NIM : PO.71.4.211.15.1.017
A. BBLR
1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir
2. Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram.
3. Etiologi
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
2) Komplikasi pada kehamilan.
Seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat/eklamsia, dan
kelahiran preterm.
3) Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu dengan usia <20 tahun atau >35 tahun.
5. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah
antara lain :
a. Hipotermia f. Paten duktus arteriosus
b. Hipoglikemia g. Infeksi
c. Gangguan cairan dan elektrolit h. Perdarahan intraventrikuler
d. Hiperbilirubinemia i. Apnea of Prematurity
e. Sindroma gawat nafas j. Anemia
6. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis BBLR dilakukan :
a. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR :
1) Umur ibu 5) Kenaikan berat badan
2) Riwayat hari pertama haid selama hamil
terakir 6) Aktivitas
3) Riwayat persalinan 7) Penyakit yang diderita
sebelumnya selama hamil
4) Paritas, jarak kelahiran 8) Obat-obatan yang diminum
sebelumnya selama hamil
b. Pemeriksaan Fisik
1) Berat badan <2500 gram.
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan skor ballard
2) Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <38 minggu.
7. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) upaya preventif, yaitu :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama risiko melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin
yang dikandung dengan baik
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.
8. Penatalaksanaan
a. Mempertahankan suhu tubuh.
Bayi prematur mudah hipotermia bila berada di lingkungan dingin.
Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan
berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi berat badan 2-
2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37°C suhu
inkubator dapat diturukan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat badan
kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat diletakan didalam
tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau
dengan memasang lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, tingkah laku,
pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2006).
b. Mencegah infeksi dengan ketat.
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Sehingga Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
c. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada
umunya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat mengisap air
susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram bayi diberi minum
melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir dicoba menyusu pada ibunya, bila
daya isap cukup baik maka pemberian air susu ibu diteruskan
(Winkjosastro, 2006).
d. Pengawasan nutrisi/ASI.
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan
pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah
dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel
pada puting. ASI merupakan pilihan utama.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
e. Medikamentosa
Pemberian vitamin K : Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg
sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu)
f. Pemantauan (Monitoring)
1) Pemantauan saat dirawat
a) Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan. Preparat besi
sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b) Tumbuh kembang
Pantau berat badan bayi secara periodic. Bayi akan kehilangan
berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi
dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir
<1500 gram.
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
(1) Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah
180 ml/kg/hari
(2) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
(3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/har
(4) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.
2) Pemantauan setelah pulang
Diperlukan untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/
mengurangi kemungkinan komplikasi setelah pulang sebagai berikut :
a) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap
bulan.
b) Hitung umur koreksi
c) Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
d) Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
e) Awasi adanya kelainan bawaan.
B. Asfiksia Neonatorum
1. Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2
meningkat) dan asidosis.
2. Etiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional
dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
3. Gejala Klinik
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang
dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan.
4. Diagnosis
a. Anamnesis :
Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
b. Pemeriksaan fisik : Nilai Apgar
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat
(lemah) gerak aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah
ekstrimitas biru seluruh tubuh
Penilaian
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
c. Pemeriksaan penunjang :
1) Foto polos dada
2) USG kepala
3) Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
d. Penyulit
1) Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
2) Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru
3) Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
4) Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
5) Hematologi : DIC
5. Pentalaksanaan
a. Resusitasi
b. Terapi medikamentosa :
1) Epinefrin :
a) Indikasi :
Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
Asistolik.
b) Dosis :
0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB)
Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
2) Volume ekspander :
a) Indikasi :
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia
dan tidak ada respon dengan resusitasi.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.
Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan
pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
b) Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak.
c) Dosis :
Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.
3) Bikarbonat :
a) Indikasi :
Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas
darah dan kimiawi.
b) Dosis :
1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
c) Cara :
Diencerkan dengan aquades atau dekstrose 5% sama banyak
diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
d) Efek samping :
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat
merusak fungsi miokardium dan otak.
4) Nalokson :
a) Indikasi :
Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya
menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan.
Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda
with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
b) Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
c) Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m
atau s.c
d) Suportif
Jaga kehangatan.
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit).
D. Ikterus
1. Pengertian
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan
mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin.
Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin
serum lebih 5 mg/dL. Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam
darah >13 mg/dL.
Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah
fisiologis (Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.), kecuali:
a. Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang
bulan >10 mg/dL.
b. Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
c. Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.
d. Ikterus menetap pada usia >2 minggu.
2. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir,
karena hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak
dan berumur lebih pendek. Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan
fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum
adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:
a. Faktor Maternal
1) Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
2) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
b. Faktor Perinatal
1) Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
2) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
c. Faktor Neonatus
1) Prematuritas
2) Faktor genetic
3) Polisitemia
4) Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
5) Rendahnya asupan ASI
6) Hipoglikemia
7) Hipoalbuminemia.
3. Patofisiologi
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan
eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan
puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun
mendekati nilai normal dalam beberapa minggu.
a. Ikterus fisiologis
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi
bilirubin serum, namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya
dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi
baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai
puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian
menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat
muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin
terkonyugasi < 2 mg/dL.
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan
faktor-faktor lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak
bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan
berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina
cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4
dan 5 setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis
pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif,
pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa
120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
b. Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)
Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi
ikterus yang yang berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya
faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di
usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak perlu khawatir,
ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah.
F. Kejang
1. PENGERTIAN
Kejang adalah gerakan otot tubuh secara mendadak yang tidak disadari
baik dalam bentuk kronik atau tonik dengan atau tanpa disertai hilangnya
kesadaran.
2. Etiologi
a. Gangguan vaskuler
1) Perdarahan akibat ptechie akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat
3) Trombosis
5) Sindroma hiperviskositas
b. Gangguan metabolisme
2) Hipomagnesemia 6) Hiperbilirubinemia
c. Infeksi
e. Kelainan kongenital
1) Paransefali
2) Hidrasefali
f. Lain- lain
1) Narcotik withdraw
2) Neoplasma
3. Penatalaksanaan
4) Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0,3 mg/kgBB tiap kali dengan
b. Pengobatan penunjang
oksigen.
5) Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi jantung harus
kompres alkohol dan es. Obat untuk hibernasi adalah Clorpromazin 2-4
G. Hipotermia
1. Pengertian
Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001),bayi
hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu
normal pada neonatus adalah 36,5o-37,5oC. Gejala awal pada hipotermi
apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh
tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang
(suhu 320-36o C). Disebut hipotermia berat bila suhu <32o C diperlukan
termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25o C.
2. Etiologi Hipotermi
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
a. Jaringan lemak subkutan tipis.
b. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
c. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
d. Bayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
e. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko
tinggi mengalami hipotermia.
f. Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.
g. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
h. Tempat melahirkan yang dingin.
i. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan
pernapasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.
a. Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke
objekyang dingin. Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin.
b. Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung
kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misal popok atau celana
basah tidak langsung diganti.
c. Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Misal
BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.
d. Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit
bayi misalnya cairan amnion pada bayi.
4. Komplikasi
Hipotermi yang terjadi pada bayi apabila tidak tertangani dengan tepat
menyebabkan beberapa gangguan yakni:
a. Gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti
mengedip)
b. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara
berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik
c. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
d. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer.
5. Penatalaksanaan
a. Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang hangat.
Bungkuslah tubuhnya dengan selimut tebal.
b. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
c. Setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan
bersih
d. Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas
tubuh anda.
e. Jangan menempelkan sumber panas langsung, seperti botol berisi air
panas ke kulit anak. Anak harus menjadi hangat secara bertahap.
f. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat
merangsang rooting refleks dan bayi mendapat kalori.
g. Jika anak hilang kesadaran,bukalah saluran udaranya dan periksa
pernapasannya. Jika anak bernapas,baringkan ia pada posisi
pemulihan,jika tidak bernapas,mulailah bantuan pernapasan dan kompresi
dada. Telepon Ambulans. Mempertahankan bayi tetap hangat selama
dalam perjalanan pada waktu merujuk.
H. Hipertermia
1. Pengertian
Hipertermia adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami peningkatan suhu tubuh terus menerus di atas 37,8°C
per oral atau 38,8°C per rectal karena peningkatan kerentanan terhadap
faktor-faktor eksternal.
2. Etiologi Hipertermi
Disebabkan oleh meningkatnya produksi panas andogen (olahraga
berat, Hipertermia maligna, Sindrom neuroleptik maligna, Hipertiroiddisme),
Pengurangan kehilangan panas, atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu
tinggi (sengatan panas).
3. Gejala Hipertermi
a. Suhu badan tinggi (>37,5°C)
b. Terasa kehausan.
c. Mulut kering
d. Kedinginan,lemas
e. Anoreksia (tidak selera makan)
f. Nadi cepat.
g. Pernafasan cepat (>60X/menit)
h. Berat badan bayi menurun
i. Turgor kulit kurang.
I. Hipoglikemia
1. Pengertian
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa)
secara abnormal rendah Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah
bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila
kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl.
2. Etiologi
Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan
memiliki cadangan glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk
glikogen). Penyebab lainnya adalah: Prematuritas, Post-maturitas dan
Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam kandungan.
Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin
tinggi.Bayi yang ibunya menderita diabetes seringkali memiliki kadar insulin
yang tinggi karena ibunya memiliki kadar gula darah yang tinggi; sejumlah
besar gula darah ini melewati plasenta dan sampai ke janin selama masa
kehamilan. Akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar insulin.Peningkatan
kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderita penyakit hemolitik
berat.
3. Manifestasi Klinis
Hipoglikemia simtomatik pada neonates cenderung terjadi selama 6-12
jam kehidupan. Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal,
terlambat pemberian ASI dan bayi dari ibu DM. Tidak ada perbedaan dalam
hal jenis kelamin. Juga termasuk dalam golongan ini ialah bayi dari ibu DM
insulin (IDM) dan ibu menderita DM kehamilan (IGDM). Meskipun banyak 50%
dari IDM dan 25% IGDM mempunyai kadar glucose <30 mg/dl selama 2-6 jam
kehidupan, kebanyakan tidak memperlihatkan akibat/ tanda-tanda dari
hipoglikemianya. Umumnya sembuh spontan, tetapi sebagian kecil (10%-
20%) kadar gula tetap rendah. Beberapa di antaranya menunjukkan respons
yang baik terhadap suntikan glucagon 300 mikrogram atau 0,3 mg/kgBB IM,
tidak lebih 1 mg totalnya.
Hipoglikemia neonates simtomatik gejalanya tidak khas, misalnya :
apati, anoreksia, hipotoni, apneu, sianosis, pernapasan tidak teratur,
kesadaran menurun, tremor, kejang tonik/klonik, menangis tidak normal dan
cengeng. Kebanyakan gejala pertama timbul sesudah 24 - 48 jam kehidupan.
4. Penatalaksanaan Hipoglikemia
a. Memantau kadar glukosa darah
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis : Pada saat lahir dan 30
menit setelah lahir. Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai
pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai
b. Pencegahan hipoglikemia
1) Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia
2) Pemberian makan enteral
3) Jika bayi tidak mungkin menyusui, mulailah pemberian minum dengan
menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
4) Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan
kadar glukosa dipantau
c. Perawatan hipoglikemia
1) Koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa 10% = 2
cc/kg dan diberikan melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai
keperluan
2) Infus tak terputus (continual) glukosa 10% dengan kecepatan 6-8
mg/kg/menit harus dimulai
3) Kecepatan infus glukosa (GIR) dihitung menurut formula berikut :
GIR (mg/kg/min) = kecepatan cairan (cc/jam) x konst. dextrose(%)
6x berat (Kg) e
4) Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan
glukosa di tempat tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat
diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu
24-48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia
J. Tetanus Neonatorum
1. Pengertian
Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik
paralisis yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic.