Oleh:
Witono Gunawan
Pembimbing:
dr. Rudy B. Leonardy, Sp.OG(K)
Pendamping:
dr. Ajardiana Idrus, Sp.OG(K)
dr. Suzanna S. Pakasi, Sp.OG(K)
HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II ASPEK BIOPSIKOSOSIAL Sindrom HELLP 4
1. Aspek Biologis Sindrom HELLP 5
2. Aspek Psikologis Sindrom HELLP 6
3. Aspek Sosial Sindrom HELLP 7
BAB III KAJIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOSIAL 8
1. Epidemiologi, Evidenced Based 9
2. Manajemen Rumah Sakit 10
3. Manajemen Kesehatan 11
4. Pendidikan dan Pelatihan 12
5. Holistik 13
6. Bioetika dan Medikolegal 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHUKUAN
Sindrom HELLP merupakan suatu istilah yang diperkenalkan pada tahun 1982
oleh Weinstein et al. Istilah sindrom HELLP merupakan singkatan dari yang
menyebabkan hemolisis, peningkatan enzim hati, dan penurunan jumlah platelet
(hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count). Sindrom HELLP
merupakan variasi dari preeklampsia yang mampu menyebabkan morbiditas maternal
dan perinatal yang cukup tinggi. Etiologi terjadinya sindrome HELLP belum
diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, sindrom HELLP membutuhkan penanganan
yang agresif yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi ibu dan bayi agar tidak
terjadi morbiditas maternal dan neonatal berkelanjutan.1,2
Sindrom HELLP dapat terjadi pada 0,5 – 0,9% dari semua kehamilan dan
sebanyak 10 – 20% pada kehamilan dengan preeklampsia berat. Sebanyak 70% kasus
sindrom HELLP terjadi sebelum terjadi persalinan dengan frekeunsi tersering terjadi
pada usia kehamilan 27 minggu hingga 37 minggu. Sebanyak 10% kasus sindrom
HELLP terjadi sebelum usia kehamilan 27 minggu, dan sebesar 20% terjadi setelah
usia kehamilan 37 minggu. Perempuan hamil dengan sindrom HELLP pada
umumnya memiliki usia yang lebih tua jika dibandingkan dengan penderita
preeklampsia. Sebagian besar penderita sindrom HELLP merupakan multipara.3
Sebagian besar penderita sindrom HELLP tidak menderita hipertensi dan
proteinuria (10 – 20% kasus). Peningkatan berat badan yang berlebihan dan edema
anasarka biasanya mendahului terjadinya sindrom HELLP pada >50% kasus.
Sindrom HELL pada umumnya memiliki manifestasi klinis berupa nyeri perut kanan
atas, mual, dan muntah. Nyeri perut yang dirasakan biasanya hilang timbul serupa
dengan nyeri kolik. Sebanyak 30 – 60% penderita sindrom HELLP akan mengalami
keluhan berupa nyeri kepala dan sebanyak 20% akan mengalami keluhan berupa
gangguan visual.3
Sindrom HELLP tidak hanya dapat memberikan dampak klinis bagi perempuan
yang mengalaminya, namun juga dapat memberikan dampak yang tidak diinginkan
pada aspek psikologis, sosial, keluarga, dan etika. Hal tersebut bisa saja terjadi pada
saat kehamilan, persalinan, nifas, bahkan jauh hingga penderita sindrom HELLP
menjalani hidupnya. Pengetahuan yang komprehensif mengenai berbagai aspek klinis
maupun non klinis pada penderita sindrom HELLP diharapkan dapat menjadi dasar
bagi dilakukannya berbagai intervensi untuk menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas yang terjadi akibat sindrom HELLP.
BAB II
ASPEK BIOPSIKOSIAL SINDROM HELLP
3. Manajemen Kesehatan
Ibu hamil dapat mengalami morbiditas berat yang bersifat akut selama
kehamilan dengan banyak faktor patologis maunpun non patologis yang dapat
memengaruhi kondisinya. Morbiditas yang terjadi tersebut dapat menyebabkan
kematian pada beberapa kasus, namun juga terdapat beberapa kasus yang selamat dari
kematian. Hal tersebut menjadi dasar untuk mengevaluasi kasus – kasus dengan
luaran maternal berat (severe maternal outcomes) (baik near miss maupun kematian
maternal) sehingga membentuk suatu model yang dapat meningkatkan kualitas
pelayanan maternal kedepannya.
World Health Organization (WHO) membentuk suatuk pendekatan near miss
untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pelayanan yang dapat diberikan di
fasilitas kesehatan. Pendekatan near miss WHO sebaiknya dilaksanakan dalam tiga
tahap yaitu penilaian awal, analisis situasi, dan intervensi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan.Implementasi dari pendekatan ini diharapkan mampu:
Menentukan frekuensi komplikasi maternal berat, kasus maternal near miss,
dan kematian maternal
Mengevaluasi fasilitas kesehatan atau performa sistem kesehatan untuk
menurunkan angka luaran maternal berat.
Menentukan frekuensi intervensi utama yang dilakukan untuk mencegah dan
menangani komplikasi berat yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan.
Meningkatkan kesadaran dan promosi mengenai kualitas pelayanan yang
baik untuk meningkatkan pelaynaan kesehatan maternal.
Penilaian awal
Analisis situasi
Identifikasi kasus
Kegiatan – kegiatan
prospektif
edukasional
Penggunaan checklist
berbasis bukti