PEBAHASAN
Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam.
Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator
yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam
kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah lemah, gelisah,
pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapi yang dilakukan adalah
dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut
kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan
yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan
hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan
yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan
mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen,
dan sebagainya.Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar
harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu tubuh
bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai
suhu tubuh menjadi normal kembali.
Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih
dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu berkisar antara
29,5–35 derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan
muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis.
Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan.
Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian
larutan glukosa 10 persen, dan kortikosteroid.
2.3 Penyebab Hipotermi
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah),
relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat
hilang.
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui
penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.
Etiologi Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
Jaringan lemak subkutan tipis.
Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami
hipotermi.
Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:
Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin,
basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti
mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan
aliran udara dan penguapan.
Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang
lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh
dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada
BBLR.
Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensib ro wn fat, misalnya
bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan
anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekelilingi bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara tepat,terutama pada masa stabilisasi
yaitu:6-12 jam pertama setelah lahir.
Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah),
asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat
menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih
banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke
jaringan.
jika suhu inti terancam menurun, sebagai upaya untuk mengatasinya adalah dengan
mengatur produksi panas (tremor otot dan gerak tubuh). Kedinginan yang mengancam akan
memicu “perubahan sikap”, tergantung penyebab yang mendasarinya (misalnya dengan
melindungi terhadap angin dengan penambahan pakaian, meninggalkan kolam renang,
berkemul, dll). Jika reaksi “perubahan sikap” ini tidak muncul (tidak dilakukan) dapat terjadi
hipotermia, yakni penurunan suhu inti di bawah 35 drajatC. Hal ini dapat terjadi karena
alasan fisik yang tidak memungkinkan keluar dari situasi tersebut, atau bahaya hipotermia
yang tidak disadari, atau akibat ganggua neurologist, hormon, atau metabolic. Membenamkan
diri di dalam air bersuhu 5 – 10 drajatC selama 10 menit dapat menimbulkan hipotermia
(tergantung ketebalan lemak). Memakai pakaian basah ditempat dengan hembusan angin
yang kuat bersuhu lingkungan 0 drajatC dapat menyebabkan hipotermia dalam waktu kurang
dari 1 jam.
Risiko hipotermia terutama terdapat pada orang yang sudah tua (rentang pengaturan
suhunya mulai terbatas) dan bayi (terutama bayi baru lahir) karena perbandingan luas
permukaan dengan massa tubuh relatif besar, produksi panas basal yang kurang, dan lapisan
lemak subkutan yang masih tipis. Orang dewasa muda yang tidak berpakaian tetap dapat
mempertahankan suhu inti meskipun suhu lingkungan turun menjadi 27 drajatC karena
produksi panas basalnya cukup. Pada neonatus, hipotermia dapat terjadi pada suhu
lingkungan <34 drajatC.
Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak
terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi kacau,
bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila disentuh,
nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi
kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita sebaiknya jangan cepat-cepat
menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas atau membaringkan di dekat api atau
pemanas. Jangang menggosok-gosok tubuh penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia
dalam posisi miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah
pernafasan buatan dari mulut dan menekan dada.Pindahkan ke tempat kering yang teduh.
Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat, selimuti untuk mencegah
kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik
untuk perlindungan lebih lanjut.
Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas
pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman
hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis. Bila kita
melakukan kegiatan luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim hujan atau di
daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air
dan tahan angin) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan topi
ninja juga sangat penting.
http://fitribiki.blogspot.co.id/2012/04/makalah-hipotermi-pada-neonatus.html