Anda di halaman 1dari 5

TERCIUMNYA BANGKAI KORUPSI

Para Pemain Kelompok 06 (D.IV KEBIDANAN) : Local dan Nasional


Kepala Desa : Khusnul Amirah
Urip (Asisten Kades) : Nur Rizkha Riadi
Rina (Istri Kades) : Nurul Huda
Sarni (Tetangga) : St. Nurwahdatulkhaer
Inem (Tetangga) : Andi Purnamasari
Hamida (Pegawai Kecamatan) : Waode Isra Mira
Polisi : Nur Rizkha Riadi

Pada suatu ketika setelah PILKADES di Desa Maju Mapan. Pak Kasmin
yang terpilih sebagai KADES yang baru mengadakan syukuran besar-besaran.
Setelah syukuran selesai beliau mengunjungi kantor tempat dimana dia akan
bekerja bersama Urip (sang asisten pribadi). Di dalam perjalanan…….

KADES: “Rip…..”
URIP : “ada apa bos?”
KADES:”akhirnya keinginan kita tercapai juga ya”
URIP :”benar juga bos, eh salah pak. Lantas apa yang bapak akan lakukan
lagi?”
KADES:”ya yang penting uang kita balik dulu, entah gimana caranya”
URIP :”lho…lho…lho… kok gitu pak? Baru gini saja sudah mau korupsi,
pejabat macam mana bapak ini”
URIP : “lah, emang duit kamu yang 5 juta itu gak mau saya balikin?”
KADES: “ya di balikin dong pak, namanya utang tetap saja utang. Tapi bukan
dengan uang hasil korupsi juga”
KADES :”coba bayangkan, uang mu 5 juta, rumah, tanah, dan mobilku
sudah di jual buat biaya kampanye, belum lagi hutang bank yang setengah M itu.
Kamu sabar ya tungguin sampai tua, gajiku juga tak seberapa”
URIP :”ya jangan, itu saja saya ambil dari uang bayaran anak-anak, masa Cuma
masalah ini anak saya berhenti sekolah?”
KADES: “makanya ikut saja, dengarkan apa yang saya katakan”
URIP : “iya pak”

Sesampainya di kantor mereka disambut dengan ramah oleh para pegawai. Hari
demi hari sudah dilului, dari bulan ke bulan, sang KADES sudah menjalankan
misinya dengan mulus. Utang-utang dan harta benda pun sudah kembali, bahkan
melebihi yang sebelumnya. Para warga sekitar pun terus membicarakan soal harta
Pak Kades, mereka curiga ada hal yang janggal. Sampai suatu ketika saat Rina
(Bu Kades) berbelenja sayur di depan rumah, dia dengar ibu-ibu sedang
menggosipkannya.

SARNI :”eh eh eh, saya heran deh sama uang Pak kades, kaya gak ada habisnya,
apa hasil korupsi ya?”
INEM :“hust, ngaco! Kalau bicara dikira-kira, jangan ngelantur! Jadi Kades kan
gajinya tidak seribu dua ribu, jadi wajarlah? Lagian mana mungkin pejabat kecil
kayak pak Kades korupsi , keluarga pak kades kan selama ini juga baik sama kita
semua”
SARNI :”Lho, ini kan bener. Sudah ada isunya. Kalo gak korupsi apa lagi??
INEM :”sudahlah pak kalau tidak ada bukti gak usah dituduh entar orangnya
dengar tersinggung loh”
SARNI :”iya bu maaf hehe, kalau gitu saya pergi dulu yah”
INEM :”iya bu hati-hati”

Setelah sedikit mendengar percakapan miring mereka. Tiba-tiba ibu Kades


menghampiri mereka.

RINA :”eh, ada apa ini ibu ibu pada ngumpul disini?”
SARNI :”eh, emmmm, inii bu. Lagi gosipin Pak kades”
RINA :”(ibu kades tampak diam)”
INEM :“(plakkkkkk, mukul bahu Sarni)
SARNI :” Haduhh, keceplosan. Maksudnya tadi gosipin kang dedes, pedagang
sayur yang pelit itu ibu”
INEM :“sudah-sudah! Ngaco terus. Ayo kita balik saja. Mari Bu kades”
RINA :”Iya bu”

Suatu pagi saat Pak Kades sedang duduk di kursi serambi rumah sembari baca
Koran karena sedang cuti alias tidak ngantor. Tiba-tiba ada pegawai kecamatan
yang datang.

KADES : “halah, semua koran kok kasusnya korupsi semua Jadi bete’ kan”
PEGAWAI KECAMATAN :”permisi pak, maaf pagi-pagi mengganggu. Ada
yang mau saya tanyakan”
KADES : “oh, Ibu Hamida yang cantik rupanya. Mari masuk dulu!”
PEGAWAI KECAMATAN :”iya pak, terimakasih”
KADES : “mama… maa, ini ada tamu ma”
RINA :”iya pak, bentar”
PEGAWAI KECAMATAN :”begini pak, langsung saja, maksud kedatangan saya
kemari mau menanyakan soal dana ke desa bapak yang menurut laporan ada
masalah. Kami kan member dana dari pusat sebesar Rp. 5.722.000.000 untuk
pembangunan jalan desa pak. Tetapi laporan dari kantor kelurahan hanya ada dana
Rp. 5.000.000.000 pak, itu gimana?
KADES : “begini buk, itu uang kan saya suruh ambil orang, dan dia minta uang
bensin. Jadi saya kasih 100ribu, dan juga ada biaya lain-lain buk.
PEGAWAI KECAMATAN :”biaya apa saja itu pak?”
KADES : “uang makan dan lain-lain buk”
PEGAWAI KECAMATAN :”kebanyakan lain-lainnya pak, jangan-jangan ada
lagi dana yang lain yang sudah tidak utuh”
KADES : “betul itu buk”
PEGAWAI KECAMATAN :”lho? Apa itu pak?”
KADES : “ehhhhh, ini ini, uang dapur buk, setiap hari selalu tidak utuh”
RINA :”(muncul membawa air minum dan hidangan) iyo gak pernah utuh, karena
bapak maunya makan enak terus”
KADES : “kan supaya sehat ma. Kualitas yang baik juga untuk kesehatan kita biar
lebih baik. Tentunya kesehatan itu mahal harganya, bukan begitu buk?”
PEGAWAI KECAMATAN :”memang benar, tapi kualitas bagus itu tidak
harus mahal pak!”
KADES : “mana ada sekarang yang tidak mahal itu buk?”
PEGAWAI KECAMATAN :”murah mahalnya itu tergantung bisa tidaknya
kita dalam memilih pak”
KADES : “nah, lha itu pilihan saya. Ada masalah?”
RINA :”sudah-sudah, di minum dulu buk. Memang bapak itu tidak mau kalah
meskipun salah”
PEGAWAI KECAMATAN :”terimakasih buk, dan maaf sebelumnya disini
tadi kami sudah mencari pokok masalah nya. Dan Bapak Kasmin ini terbukti
melakukan korupsi”
RINA :”hahhhhhhhhhhh? apa buk (kaget)?”
KADES : “lho, tidak bisa begitu dong! Mana buktinya?”
OKNUM KEPOLISIAN :”(datang dengan menunjukkan identitas serta surat
perintah) saksi dan buktinya sudah ada di kantor polisi pak, mari ikut kami”
KADES : “tidak bisa! Saya tidak bersalah! Lepaskan saya!”
OKNUM KEPOLISIAN :”(sambil menyeret Pak Kasmin) nanti bapak bisa
jelaskan di kantor polisi”

Diluar sudah ada para warga yang penasaran akan kegaduhan di desa mereka.
Dengan tertatih-tatih Bu Rina keluar bersama Bu Hamida (pegawai kecamatan)
sambil menangis.

PEGAWAI KECAMATAN :”sudah buk, yang tabah. Kami pamit dulu. Mari
buk!”
RINA :”iya buk”
Demikianlah kisah Korupsi Bapak Kasmin yang meresahkan masyarakat.
Memberi kita pelajaran berharga, bahwa sepandai-pandainya kita menutupi
bangkai pasti akan tercium juga baunya. Kita berharap ke depan, tidak ada lagi
penyakit-penyakit masyarakat seperti korupsi dan kanker ganas yang
bernama markus dan mafia hukum menggerogoti tubuh institusi penegak
hukum, kebobrokan institusi yang seharusnya menjadi pelindung, pengaman,
pengayom sekaligus teladan masyarakat ternyata malah menjadi makelar kasus
dalam permasalahan ini. Semoga Penegakkan hukum kembali sehat menjalankan
tugasnya dalam menegakkan hokum agar Penegakkan hukum di Negara kita ini
sesuai dengan nurani keadilan. Dan jauhilah perbuatan yang tidak baik seperti
korupsi, karena korupsi sama halnya dengan mencuri

Anda mungkin juga menyukai