Peter Blauner - The Devils DNA PDF
Peter Blauner - The Devils DNA PDF
info/
PROLOG
TAK LAMA setelah melewati pintu gerbang besi dan keluar menuju
halaman hijau alam pedesaan Pemakaman Cricklewood, Francis X.
Loughlin mendapati ketenangan sore pertengahan Oktober itu
dikoyak oleh derak dan rintihan alat pengeruk yang bekerja.
Ia menoleh ke sekeliling, berusaha mencari tahu di mana mereka
menggali. Kini tak ada apa-apa lagi di tempat benda itu sebelumnya
berada. Sebuah debam logam keras lain membuat sekelompok angsa
terbang tinggi di atas makam besar di sisi Kolam Cypress. Ia
mengawasi burung-burung itu menghilang dari jarak pandangnya,
tepat sebelum ia memperkirakan, satu lagi pertanda terganggunya
keserasian alam.
Dua puluh tahun.
Ia mengambil sisi sebelah kiri malaikat granit pertama dan
mengikuti suara mesin- mesin di Hemlock Avenue, melewati kebun
jambangan berpayung rimbunan daun, rangka kayu peti mati, dan
peti-peti mati di atas tanah, tempat orang-orang terkemuka
beristirahat tak jauh dari para kuli pelabuhan, biarawati bersebelahan
dengan atlet-atlet bintang baseball, Putri India di sebelah Raja
Glamor, yang Wafat Alamiah berdampingan dengan mereka yang
Mati Mendadak.
Akankah pekerjaannya bertambah mudah jika mereka bisa bicara
tentang saat-saat terakhir mereka? Ataukah hiruk-pikuk dan
kebingungannya akan terasa terlalu berat? Apa yang terjadi? Hanya
begini sajakah? Nomor telepon polisi hanya lelucon. Aku
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
BAGIAN 1
DI SEBUAH KAMAR SEMPIT
1983
semua orang." Ia mendorong kartu itu. "Tidak apa-apa. Kau tak perlu
menuliskan nama lengkapmu. Cukup inisialmu."
Berusaha menjernihkan mata dengan punggung tangan, Julian
mencoret-coret di samping tanda peringatan itu, senang melakukan
sesuatu yang tampak dewasa dan penting.
"Tampaknya kau cukup baik dalam mengurus dirimu sendiri,"
kata Francis, menarik perhatian anak itu kembali, khawatir kalau-
kalau Julian mulai membaca peringatan itu dengan saksama.
"Mestinya kau bertemu denganku saat aku seumur denganmu. Aku
betul-betul kacau. Ujung kemeja selalu keluar. Rambut tak pernah
kusisir. Sepatu selalu lepas-lepas." Ia tertawa kecil mengingat-ingat.
"Kau pernah melakukan hal itu, ketika mesti menuliskan namamu di
kaus dengan spidol hitam karena tak ada orang lain untuk
membantumu menjahitkan label?"
"Kadang, tapi aku masih punya papi untuk mengurusku. Kami
saling mengurus satu sama lain."
Francis mengangguk, mengerti. Duda itu dan anaknya tinggal
bersama di basement apartemen tersebut. Anak itu selalu
membawakan kotak peralatan ayahnya, dan mencoba-coba kunci
inggris atau tang sebelum waktunya.
Ia menaruh kartu Miranda kembali ke saku, misi tercapai. "Nah,
Julian. Kau sedang bekerja di apartemen Allison di malam
sebelum..."
"Hoo- lian."
"Ha?"
Anak lelaki itu tampak malu. "Orang tuaku memanggilku Joo-
lian, bukan Julio, karena mereka tak ingin aku terdengar seperti
anak-anak Puerto Rico lain di daerah kami. Tapi kemudian aku
mulai diolok-olok di sekolah, Jadi ayah mulai memanggilku Hoolian,
sang Hooligan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kau seorang anak yang penuh rasa ingin tahu, yang senang main-
main ke sana kapan saja, memperbaiki sesuatu dan menemaninya.
Kau adalah bantal tempatnya tertidur. Kau nyaman."
Hoolian mengerjap, seakan dirinya ditampar. O, ya. Francis
meneruskan langkahnya. Kau masuk perangkapku, Nak.
"Seolah-olah ia tak tahu betapa ia menginginkanmu."
"Tidak seperti itu." Hoolian menggeleng, bulu matanya
mengerdip- ngerdip gugup. "Ia punya pacar."
"O, ya? Siapa namanya? Apakah kau pernah bertemu
dengannya?"
"Tidak..."
Francis maju beberapa sentimeter. Ia telah menghabiskan dua
belas jam sebelumnya untuk memastikan bahwa Allison tak
memiliki pacar tetap sejak tahun terakhir kuliahnya di Amherst. Dan,
orang itu, mahasiswa kedokteran penyuka Frisbee bernama Doug
Wexler, sedang berada di Guatemala saat ini, menjalankan program
vaksinasi anak bersama dua suster Maryknoll.
"Lalu, apa yang terjadi?" tanya Francis. "Kalian bertengkar
karena ia mengetahui bahwa kau mengambil album fotonya?"
"Tidak, ia tidak tahu tentang itu," ujar Hoolian terlalu cepat, lalu
menyadari apa yang baru saja diakuinya. "Aku bermaksud
mengembalikannya. Aku hanya ingin melihat keluarganya seperti
apa."
"Lalu apa yang akan kau lakukan, menggunakan kuncimu sendiri
untuk masuk ke apartemennya saat ia sedang pergi?" Francis
menaruh satu kaki di kursinya yang kosong dan meregang ke depan
seperti seorang pelari.
"Kurasa lebih baik aku bicara dengan seorang pengacara."
Dari sudut matanya, Francis melihat pegangan pintu berputar
seakan-akan para Raja bersiap memasuki ruangan. Ia
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
BAGIAN II
ANAK YANG DILUPAKAN DUNIA
2003
belas dolar. Gadis siswa sekolah swasta yang bekerja sebagai kasir
tersenyum malu- malu dan menyelipkan rambutnya di belakang
telinga.
Gadis itu kini mungkin telah menikah, dengan tiga orang anak
dan dua mobil di rumah pinggiran kota. Dan di sinilah ia sekarang,
dua puluh tahun kemudian, terdampar di Queens Plaza saat larut
malam musim panas, seorang pria dewasa, dengan otot-otot hasil
latihan di penjara, bulu mata tercukur, rambut hitam tebal agak
kelabu di pelipis, dan parut seperempat inci di bawah dagu. Itu
semua menunjukkan: inilah anak yang tercerabut dari semua
kelembutan yang pernah menjadi bagian dirinya.
Sesuatu bernama kereta W, yang dulu belum ada, berderak-derak
melewati trotoar yang ditinggikan, menciut-ciut dan memekik seperti
teko teh, gerakan jendela-jendela yang berlalu melontarkan cahaya
kekuningan kasar di atas jalan.
"Hey, Hooligan, kau butuh tumpangan?"
Timberwolf, seorang pria tinggi besar yang ia kenal saat di Attica,
baru saja keluar dari mobil van Dinas Koreksi di belakangnya,
dengan tubuh setinggi 190 sentimeter dan berat 127 kilogram,
membawa tas kertas cokelat berisi pakaian, t-shirt yang tak terpasang
rapi, dan tali sepatu kets tak terikat seperti anak empat tahun
menunggu seorang dewasa menafikannya.
"Sepupuku seharusnya menjemput dengan taksi, tapi entahlah,"
ujar Hoolian, suaranya parau dan berpasir akibat musim dingin yang
panjang. "Kurasa ia mungkin salah paham dan mengira aku datang
dengan bus Rikers pukul empat tiga puluh. Atau mungkin ia bosan
menunggu dan sudah pergi lagi."
"Ya, menunggu memang menyebalkan." T-wolf menguap. "Tujuh
tahun kuhabiskan gara-gara menjual dua botol kecil ganja. Dan,
mereka menambah enam bulan lagi di Rikers garagara perampokan
omong kosong yang tak melibatkanku sama sekali. Berapa lama
hukumanmu?”
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dan jarak, dan tetap tak percaya bahwa mereka akhirnya benar-benar
keluar.
Terasa olehnya desir angin dingin dari laut dan samar-samar
teringat olehnya sebuah bilik di jalan bertahun-tahun silam.
Bulan membakar lubang putih keabuan di langit hitam. Kincir
Putar mulai memadamkan lampu- lampu. Ia berjalan menuju pantai
dan anehnya merasa pantai itu tenang dan berwarna emas pudar
dalam cahaya remang-remang Dermaga Steeplechase. Sebuah net
voli terkulai turun, seolah menunggu para pemain tiba. Laut terus
bergulung—luas, kekal, dan tak acuh—bibir tipis ombak berubah
menjadi keriting kecil saat menghempas pantai.
Ia berdiri di atas rel, berusaha mencari cakrawala, ingat dirinya
pernah berjalan mundur ke arah ombak bersama ayahnya saat Hari
Baptis St. John terakhir itu. Hampir dua puluh tahun sejak terakhir
kali ia melihat laut. Ia sudah lupa betapa laut bisa membuatnya
merasa begitu kecil dan remeh, seakan dirinya hanya partikel kecil
yang mengambang di atas permukaan bola mata raksasa yang dapat
melihat segala sesuatu. Betapa kecil arti saat-saat kebebasan ini
dalam putaran-putaran peristiwa. Dulu ia terbiasa menipu diri sendiri
bahwa Tuhan memiliki rencana untuknya, sebuah rancangan yang
berangsur-angsur akan tersingkap sendiri dan entah bagaimana
membenarkan semua hal yang pernah dilewatinya. Tetapi kini ada
pengingat bahwa Tuhan sibuk. Tuhan mungkin sedang menghitung
ombak dan menamai awan. Tuhan berpikir tentang kepiting batu di
Laut Atlantik atau gelembung sabun di Kairo. Tuhan berpikir tentang
infeksi bakteri di Peru dan kumbang tahi di Afrika, tentang pola
cuaca di Lingkar Pasifik dan jejak-jejak ban di sebelah lapangan
parkir Taconic. Tuhan tak punya waktu untuk memikirkan penghuni
penjara bernomor 01H5446 dalam sistem pemasyarakatan negara
bagian New York.
Jadi, Hoolian berteriak kepada angin. Teriakan pahit yang
berkata, Aku masih di sini, pada bulan, bintang, Kincir Putar,
keluarga Hasid di kereta bawah tanah, sel kosong yang dia
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Anda melihat cahaya, tekan alat picunya. Usahakan buat mata Anda
tetap diam."
"Tak masalah."
Namun segera setelah uji jarak pandang dimulai, ia makin tegang
dan telapak tangannya berkeringat. Beberapa kilatan cahaya tampak
jelas, sejelas moncong api di lorong gelap. Yang lain hanya berupa
utas samar, yang sangat jauh ke tepi hingga ia harus bertanya dua
kali pada dirinya sendiri apakah ia memang melihat kilatan itu.
"Jangan hanya menekan picunya," perintah wanita itu.
"Konsentrasi."
Francis berusaha lagi. Sudah lebih dari satu tahun sejak ia tak lagi
dapat menggunakan senjata, dan gerak refleksnya juga tak seperti
dulu lagi. Kawan-kawan latihan menembaknya menelepon tiap
beberapa minggu sekali, bertanya-tanya kapan ia akan kembali ke
tempat latihan di Rodman's Neck. Ia terlambat menekan pemicu
setengah detik, sadar jika dalam tembak-menembak sungguhan ia
mungkin sudah mati.
"Horasho, dokter ingin bicara denganmu." Teknisi itu memencet
tombol untuk mencetak hasil uji tersebut. Ia seolah-olah berkata,
"Horror show," tapi Francis lalu teringat itu adalah kata dalam
bahasa Rusia yang berarti bagus.
"Ya, Anda memperoleh nilai sangat baik dalam uji fiksasi," kata
Dr. Fricdan sambil berjalan menuju mang periksa beberapa menit
kemudian dengan membawa sebuah grafik. Ia seorang pria gemuk
berusia lima puluhan'yang mulai mengalami kebotakan, mengenakan
kaca mata bergagang hitam, mata mengedip-ngedip cepat, dan yang
paling tampak jelas bagi Francis, adalah rambut-rambut yang lupa
dicukur di dekat tenggorokannya.
"Anda sangat baik menjaga mata untuk tetap diam. Teknisi bilang
Anda tak banyak berkedip. Kebanyakan orang akan berkedip atau
mereka akan kekeringan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau kenapa?" Gadis kecil itu melirik dari balik bahunya. "Kau
bodoh?"
Dengan lembut Hoolian meletakkan sisir itu ke belakang kepala si
gadis dan perlahan- lahan menyapukannya ke bawah, sadar tak
pernah melakukan hal ini sebelumnya.
"Lebih keras lagi," paksa gadis kecil itu.
Hoolian celingak-celinguk, berharap Jessica atau pacarnya, si
"Eksklusif akan keluar kamar dan mengambil alih pekerjaan ini.
Tapi pintu kamar mereka masih tertutup dan dua gadis kecil lainnya
bermain baju-bajuan, mengabaikan mereka dan bergerak-gerak
seperti jago disko.
Hoolian menarik sikat di antara helai- helai rambut gelap itu,
menyadari anak ini sudah cukup lama tak mencuci rambut.
"Aw! Terlalu keras!"
Ia memajukan badan, berkonsentrasi, menahan tubuh si anak
dengan satu tangan di atas tempurung kepala kecilnya yang rapuh,
perlahan- lahan menyapukan sisir sikat itu ke bagian rambut yang
lain, karena yang paling kusut sudah selesai.
"Nah, sekarang kau sudah bisa!"
Hoolian menemukan iramanya, mulai terbiasa dengan luncuran
jemarinya. Payah, di sinilah aku sekarang, menyikat rambut anak
kecil. Tanpa merasa segan-segan, anak itu duduk di atas lututnya.
Hoolian meraih selimut untuk menutupi badannya, khawatir
sentuhan halus tubuh yang hangat akan membuatnya ereksi.
Tentu saja, kemudian pintu kamar terbuka dan si Eksklusif keluar,
pria berpantat menonjol dengan rambut dikepang kecil-kecil dan
badan seperti jari tengah yang tak terpasang baik, menggaruk-garuk
selangkangannya yang memakai Jockeys gaya bikini warna beige.
Hoolian sudah separo menduga, pria itu memakai heroin, dengan
peralatan yang tergeletak sembarangan. Ia menatap Hoolian dan
gadis kecil di pangkuannya dengan sorot mata keledai sambil
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
bayangan. Namun dengan para lelaki yang bukan kawan dekat, itu
lebih seperti manipulasi terang-terangan, sebuah upaya mencuri hati
untuk meminta kompensasi.
"Bukankah kau punya seorang putra yang menjadi tentara?"
kerling Paul.
"Baru saja dikirim ke Korea," jawab Francis sambil menggerutu,
berusaha mengabaikan pikiran yang membuat perutnya terasa
disusupi air es. "Putriku yang mewarisi otak ibunya.
Belajar genetika di Smith. Katanya ia ingin membuktikan mata
rantai yang hilang dari ayahnya."
Seringai nakal tersungging di wajah Paul. Lelaki itu tak mengerti
apa-apa. Ia belum pernah berniat menikah. Pacar-pacarnya tampak
hanya datang dan pergi tiap enam bulan. Alih-alih menyiapkan
pernikahan, kebanyakan waktu luangnya dihabiskan untuk
merencanakan liburan olahraga ekstrem. Sementara orang lain
menaruh foto-foto keluarga di kantor, ia memilih memajang foto-
foto saat bersepeda melintasi Rusia, paralayang di Yucatan, dan
bodysurfing di Maui. Dan, untuk alasan yang tak pernah ia jelaskan
pada Francis, sebuah rudal harpoon menggantung di dinding, di
seberang potret Jenderal George Armstrong Custer dengan seragam
tentara Union-nya.
"Jadi, ada apa, Paul?" katanya, ingin fokus pada hal lain selain
kesehatan atau putranya sejenak.
"Kurasa kau sudah dengar tentang Julian Vega."
"Ada apa dengannya?"
"Ya, kau tahu ia telah bertahun-tahun mengirim surat dari penjara,
mengungkit tentang keterangan saksi dan apakah pengacaranya
kompeten..."
Sejak meninggalkan ruang kerja dokter tadi pagi, Francis sudah
menyiapkan berbagai topik untuk mengalihkan pembicaraan, seperti
berita TV kabel, tetapi kini semua mendadak hilang.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kenyataannya, ini adalah kasus sulit. Aku ingat kasus ini pada tahun
ketigaku di kantor Jaksa Wilayah. Semua wanita membicarakannya,
karena kami semua seumur dengan korban. Dan, sayangnya, orang
belum melupakan. Jadi, kini Paul Raedo menyiapkan diri untuk
sebuah persidangan. Ia tak ingin terlihat mundur."
"Keparraaaat." Kata-kata itu meluncur keluar. "Jadi aku harus
kembali ke penjara? Itukah yang kau coba katakan?"
"Dengar, kau telah menderita banyak dan aku mengerti betapa
marah dirimu. Jadi aku mengusulkan ini padamu." Ia mengusap
kalung mutiaranya satu persatu dengan kelembutan setengah sadar.
"Aku akan menghubungi Paul kembali dan melihat apakah kita bisa
membuat kesepakatan tanggal minggu depan. Kau akan mengaku
bersalah dan Hakim Bronstein akan memberimu masa pelayanan dan
artinya itu..."
"Tidak."
Aaron melepaskan mutiaranya dan menatap pintu dengan gugup.
Ia mungkin berpikir telah bersikap sangat bijaksana dan penuh
alasan. Tapi wanita itu tak hadir di rumah sepupunya pagi tadi. Ia tak
mendengar pernyataan kerabatnya itu, aku bahkan tak mengenal
dirimu. Ia tak melihat pandangan gadis kecil itu dari balik kulkas.
Pandangan itu akan terus menghantui Hoolian seperti pisau yang
menancap di punggung.
"Tidak, aku tak akan mengaku apa pun," ia mulai bicara, lalu
berhenti, sadar betapa dua dekade hidup di penjara telah menggerus
kesopanannya. "Maaf. Aku tak akan mengaku apa-apa. Aku ingin
namaku pulih."
Wanita itu menundukkan kepala. "Julian, mari saling jujur satu
sama lain.," katanya. "Kau telah menghabiskan lebih dari separo
hidupmu di penjara. Apakah kau tak ingin ini semua berakhir?"
"Tentu saja."
"Lalu mengapa kau tak tutup saja kasusnya? Aku tahu bagaimana
inginnya Paul Raedo dan Francis Loughlin membalas dendam."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Dan jika aku mengaku bersalah atas apa yang mereka jebakkan,
bagaimana aku akan mengangkat wajah? Heh? Apakah aku akan
bisa menjadi pengacara sepertimu dengan tuduhan kejahatan?
Apakah aku akan mampu membayar sewa rumah dan membeli
tempat layak untuk kutinggali?"
Raut wajahnya berubah saat berbicara. Ada sepasang gunting di
belakang matanya kini.
"Julian, saatnya kita bertindak praktis," ujar Debbie. "Aku tahu
betapa keras kau berusaha agar kasus ini tetap berlanjut. Tetapi ada
batas seberapa jauh angan-angan akan terkabul."
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, setelah bertahun-tahun, kau dapat meyakinkan diri
bahwa dirimu tak bersalah dan bahwa kau dikhianati sistem. Tapi
jika kita terus berada di jalur ini, kita akhirnya akan kembali di
persidangan dan fakta- fakta akan muncul. Dan mereka tak selalu
seperti yang kau inginkan."
Amarah membuat wajahnya pucat. "Kau menuduh aku
pembohong?"
"Aku hanya berkata aku tak ingin kau terluka lebih dari yang
sudah kau tanggung." Ia menepuk dadanya menekankan. "Dan,
sejujurnya, aku tak mampu menginvestasikan lebih banyak lagi dana
untuk tuntutan publik yang tak punya harapan." Ia bangkit dan duduk
di ujung mejanya. "Kesalahan penahanan adalah kasus yang sangat
sulit dibuktikan. Kau harus menunjukkan bahwa polisi dan jaksa
sengaja mengabaikan atau merusak bukti yang dapat
membebaskanmu."
Hoolian terdiam beberapa saat, beban tas besarnya menekan di
pangkuan. Semua barang yang ia kumpulkan dan simpan saat ia
dipaksa pergi. Sikat gigi berhelai tumpul yang sudah harus diganti;
kaleng sup yang dibeli di toko kelontong yang tak tega ia buang; jam
alarm kecil yang ia perbaiki di toko perbaikan mesin kecil; kaus kaki
yang ia pakai rangkap saat lututnya terbenam salju di halaman
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Percayalah padaku. Aku tahu ini kacau. Aku juga baru saja
mengetahuinya."
"Mereka-membebaskan-nya?" Tom mengulang kata-kata itu,
seolah ia siswa yang sedang belajar bahasa Inggris. "Bagaimana bisa
terjadi?"
"Ini masalah teknis. Mereka mengabaikan dakwaan jaksa karena
ia mengklaim pengacaranya tak pernah memberi tahu bahwa ia
mempunyai hak untuk bersaksi. Itu omong kosong. Jangan khawatir
akan hal itu. Kita akan menjebloskannya kembali ke penjara."
Tom mulai menggosok-gosok ruang halus di antara kedua alisnya,
seakan-akan berusaha mencerna informasi itu ke dalam kepalanya.
"Maksudmu kita harus mengulangi lagi segalanya?"
"Tom, aku minta maaf. Tak semestinya hal ini terjadi."
"Wow...maksudku, wow." Semburat merah muda mulai menyala
di rautnya yang halus. "Mengapa tak seorang pun memberi tahu
kami tentang hal ini?"
"Semuanya terjadi begitu mendadak. Tak ada yang menduga hal
ini."
Oh, Paul Raedo, betapa kau berutang banyak padaku.
"Ya Tuhan. Aku tak tahu apakah ibuku sanggup menanggung
kejadian ini."
"Kau ingin aku yang mengabarkan padanya?"
Tom menggeleng, warna alami pucat wajahnya berangsur-angsur
kembali perlahan. "Kurasa itu bukan ide yang baik."
"Mengapa tidak?"
Tom mengambil napas dalam, seakan dirinya baru saja
mengendarai sepeda anak-anak di jalan setapak yang curam dan
panjang.
"Ia tak lagi menjadi dirinya sendiri. Sudah sejak lama.”
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
“Oh, ya?"
Francis mengutuk dirinya sendiri karena tak mengikuti
perkembangan. Tetap berhubungan dengan keluarga korban
sebenarnya menjadi bagian dari pekerjaannya Tentu saja, beberapa
telepon merupakan siksaan, para ibu yang menangis, "Mengapa
Tuhan mengambil anakku yang tampan?" meski kau tahu betul
bahwa si Anak Tampan itu sebenarnya bajingan kecil pengedar
narkotika-penganiaya pelacur, dengan pisau belati di mulut saat
ditemukan. Tapi kau harus melakukannya. Bukan hanya karena
menghibur keluarga yang ditinggalkan adalah hal yang baik tetapi
karena kau tak pernah tahu. Bisa saja dua-tiga tahun dari sebuah
kebuntuan, kau menganggap kasus itu tak akan pernah terpecahkan,
ketika si Nenek tiba-tiba menghubungi, bersaksi bahwa dirinya
menonton As the World Turns saat Nona Itu melenggak-lenggok
dengan pantat besarnya dan perhiasan berkilauan yang
mengingatkannya pada gadis pacar si Anak Tampan yang terlihat
sebelum pembunuhan, yang kemudian diketahui ternyata memiliki
suami pencemburu yang baru saja tiba dari Ekuador.
"Aku tahu ibu terlihat seolah kuat selama persidangan." Tom
mencengkeram sapunya. "Tapi lalu ia seolah-olah hancur berkeping-
keping. Kau tahu sendiri, ia terus-menerus berusaha menulis buku
yang sama selama dua puluh tahun."
"Ya."
Tidak aneh. Mereka yang paling lama mampu mengendalikan diri
kadang jatuh paling keras. Ia ingat Eileen duduk di baris kedua di
ruang sidang tiap hari, wanita kuat berambut merah ini yang tak
pernah memakai rias wajah dan membesarkan dua anak di kota ini
setelah suaminya, pelukis ekspresionis abstrak gagal, mendadak
pergi ke Paris bersama penari Meredith Monk berusia delapan belas
tahun.
"Apa yang terjadi? Ia kedengaran baik-baik saja saat terakhir kali
aku bicara dengannya."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tentu saja. Aku tak bermaksud bertengkar. Aku hanya tak bisa"
"Aku mengerti."
"—mengulangi semua siksaan ini sekali lagi." Tom menunduk
dan melihat coreng kelabu permen karet itu tetap tinggal di tangga.
"Kurasa kita harus bersiap menerima telepon dari pers mulai
sekarang."
"Kau tak perlu bicara pada mereka. Hubungkan saja langsung ke
kantor Jaksa Wilayah."
"Kau tahu, sebagian dari diriku ingin semua dihentikan," katanya,
menendang onggokan permen karet.
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, sudah cukup semua ini. Aku.... hanya.... ingin....
semua ini... diakhiri.”
“Apa?"
Tom memaksa ujung sepatunya mencungkil permen karet itu.
"Maksudku, kita sudah menghadapi masalah ini selama dua puluh
tahun. Kami seolah korban profesional. Itu saja yang membuat kami
dikenal. Dan aku muak akan hal itu."
Francis menatapnya, sesaat terkejut oleh kata itu, diakhiri: Itu
bukan sesuatu yang ingin direnungkan oleh seorang lelaki yang
kehilangan penglihatannya.
"Kalau begitu, apa yang akan dikatakan ibumu?"
"Maaf?"
"Bagaimana kelak perasaannya jika ia membaca koran minggu
depan dan melihat bahwa kasus itu sama sekali ditutup?"
Tom mengangkat kakinya dan melihat sebuah sulur elastis
menempel di sol sepatunya. "Sejujurnya, Francis, ia bahkan hampir
tak pernah membaca koran lagi. Ia lebih sering tenggelam dalam
dunianya sendiri."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Lapar dan lelah, ia masuk dan memesan chicken Caesar salad, seiris
pai ubi, dan satu venti decaf vanilla latte, sambil berpikir bahwa
suaranya terdengar begitu anggun ketika gadis di depannya memesan
minuman. Ia terkejut saat meniup cangkir dan ternyata isinya separo
saja.
Tetap saja, ia merasa seperti mengalami kemunduran status sosial
dengan membayar untuk makan. Ia makan dengan cepat dan
sembunyi-sembunyi dengan tangan melengkung melindungi
santapannya. Seorang gadis cantik yang duduk di meja sebelah
menarik leher turtleneck-nya sampai dagu dan membalik halaman
novel Les Miserables. Ketika berjalan keluar, Hoolian
menganggukkan kepala kepadanya lalu tersadar ia masih membawa
peralatan makan, seolah-olah ada petugas jaga menunggu di pintu
untuk menerima benda-benda itu. Bagaimanapun juga, ia
memutuskan bahwa ini tempat yang menyenangkan dan ia akan
kembali lagi dalam waktu dekat, sambil membawa novel klasik
miliknya sendiri.
Beberapa blok kemudian, ia melihat sebuah tempat yang hampir
sama di Union Square, juga bernama Starbucks, wanita-wanita di
dalamnya terlihat lebih tergesa-gesa dan mendesak.
Ia berjalan ke arah barat melewati taman itu, kadang merasa ragu-
ragu, antara mengetahui dirinya punya pekerjaan yang harus
dilakukan, dengan keinginan berhenti dan melihat-lihat. Pada orang-
orang Meksiko yang sedang membongkar krat-krat buah di depan
toko bodega Korea, angka-angka yang muncul di papan digital, iklan
film seri Sex and the City di bus. Wanita-wanita dengan sepatu yang
terlihat seperti sepatu uji coba. Pria dengan ponsel yang ditaruh ke
telinga melihat padanya dengan tatapan kesal, seolah-olah berdiri di
sana dengan pakaian usang yang dekil, menatap langit, ia telah
mengganggu fantasi tentang kehidupan glamor yang tengah mereka
tuju.
"Berhenti bertingkah seolah kau dalam lagu Country-nya. Stevie
Wonder." Seorang pengendara sepeda dengan celana ketat kuning
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ooo)dw(ooO
itu perhatian Papi begitu tersita oleh kasus itu sehingga ia berhenti
membuang debu dari asbak dan bergantung pada Valium.
Tiang kuningan kanopi itu berkilau di bawah cahaya matahari.
Penjaga pintu bertubuh kecil dan berwajah seperti tikus dengan
seragam hijau hutan dengan kepang emas pada bahu menatap
padanya dengan curiga saat melintas. Jadi, akhirnya orang-orang
Irlandia kembali mengendalikan tempat ini.
Hoolian memperhatikan dengan kepuasan sembunyi-sembunyi,
keset karet hitam yang diinjak si penjaga pintu itu sedikit usang, dan
bagian bercap 1347 di atasnya telah terhapus oleh sol-sol keras dan
hak sepatu. Seandainya Papi ada, ia pasti akan segera menggantinya.
Ia berjalan ke ujung blok dan berbalik untuk melewati gedung itu
lagi, jantungnya mulai berdebar. Ayolah. Jangan jadi pengecut. Kau
tahu apa tujuanmu ke sini. Mengapa orang lain harus menolongmu
jika kau sendiri tak dapat menolong diri sendiri? Penjaga pintu itu
memperhatikannya dengan mata seperti celah pistol. Yeah, kau tahu
aku tak bermaksud baik, kan? Untuk apa lagi orang sepertiku
berkeliaran di lingkungan ini?
Atau, mungkin lebih buruk lagi, ia tahu. Mungkin ia sudah
mendengar putra pengawas lama baru saja keluar dari penjara dan
kemungkinan besar akan kembali ke tempat kejadian. Salah satu
mitos polisi lama yang kadang memang benar.
Hoolian pasti sudah ngobrol dengan puluhan orang di penjara
yang tertangkap gara-gara mereka terus-terusan berkubang dalam
kotorannya sendiri seperti lalat. "Osvaldo?"
Ia membeku, mendengar nama ayahnya dipanggil jelas untuk
pertama kalinya setelah bertahun-tahun. Ia terus berjalan, mengira
suara itu pasti muncul dari kepalanya sendiri.
"Osvaldo, kaukah itu?"
Seorang wanita tua duduk menjemur diri di tabung pemadam
kebakaran tepat di sebelah pintu masuk. Entah bagaimana Hoolian
merindukan wanita ini, dengan jaket bolero merah, rok yang serasi,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dan sepatu hak tinggi dari kulit yang berkilauan. Rambutnya dicat
hitam kebiruan, dan ketika ia mengedip, bulu matanya mengibas
kelopak mata seperti sikat penabuh drum di atas kulit drum yang
telah terlalu sering dipukul.
"Ya Tuhan," katanya. "Sudah lama sekali!"
Hoolian memandangnya bingung hingga ia teringat pada nama
dan nomor apartemen itu. Nona Powell, 14A. Dengan lukisan repro
Degas di foyer, piano besar Steinway di ruang keluarga, dan tempat
lilin kristal di ruang makan. Peralatan asli kuningan di wastafel
kamar mandi yang selalu bocor.
"Coba kulihat dirimu sekarang." Ia mengangkat lengannya yang
gemetar, mengajak masuk. "Ke mana saja kau?"
Hoolian melangkah perlahan, tak yakin apa yang mesti ia
ucapkan. Usia tua telah merayapinya bak hujan asam, menodai gigi
dan mengotori tangannya dengan bintik-bintik. Tapi matanya masih
menyiratkan pandangan seorang gadis yang menunggu diajak
berdansa.
Ia memalingkan pipi, mengharapkan ciuman. Aroma bunga mati
dari parfumnya membuat Hoolian sedikit tercekik. Tapi sebuah
insting memaksanya menahan napas. Ia mungkin dapat menolong. Ia
mungkin masih punya uang, setidaknya. Ia pasti punya perhiasan
yang cocok dengan Degas dan Steinway itu. Hoolian menaruh
bibirnya pada pipi wanita tua itu, dan rasanya seolah ia mencium
prasasti Magna Carta.
Wanita itu menyentuh kedua bahunya perlahan, mendorongnya ke
belakang agar dapat melihat dengan jelas.
"Kau kelihatan sehat," katanya. "Tak menua sedikit pun.
Bagaimana bisa?"
"Berkat mengangkat barang berat." Ia menonjolkan lengannya
gugup. "Menjaga darah agar tetap terpompa."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Wanita itu sejak dulu memang agak aneh. Kata ayahnya, ia adalah
kerabat jauh industrialis terkenal Andrew Carnegie. Ia tinggal di sini
sejak sekitar 1923, seorang gadis pemalu dengan lutut menonjol dan
gusi seperti kuda. Konon, orang tuanya dulu pernah membuat pesta
besar-besaran untuk ulang tahunnya yang keenam belas, berharap
agar anaknya itu keluar dari tempurungnya: sebuah band disiapkan
di ruang keluarga, katering nomor satu di dapur, dan undangan
berukir indah yang disebarkan pada semua teman sekelasnya di
Spence dan para pemuda di kota seberang, Collegiate. Saat pukul
delapan berlalu, tak seorang pun yang datang. Hanya ada gaun pesta
merah muda yang tak akan dikagumi siapa pun, berpiring-piring
hidangan mahal yang sia-sia, dan para musisi dengan tuksedo
sewaan yang terus-menerus menengok arloji mereka.
Sejak itu, menurut Papi, Nona Powell hampir tak pernah
meninggalkan apartemennya kecuali untuk duduk di luar di samping
hidran selama sekitar satu jam tiap sore. Namun pernah, saat berusia
delapan tahun, ia melihat wanita itu di ayunan di Taman Bermain
Mariner di Central Park, memandang langit sambil melamun, seolah-
olah ia menunggu seseorang untuk datang dan mendorong.
"Bagaimana kabar anakmu?" tanyanya.
"Anakku?"
Butuh waktu sesaat bagi Hoolian untuk menyadari bahwa usianya
kini hampir seusia ayahnya saat wanita itu terakhir kali melihat.
Hingga kini, ia tak banyak menyadari kemiripan antara ia dan
ayahnya dari cermin di selnya, masih separo berharap melihat
dirinya yang berusia tujuh belas memandang balik padanya.
"Ia berusaha sebaik-baiknya," ujarnya, ikut bermain sebab
mengoreksi cerita saat ini hanya akan membuat Nona Powell
ketakutan. "Berusaha tetap kuat."
"Ia anak yang begitu baik." Ia mengangguk pada lalu lintas yang
mendesing dan mendesau. "Julian. Nama yang sungguh indah untuk
anak lelaki."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Penjaga pintu itu meringis pada Nona Powell, melewati bahu dan
merendahkan suaranya. "Kenapa kau tak pergi saja dari sini?"
"Apa katamu?"
"Kau dengar."
"Hey, Bung, kau tak mesti kasar seperti itu. Aku hanya datang
untuk melihat apa yang terjadi."
"Yang terjadi adalah aku bukan saudaramu, dan ini bukan lagi
gedung milik ayahmu."
"Ya, tapi pasti masih ada orang-orang di sini yang masih
mengenalnya. Ia bekerja di sini dari tahun 1962 hingga 1984..."
"Ya, aku juga dengar. Tempat ini waktu itu benar-benar payah."
"Heh, itu tidak benar." Hoolian merasa seakan-akan perutnya baru
ditendang. "Tarik kembali ucapanmu."
"Ayahmu hampir membuat gedung ini rubuh. Sekarang kenapa
kau tak pergi keluar saja sebelum aku memanggil polisi?"
Hoolian tersadar dirinya memegang erat-erat gunting kuku dalam
saku dan menatap nadi hijau, tepat di atas kerah penjaga itu.
"Kenapa kau mesti berlaku seperti itu? Aku tak pernah
menyakitimu."
"Dengar, aku tak cari masalah denganmu. Pergi saja dari blok
ini."
"Oh, jadi sekarang blok ini milikmu? Kupikir aku punya hak
untuk berada di sini."
"Kau punya hak untuk ditendang di pantat. Kau ini kenapa,
Goblok?"
"Tidak, Bung, aku tidak goblok. Aku sekolah di St. Crispin's."
"Bagus buatmu." Pandangan penjaga pintu itu menajam, menusuk
dengan rasa bencinya. "Kukira itu membuatmu menjadi paling jago
di antara orang-orang buangan, ya?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
10
istrinya tentang hal terpenting yang terjadi pada mereka sejak anak-
anak lahir.
"Kasus brengsek lama muncul lagi ke permukaan," ujarnya.
"Mereka mengizinkan Julian Vega bebas lebih awal."
"Yang benar?"
"Nih, lihat. Kau pikir aku bohong?"
Dipakainya remote untuk mengeraskan suara TV. Roseanna
Scotto tengah menyampaikan siaran langsung kepada Lisa Evers
yang berdiri di seberang jalan 1347 Lexington.
"Roseanna, pepatah bilang semua yang lama kini baru kembali,
dan di sini di Upper East Side, kenangan akan kasus pembunuhan
mengerikan kembali hidup..."
"Sungguh menggelikan," kata Francis, tanpa berpaling. "Mereka
menghapus dakwaan karena pengacaranya tak memberi tahu bahwa
ia punya hak untuk bersaksi. Seakan-akan itu masalah orang lain
juga."
"Jadi kau kecewa."
"Tentu saja. Aku bekerja keras untuk kasus itu."
Tampak potongan adegan singkat dan wajah Debbie Aaron
mengisi layar, terlihat letih dan menderita dengan latar belakang
tumpukan miring buku-buku hukum di rak yang melengkung.
"Ini adalah contoh klasik polisi yang menyalahgunakan
kewenangan mereka," ujar Debbie. "Detektif yang bertanggung
jawab atas investigasi menetapkan klien saya sebagai tersangka
sebelum mereka menyelidiki petunjuk lainnya..."
"Lihat? Itulah yang membuatku kesal." Francis melambaikan
tangan, senang ada kesempatan untuk melampiaskan kekesalan. "Ia
tahu dirinya tak punya kasus sungguhan. Jadi ia hanya asal bunyi..."
"Ia terlihat baik, si Deb itu." Patti menegakkan punggung.
"Terlihat wajar."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
terjadi padanya. Mestinya ia bisa lebih baik dari itu, kan? Setidaknya
untuk hampir dua puluh tahun yang ia punya.
Meninggalkan minum- minum, mengabdikan diri untuk keluarga,
menunaikan pekerjaan tanpa cacat, jenis polisi yang bisa diandalkan
jika sahabat mereka terbunuh. Jadi, mengapa matanya berubah
menjadi sepasang bola tak berguna? Apakah ini pembalasan atas
sesuatu atau hanya noda biasa dari Dosa Asal?
Ia selalu memiliki semacam hubungan timbal balik kasar dengan
Yang Maha Kuasa, mendapat hajaran jika sekali waktu ia tergelincir.
Setelah ibunya meninggal, ia berpikir entah bagaimana itu pasti
salahnya, mungkin karena ia tidak cukup banyak berdoa jika diminta
ibunya, karena itu ia mencoba melakukan penebusan dosa. Lima
tahun sebagai anak altar membuat keluarga selamat, pikirnya. Tetapi
lalu ia mangkir, memutuskan bahwa semua itu hanya omong
kosong—jadi, lebih baik ia menjadi si tolol pengisap ganja. Hingga
sebuah kecelakaan mobil di jalan tol membuat saudara
perempuannya memakai penyangga leher dan ketakutannya akan
Tuhan kembali.
Ia tak pernah benar-benar menjadi anak berandal yang ingin
membangun reputasi. Hanya, sesuatu sesekali mencambuknya
kembali ke jalan tak benar. Ia akan mulai sedikit membuat masalah
dengan Patti tak lama setelah mereka menikah dan hampir tertembak
peluru dalam sebuah razia narkotika. Atau, ia akan mulai minum-
minum lagi dan Kayleigh kemudian harus dibawa ke ruang ICU
khusus bayi akibat infeksi ginjal.
Tapi waktu pun berlalu, semua berjalan dengan baik, dan kau pun
akan berpikir dirimu telah bersih. Hingga putramu masuk tentara
tanpa memberi tahu dan retinamu mulai memburuk.
Ia meremas lengan kursi dan mulai bangkit, jam di atas tungku
dapur masih berdetik dengan kencang. Diakhiri. Kata yang Tom
Wallis gunakan itu terus mengganggunya. Seolah-olah kata itu
sesuatu yang nyata, sesuatu yang bisa kau tiduri, ia berusaha
bersabar jika orang mengucapkan kata itu, sebab, apa gunanya?
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Akhir adalah apa yang mereka ingin percayai bahwa hal itu
mungkin, seperti rahmat Tuhan atau Perlindungan Kesehatan
Universal. Tetapi, lalu kau punya Ellen Wallis yang mulai sinting,
mengatakan pada orang-orang bahwa anak gadisnya masih hidup.
Tidak terdengar seperti ingin 'mengakhiri', bukan?
Mungkin tak akan ada sesuatu yang terjadi dalam waktu dekat
ini. Penglihatan tepimu akan berangsur-angsur menyempit seperti
terowongan.
Hentikan. Ia sudah memutuskan tak akan berpikir tentang hal itu.
Bagaimana tentang kasus ini? Ia memikirkan dua belas hal yang
mesti ia katakan pada Paul Raedo.
Penyelidikan ini memang tidak sempurna. Kita harus bersatu,
Francis.
Ia sadar dirinya selalu separo khawatir kasus ini akan muncul
kembali. Bukan ia ragu bahwa Hoolian pelakunya. Anak itu sudah
menjalani persidangan, bukan? Pengacaranya punya nyali untuk
memeriksa silang Francis di kursi saksi, menyatakan bahwa Allison
bisa saja menduplikasi kuncinya sendiri dan memberikan pada orang
lain. Tetapi bukti-bukti di lapangan memberatkan Hoolian.
Memangnya kenapa jika ia tak bersaksi atas namanya sendiri?
Segera setelah ia duduk di kursi saksi, ia akan terjebak oleh fakta-
fakta yang dijejalkan ke tenggorokannya. Bukankah ini kasus mutlak
tanpa cacat?
Tentu saja tidak. Tapi Francis tak berutang permintaan maaf apa
pun. Juri mampu mengaitkan semua fakta. Total hanya butuh dua
setengah hari sebelum mereka memutuskan bahwa Hoolian bersalah
untuk pembunuhan tingkat dua. Dan jika Hakim Robins
menjatuhkan hukuman dua puluh lima tahun— ya, itu kesialannya,
bukan? Ralph Figueroa telah mengajukan tawaran penurunan masa
hukuman lima hingga lima belas tahun, dan memutuskan untuk
menggulirkan dadu. Karena itu persetan semua, sebagaimana yang
selalu tercantum di kartu Natal sebelum Patti memaksanya untuk
mengubah. Kasus ditutup.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
11
"Oh, tentu saja aku ingat bribon kecil itu. Ia pintar main piano,
bro. Tahukah kau, ia pernah tinggal di Kuba beberapa tahun dan
bermain di salah satu band terbaik di Havana sebelum la
Revolucion!"
"Tidak, aku tak tahu."
Memalukan baginya untuk mengakui betapa tak perhatian dirinya
waktu itu. Dulu, Nestor hanya lelaki tua yang bekerja pada ayahnya
dan bermain domino dengannya, kadang-kadang. Tak pernah terpikir
oleh Hoolian untuk bertanya apakah Nestor memiliki keluarga di
suatu tempat atau kehidupan lain. Bukan hanya karena bahasa
Inggris Nestor begitu payah. Tetapi ada penghalang lain, semacam
luka dalam dirinya, bak seorang aristokrat yang jatuh dan menolak
bicara tentang kesukaran masa lalu.
"O, iya," tukas Nita. "Kami dulu suka pergi sepulang bekerja ke
La Fuego di H2th Street. Di sana ada mesin pemutar lagu di sudut
dan setelah menenggak beberapa gelas tequila, ia sungguh-sungguh
bisa menari. Tango, mambo, bolero, puchanga, meringue, bugalu,
apa pun. Ia akan mengajak kita berdansa di atas bar. Mengapa kau
ingin tahu tentangnya?"
"Kurasa ia bisa membantuku."
Sepasang kakek-nenek di bilik belakang melambaikan cek pada
Nita, memintanya memutuskan sebuah perselisihan remeh di antara
mereka.
"Ayahku menulis surat saat aku di penjara, bercerita ia pernah
menemui Willie suatu malam di bar di Second Avenue." Jelas
Hoolian. "Dan setelah mereka minum- minum beberapa lama, Willie
berkata suatu waktu Nestor pernah memberi semacam isyarat
padanya bahwa ada sesuatu yang tak pernah ia ungkapkan pada
polisi. Tapi Papi tak pernah bisa melacak jejak Nestor dan
mengetahui apa yang ia maksud."
"Dan kau berpikir hal itu akan membuat perbedaan sekarang?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
12
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Central Park ketika kecil dan menyadari selama beberapa saat bahwa
ia tak menyukai anak lelakinya itu. Tingkah yang kikuk, perawakan
yang tak atletis, kelakuan berpura-pura tahu aturan permainan.
Wajah yang berubah merah muda jika mengeluarkan sedikit saja
tenaga. Tom tak pernah berhasil melakukan hal- hal dengan wajar
seperti saudara perempuannya; Allison bisa mengambil raket tenis
dan mulai melakukan pukulan voli dengan segera. Pada Tom, semua
hal berpotensi mempermalukan dirinya. Eileen terus-menerus
membandingkan Tom dengan anak lain dan kemudian merasa
bersalah sesudahnya. Namun, pada akhirnya, Tom memperlihatkan
kemampuan. Ia berubah menjadi pemimpin keluarga, mengambil
alih keuangan dan menganugerahinya tak hanya satu, tapi dua cucu
perempuan untuk melegitimasi eksistensinya yang goyah akliir-akhir
ini.
"Mungkin Ibu tahu, Francis Loughlin mampir ke sini tadi," kata
Tom. "Ia membawa berita yang membuatku kesal."
"Aku menunggu." Ibunya melipat tangan di pangkuan dengan
sikap anggun seorang bangsawan.
"Mereka membebaskan Julian Vega lebih awal. Mereka
melepaskan dakwaannya. Kini ia orang bebas."
Wanita itu mengangguk, berusaha mempertahankan kesunyian
bermartabat.
"Aku berkata padanya mungkin lebih baik semua ini dihentikan
saja. Kita sudah terlalu banyak menderita. Tapi ia merasa ia berutang
pada Ibu untuk tetap membuat kasus ini bergulir...."
Ibunya terus mengangguk-angguk, tak dapat berhenti.
"Kubilang aku tak setuju, tapi berjanji menyampaikan pesannya."
Tom sedikit bersemu merah. "Menurut ia, Ibu akan paham
keinginannya."
Akhirnya wanita itu berhenti menggerak-gerakkan kepala dan
berpaling pada Tom, perlahan-lahan menampakkan keyakinan diri.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kau menunggu dan terus menunggu sesuatu, lalu ketika hal itu
terjadi, kau seperti tak pernah mengharapkannya.
Terdengar bunyi halus di belakang tenggorokannya. Hanya
gumaman, hampir tak seperti kata-kata. Tetapi segala sesuatu di
alam semesta ini tergantung dari cara orang menyimpannya. Eileen
meluruskan punggung, berusaha mengingat-ingat latihan yang biasa
dilakukan para aktor. Rileks. Tarik napas. Ciptakan pemahamanmu
sendiri akan waktu. Ia melemaskan bahu kembali dan perlahan- lahan
menghembuskan napas yang seakan menukik-nukik. "Kau tahu, Ibu
telah berpikir-pikir," ujarnya.
"Apa?"
"Mungkin ada alasan mengapa aku tak bisa menyelesaikan buku
ini. Mungkin ini bukan waktu yang tepat. Maksudku, menulis ulang
Hans Christian Anderson, karena karya itu begitu...hangat. Tidakkah
begitu menurutmu?"
"Aku tak tahu, Bu," jawabnya, lemah. "Aku bukan si anak kreatif
di rumah ini."
"Aku berpikir-pikir tentang proyek lain."
"Oh?"
"Kau tahu, aku semakin tertarik pada bidang ilmiah belakangan
ini. Bagaimana tubuh bekerja. Bagaimana pikiran memperbarui
diri..."
"Bu..."
"Pernahkah kau berpikir tentang sistem bintang ganda, Tom?"
"Rasanya belum." Tom mendesah.
"Hampir setiap bintang yang kau lihat di malam hari memiliki
satu kawan. Tapi yang satu biasanya mendominasi yang lain,
sehingga kau hampir tak bisa melihatnya. Yang menarik adalah
bahkan jika yang satu mati, saat keduanya berada dalam jarak cukup
dekat, bintang itu dapat mulai menarik hidrogen sehingga ia bisa
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
13
kuning serta bantalan cap pada Francis. "Kau bisa mulai dengan
mengisi formulir ini dan membuat cap sidik jari."
"Bri, aku agak terburu-buru sekarang." Francis menengok arloji,
ternyata sudah menunjukkan pukul tiga kurang seperempat. "Bisa
kita lewatkan saja bagian ini?"
"Bung, ini untuk berkas resmi. Meski komisaris sendiri yang
datang, ia tetap harus mengisi formulir ini. Kita tak bisa membiarkan
orang keluar-masuk mengambil barang tanpa pertanggungjawaban."
Sebelum Francis dapat membantah, telepon berdering di sebelah
patung tokoh kartun Secret Squirrel di atas meja dan Mullhearn
menggunakan kesempatan itu untuk mengangkat telepon dan
berpaling darinya.
"Ya-aahh, ada apa, bay-bay?" ia melagu, mendadak berubah
wujud dari seorang Irlandia tua getir dan kasar menjadi seorang
penyanyi rap playboy yang pintar bicara. "Rindu padaku?"
Francis mengisi beberapa kalimat pertama dalam formulir,
berusaha tetap menjaga sopan-santun basi ini. Ia menengadah dan
menampak tanda yang ia lewatkan sebelumnya: BALAS DENDAM
dengan garis silang melewatinya. Tentu saja, itulah keadaan biasa di
sini. Mauler dan dirinya pernah menjadi peminum berat saat bekerja
di bagian narkotika, menembaki botol-botol Budweiser untuk
mempersiapkan diri melakukan penggerebekan dan menenggak
scotch dari wadah besar untuk menenangkan diri setelahnya. Hingga,
suatu ketika, Francis entah bagaimana kepergok tertidur di tempat
minum di sebuah ruang hakim pengadilan di Manhattan, tanpa
celana dengan senjata yang hilang. Ayahnya berhasil menangkis
ancaman sanksi yang datang dan mengeluarkan Francis dengan
tamparan keras. Tiga puluh hari penundaan gaji dan sebulan di
markas untuk mengurus "kejahatannya".
Namun, ketika Mauler kepergok mengemudi di jalan yang salah
di Astoria Boulevard enam bulan kemudian dengan napas berbau
alkohol, ia tak punya kenalan berkuasa seperti Francis untuk dimintai
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
14
"BOLEH SA YA minta Toffee Nut latte dalam gelas besar dan seiris
caramel cheesecake?"
Hoolian masuk ke gerai Starbucks di Astor Pl.ace, menurutkan
keinginannya pada makanan manis. Gadis di meja kasir, dengan topi
bisbol hitam dan celemek hijau, menatapnya seolah-olah ia baru saja
memesan sebungkus heroin murni.
"Kau suka gula, kan?"
Gadis itu berpaling untuk mengambil pesanan, meninggalkannya
bertanya-tanya apakah ia mengucapkan sesuatu yang keliru.
Kemarin, Nona A. menyuruhnya untuk beristirahat sejenak dari
kegiatan hukum dan bersenang-senang sedikit. Nikmati
kebebasanmu. Seolah-olah ia tahu hal itu tak berlangsung lagi seusai
sidang pengadilan esok.
Akhirnya ia gunakan uang yang diperolehnya dari pekerjaan
aneh-aneh di penjara dan memotong rambut gaya cepak yang pantas
untuknya di Astor Place Barbers. Tampak cukup bagus, pikirnya,
dengan sedikit janggut yang ia pelihara untuk menutupi parut di dagu
serta jaket dan dasi murah dari toko yang ia beli untuk menciptakan
kesan baik pada hakim.
Ia meregangkan diri dan menguap, lega punya waktu beberapa
jam untuk tidur. Setelah berdebat lama dengan petugas kesejahteraan
sosial, ia akhirnya berhasil memperoleh tempat di rumah
persinggahan di Bed-Stuy, berbagi satu kamar tidur sesak dengan
tiga mantan narapidana lain di ranjang bertingkat. Memang kurang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
nyaman, berbagi laci pakaian bersama lelaki lain dan satu kamar
mandi dengan sembilan orang lain, tapi sewanya hanya enam puluh
dolar seminggu dan satu-satunya kekurangan lain hanya keharusan
menghadiri sesi terapi kelompok untuk berdiskusi tentang "masalah
kecanduan" palsunya itu. Bagaimana pun juga, dunia ini akan
membuatmu menjadi pembohong, kalau bukan kau lebih dulu
menjadi salah satunya.
Gadis itu membawakan minuman dan kue yang dipesannya dan ia
membayar tujuh dolar, menyisipkan tiap lembaran ke meja kasir dan.
menghitung- hitung: dirinya masih punya sekitar lima puluh dolar
untuk kupon makanan yang bisa membuatnya bertahan hingga akhir
minggu.
Saat ini, ia tak bisa memikirkan hal itu. Ia hanya ingin pergi jauh
dari para pengacara dan ruang sidang serta para birokrat selama
beberapa waktu. Ia hanya ingin menenangkan diri bersama alunan
Miles Davis di radio dan suara wanita cantik berbicara dengan nada
rendah di latar belakang. Setelah bertahun-tahun terkurung sel
lembab dua kali tiga meter, sebagian dari dirinya begitu ingin
merasakan kenikmatan sederhana seperti tangkai bunga yang
menggeliat mencari matahari.
Dengan lembaran koran iklan di satu tangan dan buku di tangan
lain, ia berjalan di antara para wanita yang menempati meja- meja
bulat. Wanita sedang menelepon dengan ponsel, wanita dengan
pakaian kerja formal, wanita membaca buku tentang Mancisme dan
fisika kuantum, wanita dengan sepatu roda, wanita menatap dengan
sepi ke layar laptop seakan-akan masalah terpampang di sana, wanita
berpegangan tangan dengan wanita lain, wanita menganalisis detil-
detil penting hidupnya, wanita memakai syal dan kerudung pendek
milik sang nenek, wanita dengan kaus FCUK, wanita dengan jaket
militer dan blus gaya petani. Wanita yang bebas dan menyingkirkan
versi diri mereka sendiri yang berbeda, wanita yang belum digayuti
gelambir lemak, nyeri sendi, pernikahan yang keropos, dan utang
berlimpah.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
15
"Itu hampir tiga bulan!" protes Debbie A. "Kasus klien saya telah
menggantung selama dua puluh tahun. Ia berhak memperoleh
penjadwalan lebih cepat."
"Itu persiapan yang terlalu lama, Tuan Raedo," ujar hakim,
mengenakan kacamata kembali. "Kenapa harus menunda?"
"Bu Hakim, kami yakin ada bukti di berkas kasus yang akan
memungkinkan kami membuktikan kesalahan Saudara Vega yang
tak diragukan lagi. Perkembangan teknologi DNA tak ragu lagi akan
menunjukkan bahwa Julian Vega membunuh Allison Wallis."
"Jadi mana buktinya?!" Deb mengangkat tangan sebagai isyarat
olok-olok yang sudah begitu dikenal Francis. "Klien saya telah
berusaha meminta bukti tersebut sejak 1995!"
"Ya, apa yang terjadi?" Hakim itu menoleh pada Paul, mulai
tampak jengkel. "Mengapa bukti itu belum diberikan?"
"Yang Mulia, kami tidak naif. Kita semua tahu divisi fasilitas
kearsipan kita kekurangan dana dan kurang pegawai. Setiap orang
berusaha menambah kapasitas, bahkan jika Nona Aaron ingin
berpura-pura sebaliknya. Orang-orang keluar dari gudang barang
bukti di Queens dalam empat hari terakhir. Buktinya ada di sana.
Hanya salah taruh."
"Salah taruh!" Deb mengejek. "Salah taruh!" ia mengangkat
tangan lebih tinggi lagi, memastikan pihak media mengerti
maksudnya. "Yang Mulia, mengapa klien saya harus menanggung
akibat dari sesuatu yang menjadi kesalahan administrasi orang lain?
Kita anggap saja seperti itu. Kedengarannya seolah kita mungkin
harus meminta penuntut khusus untuk menyelidiki apa yang terjadi
di sini."
"Oh, ayolah." Hakim itu menggapai palu, bersiap memanggil
semua orang ke ruangannya. "Bisakah kita membahas satu masalah
saja saat ini?"
Francis mengangguk, mafhum mengapa ia mengagumi Deb.
Siapa yang tak ingin diwakili oleh pengacara yang dapat membuat
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
BAGIAN III
KEHENINGAN SEBUAH BINTANG JATUH
16
"Mungkin lebih baik kita saling menghindari satu sama lain untuk
beberapa waktu." Dengan lembut ia menyentakkan kemejanya dari
cengkeraman Hoolian.
"Memang semestinya begitu, Brengsek." Hoolian menohok dada
si Sapi yang kendur keras-keras untuk memastikan ucapannya.
"Sekarang lebih baik kau main- main dengan orang lain saja. Aku
harus bersiap-siap bekerja."
17
"Kubilang, kau lebih baik taruh kantung di tangan gadis itu. Tukar
dan alihkan. Ia mungkin memiliki darah atau kulit si penjahat di
bawah kukunya."
Rashid mengeluarkan sepasang kantung Ziploc dari sakunya.
"Tolong, jangan plastik." Francis mengerutkan dahi. "Kertas.
Gunakan kantung kertas cokelat."
Rashid melotot padanya. "Mengapa kau harus bicara seperti itu
padaku?"
"Seperti apa?"
"Seakan-akan aku sedang mengisi barang belanjaanmu."
Francis menengadah, matanya menemukan retak akibat tekanan
di langit-langit.
"Dengar," katanya. "Bukan merendahkan. Tapi kau harus
memberi si kulit ruang untuk bernapas. Jika tidak, barang bukti itu
akan membusuk."
"Aku tahu itu. Kau tak perlu menguliahiku."
"Yah, maaf, tapi hanya karena punyamu sebesar anggur dan bisa
pergi ke rumah bandar narkoba penuh oleh Tec 9 dengan perhiasan
emas seharga lima ribu dolar, tak berarti kau mengetahui segala
sesuatu yang mesti diketahui tentang menjalankan investigasi
pembunuhan. Oke?"
Rashid menyilangkan tangan di depan dada, seperti penyanyi rap
yang berpose untuk sampul majalah, defensif dan tak terjangkau.
"Oh, sekarang aku jadi si keparatnya, ya?"
"Ya, Tuhan..."
Francis mendesah dan melihat mayat itu kembali, bak tua itu
tampak tumbuh membesar selagi menyimpan gadis itu. Sekarang
setelah matanya fokus, ia dapat melihat ada jejak-jejak jelas darah
lengket di bawah kuku-kukunya dan apa yang tampak sebagai helai
rambut kemerahan terlilit melingkari buku jari, mungkin ditarik dari
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Hey, Francis!" panggil Jimmy dari ruang lain. "Kau mau aku
menembak kepalamu?"
Francis mengikuti arah suaranya, satu kaki di depan kaki lain,
jalan kecil di antara kedua ruangan yang berpotensi menyimpan
sesuatu. "Ada apa?"
Ia telah memeriksa seluruh ruangan dengan saksama, dan
kenyataan bahwa dirinya tak segera melihat Jimmy membuat
dadanya menegang. Apakah daya penglihatannya sudah sedemikian
memburuk? Berangsur-angsur matanya menyesuaikan diri dan
menemukan Jimmy di seberang ruangan dengan carikan kertas di
tangan.
"Aku mencari-cari di sini dan kulihat gadis ini memiliki meja
kecil di sebelah ranjang dengan laci dan kupikir, apa salahnya!"
Jimmy mengangkat bahu. "Mungkin ia punya buku harian atau buku
alamat dengan nama-nama yang berguna di dalamnya."
"Benar sekali," ujar Francis.
"Jadi aku mengacak-acak laci, dan kulihat ia menyimpan
setumpukan kliping koran di bawah beberapa barang lain. Dan
kupikir, itu aneh. Untuk seorang wanita, maksudku. Aku juga suka
meninggalkan koran di lantai kamar mandi, istriku sering siap
menelepon komandan..."
"Jimmy, bisa langsung ke pokok persoalannya saja?"
"Jadi aku melihat-lihat dan kau tahu apa yang kutemukan?"
Ia memegang salah satu klipnya dan Francis maju selangkah, tak
begitu percaya pada penglihatannya. "Kau main- main denganku,
Ryan?"
"Serasa deja vu, bukan, Francis?"
"Apa itu?" Rashid ikut masuk ke dalam kamar.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
18
19
20
"Lalu?"
"Maksudku, Christine itu jenis orang yang lunak pada mereka
yang berasal dari lingkungan ini. Aku biasanya bilang, 'Hey,
hentikan itu. Kau mendorong orang-orang kacau itu untuk mengejar-
ngejarmu."'
"Pernah terjadi sesuatu yang buruk gara-gara hal itu?" tanya
Rashid.
"Tidak, sih... Kecuali suatu hari, ia memintaku untuk mengantar
ke daerah tempat tinggalnya. Dan ia terus-menerus menoleh ke
belakarlg seakan-akan seseorang tengah mengikutinya."
"Ia bilang siapa yang mungkin mengikutinya?" tanya Francis,
masih berusaha tak terburu-buru mengambil kesimpulan tak
beralasan.
"Tidak. Tapi, ini New York. Banyak orang sinting di luar sana."
21
ditempeli label harga. Ada foto Polaroid buram sosok Christine, dari
arah kiri, bukan sisi terbaiknya, pikir Eileen, terlalu memperlihatkan
gigi dan gusinya, tersenyum selagi memegangi salah satu pasiennya,
seorang gadis kecil berkulit hitam berpipi montok dengan jarum
infus besar di belakang lengannya dan kilat bintik merah di matanya.
"Untuk Dr. C," bunyi tulisan cakar ayam seorang anak di kartu
delapan kali tiga belas sentimeter di sebelahnya. "Aku tahu kini kau
berada bersama malaikat. Sampai jumpa. Cinta, Adelina."
Eileen menoleh ke sekeliling, menemukan setidaknya ada dua
lusin foto dan pesan persis seperti itu, mungkin lebih banyak dari
yang Allison peroleh. Tampaknya jumlah karangan bunga hampir
sama banyak, namun ia tak tahu pasti: ia datang terlambat ke sini dan
selalu ada orang-orang jahat di dekat sana yang mencurinya.
Tak lama lagi sebagian besar pelayat akan segera melupakannya.
Mereka akan kembali meneruskan kehidupan, drama dan krisisnya,
rencana diet dan lotrenya, gila-gilaan dengan aktivitas rahasianya.
Hingga akhirnya yang berduka hanyalah ibu si gadis. Orang lain
akan berkata, mereka mengerti, memperlihatkan sikap pengertian
yang selayaknya dan mengucapkan perkataan yang tepat di
pemakaman, bahkan mungkin mampir ke rumah beberapa kali dan
mendengarkan beberapa lama. Tetapi pandangan mereka kemudian
mulai melayang- layang. Senyum hangat yang kemudian muncul
terlalu cepat, tepukan di tangan yang terasa terlalu bersemangat, dan
pandangan mereka pun mulai melirik ke arah jam. Dan akhirnya
pertanyaan tak terucapkan menggantung di udara: Belum selesaikah
kau berduka? Bukan karena kebanyakan orang tidak sabar dan
kejam, tetapi karena mereka khawatir terlampau dekat. Mereka tak
ingin mengalami apa yang kau alami.
Ia mengambil tisu dari buku catatan dan mengusap kaca mata
hitamnya. Jangan biarkan mereka tahu. Mereka tak akan mengerti.
Ini bukan urusan mereka.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
22
23
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Detektif itu tampak lebih tua dan entah bagaimana lebih kecil,
berdiri di sana dengan mantel panjang kulit tiga perempat dengan
bendera Amerika di kelepaknya. Dalam ingatan Hoolian, Loughlin
selalu merupakan sosok papan menjulang yang siap tumbang di
atasnya. Kini ia hanya lelaki setengah baya yang mulai membotak
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
hingga orang bisa melihat kulit merah muda pucat keningnya dan
ujung alis yang kejam.
"Apa yang terjadi pada tanganmu?"
Hoolian mundur sedikit, teringat terakhir kali ia sedekat ini
dengan Loughlin adalah saat berada di lorong penjara.
"Terhimpit pintu kereta bawah tanah."
"Benarkah? Di pintu kereta? Aku tak bisa membayangkan.
Bukankah dilapisi karet di mana-mana."
"Aku sedang menyandarkan tangan di sana saat pintunya
membuka tiba-tiba dan tanganku terjepit. Karetnya pasti sudah
usang."
"Aku belum pernah mendengar hal seperti itu."
Hoolian menahan desakan untuk menyembunyikan tangannya di
balik punggung. "Apa yang kau lakukan di sini, Bung? Bagaimana
kau menemukanku?"
"Kau keluar dengan jaminan, bukan? Pengacaramu harus selalu
menginformasikan keberadaanmu setiap saat, kalau-kalau kau tak
datang pada tanggal persidangan."
"Omong kosong."
Loughlin terus melihat balutan itu, seolah ia bisa melihat darah
merembes dari kain itu. "Pasti sakit sekali. Ke mana kau pergi
berobat?"
"Ruang gawat darurat, St. Vincent's. Memangnya kenapa?"
"Kukira kau mungkin mampir ke RS Mount Sinai atau
Metropolitan. Lebih dekat, bukan?"
"Aku pergi dengan kereta." Hoolian melenturkan jari-jarinya,
berusaha terlihat acuh tak acuh. "Dengar, kurasa kau tak semestinya
berada di sini. Kalau kau punya sesuatu untuk dikatakan padaku,
sampaikan saja lewat pengacaraku. Kalau tidak, itu artinya ex parte."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak takut apapun. Aku hanya tak percaya padamu. Kau,
bajingan yang menjebakku sejak awal. Kenapa mereka tak mengirim
detektif lain saja?"
Ia pergi menuju ruang sebelah yang gelap untuk mengambil
kardus-kardus lagi dan menyadari Loughlin tersandung saat
mengikutinya.
"Ini masih kasusku," ujar Loughlin.
"Mereka pasti tak memberimu pekerjaan lain, sepanjang waktu
hanya kau habiskan untuk menyusahkanku."
Anehnya, Loughlin tampak teralihkan sesaat, seolah ia mencuri
dengar percakapan di ruang sebelah.
"Biar kutanyakan satu hal padamu, Hoolian."
"Namaku Julian. Panggil dengan benar."
"Oke, Joo-lian." Bibirnya ia buat melingkar mengejek. "Hakim
mengabulkan mosi empat-empat puluh yang kau ajukan karena
pengacaramu diduga tak pernah memberitahumu bahwa kau punya
hak untuk membela diri."
"Ya. Aku dulu masih ingusan. Bagaimana aku tahu?"
"Aku hanya ingin tahu. Apa yang akan kau katakan seandainya
kau bisa bersaksi?"
Hoolian menaruh sebuah kardus di lantai dan mengempa, tahu
mestinya ia tak boleh membiarkan polisi ini membuatnya naik darah.
"Aku tak akan membicarakan hal itu denganmu. Untuk itulah aku
menyewa pengacara."
"Ayolah, amigo. Sekarang hanya kau dan aku, tidak direkam."
Loughlin hampir terjerembab kantung daur ulang yang penuh
botol air kemasan kosong. Hoolian bertanya-tanya apakah polisi ini
baru saja minum- minum.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ooo)DW(ooO
Ruang ini bahkan lebih suram lagi. Francis berusaha tetap terbiasa
dan waspada pada perubahan suara Hoolian yang berpindah-pindah
di mangan itu, yang datang padanya dari berbagai sudut.
"Kau masih memakai cerita itu?" ia menggoyang-goyangkan alis
dengan riang.
"Kita berdua tahu apa yang kau lakukan."
Francis melihat kilatan perak dalam gelap dan menyadari Hoolian
tengah memegang sebuah pisau.
"Memangnya aku menaruh sidik jarimu di senjata pembunuh?"
ujarnya dingin. "Apakah aku memukulimu agar mengaku bahwa kau
memakai kuncimu untuk masuk dan keluar dari apartemennya saat
gadis itu tak ada?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
meja dengan surat kabar Post berusia tiga minggu yang tentunya
juga ditinggalkan Loughlin. "Aku benci omong kosong tabloid ini."
"Kau bertanya apakah aku 'dihukum.' Kujawab tidak. Tidak lagi."
"Pembelaanmu lemah, companero. Kau tahu itu masih
berlangsung. Pertanyaan itu berbunyi 'apakah kau pernah dihukum?'"
Hoolian menundukkan kepala, malu, menyadari, tentu saja,
bahwa suara Papi yang ia abaikan tepat sebelum meludahi wajah
Loughlin.
"Aku berniat memberitahumu tentang hal ini. Aku hanya terlebih
dulu ingin menunjukkan padamu bahwa aku bisa mengerjakan
tugasku..."
"Kau membuat tanganku terikat, hermanol Aku memberimu
kesempatan bekerja. Dan begini caramu berterima kasih? Polisi itu
baru saja bilang ia bermaksud meminta perintah pengadilan untuk
meminta kartu absenmu dan tanda terima gedung-gedung tempat kau
melakukan pengiriman barang. Bisa kau jelaskan padaku?"
"Sama sekali tidak." Hoolian berusaha menelan ludah.
"Mierda." Angel mengusap mata dengan telapak tangannya. "Kau
tahu apa yang akan dikatakan perusahaan jika mereka tahu hal ini?"
Hoolian menatap layar komputer di belakang bahu Angel. Screen
saver-nya memperlihatkan dinding bata merah yang kian mendekat
dan mendekat, seakan yang melihatnya berada di dalam mobil yang
akan menabraknya.
"Aku tahu aku berbuat kesalahan. Tolong biarkan aku
memperbaikinya."
"Bagaimana?" tanya Angel. "Apa yang akan kau berikan padaku?
Kata-katamu?"
Hoolian menatap screen saver yang menabrak dinding yang sama
terus-menerus. Berapa kali? Kapan ia akan berhenti menabrak
dinding yang sama itu?
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
BAGIAN IV
24
25
26
"Apa?"
"Aku mendapat telepon dari Judy Mandel dari Trib pagi ini. Ia
ingin tahu mengapa kita mempekerjakan orang yang sama untuk dua
kasus tersebut."
"Aku tak bilang padanya," kata Francis. "Ia yang merecoki Dick
Noonan dari bagian Enam-0 tentang masalah guru dan bom di bus
sekolah..."
"Kami kira mungkin kau ingin mundur selangkah."
"Mundur selangkah?"
"Sejumlah orang merasa khawatir dengan perkembangan kasus
ini," kata JC. "Mereka pikir kau agak terlalu menganggap pribadi
kasus ini."
"Ini pendapatmu, Jerry, atau atasanmu?"
"Kau detektifnya. Kira-kira sajalah. Mereka hanya ingin
memastikan tak ada yang akan menuduh mereka berpandangan
sempit."
"Maaf, tolong ulangi?" Francis menaruh tangan di belakang
telinganya.
"Mereka tak ingin ini terlihat seolah-olah upaya balas dendam.
Terlihat agak aneh. Dakwaan Hoolian dicabut, dan bum, segera saja
kau mencarinya untuk pembunuhan lain."
"Maaf, Jerry, bukan aku yang membentangkan benang
merahnya." Francis menaruh tangan di jantungnya. "Kawan
Christine di rumah sakit berkata ia 'terobsesi' dengan Hoolian. Itu
kata-katanya, bukan aku. Adakah yang berpikir aku memasang
guntingan-guntingan berita koran itu di lacinya? Demi Tuhan, tim
TKP menemukan sebuah video di VCR tentang kisah Hoolian dari
berita lokal yang direkam di dalamnya. Rashid hanya
memperlihatkan foto Polaroid pada pengelola apartemennya dan ia
berkata melihat Hoolian di sekitar situ beberapa minggu sebelumnya.
Jadi jangan katakan aku menutup mata."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
27
28
"SANG PUTRI! Sang putri! Oh, cakarku tersayang! Oh, bulu dan
kumisku! Ia akan membunuhku, seperti musang-musang!"
Anak enam tahun itu melarikan diri dari Eileen, menjerit-jerit
riang, si kecil lincah berambut merah yang merangkak di balik
kelinci perunggu besar dengan ikat pinggang dan jam tangan saku.
'"Penggal kepalanya!' kata sang Ratu." Eileen merayap mendekati.
"Penggal kepalanya!"
Adiknya, berusia tiga tahun, juga bocah berambut merah dengan
kulit seputih pualam, tertatih-tatih mengejar Eileen, menyentak-
nyentak belakang blusnya.
"A-ha!" Eileen berputar. "Potong leher Dormouse itu!
Kembalikan ia ke pengadilan! Tindas dia! Cubit! Cabut kumisnya!"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Jadi, tak kuminum pil-pil itu dan masuk ruang gawat darurat."
Wanita bermantel itu mulai menyobek-nyobek rotinya dan
melemparkan serpihan-serpihan itu pada burung-burung merpati
warna gelap yang bergerombol di sekitar tangga.
"Ya Tuhan, Eileen, aku belum pernah mendengar hal itu," kata
Francis. "Tak bisakah kau mengangkat telepon dan menghubungi
seseorang?"
"Dan mengatakan apa pada mereka? Bahwa aku bermaksud
overdosis Valium dan anggur murah untuk ketiga atau keempat
kalinya?" Ia tersenyum, letih oleh drama hidup. "Tom selalu
menemukan dan menyeretku dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lain untuk memompa perutku. Aku bercanda bahwa karena itulah ia
tertarik menjual peralatan medis."
Burung-burung berdesakan mencari remah-remah seperti
sekelompok pecandu berkelahi demi sejumput ganja.
"Lalu suatu sore aku tengah berada di Fairway dan aku
mendengarnya."
"Ia bicara padamu?"
"Aku tepat di depan pohon delima dan ia berkata, 'Tak apa, Bu.' Ia
pasti berada tepat di belakangku. Tapi ketika aku berbalik, ia tak
ada."
Francis mulai menggeleng-gelengkan kepala. "Eileen, ayolah..."
"Itu Allison, Francis. Seterang aku berdiri di sini, bicara padamu."
Francis merasa tengkoraknya mulai mengembang.
"Kemudian hal itu terjadi lagi, sekitar sebulan setelannya. Ketika
aku baru keluar dari Apotek Apthorp di Broadway. Waktu itu, dia
mengawasiku dari halte bus di seberang jalan. Saat itu hujan. Ketika
aku tiba di halte itu, bus telah berangkat. Ia meninggalkanku berdiri
di sana, basah kuyup, menatap dari balik jendela gelap."
"Dan kau yakin itu Allison?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
29
Hoolian suka cara gadis itu bicara padanya, mata berbinar dan
bersemangat, seakan mereka berdua adalah mahasiswa universitas
elit.
"Oh, aku pernah melihatnya." Ia mengangkat cangkir latte. "Dari
waktu ke waktu."
"Kok bisa? Apakah kau orang Kosovo juga?"
"Bukan, tapi aku pernah....pergi-pergi." Ia menyeruput kopinya.
"Kau tahulah."
Ia menyelidiki wajah pria itu dari pinggiran cangkir, memeriksa
setiap gerak, untuk melihat apakah ia melewatkan sesuatu saat
pertama kali mereka bertemu.
"Kukira orang mampu berbuat apa saja." Hoolian mengusap
mulut dengan tisu. "Pada situasi tertentu."
"Tidak, kukira tidak begitu."
"Mengapa?" tanyanya. "Kau tak berpikir seseorang yang pada
dasarnya normal dapat terpojok ke satu sudut dan melakukan sesuatu
yang pada keadaan normal tak akan mereka lakukan?"
Mata gadis itu berpindah beberapa sentimeter, seolah ia baru
menyadari sesuatu di belakangnya.
"Kadang," ia sependapat. "Tetapi ada hal- hal yang semestinya
membuat seseorang tak lagi dianggap manusia."
"Seperti apa?"
Hoolian menyadari dirinya tengah sedikit menguji gadis itu,
berusaha mencari batas-batasnya. Waktu tak bertepi itu mulai
berakhir. Batas-batas tegas terbentuk.
"Para tentara yang melakukan perbuatan ini pada sepupuku,"
ujarnya. "Mereka bukan manusia."
"Mengapa, apa yang mereka lakukan?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
30
Kadang kau harus mengisi potongan yang hilang agar semua orang
melihat gambar seutuhnya. Tak berarti kau salah, kan?
Ia mematikan TV, tak tahan menonton peristiwa menjengkelkan
itu, dan mulai beranjak menuju tangga. Berpikir tentang negosiasi
dengan pihak berwenang. Oke, ini tawaranku. Buat anakku keluar
dari perang dan aku akan menyerahkan SIM-ku selama enam bulan
ke depan. Kuambil lima tingkat daya penglihatanku dan nyeri kronis
juga boleh. Aku bahkan akan mulai mengaku dosa lagi. Ampuni aku,
Bapa, aku telah berdosa. Sudah tiga puluh tiga tahun sejak
pengakuan dosa terakhirku....
Dasar bajingan keparat. Apa hak yang kau punya untuk membuat
perjanjian yang lebih baik? Bagaimana jika sedikit lebih
menunjukkan rasa terima kasih? Kau mungkin saja sudah mati
berulang kali pada tahun-tahun kemarin. Jatuh dari tangga di Baruch
Houses. Anak yang muncul dari belakang Datsun di Lenox Avenue
dan menembak tiga kali dengan sebuah Browning, peluru itu
mungkin meleset sekitar satu meter dari wajahmu. Hampir jatuh dari
lubang udara di 132nd Street, saat mengejar pemerkosa di atap
gedung.
Kadang saat-saat itu terasa lebih nyata dari fakta bahwa ia berada
di sini, di rumah tua yang tenang ini, bersama seorang wanita hebat
yang memaafkannya atas semua hal luar biasa bodoh yang ia
lakukan. Lebih nyata dari fakta bahwa mereka memiliki dua anak,
yang dulu sering duduk di pangkuannya menonton film John Wayne,
lama setelah mereka terlelap di malam- malam sekolah. Mungkin ia
sebenarnya hanya berbaring di bawah lubang udara itu, dan ini hanya
lamunan seorang lelaki sekarat belaka.
Ia berhenti di tengah tangga, beristirahat sejenak. Bertanya-tanya
jika rumah ini masih memadai untuknya dalam beberapa tahun ke
depan. Tangganya cukup banyak, tapi lalu mengapa? Ia kehilangan
penglihatan, dan bukan kakinya. Masalah yang lebih mendesak
adalah luka dan sandungan kecil yang tak akan ia lihat kecuali
diperingatkan Patti. Waspada terus-menerus adalah harga
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
bukti mutlak. Lagi pula, mereka semua bersalah untuk sesuatu hal,
kan?
Tapi dua puluh tahun sejak kejadian itu, ia tak pernah melampaui
batas lagi. Tangisan ayah anak itu ketika hakim berkata, "Hukuman
dua puluh lima tahun penjara,' telah mengembalikan ketakutannya
akan Tuhan. Ia telah diperingatkan.
Entah mau mengakuinya atau tidak, ia berubah setelah peristiwa
itu. Tidak sekaligus, tetapi bertahap. Berhenti minum dan main
perempuan, mulai menghabiskan waktu bersama anak-anak dan
memperbaiki hubungan dengan Patti. Dan, memastikan seyakin-
yakinnya bahwa ia tak pernah menjebloskan orang ke penjara lagi
tanpa memberinya kesempatan yang adil. Dilihat dari sudut apapun,
ia telah menanggung hukumannya. Jadi, mengapa ia terus merasakan
tangan dingin ini di jantung?
Ia meninggalkan kamar mandi dan melihat mesin penjawab
telepon berkedip di atas meja. Terlalu dini untuk mengharap kabar
dari Dave di kantor forensik, sehingga pikirannya melayang kembali
pada Eileen. Anak-anak menyimpan rahasia. Apapun artinya. Ia
bertanya-tanya apakah ia melewatkan sesuatu lagi selama ini. Darah
yang sama dua puluh tahun kemudian. Ayolah, Dewa Hal-hal Kecil,
berikan petunjuk. Separo sidik jari pada gelas air. Noda darah di
serat karpet. Sebuah noda DNA Hoolian di salah satu handuk
Christine. Ia bukan mencari hasil tertentu kali ini. Sudah cukup aku
bermain- main dengan takdir, ia membatin. Waktunya tak tepat dan
manfaatnya juga nihil. Cukup bantu aku melakukan hal yang benar,
kali ini.
Telepon berdering sebelum ia memencet tombol Playback.
Diangkatnya cepat gagang telepon, berharap itu adalah Rashid yang
membawa kabar baik dari gudang barang bukti, lalu menggeram,
"Yo." Tetapi hanya ada bunyi desis, seperti jatuhan salju di angin
keras.
"Ada orang di sana?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
31
Zana tinggal di lantai dua sebuah gedung lama yang tak pernah
diperbaiki di Red Hook, daerah yang berbatasan langsung dengan
laut, terpisah dari bagian Brooklyn lain oleh jalan kereta api. Crane
dan pembongkar kargo menumpuk seperti dinosaurus di tepi
dermaga. Jalan-jalan dibuat dari batu bulat dan memiliki nama-nama
seperti Pioneer, Verona, King, Beard, Coffey, dan Visitation Place;
dan sepertinya ada saja orang nongkrong di pintu gudang setiap satu
atau dua bloknya, memberi kesan orang itu melakukan pekerjaan
yang mungkin tak ia sukai. Bahkan dalam hujan, Hoolian bisa
melihat sebagian Patung Liberty lewat kaca jendelanya, dan kadang-
kadang kapal membunyikan klakson saat melewati Terusan
Buttermilk di dekat sana.
Zana telah bekerja amat keras untuk memperindah tempat
tinggalnya, menggantungkan syal warna cerah di lorong pintu
masuk, menyalakan lilin di beberapa titik. Ia juga menutupi lubang
di dinding dengan panel kartun hitam-putih yang digambari tokoh-
tokoh mungil yang mengembara di sepanjang lorong mirip ngarai
dan lukisan bayi dalam keranjang, yang jika diamati lebih saksama
ternyata merupakan lukisan wanita yang sama pada tahap-tahap
kehidupan berbeda, diabadikan oleh formaldehyde.
"Kau pasti tidak punya bor, kan?"
Zana pergi ke kamar sebelah dan kembali dengan bor listrik Black
& Decker, mata bor seperempat inci telah terpasang di sana.
"Kenapa wanita selalu punya alat-alat ini tapi tak tahu cara
menggunakannya?" tanya Hoolian, mencolok steker dan mengamati
dinding dengan hati- hati, mewaspadai percikan api yang mungkin
muncul.
"Ia tukang kayu."
"Siapa?"
"Lelaki yang bersamaku sebelumnya. Suamiku."
"Suami-mu?" Hoolian hampir menjatuhkan bor. "Maksudmu?
Mengapa kau tak pernah menyebut-nyebut tentang ia sebelumnya?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Semua orang juga pernah muda. Ini hanya alasan yang dibuat-
buat."
Hoolian meraih bor dan mulai membuat lubang lain. Ia berpikir
tentang semua hal lain yang mesti dikerjakan saat ini untuk
menolong dirinya sendiri. Ia mestinya menyelidiki lebih giat;
mencari saksi lebih banyak untuk alibinya. Dan paling tidak,
mestinya mencari pekerjaan lain atau menulis surat pada serikat
tempat ayahnya bergabung, untuk mencari tahu apakah ia berhak
atas sejumlah barang. Tetapi, sekali lagi di sanalah dirinya, Hoolian
si bodoh, tak bisa menolak wanita yang butuh pertolongan.
"Sudah berapa lama kau tinggal di sini, ngomong- ngomong?" ujar
Hoolian, melepaskan ketegangan dan membiarkan desau kesedihan
berembus keluar. "Sepertinya kau tak punya kerabat atau teman di
sekitar sini."
"Baru beberapa bulan," jawabnya. "Sebelum ini, aku tinggal di
Pelham Parkway di Bronx, tapi di sana keadaannya hampir seperti di
negeri asalku. Orang-orang yang kenal keluargaku—aku tak tahan.
Aku harus pindah. Ibuku menangis dan menangis, tapi kubilang,
'Meme, kenapa kau sedih? Kita di Amerika. Shtendosem.
Tenanglah.'"
"Ya. Kau tak bisa menyalahkan orang lain jika ingin memulai
awal yang baru."
"Jadi kau bisa memperbaiki pintu ini? Menyenangkan sekali,
memiliki privasi sendiri."
"Yeah, kukira ini akan baik-baik saja." Ia mengukur jarak antara
engsel atas dan bawah, senang tangannya sibuk. "Tapi siapa yang
memasang pintu ini sebelumnya? Sepertinya ia menaruh sedikit
dempul saja. Masih belum kering pula."
"Suamiku. Semua yang ia lakukan tak ada yang beres."
Hoolian menoleh perlahan. "Kukira kau tak pernah melihatnya
lagi setelah pindah dari Bronx."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
32
genetik raksasa kota itu, pola yang hanya dipahami para dewa dan
perencana kota.
"Bukankah sulit menemukan atap yang bocor dalam gelap?"
"Waktu paling baik untuk mencarinya adalah tepat setelah hujan."
Sinar senternya mengembara tanpa tujuan. "Air bisa datang dari
mana saja."
Sebuah bus di bawah berlalu mendesah, bersama para pengendara
larut malam.
"Lalu, ada berita apa?" tanya Patti.
"Kau tahu bagaimana aku benar-benar dipusingkan oleh masalah
brengsek yang terjadi di laboratorium?"
"Ya, kau mencari DNA Julian Vega dan malah menemukan
sampel dari wanita yang sama pada kedua korban."
"Tepat. Karena itu aku mencari sampel Eileen Wallis agar kami
bisa mengeliminasi putrinya, Allison, sebagai sumber DNA." Ia
sengaja tak memberi tahu istrinya tentang muslihat sapu tangan itu;
menyadari sebagai mantan jaksa Patti pasti akan mengecam.
"Tapi untuk apa kau membutuhkan sampel itu? Ia sudah mati,
bukan?"
"Tentu saja, tapi kami masih harus melalui semua tahapan untuk
memastikan tak ada yang mengacau dan keliru melabeli darah si
korban."
"Dan?"
"Aku baru mendapat telepon dari David Abramowitz di kantor
forensik lewat ponsel." Ia menarik napas panjang, masih berusaha
menyerap hal yang baru didengarnya. "Hasilnya sudah ada. Eileen
Wallis adalah ibu dari wanita yang darahnya kami temukan pada
kedua TKP."
"Apa?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Masalahnya, aku tak tahu apa yang harus kami lakukan jika cara
itu tak berhasil. Kukira kita bisa mencoba pencarian buku nikah dan
akta kelahiran skala besar, untuk melihat kalau-kalau Eileen pernah
menikah sebelumnya atau menyerahkan anak untuk diadopsi tanpa
mengatakan pada siapa-siapa. Tetapi masalahnya, jika kini
berbohong soal memiliki anak lain, ia juga mungkin waktu itu
berdusta dan menggunakan nama berbeda."
"Kalau begitu, aku tak tahu bagaimana kau akan
memecahkannya."
Ia menyapukan sinar ke udara, tak lagi mampu melihat lebih dari
satu meter di muka. Kegelapan telah merayapinya. Ia naik ke sini
dengan anggapan mungkin dapat memperoleh secercah cahaya
matahari di saat-saat terakhir, tetapi malam tiba-tiba saja
meliputinya.
"Francis," kata Patti pendek. "Aku ingin menanyakan sesuatu
padamu."
"Apa?"
"Apakah ini berarti kau memenjarakan orang yang salah?"
Dilihatnya sinar itu sedikit berkedip dan diguncangnya senter itu,
berharap baterainya tak habis.
"Kau tak tahu itu dan aku juga tidak," jawabnya terlalu cepat.
"Aku masih berpikir Hoolian terlibat dalam peristiwa itu. Terlalu
banyak kebetulan, Christine Rogers sering bicara tentangnya, dan
mengumpulkan kisah kasusnya."
"Jadi, kau ingin bilang bahwa ini...konspirasi?" tanya Patti,
seolah menganjurkan agar pergi tidur akibat mabuk di sofa.
"Aku tak tahu. Aku hanya bilang, aku tak menjebloskan orang tak
bersalah selama dua puluh tahun."
"Kau terdengar begitu yakin, untuk seseorang yang belum
mengetahui semua faktanya."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
33
34
"Jadi, hanya itu? Ada perkara lain yang akan kau ceritakan
padaku? Kanker otak? Gagal hati?"
"Tidak. Kau hanya akan menikahi seorang pria buta. Seperti Ray
Charles tapi tanpa musiknya. Kukira cukup itu dulu saat ini."
"Brengsek kau, Francis. Kau kira ini lucu? Apa yang sudah kau
lakukan? Bercerita pada rekan-rekanmu di Coogan's sebelum
padaku?"
"Tidak, aku belum mengatakan pada siapa pun. Kupikir jika aku
tak mengatakan apa-apa, kebutaan itu tak akan benar-benar terjadi."
"Aku istrimu." Patti menarik selimut dari suaminya. "Akulah
yang akan mengisi formulir asuransi dan membawamu ke dokter.
Tidakkah kau pikir aku berhak tahu?"
Francis mendengar suara hujan memukuli jendela dan
mendengarkan suara bocor di kamar mandi, merasa ngeri pada tiap
tetesannya di wastafel.
"Apakah kau akan meninggalkanku sekarang?" tanyanya.
"Apa?"
"Aku hanya mengingatkan bahwa itu sebuah pilihan. Kau tak
berharap akan menjadi pasangan seorang cacat, toh."
Patti menopang dengan sikunya. "Kau benar-benar berpikir aku
akan melakukan hal itu?"
"Kalau kau pergi pun aku tak akan menyalahkanmu. Tuhan juga
tahu, kau bisa saja melakukannya ratusan kali sebelum ini dan tak
ada yang akan menyalahkanmu."
"Ya, ampun, Francis, aku bukan ibumu."
Ia menyeringai seolah-olah istrinya itu menggarukkan kuku ke
wajahnya.
"Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
35
B AG I AN V
BAYANGAN KUSUT
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
36
"Francis Loughlin?"
"Ya, saya. Ada yang bisa saya bantu, Nona?"
"Judy Mandel dari Trib."
"Oh."
Anggota skuad lain bergegas pergi seolah-olah tanda RADIOAKTIF
baru saja dipasang di leher, entah bagaimana merasakan kehadiran
pers atau atasan di saluran telepon.
"Apa saya mengganggu waktu Anda?"
"Sebenarnya..."
"Kalau begitu saya akan cepat." Ia terdengar seperti tipe
perempuan mudah gugup yang terus-menerus harus mengingatkan
diri sendiri untuk mengucapkan tolong dan terima kasih. "Saya
tengah meliput tentang hubungan antara kasus Allison Wallis dan
Christine Rogers."
"Oh, begitu?" Francis mengubah posisi telepon dari bahu satu ke
bahu lain, tak ingin terjebak dalam trik lama memastikan sebuah
kisah dengan menyetujui dugaan. Dan, kapan Anda berhenti
memukuli anak-anak Anda?
"Siapa bilang kedua kasus itu berhubungan?" Ia mencoba
membuatnya bingung.
"Ayolah. Kita sama-sama dewasa."
"Nah, itu berarti kita akan berbincang dengan serius."
Seseorang telah membocorkan. Matanya mengembara di ruangan
mencari tersangka yang mungkin. Tak mungkin Ryan. Satu-satunya
reporter yang berurusan dengannya adalah orang-orang Irlandia tua
yang tampak seolah mengejar mobil- mobil yang diparkir dan
bercukur di pinggir jalan. Si letnan punya kemungkinan, karena
begitu gemarnya ia akan steik. Sebuah fillet mignon di Sparks dapat
seharga satu kolom bagi penulis dunia hiburan di sebuah mingguan.
Rashid tampaknya tak mungkin, karena relatif baru terlibat. Namun
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
37
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
HOOLIAN MERAYAP keluar dari kamar tidur Zana pagi itu dan
menemukan Eddie duduk menyilang kaki di lantai kayu, menonton
Super Friends dengan mata terbuka lebar penuh kekaguman, yang
mungkin tak ditunjukkan kebanyakan anak Amerika untuk film
kartun buruk seperti itu. "Terima kasih telah menyelamatkanku,
Aquaman!" Sesosok makhluk kelabu berlendir berenang keluar dari
tiram raksasa tepat saat tiram itu menutup di atas sang Pelindung
Lautan pirang berkaus oranye. "Sayang, aku tak bisa membalas
budimu!"
Ia duduk di sebelah anak itu. "Tidak bisa terlalu lama di air, ya?"
Ia berusaha mengingat-ingat aturan pokok tokoh itu. "Tapi ia
memiliki telepati khusus yang membuatnya bisa bicara dengan ikan."
Tanpa berkata-kata, anak itu merangkak ke pangkuannya kembali
dan meringkuk di dalamnya mencari kehangatan.
"Ia akan lolos, kau tahu?" Hoolian melingkarkan tangan pada
anak itu, seolah mereka terbiasa melakukan hal itu selama bertahun-
tahun. "Makhluk licin sulit dipegang lama- lama."
Saat acara itu berakhir, ia pergi ke dapur, mencari-cari ceret dan
wajan, dan membuat oatmeal untuk mereka bertiga dengan terlalu
banyak gula dan sirup di atasnya, dan menghidangkan untuk Zana di
tempat tidur. Wanita itu duduk dan menatap dengan pandanga n
nger i. "Kau tak akan melakuka n ini setiap waktu, kan?" Apakah
itu artinya ia takut dirinya akan melakukan lagi, atau sebaliknya?
Hoolian mengangkat bahu, pergi mandi tanpa membuat balutannya
basah, dan kembali mengenakan pakaian kemarin. Ia pergi bersama
ibu dan anak itu ke tempat penitipan Eddie di Van Brunt Street dan
menemani Zana ke stasiun di Smith and Ninth Street. Berapa lama
Aquaman dapat berada di luar air, omong-omong? Sejam atau
sehari? Setelah beberapa lama, harus kembali ke habitat asal.
Ia menumpang kereta bersama Zana ke kota, berdua memegang
tiang yang sama, dikelilingi himpitan tubuh-tubuh, saling bertatapan
satu sama lain untuk sesaat, mengingat-ingat peristiwa tadi malam
dalam barisan kerlip lampu rel, berbagi rahasia saat orang lain
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
38
dengan sabit bulan perak di leher dan wanita berkulit hitam yang
tengah hamil—-menyibukkan diri.
"Hanya kau yang tahu kami sedang berusaha mengambil kembali
semua bukti lama kasus Allison Wallis."
"Lalu kenapa? Kawanmu, Detektif Ali ini, juga muncul dua hari
sekali selama seminggu lebih ini. Kenapa kau tak menanyainya?"
Rashid melemparkan senyum dingin, tahu bahwa ucapan itu
melenceng jauh, tak mengenai sasaran.
"Tidak, Brian, ia punya karier yang mesti dijaga," Francis
menjelaskan. "Kau, di lain pihak, hanya duduk di sini, membocorkan
info pada koran-koran dari TKP Christine Rogers dan kau yang
punya kekasih yang kau hamili, bekerja menyusun berkas di
laboratorium kriminal."
Mauler mencopot kaca mata dan menunduk sambil menyekanya
dengan ujung dasi, tak punya jawaban segera.
"Kau akan menjadi bajingan penuh dendam karena kau dan aku
punya masalah di masa lalu. Sekarang bicaralah dengan jantan atau
tutup mulut brengsekmu itu. Oke? Kau tak perlu membocorkan
infonnasi pada pers hanya untuk membalas dendam. Kau merusak
dua investigasi pembunuhan. Begitukah caramu menunjukkan rasa
hormat pada rekan-rekan kerja?"
"Aku tak tahu apa yang kau bicarakan."
"Lihat aku, Brian."
Kursi Mauler berderak saat ia bersandar. "Kubilang, lihat aku."
Francis mendorong mainan robot mekanis tua yang terletak di
meja di antara mereka.
"Kau melihatku sedang menoleh ke kiri atau kanan? Kau
melihatku melakukan yang lain kecuali menatap apa yang di
hadapanku?"
"Itu tak ada kaitannya denganku, Francis."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
39
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
40
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
Ooo)DW(ooO
41
"HOOLIIIIAAAN!!"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Saya minta kalian menghormati privasi klien saya dan tujukan semua
pertanyaan pada kantor saya."
"Apa katanya? "
"Di mana kantornya? "
"Apa yang kau lakukan akhir minggu ini? "
Debbie membuka pintu dan mendorong Hoolian ke dalam taksi.
"Astor Place," ujarnya, masuk di belakangnya dan membanting
pintu, untuk terakhir kalinya "Hooliiiii—" mengikuti mereka saat
menjauh dari teriakan kerumunan itu.
Sang supir, seorang Sikh mengenakan turban—serban ala India—
dan janggut hitam mewah seolah seekor tupai menutupi bagian
bawah wajahnya, memperhatikan mereka dari kaca spion.
"Kalian masuk TV?"
"Sekarang ya," ujar Nona A, muram.
"Sudah kuduga aku mengenalmu. Kau dari acara Fear Factor?”
"Pemisah ini tak bisa menutup?"
Sebelum supir itu menjawab, Deb menutupnya sendiri dan
berpaling pada Hoolian. "Ada yang perlu kita bicarakan.”
“Apa?"
"Noda kecil darahmu di sofa mungkin bisa kujelaskan." Ia
memegang erat keranjang Nantucket di pangkuannya. "Tapi, cairan
spermamu?"
Taksi itu berjalan zig- zag saat si pengemudi mengarungi blok dan
menuju daerah macet di Lexington.
"Haruskah aku menceritakannya?" Hoolian meraih sabuk
pengaman.
"Ya. Aku betul-betul butuh sedikit pertolongan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Aku butuh waktu tujuh atau delapan tahun untuk menyadarinya. Saat
itu aku cukup naif."
Ia bertanya-tanya apa yang akan Zana pikirkan setelah mendengar
cerita ini.
"Dan setelah itu?"
Matanya melesat melewatinya. "Ia tampak mulai sedikit kecewa,
kurasa."
"Oh?" ia biarkan kata itu menetes seperti jarum es dari bibirnya.
"Maksudku, awalnya ia baik-baik saja. Seperti ia siap
melupakannya dan bersikap seolah itu tak benar-benar terjadi.
Tetapi ia kemudian mulai gugup, seolah cemas seseorang akan
mengetahuinya."
"Apakah ia bilang siapa?"
"Tidak, ia hanya berkata, 'Kau betul-betul harus pergi sekarang.
Kau tak boleh ada di sini lagi.'"
Hoolian benci pada kenyataan bahwa perempuan itu mengorek
semua kata-katanya dengan sisir halus, berusaha menjeratnya, seperti
para detektif itu.
"Dan mengapa kau tak mengatakan semua ini pada Loughlin
dalam interogasi awal?"
"Ketika itu aku masih anak Katolik yang taat yang baru mulai
bercukur sebulan sebelumnya." Suaranya serak. "Aku bahkan tak
tahu kata apa yang akan kugunakan. Aku bisa mengucapkan seluruh
isi misa bahasa Latin dengan mudah ketimbang mengucapkan
"penis" atau "vagina."'
"Bagaimana dengan Figueroa, pengacaramu pada persidangan
pertama?"
"Ia tahu semaunya. Aku ceritakan bagaimana kejadian persisnya,
tapi ia sepertimu. Tak mempercayaiku. Ia bilang, 'Bagus, Julian.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Sekarang simpan saja itu untuk dirimu sendiri. Kau tak akan
memperoleh apa-apa dari cerita itu dengan saksi di depanmu."
Ia menistakan bangsat tua itu. Hoolian masih bisa membayangkan
orang itu di kantor Court Street-nya, noda mustard terang di manset
setelan jaket, punggung-punggung buku hukum usang mengelupas di
rak, bicaranya kasar dan sok perhatian padahal yang ia inginkan
hanya menggerogoti harta si klien dan bersenang-senang dengan
kapal pribadinya di Florida Keys.
"Jika itu benar, mengapa kau tak mengatakannya padaku sejak
awal?"
"Hal pertama yang kau katakan: 'Hanya jawab pertanyaan yang
diajukan. Saksi yang baik mengetahui, jangan pernah merendahkan
orang bodoh. Berfokuslah pada isu yang relevan dengan tuntutan.'
Yaitu"—ia menjentik dengan jemarinya— "apakah pengacaraku
tidak kompeten? Ya. Apakah ia memberiku hak untuk bersaksi?
Tidak. Mengapa pemerintah tak memunculkan bukti DNA yang
kami minta? Dan mengapa mereka tak mengejar semua saksi yang
bisa membersihkan namaku?"
Deb mengangguk, mengakui setiap poin seiring memucat
wajahnya. "Ya, tapi bagaimana penemuan darahmu dan darahnya di
kain penutup sofa?"
"Seperti yang kau bilang. Aku mengerjakan banyak hal di gedung
malam itu. Kurasa aku mungkin tersayat saat memotong pipa dan
tetesannya mungkin mengenai sofanya saat kami bersama.
Bagaimana darahnya sampai ada di sofa, aku tak tahu. Itu pasti
terjadi setelah aku pergi dan orang lain datang dan menyerangnya."
"Oh Tuhan." wanita itu membuka jendela taksi, membutuhkan
udara segar. "Kuberi tahu kau, Julian. Lebih baik tak
membohongiku. Kalau kau bohong, bukan aku yang akan
menyeretmu kembali ke penjara. Kau dihukum dua puluh lima tahun
penjara, seandainya kau lupa."
"Apa aku terdengar seperti sedang berbohong?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
42
"Siapa?"
"Ibu Allison. Eileen. Aku sedang di restoran dan bermaksud
menyapa, tapi ia hanya melihat padaku seolah aku tembus pandang."
"Mungkin ia tak mengenalimu. Doug, kita semua makin tua."
"Tidak, bukan itu masalahnya. Ia tahu siapa aku. Aku
memperkenalkan diri." Doug menoleh ke belakang, ke arah foto-foto
di lemari. "Tapi ia tak ingin tahu keadaanku sekarang. Karena ia
tahu, Allison tak akan pernah mencapai umur seperti sekarang.
Beberapa orang memang tak bisa menerima keadaan."
43
44
BAGIAN VI
MULAI MELIHAT CAHAYA
45
"Aku tak mengerti sama sekali semua ini," ujar Tom, mengusap-
usap lengkung alisnya dengan jari. "Pertama, kau melepaskan
pembunuh adikku sebelum masa hukumannya berakhir. Lalu gadis
lain terbunuh dan entah bagaimana berhubungan dengan Allison.
Dan sementara itu, si Vega ini belum kembali ke penjara?"
"Boleh saya potong?" Dr. Dave menyela. "Ada beberapa aspek
dalam kasus ini yang harus kita cermati dengan saksama. Kami
sudah memastikan bahwa ada hubungan DNA yang jelas antara
keluarga Anda dan wanita yang darahnya kami temukan pada
pembunuhan Christine Rogers. Jadi, hal pertama yang mesti kita
ketahui adalah apakah Anda memiliki saudara perempuan lain."
"Tentu saja tidak." Tom memutar bola mata. "Pertanyaan gila
macam apa itu?"
"Kami hanya mencari penjelasan logis tentang kemungkinan
pemilik darah itu," kata Dr. Dave.
Francis melayangkan pandangan ke seberang meja. "Eileen?"
Wanita itu duduk membisu, dengan setelan hitam dan kacamata,
patung sphinx yang elegan.
"Aku tahu ini hal yang sulit untuk dibicarakan," bujuk Francis,
mengira wanita itu mungkin telah menggandakan obat-obatnya sejak
terakhir kali ia bertemu dengannya. "Tetapi kami benar-benar harus
tahu. Kita semua di sini sama-sama dewasa. Kami semua mengerti
bahwa selalu ada persoalan sebelum dan sesudah orang menikah.
Jadi kau harus memberi tahu kami yang sebenarnya. Apakah kau
pernah memiliki anak lain yang mungkin kau serahkan untuk
diadopsi?"
Perempuan itu mencopot kaca mata dan menatapnya, tak ada
awan di mata biru itu hari ini.
"Francis," ujarnya. "Jika punya bayi lain, aku mungkin tahu. Aku
mungkin bukan orang tua yang sangat perhatian, tapi yang seperti itu
pasti tak terlewatkan olehku."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
46
"Tidak, Nita, dengar, aku bersumpah aku tak ada kaitan sama
sekali dengan semua itu. Mereka hanya ingin menangkapku. Itu
jebakan, untuk menutupi apa yang mereka lakukan..."
Kelopak mata wanita itu makin berat; semakin banyak Hoolian
bicara, semakin sedikit yang ingin ia dengar dari lelaki itu.
"Dengar, aku hanya butuh tempat untuk tinggal beberapa lama.
Mereka semua menghakimiku di rumah Bellevue kemarin malam,
dan terlalu mengerikan rasanya. Semua orang di ranjang lain
mengawasiku dan para penjaga membicarakanku dari belakang. Aku
takut pergi ke kamar mandi. Rasanya seperti di penjara lagi, hanya
lebih buruk karena aku tak punya sel untuk bersembunyi. Aku
berada di ruang terbuka, dengan setiap orang bisa melukaiku."
"Kau tak bisa tinggal di sini lagi." Nita menyelipkan pulpen di
belakang telinganya. "Bos tahu tentang hal ini tempo hari dan hampir
memecatku."
"Kalau begitu mungkin aku bisa ikut ke rumahmu, hanya untuk
beberapa malam. Aku akan tidur di lantai, di bak mandi. Aku tak
peduli..."
"Tidak, Sayang, aku tak bisa melakukan itu."
Hoolian menunggu penjelasan, tetapi Nita tak berkata apa-apa.
Bahkan untuk menyodorkan alasan bahwa apartemennya terlalu
kecil. Ia hanya tak ingin sendirian dengannya.
"Kalau begitu aku tak tahu lagi ke mana aku harus pergi malam
ini." ia melipat tangan. "Aku tak bisa kembali ke rumah
penampungan. Bisa-bisa aku terbangun dengan pisau di dada."
"Tapi apa yang terjadi dengan kasusmu? Kukira kau akan
membuktikan bahwa kau tak membunuh gadis itu dan sebagai- nya."
"Sudah kucoba, tapi perhatianku agak teralihkan. Ada hal- hal lain
muncul. Aku dapat pekerjaan, bertemu seorang gadis. Terjadi
masalah..."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
47
48
49
aku berpikir di luar garis. Makin lama kasus ini bergulir, makin kau
terjebak melihat mereka hanya satu arah, kau menjadi letih dan tak
lagi imajinatif karena menatap lurus terus ke depan sepanjang waktu,
melewatkan pemandangan di samping.
Ia memejamkan mata. Selama beberapa saat dunia gelap,
membayangkan dirinya telah buta. Menunggu bentuk-bentuk sisa
cahaya itu berhenti, membuat tubuhnya diam, dan membiarkan kulit
dunia yang transparan mengelupas.
Akhirnya Francis menyadari bunyi-bunyi di sekitarnya kian jelas
dan sedikit berubah. Ia bisa membedakan denting gelas anggur dari
bunyi gelas soda yang lebih berat. Ia mengenali ketukan ringan hak
sepatu runcing yang lewat, dengan ketukan sol sepatu karet seorang
pria yang dingin di belakangnya. Ia menyadari dirinya bisa mendapat
petunjuk tentang usia, perbedaan jarak, dan bahkan ekspektasi
romantis—jika ia mendengarkan cukup tekun di jeda-jeda
percakapan. Tapi ketika mencoba berfokus pada satu suara di bilik
tepat di belakang mereka, ia ternyata tak bisa cukup yakin
menentukan apakah seseorang itu pria atau wanita.
"Francis? Kau tak apa-apa?"
Ia membuka mata dan menyadari Dave tengah menatapnya. "Ya,
ampun, kupikir kau kejang."
"Tidak, aku hanya sedikit melamun," ujarnya, menatap buih
Guinness yang berdiam di separo gelas. "Dave, aku ingin bertanya
sesuatu."
"Apa?"
"Kau yakin gen tak pernah berbohong?”
“Apa?"
"Aku tidak bicara tentang kekeliruan arsip. Aku tanya, apakah
DNA pernah salah menafsirkan?"
"Sudah kubilang, peluangnya satu dari satu triliun. Kau minum
apa, sih?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
50
51
52
mengerti ucapan saya. Kukira bahasa Inggris Anda jauh lebih baik
dari yang Anda tampilkan."
Portir itu tersenyum dan menyentuh ujung topi anyamnya. "Que
quiere de mi, yo soy solo el pianista?" ujarnya.
"Apa maksudnya?" Nona A melirik Hoolian meminta penjelasan.
"Ia berkata, 'Apa yang Anda inginkan dari saya, Bu? Saya hanya
seorang pemain piano."'
53
"Jadi, ada apa dengan itu?" tanya Rashid. "Kau mengirim seorang
bajingan ke penjara selama dua puluh tahun untuk sesuatu yang tak
ia lakukan? Kemudian kau memburunya untuk pembunuhan lain
segera setelah ia keluar? Kau membuat hidup anak itu bagai neraka."
"Kau bicara padaku sebagai seorang polisi atau sebagai calon
pembela dua tahun ke depan?" tanya Francis, tak berusaha menutupi
ketidaksabarannya.
"Aku bicara padamu sebagai seorang lelaki. Oke?"
"Baiklah."
Ia terdiam, merenungi cacat di kaca mobil dan tempat-tempat
yang cukup jauh di mana penglihatannya mulai mengabur.
"Apa sebenarnya yang kau ingin aku katakan? Beri aku petunjuk."
"Aku hanya ingin tahu. Bagaimana kau dapat menjalani hidup
dengan itu?"
"Hey, aku hanya bagian dari proses," ucap Francis, otomatis
mengulang rentetan kata-kata yang ia ucapkan pada Patti. "Juri yang
memutuskan bukti dan hakim yang menentukan hukumannya..."
"Omong kosong, Bung. Kau pikir idiot macam apa yang tengah
kau ajak bicara? Aku tahu apa artinya. Aku menjebloskan sesama
nigger gara- gara mengedarkan narkotika dan sepupuku juga
dipenjara. Jadi, jangan mengoceh omong kosong tentang 'proses'.
Aku tahu proses itu."
"Kau ini apa, istriku? Aku tak akan mau berpasangan denganmu
kalau tahu kau begini sok bijak."
"Ya, kau tak punya pilihan dan sekarang kau terjebak dalam
mobil bersamaku. Dan kita akan membahas persoalan brengsek ini.
Kalau kau rekanku, aku ingin tahu bagaimana kau akan keluar dari
semua ini."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tahu siapa yang akan diuntungkan, tetapi jelas bukan kami. Yang
kami inginkan hanyalah tak diusik lagi."
"Ya, ya, diakhiri. Aku ingat." Francis mengangguk. "Aku telah
memikirkan hal itu sejak kau mengatakannya."
"Kenapa memangnya?"
"Itu salah satu kata-kata baru itu, ya?"
"Kukira kau akan menemukannya dalam semua kamus."
"Tidak, orang memakainya lain sekarang. Mereka bilang,
'diakhiri,' seolah-olah itu akhir sebuah acara TV murahan. Seolah
kau bisa membungkus semuanya dalam setengah jam dan tak perlu
memikirkan hal itu lagi. Tapi kita tahu ia tak bekerja seperti itu.
Benar, kan, Tommy? Kau selalu memikirkannya. Bahkan saat kau
mengira tak memikirkannya, ia masih menggaung di belakang
benakmu. Itulah mengapa aku ingin bicara pada ibumu. Agar ia tahu
aku masih memikirkan hal itu."
"Kenapa kau tak berhenti minum saja, ngomong-ngomong?" Tom
menggaruk lemah di belakang tenggorokannya. "Demi Tuhan,
Francis, kau bahkan hampir tak bisa berdiri tegak. Kau bilang itu
menghormati keluarga kami?"
"Ya, kita melakukan apa yang kita bisa."
Mereka saling tatap satu sama lain tanpa berkata-kata. Selama
beberapa saat, Francis merasakan sensasi aneh seakan selimut malam
terangkat dan berdesir di atasnya, mengencangkan diri dan
menghembuskan angin kecil.
"Pulanglah, Francis." Tom mendesah. "Kau mempermalukan
dirimu sendiri."
"Maaf kau merasa seperti itu, Tom. Aku hanya berusaha
melaksanakan tugas."
"Ya, ampun. Sudah cukup. Aku mau tidur."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
54
55
56
"Ya, aku tak tahu apa yang kau catat atau tidak," Tom berkata,
tampak terluka. "Tapi, aku ingat benar menunjukkannya padamu.
Aku terkejut kau tak ingat."
Ia hebat. Francis harus memujinya. Dalam sempitnya ruangan ini,
cerita itu bisa disingkirkan dan membeberkan apa yang
sesungguhnya: kebohongan kecil demi bertahan hidup. Namun di
ruang sidang, kebohongan itu punya kesempatan bernapas dan
tumbuh membesar. Ia akan merasa tersemangati dan melawan balik.
Tom akan duduk ke kursi saksi, dengan wajah anak desanya dan
suara bergetar dihiasi cukup emosi, ia akan terdengar jauh lebih
meyakinkan bagi para juri daripada polisi tua berwajah kemerahan
dengan alis jahat dan mata lemah.
"Begitu, ya." Francis mengangguk. "Jadi, itu sebabnya kami
menemukan darahmu di bawah kuku adikmu?"
"Jika itu yang kau temukan," ujar Tom, memastikan ia tak
memberikan apa pun dengan gratis.
"Ya, itu bagus. Menjelaskan semuanya. Hanya ada satu masalah
bagiku."
"Apa itu?"
"Mengapa kami menemukan darah yang sama di bawah kuku
Christine Rogers."
Wajah Tom tampak berangsur melarut menjadi statis, seperti
gambar di layar TV tua dengan antena yang rusak.
Bibirnya bergerak tanpa suara, gerak-geriknya menjadi kabur,
matanya kehilangan fokus. Ia diam beberapa saat untuk menata
kembali emosi dan menajamkan konsentrasinya kembali pada
Francis yang duduk hanya satu meter jauhnya, tak menyisakan ruang
menuju pintu kecuali melewati dirinya.
"Tunggu sebentar," kata Tom. "Dari mana kalian tahu bahwa itu
DNA-ku? Aku tak ingat memberi spesimen pada siapa pun."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Nah, setelah saksi ini maju dan hasil DNA muncul, kami mulai
mencari di tempat lain dan memeriksa detil yang tak kami ketahui
sebelumnya. Seperti ketika ibumu datang ke ruang gawat darurat di
RS St. Luke suatu malam ketika Christine tengah bertugas jaga."
"Apa artinya?" garis-garis di tenggorokan Tom makin dalam
meski samar. "Apa kaitannya?"
"Kami membandingkan tanda tangan dan mengetahui bahwa
kaulah yang mendaftar untuk ibumu malam itu di bagian
pendaftaran. Kami pikir mungkin kau bertemu Christine."
"Ayolah, itu menggelikan, Francis." Tom melambaikan tangan.
"Itu ruangan besar yang penuh dokter dan perawat. Aku pernah
keluar masuk di sana ratusan kali, menggelar presentasi. Tentunya
aku tak ingat bertemu wanita itu."
"Benar, kami sudah mengira kau akan berkata seperti itu," ucap
Francis, mengangguk sependapat. "Tetapi lalu kemarin kami
menemui anggota satpam yang mengenali fotomu dan menurutnya ia
pernah melihat kalian berdua minum kopi di kafetaria beberapa
bulan lalu."
"Ia keliru."
"Ia keliru?" Francis tersenyum sinis.
"Ya, aku sering dengar tentang saksi-saksi yang membuat
keterangan palsu."
"Jadi orang yang bekerja di apartemen adikmu keliru melihatmu
di malam adikmu terbunuh dan anggota satpam rumah sakit keliru
melihatmu bersama Christine? Itu yang ingin kau katakan padaku?"
"Aku tak tahu siapa orang-orang ini dan apa tujuannya. Mungkin
saja mereka melihat fotoku di koran dan ada kebingungan. Itu biasa
terjadi."
"Lalu bagaimana dengan ponsel itu?"
"Ponsel apa?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
57
memegang tugas. Gadis itu seperti Thumbelina: orang kecil yang tak
pernah bisa membesar. Hampir tak lebih seperti anak-anaknya
sendiri, tak mampu mengatasi tuntutan hidup di perkotaan, apalagi
membesarkan dua putri kecil di sarang serigala.
Saat Eileen berusaha bicara dengannya tentang masa depannya
pagi tadi, berkata mereka tak bisa berpura-pura lebih lama lagi,
bahwa mereka harus menguatkan diri dan memikirkan anak-anak, ia
hanya diam dan mengerut. Duduk di atas selimut perca dengan
lampu rendah sambil menonton saluran TV hiburan, dikelilingi
artikel majalah mengenai kelelahan kronis dan virus Epstein-Barr,
dan berkata yang ia inginkan hanyalah tidur. Tom telah mengatakan
padanya bahwa itu semua hanya tipuan, saksi palsu, pembunuh dan
penyelidik brengsek berusaha mengalihkan kesalahan dari mereka
sendiri. Semua akan baik-baik saja karena ia berkata semua akan
baik-baik saja. Dan bagaimana Eileen bisa menyalahkannya?
Hampir sepanjang hidupnya, wanita itu tak pernah berubah. Hanya
perlahan- lahan bangun kala matahari mulai menerpa bumi.
Didengarnya Stacy, enam tahun dan bak pinang dibelah dua
dengan bibinya saat seusia dirinya, turun dari tangga, mencari-cari
hidangan pencuci mulut.
"Ayah, apa masih ada sisa mocha almond fudge?”
Ia muncul di lawang pintu dapur, menyilangkan pergelangan kaki
sambil menggigiti ujung kepangannya seperti Allison dulu.
"Maaf, Sayang." Dari sekat jendela, Eileen melihat Tom sengaja
mengambil karton wadah es krim Haagen-Dazs dan menaruhnya di
kursi di sampingnya, tempat yang tak akan' terlihat oleh putrinya.
"Kita tak membelinya lagi. Menurut ibu, kalian sudah makin
gemuk."
Stacy menjulurkan lidah kecewa.
"Ayo sini, Sayang," ujar Tom. "Ayah baru mengalami hari sulit.
Ia butuh dipeluk."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
58
59
Ooo)DW(ooO
AKHIR
MENATAP MATAHARI
60
"Aku tak tahu. Aku tak tahu apa yang akan kulakukan."
"Ya, kau tahu." Eileen mengangkat dagunya menantang. "Kurasa
kau tahu apa yang mesti dilakukan."
Untuk sesaat, semua kegilaan atas kesedihan dan alasan kesehatan
itu hilang. Ia adalah ibu sang binatang dengan darah di cakarnya
karena melindungi anak-anaknya saling memakan satu sama lain.
"Jika seseorang memberimu kesempatan untuk tak membuat
kesalahan terbesar dua kali dalam hidupmu, kau akan melakukan
segala cara. Dan jangan katakan kau tidak seperti itu."
Ooo)DW(ooO
Rashid, kini di satuan tugas, dan Jimmy Ryan tiba lima menit
kemudian dan menemukan Francis di dapur, berdiri di samping
mayat dan menulis catatan.
"Bagaimana menurutmu, X Man?" Jimmy meletuskan permen
karetnya. "Senjata makan tuan, ya?"
"Sepertinya ia langsung mengalami perdarahan." Francis hampir
tak menoleh. "Ibunya di rumah dan ia tewas selagi ibunya
menelepon 911."
"Oh, ya?" Jimmy membungkuk di sebelah mayat itu, memeriksa
bagaimana darah merembes dari kemejanya. "Lukanya benar-benar
hebat. Sepertinya salah satu arteri utama kena."
"Ya, ia pasti sudah bertekad bulat."
"Apa?" Rashid menengok tajam, hampir menjatuhkan tusuk
giginya. "Maksudmu ini bunuh diri?"
"Aku tak menyimpulkan apa-apa." Pulpen Francis terus bergerak
di atas kertas. "Terserah pada petugas TKP untuk mengambil sidik
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
TENTANG PENULIS