Hellp Syndrom
Hellp Syndrom
HELLP Syndrome
B. Faktor Risiko
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
sindrom HELLP (Rahman, 2002) :
1. Usia ibu lebih dari 34 tahun
2. Multiparitas
3. Ras putih
4. Riwayat obstetri yang jelek
C. Klasifikasi
Tabel 3.1. Klasifikasi Sindrom HELLP (Mississippi)
Trombosit < 50.000 /µL 50.000 – 100.000 /µL 100.000 – 150.000 /µL
LDH > 600 IU/L > 600 IU/L > 600 IU/L
Perdarahan 13% 8% -
D. Patofisiologi
Dasar patofisiologi sindrom HELLP adalah adanya aktivasi endotel
pembuluh darah, trombosit, hemolisis dan kerusakan hati, hal tersebut berisiko
berkembang menjadi DIC. Dalam sebuah penelitian kohort retrospektif, 38%
wanita hamil dengan sindrom HELLP dapat berkembang menjadi DIC
(trombosit < 100.109/L, konsentrasi fibrinogen < 3g/L, degradasi fibrin > 40
mg/L). Pada DIC, rendahnya kadar antitrombin mungkin disebabkan karena
disfungsi hati, penurunan sintesis, dan peningkatan konsumsi. Paternoster et al.
melaporkan bahwa wanita dengan sindrom HELLP mempunyai konsentrasi
fibronektin dan D-dimer yang lebih tinggi, serta kadar antitrombin yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan kehamilan normal dan preeclampsia. Solusio
plasenta yang berhubungan dengan sindrom HELLP meningkatkan risiko DIC
serta risiko edema pulmo, gagal ginjal (oliguria, anuria, peningkatan kadar
kreatinin serum) dan membutuhkan transfusi darah. Faktor yang berkontribusi
terhadap gagal ginjal akut adalah mikroangiopati dan DIC. Gangguan visual,
termasuk ablasio retina, perdarahan corpus vitreus, dan kebutaan kortikal
merupakan komplikasi yang jarang terjadi dimana DIC juga memberikan
kontribusi.
E. Penegakan Diagnosis
LDH > 600 U/L dan AST ≥ 40 U/L dengan jumlah trombosit tertentu.
Sindrom HELLP kelas 3 berhubungan dengan tingginya risiko perburukan
kondisi pasien (Sibai, 2004).
Sindrom HELLP dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium,
namun beberapa penulis mengatakan bahwa sindrom HELLP ditegakkan
jika ada tanda-tanda PEB ditambah dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Penulis lain mengatakan bahwa adanya satu saja dari trias sindrom HELLP
dapat ditegakkan sebagai sindrom HELLP parsial. Pada beberapa kasus
sering ditemukan sindrom tanpa hemolisis yang disebut dengan sindrom
ELLP. Perbedaan penegakan diagnosis tersebut menyebabkan kesulitan
dalam perbandingan data dari penelitian yang telah dikumpulkan. Smulian
et al. mengatakan bahwa nilai ambang batas normal LDH mungkin < 600
U/L, tergantung metode pemeriksaan yang dilakukan. Visser dan
Wallenburg menggunakan batasan ALT 30 U/L untuk menjelaskan
abnormalitas (> 2 SD dari rerata di rumah sakit). Oleh karena itu, metode
analisis penting untuk menegakkan diagnosis dengan baik (Yenicesu,
2009).
E. Penatalaksanaan
Evaluasi awal terhadap wanita yang didiagnosa dengan sindrom HELLP
harus dilakukan seperti pada preeklamsia berat. Pasien harus dirawat di pusat
perawatan tersier. Penatalaksanaan awal harus mencakup penilaian maternal dan
fetal, pengendalian hipertensi berat, jika ada, inisiasi infus MgSO4, koreksi
koagulopati, jika ada, dan stabilisasi maternal. Komplikasi sindrom HELLP yang
berpotensi mengancam jiwa adalah sebuah hematoma hepar subkapsuler. Jika
terdapat kecurigaan yang tinggi terhadap keberadaan hematoma hepar
subkapsuler yang tinggi, maka sebaiknya dilanjutkan dengan melakukan
computed tomography scan (Cunningham FG, 2014). Terapi dari sindrom
HELLP bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kondisi umum penderita minimal stabil.
2. Menghindari lebih jauh gangguan koagulasi darah.
9
untuk melakukan terminasi segera selain alasan usia kehamilan sudah aterm.
Menurut Visser dkk (1995) menunda terminasi kehamilan lebih aman untuk ibu
dan bayi apabila usia kehamilan belum aterm. Pengawasan yang ketat terhadap
hemodinamik ibu dan penanganan yang tepat sangat diperlukan agar luaran ibu
dan bayi lebih baik. Adanya kematian janin intra uterin ditemukan berhubungan
dengan terjadinya kematian pada ibu. Kematian janin (IUFD) mungkin
mencerminkan kerusakan organ target yang sudah berat yang berhubungan
dengan proses penyakit yang sudah lanjut dan proses patologik seperti solusio
plasenta atau koagulopati (Small,2005).
G. Prognosis
Pasien dengan sindrom HELLP memiliki kemungkinan 2-27% untuk
mengalami sindrom HELLP pada kehamilan berikutnya. Mortalitas ibu bekisar
antara 1-3%. Morbiditas pada ibu yang paling sering terjadi adalah DIC (20%),
abrupsio plasenta (16%), gagal ginjal akut (7%), edem pulmo (6%) (Barton,
2004). Morbiditas dan mortalitas janin antara 9-24% disebabkan oleh abrupsio
plasenta, asfiksia intrauterin, atau prematuritas (Rath, 2000).
18
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, J. K., L. Weinstein. 2004. HELLP syndrome : the state of the art. Obstet
Gynecol Surv, 59: 838-45.
Churchill, D., Beever G., dan Meher S. 2007. Diuretics for preventing
preeclamsia. Cochrane Database Syst Rev 1 : CD004451.
Cunningham F., Kenneth J., Steven L., Catherine Y., Jodi S., Barbara L., et al.
2014. Williams Obstetrics 24th Edition. McGraw Hill Education.
De-Regil, L., Palacios C., dan Ansary, A. 2012. Vitamin D supplementation for
during pregnancy. Cochrane Database Syst Rev 2 : CF008873.
Fisher SJ, McMaster M, Roberts JM. 2009. The Placenta in normal pregnancy
and preeclampsia. In Lindheimer MD, Roberts JM, Cunningham FG (eds)
: Chelsey’s Hypertensive Disorders of Pregnancy. 3rd edition. New York,
ELseviier, In Press, p 73.
Kjell Haram, Einar Svendsen, dan Ulrich Abildgaard. 2009. The HELLP
syndrome: Clinical issue and management. A Review. BMC Pregnancy
and Chilbirth 2009, 9:8
19
Martin JN, May WL, Magann EF, etal. 1999. Early risk assesment of severe
preeclampsia: admission baterry of symptom and laboratory test to predict
likelihood of subsequent significant maternal morbidity. AmJ Obstet
Gynecol ; 180 : 1407 –14.
Roberts WE, Perry KG, Woods JB, etal. (1994). The Intrapartum Trombosit
Count in Patient with HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes and low
trombosit counts) Syndrome: Is It Predictive of Later Hemorrhagic
Complication ?. AmJ Obstet Gynecol ; 171 : 799 – 804.
Scott JR, Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF. Danforth’s Obstetrics and
Gynecology. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007:
22
Zhang C, Williams MA, King IB, et al. 2002. Vitamin C and the risk
preeclampsia-results from dietary questionnaire and plasma assay.
Epidemiology 13 : 382.