Anda di halaman 1dari 13

NAMA : INDAR SUKRIANI

NIM : PO.71.4.211.15.1.017

PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM

Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau
dokter untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat
dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari
rumah sakit.

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada


beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1) Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga
bayi tidak mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada
daerah yang diperiksa.
2) Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan
prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru,
jantung dan abdomen.
3) Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks
pada tahap akhir.
4) Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.

Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang
bertujuan untuk memastikan normalitas dan mendeteksi adanya
penyimpangan dari normal.Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang
seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar
uterus dan bantuan apa yang diperlukan.Dalam pelaksanaannya harus
diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu
tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
 Prinsip Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir
1) Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan.
2) Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan dan pastikan
pencahayaan baik.
3) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan
diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu
pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat, periksa bayi secara
sistematis dan menyeluruh.

 Peralatan Dan Perlengkapan


1) Kapas.
2) Senter.
3) Termometer.
4) Stetoskop.
5) Selimut Bayi.
6) Bengkok.
7) Timbangan Bayi.
8) Pita Ukur/Metlin..
9) Pengukur Panjang Badan

 Prosedur
Persiapan Diri dan Pasien
1) Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksan.
2) Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor
lingkungan, sosial, faktor ibu (maternal), faktor perinatal, intranatal, dan
neonatal.
3) Susun alat secara ergonomis.
4) Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan
handuk bersih.
5) Memakai sarung tangan.
6) Letakkan bayi pada tempat yang rata.

 Pengukuran Anthopometri
1) Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung diatas timbangan dan atur skala
penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi
berat alas dan pembungkus bayi. Kemudian catat hasilnya.

NO UMUR BERAT BADAN (kg)


1 Lahir 3,4
2 0-1 bulan 4,3
3 2 bulan 5
4 3 bulan 5,7
5 4 bulan 6,3
6 5 bulan 6,9
7 6 bulan 7,4
8 7 bulan 8
9 8 bulan 8,4
10 9 bulan 8,9
11 10 bulan 9,3
12 11 bulan 9,6
13 12 bulan 9,9
14 1 tahun 3 bulan 10,6
15 1 tahun 6 bulan 11,3
16 1 tahun 9 bulan 11,9
17 2 tahun 12,4
18 2 tahun 3 bulan 12,9
19 2 tahun 6 bulan 13,5
20 2 tahun 9 bulan 14
21 3 tahun 14,5
22 3 tahun 3 bulan 15
23 3 tahun 6 bulan 15,5
24 3 tahun 9 bulan 16
25 4 tahun 16,5
26 4 tahun 3 bulan 17
27 4 tahun 6 bulan 17,4
28 4 tahun 9 bulan 17,9
29 5 tahun 18,4

2) Pengukuran panjang badan


Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala
sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari
bahan yang tidak lentur. Catat hasilnya.

NO UMUR TINGGI BADAN (kg)


1 Lahir 50,5
2 0-1 bulan 55,0
3 2 bulan 58
4 3 bulan 60
5 4 bulan 62,5
6 5 bulan 64,5
7 6 bulan 66
8 7 bulan 67,5
9 8 bulan 69,0
10 9 bulan 70,5
11 10 bulan 72,0
12 11 bulan 73,5
13 12 bulan 74,5
14 1 tahun 3 bulan 78,0
15 1 tahun 6 bulan 81,5
16 1 tahun 9 bulan 84,5
17 2 tahun 87
18 2 tahun 3 bulan 89,5
19 2 tahun 6 bulan 92,0
20 2 tahun 9 bulan 94,0
21 3 tahun 96,0
22 3 tahun 3 bulan 98,0
23 3 tahun 6 bulan 99,5
24 3 tahun 9 bulan 101,5
25 4 tahun 103,5
26 4 tahun 3 bulan 105,0
27 4 tahun 6 bulan 107,0
28 4 tahun 9 bulan 108,0
29 5 tahun 109

3) Pengukuran lingkar kepala


Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali
lagi ke dahi. Catat hasilnya.
 Lingkar kepala BBL : 33-35 cm (Lebih dari lingkar dada)
 Kenaikan lingkar kepala tahun pertama 44-47 cm.
 Perkiraan lingkar kepala : 6 bulan : 44 cm, 1 tahun: 47 cm
4) Pengukuran lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada
(pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).

 Pemeriksaan Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan
tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi
preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan
letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut
moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus
diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika
fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial,
sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Terkadang teraba
fontanel ketiga, antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi.

Cara:
1) Lakukan inspeksi daerah kepala.
2) Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
 Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir
asimetri atau tidak.
 Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak
dan tidak berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan
akan hilang dalam beberapa hari.
 Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan
tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum.

Ciri-cirinya :
 konsistensi lunak
 berfluktuasi
 berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak
 tidak menyeberangi sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan
mengalami fraktur tulang tengkorak.

Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.


Ciri-ciri cephal haematum:
1) Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak
tegas sehingga bentuk kepala tanpak asimetris, sering diraba terjadi
fiuktuasi dan edema.
2) Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan.
Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan
dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.

 Pemeriksaan Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris
hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang
khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga
kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
 Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan mata di lakukan pada kelopak mata untuk menilai
ada/tidaknya kemerahan atau pembengkakan yaitu nanah yang keluar dari
mata, dan perdarahan subkonjungtiva.

Langkah – langkah :
1) Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
2) Periksa jumlah, posisi atau letak mata.
3) Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
4) Periksa adanya glaukoma kongenital.
Mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai
kekeruhan pada kornea. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil
berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk
seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek
retina.
5) Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau
retina.
6) Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus
dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan. Apabila
ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom
down.

Cara mengidentifikasi kelainan mata


1) Lakukan speksi daerah mata.
2) Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti:
 Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan
cara menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi
akan terbuka.
 Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya
berkurang.
 Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.
 Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada
kornea.
 Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.

 Pemeriksaan Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus
lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut
harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia
koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang
berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital.
Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan.

Cara:
1) Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka
kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung, atau ensefalokel yang
menojol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan
menujukkan gangguan pada paru.
2) Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan
berdarah perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan
kemungkinan lain.
 Pemeriksaan Mulut
1) Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris.
Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang
kecil menunjukkan mikrognatia.
2) Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak
yang berasal dari dasar mulut
3) Periksa keutuhan langit - langit, terutama pada persambungan antara
palatum keras dan lunak. Perhatikan adanya bercak putih pada gusi
atau palatum yang biasanya terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi.
4) Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan
edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya
keluar masuk (tanda foote).

Cara:
1) Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
2) Amati warna, kemampuan refieks menghisap.
3) Apabila lidah menjulur keluar dapat dinilai adanya kecacatan
kongenital.
4) Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya
disebut sebagai Monilia albicans.
5) Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.

 Pemeriksaan Telinga
1) Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.Pada bayi cukup
bulan, tulang rawan sudah matang.Daun telinga harus berbentuk
sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.
2) Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low
set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-
robin).
3) Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat
berhubungan dengan abnormalitas ginjal.

Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejut maka
pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka
kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

 Pemeriksaan Leher
1) Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik.
2) Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan
tulang leher.
3) Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan
pada fleksus brakhialis.
4) Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis.
5) Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher
menunjukkan adanya kemungkinan trisomi.

Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam
pergerakannya maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher. Seperti
kelainan tiroid, himangiona dan lain-lain.
 Pemeriksaan tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan
kedua lengan ke bawah. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan
kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa
jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus
dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada
kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan
perdarahan.

 Pemeriksaan genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa
posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia dan epispadia. Skrortum
harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua. Pada bayi
perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora. Lubang uretra
terpisah dengan lubang vagina. Terkadang tampak adanya sekret yang
berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
(withdrawl bedding).

 Pemeriksaan anus dan rectum


Anus dan rectum. Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam
belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau
obstruksi saluran pencernaan.
 Pemeriksaan kaki
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai harus dapat
bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma,
misalnya fraktur, kerusakan neurologis. Periksa adanya polidaktili atau
sidaktili padajari kaki.

Anda mungkin juga menyukai