Anda di halaman 1dari 8

2.

Relay Control
Relay merupakan suatu perangkat elektronik berfungsi sebagai saklar listrik yang
digerakkan oleh koil elektromagnetik. Perangkat ini mampu memberikan pengendalian on/off
tanpa keadaan keadaan sehingga bisa dibilang nilainya 1 atau 0. Bentuk relay single-pole single
throw (SPST) sederhana ditunjukkan oleh gambar 2.1.

Gambar 2. 1 SPST Relay NO Contact


Kumparan kawat yang melilit inti ferrous memberikan medan magnet sehingga mampu
menggerakkan aktuator untuk keperluan saklar. Relay didesain ada yang saklar terbuka dan
tertutup atau biasa disebut Normally Open dan Normally Close. Normally berarti keadaan
dimana proses awal berlangsung lebih lama atau dalam keadaan tidak ada rangsangan dari luar.
Contoh relay SPST normally close dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2. 2 SPST Relay NC Contact


Relay tidak hanya memiliki satu input dan satu output saja. Ada yang mengembangkan
relay lebih kompleks dengan memberikan satu output lagi sehingga outputnya ada dua.
Perangkat ini dapat disebut single-pole double throw (SPDT). Gambar relay control SPDT
dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2. 3 SPDT Relay


Perluasan lebih lanjut terkait relay adalah memberikan input satu lagi. Relay ini bernama
double-pole double throw (DPDT). Gambar DPDT dapat dilihat pada gambar 2.4. Relay ini
merupakan relay yang paling umum digunakan di industri karena fleksibilitasnya. Setiap
kontak relay mampu memberikan gerakan on/off controll yang sama dengan sirkuit yang
berbeda sehingga mampu menghemat waktu, efektif dalam satu gerakan.
Gambar 2. 4 DPDT Relay
Relay DPDT memiliki 8 pin: tiga untuk masing-masing dari dua set kontak Form-C,
ditambah dua pin lagi untuk koneksi koil. Karena jumlah pin (8), gaya basis relay ini sering
disebut sebagai basis oktal.

Gambar 2. 5 Pin Relay


Pandangan yang lebih dekat dari satu kontak DPDT menunjukkan bagaimana "leaf" logam
bergerak menyentuh salah satu dari dua titik stasioner, titik kontak sebenarnya dibuat dengan
"button" berlapis perak di ujung leaf. Foto-foto berikut menunjukkan satu kontak DPDT di
kedua posisi:

Gambar 2. 6 Leaf dan Button Relay


3. Relay Circuits

Electromechanical relays yang dihubungkan untuk melakukan fungsi logic dan kontrol,
serta berperan sebagai logic element seperti (AND, OR, etc). Ladder diagram merupakan
bentuk umum dari skematik diagram yang menunjukan interconnection pada relays untuk
melakukan fungsi logic dan kontrol. Pada ladder diagram dua kutub dari power dibuat sebagai
vertical rails dari ladder, lalu horizontal “rungs” dibuat untuk menunjukan switch contacts,
relay contacts, dan final control elements (lamps, solenoid coils, motors) yang nantinya akan
digambarkan diantara power “rails”.

Ladder diagrams berbeda dari schematic diagrams regular dalam hal teknis elektronik,
biasanya terdapat pada orientasi pada wiring: vertical power “rails” dan horizontal control
“rungs”. Simbol – symbol tersebut juga dibedakan dari symbol electronic pada umumnya:
relay coils dibuat sebagai lingkaran, lalu relay contacts digambarkan seperti symbol capacitor.

Gambar 2.7 Simbol Ladder Diagram

Keharusan lain yang penting dalam relay circuits dan ladder diagrams adalah setiap wire pada
circuit diberikan label yang sesuai dengan nomor yang mengacu pada connection points yang
sama. Sehingga wires yang terhubung akan selalu membawa nomor yang sama. Nomor yang
sama tersebut mengacu pada kondisi electrical yang sama. Nomor pada wire dapat berubah
ketika sambungan melewati switch atau alat lain yang memungkinkan penurunan tegangan.
Untuk ladder diagram dari relay – based motor control system dapat dilihat di bawah ini,
dengan garis merah menunjukan modifikasi pada cicruits yang dibuat oleh teknisi industri.
Gambar 2.8 Ladder diagram dari relay – based motor control system

Hal yang membingungkan dari relay control adalah mengenai pengertian dari kondisi “normal”
yang terdapat pada relay control. Makna dari kondisi “normal” tersebut adalah kondisi dimana
keadaan dari hand switches, process switches, atau switch contacts pada control relays dalam
kondisi “in a condition rest” atau tanpa stimulasi. Sehingga pada “normally – open” relay
contact akan menjadi posisi terbuka saat tidak diberikan stimulasi. Lali untuk “normally –
closed” relay contact akan menjadi posisi tertutup ketika tidak diberikan stimulasi.

Untuk memudahkan pehaman tersebut, dapat dilihat penjelasan dari relay control circuit
sebuah pressure switch yang akan mengaktifkan sebuah alarm berikut:
Gambar 2.9 Contoh relay control circuit dengan pressure switch

Dari gambar tersebut dapat dilihat jika pressure switch dan relay contact (CR1) digambarkan
sebagai normally – closed switch contacts. Sehingga pressure switch akan tertutup ketika
tekaan yang yang terbaca lebih kecil dari trip point (50 PSI), dan relay switch contacts akan
tertutup saat relay coil tidak dialirkan arus listrik. Untuk menganalisa relay control system saat
sedang beroperasi, dapat dilihat gambar berikut:

Gambar 2.10 Sistem operasi relay control circuit dengan pressure switch pada
saat nilai tekanan lebih kecil dari trip point.

Dari gambar tersebut dapat dilihat jika pada saat tekanan kurang dari trip point (50 PSI), maka
pressure switch dalam keadaan normally – closed. Sehingga akan mengalirkan listrik ke relay
coil (CR1), apabila relay coil dialiri arus listrik maka akan memberikan stimulus / power pada
relay contact yang dalam kondisi normally closed menjadi normally open. Hal tersebut
menyebabkan lampu alaram tidak mendapatkan energi, sehingga tidak dapat menyala. Lalu
untuk kondisi dimana tekanan lebih besar daripada trip point dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.11 Sistem operasi relay control circuit dengan pressure switch pada
saat nilai tekanan lebih besar dari trip point.

Dari gambar tersebut dapat dilihat jika pada saat tekanan lebih dari trip point (50 PSI), maka
pressure switch dalam keadaan normally – closed berubah menjadi normally open. Sehingga
tidak akan mengalirkan listrik ke relay coil (CR1), apabila relay coil tidak dialiri arus listrik
maka tidak ada stimulus / power pada relay contact yang akan tetap dalam kondisi normally
closed. Hal tersebut menyebabkan lampu alaram akan mendapatkan 6nergy, sehingga dapat
menyala.

Prinsip kerja tersebut terdapat pada relay ladder – logic programming di PLC (Programmable
Logic Controllers). Pada PLC, sebuah digital microprocessor melakukan logic functions yang
secara tradisional dihasilkan oleh electromechanical relays, dengan programming tersebut
microprocessor berbentuk relay diagram (ladder – logic diagram).

Berikut ini merupakan contoh dari high pressure alarm circuit menggunakan Allen-Braldey
MicroLogix 1000 PLC:

Gambar 2.12 Wiring Diagram


Gambar 2.13 Ladder Logic Diagram

Pada sistem tersebut, diasumsikan jika tekanan yang terbaca oleh pressure switch sebesar 36
PSI. Nilai yang terbaca tersebut lebih kecil dari trip point (50 PSI), sehingga pressure switch
dalam keadaan “normal” closed. Kondisi tersebut mengalirkan daya menuju input I:0/2 dari
PLC. Contact dengan label I:0/2 pada ladder – logic program dari PLC bertindak seperti relay
contact yang dikendalikan oleh coil yang teraliri daya dari input terminal I:0/2. Lalu, pada
kondisi tertutup pressure switch akan mengalirkan daya menuju input terminal I;0/2 yang akan
menutup normally open contact I:0/2 pada ladder – logic program. Hal tersebut akan
mengalirkan daya menuju virtual coil dengan label B3:0/0, sehingga normally closed B3:0/0
akan menjadi terbuka, yang akan menghasilkan tidak mengalirnya daya menuju output coil
O:0/1. Tidak mengalirnya daya menuju output coil O:0/0 akan membuat alaram tidak dapat
menyala.

Lalu jika pada sistem diasumsikan tekanan yang terbaca oleh pressure switch sebesar 61 PSI.
Nilai yang terbaca tersebut lebih kecil dari trip point (50 PSI), sehingga pressure switch akan
berubah menjadi keadaan open. Kondisi tersebut tidak mengalirkan daya menuju input I:0/2
dari PLC. Lalu, pada kondisi terbuka pressure switch tidak mampu mengalirkan daya menuju
input terminal I;0/2 yang akan menjadi normally open contact I:0/2 pada ladder – logic
program. Hal tersebut tidak akan mengalirkan daya menuju virtual coil dengan label B3:0/0,
sehingga normally closed B3:0/0 akan menjadi tertutup, yang akan menghasilkan mengalirnya
daya menuju output coil O:0/1. Mengalirnya daya menuju output coil O:0/0 akan membuat
alaram dapat menyala.

Namun sistem virtual tersebut dapat dibuat lebih mudah jika dibuat seperti berikut:
Gambar 2.14 Simplified Ladder Logic Diagram

Dengan membuat input I:0/2 mengaktifkan output O:0/1 melalui “normally – closed” virtual
contact makan akan menghasilkan efek yang sama dengan konfigurasi sistem yang
sebelumnya. Output dari PLC O:0/1 akan teraktivitasi saat input I:0/2 tidak teraliri daya listrik
(saat pressure switch dalam keadaan terbuka). Sehingga mampu menyalakan alaram.

Anda mungkin juga menyukai