Anda di halaman 1dari 8

ALIPERIDON

Indikasi:
Skizofrenia.

Peringatan:
penggunaan dihentikan jika terjadi sindrom neuroleptik malignan (hipertermia,
otot kaku, instabilitas otonomik, kesadaran yang berkurang, dan kenaikan kadar
fosfokinase kreatin serum, rabdomiolisis, dan gagal ginjal akut), jika
terjadi tardive dyskinesia (gerakan tanpa sadar dan ritmik, terutama pada lidah
dan/atau wajah), risiko meningkat pada pasien dengan riwayat penyakit parkinson
dan demensia dengan Lewy Bodies (DLB), gejala yang dapat dialami umumnya
rasa bingung, obtundation, sering jatuh karena ketidakstabilan postur fisik selain
gejala ekstrapiramidal, menyebabkan hiperglikemia, monitor kadar gula darah,
menyebabkan hipotensi ortostatik, hati-hati penggunaan pada pasien dengan
riwayat penyakit kardiovaskular (misal: gagal jantung, infark miokard atau
iskemia, abnormalitas konduksi), penyakit serebrovaskular, atau kondisi yang
menyebabkan pasien mengalami hipotensi (misal: dehidrasi, hipovolemia dan
pengobatan dengan obat antihipertensi), hati-hati penggunaan pada pasien dengan
riwayat kejang atau kondisi lain yang berpotensi menurunkan ambang kejang,
pada lansia dengan demensia, penggunaan paliperidon oral dapat menyebabkan
priapism, hati-hati pada kondisi yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh,
seperti menjalani aktivitas atau mengalami panas berlebih, penggunaan bersamaan
dengan antikolinergik, atau mengalami dehidrasi, menyebabkan efek antiemesis,
sehingga dapat menutupi gejala muntah pada kondisi overdosis akibat obat
tertentu atau dari kondisi seperti obstruksi intestinal, sindrom Reye, dan tumor
otak, riwayat penyakit kardiovaskular atau riwayat keluarga dengan perpanjangan
QT, dan jika diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat memperpanjang
interval QT, gangguan fungsi ginjal diperlukan penyesuaian dosis, palperidon
palmitat tidak boleh diberikan untuk mengendalikan gelisah atau psikotik parah,
peningkatan resiko pada serebrovaskular ±3 kali lipat pada penderita demensia
yang diberikan antipsikotik, risiko tromboemboli vena, kehamilan, menyusui.
Interaksi:
memberikan efek antagonis pada efek levodopa dan agonis dopamin lain,
kombinasi dengan obat yang bekerja secara sentral dan alkohol dapat
meningkatkan efek paliperidon pada sistem saraf pusat, meningkatkan efek
hipotensi ortostatik pada penggunaan bersamaan dengan obat lain yang memiliki
potensi tersebut, paliperidon merupakan metabolit aktif risperidon, hati-hati pada
penggunaan bersamaan keduanya.

Kontraindikasi:
Hipersensitif.

Efek Samping:
umum: infeksi saluran pernapasan atas, agitasi, insomnia, mimpi buruk, akatisia,
pusing, gangguan ekstrapiramidal, sakit kepala, somnolens/sedasi, hipertensi,
nyeri abdomen atas, konstipasi, diare, mulut kering, mual, muntah, sakit gigi,
nyeri, astenia, letih, nyeri pada tempat injeksi, peningkatan berat badan,
hiperprolaktinemia, penurunan/peningkatan nafsu makan, gelisah, bingung,
dizzines postural, drooling, disartria, diskinesia, distonia, sindrom malignan
neuroleptik, letargi, hipertonia, distoniaoromandibular, parkinson, hiperaktif
psikomotor, pingsan, oculogyric crisis, mata berputar, penglihatan kabur, vertigo,
bradikardi, bundle branch block, postural orthostatic tachycardia syndrome,
takikardi, hipotensi ortostatik, rasa tidak nyaman pada perut, hipersekresi saliva,
pruritus, ruam, amenore, disfungsi ereksi, galaktorea, ginekomastia, menstruasi
tidak teratur, disfungsi seksual, peningkatan kolesterol, peningkatan gula
darah; telah dilaporkan: reaksi anafilaktik, konvulsi grand mal,
tremor, atrioventricular block first degree, palpitasi, aritmia sinus, takikardi sinus,
hipotensi, iskemia, muscle rigidity, priapism, breast discharge, edema, EKG
abnormal.
Dosis:
injeksi intramuskular deltoid: dosis awal 150 mg hari pertama dan 100 mg dosis
kedua pada hari ke-8, dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan rentang 25
sampai 150 mg tergantung tolerabilitas individu, dosis pemeliharaan yang
direkomendasikan 75 mg, setelah dosis kedua, obat dapat diberikan melalui otot
deltoid maupun gluteal. Jika dosis terlewat (1 bulan – 6 minggu) dosis
sebelumnya harus diberikan sesegera mungkin, dilanjutkan dengan injeksi tiap
bulan. Jika dosis terlewat (> 6 minggu– 6 bulan) lanjutkan dengan dosis yangsama
dimana pasien stabil dengan aturan 1) injeksi intramuskular deltoid, dilanjutkan
dengan 2) dosis yang sama intramuskular deltoid satu minggu setelahnya, dan 3)
dilanjutkan dengan dosis bulanan melalui deltoid maupun gluteal, jika dosis
terlewat (> 6 bulan) pemberian dimulai kembali dengan dosis awal, lanjut usia
dengan fungsi ginjal normal (≥ 80 mL/menit) sama dengan dosis orang dewasa
dengan fungsi ginjal normal (lihat diatas), khasiat dan keamanan pada anak dan
remaja (< 18 tahun) belum diketahui pasti.
Gangguan fungsi ginjal: gangguan fungsi ginjal ringan (bersihan kreatinin ≥ 50
hingga < 80mL/menit): dosis awal 100 mg pada hari pertama dan 75 mg
seminggu setelahnya melalui intramuskular deltoid, dilanjutkan dengan dosis 50
mg tiap bulan dapat melalui intramuskular deltoid maupun gluteal, paliperidon
palmitat tidak dianjurkan untuk pasien gangguan fungsi ginjal sedang hingga
parah (bersihan kreatinin < 50mL/menit).
PERFENAZIN
Indikasi:
lihat pada dosis; antiemetik.

Peringatan:
lihat pada Klorpromazin; Tidak dianjurkan pada agitasi dan gelisah pada lansia.

Kontraindikasi:
lihat pada Klorpromazin.

Efek Samping:
lihat pada Klorpromazin. Koma, diskrasia darah, depresi sumsum tulang,
kerusakan hati berat. Dibanding dengan klorpromazin, efek sedasi kurang, gejala
ekstrapiramidal terutama distonia lebih sering, terutama pada dosis tinggi.

Dosis:
Skizofrenia dan psikosis lain, mania, penggunaan jangka pendek sebagai terapi
tambahan untuk ansietas berat, agitasi psikomotor, eksitasi dan perilaku kekerasan
atau impulsif berbahaya, dosis awal 4 mg, 3 kali sehari, dosis sesuaikan dengan
respons. Maksimal 24 mg/hari. LANSIA seperempat sampai setengah dosis
dewasa. ANAK di bawah 14 tahun tidak dianjurkan.

PIMOZID
Indikasi:
lihat pada Dosis.

Peringatan:
lihat keterangan di atas. Dianjurkan untuk pemeriksaan EKG sebelum pengobatan.
Direkomendasikan pula, pasien yang menggunakan obat ini sebaiknya memiliki
EKG tahunan (jika interval QT mengalami perpanjangan, pengobatan harus
ditinjau kembali dan pemutusan atau pengurangan dosis di bawah pengawasan
ketat). Pimozid tidak boleh diberikan dengan antipsikotik lainnya (termasuk
sediaan depot), antidepresan trisiklik atau obat lain yang memperpanjang interval
QT, seperti anti malaria tertentu, obat anti aritmia dan antihistamin tertentu dan
jangan diberikan dengan obat yang menyebabkan gangguan elektrolit (terutama
diuretik); hati-hati penggunaannya pada pasien dengan gangguan fungsi hati ;
penghentian obat secara bertahap; kehamilan (lihat Lampiran 4); pada pasien yang
mengendarai motor atau menjalankan mesin.

Interaksi:
Pimozid dapat mengganggu efek anti parkinson pada levodopa. Pimozid
dimetabolisme terutama melalui sistem enzim sitokrom P450 sub tipe 3A4 (CYP
3A4) dan lebih melalui sub tipe CYP 2D6. In vitro data menunjukkan bahwa
khususnya sistem enzim penghambat CYP3A4 yang kuat seperti antimikotik
azole, antiviral penghambat protease, antibiotik makrolid dan nefazodon dapat
menghambat metabolisme pimozid. Data in vitro menunjukkan bahwa kuinidin
mengurangi ketergantungan CYP2D6 pada metabolisme pimozid. Penyimpangan
kadar pimozid dapat meningkatkan resiko perpanjangan QT. Obat-obat yang
diketahui memperpanjang interval QT juga dikontraindikasikan. Contoh yang
termasuk anti aritmia tertentu; kelas I-A (kuinidin, disopiramid dan prokainamid)
dan kelas III (amitriptilin), tetrasiklik tertentu antidepresan (maprotilin), obat
antipsikotik tertentu lainnya (fenotiazin dan sertindol), antihistamin tertentu
(astemizol dan terfenadin), cisaprid, bepridil, halofantrin dan sparfloksasin.
Minuman jus buah anggur dengan pimozid juga dihindari.

Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas; riwayat menderita aritmia atau perpanjangan QT bawaan.

Efek Samping:
lihat keterangan di atas; mengantuk; dilaporkan aritmia serius; glikosuria dan
hiponatremia (jarang).

Dosis:
skizofrenia, dosis awal 2 mg per hari, dinaikkan sesuai dengan respons, bertahap
2-4 mg dengan interval tidak kurang dari 1 minggu; dosis lazim 2-20 mg sehari;
LANSIA: setengah dosis lazim awal. ANAK: tidak dianjurkan.Psikosis
hipokondria monosimtomatik, psikosis paranoid, dosis awal 4 mg per hari,
dinaikkan sesuai dengan respons, bertahap 2-4 mg dengan interval tidak kurang
dari 1 minggu. Maksimal 16 mg per hari. LANSIA: setengah dosis awal lazim.
ANAK: tidak dianjurkan Mania, hipomania, terapi tambahan jangka pendek untuk
eksitasi dan agitasi psikomotor, dosis awal 10 mg/hari sesuaikan dosis dengan
respons, dinaikan 24 mg dengan interval tidak kurang dari 1 minggu, maksimal 20
mg/hari. LANSIA : setengah dosis awal dewasa. ANAK: tidak dianjurkan.
PROKLORPERAZIN
Indikasi:
psikosis, psikoneurosis, tegang, agitasi. Lihat pada Dosis.

Peringatan:
lihat Klorpromazin; hindari pada anak (lihat antiemetik).

Kontraindikasi:
lihat Klorpromazin.

Efek Samping:
lihat Klorpromazin, kurang sedatif, efek ekstrapiramidal terutama distonia lebih
sering.

Dosis:
oral: skizofrenia dan psikosis lain, mania, proklorperazin maleat atau mesilat 12,5
mg, 2 kali sehari untuk 7 hari, sesuaikan dosis dengan interval mingguan sampai
dosis lazim 75-100 mg/hari sesuai respons. ANAK: tidak dianjurkan. Terapi
tambahan jangka pendek untuk ansietas berat, 15-20 mg/hari dosis terbagi,
maksimal 40 mg/hari. ANAK: tidak dianjurkan.

SULPIRID
Indikasi:
skizofrenia.

Peringatan:
lihat Klorpromazin hidroklorida.

Kontraindikasi:
lihat Klorpromazin hidroklorida.

Efek Samping:
lihat Klorpromazin hidroklorida, tapi kurang sedatif, tidak terkait dengan sakit
kuning atau reaksi kulit; porfiria, hindari pada menyusui, kurangi dosis (lebih baik
hindari) pada gangguan faal ginjal.

Dosis:
skizofrenia: 200-400 mg, 2 kali sehari, maksimal 800 mg/hari pada pasien dengan
predominan simtom negatif, 2,4 g/hari pada pasien dengan predominan simtom
positif. LANSIA dosis awal seperempat sampai setengah dosis dewasa. ANAK di
bawah 14 tahun tidak dianjurkan.

TIORIDAZIN
Indikasi:
lihat pada dosis.

Peringatan:
lihat Klorpromazin hidroklorida.

Kontraindikasi:
lihat Klorpromazin hidroklorida.

Efek Samping:
lihat Klorpromazin hidroklorida, kurang sedatif. Gejala ekstrapiramidal dan
hipotermi jarang terjadi, lebih sering menyebabkan hipotensi dan mungkin
meningkatkan risiko kardiotoksisitas dan perpanjangan interval QT. Retinopati
dengan pigmentasi jarang terjadi pada dosis tinggi. Dapat terjadi disfungsi
seksual, terutama ejakulasi retrograd; porfiria.

Dosis:
skizofrenia dan psikosis lain, mania: 150-600 mg/hari (dosis awal dalam dosis
terbagi) maksimal 800 mg/hari (hanya pasien rawat inap) sampai 4 minggu.
Terapi tambahan jangka pendek pada kasus agitasi psikomotor, eksitasi, perilaku
kekerasan atau impulsif berbahaya, 75-200 mg/hari. Terapi tambahan jangka
pendek pada ansietas berat, agitasi dan gelisah pada LANSIA : 30-100 mg/hari.
ANAK (hanya pada problem perilaku dan mental berat) 1-5 tahun: 1 mg/kg
bb/hari, 5-12 tahun : 75-150 mg/hari (pada kasus berat sampai 300 mg/hari).

TRIFLUOPERAZIN
Indikasi:
lihat pada dosis; antiemetik.

Peringatan:
lihat Klorpromazin hidroklorida; Hati-hati pada anak.

Interaksi:
Lampiran 1 (trifluoperazin).

Kontraindikasi:
lihat Klorpromazin hidroklorida.

Efek Samping:
lihat Klorpromazin hidroklorida, kurang sedatif. Lebih jarang terjadi hipotensi,
hipotermia, dan efek antimuskarinik. Gejala ekstrapiramidal, terutama reaksi
distonia dan akatisia lebih sering terjadi.

Dosis:
Oral: kurangi dosis awal pada LANSIA sampai setengahnya. Skizofrenia dan
psikosis lain, terapi tambahan jangka pendek pada agitasi psikomotor, eksitasi,
perilaku kekerasan atau impulsif berbahaya, dosis awal 5 mg 2 kali sehari,
naikkan 5 mg setelah 1 minggu, kemudian pada interval 3 hari, sesuai respons.
ANAK sampai 12 tahun, dosis awal sampai 5 mg/hari, dalam dosis terbagi,
sesuaikan dengan respons, umur dan berat badan. Terapi tambahan jangka pendek
pada ansietas berat 2-4 mg/hari, dalam dosis terbagi, naikkan bila perlu sampai 6
mg/hari. ANAK 3-5 tahun sampai 1mg/hari, 6-12 tahun sampai 4 mg/hari.

Anda mungkin juga menyukai