Anda di halaman 1dari 15

PERAWATAN LUKA KOTOR

Melakukan tindakan perawatan : mengganti balutan, membersihkan


PENGERTIAN
luka pada luka kotor
1. Mencegah infeksi
TUJUAN
2. Membantu penyembuhan luka
KEBIJAKAN Dilakukan pada luka kotor
PETUGAS Perawat
Bak Instrumen yang berisi:
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurgis
3. Gunting debridemand
4. Kasa steril
5. Kom: 3 buah
Peralatan lain terdiri dari: 
1. Sarung tangan
PERALATAN
2. Gunting plester
3. Plester/perekat
4. Alkohol 70 % / Wash bensin
5. Desinfektant
6. NaCl 0,9 %
7. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektan
8. Verband
9. Obat luka sesuai kebutuhan
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

B. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
3. Membuka peralatan
4. Memakai sarung tangan
PROSEDUR
5. Membasahi plester dengan alcohol/wash bensin dan buka
PELAKSANAA
menggunakan pinset
N
6. Membuka balutan lapis luar
7. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
8. Membuka balutan lapis dalam
9. Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
10. Melakukan debridement
11. Membersihkan luka dengan cairan NaCl
12. Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan kasa
13. Memasang plester atau verband
14. Merapikan pasien

B. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
(S.O.P) MELAKUKAN PERAWATAN LUKA : MENGGANTI BALUTAN
PENGERTIAN
Penggantian balutan untuk membantu proses penyembuhan luka.
TUJUAN
1.   Menghilangkan sekresi yang menumpuk dan jaringan mati pada luka insisi.
2.   Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka/insisi.
3.   Membantu proses penyembuhan luka
NO TINDAKAN
I PENGKAJIAN
1.   Mengkaji program/instruksi medik tentang prosedur rawat luka, jenis balutan, dan frekuensi ganti balut.
2.   Mengkaji jenis dan lokasi luka/insisi.
3.   Mengkaji tingkat nyeri klien dan kapan terakhir mendapat obat penghilang nyeri.
4.   Mengkaji riwayat alergi terhadap obat atau plester.
II INTERVENSI
A.   Persiapan Alat :
1.   Set ganti balut steril (pinset cirrurgis, pinset anatomis, kasa, dan lidi kapas).
2.   Kasa steril tambahan atau bantalan penutup (kalau perlu).
3.   Handscoen bersih dan handscoen steril.
4.   Handuk.
5.   Bethadine, alkohol 70%, kapas bulat, dan lidi kapas steril.
6.   Nierbeken/bengkok.
7.   Korentang steril.
8.   Kantong plastik tempat sampah.
9.   Baki instrumen/meja dorong dan perlak / pengalas.

B.  Persiapan Klien :
1.   Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
2.   Menjamin pemenuhan kebutuhan privacy klien.
3.   Mengatur ketinggian tempat tidur untuk memudahkan pekerjaan.
III IMPLEMENTASI
1.  Mencuci tangan.
2.  Menyiapkan dan mendekatkan peralatan.
a. Membuka set ganti balut.
b. Menambahkan kasa steril dan lidi kapas steril secukupnya kedalam set ganti balut.
3.  Memakai handscoen bersih.
4.  Meletakkan handuk menutup bagian tubuh privasi klien yang terbuka.
5.  Meletakkan perlak dibawah luka.
6.  Mengatur posisi yang nyaman dan tepat untuk perawatan luka.
7.  Membuka plester searah tumbuhnya rambut dan membuka balutan secara hati- hati, masukkan balutan
kotor kedalam kantong plastik yang sudah disediakan.
8.  Membuka handscoen bersih dan ganti dengan handscoen steril.
9.  Membersihkan sekitar luka dengan alkohol swab :
a. Membersihkan dari arah atas kebawah disetiap sisi luka dengan arah keluar menjauh dari luka (1
alkohol swab untuk 1 kali usapan).
b.Membersihkan sisi sebelah luka dari bagian atas ke bawah diikuti sisi sebelahnya dengan arah usapan
menjauh dari luka (1 alkohol swab untuk 1 kali usapan).
10.   Mengolesi luka dengan bethadine mulai dari tengah luka.
11.   Menutup luka dengan kasa steril, dan fiksasi dengan plester pada pinggiran kasa pembalut.
12.   Menuliskan tanggal dan waktu mengganti balutan pada plester dan tempelkan pada balutan.
13.   Merapihkan klien dan membereskan alat-alat.
14.   Melepaskan handscoen dan mencuci tangan.
IV EVALUASI
1.   Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama, dan sesudah prosedur.
2.   Mengevaluasi kebutuhan frekuensi ganti balut.
3.   Mengevaluasi adanya tanda-tanda alergi plester.
4.   Mengevaluasi adanya tanda-tanda infeksi dan adanya cairan luaka serta karakteristiknya.
V DOKUMENTASI
1.  Mencatat lokasi, jenis luka dan keadaan luka insisi.
2.  Mencatat keadaan luka sebelumnya.
3.  Mencatat cairan atau obat yang digunakan untuk merawat luka.
4.  Mencatat respon serta toleransi klien selama, dan sesudah prosedur.
VI SIKAP
1.  Sistematis.
2.  Hati-hati.
3.  Berkomunikasi.
4.  Mandiri.
5.  Teliti.
6.  Tanggap terhadap respon klien.
7.  Rapih.
8.  Menjaga privacy.
9.  Sopan.
Insisi Drainase Abses

Definisi
Abses adalah  pengumpulan eksudat purulen yang terjebak di dalam jaringan yang kemudian membentuk
rongga yang secara anatomis sebelumnya tidak ada dengan jaringan fibrotik disekitarnya sebagai respon
tubuh terhadap adanya infeksi.
Klinis
Terbentuk indurasi disertai reaksi inflamasi disekitarnya yang lama-kelamaan terbentuk masa kistik dengan
temperatur yang lebih hangat dibandingkan jaringan sehat. Pada palpasi akan didapatkan adanya fluktuasi sebagai
akibat banyaknya eksudat yang terbetuk.
Gejala sistemik yang terjadi bisa timbul  demam yang berulang.
Gejalanya bisa timbul:
1. adanya masa
2. nyeri
3. teraba hangat
4. pembengkakan
5. kemerahan
Jika masih ragu, lakukan aspirasi dengan spuit berjarum besar di daerah yang paling fluktuatif.

 
Pada pemeriksaan laboratorium bisa menunjukan penigkatan leukosit.

Terapi
Terapi utama adalah drainase  sebagai kontrol sumber infeksi (source control). Drainase dilakukan dengan
menginsisi bagian yang paling fluktuatif dan dinding yang paling tipis. Adakalanya terbetuk septa-septa dalam satu
abses sehingga diperlukan multiple insisi. Pemberian antibiotik idealnya adalah sesuai dengan tes kultur dan
resistensi, namun mengingat hasil kultur setidaknya membutuhkan waktu 3 hari, maka diberikan antibiotik broad
spectrum sesuai pola kuman penyebab terbanyak dan pola resistensi yang berbeda di setiap daerah.

Teknik Operasi
1. Tindakan a dan antiseptik, jika abses setelah pecah, maka mulai painting dari arah luar kedalam (bagian
yang kotor diusap terakhir).
2. Drepping
3. Anestesi dengan chlor ethyl topical(disemprot)
4. Siapkan kasa dan neerbeken untuk menampung eksudat
5. Insisi dengan pisau no 11, kemudian lebarkan dengan klem

6. Tekan sampai pus/eksudat minimal

7. Lakukan debridement jaringan nekrotik dengan kuret atau kasa.


8. Irigasi dengan NaCl 0,9 % sampai jernih
9. Bilas dengan H2O2
10. Cuci dengan antisetik povidon iodine (betadin), chlorhexidin (savlon) dll
11. Jika kemungkinan eksudat masih ada atau diperkirakan masih produktif sebaiknya dipasang drain (dengan
penroos drain atau potongan karet hand scoon steril)
12. Rawat sebagai luka terbuka (tidak dijahit)
SOP PERAWATAN LUKA BARU
Pengertian Memberikan tinadakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan tepat
Tujuan Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut
Kebijakan Seluruh perawat diijinklan melakukan penjahitan dan perawatan luka, tetapi tidak pada luka putus tendon
Prosedur PERSIAPAN ALAT :
Streril Bak instrumen bensi
1. Spurt irigasi 50 cc
2. Soft koteker / tobe feeding
3. Pinset anatomis
4. Pinset chirrugis
5. Gunting jaringan
6. Arteri klem
7. Knop sonde
8. Container untuk cairan irigasi
Korentang dengan tempatnya
Kassa dan depres dalam tromol Handschone / gloves steril Neerbeken (bengkok) Kom kecil/ sedang
Pembalut sesuai kebutuhan
1. Kasa
2. Kasa gulung
Topical terapi
1. Betadine sol
2. Sutratol
Cairan pencuci luka dan disinfektan
1. Cairan NS / RL hangat sesuai suhu tubuh 34 0 -37 0 C
2. Alkohol 70 %

Non Streril
1. Schort / gown
2. Perlak + alas perlak / underpad
3. Handschone / gloves bersih
4. Sketsel / tirai
5. Gunting verband
6. Neerbeken / bengkok
7. Plester (adhesive) atau hipafix micropone
8. Tas plastik kotoran / tempat sampah
9. Alat tulis
10. Form inform consern
11. Form UGD

PENATALAKSAAN :
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan kepada klien +inform concern
2. Meletakakan perlak + alas dibawah tubuh klien
3. Menempatkan bengkok dibawah luka untuk menopang cairan irigasi luka
4. Membantu mengatur posisi klien agar cairan irigasi dapat mengalir dari ujung atas ke ujung bawah luka
5. Membuka dan menempatkan tas plastik kotoran didekat area kerja
6. Mencuci tangan dengan sabun
7. Mengenakan schort / gown plastik
8. Bila plester kotor, mengenkan gloves non steril,menyemprotkan alkohol 70 % pada plester yang menempel
dikulit klien untuk melepaskannya.
9. Melepaskan / mengangkat pembalut kotor bila pembalut lengket pada luka, basahi dengan ns / rl steril sampai
balutan dapat dilepas dengan mudah
10. Membuang pembalut lama / kotor kedalam tas plastik, kemudian lepaskan gloves (bagian luar berada
didalam) dan buang kedalam tas plastik
11. Mengkaji jumlah , jenis dan bau cairan luka, observasi kondisi luka (warna dasar luka, ukur dalamnya goa
luka, jaringan nekrotik, granulasi dan epitel, kontraksi luka, kulit sekitar luka)
12. Menuangkan solution irigasi steril yang hangat kedalam kom steril ± 200 – 500 ml atau tergantung luas dan
kedalaman luka
13. Mengenakan hndschone steril
14. Menghisap solution irigasi RL/ NS hangat kedalam spuit 30 cc (sambungkan dengan soft koteler / baby
feeding tube bila dipakai mengirigasi luka berongga dalam)
15. Jika luka berongga dalam masukan soft kateler / baby feeding tube kedalam luka sampai menyentuh dasar
luka paling dalam
16. Menyemprotkan solution irigasi langsung kedalam luka secara perlatton. Jika luka tidak berongga,
semprotkan cairan irigasi dan pertahankan ujung spuit ± 2,5 cm diatas luka
17. Melakukan irigasi beberapa kali sampai cairan irigasi tampak bening dan bersih
18. Mengeringkan sekitar luka dengan betadine sampai radius 4-5 cm dari tepi luka
19. Menutup luka dengan pembalut / topical terapi :
20. Menutup luka dengan kasa (ketebalan kassa disesuiakan dengan kebutuhan) dan rekatkan denga plester
( adhesive dan hipafix/ micrope untuk memfiksasi
21. Meletakan pinset dan gunting dalam bengkok yang berisi cairan desinfektan
22. Melepaskan gloves dengan bagian luar , kemudian buang kedalam tas plastik
23. Membereskan peralatan dan memberikan kenyamanan bagi klien
24. Mencuci tangan
25. Mengecek pembalut dan area luka tiap shift, mencatat di chart tentang penggantian pembalut, penamilan luka
dan gambaran cairan luka

SPO Snake Bite


DEFINISI Suatu keadaan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan gigitan ular berbisa.
PERSIAPAN ALAT PERSIAPAN ALAT STERIL :       POLEY/BAKI BERISI ALAT NON STERIL :
& BAHAN 1. Pinset anatomi.                             11. Verban.
2. Pinset chirrurgis.                           12. Plester.
3. Gunting.                                         13. Gunting Balutan.        
4. Bengkok.                                        14. Bethadine dalam wadahnya.
5. Kom kecil.                                      15. Lidokain injeksi.
6. Kassa.                                            16. Tempat sampah.
7. Vacum penyedot.
8. Hand scoen
9. Spuit
10. NaCl
PROSEDUR 1.  Memberitahu pasien dan keluarga.
2.  Dokter / Perawat (operator) cuci tangan.
3.  Mengatur posisi (operator memakai hand scoen).
4.  Operator  membersihkan luka
5.  Buatlah sayatan silang ditempat gigitan sampai darah keluar (bila gigitan
terjadi < 30’).
6.  Darah disedot dengan alat penyedot (jangan pakai mulut).
7.  Suntikkan Serum Anti Bisa Ular (SABU) polivalen i.v dan sekitar luka (bila
tersedia).
8.  Untuk profilaksis dapat diberikan ATS atau Penisillin Procain 900.000 UI.
9.  Tutup luka dengan kasa steril.
10. Mencatat kegiatan dan hasil observasi.
11. Pasien dirapikan.
12.  Alat dibereskan dan dibersihkan.
13.  Operator cuci tangan.

Hal yang perlu diperhatikan :


·   Bila yg digigit anggota badan, ikat kuat dengan tali putar silang disebelah atas
luka sampai denyut nadi hampir tidak teraba. Ikatan dikendorkan setiap 15
menit selama 1 menit.
· Bila timbul gejala syok, lumpuh, dan sesak nafas, penderita segera dirujuk ke
RS.

Luka gigita yang paling sering dijumpai diantaranya


1. Ular (vulnus morsum serpentis)
2. Anjing (vulnus morsum canis)
3. Kucing  (vulnus morsum felis )
4. Monyet (vulnus morsum macacus)
5. Manusia (vulnus morsum sapiens)
6. Kalajengking (vulnus morsum)
Penanganan luka gigitan ular
Perhatikan perbedaan morfologi kemungkinan ular berbisa atau tidak pada gambar dibawah ini:

Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular.
Ular yang berbisa memiliki ciri- ciri :
a. Bentuk kepala segiempat panjang
b. Gigi taring kecil
c. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan

Sedangkan ciri-ciri ular tidak berbisa seperti :


a. Bentuk kepala segitiga
b. Dua gigi taring besar di rahang atas
c. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring

Penatalaksanaan pada gigitan ular


Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di lapangan dan
manajemen di rumah saki
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk  mempertahankan        pasien sampai
mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih
memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap
dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.Perawatan di lapangan yang
tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support.Tenangkan pasien untuk menghindari
hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).

b. Pertolongan Pertama :
1. Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan menginjeksikan
bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
2. Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara efektif.
Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan
daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3. Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat
penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa
menit setelah envenomasi.Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun
alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat
penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4. Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran darah jika
daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang
tergigit.
5. Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah
– jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi
membutuhkan intubasi.
6. Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit
kemungkinan berbisa.
7. Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke fasilitas
medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Jika berada di
wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan lama, pasang bidai
pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup
bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah.Periksa untuk memastikan jari
atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak
memperburuk rasa sakit.
8. Jika dipastikan digigit yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka lokal, dapat
dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan
untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus
sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang
terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan
mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah efek sistemik yang
mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika
gejala yang signifikan terdapat di sana.

c. Manajemen di Rumah Sakit


Pemasangan torniket dan insisi dan pengisapan tepat dikerjakanan dalam 1 jam pertama gigitan ular. Ular
memasukkan venom ke dalam jaringan subkutan yang akan diabsorbsi oleh kapiler dan limfatik. Torniket
dipasang longgar hanya untuk menghambat aliran vena dan limfatik. Torniket jangan dilepas selama 30
menit sampai pengisapan bisa ular dapat dilakukan. Torniket dilepas setelah terapi definitive dilakukan
dan pasien tidak dalam keadaan syok.

Tindakan yang dilakukan adalah:


1. Primary survey (ABCD)
2. Pasang torniquet
3. Insisi silang ditempat gigitan
4. Isap (jangan dihisap dengan mulut, usahakan dengan vacuum, atau suction atau spuit)
5. Cuci luka dengan diguyur NaCl 0,9 % sebanyak-banyaknya, dilanjutkan dengan H2O2 kemudian
povidon iodine dan terakhir  dengan NaCl 0.9 %
6. Pemberian serum anti bisa ular.
7. Antibiotik profilaksis
8. Anti tetanus (penggunaan tetanus toksoid dan atau  anti tetanus serum tergantung status
imunisasinya)
9. Analgetik.
10. Pemeriksaan darah lengkap  dan urin.
Rawat dahulu keadaan yang mengancam nyawa.Korban dengan kesulitan bernafas mungkin
membutuhkan endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas.Korban
dengan syok membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk mempertahankan aliran
darah ke organ-organ vital.
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi menengah dan
menimbulkan rasa pedih yang hebat.Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera
mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang
lebih lanjut pada mata.

Tingkatan berat ringannya gigitan ular dibagi menjadi 5 tingkatan sesuai dengan keadaan klinis
yaitu:
Grade Tanda dan gejala
0: Tanpa envenomation Satu atau lebih luka gigitan, nyeri minimal, edema di
sekitarnya <  1 inci dan eritema pada 12 jam, tidak ada
keterlibatan sistemik
I: Envenomasi minimal Tanda luka gigitan, nyeri moderate sampai berat, edema
di sekitar 1 - 5 inci dan eritema dalamn 12 jam pertama
setelah gigitan, tidak ada keterlibatan sistemik.
II: Envenomasi moderate Tanda luka gigitan, nyeri berat, ang marks; severe pain;
edema di sekitar 6 – 12 inci dan eritema dalam 12 jam
setelah gigitan, kemungkinan keterlibatan sistemik
termasuk nausea, vomitus, pusing, syok atau gejal
neurotoksik
III: Envenomasi berat Tanda luka gigitan, nyeri berat, edema di sekitarnya
lebih dari 12 inci dan eritema biasanya ada dan
termasuk petekie generalisata dan ekimosis.
IV: Envenomasi sangat Keterlibatan sistemik selalu ada dan gejal dapat
berat termasuk gagal ginjal, sedikit hematuri, koma dan
kematian, edema local dapat meluas melebihi
ekstremitas yang terlibat pada sisi tubuh ipsilateral.

PENANGANAN KEDARURATAN PADA KORBAN GIGITAN BINATANG LAUT

I.    Gigitan Ubur-ubur ( Jelly fish )


Cedera  timbul akibat sengatan  sel-sel penyengat  dari tentakel-tentakel (alat-alat penangkap) 
Tanda dan Gejala :
  Rasa panas danterbakar serta sedikit perdarahan pada kulit
  Mual
  Muntah
  Kejang otot
  Syok
  Kesulitan bernafas
Penanganan :
  Amankan diri dan lingkunagn sekitar
  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
  Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel-tentakel dengan handuk basah
  Cuci luka dengan larutan amoniak atau alkohol 70%
  Bawa segera ke rumah sakit

II.Gigitan Gurita ( Blue Ringewd Octopus )


Gigitan gurita sangat beracun dan seringkali menimbulkan kematian.
Tanda dan Gejala :
  Kegagalan nafas secara progesif terjadi dalam 10 -15 menit
  Luka bekas gigitan kecil , tidak terasa nyeri yang mungkin berwarna merah dan benjolan ( tampak
seperti melepuh berisi darah )
  Kehilangan rasa raba dimulai sekitar mulut dan leher
  Mual,muntah
  Kesulitan menelan
  Kesulitan bernafas
  Gangguan penglihatan
  Inkoordinasi
  Kelumpuhan otot
  Pernafasan berhenti
  Denyut nadi berhenti
  Dapat diikuti kematian

Penanganan :
  Amankan diri dan lingkunagn sekitar
  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
  Tenangkan penderita
  Cuci luka dengan air hangat
  Lakukan pressure imobilisasi  pada bagian yang cedera
  Monitor tanda-tanda vital
  Lakukan RJP bila diperlukan
  Bawa segera ke rumah sakit

III. Gigitan Trigonid ( Duri Babi )


Biasanya terdapat diperairan laut dangkal.Penderita terkena sengatan trigonid karena menginjak atau
bersentuhan dengan bagian tubuh binatang tersebut .

Tanda dan Gejala :


  Timbul nyeri dalam 90 menit
  Rasa panas di daerah gigitan
  Pusing  terkadang sampai pingsan

Penanganan :
  Amankan diri dan lingkungan sekitar
  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
  Tenangkan penderita
  Cabut duri babi yang menusuk
  Rendam bagian yang tergigit dalam air hangat
  Cuci luka dan imobilisasi daerah luka

IV. Gigitan ikan pari ( Sting Ray )


Hewan ini menyuntikan racunnya dengan menusukkan duri-durinya / jarum – jarumnya
Tanda dan Gejala :
  Pembengkakan
  Mual,muntah dan diare
  Kejang – kejang bahkan terkadang disertai kelumpuhan otot - otot               

Penanganan :
  Amankan diri dan lingkungan sekitar
  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
  Bersihkan luka dengan sabun dan air hangat selama 30-60 menit ( efektif untuk me-non aktifkan
racun yang tidak tahan panas
  Bawa segera ke Rumah Sakit
PENANGANAN KEDARURATAN PADA KORBAN
GIGITAN BINATANG DARAT

I. Gigitan Anjing ,Kucing ,Kera ,dll


Gigitan dapat menyebabkan luka memar yang hebat dan infeksi disertai robekan dari jaringan.

 Tanda dan Gejala :


  Sakit kepala
  Demam
  Kejang – kejang
  Kemungkinan rabies
Penanganan :
  Amankan diri dan lingkungan sekitar
  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
  Cuci luka dengan air mengalir dan  sabun atau larutan deterjen
  Imobilisasikan bagian yang digigit
  Berikan SAR ( Serum Anti Rabies ) jika ada
  Lakukan penangkapan binatang yang menggigit untuk identifikasi
  Bawa segera ke Rumah Sakit

Tindakan terpenting adalah pembersihan luka


Jika  penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan
immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.
Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan
rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28.
Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka
gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).

II. Gigitan Antropoda ( Laba-laba ,Tawon,Kelabang ,kala ) dan Serangga


Gigitan binatang golongan ini , walaupun tidak selalu membahayakan jiwa , tetapi dapat
menimbulkan reaksi alergi yang parah dan terkadang dapat berakibat fatal.
Cedera didapat akibat dari gigitan , pagutan , sengatan , atau mungkin atau hanya sentuhan
binatang atau bagian tubuhnya.
 Tanda dan Gejala :
  Bengkak dan kemerahan disekitar gigitan
  Gatal – gatal
  Nyeri dan terasa panas
  Demam , menggigil kadang disertai sulit tidur
  Dapat terjadi syok
Penanganan :
  Amankan diri dan lingkungan sekitar
  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
  Tenangkan penderita
  Ambil sengatnya jika nampak  ( hati-hati jangan sampai menekan kantung bisa )
  Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptic
  Kompres dingin ( kompres es )
  Imobilisasikan daerah yang tergigit
  Berikan analgetik
  Bawa segera ke Rumah Sakit

SOP MENGGANTI BALUTAN BASAH DENGAN BALUTAN KERING

Kompetensi                 : Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan 


                                          pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sub kompetensi           : perawatan Luka
Pengertian                    : membersihkan luka, mengobati luka, dan menutup kembali luka dengan  
                                          tehnik steril
Tujuan                         : Untuk membersihkan luka
                                          Mencegah masuknya kuman dan kotoran kedalam luka
                                          Memberikan pengobatan pada luka
                                          Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien
                                          Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka
Indikasi                        : luka baru maupun luka lama, luka post operasi, luka bersih, luka kotor

PROSEDUR MENGGANTI BALUTAN KERING


A. Tahap pre interaksi
·   Membaca catatan perawat untuk rencana perawatan luka
·   Mencuci tangan
·   Menyiapkan alat :
Ø  Seperangkat set perawatan luka steril
1. Sarung tangan steril
2. Pinset 3 ( 2 anatomis, 1 sirurgis )
3. Gunting ( menyesuaikan kondisi luka )
4. Balutan kassa dan kassa steril
5. Kom untuk larutan antiseptic/larutan pembersih
6. Salp antiseptic  ( bila diperlukan )
7. Depress
8. Lidi kapas
Ø  Larutan pembersih yang diresepkan ( garam fisiologis, betadin, …)
Ø  Gunting perban / plester
Ø  Sarung tangan sekali pakai
Ø  Plester, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
Ø  Bengkok
Ø  Perlak pengalas
Ø  Kantong untuk sampah
Ø  Korentang steril
Ø  Alcohol 70%
Ø  Troli / meja dorong

B.Tahap orientasi
·   Memberikan salam, memanggil klien dengan namanya
·   Menjelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien / keluarga

C.Tahap kerja
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya  sebelum kegiatan dimulai
2. Susun semua peralatan yang diperlukan ditroly dekat  pasien (jngn membuka peralatan steril dulu)
3. Letakkan bengkok di dekat pasien
4. Jaga privacy pasien, dengan menutup tirai yang ada di sekkitar pasien,  serta pintu dan jendela
5. Mengatur posisi klien, instruksikan pada klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan
steril
6. Mencuci tangan secara seksama
7. Pasang perlak pengalas
8. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan atau balutan dengan
pinset
9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar pada kulit
dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat plester pada kulit, bersihkan dengan kapas
alcohol
10. Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan, pertahankan permukaan kotor  jauh dari
penglihatan klien
11. Jika balutan lengket  pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril / NaCl
12. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
13. Buang balutan kotor pada bengkok
14. Lepas sarung tangan dan buang pada bengkok
15. Buka bak instrument  steril
16. Siapkan larutan yang akan digunakan
17. Kenakan sarung tangan steril
18. Inspeksi luka
19. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau larutan garam fisiologis
20. Pegang kassa yang dibasahi larutan tersebut dengan pinset steril
21. Gunakan satu kassa untuk satu kali usapan
22. Bersihkan dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi
23. Gerakan dengan tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka
24. Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi. Usap dengan cara seperti di atas
25. Berikan salp antiseptic bila dipesankan / diresepkan, gunakan tehnik seperti langkah pembersihan
26. Pasang kassa steril kering pada insisi atau luka
27. Gunakan plester di atas balutan,fiksasi dengan ikatan atau balutan
28. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempatnya
29. Bantu klien pada posisi yang nyaman

D.Tahap terminasi
·         Mengevaluasi perasaan klien
·         Menyimpulkan hasil kegiatan
·         Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
·         Mengakhiri kegiatan
·         Mencuci dan membereskan alat
·         Mencuci tangan

E.Dokumentasi
·         Mencatat tanggal dan jam perawatan luka
·         Mencatat Kondisi luka
LUKA

Definisi 
Kerusakan/ terputusnya kontinuitas dari suatu jaringan

Macam – macam Luka


- Luka lecet
- Luka memar
- Luka iris
- Luka robek
- Luka tusuk
- Luka tembak

Dasar Pertolongan
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah kerusakan jaringan lebih parah 
4. Mempergunakan cara – cara pertolongan agar penyembuhan lebih cepat

A. Luka Lecet
Terkelupasnya permukaan kulit akibat pergesekan dengan benda keras dan kasar
Tindakan
o Bersihkan dengan air atau obat anti septik
o Tutup luka 
o Bila luas beri Antibiotika, Anti Tetanus Serum (ATS) (Dokter/Rumah Sakit)
B. Luka Memar
Kerusakan jaringan di bawah kulit akibat pukulan benda tumpul, tanpa kerusakan yang berarti di
permukaan kulit
Tanda : membiru dan membengkak

Tindakan
o Kompres dengan air dingin/es
o Bila bengkak beri zalf lasonil/ trombopob

C. Luka Iris
Luka yang ditimbulkan oleh irisan benda yang bertepi tajam
Tanda :
o Bentuk luka memanjang
o Tepi luka merupakan garis lurus
o Jaringan sekitar luka tidak rusak
Tindakan
o Bersihkan luka dengan air/ antiseptik
o Pada luka iris yang pendek dan dangkal, tempelkan plaster (plaster kupu – kupu)

D. Luka Robek
Luka yang ditimbulkan oleh goresan benda yang tidak terlalu tajam
Tanda 
o Tepi luka tidak teratur
o Jaringan sekitar luka rusak
o Tindakan pada umumnya memerlukan jahitan (Dokter/Rumah Sakit)
Pertolongan 
o Bersihkan sekitar luka dengan cairan anti septik
o Bersihkan bagian dalam luka dengan H2O2
o Tutup luka dengan sufratule dan kasa steril, bila tidak ada cukup tutup dengan kain yang bersih 
o Balut yang agak menekan 
o Berikan antibiotik, ATS (Dokter/Rumah Sakit)

E. Luka Tusuk
Luka yang ditimbulkan oleh tusukan benda berujung runcing
Tanda 
o Mulut luka lebih sempit daripada dalamnya
o Tepi luka ikut terdorong kedalam luka
Bahaya infeksi dan tetanus lebih besar
Letak luka harus diperhatikan, misalnya : di daerah jantung akan menimbulkan kematian lebih cepat.

1. Luka tusuk di Dada


Bila tidak mengenai jantung dapat menembus hingga paru – paru sehingga menimbulkan perdarahan
dalam rongga paru – paru dan udara masuk ke dalam rongga paru – paru sehingga paru – paru pada sisi
yang sakit akan mengempis
Tanda 
Kesakitan waktu bernafas
Mendadak sesak
Gerakan iga di sisi yang luka berkurang
Tindakan 
Tutup luka dengan kasa steril yang dibasahi cairan steril
Balut luka dengan plester (kedap udara)
Bersihkan saluran pernafasan
Beri obat pengurang rasa sakit
Bawa ke RS terdeka

2. Luka Tusuk di Perut


Tindakan
 Bersihkan sekitar luka dengan antiseptic
 Tutup luka dengan kasa steril yang agak tebal dan sudah dibasahi cairan steril
 Balut yang menekan
 Bila usus terlihat keluar jangan dimasukkan
 Bila pisau belum tercabut biarkan saja segera bawa ke RS

3.Luka Tusuk di Anggota Badan


Tindakan
 Bersihkan luka dengan antiseptic
 Bila luka dalam bersihkan dengan H2O2
 Tutup luka dengan kasa steril
 Balut yang menekan
 Beri antibiotik, ATS (Dokter/Rumah Sakit)

B. Luka Tembak
Bentuknya antara luka tusuk dengan luka robek. Pada luka tembak ini harus dicari tempat keluarnya
peluru. Bila tidak ditemukan kemungkinan peluru tertinggal di dalam tubuh.
Pada pinggir luka tempat peluru masuk sering terdapat jeluga biru panasnya peluru
Tindakan 
o Bersihkan sekitar luka 
o Tutup luka 
o Kirim RS
Pada setiap luka yang sudah terinfeksi akan timbul peradangan yang disusul pernanahan.

Tindakan pada luka infeksi


o Bersihkan luka dan sekitarnya dengan antiseptik
o Keluarkan kotoran/ pus dalam luka dengan cara menekan dari pinggir luka kearah tengah
o Setelah kotoran terkumpul dibagian tengah luka bersihkan daerah luka dengan antiseptik dan H202
o Berikan kompres Revanol 5x sehari
o Bila luka sudah agak mengering berikan zalf antibiotik
o Sebaiknya diberikan obat : anti biotik dan pengurang rasa sakit
Indikasi suntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
o Luka – luka yang luas
o Luka di leher dan muka
o Luka tusuk dan gigitan binatang yang cukup dalam
o Ada gejala – gejala terkena tetanus
o Luka yang terlambat mendapat perawatan
o Luka tembak yang sudah disertai jaringan mati.

Anda mungkin juga menyukai