

skripsi ini.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Seluruh Dosen dan Staf Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

7. Pak Mumajib selaku Staf Laboratorium Badan Penelitan dan Konsultasi

Industri Surabaya, Pak Heri selaku Staf Laboratorium Biokimia Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga, Dokter Tari dan Pak Ukir selaku Dosen

dan Staf Laboratorium Histologi Fakultas Airlangga yang telah membantu

saya dalam penyelesaian penelitian ini.

8. Keluarga tercinta, Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan,

membimbing saya, adik saya yang selalu memberikan dukungan. Seluruh

keluarga besar saya yang telah memberikan doa dan dukungan hingga

selesainya skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan yang saling memberikan semangat motivasi dan

saling membantu satu sama lain untuk memberikan yang terbaik dalam

pembuatan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian penelitian dan pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran yang membangun akan selalu penulis harapkan. Semoga

skripsi ini memberikan manfaat dan kontribusi dalam perkembangan ilmu

pengetahuan, masyaakat, bangsa dan negara.

Surabaya, 29 November 2016

Penulis

vi

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENGARUH EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera)


TERHADAPPERCEPATAN FIBROBLAS PADA PROSES
PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI TIKUS WISTAR

ABSTRAK

Latar Belakang: Prosedur pencabutan gigi menyebabkan terjadinya luka


pada soket gigi. Proses penyembuhan luka soket gigi memiliki empat fase yaitu:
hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Salah satu tahap dari proses
penyembuhan luka pencabutan gigi yang memiliki peran penting dalam
penyembuhan luka adalah tahap proliferasi sel fibroblas. Daun kelor (Moringa
olifera) mempunyai kandungan fitokimia yaitu flavonoid, tanin, dan saponin yang
memiliki aktivitas sebagai anti-oksidan, anti-inflamasi, dan anti-mikroba sehingga
dapat membantu proses proliferasi pada penyembuhan luka.Tujuan: Untuk
mengetahui pengaruh ekstrak daun kelor terhadap percepatan proliferasi fibroblas
pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi tikus wistar dan menganalisis
jumlah fibroblas pada soket bekas pencabutan gigi setelah pemberian secara
topikal gel ekstrak daun Kelor pada hari ke-3, dan 7. Metode: 24 ekor tikus wistar
dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-3
dan ke-7, enam ekor dari setiap kelompok didekaputasi dan diambil rahang bawah
untuk diproses secara histologi dengan pewarnaan MA. Pengamatan dilakukan
menggunakan mikroskop pembesaran 400x. Dilakukan analisis data
menggunakan uji Independent T-test. Hasil: Jumlah rata-rata sel fibroblas pada
kelompok kontrol hari ke-3 lebih sedikit dengan nilai 30,67dibandingkan dengan
kelompok perlakuan hari ke-3 dengan nilai 45,67 dan jumlah rata-rata sel
fibroblas kelompok kontrol hari ke-7 juga lebih sedikit dengan nilai 40,83
dibandingkan dengan kelompok perlakuan hari ke-7 yaitu sebesar 58,83.
Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun kelor dengan konsentrasi 10% dapat
mempercepat proliferasi sel fibroblas pada luka pencabutan gigi tikus wistar.

Kata Kunci: Penyembuhan luka, Moringa oliefera, Pencabutan gigi.

vii

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Effect of Moringa Leaf Extract (Moringa oleifera) Against the Proliferation of


Fibroblasts Accelerate in Wound Healing Process Of Tooth Extraction Of
Wistar Rat

ABSTRACT

Background: Tooth extraction procedure caused an injury to the tooth


socket. Tooth socket wound healing process has four phases: hemostasis,
inflammation, proliferation, and remodeling. One phase of the tooth extraction
wound healing process has an important role in wound healing that is the stage of
cell proliferation of fibroblasts. Moringa leaves (Moringa olifera) has a
phytochemical content there is flavonoid, tannins and saponins which have
activity as an anti-oxidant, anti-inflammatory, and anti-microbial that can help
the process of proliferation on wound healing. Purpose: To determine the effect of
Moringa leaf extract against accelerated proliferation of fibroblasts in the wound
healing process of Wistar rats tooth extraction and Analyzing the number of
fibroblasts in the former tooth extraction sockets after the provision in topical gel
extract of Moringa's leaves on the day 3rd, and 7th. Method: 24 Wistar rats were
divided into four groups: control group and the treatment day 3rd and 7th, six rats
of each group decaputated and lower jaw were taken to be processed
histologically with MA staining. Observations were made using a 400x
magnification microscope. The data analysis using Independent T-test. Result:
Average numbers of cells fibroblast in the control group day 3rd less with the
value of 30,67 compared with a group of the treatment day 3rd with the value of
45,67 and average numbers of cells fibroblast in the control group day 7th less
with the value of 40,83 compared with a group of the treatment day 7th with the
value of 58,83. Conclusion: Moringa leaf extract with a concentration of 10%
can accelerate the proliferation of fibroblasts in the wound Wistar rat tooth
extraction.

Keywords: Wound healing, Moringa oliefera, Tooth extraction

viii

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI .........................................................iii

SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS ..........................................iv

UCAPAN TERIMA KASIH .....................................................................................v

ABSTRAK .................................................................................................................vii

ABSTRACT ................................................................................................................viii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................................xiv

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xvii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................5

1.3 TujuanPenelitian ..........................................................................................5

1.3.1 Tujuan Umum ...........................................................................................5

1.3.2 Tujuan Khusus ..........................................................................................5

ix

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.4 ManfaatPenelitian ........................................................................................5

1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................5

1.4.2 Manfaat Praktis .........................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................6

2.1 Ekstraksi Gigi ...............................................................................................6

2.2 Penyembuhan Luka ......................................................................................7

2.2.1 Fase Hemostasis ........................................................................................8

2.2.2 Fase Inflamasi ...........................................................................................8

2.2.3 Fase Proliferasi ..........................................................................................11

2.2.4 Fase Maturasi ............................................................................................13

2.2.5 Faktor-Faktor yang Dapat Memperlambat Penyembuhan ........................14

2.3 Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi ....................................................15

2.4 Fibroblas .......................................................................................................16

2.4.1 Struktur Fibroblas .....................................................................................16

2.4.2 Peran Fibroblas dalam Penyembuhan Luka ..............................................17

2.5 Tanaman Kelor (Moringa oleifera)..............................................................18

2.5.1 Klasifikasi Kelor .......................................................................................19

2.5.2 Sejarah Tanaman Kelor .............................................................................20

2.5.3 Komposisi zat gizi daun kelor ...................................................................20

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.5.4 Kandungan Fitokimia Daun Kelor ............................................................22

2.5.4.1 Flavanoid ................................................................................................22

2.5.4.2 Tanin ......................................................................................................24

2.5.4.3 Saponin...................................................................................................26

2.5.5 Manfaat Tanaman Kelor ...........................................................................27

BAB 3 KERANGKA KONSEP ................................................................................28

3.1 Kerangka Konsep .........................................................................................28

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep .......................................................................29

3.3 Hipotesis.......................................................................................................30

BAB 4METODE PENELITIAN................................................................................31

4.1 Jenis Penelitian .............................................................................................31

4.2 Rancangan Penelitian ...................................................................................31

4.3 Sampel dan Besar Sampel ............................................................................32

4.3.1 Jenis Sampel ..............................................................................................32

4.3.2 Kriteria Sampel .........................................................................................32

4.3.3 Besar Sampel .............................................................................................33

4.4 Variabel Penelitian .......................................................................................33

4.5 Definisi Operasional.....................................................................................34

4.6 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................35

xi

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.7 Instrumen Penelitian.....................................................................................35

4.7.1 Alat Penelitian ...........................................................................................35

4.7.2 Bahan Penelitian........................................................................................36

4.8 Tahap Persiapan ...........................................................................................37

4.8.1 Mengumpulkan literatur ............................................................................37

4.8.2 Pembuatan gel dari ekstrak daun Kelor ....................................................37

4.8.3 Persiapan Hewan Coba .............................................................................39

4.9 Tahap Penelitian ...........................................................................................40

4.9.1 Proses Pencabutan Gigi Tikus Wistar .......................................................40

4.9.2 Proses Perlakuan Tikus Wistar..................................................................41

4.9.3 Proses Pengambilan Mandibula ................................................................43

4.9.4 Pembuatan Sediaan Histologis ..................................................................44

4.9.4.1 Fiksasi jaringan ......................................................................................44

4.9.4.2 Pengolahan Jaringan...............................................................................44

4.9.4.3 Pengamatan Jaringan ..............................................................................48

4.10 Evaluasi dan Penghitungan Jumlah Sel Fibroblas .....................................49

4.11Alur Penelitian ............................................................................................52

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA .........................................53

5.1 Data Penelitian ............................................................................................53

xii

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................................................54

5.3 Analisis Hasil Data ......................................................................................54

5.3.1 Uji Normalitas ...........................................................................................55

5.3.2 Uji Homogenitas .......................................................................................56

5.3.3 Uji Independent T-Test..............................................................................56

5.4 Foto Histologi Masing-Masing Kelompok ..................................................58

BAB 6 PEMBAHASAN ...........................................................................................60

BAB 7 PENUTUP ....................................................................................................67

7.1 Kesimpulan .................................................................................................67

7.2 Saran ............................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................68

LAMPIRAN ..............................................................................................................76

xiii

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Kimia Daun Kelor per 100 Gram ........................................20

Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Jumlah Sel Fibroblas ....................................................... 51

Tabel 5.1 Descriptive Statistics Masing-Masing Kelompok ..................................53

Tabel 5.2 Uji Normalitas One Kolmogorov-Smirnov pada Data Jumlah Sel

Fibroblas .................................................................................................55

Tabel 5.3Hasil Ujilavene’s dan Independent T-test pada Data Jumlah Sel

Fibroblas Hari Ke-3................................................................................57

Tabel 5.4 Hasil Ujilavene’s dan Independent T-test pada Data Jumlah Sel

Fibroblas Hari Ke-7................................................................................57

xiv

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1Diagram Perbedaan Nilai Rata-Rata Jumlah Sel Fibroblas pada

Kelompok Kontrol dan Perlakuan pada Hari Ke-3 Serta Hari Ke-7 ......54

xv

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap Penyembuhan Luka yang Normal dengan Jenis Sel yang

Dominan pada setiap tahap ...............................................................7

Gambar 2.2 Sel Fibroblas ......................................................................................17

Gambar 2.3 Moringa Oliefera................................................................................19

Gambar 2.4 Struktur Umum Flavanoid ..................................................................24

Gambar 2.5 Struktur Umum Tanin Terkondensasi ................................................25

Gambar 2.6 Struktur Asam Gallat ..........................................................................25

Gambar 2.7 Struktur Umum Saponin.....................................................................26

Gambar 4.1 Alat Penelitian ....................................................................................41

Gambar 4.2 Hewan Coba (Tikus Wistar) yang Digunakan untuk Penelitian ........39

Gambar 4.3 Anestesi Tikus Wistar dengan Menggunakan Ether Inhalasi.............40

Gambar 4.4 Proses Pencabutan Gigi Insisive Kiri Rahang Bawah .......................41

Gambar 4.5 Pemberian Ekstrak Daun Kelor pada Soket Pencabutan Gigi Tikus

Wistar ................................................................................................42

Gambar 4.6 Proses Penjahitan pada Soket Pencabutan Gigi Tikus Wistar............42

Gambar 4.6 Proses Pengambilan Mandibula .........................................................43

Gambar 4.7 Fiksasi Jaringan ..................................................................................44

Gambar 4.8 Blocking Parafin .................................................................................46

xvi

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 4.9 Pemotongan dengan Mikrotom ..........................................................47

Gambar 4.10 Pengecatan Jaringan ...........................................................................48

Gambar 4.11 Preparat yang Telah Jadi ....................................................................49

Gambar 5.2 Gambar Histopatologi Sel Fibroblas dari Kelompok K1 (Kelompok

Kontrol) yang Diambil pada hari ke-3, Pengecatan MA,

Pembesaran : 400x; Mikroskop Olympus BX-50 Pentax Optio 230;

Camera Digital 2.0 Megapixel ..........................................................58

Gambar 5.3 Gambar Histopatologi Sel Fibroblas dari Kelompok P1 (Kelompok

Perlakuan dengan Pemberian Ekstrak Daun Kelor 10%) yang

Diambil pada hari ke-3, Pengecatan MA, Pembesaran : 400x;

Mikroskop Olympus BX-50 Pentax Optio 230; Camera Digital 2.0

Megapixel...........................................................................................58

Gambar 5.4 Gambar Histopatologi Sel Fibroblas dari Kelompok K2 (Kontrol)

yang Diambil pada hari ke-7, Pengecatan MA, Pembesaran : 400x;

Mikroskop Olympus BX-50 Pentax Optio 230; Camera Digital 2.0

Megapixel ..........................................................................................59

Gambar 5.5 Gambar Histopatologi Sel Fibroblas dari Kelompok P2 (Kelompok

Perlakuan dengan Pemberian Ekstrak Daun Kelor 10%) yang

Diambil pada hari ke-7, Pengecatan MA, Pembesaran : 400x;

Mikroskop Olympus BX-41 Pentax Optio 230; Camera Digital 2.0

Megapixel...........................................................................................59

xvii

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Keterangan Laik Etik .............................................................................76

Lampiran 2. Tabel Hasil Penelitian ...........................................................................77

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik...................................................................................79

Lampiran 4. Taksonomi Tanaman Kelor ...................................................................8

xviii

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencabutan gigi merupakan hal yang sangat sering dilakukan dalam bidang

Kedokteran Gigi. Pencabutan gigi diindikasikan jika gigi sudah tidak dapat

dilakukan perawatan lagi. Prosedur pencabutan gigi merupakan suatu proses

pengeluaran gigi dari alveolus yang akan meninggalkan soket gigi dan

menimbulkan luka disekitar jaringan lunak (Lande dkk, 2015). Prosedur

pencabutan gigi menyebabkan cedera dengan sedikit traumayang berarti akan

melibatkan proses penyembuhan luka (Yuza dkk, 2014). Menurut Torres &

Lagares (2010) proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi memerlukan

waktu selama beberapa minggu untuk regenerasi jaringan granulasi dan gingiva.

Perlukaan pasca pencabutan gigi bila tidak ditangani dengan benar dapat

menyebabkan nyeri, infeksi, serta berbagai masalah lainnya. Pemeliharaan dan

perawatan, bertujuan untuk mencapai integritas anatomi yang mengalami cidera

dan mengembalikan fungsi semula agar diperoleh estetik hasil penyembuhan yang

sempurna (Wrayet al, 2003). Penyembuhan luka merupakan proses penggantian

dari sel-sel mati dengan sel-sel yang berbeda dari sel jaringan asalnya. Sel-sel

baru membentuk jaringan granulasi yang akan menjadi jaringan parut fibrosa

(Tombayong, 2002). Penyembuhan luka dipengaruhi oleh kemampuan sel dan

jaringan dalam melakukan regenerasi (Potter&Perry, 2006). Proses regenerasi

soket melibatkan osteoblas, osteoklas dan juga fibroblas. Selama proses perbaikan

tulang yang mengalami kerusakan, fibroblas secara aktif berproliferasi dan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

membuat serat kolagen baru yang akan memberikan kemampuan pada jaringan

untuk melakukan perbaikan dan pembentukan jaringan baru (Mawardi dkk, 2002).

Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase, meliputi fase inflamasi, fase

proliferasi, dan fase remodeling (Sjamsuhidajat, 2012).

Proses penyembuhan luka akan berjalan secara fisiologis, namun beberapa

proses penyembuhan luka dapat mengalami gangguan. Luka pencabutan gigi

diperkirakan 1-11,5% mengalami penyembuhan yang tidak sempurna (Adeyemo

et al, 2006). Salah satu gangguan atau komplikasi yang sering ditemukan pada

proses penyembuhan luka pencabutan gigi adalah dry soket (alveolar osteitis).

Dry socket adalah gangguan dalam penyembuhan luka berupa inflamasi yang

meliputi salah satu atau seluruh bagian dari lapisan tulang padat pada soket gigi

(lamina dura) (Ananda, Khatimah & Sukmana, 2016).Tingkat insiden dry soket

dilaporkan mencapai 0,5-5% pada pencabutan gigi rutin dan pada pencabutan

molar ketiga rahang bawah diperkirakan 1-38% (Ananda, Khatimah & Sukmana,

2016). Insidensi terjadinya dry socket dapat meningkat secara signifikan

disebabkan mikroorganisme pada pasien dengan kebersihan mulut yang buruk dan

adanya inflamasi. Adanya mikroorganisme dalam flora normal rongga mulut

dapat menyebabkan luka pencabutan gigi terinfeksi (Ananda, Khatimah &

Sukmana, 2016).

Gangguan proses penyembuhan luka dapat diatasi dengan penggunaan

biomaterial yang berasal dari alam untuk mempercepat proses penyembuhan luka

pencabutan gigi.Biomaterial yang berasal dari alam yang salah satunyab

merupakan tanaman herbal. Penggunaan tanaman herbal sebagai bahan obat

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

tradisional telah dikenal luas terutama di negara berkembang. Indonesia

merupakan daerah tropis yang memiliki beranekaragam tumbuhan. Banyak

tumbuhan di Indonesia yang digunakan sebagai obat herbal, beberapa tanaman

herbal mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan luka. Proses

penyembuhan menggunakan tanaman herbal memberikan hasil yang lebih optimal

karena tanaman herbal melakukan mekanisme perbaikan jaringan secara alamdaki

(Shenoy et al, 2009). Salah satu tumbuhan yang mengandung obat herbal yaitu

daun kelor (Moringa oleifera).

Kelor merupakan tanaman yang tumbuh di dataran rendah maupun dataran

tinggi hingga di ketinggian ± 1000 meter dpl. Kelor banyak ditanam sebagai tapal

batas atau pagar dihalaman rumah atau ladang. Daun kelor di Indonesia

dikonsumsi sebagai sayuran dengan rasa yang khas, yang memiliki rasa yang

tidak sedap saat masih mentah dan juga digunakan untuk pakan ternak. Selain

sebagai konsumsi kelor juga dijadikan obat herbal(Silver, 2005). Kelor

mempunyai banyak manfaat untuk meredakan sakit kepala, demam, keluhan usus,

desentri, asma, tumor, pembesaran limpa dan menurunkan kolesterol (Fahey,

2005)

Daun kelor memiliki keunggulan pada kandungan nutrisi yang tinggi yaitu

golongan protein, mineral, asam lemak dan vitamin sehingga dapat digunakan

sebagai suplemen nutrisi. Moyo et al (2011) dalam penelitiannya menyatakan,

kandungan nutrisi yang tinggi dalam daun kelor didapatkan pada tepung daun

kelor atau dried leaves. Biswas et al (2012) berpendapat bahwa daun, kulit,

batang, akar, tangkai, buah dan bunga tumbuhan kelor, secara farmakologi dapat

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

digunakan sebagai anti bakterial, analgesik, antijamur, anti-inflamasi, antioksidan,

antiurolitiasis, anti-ulcer, cardioprotektif, hepatoprotektif, antiurolithiasis,

danmempunyai aktivitas penyembuhan luka.

Daun kelor mempunyai kandungan tanin 1,4%, triterpenoid 5% dan saponin

5 % (Fugli, 2001). Serta Nugraha, (2013) menyatakan hasil studi fitokimia daun

kelor menyebutkan bahwa daun kelor mengandung senyawa metabolit sekunder

flavonoid, alkaloid, phenols. Daun kelor yang lebih muda mempunyai kandungan

fitokimia paling tinggi.

Kandungan flavonoid pada daun kelor memberikan aktivitas antiinflamasi

serta antioksidan (Harisaranraj et al, 2009).Flavonoid meningkatkan migrasi

fibroblast ke area perlukaan melalui stimulasi faktor pertumbuhan seperti TGF-β,

TGF-α, dan FGF terhadap migrasi dan proliferasi fibroblast (Indraswary,

2012).Mailoa et al (2013) mengatakan bahwa daun kelor juga mengandung tanin

yang memberikan manfaat sebagai antimikroba, antioksidan dan menghambat

pertumbuhan tumor, flavonoid dan tanin juga bertanggung jawab pada proses

remodelling. Kandungan nutrisi dan fitokimia daun kelor mempunyaiaktivitas

sebagai antioksidan (Shahriar, 2012), anti-ulcer (Verma et al, 2012), anti-

inflamasi, antinyeri, antimikroba serta berperan dalam proses penyembuhan luka

(Moyo et al, 2012; Pal, 2012; Oluduro, 2012),

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti

pengaruh ekstrak daun kelor dalam peningkatan jumlah sel fibroblas pada proses

penyembuhan luka soket pasca pencabutan gigi tikus wistar.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

1.1.1 Rumusan Masalah

Apakahekstrak daun kelor berpengaruh terhadap percepatan proliferasi

fibroblas pada proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi pada tikus wistar

1.1.2 Tujuan

1.1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kelor terhadap percepatan

proliferasi fibroblas pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi tikus wistar.

1.1.2.2 Tujuan Khusus

Menganalisis jumlah fibroblas pada soket bekas pencabutan gigi setelah

pemberian secara topikal gel ekstrak daun Kelor pada hari ke-3, dan 7.

1.1.3 Manfaat

1.1.3.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah informasi ilmu di bidang Kedokteran Gigi

bahwa daun kelor sebagai tumbuhan herbal dapat mempercepat penyembuhan

luka pasca pencabutan gigi.

1.1.3.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan alternatif pengganti dalam

percepatan penyembuhan luka pasca pencabutan gigi.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi Gigi

Ekstraksi gigi merupakan suatu proses pengeluaran satu gigi yang utuh atau

akar gigi dari tulang alveolus dengan menggunakan alat-alat ekstraksi (forceps),

ekstraksi dilakukan pada gigi yang tidak dapat dilakukan perawatan lagi

(Fragiskos, 2007). Ekstraksi gigi juga bisa terjadi karena adanya gangguan pada

gigi itu sendiri, yaitu kariesdan gangguan pada gusi, yaitu penyakit periodontal.

Ekstraksi gigi dibutuhkan pada kondisi-kondisi seperti karies yang parah, pulpitis,

periodontitis periapikal, perikoronitis, fraktur akar gigi, fraktur rahang, retainer

primary teeth, keadaan patologis yang lain, seperti kista, masalah ortodontik dan

kebutuhan perawatan ortodontik (Saund & Dietrich, 2013)

Ekstraksigigi dapat menimbulkan luka pada jaringan di sekitar soket. Luka

merupakan suatu cidera pada jaringan yang disebabkan karena pemotongan,

trauma atau prosedur-prosedur fisik lainnya. Luka pada jaringan tubuh makhluk

hidup merupakan salah satu tempat yang memungkinkan mikroba patogen untuk

berkembang biak dan akan menimbulkan suatu infeksi. Tubuh memiliki

kemampuan untuk menghilangkan atau menghambat proses infeksi oleh mikroba

tersebut dengan tujuan mempertahankan kebutuhan jaringan. Selain itu, tubuh

juga memiliki kemampuan secara seluler dan biokimia untuk memperbaiki

integritas jaringan dan kapasitas fungsional akibat adanya luka, yang biasa disebut

proses penyembuhan luka atau wound healing(Woodward, 2009).

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

Kehilangan gigi dapat merugikan pasien karena mengurangi efisiensi

pengunyahan, migrasi, rotasi gigi dan masalah temporo mandibular joint (TMJ),

serta masalah rongga mulut lainnya (Ngangi et al, 2012)

2.2 Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka terdiri dari dua kategori yaitu regenerasi dan reparasi.

Regenerasi merupakan pemulihan jaringan seperti semula, baik struktur maupun

fungsinya. Reparasi merupakan pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat.

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks, karena terdiri dari

empat tahapan, yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling (Flanagan

et al., 2000).

Gambar 2.1 Tahap penyembuhan luka yang normal dengan jenis sel yang dominan pada
setiaptahap (Loughlin & Brien, 2011)

Penyembuhan luka yang tidak normal dan mengalami perpanjangan waktu

pada proses penyembuhan luka dapat menyebabkan tertundanya proses

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

penyembuhan luka. Ketidaknormalan pada proses penyembuhan luka dapat di

tandai dengan ada atau tidaknya jaringan nekrosis yang dapat disebabkan oleh

bakteri, iskemia dan trauma (Vowden, 2011).

2.2.1 Fase Hemostasis

Fase hemostasis adalah fase pertama dari proses penyembuhan luka.

Kerusakan pada permukaan mukosa menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan

terjadi pendarahan. Hal ini menyebabkan deposisi fibrin, agregasi platelet dan

koagulasi. Setelah luka, bekuan darah yang terbentuk merupakan barier yang

melindungi jaringan yang terbuka dan menghubungkan luka (Flanagan, 2000).

Kelembaban dan aliran saliva pada rongga mulut dapat menyebabkan

koagulan mudah lepas. Setelah koagulan lepas, terjadi vasodilatasi dan

peningkatan permeabilitas vaskuler yang menyebabkan plasma protein masuk ke

area luka dan mempengaruhi migrasi leukosit. Integritas barier proteksi menjadi

terganggu dan menyebabkan mikroorganisme, toksin dan antigen masuk ke dalam

jaringan mukosa, menyebabkan respon inflamasi (Nancy, 2008).

2.2.2 Fase Inflamasi

Fase inflamasi bertujuan untuk mengendapkan matriks ekstra seluler dan

mengeliminasi benda asing. Pada tahap inflamasi, sel radang akut sertaneutrofil

adalah sel pertama yang akan menginvasi daerah yang mengalami keradangan dan

menghilangkan semua debris serta bakteri yang ditandai dengan cardinal

symptoms, yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan functiolaesa (Gottrup, 2013).

Fase inflamasi terjadi setelah vasokonstriksi dan vasodilatasi pada daerah

luka. Proses vasokontriksi dan vasodilatasi membantu migrasi sel inflamasi

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

menuju ke daerah luka. Pada fase inflamasi, terjadi koagulasi sel darah dengan

prothrombin berubah menjadi thrombin, fibrinogen menjadi fibrin dan clot

menjadi fibrin clot. Fibrin berperan utama dalam mengawali proses angiogenesis

dan mengembalikan struktur vaskuler. Netrofil, limfosit, dan makrofag

merupakan sel yang pertama kali mencapai daerah luka. Fungsi utama sel-sel

tersebut adalah melawan infeksi dan membersihkan debris matriks seluler serta

benda-benda asing (Gottrup, 2013).

Fase inflamasi dapat ditandai dengan terjadinya pembekuan darah (clotting)

untuk mempertahankan hemostasis, pelepasan bermacam-macam faktor untuk

menarik sel-sel yang akan memfagosit debris, bakteri dan jaringan yang rusak

serta pelepasan faktor yang akan memulai proliferasi jaringan (Grabb & Smith’s,

2006).

Agen kemotaktik seperti produk bakteri, complement factor, histamin,

prostaglandin, leukotriene dan platelet derived growth factor (PDGF)

menstimulasi leukosit untuk bermigrasi dari sel endotel. Leukosit yang terdapat

pada daerah luka di dua hari pertama adalah neutrofil. Neutrofil memfagositosis

jaringan mati dan bakteri. Neutrofil juga mengeluarkan protease untuk

mendegradasi matriks ekstraseluler yang tersisa. Setelah memfagositosis, neutrofil

akan difagositosis oleh makrofag. Meskipun neutrophil berperan dalam mencegah

infeksi, namun neutrofil yang persisten pada luka dapat menyebabkan proses

penyembuhan luka menjadi terganggu. Hal ini bisa menyebabkan luka akut

berubah menjadi luka kronis (Pusponegoro, 2005; Webster et al, 2012).

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

Pada saat jaringan terluka, darah akan kontak dengan kolagen yang dapat

memacu platelet untuk mensekresi faktor-faktor inflamasi. Platelet mengekspresi

glikoprotein pada membran sel, sehingga platelet menempel satu sama lain,

beragregasi, dan membentuk massa (Grab & Smith, 2006). Platelet melepaskan

berbagai growth factor yang potensial (Transforming Growth Factor-β, Platelet

Derived Growth Factor, Interleukin-1), sitokin dan kemokin. Mediator sangat

berpengaruh pada proses penyembuhan luka untuk memicu penyembuhan sel,

diferensiasi dan mengawali pemulihan jaringan yang rusak (Nanci, 2008).

Pada hari ke-2 dan ke-3, monosit dan makrofag masuk ke dalam daerah luka

melalui mediasi monocyte chemoattractant protein 1 (MCP-1). Makrofag

memiliki fungsi fagositosis bakteri. Makrofag mensekresi proteinase untuk

mendegradasi matriks ekstraseluler (ECM) dan membuang material asing,

merangsang pergerakan sel dan mengatur pergantian ECM. Makrofag adalah

penghasil sitokin dan growth factor untuk menstimulasi proliferasi fibroblast,

produksi kolagen, pembentukan pembuluh darah baru dan proses penyembuhan

lainnya (Gurtner, 2007).

Makrofag berperan sebagai (Grabb & Smith’s, 2006):

a. Melepaskan protease untuk memfagositosis bakteri dan jaringan yang rusak.

b. Melepaskan growth factors dan sitokin yang akan menarik sel-sel yang

berperan dalam fase proliferasi ke lokasi luka.

c. Memproduksi faktor yang mempercepat angiogenesis.

d. Memstimulasi sel-sel yang berperan pada proses reepitelisasi luka, membuat

jaringan granulasi dan matriks ekstraseluler.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

2.2.3 Fase Proliferasi

Pada hari ke-2 setelah trauma jaringan fase proliferasi dimulai dan berlanjut

dua hinggatiga minggu setelah trauma (Gottrup, 2013). Fase proliferasiditandai

dengan terbentuknya jaringan granulasi dan peningkatan jaringan pembuluh darah

baru, fibroblas dan makrofag pada jaringanpenyangga yang longgar (Prasetyono&

Theddeus, 2009).

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia yang merupakan kelanjutan

dari fase inflamasi. Fase proliferasi ditandai dengan proliferasi dan migrasi

fibroblas serta produksi jaringan ikat. Terdapat tiga proses utama dalam fase

proliferasi, antara lain:

a. Neoangiogenesis

Kalangi (2011) berpendapat bahwa angiogenesis merupakan proses

pembentukan pembuluh darah baru yang berasal dari kapiler pembuluh darah

kecil di sekitarnya. Pembuluh darah kapiler tersusun atas sel-sel endotel dan

perisit. Ke dua jenis sel ini memuat seluruh informasi genetik yang memiliki

peran dalam pembentukan pembuluh darah, cabang-cabangnya dan seluruh jaring-

jaring kapiler.

Selama proses angiogenesis, sel endotel memproduksi sitokin. Beberapa

faktor pertumbuhan berperan dalam angiogenesis, yaitu antara lain Vascular

Endothelial Growth Factor (VEGF), angiopoetin, Fibroblast Growth Factor

(FGF) dan TGF-β. Setelah jaringan telah terbentuk dengan adekuat, migrasi dan

proliferasi sel-sel endotelial akan menurun dan sel yang berlebih akan mati

dengan proses apoptosis (Gurtner, 2007).

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

Penonjolan pembuluh darah kapiler membentuk pembuluh darah kapiler.

Mula-mula sel endotel berproliferasi dan bermigrasi membentuk suatu ikatan

padat sel yang meluas ke lateral dari pembuluh darah induknya. Penyusunan

kembali sel-sel menghasilkan lumen yang memungkinkan sel-sel darah masuk.

Arteri, vena kecil dan sedang pada awalnya dibentuk sebagai kapiler kemudian

mengalami proliferasi sel-sel endotel yang menyebabkan kapiler berkembang dan

dindingnya menebal (Bloom & Fawcett, 2002).

b. Reepitelialisasi

Sel-sel basal pada epitelium akan bergerak ke daerah luka untuk menutupi

daerah luka (Gottrup, 2007). Menurut Schultz (2007) keratonosit akan

berproliferasi setelah kontak dengan matriks ekstraseluler (ECM) dan kemudian

bermigrasi dari membran basal menuju permukaan jaringan yang baru terbentuk

pada tepi daerah luka. Keratinosit akan berbentuk pipih dan panjang serta

membentuk tonjolan sitoplasma yang panjang pada saat migrasi. Keratinosit pada

ECM akan berikatan dengan kolagen tipe I dan bermigrasi dengan reseptor

spesifik integrin. Keratinosit mengeluarkan kolagenase yang digunakan untuk

mendisosiasi sel dari matriks dermis dan membantu pergerakan dari matriks

awal.

c. Fibroplasia

Dua hingga lima hari setelah fase inflamasi luka berakhir, sel fibroblas

memasuki daerah luka dan jumlah fibroblas mencapai puncak pada satu hingga

dua minggu setelah mengalami luka. Pada akhir minggu pertama, fibroblas

merupakan sel utama dalam luka. Akhir dari Fibroplasia adalah dua sampai

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

empat minggu setelah luka terjadi (Gurtner, 2007). Grabb & Smith’s (2006)

berpendapat bahwa fibroblas berproliferasi dan bermigrasi sehingga menjadi sel

utama yang menjadi suatu matrix kolagen di dalam daerah luka. Fibroblas dari

jaringan normal bermigrasi ke dalam area luka. Mula-mula fibroblas memakai

benang fibrin pada fase inflamasi untuk bermigrasi, melekat ke fibronektin.

Kemudian sel fibroblas mengendapkan substansi dasar ke dalam area luka yang

selanjutnya akan ditempati oleh kolagen.

2.2.4 Fase Maturasi

Pada satu minggu setelah terjadinya penyembuhan luka, luka akan masuk

pada fase maturasi, fibroblas berdiferensiasi menjadi miofibroblas dan luka mulai

menyusut. Puncak penyusutan terjadi dalam 5 - 15 hari setelah terjadinya luka.

Penyusutan dapat berakhir dalam beberapa minggu dan berlanjut serta setelah

luka mengalami reepitelisasi. Jika penyusutan berlanjut terlalu lama,

menyebabkan kerusakan dan malfungsi. Tujuan penyusutan yaitu mengurangi

proses yang berlebihan dari penyembuhan luka. Luka yang besar akan menjadi 40

- 80 % lebih kecil setelah terjadinya penyusutan. Mula-mula penyusutan terjadi

tanpa melibatkan miofibroblas yang bertanggung jawab pada kontraksi.

Miofibroblas memiliki kandungan aktin yang ditemukan pada sel otot polos

(Grabb & Smith’s, 2006).

Pada fase maturasi jaringan granulasi mengalami remodeling dan maturasi

membentuk jaringan scar. Fase maturasi ditandai dengan penurunan densitas sel,

jumlah kapiler dan aktivitas metabolik. Fibril kolagen membentuk serabut kolagen

yang tebal (Gottrup, 2007).

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

Fase maturasi ditandai dengan adanya keseimbangan antara proses

pembentukan dan degradasi kolagen. Ada tiga syarat kondisi lokal agar proses

penyembuhan luka dapat berjalan secara normal, yaitu semua jaringan pada

daerah luka harus vital, tidak ada benda asing dan tidak mengalami kontaminasi

eksesif atau infeksi (Prasetyono, 2009).

Fase maturasi dapat berlangsung hingga satu tahun atau lebih. Fase maturasi

dipengaruhi oleh faktor-faktor ukuran luka dan metode penutupan luka yang

dipakai. Selama fase maturasi, kolagen tipe III yang berperan saat fase proliferasi

akan menurun kadarnya secara bertahap dan digantikan dengan kolagen tipe I

yang lebih kuat (Grabb & Smith’s, 2006). Peningkatan kekuatan terjadi secara

signifikan pada minggu ke tiga hingga minggu ke enam setelah luka. Kekuatan

tahanan luka maksimal akan mencapai 90% dari kekuatan kulit normal (Webster

et al, 2012).

2.2.5 Faktor-Faktor yang Dapat Memperlambat Penyembuhan

Ada banyak faktor yang dapat menghambat penyembuhan luka. Faktor-

faktor tersebut berhubungan dengan keadaan intrinsik dari pasien, seperti

kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan pada tempat luka dan kondisi medis

yang dapat menyebabkan lingkungan sekitar yang mengganggu bagi

penyembuhan luka, serta faktor- faktor dari luar (ekstrinsik), seperti pengelolaan

luka yang kurang tepat dan efek-efek terapi lainnya yang tidak menguntungkan.

Mengatasi faktor-faktor yang merugikan tersebut sangat diperlukan untuk

penyembuhan yang optimum (Morison, & Michele, 2007).

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

2.3 Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi

Penyembuhan luka merupakan proses yang komples, melalui fase-fase yang

saling tumpang tindih seperti dijelaskan berikut ini (Mitchell & Kumar, 2008) :

1. Induksi inflamasi oleh jejas inisial.

2. Pembentukan jaringan granulasi, reepitelisasi dan fibroplasia.

3. Remodeling matriks ekstrasel dengan kontraksi luka.

Proses penyembuhan primer pada luka pencabutan gigi terdiri dari beberapa

tahap, yaitu (Mitchell & Kumar, 2008) :

1. 0 jam : bekuan darah mendominasi di daerah luka.

2. 3 hingga 24 jam : sel-sel neutrofil menginfiltrasi bekuan.

3. Hari ke-2 hingga ke-4 : aktivitas penyembuhan dimulai dari tepi bekuan

darah yaitu fibroblas, dan endotel masuk ke

tengah dari soket gigi. Sel-sel neutrofil, makrofag

dan osteoklas untuk memfagositosis sel-sel

nekrotik, serpihan tulang, atau fragmen tulang

yang tajam.

4. Hari ke-5 : daerah luka terisi oleh jaringan granulasi,

neovaskularisasi dan proliferasi epitel maksimal;

fibril kolagen mulai terlihat.

5. Hari ke-7 : epitel tumbuh dan menutupi permukaan soket gigi,

diikuti dengan penurunan jumlah sel radang dan

peningkatan jumlah sel fibroblas.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

6. Minggu ke-2 : inflamasi, edema, dan peningkatan vaskularitas

mereda serta serat kolagen tumbuh secara

progresif dan memberikan kekuatan pada luka.

7. Minggu ke-3 hingga ke-6: kelompok trabekula tulang pada soket gigi telah

terbentuk. Kemudian dilanjutkan dengan

pembentukan jaringan tulang sekunder dan

pembentukan jaringan tulang primer pada

keseluruhan soket gigi.

2.4 Fibroblas

Fibroblas merupakan sel yang berjumlah banyak pada jaringan ikat yang

menjadi komponen seluler primer dari jaringan ikat dan sumber sintetis utama

dari matrik protein misalnya kolagen. Fibroblas berfungsi dalam menyintesis

kolagen, elastin, glikosaminoglikan, proteoglikan dan glikoprotein multi adhesif.

Sel-sel dengan aktivitas sintesis yang tinggi secara morfologis berbeda dari

fibroblas dengan aktivitas yang tenang, yang tersebar dalam matriks yang telah

disintesis sel-sel tersebut (Junqueira, 2007).

2.4.1 Struktur Fibroblas

Fibroblas menghasilkan komponen ekstrasel dari jaringan ikat yang

berkembang. Fibroblas akan menjadi fibrosit jika fibroblas menjadi relatif tidak

aktif dalam memproduksi serat (Bloom & Fawcet., 2002). Fibroblas memiliki

morfologi sel besar, bercabang-cabang, yang dari samping terlihat berbentuk

fusiform. Pada jaringan ikat yang direntangkan inti fibroblas tampak pucat; pada

sajian irisan, fibroblas terlihat mengkerut dan berwarna gelap dengan pewarnaan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

basa. Pada kebanyakan sediaan histologi, batas sel tidak nyata dan inti merupakan

pedoman untuk pengenalannya. Inti sel fibroblast berbentuk lonjong atau

memanjang dan terdiri atas membran inti halus dengan satu atau dua anak inti

jelas dan sedikit granula kromatin halus (Leeson, 1996). Sel fibroblas biasanya

tersebar sepanjang berkas serat kolagen dan terlihat dalam sediaan sebagai sel

fusiform dengan ujung-ujung meruncing. Dalam beberapa situasi, fibroblas

ditemukan dalam bentuk stelata gepeng dengan beberapa cabang langsing. Inti

panjangnya terlihat jelas, namun garis selnya sulit untuk dilihat pada sediaan

histologis karena relatif tidak aktif, sel fibroblast memiliki sitoplasma eosinofilik

seperti serat kolagen disekitarnya (Bloom & Fawcet., 2002).

Gambar 2.2 Sel Fibroblas (Putra & Ade, 2010)


2.4.2 Peran Fibroblas dalam Penyembuhan Luka

Setelah mengalami jejas luka, jaringan tubuh dapat beregenerasi. Regenerasi

terdiri dari proses jaringan yang identik dengan jaringan yang hilang akibat jejas.

Proses penyembuhan dimulai secara dini dalam fase inflamasi. Dalam waktu 24

jam sesudah terjadinya jejas, sel-sel fibroblast dan endotel pembuluh darah mulai

berproliferasi membentuk jaringan granulasi, istilah jaringan ini berasal dari

gambaran-nya yang lunak, granular dan bewarna merah muda pada permukaan

luka. Secara histologis, pada jaringan ini terdapat sel-sel fibroblas yang sedang

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

berproliferasi disertai sejumlah pembuluh darah baru di dalam matriks yang

longgar (Mitchell & Kumar., 2008). Fibroblas memiliki fungsi dalam proses

penyembuhan luka yaitu pada tahap proliferasi dan terbagi atas beberapa

rangkaian yaitu adalah epitelisasi, fibroplasia, kontraksi, angiogenesis.

2.5 Tanaman Kelor (Moringa oleifera)

Kelor merupakan tanaman yang dapat tumbuh di dataran tinggi maupun

dataran rendah. Daun kelor membutuhkan waktu 3 hingga 6 bulan untuk dapat

dipanen atau setelah kelor tumbuh 1,5 hingga 2 meter. Namun kelor yang

dibudidayakan sebagai produksi daun, kelor dapat dipanenpada ketinggian tidak

lebih dari satu meter. Cara memanen daun kelor dengan memetik batang daun dari

cabang (Kurniasih, 2014).

Orang Indonesia biasa mengkonsumsi daun kelor sebagai sayuran, Kelor

memiliki rasa yang khasatau memiliki rasa yang tidak sedap jika belum matang

dan kelor juga digunakan sebagai pakan ternak karena dapat meningkatkan

perkembangbiakan ternak khususnya unggas. Selain dikonsumsi daun kelor juga

dijadikan obat-obatan dan penjernih air (Kurniasih, 2014).

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

Gambar 2.3 Moringa oleifera (Garg, 2008).

2.5.1 Klasifikasi Kelor

Klasifikasi tanaman kelor adalah sebagai berikut (Silver, 2005):

Regnum : Plantae

Division : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Subclassis : Dialypetalae

Ordo : Rhoeadales (Brassicales)

Familia : Moringaceae

Genus : Moringa

Species : Moringa oleifera

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

2.5.2 Sejarah Tanaman Kelor

Kelor adalah tanaman yang berasal dari dataran sub Himalaya, yaitu India,

Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan. Kelor dibudidayakan dan dapat

beradaptasi dengan baik di luar jangkauan daerah asalnya, termasuk bagian barat,

timur dan selatan Afrika, Asia tropis, Amerika Latin, Karibia, Florida dan

Kepulauan Pasifik (Fahey, 2005). Kelor merupakantanaman yang mempunyai

pohon dengan tinggi 5 – 10 m. Batang tanaman kelor merupakan kayu getas

sehingga mudah patah. Tetapi kayu tanaman kelor dibungkus dengan kulit yang

tidak mudah terpotong selain menggunakan benda tajam. Percabangan tanaman

jarang dan tumbuh memanjang. Cabang dari pohon kelor menghasilkan tangkai

daun yang banyak sehingga tanamannya terlihat rimbun (Mardiana, 2013).

2.5.3 Komposisi zat gizi daun kelor

Daun kelor memiliki kandungan makro elemen seperti potasium, kalsium,

magnesium, sodium, dan fosfor, serta mikro elemen seperti mangan, zinc dan

besi. Daun kelor juga merupakan sumber provitamin A, vitamin B, Vitamin C,

mineral terutama zat besi. Kandungan kimia yang dimiliki daun kelor yaitu asam

amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin,

isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan methionin

(Simbolan dkk., 2007),

Menurut Fuglie (2001) menyebutkan, Kandungan kimia daun kelor per 100

g dapat dilihat pada Tabel 2.1.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

Tabel 2.1 Kandungan kimia daun kelor per 100 gram (fuglie, 2001)
Komponen Komposisi

Air 75 g

Energi 92 Kal

Protein 6,8 g

Lemak 1,7 g

Karbohidrat 12,5 g

Serat 0,9 g

Kalsium 440 mg

Potasium 259 mg

Fosfor 70 mg

Besi 7 mg

Zinc 0,16 mg

β – karoten 6,78 mg

Tiamin 0,06 mg

Riboflavin 0,05 mg

Niacin 0,8 mg

Vitamin C 220 mg

Teh daun kelor memiliki kandungan polifenol catechin, terutama

epigallocatechin gallate (EGCG). EGCG memiliki fungsidalam menurunkan

kadar kolesterol LDL, menghambat pertumbuhan sel kanker, membunuh sel

kanker dan menghambat pembentukan bekuan darah abnormal pada gagal jantung

atau stroke (Krisnadi, 2015).

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

2.5.4 Kandungan Fitokimia Daun Kelor

Hasil studi fitokimia daun kelor (Moringa oleifera) menyebutkan bahwa

daun kelor mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, phenols

yang juga dapat menghambat aktivitas bakteri. Komposisi dan konsentrasi

senyawa fitokimia mengalami perubahan selama pertumbuhan tanaman. Daun

yang lebih muda mempunyai kandungan fitokimia paling tinggi (Nugraha, 2013).

Daun kelor juga mengandung saponin 5%, tanin 1,4% dan triterpenoid 5%

(Fuglie, 2001). Lasmadasari, dkk (2013) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa, ekstrak daun kelor yang dibuat dalam sediaan gel dengan konsentrasi 10%

telah efektif dalam mempercepat penyembuhan luka.

2.5.4.1 Flavanoid

Flavonoid merupakan kelompok dari heterocyclic organic yang terdapat

dalam beberapa kingdom tanaman. flavonoid merupakan zat warna merah, ungu

dan biru serta sebagian zat warna kuning yang dapat ditemukan dalam buah,

sayur, kacang, bunga, teh, wine dan madu. Flavonoid memiliki aktivitas sebagai

antioksidan, antiinflamasi, sitotoksik antitumor dan antimikroba (Cushnie et al,

2005).

Flavonoid dapat bersifat sebagai antioksidan dengan cara menangkap

radikal bebas, sehingga sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan

antara oksidan dengan antioksidan di dalam tubuh (Okuno, & Miyazawa., 2004).

Flavonoid mampu memperbaiki fungsi endotel pembuluh darah dan dapat

mengurangi kepekaan LDL terhadap pengaruh radikal bebas (Kwon et al., 2007;

Ling, 2001) dan dapat bersifat hipolipidemik, antiinflammasi serta sebagai

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

antioksidan. Flavonoid adalah antioksidan eksogen yang telah dibuktikan

bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif.

Mekanisme kerja dari flavonoid sebagai antioksidan bisa secara langsung

maupun secara tidak langsung. Flavonoid sebagai antioksidan secara langsung

adalah dengan melepaskan ion hidrogen sehingga dapat menetralisir efek toksik

dari radikal bebas. Flavonoid sebagai antioksidan secara tidak langsung yaitu

dengan meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen melalui beberapa

mekanisme. Salah satu mekanisme peningkatan ekspresi gen antioksidan adalah

melalui aktivasi nuclear factor erythroid 2 related factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi

peningkatan gen yang berperan dalam sintesis enzim antioksidan endogen seperti

misalnya gen superoxide dismutase (Sumardika, & Jawi., 2012).

Pada Bidang Kedokteran Gigi, khususnya pada Bedah mulut, flavonoid

berperan dalam mempercepat proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi

dengan meningkatkan proliferasi sel fibroblas dan produksi sabut kolagen.

Flavonoid juga mengurangi rasa sakit pasca pencabutan dengan cara menghambat

jalur siklooksigenase dan fosfilipase A2, sehingga sintesis prostaglandin

mengalami penurunan (Sabir, 2003).

Mekanisme flavonoid sebagai antiinflamasi yaitu pada konsentrasi tinggi

dapat menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari

membrane dengan jalur siklooksigenase, lipoksigenase dan fosfolipase A2,

sementara konsentrasi rendah hanya memblok jalur lipoksigenase. Asam

arakidonat dari sel inflamasi yang terhambat akan menyebabkan kurang

tersedianya substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenase dan lipoksigenase yang

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

akhirnya menekan jumlah prostlaglandin, prostasiklin, endoperoksida,

tromboksan satu sisi dan asam hidroperoksida, leukotrin lainnya (Sabir, 2003).

Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom

karbon. Dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) sehingga

membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis

struktur yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-diarilpropan atau isoflavonoid,

dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid (Okunade, 2002).

Gambar 2.4 Struktur Umum Flavonoid (Markham, 1982)

2.5.4.2 Tanin

Senyawa tanin merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan yang

terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Senyawa tanin tidak larut dalam

pelarut non polar seperti eter, kloroform dan benzena namun mudah larut dalam

air, dioksan, aseton dan alkohol serta lebih sedikit larut dalam etil asetat. Tanin

merupakan himpunan polihidroksifenol yang dapat dibedakan dari fenol-fenol

lainnya karena kemampuannya mengendapkan protein. Tanin memiliki aktivitas

sebagai antioksidan, antibakteri, antiplasmin dan menghambat pertumbuhan

tumor (Mailoa et al, 2013).

Tanin memiliki rumus molekul C-76H-52O-46, ada yang tidak berwarna

dan ada juga yang berwarna kuning atau cokelat (Okuda & Ito, 2011). Dua kelas

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

besar tanin dikenal berdasarkan reaksi hidrolitik dan asal fenoliknya. Kelas

pertama disebut sebagai tanin hydrolysable dan yang lain disebut tanin

terkondensasi. Disebut sebagai tanin hydrolysable karena mudah larut dalam asam

mineral atau enzim seperti tannase, strukturnya diantaranya adalah asam gallat,

hexahydrodiphenic atau ellagic acid. Sedangkan tanin terkondensasi tidak dapat

larut dalam asam mineral dan enzim sehingga disebut juga nonhydrolysable tanin,

salah satu contohnya adalah katekin (Rangari, 2007).

Gambar 2.5 Struktur Umum Tanin Terkondensasi (Hagerman, 2002)

Gambar 2.6 Struktur Asam Gallat (Hagerman, 2002)

Senyawa tanin merupakan growth inhibitor, sehingga banyak

mikroorganisme yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh tanin. Tanin

mempunyai target pada polipeptida dinding sel. Senyawa tanin memiliki

kemampuan menghambat sintesis dinding sel bakteri dan sintesis protein bakteri

gram positif maupun gram negatif. Aktivitas tanin sebagai antimikroba dapat

terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu menghambat enzim antimikroba dan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara bereaksi dengan membrane sel

menginaktivasi enzim-enzim esensial atau materi genetik. Selanjutnya senyawa

tanin dapat membentuk komplek dengan protein melalui interaksi hidrofobik

sehingga dengan adanya ikatan hidrofobik akan terjadi denaturasi dan

menyebabkan metabolisme sel bakteri terganggu (Sumono & Wulan, 2008; Sari

& Sari, 2011; Poeloengan, 2010).

2.5.4.3 Saponin

Saponin merupakan glikosida yang mempunyai berat molekul yang tinggi,

saponin mempunyai struktur yang mengandung steroid dengan satu atau lebih

rantai gula. Saponin menunjukan spektrum luas dalam aktivitas biologis dan

sering digunakan sebagai obat-obatan herbal (Laufer, 2005).

Gambar 2.7 Struktur Kimia Saponin (Moghimipour & Handali, 2015)

Saponin memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antifungal, dan dapat

meningkatkan sistem imun (Kerem, Shashoua, & Yarden, 2005, p.406). Menurut

pendapat Petel dan Patil (2012),Saponin juga memiliki efek antioksidan

kuatmampumenurunkan Reactive Oxygen Specie (ROS) intraseluler.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

2.5.5 Manfaat Tanaman Kelor

Tanaman kelor pada daerah pedesaan biasanya digunakan sebagai pagar

rumah atau ladang. Akar kelor dapat dimanfaatkan sebagai pencegah terbentuknya

batu urine, rubefacient (obat kulit merah), menghilangkan kutil, antifertilitas dan

antiinflamasi. Batang kelor dimanfaatkan sebagai rubefacient, vesicant,

menyembuhkan penyakit mata, untuk pengobatan pasien mengigau, mencegah

pembesaran limpa dan untuk menyembuhkan bisul (Krisnadi, 2014; Razis et al.,

2014). Getah kelor dicampur dengan minyak wijen digunakan untuk meredakan

sakit kepala, demam, keluhan usus, disentri dan asma. Bunga kelor dapat

digunakan untuk menyembuhkan radang, penyakit otot, tumor dan pembesaran

limpa serta menurunkan kolesterol. Daun kelor secara tradisional telah banyak

dimanfaatkan untuk sayur hingga saat ini dikembangkan menjadi produk pangan

modern seperti tepung kelor, kerupuk kelor, kue kelor, permen kelor dan teh daun

kelor. Selain itu ekstrak daun kelor dapat berfungsi sebagai antimikroba,

antioksidan dan antiinflamasi.Biji kelor bermanfaat sebagai penjernih air

(Krisnadi, 2014; Razis et al, 2014).

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Ekstraksi Gigi

Luka Pencabutan Gigi Topikal Ekstrak Gel Daun


Kelor
(Flavonoid, Tanin
Homeostasis dan Saponin)

Inflamasi

PMN MONOSIT

Makrofag

Growth Factor

TGF-β PDGF FGF

FIBROBLAS Pada hari ke 3, dan 7

Penyembuhan
Luka

: VariabelYang diteliti

28

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

Prosedur pencabutan gigi menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan pada

soket gigi. Proses penyembuhan luka soket gigi memiliki empat fase yang harus

terjadi dalam urutan yang benar, dalam waktu yang spesifik dan berlanjut dalam

periode tertentu. Fase penyembuhan luka soket gigi yaitu: hemostasis, inflamasi,

proliferasi dan remodeling.

Ekstrak daun kelor memiliki kandungan fitokimia yang bermanfaat sebagai

antimikroba, antiinflamasi dan antioksidan. Bahan ekstrak daun kelor di

aplikasikan secara topikal pada soket pencabutan gigi.

Ekstrak daun kelor memiliki aktivitas antiinflamasi, yaitu dengan

membatasi pelepasan mediator inflamasi, dengan siklooksigenase dan

lipoksigenase dihambat, sehingga terjadi pembatasan jumlah sel inflamasi yang

bermigrasi ke jaringan luka dan mengakibatkan reaksi inflamasi akan berlangsung

lebih singkat dan kemampuan proliferasi dari TGF-β tidak terhambat sehingga

proses proliferasi sel fibroblast segera terjadi. Aktivitas antiinflamasi juga akan

menurunkan PMN, meningkatkan aktivasi monosit dan mengaktifkan lebih

banyak makrofag pada jaringan yang terkena luka. Sel Makrofag yang teraktivasi

akan memproduksi growth factor yang akan memicu terbentuknya fibroblas

seperti TGF-β, PDGF, dan FGF sehingga migrasi dan proliferasi sel fibroblas

akan lebih cepat.

Ekstrak daun kelor memiliki aktivitas antioksidan karena kandungan

flavonoid dan saponin pada ekstrak daun kelor berperan mencegah radikal bebas,

sehingga penting dalam mempertahankan keseimbangan antara oksidan dengan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

antioksidan dalam proses penyembuhan luka. Radikal bebas memiliki elektron

terluar yang tidak berpasangan, yang bersifat tidak stabil. Antioksidan pada

flavonoid berikatan dengan elektron terluar dari radikal bebas. Antioksidan yang

telah berikatan akan menyebabkan radikal bebas lebih stabil sehingga kerusakan

membran sel dapat berkurang. Faseproliferasi sel fibroblas akan lebih cepat

terjadi. Hal ini akan menyebabkan sintesis kolagen akan meningkat, sehingga

terjadi peningkatan penyembuhan luka.

Sel fibroblast dilihat pada hari ke-3, dan 7 karena sel fibroblas muncul

pertama kali secara bermakna pada hari ke-3, dan mencapai puncak pada hari ke-7

setelah pencabutan gigi.

3.3 HIPOTESIS

Ekstrak daun kelor dapat mempercepat proliferasi sel fibroblas pada proses

penyembuhan luka soket pasca pencabutan gigi tikus Wistar.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris secara in

vivo pada hewan coba tikus wistar.

4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang di gunakan adalah post test only control group

design.

K1
K
K2
P' R S
P1
P
P2
Keterangan :

P’ : Populasi

R : Randomisasi

S : Sampel

K : Kelompok kontrol

P : Kelompok perlakuan dengan ekstrak daun kelor konsentrasi 10%

K1 : Pengamatan pada hari ke-3 setelah perlakuan pada kelompok kontrol

K2 : Pengamatan pada hari ke-7 setelah perlakuan pada kelompok kontrol

P1 : Pengamatan pada hari ke-3 setelah perlakuan pada kelompok Perlakuan

P2 : Pengamatan pada hari ke-7 setelah perlakuan pada kelompok Perlakuan

31

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

4.3 Sampel dan Besar Sampel

4.3.1 Jenis Sampel

Sampel penelitian menggunakan tikus wistar jantan yang diperoleh dari

laboratorium biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

4.3.2 Kriteria Sampel

Subyek penelitian dievaluasi secara klinis, sebelum mendapat perlakuan

penelitian dan pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Beberapa

kriteria sampel yang harus dipenuhi yaitu:

a. Tikus Wistar.

b. Umur 2-3 bulan.

c. Berat badan 150-200 gram.

d. Jenis kelamin jantan.

e. Sehat, ditandai dengan gerakan yang aktif dan memungkinkan untuk

dijadikan sampel penelitian.

Binatang coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus wistar

jantan dipilih dalam penelitian ini untuk menghindari adanya kemungkinan variasi

hormonal yang dapat terjadi pada tikus Wistar jenis kelamin betina.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

4.3.3 Besar Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Penentuan besar

sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow:

n = 2δ2 (Z 1-α + Z 1-β) 2

(μ1-μ2) 2

n = 2 (18,6624)(1,64 + 1,282) 2

(40,83-58,83) 2

n=2

Keterangan:

n =banyaknya sampel tiap kelompok

δ =standar deviasi kelompok kontrol

Z 1-α = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan

(untuk = 0.05 adalah 1.64)

Z 1-β =nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan power test sebesar

yang diinginkan (untuk β= 0.10 adalah 1.282)

μ1-μ2 = beda rata-rata masing-masing kelompok

Dalam rumus ini diperoleh besar sampel minimal 2, padapenelitian ini

digunakan sampel sejumlah 6 ekor tikus Wistar untuk masing- masing kelompok.

Maka, jumlah hewan coba yang digunakan adalah ekor 24 tikus Wistar.

4.4 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Gel ekstrak daun kelor dengan konsentrasi 10%.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

2. Variabel Terikat : Jumlah sel fibroblas dalam sediaan preparat dari soket

pasca pencabutan gigi tikus wistar pada hari ke-3, dan 7.

3. Variabel Terkendali:

a. Kriteria sampel.

b. Kesehatan hewan coba.

c. Teknik pencabutan gigi.

d. Teknik pemberian topikal dengan memasukkan gel ekstrak daun kelor

pada soket pasca pencabutan gigi tikus Wistar.

e. Volume pemberian gel ekstrak daun kelor ± 0.1 ml.

f. Penjahitan luka pasca pencabutan gigi tikus Wistar.

g. Tempat pemeliharaan hewan coba dalam kondisi yang sama (dalam

sebuah kandang hewan berupa bak plastik berukuran 60x65x80 cm, dan di

atasnya diberi penutup berupa jaring-jaring yang terbuat dari kawat, serta

diberi alas berupa sekam), satu kandang untuk 3-4 tikus.

h. Lingkungan dengan temperature, suhukamar (25o-27o C).

i. Makanan yang berbahan dasar jagung dan diberi minum air putih.

j. Teknik pengambilan dan penghitungan data.

4.5 Definisi Operasional

1 Gel ekstrak daun kelor merupakan hasil dari pengolahan daun Kelor dengan

cara soxhlet extraction menggunakan methanol.

2 Jumlah sel fibroblas adalah banyaknya sel fibroblas pada hari ke-3, dan 7

melalui pemeriksaan HPA, yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel

fibroblas yang tampak pada lapang pandang dengan menggunakan

mikroskop cahaya dengan pembesaran 40x kemudian ditingkatkan 400x.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

4.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016, dengan rincian tempat

penelitiannya, adalah:

a. Pembuatan ekstrak di Laboratorium Badan Penelitian dan Konsultasi

Industri Surabaya.

b. Pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada hewan coba dilakukan di

Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

c. Pembuatan sediaan HPA dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga.

d. Pembacaan sediaan dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga.

4.7 Instrumen Penelitian

4.7.1 Alat Penelitian

1. Kandang hewan coba berupa bak plastik berukuran 60x65x80 cm dan di

atasnya diberi penutup berupa jaring-jaring yang terbuat dari kawat serta

diberi alas sekam

2. Timbangan binatang

3. Tempat makanan dan minuman tikus Wistar

4. Gunting bedah

5. Pinset anatomi

6. Tang untuk pencabutan gigi

7. Scalpel

8. Needle holder

9. Jarum jahit dan benang

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

10. Syringe

11. Kotak kaca untuk pembiusan

12. Toples kaca untuk fiksasi dan dekalsifikasi

13. Peralatan untuk pembuatan sediaan

14. Mikroskop cahaya Olympus BX-41 Pentax optio 230

15. Kamera digital

16. Alas kerja

Gambar 4.1 Alat Penelitian

4.7.2 Bahan Penelitian

1. Ekstrak daun Kelor dengan konsentrasi 10 %

2. Gel CMC Na (Carboxyl Methyl Selulose Natrium) 0.5%

3. Methanol, sebagai pelarut

4. Makanan tikus Wistar (berbahan dasar jagung)

5. Air putih untuk minum tikus Wistar setiap harinya

6. Obat general anestesi (ether 10%)

7. Larutan Formalin 10% untuk fiksasi jaringan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

8. Larutan HNO3,5%, 10%, 15%, untuk dekalsifikasi

9. Alkohol 70%, 95%, 100% untuk dehidrasi

10. Larutan xylol

11. Parafin

12. Air

13. Kapas

4.8 Tahap Persiapan

4.8.1 Mengumpulkan literatur

Mencari sumber–sumber literatur atau referensi yang terpercaya sebagai

landasan teori mengenai daun kelor, kandungan kimia daun kelor, proses

pencabutan, manfaat daun kelor terhadap penyembuhan luka, dan proses

penyembuhan pasca pencabutan gigi, pada beberapa karya ilmiah, artikel ilmiah,

skripsi, thesis, jurnal ilmiah, dan text book.

4.8.2 Pembuatan gel dari ekstrak daun Kelor

Pembuatan gel dari ekstrak daun Kelor, terdiri dari 3 tahap yaitu:

1. Persiapan Sampel

Sampel berupa daun Kelor, dikumpulkan, dicuci, dan dikeringkan dengan

temperatur ruang selama 7 hari. Pengeringan bertujuan agar mendapatkan berat

tetap dari daun Kelor sesuai berat yang digunakan untuk ekstrak. Sampel yang

sudah kering dibuat menjadi potongan kecil kemudian dihaluskan dengan

electricblender.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

2. Proses Ekstraksi Daun Kelor

Sebanyak 500 gram serbuk kering daun kelor, diekstraksi dengan methanol

dengan soxhlet extractor ± selama 8 jam. Ekstrak tersebut dipekatkan dalam

pelarut dengan rotary flash evaporator (rotavapour) selama 24 jam. Ekstrak yang

terkonsentrasi dievaporasi untuk proses pengeringan di dalam vacuum oven pada

temperatur lebih dari 50oC. Ekstrak kering yang dihasilkan sejumlah ±13.3% dari

berat semula. disimpan dalam lemari es bersuhu 2-80C dan dijaga dalam botol

tertutup.

3. Pembuatan Sediaan Gel


Pada penelitian ini ekstrak daun kelor dibuat dalam bentuk sediaan

gel. Ekstrak akan lebih mudah diaplikasikan dalam bentuk sediaan gel pada luka

pasca pencabutan gigi karena sifatnya yang semisolid, lembut dan elastik. Sediaan

gel mempermudah substansi ekstrak dapat mudah masuk dalam soket. Bahan gel

yang akan digunakan adalah CMC Na 0.5%. Bahan gel ini dikembangkan terlebih

dahulu dengan aquadest, sehingga didapatkan CMC Na 20 kali berat semula.

Pembuatan sediaan gel dilakukan menurut pembuatan sediaan farmasi yang

sudah baku. Untuk menjaga stabilitas, sediaan tersebut disimpan di dalam lemari

es bersuhu 4oC.

Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Konsentrasi 10% merupakan campuran antara ekstrak ethanol daun kelor 10 gram

dengan bahan dasar gel CMC Na 0.5% sebanyak 100 gram.

4.8.3 Persiapan Hewan Coba

1. Memilih 24 ekor tikus Wistar jantan usia diantara 2-3 bulan dengan berat

badan 150-250 g.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

Gambar 4.2 Hewan Coba (Tikus Wistar) yang Digunakan untuk Penelitian

2. Tikus wistar dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari

6 ekor tikus Wistar yaitu :

a. Kelompok K1 : Merupakan kelompok kontrol. Kelompok tikus Wistar

yang dilakukan pencabutan gigi diberikan gel CMC Na 0.5% tanpa

kandungan ekstrak daun Kelor pada hari ke-3.

b. Kelompok P1 : Kelompok tikus Wistar yang dilakukan tindakan

pencabutan gigi, dan kemudian tikus Wistar diberi kandungan flavonoid

dan tanin ekstrak daun Kelor 10% pada hari ke-3.

c. Kelompok K2 : Merupakan kelompok kontrol. Kelompok tikus Wistar

yang dilakukan pencabutan gigi diberikan gel CMC Na 0.5% tanpa

kandungan ekstrak daun Kelor pada hari ke-7.

d. Kelompok P2 : Kelompok tikus Wistar yang dilakukan tindakan pencabutan

gigi, dan kemudian tikus Wistar diberi kandungan flavonoid dan tanin

ekstrak daun Kelor 10% pada hari ke-7.

3. Tikus Wistar dipelihara dengan lingkungan yang terkontrol. Makanan tikus

Wistar berbahan dasar jagung dan minuman berupa air putih. Perawatan tikus

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

Wistar diperhatikan dalam lingkungan bersih. Masa adaptasi tikus wistar

dilakukan selama 5 hari.

4.9 Tahap Penelitian

4.9.1 Proses Pencabutan Gigi Tikus Wistar

1. Tikus Wistar dilakukan tindakan pembiusan umum dengan menggunakan

ether secara inhalasi.

Gambar 4.3 Anestesi Tikus Wistar dengan Menggunakan Ether Inhalasi

2. Tikus Wistar dilakukan pencabutan gigi insisive kiri rahang bawah dengan

menggunakan tang.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

Gambar 4.4 Proses Pencabutan Gigi Insisive Kiri Rahang Bawah

3. Setelah dilakukan pencabutan, dilakukan irigasi dengan menggunakan

aquadest untuk menghilangkan debris atau sisa-sisa pasca pencabutan gigi.

4.9.2 Proses Perlakuan Tikus Wistar

Setelah dilakukan irigasi, dilakukan perlakuan pada tikus Wistar. Komposisi

perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kelompok K1 dan K2 (Kontrol) : Pemberian gel CMC Na 0.5% ± 0,1

ml pada soket pasca pencabutan

gigi tikus Wistar tanpa kandungan

ekstrak daun Kelor.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

b.Kelompok P1 dan P2 (Perlakuan) : Pemberian gel ekstrak daun kelor

10% ± 0,1 ml pada soket pasca

pencabutan gigi tikus Wistar.

Gambar 4.5 Pemberian Ekstrak Daun Kelor pada Soket Pencabutan Gigi Tikus Wistar

Dilakukan penjahitan pada soket pasca pencabutan gigi tikus Wistar.

Gambar 4.6 Proses Penjahitan pada Soket Pencabutan Gigi Tikus Wistar

Setelah dilakukan pencabutan dan perlakuan, tikus Wistar diberi makan

dan minum secukupnya dengan memperhatikan kesehatan tikus Wistar.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

4.9.3 Proses Pengambilan Mandibula

1. Setelah hari ke-3 sejumlah 6 tikus Wistar dari kelompok K1 dan P1 dilakukan

tindakan anastesi dengan memasukkan tikus Wistar dalam tabung kaca yang

dialiri ether 10% dan tikus Wistar dibiarkan sampai tidak bernyawa lagi.

2. Semua tikus Wistar di kelompok K1 dan P1 dilakukan pengambilan mandibula,

kemudian segera dikuburkan dengan layak.

3. Pada hari ke-7 sejumlah 6 tikus Wistar dari kelompok K2 dan P2 dilakukan

tindakan anastesi dengan memasukkan tikus Wistar dalam tabung kaca yang

dialiri ether 10% dan tikus Wistar dibiarkan sampai tidak bernyawa lagi.

4. Semua tikus Wistar di kelompok K2 dan P2 dilakukan pengambilan mandibula,

kemudian segera dikuburkan dengan layak.

Gambar 4.6 Proses Pengambilan Mandibula

4.9.4 Pembuatan Sediaan Histologis

4.9.4.1 Fiksasi jaringan

Setelah tikus Wistar tidak bernyawa lagi, proses selanjutnya adalah

melakukan pengambilan jaringan tubuh yang diinginkan, yaitu pemotongan

mandibula tikus Wistar dengan melakukan insisi dari sudut mulut ke arah

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

posterior sampai rahang bawah terlepas dari tengkorak, selanjutnya dimasukkan

kedalam larutan fiksasi. Larutan fiksasi yang digunakan adalah larutan zenker

formol, untuk mencegah perubahan jaringan post mortem agar tidak membusuk,

mencegah autolisis jaringan, dan mengeraskan jaringan.

Gambar 4.7 Fiksasi Jaringan

4.9.4.2 Pengolahan Jaringan

Pengolahan dilakukan dengan alat autotechnicom selama 24 jam dengan

tahapan:

a. Dehidrasi

Dehidrasi merupakan proses menarik air dari dalam jaringan dengan

menggunakan alkohol secara bertahap sehingga jaringan dapat diisi parafin untuk

membuat blok preparat. Caranya dengan memasukkan jaringan kedalam alkohol

secara berurutan mulai dari konsentrasi :

a) Alkohol 70% selama 15 menit.

b)Alkohol 80% selama 15 menit.

c) Alkohol 90% selama 15 menit.

d)Alkohol 95% selama 15menit.

e) Alkohol 99% selama 15 menit.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

f) Alkohol 100% selama 15 menit.

b. Clearing

Clearing (menjernihkan jaringan), yaitu tahap untuk mengeluarkan alkohol

dari jaringan dan menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan

parafin. Jaringan tidak dapat langsung dimasukkan ke dalam parafin karena

alkohol dan parafin tidak bisa saling melarutkan, larutan yang digunakan adalah

xylol. Setelah jaringan dikeluarkan dari cairan dehidrasi, jaringan dimasukkan ke

dalam xylol sebanyak 2 kalimasing-masing dilakukan selama 30 menit. Jaringan

akan menjadi bening.

c. Impregnasi/Embedding

Merupakan proses untuk mengeluarkan cairan (clearing agent) dari jaringan

dan diganti dengan parafin. Pada tahap ini jaringan harus benar- benar bebas dari

clearing agent karena cairan tersebut dapat mengkristal dan sewaktu dipotong

dengan mikrotom akan menyebabkan jaringan mudah robek. Zat pembenam

(bahan impregnasi) yang digunakan adalah parafin cair panas yang mempunyai

temperatur rendah (melting temperature) kira-kira 560C. Jaringan kemudian

direndam dalam parafin cair 1 dengan titik lebur 560C selama 21⁄2 jam, kemudian

dimasukkan dalam parafin cair 2 selama 4 jam. Setelah itu jaringan siap

dimasukkan dalam blok parafin.

c. Pengecoran (Blocking)

Dengan membuat potongan besi berbentuk huruf L (Leuckhart) 2 tuah

potongan besi disusun di atas lembaran logam hingga rapat dan membentuk ruang

seperti kubus. Tuangkan parafin cair di bagian pinggir tempat pertemuan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

potongan besi agar tidak bocor. Selanjutnya parafin dituangkan ke dalam ruangan

kubus.

Gambar 4.8 Blocking Parafin

d. Pemotongan (mounting)
Dilakukan dengan rotary microtome. Selama pemotongan, suhu blok

diusahakan rendah yaitu 5-10oC, dengan mendinginkan blok dan pisau pemotong

dengan air es agar sediaan tetap basah, sehingga blok dapat terpotong dengan

baik.

Blok yang mengandung jaringan lalu dipindahkan secara hati-

hati menggunakan kuas ke dalam waterbath yang temperaturnya diatur 37- 400C

dan biarkan beberapa saat hingga blok parafin tersebut mengembang.

Setelah blok parafin terkembang dengan baik, blok parafin

tersebut ditempelkan pada kaca objek dengan cara memasukkan kaca objek itu ke

dalam waterbath dan menggerakkannya ke arah blok parafin, dengan

menggunakan kuas kemudian dilekatkan pada kaca objek. Setelah melekat kaca

objek digerakkan keluar dari waterbath dengan hati-hati agar blok parafin tidak

terlipat.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

Kaca objek yang berisi blok parafin diletakkan di atas hotplate/termoplate,

dibiarkan selama beberapa jam. Cara lainnya adalah dengan melewatkan kaca

objek di atas api sehingga blok parafin melekat erat di atas kaca objek.

Gambar 4.9 Pemotongan dengan Mikrotom

e. Pengecatan jaringan
Jaringan yang telah dipotong diberi pewarnaan sehingga unsur jaringan

menjadi dapatdiamatidengan mikroskop. Kemudian, dilakukan pengecatan

Mallory Azan (MA) dengan prosedur sebagai berikut:

Gambar 4.10 Pengecatan Jaringan

1. Deparafinisasi, yang bertujuan menghilangkan parafin yang menempel pada

irisan jaringan sehingga bahan cat dapat melekat. Dilakukan dengan

memasukkan dalam larutan xylol.

2. Direndam pada larutan Al. Iodine selama 5 sampai 10 menit,

3. Dibilas dalam air mengalir dalam waktu yang singkat.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

4. Direndam pada larutan sodium thiosulfate solition 5%

5. Dibilas dalam air mengalir dalam waktu 10 sampai 20 menit,

6. Direndam dalam larutan acid fuchsin selama 1 sampai 5 menit,

7. Direndam dalam larutan aniline blue G selama 30 sampai 60 menit,

8. Dehidrasi dalam larutan alkohol 95%,

9. Memasukan dalam larutan xylol 2x2 menit,

10. Ditutup dengan kaca penutup, dan preparat siap untuk dilakukan

pemeriksaan di bawah mikroskop cahaya.

Gambar 4.11 Preparat yang Telah Jadi

4.9.4.3 Pengamatan Jaringan

Pengamatan jaringan secara HPA dari hasil biopsi pada hari ke-3, dan 7.

Dilakukan perhitungan jumlah sel fibroblas yang terlihat pada hari tersebut,

kemudian membandingkan jumlah penghitungan pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol. Peningkatan sel fibroplasia dengan peningkatan jumlah sel

fibroblas pada permukaan dalam dari soket gigi merupakan indikator

penyembuhan luka.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

4.10 Evaluasi dan Penghitungan Jumlah Sel Fibroblas

Evaluasi dan penghitungan jumlah sel fibroblast dilakukan dengan cara

melihat jumlah sel fibroblas pada sediaan dengan menggunakan mikroskop

cahaya Olympus BX-41, Pentax optio 230; Camera Digital 2.0 megapixel dengan

pembesaran 40x bertujuan untuk menentukan healing center yang paling luas

pada sediaan, dan pembesaran 400x untuk memperjelas obyek pengamatan yang

akan dihitung jumlah sel fibroblas. Pengolahan data dilakukan dengan uji

Independen T Test. Sebelum melakukan uji independent t-test terdapat syarat data

yang akan diuji yaitu data harus berdistribusi normal dan bersifat homogen yaitu

data jumlah sel fibroblas tiap kelompok diuji menggunakan Kolmogorov-smirnov

test untuk mengetahui jenis distribusi data dan levene’s test untuk mengetahui

data bersifat homogen.

A. Tahap-tahap pengujian normalitas data dengan menggunkan one sampel KS

yaitu:

1. Menentukan hipotesis :

H0 : bahwa 4 varian sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-3

serta hari ke-7 berdistribusi normal

H1 : bahwa 4 varian sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-3

serta hari ke-7 tidak berdistribusi normal

2. Penentuan Kesimpulan berdasarkan probabilitas:

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 : diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 : ditolak

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

3. Penarikan Kesimpulan

B. Proses pengujian F (uji homogenitas varian) dengan tahap-tahap :

1. Menentukan hipotesis :

H0 : bahwa 2 varian sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-3

adalah homogen.

H1 : bahwa 2 varian sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-3

adalah heterogen.

H0 : bahwa 2 varian sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-7

adalah homogen.

H1 : bahwa 2 varian sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-7

adalah heterogen.

2. Penentuan Kesimpulan berdasarkan probabilitas:

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 : diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 : ditolak

3. Penarikan Kesimpulan

C. Proses pengujian perbedaan menggunakan Independent T-test dengan tahap-

tahap:

1. Formulasi Hipotesis

H0 : Rata-rata jumlah sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-3

adalah sama

H1 : Rata-rata jumlah sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-3

adalah berbeda

H0 : Rata-rata jumlah sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-7

adalah sama

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

H1 : Rata-rata jumlah sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-7

adalah berbeda

2. Penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas:

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 : diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 : ditolak

3. Pengambilan kesimpulan

Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Jumlah Sel Fibroblas


Hari ke Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
3
7

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

4.11 Alur Penelitian

24 ekor tikus Wistar

Kelompok K1 Kelompok P1 Kelompok K2 Kelompok P2

Tikus Wistar dibius umum dengan menggunakan ether 10% secara inhalasi

Dilakukan pencabutan gigi insisive kiri bawah dengan menggunakan tang


pencabutan gigi

Di irigasi dengan aquadest steril pada soket pasca pencabutan gigi

Kelompok K1 (Kontrol) Kelompok P1 (Perlakuan) Kelompok K2 (Kontrol) Kelompok P2 (Perlakuan)


Pemberian gel CMC Na Pemberian gel CMC Na Pemberian gel CMC Na Pemberian gel CMC Na
tanpa ekstrak daun kelor dengan ektrak daun kelor tanpa ekstrak daun kelor dengan ektrak daun kelor
dimasukan pada soket dimasukan pada soket dimasukan pada soket dimasukan pada soket
pasca pencabutan hari pasca pencabutan hari ke- pasca pencabutan hari ke- pasca pencabutan hari ke-
ke-3, hingga penuh ± 0,1 3, hingga penuh ± 0,1 ml 7, hingga penuh ± 0,1 ml 7 hingga penuh ± 0,1 ml
ml

Penjahitan

Hari ke-3, tikus Wistar darikelompok K1 dan P1 di korbankan dengan general anestesi
menggunakan ether 10% pada tabung kaca sampai tikus Wistar tidak bernyawa lagi, dan Hari
ke-7 tikus Wistar darikelompok K2 dan P2 di korbankan dengan general anestesi
menggunakan ether 10% pada tabung kaca sampai tikus Wistar tidak bernyawa lagi

Tikus Wistar yang sudah tidak bernyawadan diambil mandibulanya dan


segera dikuburkan dengan layak

Jaringan pada soket bekas pencabutan yang telah diambil, segera


dilakukan pembuatan sediaan

Sediaan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 40x dan


diditingkatkan 400x, kemudian dihitung jumlah sel fibroblas

Analisis data dengan menggunakan uji statistikIndependen T Test

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Data Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian terhadap sampel

sejumlah 24 ekor tikus wistar jantan yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu

kelompok K1 merupakan kelompok kontrol hari ke-3, kelompok P1 adalah

kelompok Perlakuan hari ke-3, kelompok K2 adalah kelompok kontrol hari ke-7,

dan kelompok P2 merupakan kelompok perlakuan hari ke-7. Masing-masing

sampel pada kelompok kontrol diberi gel CMC-Na 0,5%, sedangkan sampel pada

kelompok perlakuan diberi gel ekstrak daun kelor dengan konsentrasi 10%.

Hasil penghitungan jumlah selfibroblas dilakukan dengan membaca

preparat histologi padasoket pencabutan gigi insisive kiri rahang bawah tikus

wistar pada hari ke-3 dan ke-7. Pembacaan sel fibroblas dilakukan dengan

menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 40x dengan tujuan menentukan

healing center yang paling luas pada sediaan, dan ditingkatkan 400x untuk

memperjelas obyek pengamatan yang dihitung jumlah sel fibroblas. Data rata-rata

jumlah sel fibroblas dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Descriptive Statistics Masing-Masing Kelompok

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

K1 6 25 37 30.67 4.320

K2 6 34 46 40.83 5.076

P1 6 40 58 45.67 6.653

P2 6 46 77 58.83 13.029

53

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

5.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Dari perhitungan didapatkan rata-rata jumlah sel fibroblas pada kelompok

perlakuan ke-3 sebesar 45,67. Rata-rata pada kelompok perlakuan hari ke 3 lebih

tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol hari ke-3 yaitu sebesar 30,67.

rata-rata jumlah sel fibroblas pada kelompok perlakuan hari ke-7 yaitu 58,83 yang

lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol hari ke-7 yang

memperoleh rata-rata jumlah sel fibroblas yaitu sebesar 40,83 (Tabel 5.5). Hal ini

menunjukan adanya percepatan proliferasi sel fibroblas pada kelompok perlakuan

yang diberi ekstrak gel daun kelor 10% jika dibandingkan dengan kelompok

kontrol yang hanya diberi basis gel CMC-Na 0,5%. Untuk lebih jelasnya, dapat

dilihat pada grafik 5.1.

Rata-Rata Jumlah Sel Fibroblas


70
60
50
40
Klp. Kontrol
30
Klp. Perlakuan
20
10
0
Hari Ke-3 Hari Ke-7

Grafik 5.1 Diagram Perbedaan Nilai Rata-Rata Jumlah Sel Fibroblas pada Kelompok Kontrol
dan Perlakuan pada Hari Ke-3 Serta Hari Ke-7

5.3 Analisis Hasil Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS

Statistics 16 for windows. Penghitungan data jumlah sel fibroblas dilakukan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

dengan uji Independent t-test. Uji Independent t-test digunakan karena kelompok

perlakuan yang diteliti hanya dua kelompok pada hari ke-3, dan dua kelompok

lagi pada hari ke-7. Uji Independent t-test dimaksudkan untuk mengetahui

signifikansi hasil penghitungan jumlah sel fibroblas terhadap pemberian ekstrak

daun kelor konsentrasi 10%. Sebelum melakukan uji independent t-test terdapat

syarat data yang akan diuji yaitu data harus berdistribusi normal yaitu data jumlah

sel fibroblas tiap kelompok diuji menggunakan Kolmogorov-smirnov test untuk

mengetahui jenis distribusi data. Data yang akan diuji juga harus memiliki varians

antar variabel percobaan yang homogen yaitu dengan melakukan uji dengan

levene’s test.

5.3.1 Uji Normalitas

Hasil uji Kolmogorov-smirnov testdarioutput SPSS 16 pada setiap

kelompok sampel K1, K2, P1, P2 diperoleh P > 0,05 maka H0 diterima yang

menyatakan bahwa 4 varian sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-

3 serta hari ke-7 berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data sel fibroblas dapat

dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Uji Normalitas One Kolmogorov-Smirnov pada Data Jumlah Sel Fibroblas

Kontrol Hari Kontrol Hari Perlakuan Perlakuan


Ke-3 Ke-7 Hari Ke-3 Hari Ke-7

N 6 6 6 6

Normal Mean 30.67 40.83 45.67 58.83


a
Parameters Std. Deviation 4.320 5.076 6.653 13.029

Asymp. Sig. (2-tailed) .999 .821 .791 .919

a. Test distribution is Normal.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

5.3.2 Uji Homogenitas

Berdasarkan uji homogenitas dengan menggunakan Levene’s yang sudah

dilakukan, menunjukan bahwa data pada kelompok kontrol hari ke-3 dengan

perlakuan hari ke-3 mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) diatas 0,05 (p >0,05)

yaitu sebesar 0,424, sehingga H0 diterima yang menyatakan bahwa 2 varian sel

fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-3 adalah homogen. Kelompok

kontrol hari ke-7 dengan perlakuan hari ke-7 nilai Asymp. Sig. (2-tailed) diatas

0,05 yaitu sebesar 0,06. sehingga H0 diterima yang menyatakan bahwa 2 varian

sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-7 adalah homogen. Data uji

homogenitas hari ke-3 dapat dilihat pada tabel 5.7 dan data uji homogenitas hari

ke-7 dapat dilihat pada tabel 5.8.

5.3.3 Uji Independent T-test

Setelah data dinyatakan mempunyai distribusi normal dan bersifat homogen

maka dilakukan uji statistik untuk analisa selanjutnya yaitu memakai uji

Independent t-test, Uji Independent t-test digunakan untuk membandingkan

perbedaan antara dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Uji perbedaan dapat menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara dua

variabel jika nilai p kurang dari 0,05 (p<0,05).

Berdasarkan hasil Uji Independent t-test antara kelompok kontrol dan

perlakuan hari ke-3 diperoleh P = 0,013 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

h0 di tolak yang menyatakan bahwa rata-rata jumlah sel fibroblas kelompok

kontrol dan perlakuan hari ke-3 adalah berbeda atau terdapat perbedaan yang

signifikan. Begitu juga dengan data jumlah sel fibroblas kelompok kontrol dan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

perlakuan hari ke-7 diperoleh hasil Uji Independent t-test P = 0,010 < 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa h0 di tolak yang menyatakan bahwa rata-rata

jumlah sel fibroblas kelompok kontrol dan perlakuan hari ke-7 adalah berbeda

atau terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil dari uji independent t-test pada

jumlah sel fibroblas hari ke-3 dapat dilihat pada tabel 5.7 dan uji independent t-

test pada jumlah sel fibroblas hari ke-3 dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.3 Hasil Ujilavene’s dan Independ T-test pada Data Jumlah Sel Fibroblas Hari Ke-3

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference

Sig. (2- Mean Std. Error


F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
banyak Equal variances
2.252 .164 -3.022 10 .013 -18.167 6.012 -31.561 -4.772
sel assumed
Equal variances
-3.022 5.934 .024 -18.167 6.012 -32.916 -3.417
not assumed

Tabel 5.4 Hasil Ujilavene’s dan Independ T-test pada Data Jumlah Sel Fibroblas Hari Ke-7

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Interval of the
Difference

Sig. (2- Mean Std. Error


F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
banyak Equal variances
7.873 .060 -3.153 10 .010 -18.000 5.709 -30.720 -5.280
sel assumed
Equal variances
not assumed -3.153 6.484 .018 -18.000 5.709 -31.720 -4.280

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

5.4 Foto Histologi Masing-Masing Perlakuan

Gambar 5.1 Gambar Histopatologi Sel Fibroblas dari Kelompok K1(Kelompok Kontrol) yang
Diambil pada hari ke-3, Pengecatan MA, Pembesaran : 400x; Mikroskop Olympus BX-50 Pentax
Optio 230; Camera Digital 2.0 Megapixel

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

Gambar 5.2 Gambar Histopatologi Sel Fibroblas dari Kelompok P2(Kelompok Perlakuan
dengan Pemberian Ekstrak Daun Kelor 10%) yang Diambil pada hari ke-3, Pengecatan MA,
Pembesaran : 400x; Mikroskop Olympus BX-50 Pentax Optio 230; Camera Digital 2.0 Megapixel

Gambar 5.3 Gambar Histopatologi Sel Fibroblas dari Kelompok K7 (Kelompok Kontrol) yang
Diambil pada hari ke-7, Pengecatan MA, Pembesaran : 400x; Mikroskop Olympus BX-50 Pentax
Optio 230; Camera Digital 2.0 Megapixel

Gambar 5.4 Gambar Histopatologi Sel Fibroblas dari Kelompok P2(Kelompok Perlakuan
dengan Pemberian Ekstrak Daun Kelor 10%) yang Diambil pada hari ke-7, Pengecatan MA,
Pembesaran : 400x; Mikroskop Olympus BX-41 Pentax Optio 230; Camera Digital 2.0 Megapixel.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 6

PEMBAHASAN

Prosedur pencabutan gigi dapat menyebabkan cidera dengan sedikit

traumayang akan melibatkan proses penyembuhan luka (Yuza dkk., 2014). Proses

penyembuhan luka pencabutan gigi merupakan suatu proses komplek karena

terdiri atas empat tahapan, yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling

yang normal terjadi pada tubuh manusia (Flanagan et al., 2000). Menurut Torres

& Lagares (2010) proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi memerlukan

waktu selama beberapa minggu untuk regenerasi jaringan granulasi dan gingiva.

Penelitian yang dilakukan berupa pembuatan luka pencabutan gigi insisive

kiri rahang bawah pada 24 ekor tikus wistar. Tikus wistar digunakan sebagai

binatang coba dalam penelitian ini karena tikus wistar merupakan salah satu

model binatang coba yang umum digunakan dalam penelitian yang berkaitan

dengan penyembuhan luka (Gal et al., 2006). Tikus wistar yang dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak diberi ekstrak daun kelor,

sedangkan kelompok perlakuan merupakan kelompok yang telah diberi ekstrak

daun kelor konsentrasi 10%. Lasmadasari, dkk (2013) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa, ekstrak daun kelor yang dibuat dalam sediaan gel dengan

konsentrasi 10% telah efektif dalam mempercepat penyembuhan luka.Ekstrak

daun kelor yang dicampur dengan CMC-Na 0,5% dalam bentuk gel mempunyai

60

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

kandungan zat yang beraktivitas sebagaianti-mikroba, anti-inflamasi dan anti-

oksidan.

Ekstrak pada penelitian ini menggunakan campuran CMC-Na 0,5%

sebagai basis gel karena tidak bersifat toksik dan memiliki viskositas yang tinggi

sehingga gel tidak mudah larut dalam saliva (Rowe et al., 2009). Selain itu

menurut Wustenberg (2014), CMC-Nabersifattahan terhadap temperatur yang

tinggi, dapat bekerja pada rentang pH yang luas ( pH 3,5-12 ) dan mempunyai

stabilitas yang baik.

Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap sel fibroblas pada fase

proliferasi yang terjadi pada proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi.Fase

proliferasi disebut juga fase fibroplasia yang merupakan kelanjutan dari fase

inflamasi. Fase proliferasi ditandai dengan proliferasi dan migrasi fibroblas, serta

produksi jaringan ikat (Gurtner, 2007). Menurut Sabiston (1995), sel fibroblas

mulai berproliferasi dalam 24 jam setelah terjadinya luka dan jumlahnya mulai

meningkat pada hari ke-3. Peningkatan sel fibroblas pada hari ke-3 dikarenakan

pada hari-3 merupakan tahap akhir dari fase inflamasi menuju awal tahap

fibroplastik, pada hari ke-3 juga makrofaq aktif menghasilkan faktor pertumbuhan

(Diegelmann et al., 2004). Hasil yang didapatkan dari penelitian Majumdar

(2005), bahwa jumlah fibroblas akan mengalami peningkatan pada hari ke-3 dan

akan terus meningkat sampai mencapai puncaknya pada hari ke-7.

Pengamatan histologis sel fibroblas yang dilakukan yaitu padahari ke-3, dan

ke-7. Hasil penghitungan statistik menunjukan bahwa rerata jumlah sel fibroblas

kelompok kontrol hari ke-7 adalah sebesar 40,83 jumlah ini mengalami

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

peningkatan yang signifikan dari jumlah rerata sel fibroblas kelompok kontrol

pada hari ke-3 yaitu sebesar 30,67 hal ini membuktikan bahwa tanpa diberikan

terapi, secara fisiologis jumlah sel fibroblas akan meningkat mulai hari ke-3

hingga hari ke-7.

Ekstrak daun kelor digunakan dalam penelitian, selain karena mudah

didapatkan dan harga daun kelor murah, penggunaan ekstrak daun kelor dalam

penelitian ini karena kandungan daun kelor yaitu bahan aktif polifenol seperti

flavonoid, saponin dantanin yang berfungsi sebagai anti-oksidan dan anti-

inflamasi (Nugraha, 2013).

Pada hasil penelitian rerata jumlah fibroblas kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan pada pengamatan hari ke-3 maupun hari ke-7 juga

menunjukan perbedaan yang bermakna. Rata-rata jumlah fibroblas kelompok

perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan dibanding dengan kelompok

kontrol. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan yang terdapat pada daun kelor yaitu

flavonoid, saponin dan tanin (Fugli, 2001; Nugraha, 2013).

Dalam aktivitasnya sebagai anti-inflamasi, pemberian ekstrak gel daun

kelor dengan dosis 10% mempunyai kemampuan dalam penurunan oedema yang

diproduksi oleh histamin. Histamin merupakan bahan vasodilator potensial dan

histamin mampu meningkatkan premeabilitas vaskuler. Ekstrak gel daun kelor

dengan aktivitasnya sebagai anti-inflamasi mampu menghambat sintesis dan kerja

mediator kimia seperti histamin, serotonin dan prostaglandin (Hassan et al.,

2012). Peran ekstrak daun kelor sebagai anti-inflamasi juga dapat dilihat dari

kandungan fitokimia, menurut Rahmat (2009), daun kelor memiliki kandungan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

utama yaitu flavanoid, Total jumlah flavonoid pada daun kelor sebesar 117,95

mg/100g edible portion. Flavonoid merupakan suatu derivat fenol yang disintesis

dalam jumlah tertentu dan terdistribusi luas dalam sejumlah tanaman. Jenis

flavonoid dalam daun kelor adalah quarcetin, luteolin dan kaempferol (Rahmat,

2009). flavonoid berperan dalam penyembuhan luka, khususnya dalam

peningkatan jumlah fibroblas. Flavonoid memiliki kemampuan dalam pembatasan

pelepasan mediator inflamasi. Aktivitas flavonoid sebagai antiinflamasi yaitu

dengan cara menghambat siklooksigenase dan lipoksigenase sehingga terjadi

pembatasan jumlah sel inflamasi yang bermigrasi ke jaringan yang luka, sehingga

reaksi inflamasi berlangsung lebih singkat dan kemampuan proliferasi dari faktor

pertumbuhan yaitu TGF-β tidak terhambat, sehingga fase proliferasi dapat segera

terjadi (Sari, 2013). Flavonoid juga memiliki kemampuan sebagai

imunomodulator yang meningkatkan produksi IL-2 (Interleukin 2). IL-2

merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T. Kemudian sel T akan

berdiferensiasi menjadi Th1 (T helper 1). Th1 mensekresi berbagai macam produk

salah satunya adalah IFN-γ (Interferon gamma) yang mengaktikan makrofag

(Bryany, 2005). Makrofag yang aktif memiliki kemampuan dalam fagositosis,

memperbaiki sitokin, perbaikan jaringan (Fibroblas stimulating factor,

fibronectin, dan kolagenase) dan memproduksi growth factor yang berperan

dalam terjadinya inflamasi dan proses mitogen fibroblas yang penting dalam

proses penyembuhan luka (Simatupang, 2003). Pada gel ekstrak daun kelor juga

mengandung saponin. Saponin pada ekstrak daun kelor memliliki efek anti-

inflamasi dalammenghambat terjadinya radang dengan menghambat pelepasan

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari selneutrofil dan sel endotelial,

Terhambatnya pelepasan asam arakidonat dari sel radang akan menyebabkan

kurang tersedianya substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenase dan jalur

lipooksigenase, yang pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin (Patel

dan Patil, 2012). Menurut hasil penelitian Fugli (2001), Daun kelor juga

mempunyai kandungan tanin sebesar 1,4%. Tanin memiliki peran sebagai anti-

inflamasi, tanin merupakan senyawa kimia yang besifat potent terhadap COX-2

inhibitor dan anti-pholigistic yang berdampak terhadap produksi mediator

inflamasi yaitu, prostaglandin E2 dan asam arachidonat (Hassan et al., 2012).

Pemberian gel ekstrak daun kelor dengan dosis 10% menunjukan adanya

aktivitas antioksidan. Menurut Susetya (2013), menerangkan bahwa flavonoid

juga berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan substansi yang

digunakan untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang

disebabkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein dan lemak (Waji &

Sugrani., 2009). Antioksidan merupakan inhibitor yang menghambat oksidasi

dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif yaitu radikal bebas memiliki

elektron terluar yang tidak berpasangan dan mempunyai sifat tidak stabil.

Antioksidan pada flavonoid berikatan dengan elektron terluar dari radikal bebas.

Antioksidan yang berikatan akan menyebabkan radikal bebas lebih stabil sehingga

kerusakan membran sel dapat berkurang, sehingga fase proliferasi sel fibroblas

akan lebih cepat terjadi (Susetya, 2013). Menurut pendapat Petel dan Patil

(2012),Saponin memiliki efek antioksidan kuatmampumenurunkan Reactive

Oxygen Specie (ROS) intraseluler.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

Dosis pemberian gel ekstrak daun kelor 10% pada luka pencabutan gigi

pada hari ke-3 dan ke-7 juga mempunyai peran sebagai antimikroba. Luka pada

tikus wistar kelompok perlakuan lebih steril dan infeksi lebih mudah untuk

dicegah sehingga penyembuhan luka lebih cepat daripada kelompok tikus wistar

kontrol. Peran ekstrak daun kelor mampu mendukung proses penyembuhan luka,

dapat diketahui dari kandungan saponin 5%, triterpenoid 5% dan flavanoid

sebagai astrigen dan antimikroba, yang berperan dalam kontraksi luka dan

epitelisasi (Fugli, 2001; Dash & Muthy, 2011). Flavonoid mampu berperan

munurunkan lipid peroksida yang dapat mencegah dan menurunkan nekrosis sel

serta meningkatkan vaskularitas. Flavanoid juga merupakan suatu kandungan

yang dapat meningkatkan kekuatan serat kolagen dengan meningkatkan sirkulasi

dan mencegah kerusakan sel dan meningkatkan sintesis DNA (Dash & Muthy,

2011).

Pada kelompok kontrol hari ke-3 dengan kode preparat Ko.3.5 didapatkan

jumlah sel fibroblas yang terendah yaitu 25. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-

faktor yang memperlambat penyembuhan luka, faktor-faktor tersebut yaitu proses

inflamasi yang terlalu lama sehingga akan menurunkan jumlah neutrofil; Luka

mengalami penurunan jumlah oksigen yang signifikan atau disebut juga hipoksia,

hipoksia yang terlalu lama menyebabkan luka kronis, sehingga berakibat

kegagalan untuk memproduksi integritas anatomis dan fungsional. Hipoksia yang

terjadi selama 72 jam akan menunjukan terbentuknya mediator kimia seperti

TGF-β yang tidak adekuat, penurunan 50% dari jumlah sel fibroblas, dan

menurunkan produksi sabut kolagen. Luka terkadang juga mengalami suatu

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

proses inflamasi patologis, penyembuhan tertunda, tidak lengkap, dan tidak

terkoordinasi (Menon et al., 2012). Infeksi, tumor, gangguan metabolisme seperti

diabetes melitus, adanya debris dan jaringan nekrotik, konsumsi obat-obatan

tertentu, defisiensi vitamin atau mineral (MacKay & Miller, 2003); Penurunan

protein dari suplai makanan juga menjadi penyebab penurunan kemampuan

angiogenesis dan proliferasi sel fibroblas yang mengakibatkan terhambatnya

sintesis, akumulasi dan proses remodeling kolagen (Burns, Mancoll & Phillips,

2003).

Rata-rata jumlah sel fibroblas pada kelompok kontrol lebih rendah

dibanding kelompok perlakukan karena kelompok kontrol hanya diberikan CMC

Na yang tidak berfungsi sebagai emulsifier, tetapi hanya sebagai substansi yang

memberikan stabilitas (Khoswanto, 2010). CMC Na yang diberikan pada

kelompok kontrol tidak akan meningkatkan jumlah sel fibroblas karena bahan

dasar gel dan hanya berfungsi sebagai stabilitas serta tidak bersifat imunostimulan

sehingga proses penyembuhan luka tetap berlangsung secara fisiologis.

Sesuai dengan hipotesis penulis yang menyatakan bahwa terjadi

percepatan proliferasi fibroblas pada pemberian ekstrak daun kelor 10%,

dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan oleh aktivitas antimikroba,

antiinflamasi dan antioksida yang semakin meningkat. Semua aktivitas tersebut

dipengaruhi oleh kandungan fitokimia yang dimiliki daun kelor, yaitu flavonoid,

triterpenoid, saponin dan tanin. Secara umum ekstrak daun kelor memiliki

perubahan positif pada percepatan proliferasi sel fibroblas dan penyembuhan luka.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun

kelor dengan konsentrasi 10% dapat mempercepat proliferasi sel fibroblas pada

luka pencabutan gigi tikus wistar.

7.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi ekstrak daun

kelor yang efektif untuk mempercepat proliferasi sel fibroblas pada penyembuhan

luka pasca pencabutan gigi tikus wistar.

67

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemo,Lanre, W., Ladeinde, Ladipo, A., Ogunlewe, O.M. 2006. Clinical


Evaluation of Post-Extraction Site Wound Healing. J of Cont Dent Prac.
Vol 7. No 3. p. 2.

Ananda, S, R., Khatimah, H., Sukmana, I B.2016. Perbedaan Angka Kejadian Dry
Socket pada Pengguna Kontrasepsi Hormonal dan yang Tidak
Menggunakan Kontra Sepsi Hormonal. J Ked Gigi Dentino. Vol 1. No 1. pp.
22-23.

Balaji, SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier. p
211.

Biswas, S., Chowdhury, A., Das, J., Roy, A., Hosen, Z. 2012. Pharmacological
Potentials Of Moringa Oleifera Lam: A Review. Dhaka, Bangladesh:
IJPSR., Vol. 3(2), p. 305.

Bloom, W., Fawcett, D, W. 2002. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC. Edisi 12. P.
99.

Bryany, T. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rumput Mutiara (Hedyotis


corymbosa) Dosis Bertingkat Terhadap Produksi NO Makrofag Mencit
Balb/c. Artikel Ilmiah. Diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang. Hal 23.

Burn, JL., Mancoll, JS., Phillips, LG. 2003. Impairments to Wound Healing, Clin
Plastic Surg. Vol. 30, p.48.

Cushnie, T, P, Tim., Andrew J, Lamb. 2005. Antimicrobial activity of


flavonoids.School of Pharmacy, The Robert Gordon University, Schoolhill,
Aberdeen AB10 1FR, UK: Int Jof AntAgents. 26. p. 343.

Dash, GK., Murthy, PN. 2011. Wound Healing Effects of Ageratum Conyzoides
Linn, Int J Pharma Bio Sci. Vol. 2. No. 2. pp. 370,376,379.

Diegelmann, RF., Evans, MC. 2004. Wound Healing: an Overview of Acute,


Fibrotic, and Delayed Healing. Frontiers in Bio sci. Vol. 2, No. 2, pp. 370,
376, 379.

Fahey. 2005. Moringa oleifera: A Review of the Medical Evidence for Its
Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. Part 1. Trees for Life
J. p. 1-15.

68

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

Flanagan, M. 2000. The physiology of wound healing. Wound Care. Vol 2. p. 11-
12.

Fragiskos, D., Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Berlin Heidelberg, Germany:


Springer. p. 73-76.

Fuglie, L. J. 2001. The Miracle Tree (The Multiple Atribute of Moringa). Senegal:
CWS Dakkar. p. 5.

Gal, P., Toporcer, T., Vidinsky, B., Morkry, M., Novotny, M., Kilik, R., Smetana,
K., Gal, T., Sabo, J. 2006. Early Changes in the Tensile Strength and
Morphology of Primary Sutured Skin Wounds in Rats. Folia Bio (Praha) J.
Vol. 52, pp. 109, 112, 113.

Garg., J., M. 2008. Sonjna (Moringa Oleifera) Leaves with Flowers. Kolkata,
West Bengal, India: Own work. P. 2.

Gottrup, F. 2013. Antimicrobials and Non-healing Wounds


Evidence, controversies and suggestions. J of wound care. p. 28.

Gottrup F, Jensen SS, Andreasen JO. Wound Healing Subsequent to Injury. In:
Andreasen JO, Andreasen FM, Andersson L, eds. 2007. Textbook and Color
Atlas of Traumatic Injuries to the Teeth. 4th ed. Oxford: Blackwell
Publishing Ltd. Pp. 1,4, 6, 23, 26, 32, 41.

Grabb, and Smith's. 2006. Plastic Surgery. 6th ed. Chapter 2. p. 15-22.

Gurtner, C,G. 2007. Wound Healing : Normal and Abnormal. In: Thorn HC., et
al. Grabb Plastic Surgery. 6th Ed., Wolters Kluwer-Lippincot William and
Wilkins, Philadelphia. p. 15-22.

Hagerman AE, 2002, Tannin Chemistry, Department of Chemistry and


Biochemistry, Miami University, Oxford, USA. p. 3.

Harisaranraj, R., Suresh, K., and Saravanababu, S., 2009, Evaluation of the
Chemical Composition Rauwolfia serpentina and Ephedra vulgaris. Biol.
Res. Advan., 3(5-6): p. 8, 174.

Hassan, MM., Daula, SU., Jahan, IA., Nimmi, I., Adnan, T., Mansur, AA.,
Hossain, H. 2012. Anti-inflammatory Activity, Total Flavonoids and Tannin
Content from Ethanolic Extract of Ageratum Conyzoides Linn Leaf. Int J
Pharm Phytopharmacol Rea. Vol. 1. No. 5. pp, 234, 235, 237, 238, 286,
287.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70

Indraswary, Recita. 2012. Efek Konsentrasi Ekstrak Buah Adas (Foeniculum


Vulgare Mill.) Topikal Pada Epitelisasi Penyembuhan Luka Gingiva Labial
Tikus Sprague Dawley In Vivo. J reepitelisasi. Maj Sultan Agung. p. 10.

Junqueira, LC., 2007. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.


Histology Dasar: teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta : EGC. p. 3-5.

Kalangi, R.J.S. 2011. Peran Integrin pada Angiogenesis Penyembuhan Luka.


CDK 184.Vol.38 no.3. p. 177-180.

Kerem, Z., Shashou, HG., Yarden, O. 2005. Microwave-Assisted Extraction of


Bioactive Saponins from Chickpea (Cicer Arietinum L). J Sci Food Agric.
Vol. 85. p. 406.

Khoswanto, C. 2010. The Effect of Mengkudu Gel (Morinda Citrifolia Linn) in


Accelerating the Escalation of Fibroblast Post Extraction. Dent J. vol. 43.
no. 1. pp. 32, 33.

Krisnadi, AD. 2015. Kelor (Moringa oleifera).Kunduran Blora: Morindo; hal. 27.

Kurniasih. 2014. Khasiat dan Manfaat Daun Kelor. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press. p. 36.

Kwon, O., Eck, Peter., Chen, S., Christopher, P., Corpe., Je-Hyuk Lee., Michael,
K., Levine, M. 2007. Inhibition of the intestinal glucose transporter GLUT2
by flavonoids. The FASEB Journal. p. 376.

Lande, Randy., Kepel, Billy, J., Siagian, Krista, V. 2015. Gambaran Faktor Risiko
Dan Komplikasi Pencabutan Gigi Di Rsgm Pspdg-Fk Unsrat. Jurnal e-GiGi
(eG). Vol 3. No 2. p. 477.

Lasmadasari, Novi., Hakimi, M., Huriah, T. 2013. Efektifitas Pemberian Oral dan
Topikal Gel Ekstrak Daun Kelor Dalam Penyembuhan Luka Pada Tikus
Putih. Univ Muhammadiyah Yogyakarta. p. 4, 10.

Laufer, S. 2005. Isolation, Structural Elucidation Quantification and Formulation


of Saponins and Flavonoids of the Seeds of Glinus Lotoides. Faculty of
Pharmacy, Eberhard Karls University. Tubingen. p. 20.

Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC. p. 23.

Leong, M., Phillips, LG. 2012. Wound Healing. In : Sabiston Textbook of Surgery.
Edisi ke-19. Amsterdam: Elsevier Saunders; p. 984.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

Ling, W,H., Cheng, Q,X., Ma J, Wang T. 2001. Red and black rice decrease
atherosclerotic plaque formation and increase antioxidant status in rabbits. J.
Nutr. 131: p. 1421-1426.

Loughlin, A., and Brien, T. 2011. Topical Stem and Progenitor Cell Therapy for
Diabetic Foot Ulcers. Regenerative Medicine Institute, National University
of Ireland, Galway, Ireland: Stem Cell Research. Chapter 23. p. 3.

MacKay, D., Miller, AL. 2003. Nutritional Support for Wound Healing.
Alternative Medicine Review. 8(4). pp. 359-77.

Mailoa, M., Mahendradatta, M., Laga, A., Djide, N. 2013. Tannin Extract Of
Guava Leaves (Psidium Guajava L) Variation With Concentration Organic
Solvents. International Journal Of Scien & Technology Research. Vol 2,
Issue 9. p. 106.

Majumdar, M. 2007. Evalation of Tectona Grandis Leaves for Wound Healing


Activity. Pak J Pharm Sci. 20(2). pp. 120.

Mardiana, Lina. 2013. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
p. 47-50.

Markham, K.R. 1982. Techniques of flavonoid identification; Academic Press:


New York, NY, USA; p. 36.

Mawardi, H., Dalimi, L., Darmosumarto, S. 2002. Pengaruh Pemberian Ekstrak


Propolis Secara Aplikasi Lokal Pada Proses Pembentukan Serabut Kolagen
Pasca Ekstraksi Gigi Marmot (Cavia cobaya), Sains Kesehatan, 15(2): p.
172.

Menom, SN., Flee, JA., McCue, SW., Schugart, RC., Dawson, RA., McElwain,
DLS. 2012. Modelling the Interaction of Keratinocytes and Fibroblast
During Normal and Abnormal Wound Healing Processes. Proc R Soc B. pp.
5, 6.

Mitchell, R.N., Kumar, V. 2008. Penyakit Imunitas. In: Kumar, V., Cotran, R.S.,
Robbins, S.L., ed. Buku Ajar Patologi Robbins. Vol 1. Eds.7. Jakarta: EGC.
114.

Moghimipour, E., Handali, S. 2015. Saponin: Properties, Methods of Evaluation


and Applications. Sciencedomain International. 5(3). Pp.209.

Morison, Michele, L. 2007. Health Benefits of Animal-Assisted Interventions.


Sage. p. 2.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

Moyo, B., Masika, J. P., Hugo, A., Muchenje, V. 2011. Nutritional


characterization of Moringa (Moringa oliefera Lam.) Leaves. African
Journal of Biotechnology. Vol. 10(60). p. 12925-12933.

Moyo, B., Oyedemi, S., Masika, P, J., & Muchenje, V. 2012. Polyphenolic
content and antioxidant properties of Moringa oleifera leaf extracts and
enzymatic activity of liver from goats supplemented with Moringa oleifera
leaves/ sunflower seed cake. Meat Sci. 91: p. 441-447.
http://dx.doi.org/10.1016/j.meatsci.2012.02.029

Nanci, A. 2008. Ten Cate’s Oral Hystology Development, Structure, and


Function. Philadelphia: Mosby Elsevier, p. 380.

Ngangi, Sylvester, I., Mariati, N, Wayan., Bernat, S,P, Hutagalung. 2012.


Gambaran Pencabutan Gigi Di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi Dan
Mulut Universitas Sam Ratulangi Tahun 2012. J Universitas Sam Ratulangi
Manado. p. 4.

Nugraha, A., 2013. Bioaktivitas Akstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhada
Escherichia coli Penyebab Kolibasilosis Pada Babi. Skripsi. Universitas
Udayana Denpasar. p. 29-38.

Okuda, T & Ito, H 2011, Tannins of Constant Structure in Medical and Food
Plants-Hydrolyzable Tannins and Polyphenols Related to Tannins, vol. 16,
p. 2192.

Okunade, AL 2002, Review Ageratum conyzoides l. (Asteraceae), Fitoterapia,


vol. 73, pp. 5, 6.

Okuno, Y., Miyazawa, M. 2004. Biotransformation of nobiletin by Aspergillus


niger and the antimutagenic activity of a metabolite, 4’-Hydroxy-5,6,7,8,3’-
pentamethoxy-flavone. J of Nat Pro. 67. p. 1876-1878.

Oluduro, A. O. 2012. Evaluation of Antimicrobial properties and nutritional


potentials of Moringa oleifera Lam. leaf in South-Western
Nigeria.Malaysian. Jl of Mic, Vol 8(2). p. 59-67.
(http://web.usm.my/mjm/issues/vol8no2/Research%201.pdf)

Pal, Mukherjee, and Saha. 1995. Studies on the antiulcer activity of M. Oleifera
leaf extract on gastric ulcer models in rats. Phytother. Res. 9 (1): pp. 463-
465.

Patel, PP, Patil, PH, 2012. Anti-inflammatory Activity of Saponin rich


fractionIsolated from the Thespesia populnea (L.) LeavesAntiin. IntJ of Rsc
inPharm and Bio Sci 3(4): p. 1529

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

Poeloengan M, Pratiwi. 2010. Antibacterial activity test of mangos teen


(Garcinia mangostana linn). Media Litbang Kesehatan. XX(2). p. 65-9.

Potter PA, Perry AG. 2006. Fundamental Nursing: concept, process, and
practice. Ed 6. St. Louis: Mosby year book; p. 151.

Prasetyono. Theddeus O.H. 2009. General concept of wound healing, revisited.


Med J Indones. p. 208-214.

Pusponegoro, 2005. Perspektif Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta: p. 43.

Putra dan Ade. 2010. Tingkat Kepadatan Fibroblas Pada Luka Sayat Mencit
Dengan Pemberian Gel Lidah Buaya(Aloe Chinensis Baker). Unri. P. 5.

Rahmat, H. 2009. Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Sayuran Indigenous Jawa


Barat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hal.
81.

Rangari, VD. 2007. Tannin Containing Drugs, J.L. Chaturvedi College of


Pharmacy, New Nandanvan: p. 2, 3.

Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipients. 6th Ed. London: Pharmaceutical Press. p. 119.

Sabir, A. 2003. Pemanfaatan Flavonoid di bidang kedokteran gigi. Maj Ked Gigi
(Dental Journal). Edisi khusus temu ilmiah nasional III: p. 81.

Sabiston, DC., Lyerly, HK. 1995. Pocket Companion Textbook Of Surgery. Alih
Bahasa Lyndon Saputra. Buku Teks Ilmu Bedah. Jilid Satu. Jakarta:
Binarupa Aksara.

Sari, I. 2013. Pengaruh Jus Buah Blimbing Manis (Averrhoa Carambola Linn)
Terhadap Jumlah Fibroblas pada Soket Tikus Strain Wistar Pasca Ekstraksi
Gigi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Brawijaya. Pp. 56.

Sari, F.P., dan S. M. Sari. 2011. Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari
Tanaman Yodium (Jatropha multifida Linn) sebgai Bahan Baku
Alternatif Antibiotik Alami. Technical Report. Universitas Diponegoro,
Semarang: p. 2.

Schultz GS. 2007. The physiology of wound bed preparation. In (eds) Granick,
M.S., Ganelli, R.L. Surgical wound healing and management. New York:
Informa Healthcare USA Inc., p. 1-5.

Shahriar, M., I. Hossain, A.N. Mahar, S. Akhter, A. Haque, M.A Bhuiyan. 2012.
Preliminary Phytochemical Screening, In-Vitro Antioxidant and Cytotoxic

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

Activity of Five Different Extracts of Moringa Oleifera Leaf. Journal of


Applied Pharmaceutical Science. 02 (05); p. 65-68.

Shenoy, Ashoka, M., Sridevi., Shastry, C.S., Gopkumar, P. 2009.


Pharmacological Investigation Of Naravelia Zeylanica In Various In Vitro
Models Of Inflammation. Pharmacologyonline. 2: p. 514-526.

Silver J. 2005. Moringa oleifera: The Future of Health. International Journal of


Agriculture and Biology. p. 1-8.

Simatupang, J. 2003. Perubahan Imunologis ada Endometriosis Peritoneal. Tesis.


Fakultas Kedokteran Sriwijaya. Hal 45.

Simbolan JM, M Simbolan, N Katharina. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor.


Yogyakarta: Kanisius. p. 51.

Sjamsuhidajat, W. K. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. p. 89,
94.

Sound, Dietrich. 2013. Minimally-Invasive Tooth Extraction: Doorknobs and


Strings Revisited!. Dent Update. p. 325-330.

Sumardika, I.W., Jawi, I.M. 2012. Ekstrak Air Daun Ubi Jalar Ungu Memperbaiki
Profil Lipid Dan Meningkatkan Kadar SOD Darah Tikus Yang Diberi
Makanan Tinggi Kolesterol. Medicina 43: p. 67-71.

Susetya, Dama. 2013. Khasiat dan Manfaat Daun Ajaib Binahong. Ed 1.


Yogyakarta. Pustaka Baru Press. Hal. 15-31.

Sumono A & Wulan A. 2008. The use of bay leaf (Eugenia polyantha
Wight) in dentistry. Dent J. 41(3). p. 3.

Tombayong. 2002. Farmakologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Widya Medica. p.


27.

Torres., Lagares. 2010. Prospective assessment of post extraction gingival closure


with bone substitute and calcium sulphate. Oral Surgery Publication. p. 774-
8.

Vawden. 2011. Hard to Heal Wound Made Easy. Wounds International. p. 1-6.

Verma, A. R., M. Vijayakumar, C. S. Mathela, & C. V. Rao. 2009. In vitro and in


vivo antioxidant properties of different fractions of Moringa oleifera leaves.
Food Chem. Toxic. 47: pp. 21196–21201.
http://dx.doi.org/10.1016/j.fct.2009.06.005

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

Waji, RA., Sugrani, A. 2009. Makalah Kimia Organik Bahan Alam Flavanoid
(Quercetin), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Hasanuddin. Hal. 7,8.

Webster, J., Scuflham P., Sherrif KL, Stankiewicz M., Chaboyer, W.P. 2012.
Negative pressure wound therapy for skin graft and surgical wounds healing
by primary intention. Cochrane Database of Systemati Review. p. 1-3.

Woodward Tony M. 2009. Surgical extractions: technique and cautions. p. 1-6.

Wray, D., Stenhouse, D., Lee, D., and Clark, A.J.E. 2003.Textbook for General
and Oral Surgery, Philadelphia: Elsevier Science Limited. p.103-112.

Wustenberg, T, 2014. Cellulose and Cellulose Derivatives in the Food Industry.


John Wiley and Sons, Germany p. 422,27,28.

Yuza, Fatma., Wahyudi, I, A., Larnani, Sri., 2014. Efek pemberian Ekstrak Lidah
Buaya pada Soket Gigi Terhadap Kepadatan Serabut Kolagen Pasca
Ekstraksi Gigi Marmut. Maj Ked Gi. p. 128.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN
Lampiran 1. Keterangan Laik Etik

76

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

Lampiran 2. Tabel Hasil Penelitian

Hasil Pembacaan Fotomikroskopis Preparat Histologi

Kelompok Kode Preparat Jumlah Sel Fibroblas Keterangan


Ko3 Ko3.1 31
Ko3.2 29
Ko3.3 37
Ko3.4 28
Ko3.5 25
Ko3.6 34
P3 P3.1 43
P3.2 41
P3.3 40
P3.4 44
P3.5 48
P3.6 58
Ko7 Ko7.1 44
Ko7.2 46
Ko7.3 35
Ko7.4 34
Ko7.5 42
Ko7.6 44
P7 P7.1 47
P7.2 46
P7.3 61
P7.4 51
P7.5 71
P7.6 77
Keterangan : Pembacaan kuantitatif sel fibroblas pada pembesaran 400x dengan
diawali orientasi tempat menggunakan pembesaran 40x yaitu pada soket tempat

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

ekstraksi dilakukan. Identifikasi sel fibroblas bentuk spindel dengan inti open face
type pada pewarnaan MA.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik

1. Uji Distribusi Normal

Uji Distribusi Normal pada Kelompok Kontrol

dan Perlakuan Hari Ke-3 dan 7

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kontrol Kontrol Hari Perlakuan Hari Perlakuan Hari Ke-


Hari Ke-3 Ke-7 Ke-3 7

N
6 6 6 6

Normal Mean 30.67 40.83 45.67 58.83


a
Parameters
Std. Deviation 4.320 5.076 6.653 13.029

Most Extreme Absolute .150 .258 .266 .226


Differences
Positive .150 .208 .266 .226

Negative -.113 -.258 -.197 -.162

Kolmogorov-Smirnov Z .368 .631 .651 .554

Asymp. Sig. (2-tailed) .999 .821 .791 .919

Monte Carlo Sig. .995


c
.740
c
.707
c
.856
c

Sig. (2-tailed)
95% Lower
.994 .731 .698 .849
Confidence Bound
Interval Upper
.997 .748 .716 .863
Bound

a. Test distribution is Normal.

c. Based on 10000 sampled tables with


starting seed 2000000.

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

2. Uji Homogenitas dan Uji Independent T-Test

Uji Homogenitas dan Uji Independent T-Test Kelompok Kontrol dan

Perlakuan Hari Ke-3

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Interval of the

Std. Difference

Mean Error
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper

banya Equal
-
k sel variances 2.252 .164 10 .013 -18.167 6.012 -31.561 -4.772
3.022
assumed

Equal
-
variances not 5.934 .024 -18.167 6.012 -32.916 -3.417
3.022
assumed

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

Uji Homogenitas dan Uji Independent T-Test Kelompok Kontrol

dan Perlakuan Hari Ke-7

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Mean Error
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper

banyak Equal
sel variances
7.873 .060 -3.153 10 .010 -18.000 5.709 -30.720 -5.280
assumed

Equal
variances
-3.153 6.484 .018 -18.000 5.709 -31.720 -4.280
not
assumed

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

Lampiran 4. Taksonomi Tanaman Kelor

SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN... ELVIA NAJIB

Anda mungkin juga menyukai