Anda di halaman 1dari 8

CENTRAL VENOUS PRESSURE

Pada zaman era globalisasi ini teknologi semakin maju terutama dibidang
kesehatan. Dengan adanya kemajuan teknologi ini maka diperlukan sumber daya manusia
yang bermutu. Perawat yang merupakan salah satu sumber daya manusia dibidang
kesehatan dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuannya baik melalui pendidikan
formal maupun pendidikan informal seperti mengikuti pelatihan kursus keperawatan,
seminar atau yang lainnya sesuai dengan bidangnya.
Cairan merupakan bagian terbesar dalam bagian tubuh, yang salah satu perannya
adalah untuk membantu metabolisme tubuh. Agar metabolism tubuh dapat berjalan baik
dibutuhkan input cairan setiap hari untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Hilangnya cairan pada individu dapat disebabkan karena beberapa hal termasuk keadaan
patologis pada individu (gagal ginjal, ARF, gagal jantung, shock,dll), perbedaan suhu
yang ekstrim, serta perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami
dehidrasi.
Pengukuran keseimbangan cairan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya pengukuran melalui vena sentral dengan menggunakan manometer.
Pengukuran tekanan vena sentral (CVP) dilakukan untuk mengukur tekanan darah di vena
kava. Pengukuran ini memberikan informasi tentang tiga parameter yang meliputi; volume
darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Adanya pengukuran ini,
paramedis dapat mengetahui keseimbangan cairan pada klien yang sedang dalam keadaan
patologis untuk mengantisipasi terjadinya shock hipovolemik.

CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP)


A. Pengertian
 Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena
kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah,
keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central
dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan
lokal.
Pengukuran CVP / RJP (Right Arterial Pressure) dengan menggunakan
manometer
Darah dari vena sistemik masuk ke atrium kanan sehingga pengukuran tekanan pada
atrium kanan dapat dilakukan. CVP ditentukan oleh fungsi dari sebelah kanan jantung dan
tekanan darah vena di vena cava. Dalam situasi normal, peningkatan venous return
menyebabkan peningkatan cardiac output tanpa perubahan tekanan vena. Namun bila fungsi
ventrikular kanan berkurang atau pada sirkulasi pulmunol yang terobstruksi, tekanan atrium
kanan akan meningkat. Kehilangan volume darah ataupun dilatasi menyeluruh juga
menyebabkan berkurangnya venus return dan tekanan atrium kanan turun.
Nilai normal CVP 5 – 10 cm H2O, dan pada orang yang menggunakan ventilator naik
3 – 5 cm H2O.

B. Tujuan
Untuk mengkaji status cairan intravaskuler pasien

C. Indikasi
 Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
 Pengukuran oksigenasi vena sentral.
 Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang
mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.
 Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah.
 Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang
dapat menimbulkan syok.
 Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.
 Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
 Pasien dengan gagal jantung.
 Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi
masif).
 Monitor status volume cairan dan fungsi ventrikel
 Acuan untuk pemberian cairan, diuretic dan obat – obat vasoaktif jika alat
monitor invasif lain tidak ada.
 Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis dalam vena perifer
(caustic), seperti: calcium chloride, chemotherapy ,hypertonic saline,
potassium chloride, amiodarone

D. Kapan CVP harus diukur


1. Klien hipotensi yang tidak berespon terhadap manajemen klinis dasar
2. Hipovolemi berkelanjutan sekunder akibat pergeseran cairan atau kehilangan
cairan
3. Pasien yang membutuhkan infus inotropik

E. Kontraindikasi dan kewaspadaan


1. Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output, infark / gagal
vntrikel kanan, meningkatnya volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan
hipertensi pulmonal. Hasil pengukuran CVP, menunjukkan peningkatan false
(salah) jika pada kondisi COPD, tension pneumothoraks, ventilasi tekanan
positif.
2. Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior mengakibatkan hasil tidak
akurat.
3. Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi akibat obat dan
syok dari berbagai penyebab.

F. Faktor‐faktor yang mempengaruhi pengukuran tekanan vena sentral :


 Volume darah vena sentral
o Venous return/cardiac output
o Volume darah total
o Tonus vaskuler regional
 Pemenuhan kompartemen sentral
o Tonus vaskuler
o Pemenuhan ventrikel kanan
 Penyakit myokard
 Penyakit perikard
 Tamponade
 Penyakit katup tricuspid
o Stenosis
o Regurgitasi
 Ritme jantung
o Ritme junctional
o Fibrilasi atrium
o Disosiasi atrioventrikular
 Level transducer
o Posisi pasien
 Tekanan intrathorakal
o Respirasi
o Intermittent positive‐presure ventilation
o Positive end‐expiratory pressure
o Tension pneumothorax

G. Lokasi pemantauan
 Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
 Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis
Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas
vena kava superior
H. Komplikasi
 Pneumothoraks
 Emboli udara
 Kelebihan cairan
 Sepsis
 Infeksi local atau sistemik (mis. endokarditis)
 Emboli pumuner
 Disritmia
 Erosi vena cava superior yang mengakibatkan hemothoraks dan tamponade
jantung
 Sumbatan pada kateter akibat stopcock yang tidak tepat menyebabkan
pemberian cairan infus melambat
 Perdarahan karena selang terlepas dari kateter vena central ----Lapor Segera

I. Prosedur
1. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda
komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat.
 Kaji akan kebutuhan pemasangan CVP dan pengukuran CVP
 Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman.
 Keluhan verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
 Frekuensi napas, suara napas
 Tanda – tanda kemerahan / pus pada lokasi pemasangan.
 Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter.
 Kesesuaian posisi jalur infus set.
 Tanda-tanda vital
2. Perencanaan
a) Persiapan alat
 Sarung tangan disposable
 Piala ginjal
 Perlak atau alas
 CVP manometer air
 Cairan dan selang IV
 Alat tulis
b) Persiapan pasien
o Menjaga privacy klien
o Jelaskan dan informasikan prosedur yang akan dilakukan
c) Pelaksanaan
o Perawat mencuci tangan
o Memakai sarung tangan disposable
o Dekatkan alat yang digunakan
o Posisi pasien supine (telentang) dengan kepala tempat tidur rata /
ditinggikan 30˚
o Tandai lokasi sudut phlebostatic (axis mid – axillaris dengan ICS
4 ------ titik 0) untuk membaca hasil pengukuran. Lokasi ini
sejajar dengan atrium kanan. Pengukuran harus dilakukan pada
posisi yang sama, kalau perlu tandai permukaan kulit
o Stopcock OFF ke manometer. Isi selang dengan cairan infus
o Sambungkan selang manometer ke jalur vena sentral lalu dialirkan
untuk cek kepatenan
o Letakkan manometer air sejajar titik 0, yaitu ICS 4 linea
midaxilaris
o Stopcock OFF ke arah pasien. Isi manometer dengan cairan infus
sampai dengan 25 cm. Hati – hati jangan sampai berlebihan
karena akan mengkontaminasi manometer.
o Stopcock OFF ke infus sehingga cairan akan turun fluktuasi sesuai
dengan pernapasan
o Ukur CVP saat cairan berhenti (stabil). Perhatikan cara melihat
ukuran sejajar mata saat akhir ekspirasi.
o Stopcock OFF ke manometer untuk mencegah aliran cairan
manometer ke pasien. Alirkan infus kembali ke jalur vena sentral
o Catat hasil dan posisi pasien
d) Evaluasi
o Lihat kembali posisi vena central, sumbatan ataupun perdarahan
o Laporkan adanya hasil ukuran CVP yang tidak normal
e) Dokumentasi
o Catat waktu dilakukan pengukuran CVP
o Catat hasil pengukuran CVP

J. Peranan Perawat
1. Sebelum Pemasangan
 Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
 Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan,
dan mengatur posisi sesuai dengan daerah pemasangan
2. Saat Pemasangan
 Memelihara alat-alat selalu steril
 Memantau tanda dan gejala komplikasi yang dapat terjadi pada saat
pemasangan seperti gangguan irama jantung, perdarahan
 Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedur dilakukan
3. Setelah Pemasangan
 Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:
1) melakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak atrium,
yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila,
2) Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau
gelombang tidak sesuai dg kondisi klien
3) melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi
monitor/transduser, setiap shift.
 Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis
klien.
 Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
 Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
 Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda
komplikasi (spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan
cairan,hematom, infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, &
infark pulmonal).
 Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
 Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan
cara memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan
pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan gans).

Dafpus : Mancini E. Mary. 2002. Prosedur Keperawatan Darurat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai