Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Paper BOM ini. BOM
merupakan suatu singkatan dari Bulan Orientasi Masrakat; adalah sebuah Mega proyek
SEMINARI TOR PONDOK EMAUS TATELI. Paper BOM ini sebagai sebagai syarat akhir
dari program BOM yang telah dilaksanakan lebih kurang 1 bulan di Desa Bancea
Dengan selesainya Paper BOM ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah berandil besar kepada penulis dan kehidupan penulis selama BOM. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Pater Rektor Seminari TOR Pondok Emau Tateli RD. Damianus Pongoh yang telah
membekali penulis selama masa persiapan mejelang BOM. Juga terima kasih
karena telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk turun langsung
mengalami suka duka masyarakat, sehingga penulis dapat menimba banyak
pelajaran dan pengalaman yang berharga.
2. Staff Pemebina RD. Costan Ohoira dan FR. Stevie Undap yang telah membimbing
penulis dalam masa-masa persiapan BOM.
3. Pastor Paroki Sta. Theresia Poso RD Benny Salletia, serta Fr. Dkn Frits Karamoy,
Pr yang selalu membimbing dan menasehati penulis selama BOM.
4. Pembimbing kerja penulis Papa Roby dan Papa Putri.
5. Keluarga Papa Putri yang telah rela menerima penulis untuk tinggal selama masa
BOM
6. Keluarga Papa Suardi yang selalu mendukung penulis secara materi maupun
penguatan.
7. Bagi Pimpinan Agama desa Bancea yang membantu penulis dalam pengumpulan
data.
8. Pemerintah desa yang mendukung melalui data-data dan izin untuk berorientasi di
desa Bancea, serta keamanan penulis selama BOM.
9. Semua masyarakat desa Bancea dan Panjo.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
1
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
BAB I SI BOLANG BERSOSIALISASI............................................................................................5
I.1. Cerita Si BOLANG Tentang Desa Bancea.........................................................................5
I.2. Struktur Pemerintahan Desa Bancea.................................................................................8
I.3. Sturktur Kepemimpinan Agama-Agama Di Desa Bancea................................................9
I.4. Demografi...........................................................................................................................11
1.4.1. Data Penduduk.................................................................................................................11
1.4.2. Wilayah........................................................................................................................12
1.4.3. Luas Lahan Desa..........................................................................................................13
I.5. Si BOLANG Mencari Isu Hangat yang Berkembang Di Bancea...................................14
I.6. Pengembaraan si BOLANG..............................................................................................15
I.7. Si BOLANG Berkenalan dan Menjalin Relasi dengan Pemerintah Desa....................16
I.8. Perjumpaan Si BOLANG dengan Sahabatnya Se Professi............................................17
I.9. Si BOLANG dan Umat......................................................................................................19
I.10. Kehudupan Si BOLANG Di Tengah Masyarakat...........................................................21
I.11. Kata orang tentang Si BOLANG......................................................................................22
I.12. Refleksi Si BOLANG.........................................................................................................23
BAB II CERITA SI BOLANG: EDISI MENAMBANG EMAS DI BALIK LUMPUR...............25
II.1. Latar Belakan Si Bolang Memilih Menjadi Petani Sawah.............................................25
II.2. Jurnal Kerja.......................................................................................................................26
II.3. Si Bolang Mulai Bekerja...................................................................................................26
II.3.1. Bikin Petakan Sawah.................................................................................................26
II.3.2. Batraktor....................................................................................................................27
II.3.3. Bacabut bibit..............................................................................................................28
II.3.4. Batanam......................................................................................................................29
II.3.5. Membuat got air.........................................................................................................29
II.3.6. Baspoit rumput..........................................................................................................30
2
II.3.7. Bapupuk.....................................................................................................................30
II.4. Keterampilan Yang Dibutuhkan Dalam Bertani Sawah.................................................30
II.5. Sarana-sarana yang Dubutuhkan.....................................................................................30
II.6. Perhituhangan Biaya Keluar dalam Satu Kali Panen Sesuai Lahan Pembimbing.......31
II.7. Laporan ekonomi keluarga pembimbing.........................................................................32
II.8. Refleksi Kesulitan, Kemudahan, Dan Manfaat...............................................................32
II.9. Emas Di Balik Lumpur.....................................................................................................33
PENUTUP..........................................................................................................................................34
3
PENDAHULUAN
Pada Bulan Orientasi Masyarakat kali ini, saya ditugaskan di Desa Bancea, Kec.
Pamona Selatan, Kab. Poso, Prov. Sulawesi Tengah. Saat menjalani masa ini saya akhirnya
sadar adakan manfaat dan makna sebenarnya dari program BOM. Pada bagian ini saya mau
mengantar pembaca kepada tujuan dan makna dari BOM yang berasal dari refleksi saya, dan
yang telah saya alami dan saya dapatkan.
Bulan Orientasi Masyarakat atau paling dikenal dengan istilah BOM adalah suatu
Mega Proyek yang dimiliki oleh Seminari Tahun Orientasi Rohani Pondok Emaus Tateli.
Program BOM ini menjadi salah satu ciri khas dari Seminari Tahun Orientasi Rohani Pondok
Emaus Tateli. Dalam Bulan Orientasi Masyarakat ini frater ditugaskan di tengah-tengah
masyarakat untuk merasakan, serta melihat langsung kehidupan masyarakat di mana frater
ditugaskan.
BOM adalah suatu program yang sangat berharga bagi frater untuk mendapatkan
Living Value di tengah-tengah masyarakat. BOM juga sangat bermanfaat bagi frater untuk
mengubah kepribadian. Selain itu BOM dapat menjadikan frater sebagai orang yang mampu
bekerja keras, berelasi dengan baik di masyarakat.
BOM juga menjadi peluang besar bagi frater untuk merasakan suka duka bersama
masyarakat terpencil. BOM juga dapat membatu frater untuk mehilangkan kemanjaan atau
piara alus. BOM juga mampu membentuk frater memiliki rasa ugahari, atau mensyukuri apa
saja yang frater terima di tempat ia berorientasi.
Adapula tujuan BOM sesuai dengan panduan BOM adalah sebagai berikut:
1. Agar frater mengenal situasi, medan, dan masyarakat, dan tempat frater berkarya
pastoral.
2. Agar frater dipermudah untuk bergaul dan bekerja sama dengan anggota masyarakat.
3. Agar frater mengetahui/turut mengalamai suka dan duka masyarakat dalam
mempertahankan dan mengembangkan kehidapan mereka.
4. Agar frater tahu membagi waktu antara hidup doa dan hidup karya, sehingga ada
keseimbangan antara keduanya.
5. Agar frater belajar memandang hidup dan karyanya dalam cahaya Injil, khususnya tiga
keutamaan Injil: kesetiaan, kesucian, dan kemiskinan.
4
6. Agar frater menemukan pandangan masyarakat atas: hidup dan karya-karyanya, sesama,
alam semseta, masa depan dan Tuhan.
BAB I
SI BOLANG BERSOSIALISASI
5
menjadi suku yang jumlah penduduk kedua terbanyak setelah suku Pamona. Sedangkan suku
Bugis, suku Jawa, dan suku Gorontalo masuk pada tahun 2000an dengan tujuan untuk
berdagang.
Adapun sejarah desa Bancea adalah sebagai berikut: pada dahulu kala masyarakat
desa Bancea bermukim dibeberapa kawasan yang dijadikan tempat permukiman yang mereka
sebut POBOYA. Tempat-tempat yang dijadikan poboya adalah dataran sungai Panjo bagian
udik adalah Petiro Lemba dan Petiro Bukoe, yang dipimpin oleh Bapak Nesi. Ada pula di tepi
sungai Limba’ata yakni Maraba dan Limba’ata yang dipimpin oleh bapak Torula. Ada juga
yang tinggal di tepi sungai Panjo bagian bawah, yang dipimpin oleh Madjaga. Dan poboya
yang terakhir adalah Buyuntambone yang dipimpin oleh Bapak Mude. Namun mereka
memiliki satu pimpinan umum dari semua poboya, dan pimpinan umum itu adalah Bapak
Lagantondo. Jabatan pimpinan umum ini di sebut mokole.
Ketika bapak Lagantondo sudah tua, beliau memanggil seluruh anaknya dengan
tujuan hendak menyerahkan jabatan Makole kepada salah satu anaknya, namun dari semua
anaknya tak ada yang bersedia untuk memegang jabatan itu. Maka, jabatan itu jatuh ketangan
menantunya, yakni bapak Nesi. Sebelum meninggal dunia Lagantondo berpesan “ agar
mereka hidup rukun dan damai, dan apabila ada orang asing datang dari laut, janganlah
melawan. Karena sebelumnya bapak Lagantondo telah mendengar kabar adanya kompeni
Belanda. Tahun demi tahun dalam pemerintahan dalam pemerintahan bapak Nesi mereka
hidup aman dan damai sesuai mandate Lagantondo. Sampai suatu hari datanglah kompeni
Belanda di daerah Poso, dan menyerang Kandela. Setelah mendapat info bahwa Kandela
telah diserang, maka bapak Nesi mengadakan musyawara dengan para pimpinan poboya.
Dalam musyawara itu mereka mendapat kesimpulan untuk tidak melawan kompeni Belanda,
sesuai dengan mandat dari Lagantondo. Kesepakatan tersebut diwujutkan degan mengibarkan
benderah putih tanda tidak melawan. Sehingga saat itu Bancea disebut Tanah Putih yang
artinya tanah tak berdarah, karena pada saat itu mereka tidak melawan Belanda maka tidak
ada pertumpahan darah di Bancea.
Setelah diadakan musyawara antara bapak Nesi dan pimpinan Belanda, maka
sepakatlah untuk membuka perkampungan di sekitar sungai Binowi (Bino= Jernih dan
Nowi= air), sehingga nama desa itu mengikuti nama sungai itu. Pada tahun 1903 adalah
dimana tahun pembukaan lahan perkampungan pertama, dan disahkan pada tahun 1904
dengan nama BONOWI yang kemudian berubah menjadi Bancea sampai saat ini. Dalam
perbicangan dengan masyarakat suku asli mereka juga tidak tahu apa arti Bancea, sehingga
6
itu masih menjadi sesuatu yang menjanggal pada saya, karena tidak bias mendapatkan info
mengapa diubah nama BINOWI ke BANCEA.
Pada zaman modern ini desa Bancea sudah terbagi 2 poboya, yakni poboya Pamona,
dan poboya Toraja. Semasa menjalani BOM saya tinggal di poboya Toraja. Masyarakat
Bancea adalah masyarakat yang ramah. Hal ini tebukti pada saat pertama saya menginjakan
kaki di desa Bancea. Pada saat itu aku diturunkan di pertigaan yang aku tidak tahu di mana,
yang aku tahu aku sudah berada di desa Bancea. Pada saat itu dari paroki kami diminta untuk
menyembunyikan status frater yang kami sandang. Terik matahari pada waktu itu membuat
saya kehausan dan kelaparan. Aku memutuskan untuk mencari tempat berteduh, dan akhirnya
mendapatkan tempat itu juga. Aku diterima di rumah nenek Aldy. Walaupun aku orang asing
tak menghalangi mereka untuk memberi saya makan, padahal baru 5 menit aku berada di situ.
Itulah pengalaman singgkat yang menunjukan kebaikan hati dari masyarakat Bancea.
Masyarakat desa Bancea adalah masyarakat yang majemuk baik dalam agama, etnis,
maupun dalam hal sosial politik. Namun demikian hal ini tidak menjadi penghambat
keinginan untuk membangun, sebaliknya masyarakat desa Bancea menjadikan perbedaan
yang ada sebagi sarana untuk maju dalam membangun desa. Hal ini dimungkinkan juga
dengan semakin kuatnya masyarakat dalam menjungjung tinggi adat-istiadat yang berlaku
dalam masyarakat.
Masyarakat Bancea pada umum adalah masyarakat yang berprofesi sebagai petani.
Dan rata-rata bekerja sebagai petani sawah dan petani coklat. Namun saat ini para petani
coklat mulai beralih ke tanaman merica, karena hasil dari coklat tidak mencukupi lagi untuk
kebutuhan rumah tangga mereka. Hal ini disebabkan karena coklat yang mereka miliki sudah
kering, dan juga harga coklat yang sudah turun membuat mereka beralih ke tanaman merica.
Masyarakat Bancea juga ada masyarakat yang religious. Hal ini tebukti dengan
adanaya 5 gereja di sana, yakni Gereja Katolik, GKST, GPDI Bancea, GPDI Tabernakel, dan
Gereja Toraja, dengan jumlah penganut terbanyak dipegang oleh GKST.
Adapula permaslahan yang di hadapi desa Bancea adalah system pengairan sawah
yang tidak teroganisir dengan baik, karena kurangnya perhatian dari pemerintah akan hal ini.
Permasalahannya yang lain adalah banjir. Desa Bancea sangat rawan banjir. Pernah suatu hari
saya pulang malam dari kunjuangan umat saya kaget waktu turun dari rumah umat air sudah
setinggi lutut, padahal hujan baru turun selama kurang lebih 1 jam. Sehingga saya harus
pulang degan menggulung celana. Itulah permasalahan yang dihadapi oleh desa Bancea.
Sedangkan potensi untuk mengembangkan ekonomi di desa Bancea ini sangat
memadai. Hal ini saya katakana karena dimana desa Bancea memiliki lahan pertanian yang
7
luas, dan di desa Bancea memliki taman wisata anggrek yang langkah. Namun sayangnya
pengembangan potensi desa dari sector wisata tidak dikelolah dengan baik. Alasan taman
anggrek ini tidak terwat dan terkelolah dengan baik karena taman ini langsung dikelolah oleh
dinas pertanian, namun dinas pertanian membiarkan saja taman itu sehingga sebagian taman
ini sudah rusak. Ada pula air terjun yang sangat indah di desa Bancea, numun lagi-lagi
masalahnya tentang pengolahannya yang tak teroganisasi degan baik. Masih banyak pula
potensi wisata alam di desa Bancea.
Orang-orang di desa Bancea mempunyai kebisaan yang bagus, yakni setiap sabtu
mereka jadikan sabtu kerja, dan sabtu bersih. Dimana setiap sabtu mereka melakukan kerja
bakti desa, dan pembersihan di dalam desa. Kebiasaan yang unik dari mereka adalah dimana
setiap malam mereka berkumpul sambil minum Ball’lo, dan bermain push yang kita kenal
dengan permainan gunting batu kertas.
KADES
RAFAN MUSTAPA
KEPALA UPP
ANGGRIANI LAKENGKE
8
RT
RT1 1 RT 1 RT 1 RT 1 RT 1
ARNOL.
ARNOL.RR ANCE. N SAKIR.T PAULUS. S ARIS. S
RT 2 RT 2 RT 2 RT 2 RT 2
LINDODAYAS EFRAIN. T JHONY. L KARMIL. L PETRUS. B
TUA-TUA SIDANG
BPK. SEMAYA
ANGGOTA
JEMAAT
KETUA STASI
PAULUS SULE
WAKIL KETUA
JANU MANGGUALI
BENDAHARA SEKERTARIS
MARSYAHLINA NATALIA CORY
9
SEKSI-SEKSI
SIE LITURGI SIE KESENIAN SIE SEKAMI
PETRUS BOK’KO MARLINA FRANSISKA PANDIRI
ANGGOTA JEMAAT
PROPONEN
NOVIATI SIRENDEN
SEKERTARIS BENDAHARA
PNT. RAHEL WATAN PNT. WERI RAMAKILA
ANGGOTA JEMAAT
PENATUA-PENATUA
PENATUA 1 PENATUA 2 PENATUA 3
MARLIANTO NGEDO YULIANA KOPI ALFIN LENDAMANU
PENATUA 6 5 4
PENATUA
PENATUA
DERITA MADJAGA
PAUL PATINGGI
TOMUS TOEBOLA
DIAKEN-DIAKEN
DIAKEN 1 DIAKEN 2 DIAKEN 3
FUNE SILEMBA M. TORDIL MESRA IMAM
PENTUA-PENATUA KATEGORIAL
PNT KAT BAPAK PNT KAT PEREMPUAN PNT KAT PEMUDA
NOVILSON ASO SAF BIHTIRI YOKSAN ROLASSAU
I.4. Demografi
1.4.1. Data Penduduk
Jumlah Masyarakat Desa Bancea
11
Jumlah Kk Jumlah Jiwa Laki-Laki Perempuan
473 Kk 1880 Jiwa 997 Jiwa 883 Jiwa
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
JENIS PEKERJAAN JUMLAH JIWA
PETANI 923 JIWA
PNS 43 JIWA
NELAYAN 8 JIWA
BIDAN DESA 1 JIWA
TNI 2 JIWA
HONORER 23 JIWA
TUKANG 15 JIWA
PEDAGANG 23 JIWA
PELAJAR 725 JIWA
Ket: 117 jiwa masih belum bersekolah atau pengangguran
Jumlah masyarakat menurut agama
AGAMA JUMLAH JIWA
GPDI TABERNAKEL 27 JIWA
GPDI BANCEA 48 JIWA
KATOLIK 145 JIWA
GEREJA TORAJA 457 JIWA
GKST 1199 JIWA
1.4.2. Wilayah
Adaupun batas-batas wilayah desa Bancea adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasana dengan Danau Poso
Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi selatan
Sebelah barat berbatasan dengan desa Taipa
Sebelah timur berbatasan dengan desa Panjo
Desa Bancea adalah desa yang terletak di pesisir Danau Poso sebelah barat, yang
berbatasan langsung dengan Kecamatan Pamona Barat. Wilayah pemikiman masyarakat
berada di dataran rendah sehingga memungkinkan masyarakat untuk membuka lahan untuk
dijadikan areal persawahan. Sebagian lagi wilayah desa Bancea dikelilingi oleh perbukitan
dan hutan yang memungkinkan masyarakat membuka lahan perkebunan cacao dan merica
12
yang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat, dan sebagian kecil permukiman
berada di wilayah pesisir danau poso.
A. Topografi
Keadaan umum desa topografi desa Bancea adalah daerah dataran dan sebagian
perbukitan/dataran tinggi, serta daerah pesisir danau poso. Iklim di desa Bancea sebagaimana
desa-desa lain di wilayah Indonesia yang pada umumnya beriklim tropis.
B. Obritasi
Jarak dan waktu tempuh:
Dari Ibu Kota Kecamatan 18 Km dan waktu tempuh 1 jam pakai mobil
Dari Ibu Kota Kabupaten 130 Km dan waktu tempuh 6 jam pakai mobil
Dari Ibu Kota Provinsi 460 Km dan waktu tempuh 10 jam pakai mobil
Dari Kota Tentena 60 Km dan waktu tempuh 2 jam pakai mobil
No Keterangan Luas(Ha)
1 Luas Pemikiman 15
2 Luas Irigasi 4
3 Luas Lahan Desa 22
4 Luas Tanah Rawa -
5 Luas Perkebunan Masyarakat 1.090
6 Luas Persawahan 175
7 Luas Palawija Sayur Mayur 2
8 Luas Tanah Lapang -
9 Luas Perkantoran 0,5
10 Luas Hutan Lindung 780
TOTAL 2.088,5
13
Namun, aku tak mau mengalah begitu saja dalam mencari isu hangat yang berkembang di
tengah masyarakat.
Akahirnya aku menemukan satu cara klasik, yaitu “mangiru ball’lo sule jong”, yang
artinya minum saguer bersama mereka. Pada pukul 19.00, tepatnya pada tanggal 05 Februari
2016, saya meminta izin pada tuan rumah utuk minum ball’lo bersama orang di samping
rumah. Saya pamit untuk pulang agak lama kali ini. Mungkin karena saya frater tuan rumah
mengizinkan saya karena malu hati pada saya.
Akupun segera meluncur ke rumah papa Eka, tempat di mana mereka biasa
berkumpul. Sesampainya di rumah papa Eka, saya langsung disamabut dengan baik oleh tuan
rumah, dan mereka yang ada di sana. Akupun mengambil tempat duduk dan mulai minum
bersama mereka. Tak perlu waktu yang lama untuk memancing mereka berbiacara, karena
mereka semua sudah mabuk. Aku mulai mengajukan pertanyaan, namun pertanyaan yang aku
ajukan seputar desa dan smpai pada akhirnya saya membawa mereka kehal yang lebih
spesifik yakni pertanyaan mengapa system pengairan sawah di desa tak berjalan bagus,
padahal ada bendungannya. Akhinya ada seorang bapak menjawab pertanyaan saya, dia
menjawab “air te bagus karena kuarangnya perhatian dari perintah desa padahal ada
anggaranya yang di masukan dalam dana desa, tapi entah kemana”. Dari jawaban bapak yang
saya rahasiakan namanya ini saya mengambil asumsi bahwa ada korupsi dana desa oleh
pemdes. Tak berhenti di situ saja, saya kemudian saya menjawab “oyah? Kasihan juga
masyarakatkan”. Kemudian seorang bapak berkata “iya de, di desa ini sebenarnya dana
desannya besar tapi lihat apa yang di bangun di desa ini”. Kemudian saya bergumam “hmpp”.
Lalu bapak itu melanjutkan ceritannya “sebenarnya sudah lama masyarakat curiga kalo ada
korupsi di desa, tapi mereka diam saja”.
Setelah itu saya mulai mengalihkan pembicaraan, karena tak ingin situasi ini
memanas. Kamipun melanjutkan minum-minum, sambil main domino. Tak lama kemudian
minumanpun habis dan kamipun bubar, dan saya langsung pulang ke rumah.
14
mapping ini saya berjalan sendiri tanpa ditemani oleh siapapun. Saya mulai berjalan sambil
menggambar sketsa jalan utama dan lorong-lorong. Kebetulan rumah yang saya tinggali
berada di ujung kampung, jadi saya mulai dari ujung kampung ke ujung kampung yang
satunya, yang panjangnya 3,5 KM. pada hari pertama pemetaan ini saya mamumpu membuat
sketsa jalan utama dan lorong-lorong, serta posisi rumah-rumah penduduk. Namun ada satu
lorong yang belum saya lalui, karena lorong itu menuju ke arah kebun. Saya tidak menyusuri
lorong itu karena sudah sore hari. Kalau aku menyusuri lorog itu nantinya aku akan pulang
larut malam, karena jalan ke atas jauh dan jarak antara rumah yang satu ke rumah yang lain
berjauhan. Maka aku memutuskan untuk menyusuri jalan itu besok saja, dan petuanlangan
alampun dimulai pada besok hari.
Petualang Alam, saya lebih suka untuk menggunakan istilah Petualang Alam dari pada
Pencinta Alam, karena kata Petualang Alam, lebih menggambarkan menjadi diriku sendiri
yang mengeksplorasi diri dan alam, dibanding istilah Pencinta Alam yang terasa terlalu berat
dengan beban nama yang tersandang. Seorang Petualang Alam akan selalu berjalan dan terus
berjalan, selalu banyak bertanya dan terus bertanya dalam dirinya tentang kehidupan dan juga
tentang alam, selalu berusaha untuk menyatu dengan alam, selalu berjalan mengikuti kemana
kaki melangkah, dan selalu menjadi penikmat romantis pada keindahan alam ciptaan Tuhan,
saat merasakan. Indahnya kabut yang menyelimuti puncak gunung, melihat matahari yang
terbit atau terbenam dibatas cakrawala yang memanjang, dibawah langit yang biru jernih
dikelilingi semburat awan tipis, dibawahnya ada kabut yang seakan akan menjadi garis
imajiner tempat matahari mengintip atau menghilang. Segarnya udara yang dihirup, mencium
bau rumput hutan, bau lumut, bau semak belukar dan bau bunga liar. Mendengar suara
gesekan dedaunan bagai okestra alam yang dimainkan oleh "Sang Maha Agung", mendengar
satwa liar yang merdu menyapa sepanjang perjalanan. Lekuk-lekuk erotis tebing yang
menggoda dan mengundang untuk disentuh, dipegang dan dipeluk, yang semua itu ada
dalam asuhan "Ibu Bumi". Seorang Petualang Alam adalah seorang Pelukis, Penyair,
Penyanyi dan Murid yang tidak pernah berhenti untuk belajar. Yang melukis, bersyair, dan
bernyanyi, bagi batinnya sendiri. Yang belajar tentang arti keindahan, arti kelembutan, arti
kesabaran, arti keteguhan, arti ketegasan, arti berjuang, arti kesetiaan, dan arti kepasrahan,
dibalik kerasnya sikap karena kerasnya gemblengan alam. Seorang Petualang Alam tidak
akan pernah menantang, melawan dan menaklukan alam, karena dibalik keindahan mereka
tersembunyi kekuatan dahsyat yang luar biasa menghancurkan, seorang Petualang Alam akan
selalu menjadikan alam sebagai Sahabat, Guru, Ibu dan sekaligus Ayah bagi dirinya, sehingga
akan selalu menghormati dan menjaga kelestarian alam. seorang Petualang Alam akan selalu
15
ingat dan tunduk kepada "Raja Diraja Petualang" yang mengatur alam ini, yaitu Tuhan Yang
Maha Segalanya.
Inilah yang menceritakan perjalanan saya untuk melakukan pemetaan di hutan
Bancea, karena masyarakat di Bancea 45% tinggal di hutan. Dengan bermodalkan google
map aku memutuskan untuk berjalan sendiri. Perjalanan yang aku tempuh kali ini bukanlah
perjalanan yang mudah, karena rumuh yang paling jauh adalah berjarak 10 KM dari desa.
Berbagai refleksi tentang diri dan alam tertuang pada saat itu. Aku hanya mereview kembali
perjalanan panjang dan melelahkan, namun serentak menyenangkan. Setelah penyusuran
hutan Bancea selesai akupun pulang degan riang hati, tanpa beban dan semua terasa
menyenangkan, karena aku telah berhasil menyelesaikan tanggung jawabku. Akupun pulang
sambil menikmati indahnya senja kala di langit Bancea. Tuhan aku bersyukur karena telah
diberi alam yang begitu indah ini. Bantu aku untuk menjaganya.
I.7. “Si BOLANG” Berkenalan dan Menjalin Relasi dengan Pemerintah Desa
Pertemuan dengan Pak Kades terjadi pada hari jumat 03 februari 2017, pada pukul
01.45 WITA. Setelah saya tiba di desa Bancea, saya langgsung mencari tempat tinggal.
setelah mendapatkan tempat tinggal, saya memohon pamit kepada tuan rumah untuk pergi
melapor ke kades. pada saat itu aku diantar oleh papa riki ke rumah kades.
Setelah sampai di rumah kades, saya langsung memberi salam, dan akhinya saya
disambut oleh ibu kades. Pada saat itu pak kades tidak ada di rumah. Ibu kades kemudian
menelphone pak kades untuk pulang sebentar karena ada saya yang datang. Setelah
menunggu kurang lebih 15 menit, akhirnya pak kades pun tiba.
Setelah pak kades tiba sayapun berdiri sambil memberi salam, dan sambil
menyodorkan tangan tanda untuk berjabatan tangan. Sayapun mulai membuka pembicaraan
dan mulai memperkenalkan diri kepada pak kades, dan setelah itu saya mulai menjelaskan
tujuan kedatangan saya di desa Bancea dengan sedikit bantuan dari pedoman BOM. Setelah
menjelaskan secara singkat maksud kedatangan saya di Bancea, lalu saya menyerahkan surat
yang diperuntukkan kepada kepala desa. Setelah membaca surat yang saya berikan akhirnya
dia kadespun mengizinkan saya untuk berorientasi masyarakat. Akupun segera pamit pulang
kepada beliau untuk pulang.
Setelah melapor pada kades, pada malam harinya sambil ditemani oleh papa putri,
kami berdua pergi melapor kepada kadus 4, di mana saya tinggal. Pertemuan ini terjadi di
rumah pak dusun. Aku memperkenalkan diri, serta maksud dan tujuan saya berada di desa
Bancea ini. Pada legitimasi dengan kadus tak ada banyak percakapan yang terjadi, karena
16
beliau kelihatan sangat sibuk dengan coklat miliknya, dan kemudian saya pamit untuk pulang
ke rumah.
17
ambil. Setelah itu saya dan dia hanya mengobrol biasa saja layaknya seorang teman yang
baru berjumpa. Sampai saya pulang hubungan baik di antara kami terjaga dengan baik. Kalau
kami salaing berjumpa kami saling menegur satu sama lain. Bahkan sampai saat ini dia sering
bercanda dengan saya melalu media social. Kata-kata Novi yang paling saya ingat adalah
“Chris berjuang dengan segenap tenaga yah! Jalan yang kita tempuh bukanlah jalan yang
mudah. Jalan ini perlu keuletan jangan menyerah dengan dia punya tantangan, tapi terus
bergumul pada Tuhan, karena Tuhan sumber kekuatan kita-kita ini”.
Setelah mengunjungi Novi, saja melanjutkan perjalanan saya menemui Gembala
GDPI Tabernakel, yakni Pdt. Urianto Tontou. Pertemuan ini adalah pertemuan yang ke
berapakaliny, karena sebelumnya kami juga sering ketemu di jalan, di pastorinya, dan sering
ketemu saat kerja bakti bersama. Pdt. Urianto adalah orang yang sangat humoris, beliau
berbeda dengan Pdt. Yakob yang orangnya terlalu formal, sedangkan Pdt Urianto orangnya
sangat santai diajak ngobrol, sehingga banyak orang suka bercerita dengan beliau. Sesampai
di tempat tinggalnya, saya dipersilahkann masuk, dan dibuatkan kopi oleh istrinya. Kamipun
mengobrol sambil minum kopi. Beliau bercerita banyak tentang pengalamnya saat pelayanan.
Satu yang paling menyentuh pada saya adalah beliau harus meninggalkan keluarga berhari-
hari demi melayani umatnya, dan yang paling membual saya gugah hati adalah umat yang
beliau layani hanya 1-5 KK. Beliau menginspirasi saya betapa pentinggnya memberi
pelayanan kepada umat walau itu Cuma beberapa saja, tapi harus diperhatikan. Sampai saya
pulang hubungan kamipun tejaga dengan baik. Bahkan beliau setiap kali saya dating di
rumahnya, dia selalu memberi saya nasehat. Nasehat yang sering beliau katakana adalah
“Bagian tepenting dari seorang hamba Tuhan adalah Jujur, setia, sabar, dan rela berkorban”.
Setiap saya datang ke rumah beliau bukan saja nasehat yang beliau berikan melainkan doa.
Setelah saya menemui Pdt. Urianto, saya langsung pergi menemui Pdt GKST yakni
Pdt. Leni Merlis Powila. Saya sampai di rumah ibu pendeta pada pukul 07.00 PM.
Sesampainya di sana saya disambut langsung oleh beliau. Beliau bertanya kepada saya, kalo
saya dari mana. Saya meperkenalkan diri dan maksud tujuan saya datang ke rumahnya.
Setelah menjelaskan semuanya beliau meminta surat pengantar, namun saya tidak punya.
Saya kemudian menunjukan identitas saya yang telah diberikan Rektor kepada saya.
Akhirnya tanpa banyak bertanya beliau menawarkan kepada saya tentang data-data nanti
beiau yang buat, dan beliau antar kepada saya. Namun saya katakana biar saja nanti saya
yang ambil. Saya tak mengobrol lama dengan beliau, karena beliau masih leleh karena baru
sampai dari SULSEL. Akhirnya akupun pamit kepadanya. Setelah hari-hari selanjutnya,
18
kamipun bersahabat dengan baik. Sampai pada saat saya pulang saya diberi kue oleh ibu
pendeta.
Adapula perjumpaan saya dengan sekertaris stasi terjadi pada hari itu juga, tepatnya
setelah selesai mengunjungi tokoh-tokoh agama lain. Setalah pulang dari rumah Pdt GKST,
saya langsung menuju rumah ibu Corry selaku sekertaris stasi maksud kedangan saya
hanyalah meminta data umat. Setelah sampai di rumahnya saya memberi salam, dan yang
keluar adlah suaminya. Suaminya menyuruh saya masuk, lalu ini memangil istrinya, karena
saya sudah berpesan pada suami dari ibu Corry sebentar saya akan kerumah untuk meminta
data umat. Setelah ibu Corry keluar dia bertanya kepada saya “Chris mau minum apa?” di
sana umat tidak tahu kalau saya ini Frater, karena dari stasi kami disuruh untuk
menyembunyikan status. setelah berbincang cukup lama dan saya telah mendapatkan data,
maka sayapun pamit pulang, nantinya kemalaman.
Saking dekatnya dengan tokoh-tokoh agama yang ada di desa Bancea, pada saat saya
pulang saya pamitan dengan mereka, dan keesokan harinya saya pulang mereka mengunjungi
saya untuk say good by pada sahabat mereka. Tak lupa mereka mendoakan saya dan
perjalanan saya pulang. Mereka pun memberi oleh-oleh kepada saya, berupa kopi, ikan
kering, dan rica untuk saya bawah.
19
yang ia minta. Akupun memberikan semua data tentang saya kepada dia dan ternyata itu
belum cukup. Akupun menelphone Diakon untuk menjelaskan langsung keberadaan saya, dan
akhirnya ketua stasipun mengerti. Namun, pada keesokan harinya aku kaget dia masih
mepertanyakan tentang saya. Aku merasa jengkel padanya.
Adapula saat ada program animasi APP di desa Panjo, saya dituduh oleh umat tidak
memberi info akan hal itu. Padahal di gereja dengan jelas saya umumkan. Saya hanya
tersenyum sambil bercanda dengan mereka akan tuduhan itu. Malahan aku minta maaf pada
mereka, dan menempatkan diriku yang bersalah karena tiding mengumumkan itu. Padahal
ada sebagin umat bilang kalau saya jelas mengumumkan itu. Tapi ya sudahlah mengalah
bukan berarti kalah.
Dari permasalahan yang saya hadapi dengan ketua stasi, saya mendapatkan nasehat
dari Pater Rektor saat evaluasi pertama dan nasehat Pater Rektor itu saya simpan sampai pada
saat ini. Pater Rektor berkata “berdamailah dengan keadaan, jangan menjustice mereka”.
Nasehat dari Pater Rektor ini ternyata sangat ampuh. Adapula nasehat yang diberikan Pastor
Paroki pada saya yakni “manfaatkan kesempatan yang bagus ini untuk menimba pengalaman
yang berharga bagi kamu, yang nantnya akan bermanfaat bagimu, panggilan dan bagi karya
pastoralmu kelak.” Hal ini saya lakukan juga, dan saya mendapat banyak pengalaman dari
memanfaatkan kesempatan belajar langsung saat BOM.
Setelah kembali dari evaluasi pertama aku mulai mempraktekan nasehat Pater Rektor
kepada saya, dan akhirnya saya berhasil berdamai dengan keadaan. Aku mulai mengunjungi
umat satu persatu, setelah memberitahukan identitas saya yang sebenarnya. Ternayata hal itu
membuat meraka sangat bahagia, karena saya memiliki perhatian kepada mereka. Walaupun
harus masuk keluar hutan untuk kunjungan umat, saya tidak mengeluh melainkan sangat
bahagia. Dan pada akhirnya kunjungan yang saya buat ini membuahkan hasil yang baik. Ada
bebepa umat yang menurut mereka sudah bertahun-tahun tak ke gereja, akhirnya kembali ke
gereja setelah kunjungan saya. Padahal saya tidak menasehati mereka, saya hanya datang
bekunjung biasa, dan bercerita biasa saja dengan mereka tentang pertanian. Namun, di balik
itu aku percaya Tuhan yang mengerakan hati mereka. Aku bersyukur karena bias menjadi
pembawa hal baik bagi mereka.
Pada saat 1 hari sebelum saya pulang saya dibuat mereka terkejut karena ternyata
mereka telah merancang secara diam-diam acara perpisahan untuk saya. Mereka patungan
untuk merancang acara tersebut. Umat dari hutan semua turun membawah ayam, bebek, ikan,
dan BARITO(bawang, rica, tomat), dan sisa rica kemudian saya bawah ke seminari. Pada hari
sabtu ini saya menerima banyak sembako dari mereka. Akhirnya terkumpul 7 ekor bebek, 5
20
ekor ayam, dan 1 ekor anjing, serta beberapa kilo babi hutan, untuk dipakai acara sebentar
malam. Aku merasa terharu akan hal ini. Aku berterima kasih sebanyak-banyaknya pada
mereka. Tapi mereka menjawab bukan frater yang mau berterima kasih, melaikan kami.
Karena selama ini frater selalu memperhatikan mereka.
Dari semua suka duka yang saya alami bersama mereka, saya berkesimpulkan bahwa
sebenarnya umat stasi Bancea ini mereka adalah orang baik, kalau kita benar-benar mengenal
mereka, dan memahami mereka. Mereka hanyalah umat yang butuh perhatian dan kasih
saying dari para petugas pastoral. Adapula dari hal ini saya sadar betapa panggilan saya ini,
karena melalui sayalah Tuhan mau menyapa umat-Nya.
21
I.11. Kata orang tentang Si BOLANG
Pada bagian ini saya akan menceritakan kembali apa yang dikatakan orang tentang
saya secara langgsung kepada saya. Hal ini saya akngat bukan untuk bermaksud
menyombongkan diri, tapi sebagai bahan refleksi bagi saya untuk melihat apa yang perlu
saya tambahkan dalam menjalani hidup panggilan ini.
Dari semua hal yang dikatakan orang tentang saya di atas, saya tak mau menjadi
orang yang sombong, melaikan hal ini membantu saya untuk mencari bagian mana belum
keluar dari saya, dana bagian mana yang harus ditambahkan dalam diri saya. Tentunya saya
belumlah sempurnya, tapi dari kata orang-orang tentang saya, saya berusaha mencari apa
22
yang menjadi kekuatan, dan kelemahan saya. Dari hal ini saya belajar untuk menjadi diri
sendiri, saya belajar menjadi orang yang bisa memberi senyuman bagi orang lain. Aku belajar
membagi berkat yang diberikan Tuhan kepada saya bagi orang lain. Saya belajar menjadi
orang yang dapat dipercaya oleh Tuhan untuk menggemabalakan umatnya, saya belajar
menjadi orang membawa suka cita Injil di tengah masyarakat dan umat, tetapi yang terutama
dari semua itu saya sadar bahwa saya dan teman-teman saya sangat dibutuhkan oleh Tuhan
bagi umatnya. Saya berefleksi menjadi orang yang dipanggi oleh Tuhan berarti menjadi
seseorang yang rela berkorban tenaga, fisik,dan waktu bagi semua untuk semua umat. Aku
sadar kerena hal inilah Yesus memangilku. Terkadang saya berfikir mengapa Yesus
memanggil saya orang yang kehidupannya sangat kacau? Namun jawaban akan hal itu
terjawab selama BOM ini, yakni Yesus memanggil saya karena Yesus membutuhkan sesuatu
yang ada dalam diri saya, dan tak ada pada orang lain,utuk dia pakai bagi umat-Nya.
“sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu itu.”
23
Panggilan Allah adalah suatu misteri yang tak dapat ditangkap oleh akal budi saya.
Tak dapat saya menebaknya. Bahkan seringkali panggilan Allah itu dirasa aneh dan unik.
Sesuatu yang tak mungkin bagi saya, mengingat kenyataan yang terjadi bahwa saya yang
terpanggil bukanlah dipanggil karena kesempurnaaan dan kemampuan dalam hal bakat dan
kepribadian tetapi dipanggil dari segala jenis ketidaksempurnaan sifat dan kepribadian.
Namun, Allah menyempurnakan mereka sehingga mampu menjadi alat-Nya dalam
melanjutkan karya Kristus sebagai pewarta cinta kasih di dunia ini.
Saya mengalami bahwa hidup panggilan sebagai seorangmtidaklah sesuatu yang
memberatkan, tetapi pilihan bebas dan membahagiakan. Karena dalam hidup panggilan
terbuka sejuta kesempatan untuk meningktkan kualitas kepribadian dan kemampuan.
Kesempatan untuk mengembangkan diri dan bakat yang dimiliki. Dalam hidup panggilan itu
juga menjadi lahan yang luas dalam menerapkan cinta kasih. Dan satu hal yang penting
adalah dalam hidup dalam panggilan adalah kesempatan untuk mengembangkan dan
membagikan kegemaran satu dengan yang lain karena perbedaaan kemampuan setiap pribadi.
Prinsip utama yang menurut saya harus dipegang oleh setiap orang yang tertarik dengan
panggilan hidup selibat adalah SIAP menjadi pelayan di kebun anggur-Nya. Dengan
demikian kaum selibat mampu berjiwa merdeka dalam mengembangkan sayap sebagai laskar
Kristus tanpa harus tertekan dan murung dalam karya pelayanan kepada Allah dan sesama
tetapi tetap mampu berjiwa merdeka menghidupi pilihan hidup agar mampu mengalami
sukacita injili.
Adapula saya merasa hidup saya sangat berarti bagi Tuhan, sehingga aku tidak akan
mensia-siakan panggilan suci ini. Sering saya bertindak dengan bodoh, yakni melakukan
tindakan dimana panggilan saya dapat berakhir. Sadar akan hal ini aku mulai berjuang agar
tidak bertindak bodoh. Tentunya kesadaran ini harus berujung pada pengaplikasian dalam
hidup saya selanjutnya, dalam proses untuk mencapi Imamt suci, bahkan setelah
memperolehnya juga, aku harus menjaga panggilan ini sekuat dan semampuku.
Selama masa BOM saya merasa panggilan saya mulai dimurnikan dengan mengalami
langsung kehidupan umat yang sangat kurang mendapatkan pelayanan, karena kurangnya
tenaga pastoral. Selama saya di sana saya hanya sekali saja mengikuti perayaan Ekaristi. Dari
kekurangan pelanyanan ini kepekaan saya terhadap kebutuhan umat semakin tinggi, dan
semakin membara. Semangat melayanipun semakin berapi-api dalam diri saya.
Aku berharap pada masa LIPAS nanti aku bisa kembali bertugas di sana, karena saya
ingin benar-benar mlayani mereka. Tenaga muda saya pasti sangat dibuthkan di sana.
Setidaknya dengan kehadiran saya di sana, saya mampu memberikan apa yang mereka
24
butuhkan dan rindukan selama ini, yakni KOMUNI KUDUS. Aku sangat berharap bisa
kembali ke Paroki Poso untuk membantu pelayanan di sana.
BAB II
25
Setidaknya saya mau menunjukan pada orang-orang muda bahwa kerja itu suci. Apapun
pekerjaanya yang penting adalah mensyukuri berkat Tuhan yang melimpah dalam hidup ini.
Selain itupula pemilihan pekerjaan ini alah sebuah tuntutan dari program BOM itu
sendiri. Namun dari tuntutan ini pastinya ada maksud dan tujaun, serta sasaran yang hendak
dicapai oleh pihak seminari agar berguna bagi kehidupan panggilan Frater nantinya.
26
II.3.2. Batraktor
Pada pekerjaan ini sarana yang dibutuhkan adalah traktor dan papan. Sedangkan
teknik yang dibutuhkan adalah bisa mengoprasikan traktor. Pertama traktor dihidupkan
dengan cara dislenger. Setelah Motor penggerak dihidupkan dan gas sudah diatur sedemikian
rupa, traktor dapat dijalankan dengan mengubah posisi tuas(handel) yang berfungsi untuk
menjalankan ke posisi on/ jalan (ditekan ke depan). Jika diperlukan, pengatur gas dapat
diatur kembali untuk memperoleh putaran yang sesuai. Untuk pemula seperti saya kecepatan
gas yang saya pakai saat itumungkin sekitar 20 Kmph.
Traktor dapat dibelokkan dengan cara menarik kopling. Tariklah kopling Kiri jika
ingin belok ke kiri, dan sebaliknya, tariklah kopling Kanan jika ingin belok ke kanan. Traktor
berbelok dengan cara menghentikan putaran salah satu roda. Harap diperhatikan:. Saat traktor
berbelok, salah satu roda traktor berfungsi sebagai pusat belokan dan roda yang lain tetap
berjalan sehingga traktor seolah-olah berputar dengan roda yang diam sebagai pusat putaran.
Saat traktor berbelok, pastikan posisi operator berada diluar radius stang, karena stang akan
berayun ke samping mengikuti putaran pembelokan traktor. Ayunan ke samping ini akan
membahayakan operator jika operator berada dalam radius stang. Untuk menghentikan
traktor, lepaskan handel sampai pada posisi paling belakang (posisi stop / berhenti). Traktor
juga akan berhenti sementara saat Clutch Handle Kanan dan Kiri ditarik bersama-sama.
Prosedur yang terakhir ini adalah prosedur untuk situasi khusus (dapat dilakukan namun tidak
disarankan). Harap diingat juga bahwa saat melepaskan tarikan kopling harus bersama-sama.
Jika pelepasan tarikan tidak bersama-sama maka traktor akan berbelok tidak terkendali. Cara
pengolahan lahan dengan traktor tangan tergantung dari kondisi dan bentuk lahan yang akan
diolah. Pada prinsipnya, operator traktor harus memperhatikan arah lemparan tanah dari luku.
Roda kanan traktor harus masuk ke dalam parit bekas bajakan sebelumnya (hal ini tidak
berlaku pada saat membelok), untuk memperoleh hasil bajakan yang sempurna. Ada dua cara
lintasan yang dapat dipakai yaitu: “Cara Belah” dan “Cara Keliling”. Untuk pola pengerjaan
lahan dengan cara belah, pengerjaan tepi dapat dilakukan dengan cara memasang bajak pada
lubang pen sebelah kiri. Untuk pola pengerjaan lahan dengan cara keliling, pengerjaan tepi
dapat dilakukan dengan cara memasang bajak pada lubang pen sebelah kanan.
Dalam pekerjaan ini saya punya pengalam nan unik dan membahayakan. Ternya kalau
kopling yang untuk membelok tetakan traktor akan berbelokk dengan dengan cepat dan kuat,
sehingga kalau tidak mengikuti cepat gerakan belok dari traktor maka bisa-bisa kita
terpelanting. Hal ini yang saya alami saat pertama kali memengang traktor. Saya terlempar ke
27
pematang sahaw waktu itu. Tanpa memperdulikan diri, saya berlari mengejar traktor yang
berjalan tanpa pengemudi. Dengan mata setengah terkena lumpur saya mengejar traktor, nanti
takut taraktornya menabrak. Setelah dapat traktornya saya hentikan dan sayapun cuci muka.
Di sis lain papa roby yang merupakan pembimbing saya tertawa terbahak-bahak
melihat aksi saya. Setelah beristirasahat, papa roby berkata pada saya kalo sudah begitu
biarkan saja traktornya nanti dia berhenti kalo menabrak pematang karena tidak bisa naik.
Dia berkata kalau dia dulu juga pernah mengalami hal yang sama dengan saya.
Adapula pengalaman menarik yang saya dapat saat membajak sawah yang dalam.
Setelah traktor dihidupkan oleh papa roby, saya mulai membajak. Setelah membajak bagian
yang tidak dalam saya mengarahkan traktor ke petakan sawah yang lain, dan saya tidak tahu
kalau sawah ini dalam. Saya mulai menarik gas traktor tapi tidak jalan. Pada waktu itu saya
sudah ditinggal papa roby karena sudah 2 hari bersama-sama, jadi dia bilang saya sudah bisa
ditinggalkan saat pergantian shift. Saya bingung mau bertanya pada siapa bagaimana agar
mengeluarkan traktor ini. Disaat saya mulai kecewa, gelisah, saya tak sengaja mengakat
tempat untuk berpegangan, dan akhirnya traktorpun berjalan. Dan akhirnya saya tahu kalau
sawah dalam traktor harus diangkat bagian belakangnya. Sayapun mulai tertawa cina sendiri.
Sampai pada giliran papa roby, saya sudah menyelesaikan satu petakan sawah itu. Papa
robypun beraksi dan saya beristirahat.
28
antara yang mencabut dan mengikat bibit, serta orang-orang yang membagikan bibit,
sehingga pkerjaan berjalan dengan lancar.
II.3.4. Batanam
Dalam pekerjaan menanam padi ini sarana yang dibutuhkan adalah bibit itu sendiri,
lahan, dan alat penggaris, dan tangan. Sedangkan teknik yang dibutuhkan adalah kecepatan
tangan untuk menacapkan padi. Cara kerjanya adalah pertama sawah yang telah dibajak dan
telah dipapan digaris dengan alat yang telah dibuat. Kemudian saya mulai menanam
mengikuti garis itu sambil berjalan mundut
Proses penanaman dilakukan setelah benih pada proses persemaian telah tumbuh daun
sempurna sebanyak tiga hingga empat helai. Jangka waktu dari persemaian ke bibit siap
tanam umumnya sekitar 12 hingga 14 hari saja. Jika sudah siap tanam, pindahkan bibit dari
lahan semai ke lahan tanam. Pemidahan dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak
tanaman. Penanaman dilakukan pada lubang-lubang tanam yang telah disiapkan. Khusus
untuk tanaman padi dalam satu lubang dapat ditanam dua bibit sekaligus. Penanaman
dilakukan dengan memasukkan bagian akar membentuk huruf L agar akar dapat tumbuh
dengan sempurna. Kedalaman bibit ditanam pun ditentukan berkisar pada rentang 1 cm
hingga 15 cm. Masa penanaman padi lebih baik dilakukan dua kali dalam setahun
berdasarkan masa penanamannya yang ideal.
Menanam padi kelihatan sangat mudah, dan tidak lama kalo kalau hanya
menancapkan begitu saja. Tapi pengalaman saya berkata kain. Untuk pemula seperti saya
hanya dapat menanam 4 garis dalam satu jalan dan membutuhkan waktu hamper 1 jam.
Dalam penanaman tidak semua bagian sawah ditanami, karena harus menyisakan bagian
untuk dijakan tempat berjalan. Pekerjaan ini sangat membosakan saya rasakan, karena lama
baru saya bisa menyelesaikan bagian saya. Menanam juga sangat menjengkelkan karena
harus menunduk terus di bawah sinar matahari. Tapi dari hal ini saya bisa belajar untuk sabar.
29
II.3.6. Baspoit rumput
Sarana yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah sprayer, dan racun rumput.
Sedangkan keterampilan yang dibutuhkan adalah campur obat rumput dan menyemprot itu
sendiri. Jujur untuk pekerjaan mencampur saya tidak melakukannya karena saya takut kalau
salah mencampur nantinya berakibat fatal. Cara kerjanya adalah buka keran saluran air
spareyer, lalu ayunkan naik turun tuas spreyer tersebut. Manfaat dari tuas itu adalah untuk
memompa air yang telah dicampur racun agar keluar. Kemudian mulailah hujani rumput
dengan air yang bercampur racun rumput tersebut.
II.3.7. Bapupuk
Pada pekerjaan kali ini sarana yang dibutuhkan adalah pupuk, dan ember. Proses
kerjanya adalah dengan menghambur pupuk secara merata disawah yang telah ditanami.
Sedangkan pemupukan yang saya lakukan ini adalah pemupukan tahap pertama. Dalam
bertani padi sawah ada 3 tahap pemupukan. Tahap pertama 1 minggu setelah penanman, dan
tahap kedua dan ketiga tiap 1 bulan sampai masa panen. Sedangkan pupuk yang kami pakai
untuk lahan 30 are adalah 2 sak pupuk. Dan 2 sak ini digunakan untuk satu kali produksi.
Keterampilan mencangkul
Keterampilan membajak pakai traktor
Keterampina bapapan
Metrampilan menanam
Ketrampilan memupuk
Ketelampilan menyabit
Keterampilan menyemprot rumput
Cangkul
Traktor beserta perlenkapannya
30
Papan yang telah dibuat untuk meratakan lumpur
Sprayer
Sabit
Racun rumput
Pupuk
Bibit
Lahan
Mesih perontok
Mesin giling
Lumbung untuk menyimpan padi
Lahan penjemuran
II.6. Perhituhangan Biaya Keluar dalam Satu Kali Panen Sesuai Lahan Pembimbing
N PENGELUARAN TOTAL BIAYA
O
1 BIAYA TRAKTOR R 390.000
P
2 BIAYA SEWA ORANG MENANAM R 900.000
P
3 BIAYA PUPUK SATU KALI PRODUSI R 270.000
P
4 BIAYA RACUN RUMPUT R 150.000
P
5 BIAYA SEWA ORANG BASABIT R 900.0000
P
6 TOTAL PENGELUARAN R 2.610.000
P
Keuntungan Bertani Sawah
Hasil rata-rata setiap kali panen 25 karung beras
Hasil penjualan 20 karung:
= 20 karung x 50 kg
=1000 kg
Hasil penjualan:
=1000 kg x 8000/ kg
= Rp. 8.000.000
31
Laba bersih:
=HASIL PENJUALAN-PENGELUARAN
= Rp. 8.000.000-2.610.000
= Rp. 5.390.000
32
kekuatan otot. Namun, kesulitan yang paling besar adalah terletak pada diri sendiri. Kesulitan
dalam diri ialah kemalasan, kemanjaan, dan banyak hal yang berbau kesenangan diri. Tapi
kali ini aku berusaha untuk melawan semua itu, dan aku berhasi mencapai semuanya. Tak ada
yang tak mungkin dalam suatu pekerjaan yang kita butuhkan hanyalah tekat yang kuat untuk
mengalahkan sebuah tantangan. Kesulitan yang aku rasakan saat menjalani profesi petani
sawah adalah dimana saya dan pembimbimbing saya harus berjuang menaklukan sinar
matahari yang panas. Keringat menetes tak dihiraukan demi kebutuhan hidup. Kesulitan
Dalam sauatu pekerjaan terdapat juga kemudaha-kemudahan. Dari kemudahan
mendapatkan alat kerja, kemudahan mendapatkan pekerjaan, bahkan kemudahan yang
didapat dari status yang disandang. Tapi dalam sebuah pekerjaan sebagai petani sawah tidak
terikat pada target, karena yang menargetkan itu adalah diri kita sendiri.
33
Dari bekerja sebagai petani sawah saya juga mambu menjadi orang yang tekun.
Dimana aku bekerja dengan tekun selam masa BOM ini. Bisa saja pada masa BOM ini, saya
tidak kerja. Atau saya hanya ingin bekerja sedikit saja. Tapi aku malah bekerja dengan tekun
bagaikan seorang yang mau menghidupi orang lain yang ada di rumah. Bekerja sebgai petani
sawah kalau tidak tekun lebih baik jangan. Karena pekerjaan ini dari segi rekreasi sangat
sedikit, dan lebih banyak hal yang monoton, dan membosankan. Namun pertanyaan mengapa
petani sawah tida berhenti jika itu membosankan. Jawabannya adalah tekun. Kalau kita tekun
pada suatu hal pasti hal itu akan menjadi sebuah kebiasaan bagi kita, maka rasa jenupun oasti
akan hilang.
Sabar! Yah ini salah satu emas yang aku dapat dari bekerja sebagai petani sawah.
Dimana setiap menit setiap detik kesabaran saya diuji, karena harus bekerja monoton,
sedangkan saya orangnya tidak suka yang monoton. Tapi, sesuatu yang monoto itu saya
beajar menjadi seorang yang sabar, dan ulet dalam mengahadapi situasi yang seperti ini. dan
banyak pelajaran yang bisa saya petik dari pekerjaan ini.
Aku belajar bahwa hidup itu tak selamanya indah. Kadang Tuhan mengijinkan aku
melalui derita,tetapi aku tahu, bahwa Ia tidak pernah meninggalkanku. Sebab itu aku
berusaha belajar untuk menikmati hidup ini dengan bersyukur. Aku belajar bahwa tidak
semua yang aku harapakan akan menjadi kenyataan. Kadang Tuhan membelokkan rencanaku.
Tetapi aku tahu Bahwa itu lebih baik dari apa yang aku rencanakan. Sebab itu aku berusaha
belajar untuk menerima semua itu dengan ikhlas. Aku belajar bahwa cobaan itu pasti datang
dalam hidupku. Aku tidak mungkin berkata,”tidak Ya ALLAH ” Karena aku tahu bahwa
semua itu tidak melampaui kekuatanku. Sebab itu aku berusaha belajar untuk
mengahadapinya dengan sabar. Aku Belajar Bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali
dan ditangisi. Karena semua rancanganNYA indah bagiku Karena itu Aku berusahabelajar.
SABAR, SYUKUR,dan IKHLAS dalam segala Perkara.
PENUTUP
“Emas Di Balik Lumpur” itulah ungkapan hati yang aku utarakan untuk
menggambarkan perjalanan hidup untuk mencari nilai-nilai kehidupan selama masa bualan
oritasi masyarakat. Bancea sebuah desa kecil nan sunyi, namun meberi saya banyak kenangan
dan banyak sekali pelajaran berharga bagi kehidupan panggilan saya. Banyak hala yang aku
dapat dari sana.
34
Saya merasa sangat bersyukur karena Tuhan memberkenankan saya untuk mengikuti
mega proyek seminari ini. Hidup untuk mengalami langsung kehidupan masyarakat pinggiran
ternya memberi saya banya Emas. Hal yang sedemikian berharga ini tak akan saya dapatkan
kalau hanya diam saja, melaikan turut ambil bagian dalam suka dan duka masyarakat
pinggiran.
Untuk hidup dalam masyarakat atau umat, hal yang paling penting yang saya
dapatkan adalah mendengarkan. Mendengarka mampu mengalahkan kata-kata bijak yang
kita berikan. Hal inilah yang saya dapat dari pentinggnya mendengarkan. Dengan
mendengarkan orang akan merasa bahwa kita peduli terhadap mereka. Dengan
mendengarkan saya membuat hati orang tenang dengan mendengarkan saya belajar sabar.
Dengan mendengarkan saya belajar untuk prihatin dengan keadaan orang lain. Dengan
mendengarkan saya belajar memberi nasehat bagi orang lain. Dengan mendengarkan saya
belajar memahami apa yang dibutuhkan orang lain. Dengan mendengarkan saya belajar
merasakan suka duka hidup seseorang. Initnnya banyak hal yang dapat saya tarik dari
mendengarkan orang lain.
35