Anda di halaman 1dari 25

Prosedur-prosedur perawatan untuk pasien Fraktur

A.Prosedur pemasangan Infus

Cairan Infus

1. Pengertian
Pemberian cairan obat /makanan melalui pembuluh darah vena.
2. Persiapan
a. Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
b. Persiapan Alat
- Standar infus
- Ciran infus dan infus set sesuai kebutuhan
- Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
- Bidai / alas infus
- Perlak dan torniquet
- Plester dan gunting
- Bengkok
- Sarung tangan bersih
- Kassa seteril
- Kapas alkohol dalam tempatnya
- Bethadine dalam tempatnya

3. Pelaksanaan

1) Perawat cuci tangan


2) Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang sampiran.
3) Mengisis selang infuse
4) Membuka plastik infus set dengan benar
5) Tetap melindungi ujung selang seteril
6) Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus
mengarah keatas
7) Menggantung cairan infus di standar cairan infuse
8) Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan ( tapi jangan sampai
terendam )
9) Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
10) Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan
11) Cek adanya udara dalam selang
12) Pakai sarung tangan bersih bila perlu
13) Memilih posisi yang tepat untuk memasang infuse
14) Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan dipungsi
15) Memilih vena yang tepat dan benar
16) Memasang tourniquet
17) Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol dengan tekhnik
sirkuler atau dari atas ke bawah sekali hapus
18) Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan
19) Menusukan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dengan apa arah dari
arah samping
20) Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila ada
maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan
perlahan-lahan
21) Torniquet dicabut
22) Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan
cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
23) Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh area
penusukan untuk fiksasi
24) Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya dengan kassa seteril
kering
25) Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter / abocath
agar tidak tercabut
26) Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien
27) Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien
28) Perawat cuci tangan
29) Catat tindakan yang dilakukan

4. Evaluasi
- Perhatikan kelancaran infuse,

- Perhatikian juga respon klien terhadap pemberian tindakan

5. Dokumentasi

 Mencatat tindakan yang telah dilakukan waktu pelaksanaan, hasil tindakan,


 reaksi / respon klien terhadap pemasangan infus,
 cairan dan tetesan yang diberikan,
 nomor abocath,
 vena yang dipasang, dan
 perawat yang melakukan pada catatan keperawatan
B. Perawatan luka

1. Pengertian
Luka adalah Terputusnya Jaringan kulit, tulang, atau organ tubuh lain akibat benturan dan
berbagai tindak kekerasan.
Perawatan luka merupakan langkah penting yang menentukan tingkat kesembuhan luka.
Manfaat PerawatanLuka Mempertahankan kebersihan luka, mencegah infeksi
Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Mengurangi Pertumbuhan kuman, bakteri, dll
2. Bagian kulit terdiri dari :
1. Epidermis : paling atas dan tipis
2. Dermis : dalam dan tebal. Terdiri atas rambut, kelenjar, pemuluh darah, dan
saraf.
3. Subcutan
4. 4. Otot
3. Jenis-jenis luka :
1. LUKALuka Memar : disebabkan benda / pukulantumpulLuka
2. Lecet : Kulit terkelupas karena bendakeras dan kasar.
3. Luka Robek : Luka karena goresan bendatidak terlalu tajam.
4. Luka Iris : Luka karena irisan bendabertepi tajam
5. Luka Tusuk:luka karena tusukan bendaruncing
6. Luka Tembak :Luka karena peluru
7. Luka Bakar : akibat bendamenghasilkan panas spertiair, panas, listrik,zat
asam dan basakuat
8. Luka Gigitan : karena gigitan hewanrabies.

4. Jenis-jenis cairan pada luka


1. Cairan pada luka Cairan jernih (serosa) : berisi sel darah putih (jernih)
untuk melawan kuman, bakteri dll
2. Puluren : berwarna hijau, kuning (sel darah putih dan kuman, bakteri dll
3. Cairan merah gelap atau terang (sengauinosa) : menandakan perdarahan
segar.
4. Cairan jernih + sedikit darah terhadap insisi bedah (serosangunosa), berisi
sel darah merah.
5. Purosanguinosa (nanah+ darah), berisi sel darah putih, jaringan mati dll
5. Proses penyembuhanLuka
1. Fase Inflamasi : 2-5hari, perdarahan, penyempitan aliran darah.
2. Fase Proliferasi : 5hari-3 minggu, terbentukserat-serat putih, pembuluh
darah baru padadaerah luka.
3. Fase Maturasi/ remodelling : terbentukjaringan baru, hari ke 21, berakhir
1-2 tahun.
6. Persiapan Alat dan bahan
1) Set steril yang terdiri atas : Pembungkus Kapas atau kasa untuk membersihkan
luka Tempat untuk larutan Larutan anti septic 2 pasang pinset Gaas untuk
menutup luka.
2) Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf Gunting Kantong
tahan air untuk tempat balutan lama Plester atau alat pengaman balutan Bensin
untuk mengeluarkan bekas plester
3) Bahan untuk Membersihkan Luka :
4) Alkohol 70%Aqueous and tincture of chlorhexidine gluconate (Hibitane)Aqueous
and tincture of benzalkonium chloride (ZephiranCloride)Hydrogen
PeroxideNatrium Cloride 0.9%
5) Bahan untuk Menutup Luka :Verband dengan berbagai ukuranBahan untuk
mempertahankan balutan :Adhesive tapesBandages and binders
7. Cara Perawatan
1) Luka Cuci tangan Sebelum dan sesudah tindakan
2) Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang sampiran.
3) Kaji Karakteristik Luka Untuk Menentukan Seberapa Banyak Kassa dan balutan
yang dibutuhkan
1. Letak anatomi luka
2. Berapa lama sudah terjadi
3. Ukuran : lebar, panjang dan dalam
4. Warna dan penampakan luka dan jaringan sekitar
5. Tipe jaringan luka (granulasi, subcutan, otot, escar, nanah)
6. Ada tidaknya eksudat
7. Teraba panas, dingin, keras, lembut, dan observasi lainnya
8. Keluhan nyeri, gatal, tertarik
4) Masukkan kassa steril ke wadah yang di keringkan kemudian siram dengan NaCl.
Simpan kassa di pinggir luka tapi jangan menyentuh luka. Tekan pinggir luka untuk
mengeluarkan PUS / nanah.

5) Bila ada PUS usap dengan sekali usapan saja dengan kassa yang telah di beri
cairan NaCl teruskan sampai bersih dari atas sampai bawah. Setelah selesai
keringkan luka dengan kassa kering. Kompres luka dengan kassa yang telah diberi
NaCl.

Cat: Luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik tekan,
gosok pakai kassa steril dan

Luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu
disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang)
atau NaCl 0,9 %. Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika
terdapat infeksi, Pemilihan balutan : mencegah infeksi, menyerap cairan
berlebih

6) Plester luka di atas kassa steril

6) Bereskan alat-alat,cuci tangan dengan sabun sampai bersih.

8. Evaluasi
1. Letak anatomi luka
2. Berapa lama sudah terjadi
3. Ukuran : lebar, panjang dan dalam
4. Warna dan penampakan luka dan jaringan sekitar
5. Tipe jaringan luka (granulasi, subcutan, otot, escar, nanah)
6. Ada tidaknya eksudat
7. Teraba panas, dingin, keras, lembut, dan observasi lainnya
8. Keluhan nyeri, gatal, tertarik
9. Perhatikian juga respon klien terhadap pemberian tindakan

9. Dokumentasi

 Mencatat tindakan yang telah dilakukan waktu pelaksanaan, hasil tindakan,


 Reaksi / respon klien terhadap pemasangan infuse
 Daerah yang di rawat
 Perawat yang melakukan pada catatan keperawatan
C. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung Kemih

1. Definisi

 Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan


 Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
 Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang
berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
 Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam
kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.

2. Tujuan

 Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih


 Untuk pengumpulan spesimen urine
 Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
 Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

3. Sarana Dan Persiapan


A. Alat
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urobag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut

B. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %

C. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan
dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus
sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan
tujuan tindakan

D. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan
dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent
4. Penatalaksanaan

1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita
dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :

 Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak
lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar
kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis
dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol.
Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan
memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
 Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai
dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3
kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk
mempertahankan penampakan meatus urethra.

7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita
laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly
dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit.
8. 8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk
menarik nafas dalam.

 Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus
tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang
kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita
menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti
sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan.
Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan
kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3
cm.

 Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan
memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji
kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh
nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai
urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

9. Mengambil spesimen urine kalau perlu

10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada
label spesifikasi kateter yang dipakai

11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha

12.Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih

13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :

5.Dokumentasi

1) Mencatat tindakan yang telah dilakukan waktu pelaksanaan, hasil tindakan,


2) Reaksi / respon klien terhadap pemasangan infus,
3) Perawat yang melakukan pada catatan keperawatan
4) Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
5) Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
6) Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
D. Cara Memasang Slang Nasogastrik (Ngt)
1. Pemasangan Slang Nasogastrik (NGT)

Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke
dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan
sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.

2. Tujuan
1) Memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
2) memungkinkan evakuasi isi lambung
3) menghilangkan mual
3. Peralatan
1) Slang nasogastrik (ukuran 14-18 fr)
2) Pelumas/ jelly
3) Spuit berujung kateter 60 m
4) Stetoskop
5) lampu senter/ pen light
6) klem
7) Handuk kecil
8) Tissue
9) Spatel lidah
10) Sarung tangan dispossible
11) Plester
12) Nierbekken
13) Bak instrument

4. hasil yang diharapkan


1) Klien menambah berat badannya 1/2 sampai 1 kg per minggu
2) Klien tidak mempunyai keluhan mual atau muntah
5. Langkah Pelaksanaan
1) Cuci tangan dan atur peralatan
2) Jelaskan prosedur pada klien
3) Bantu klien untuk posisi semifowler
4) 4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi
kiri bila anda bertangan dominan kiri)
5) 5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu
lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain,
Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
6) Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan
klien
7) Gunakan sarung tangan
8) Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester. Ukur jarak
dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada
daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi
tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
9) Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang
paling bersih
10) Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala
dan leher lurus dan membuka mulut
11) Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien
untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
12) Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa
memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan,
tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong
klien untuk bernafas dalam
13) Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan
insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat
slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit
sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan
lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
14) Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1
inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung,
kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
15) Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan
untuk memfiksasi slang.

6. Evaluasi
1) Pengkajian harus berfokus pada:
2) Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
3) Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada
4) Riwayat masalah sinus atau nasal
5) Distensi abdomen, nyeri atau mual
7. Dokumentasi
1) Catat hal-hal berikut pada lembar dokumentasi:
2) Tanggal dan waktu insersi slang
3) Warna dan jumlah drainase
4) ukuran dan tipe slang
5) Toleransi klien terhadap prosedur
E. Teknik Membalut Luka
A. Jenis Pembalut / Perban
1.Perban segitiga (Mitella)
2.Perban pita (Zwachtel)
3.Plester

B.TujuanMembalut/Perban

1.Menutupi bagian yang cedera dari udara, cahaya, debu dan kuman.
2.Menopang yang cedera
3.Menahan dalam suatu sikap tertentu
4.Menekan
5.Menarik

C.Bahan Untuk Perban

Bahan yang diperlukan untuk membalut, antara lain salep, bubuk luka, plester, bahan
penyerap (kasa atau kapas), kertas tissue, bahan tidak mudah menyerap (kertas khusus,
kain taf, sutera), bahan elastis (spons, kapas).

D.Jenis – jenis Pembalutan

1.Perban segi tiga (Mitella)


Perban segi tiga dibuat dari kain belacu atau kain muslin, perbannya dibuat segitiga
sama kaki yang puncaknya bersudut 900 . Panjang dasar segitiga kira-kira 125 cm dan
kedua kakinya masing-masing 90 cm. Buatlah terlebih dahulu kain segi empat dengan
sisi 90 cm lalu lipat dua atau digunting pada garis diagnonalnya.

2. Balut segi tiga untuk kepala


Untuk luka kepala dapat dipakai perban segi tiga. Dasar segi tiga dilipat selebar 5 cm 2
kali. Letakkan bagian tengah lipatan itu diatas dahi. Bagian yang mengandung lipatan
diletakkan sebelah luar. Ujung puncak segi tiga ditarik ke belakang kepala sehingga
puncak kepala tertutup kain segi tiga. Kedua ujung lipatan tadi dililitkan ke belakang
kepala lalu kembali ke dahi dan dibuat simpul di dahi.

3.Balut segi tiga untuk bahu


Guntingan ujung puncak segitiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25 cm. Kedua
ujung yang baru dibuat dililitkan secara longgar ke leher, lalu diikat ke belakang.
Dasar segi tiga ditarik sehingga bagian bahu yang cedera tertutup. Lalu kedua ujung
dasar segi tiga dililitkan ke lengan dan diikat.

4.Balut segi tiga untuk dada


Gunting puncak segitiga tegak lurus pada dasarnya sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua
ujung puncak itu secara longgar dibelakang leher, sehingga dasar segi tiga berada di
depan dada. Lipatlah dasar segi tiga beberapa kali sesuai dengan kebutuhan lalu ujung
dasar tadi diikat di punggung.

5.Balut segi tiga untuk pantat


Gunting puncak segi tiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25 cm. Ikatlah kedua ujung
puncak itu melingkari paha yang cedera. Buatlah beberapa lipatan pada dasar segi tiga,
lalu kedua ujungnya diikatkan melingkar di pinggang.

6.Balut segi tiga untuk tangan


Bila seluruh telapak tangan akan dibalut, dapat dipakai perban segi tiga. Letakkan
dasar segitiga pada telapak tangan. Ujung puncak segitiga di lilitkan ke punggung
tangan, sehingga seluruh jari – jari tertutup, lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan
beberapa kali pada pergelangan tangan dan diikat. Bila segi tiga terlalu besar, buatlah
beberapa lipatan pada dasar segi tiga.

E.Cara Membuka Pembalut/Perban


Buka simpul perban, bila sulit, gunting saja. Tangan kanan memegang ujung perban.
Bukalah gulungan dengan memindahkan perban itu ke kiri, lalu kembali lagi ke kanan
dan ke kiri lagi. Begitu seterusnya sampai seluruh pembalut terlepas. Untuk membuka
perban kotor pergunakan 2 buah pinset. Bila perban itu telah kotor atau tidak ingin
dipakai lagi, lebih baik digunting dengan memakai gunting perban. Dengan demikian,
perban lebih cepat terlepas.

F.Jenis – Jenis Perban Menurut Bahannya

1. Perban kasa ibuat dari benang yang dianyam jarang – jarang, sering dipakai untuk
membalut pada anggota badan.

2. Perban planel :Kain berbulu dipakai sebagai perban penekan pada pertolongan pertama.

3. Perban kambrik:Terbuat dari benang kasar pemakaian-nya sama dengan kasa.

4. Perban trikot :Sering dipakai untuk membuat perban ransel.

5. Perban katun dan linen:Dipakai dalam keadaan darurat, sebagai pembalut, penekan dan
penarik

6. Perban elastis:Dipakai untuk balutan penekan pada keseleo atau salah urat (luksasio dan
sprain) atau untuk membalut anggota gerak yang telah diamputasi.

7. Perban cepat:Dipakai untuk pertolongan pertama pada kecelakaan, dalam peperangan


pada luka tembak atau patah terbuka.

8. Perban gips

G. Cara – cara Membalut

1. Cara – cara khusus membalut perban kepala

a.Verban kepala fasela galenika


Cara memakainya adalah sebagai berikut :
Letakkan kain persegi itu diatas kepala dengan kedua ujung mengarah ke masing –
masing telinga.
Ikatkanlah dengan peniti atau plester pita tengah dibawah dagu. Pita depan diikat ke
belakang kepala, sedangkan pita belakang diikat ke dahi.
b. Perban pita untuk membalut kepala dengan cara mempersatukan (Fascia Union).
Perban yang dipakai dapat yang berkepala satu maupun yang berkepala dua. Dipakai
untuk luka disamping kepala. Cara fascia union ini sangat merosot sehingga sekarang
tidak dipakai lagi.

c.Perban kepala cara Fascia sagitalis


Perban kepala cara sagitalis memakai pembalut berkepala tiga atau disebut juga perban
T. Perban ini dipakai untuk luka di kepala.
Mula – mula perban berkepala dua diletakkan pada dahi, lalu kedua ujung dililitkan ke
belakang kepala. Ujung tengah perban juga diletakkan ke belakang. Setelah dihimpit
dengan kedua ujung perban yang datang dari samping, kembalikan lagi ujung perban
tengah ke depan. Demikian pula kedua ujung samping dililitkan kembali ke depan
kepala sehingga mengimpit lagi ujung perban tengah. Demikianlah seterusnya sampai
semua perban terpakai.

d.Perban kepala dengan cara pita silang (Fascia nodosa)


Dengan memakai perban berkepala dua. Bila kedua ujung perban telah sampai diatas
salah satu telinga silangkanlah kedua perban itu lalu masing – masing ujung membalut
dahi dan belakang kepala. Setelah kedua ujung sampai diatas telinga yang lain, dibuat
pula silang, diatur menuju ke bawah dagu, bertemu kembali di atas telinga pertama, dan
seterusnya.

e.Perban penutup kepala (Fascia kapitalis atau mitra hippokrates)


Sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Dipakai sebagai perban penutup atau pelindung
luka kepala yang luas.
Satu orang berulang – ulang melingkarkan perban. Mulai dari dahi terus ke belakang
sambil menghimpit perban kedua yang diletakkan berulang – ulang di atas kepala oleh
orang kedua dari arah depan kepala ke belakang kepala. Balutan digeser sedikit demi
sedikit ke kiri dan ke kanan.

2. Cara – cara membalut mata

a. Membalut satu mata (Monokulus)


Dipakai untuk menutupi atau menekan luka pada mata dan sekitarnya. Buatlah
lingkaran perban di sekitar dahi dan belakang kepala beberapa kali. Lalu secara
berangsur-angsur dililitkan sedikit demi sedikit ke mata yang cedera dan belakang
kepala, sehingga seluruh mata tertutup.
Usahakan agar lapisan perban terbawah tidak menutup mata yang sehat

b. Membalut kedua mata (Binoukulus)


Cara ini dipakai untuk menutupi atau menekan mata, misalnya pada operasi katarak.
Caranya : Mulailah seperti membalut satu mata. Setelah melingkarkan lapisan perban
terakhir disekitar depan dan belakang kepala, teruskan dengan melingkari mata yang
lain dengan cara yang sama, tetapi dengan arah sebaliknya. Ujung perban terakhir
dilekatkan dengan sepotong plester.

3. Perban telinga cara koroner

Balutlah perban melingkar dahi dan belakang kepala beberapa kali, lalu berangsur –
angsur diarahkan ke arah telinga yang sakit. Lakukan balutan perban itu terus sampai
seluruh telinga tertutup. Usahakan lapisan perban terakhir berada di lingkaran dahi lalu
dilekatkan dengan plester.

4. Perban pada anggota gerak badan berbentuk bulat panjang


Untuk melakukan perban pada leher, lengan atas dan paha dapat dibalut dengan 2 cara
yaitu :
a. Membalut biasa (Dolobra currens)
b. Membalut pucuk rebung (Dolobra reversa)
Setiap kali membalut harus diperhatikan agar :
a. Perban saling menutupi lapis demi lapis.
b. Gulungan perban tidak boleh bergeser, walaupun saling bekerja.
c. Lilitkan perban harus cukup kencang.

5. Membalut persendian
Untuk membalut persendian dipakai :
a.Cara balut silang (Spica)
Cara balut silang pergelangan tangan
Mulailah dengan melilitkan perban beberapa kali pada pergelangan tangan, lalu
arahkan perban ke distal melilit punggung tangan dan telapak tangan. Masukkan
lilitan diantara ibu jari dan jari telunjuk, miring pada punggung tangan menuju
pergelangan tangan. Lilitkan satu kali lalu ulangi pekerjaan itu sambil menggeser
perban sedikit demi sedikit sehingga seluruh pergelangan tangan terbalut

b.Cara balut penyu (testudo)


Membalut sendi siku cara penyu keluar (Testudo cubiti Reversa)
1.)Bengkokkan sedikit siku yang akan dibalut.
2.)Balutkan perban beberapa kali pada pertengahan siku.
3.)Arahkan lilitan perban bergantian ke proksimal dan ke distal.
4.)Lanjutkan lilitan perban ke lengan atas dan ke lengan bawah berulang – ulang
sampai seluruh sendi siku terbalut.
5.)Ujung lilitan perban terakhir dilekatkan dengan plester.

6. Cara-cara Membalut kaki (Membalut seluruh kaki)

a.Misalkan kaki kiri ingin dibalut, mulailah perban dari bagian punggung kaki menuju ke
ujung jari – jari lalu ke telapak kaki. Peganglah dengan tangan kiri ujung perban yang
ada di punggung. Dengan tangan kanan lilitkan perban untuk menutup jari – jari kaki
dengan cara tadi. Bergantian ke lateral dan medial. Geserlah sedikit demi sedikit ke arah
tengah jari – jari sehingga seluruh jari terbalut. Di telapak kaki, arah balutan melintang,
sedangkan telapak kaki arahnya miring.

b.Kemudian lilitkan perban melintang punggung dan telapak kaki sehingga ujung – ujung
perban tadi terhimpit. Buatlah lilitan perban sebanyak 3 lilitan sambil menggeser ke arah
pergelangan kaki.

c.Sewaktu lilitan ke empat berada di punggung kaki, perban diarahkan di telapak kaki
sekitar tumit. Kemudian dililitkan ke pergelangan kaki, terus ke punggung kaki lagi.
d.Ulangi lagi balutan seperti tadi beberapa kali, sampai seluruh kaki terbalut. Akhiri
balutan pada pergelangan kaki.
H. Gips dan Pemasangannya.

Cara membuat gips spalk (Bidai gips)

 Bila terjadi patah proximal, maka panjang gips spalk adalah dari pangkal jari
sampai ke lengan atas kira – kira 2 jari dibawah lipatan ketiak.
Lengan harus ditekuk sampai 90 0 dengan telapak tangan agak diputar ke dalam
(supinasi). Pergelangan tangan lurus dengan tulang lengan bawah.

 Pada patah tulang tungkai bawah (Fraktur tibia dan fibula), gips spalk dan sirkuler
harus dipasang mulai ujung jari sampai 2 – 3 cm dibawah sendi paha. Posisi kaki
dan tungkai bawah dibuat sudut 900 sedangkan lutut agak ditekuk membuat sudut
kira – kira 1700.

 Pada patah tulang kaki dan tumit gips sirkuler dipasang mulai dari ujung jari
sampai kira – kira 2 – 3 cm dibawah sendi lutut saja. Setelah diketahui
panjangnya ukuran spalk, bukalah gulungan gips perban dan letakkan dimeja
sepanjang ukuran yang diinginkan. Untuk anggota gerak atas, cukup dibuat 6
lapis, sedangkan untuk tungkai dibuat 8 – 10 lapis.
 Setelah lapisan gips spalk selesai dibuat, basahkan lalu letakkan ke anggota gerak
yang akan di gips. Sebelum di gips anggota gerak harus di reposisi dengan kain
trikot atau kapas berlemak.
Setelah dipasang gips spalk, dibalut dengan perban kasa.

 Gips sirkuler
Bila melakukan balutan secara gips sirkuler, setelah tulang yang patah direposisi,
dilapisi dengan kapas berlemaj dan dipasang gips spalk langsung dibalut dengan
perban gips dengan cara balut biasa. Gips yang telah dibalut itu diratakan dengan
kedua telapak tangan agar perban gips melekat betul. Jari – jari tangan dan kaki
bila tidak patah jangan di gips.
 Bila dilakukan reposisi sanguinea, maka luka operasi ditutup dahulu dengan kasa
steril yang telah dioles dengan antiseptik. Kemudian dipasang gips sirkuler. Luka
operasi dibiarkan tertutup dengan gips, jahitan baru dilepas setelah gips dibuka.
Biasanya gips baru dibuka setelah terjadi kalus, untuk lengan memerlukan waktu
4 – 6 minggu, sedangkan untuk tungkai memerlukan 6 – 10 minggu. Makin muda
usia seseorang, makin cepat sembuhnya.
F. Prosedur Injeksi Intravena

1. Pengertian

Suatu kegiatan pelayanan perawatan dalam memberikan obat suntikan pada pasien
melalui intravena langsung (IV)

2.Persiapan

a. Persiapan Klien

- Cek perencanaan Keperawatan klien ( dosis, nama klien, obat, waktu pelaksanaan,
tempat injeksi )

- Kaji riwayat alergi dan siapkan klien

- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

b. Persiapan Alat

1) Spuit steril dengan obat injeksi pada tempatnya yang sudah disiapkan
2) Kapas alkohol 70 %
3) Alat tulis
4) Bengkok
5) Kartu obat dan etiket
6) Sarung tangan

3.Pelaksanaan

1) Perawat cuci tangan


2) Mengucapkan Salam dan Perkenalan diri pada pasien terus identifikasi klien (nama,
Umur, No.Medrec, Alamat)
3) Memberitahu tindakan yang akan dilakukan berupa injeksi Intravena langsung
4) Perawat mengunakan sarung tangan dan siapkan tangan kanan ato kiri yang akan
dilakukan injeksi pada klien
5) Lakukan bendungan vena ato stewing 5-8 cm diatas area yang akan disuntik dan
6) Bersihkan / desinfeksi lokasi injeksi dengan alkohol dengan tekhnik sirkuler atau dari
atas ke bawah sekali hapus
7) Membuang kapas alkohol kedalam bengkok
8) Memasukan jarum dengan sudut 15-30 kedalam vena yg dituju
9) Lakukan aspirasi
10) Jika benar masuk kedalam vena (keluar darah melalui spuit) maka masukan obat
secara perlahan – lahan
11) Mencabut jarum dan tutup bekas injeksi dengan kapas alkohol dan berikan plester
pada kapas tersebut supaya tidak ada darah yg keluar
12) Kemudian Alat-alat dibereskan dan awasi reaksi obat terhadap klien
13) Perawat cuci tangan
14) Catat tindakan yang dilakukan

4.. Evaluasi
- Perhatikan dosis obat, nama obat, nama klien dan perhatikan juga respon klien terhadap obat

5. Dokumentasi

 Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan,


reaksi / respon klien terhadap obat, perawat yang melakukan ) pada catatan
keperawatan

PUSTAKA

A.Aziz Alimun Hidayat dan Musrufatul Uliyah.(2011). Praktek kebutuhan dasar mc. Health
books pubikssing. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai