Anda di halaman 1dari 58

NAMA : INDAR SUKRIANI

NIM : PO.71.4.211.15.1.017

NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH SERTA PENATALAKSANAANNYA

1) BERCAK MONGOL
a) Pengertian
Bercak mongol merupakan bercak rata berwarna kebiruan,
kehitaman, atau kecoklatan yang lebar, dan umumnya terdapat pada sisi
punggung bawah, juga paha belakang, punggung atas, bokong dan bahu.
Bercak ini muncul soliter atau multipel, dan biasanya memudar pada
beberapa tahun pertama walaupun sering juga menetap hingga dewasa.
Bercak mongol adalah perubahan warna makular biru-hitam pada
dasar tulang belakang dan pada bokong (Tom lissauer dan avroy fanaroff,
2009, At a Glance Neonatologi). Saitoh (1989) mengamati 250 bayi
premature dan menyimpulkan bahwa timbulnya bercak mongol rata-rata
pada umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula terbatas di fosa cocsigea
menjalar ke lumbo sacral. lesi ini berisi sel melanosit yang terletak
dilapisan dermis sebelah dalam atau sekitar folikel rambut.Kadang-kadang
tersebar simetris atau unilateral.
Daerah tubuh yang menjadi pilihan (daerah predileksi) yang lain
adalah daerah orbital dan daerah sitomatikus (nevus ota), yaitu yang
mengenai daerah sclera atau fundus mata atau di daerah delto trapezius
(nevis ito). Hal tersebut tidak perlu pengobatan, cukup dengan tindakan
konserfative saja. Namun bila penderita telah dewasa pengobatan dapat
diberikan dengan alasan astetik melalui terapi sinar laser.

b) Penyebab
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas bercak mongol
ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis
yang terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Lesi-
lesi yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat yang tidak biasa
cenderung tidak menghilang. Lesi ini biasanya berisi sel melanosit yang terletak
di lapisan dermis sebalah dalam atau disekitar folikel rambut yang terkadang
tersebar simetris, tetapi dapat juga unilateral. Bercak ini hanya merupakan lesi
jinak dan tidak berhubungan dengan kelainan-kelainan sistemik. Bercak ini
akan hilang dengan sendirinya pada tahun pertama dan kedua kehidupannya.
Bidan harus dapat memberikan konseling pada orangtua bahwa bercak mongol
tersebut wajar dan akan hilang sendiri tanpa pengobatan, sehingga orang tua
tidak perlu khawatir terhadap keadaan bayinya. Penampilan bercak mongol
yang khas dan bersifat kongenital membedakan bintik ini dengan memar karena
penganiayaan seperti pada penganiayaan anak atau perlakuan salah pada
anak.

c) Tanda dan gejala


Tanda lahir ini biasanya berwarna cokelat tua, abu-abu batu, atau biru
kehitaman. Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya timbul
pada bagian punggung bawah dan bokong, tetapi sering juga ditemukan pada
kaki, punggung, pinggang, dan pundak. Bercak mongol juga memiliki ukuran
yang bervariasi. Seorang anak bisa memiliki satu atau beberapa bercak mongol.
Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai :
 Luka seperti pewarnaan
 Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
 Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
 Bercak yang biasanya akan menghilang dalam hitungan bulan atau Tahun
 Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan
 Penatalaksanaan
Bercak mongol biasanya menghilang di tahun pertama, atau pada 1-4 tahun
pertama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, bercak
mongol multiple yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat biasa,
cenderung tidak akan hilang dan dapat menetap sampai dewasa.
Sumber lain mengatakan bahwa bercak mongol ini mulai pudar pda usia
dua tahun pertama dan menghilang antara usia 7-13 tahun. Nevus ota (daerah
zigomatikus) dan nevus ito (daerah sclera atau fundus mata atau daerah delto
trapezius) biasanya menetap, tidak perlu diberika pengobatan. Namun, bila
penderita telah dewasa, pengobatan dapat dilakukan dengan alasan estetik.
Akhir-akhir ini pengobatan dianjurkan menggunakan sinar laser.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah
sebagai berikut:
 Memberika konseling pada orang tua bayi: Bidan menjelaskan mengenai apa
yang dimaksud dengan bintik mongol, menjelaskan bahwa bentuk mongol ini
akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta
tidak memerlukan penanganan khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa
cemas.
 Bercak mongol biasanya akan menghilang setelah beberapa pekan sampai 1
tahun, sehingga tidak perlu pengobatan dan cukup dilakukan tindakan
konservatif
 Pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetika
 Memberikan asuhan kebidanan yaitu:
Data Subjektif : untuk bayi 2 bulan Data Obyektif :Terdapat bercak
kebiruan pada daerah bokong, Tanda vital normal, Berat badan 6000 gram
Pengkajian : Bayi usia 2 bulan dengan bintik mongol pada daerah bokong
Perencanaan :Jelaskan penyebab bintik mongol pada keluarga ( yang akan
menghilang dalam 1 tahun), Penuhi kebutuhan nutrisi, Pencegahan infeksi
dengan menjaga kebersihan bayi, Libatkan kedua orang tua pada
perawatan, Lakukan program imunisasi

2) HEMANGIOMA
a) Pengertian
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vascular
jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebihan) dari pembuluh darah
yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.
Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia
kurang dari 1 tahun (5-10%). Biasanya hemangioma sudah tampak sejak
bayi dilahirkan (30%) atau muncul beberapa minggu setelah kelahiran
(70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh
seperti kepala, leher, muka, kaki, atau dada. Umumnya hemangioma tidak
membahayakan karena sebagian besar kasus hemangioma dapat hilang
setelah kelahiran.
Hemangioma adalah proliferasi pembuluh darah yang tidak normal.
Hemangioma merupakan jenis tumor pembuluh darah. Orang mengenalnya
sebagai tanda lahir atau birth mark. Walau disebut tumor, hemangioma tak
selalu berbentuk benjolan seperti tumor pada umumnya.
Hemangioma infantil adalah neoplasma vaskuler jinak yang memiliki
perjalanan klinis karakteristik ditandai dengan proliferasi awal dan diikuti
dengan involusi spontan.

 penyebab
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas.
Disebabkan malformasi jaringan angioblastik (jaringan pembentuk
pembuluh darah) selama masa janin, Angiogenesis sepertinya memiliki
peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic
Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor
(VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan
faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar
angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–
beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi
terjadinya hemangioma.

 Klasifikasi dan gejala klinis


a) Hemangioma kapiler

Hemangioma kapilar terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari


sesudah lahir. (starwberry hemangioma)Tampak sebagai bercak merah
yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang,
dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Ada yang
superfisial berwarna merah terang, dan ada yang subkutan berwarna
kebiruan. Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah
sentral, lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar.

Granuloma piogenik lesi ini terjadi akibat proliferasi kapilar yang


sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan,
walaupun sering disertai infeksi sekunder.

Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang


cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai.
Lesi mudah berdarah.

b) Hemangioma kavernosum

Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau
nodus yang berwarna merah ampai ungu. Bila ditekan mengempis dan
akan cepat menggembung lagi apabila dilepas. Lesi terdiri atas elemen
vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi
spontan

c) Hemangioma campuran

Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapilar dan jenis
kavernosum. Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis
tersebut. Sebagian besar ditemukan pada ekstrimitas inferior, biasanya
unilateral, solitar, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi
berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada
perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa.

1. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala hemangioma adalah sebagai berikut:


 Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara
cepat pada usia 6-12 bulan.
 Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1-7 tahun
dan tumor ini menciut pada usia 10-12 tahun, kebanyakan ada pula
yang menghilang pada usia 10-13 tahun.
 Adanya pola merah terang yang timbul, terkadang dengan
permukaan bertekstur (kadang disebut hemangioma stroberi karena
berwarna merah seperti buah stroberi).
 Pembuluh darah vena yang menyebar dari tumor juga bisa terlihat di
bawah kulit. Saat hemangioma mulai menyusut, warna merahnya
akan memudar. Bekas warna akhir itu umumnya akan hilang saat
anak berusia 7 tahun.
 Untuk hemangioma yang muncul pada lapisan kulit lebih bawah
(hemangioma dalam), terlihat seperti lebam atau kebiru-biruan pada
kulit tapi terkadang juga malah tidak tampak sama sekali. Lebam ini
biasanya terlihat pada saat anak berusia 2-4 bulan.

2. Penatalaksanaan
 Memberikan konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan
sering terjadi pada bayi baru lahir, sehingga orang tua tidak perlu khawatir
dalam menghadapi kejadian ini.
 Konservatif, dibiarkan menghilang sendiri.
 Lesi yang menganggu estetika dapat dihilangkan dengan laser. Hemangioma
yang besar harus terus dipantau.
 Operasi pembedahan
 Injeksi kortikosteroid, untuk menghambat pertumbuhan hemangioma
 Pembekuan dengan nitrogen cair atau elektrokoagulasi
 Antibiotik bila terjadi infeksi

3. Asuhan atau Pananganan yang dapat diberikan


 Cara Konservatif

Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran


dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu
terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai
umur 5 tahun. Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak
diterapi. Apabila hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat
normal.

 Cara Aktif

Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah


hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan
tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang
mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang
mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas jaringan. Cara aktif yang
dilakukan antara lain :

 Edukasi dan Observasi

Perjalanan alamiah penyakit ini munculnya cepat setelah bayi lahir dan
menetap hingga usia balita, antara usia 5-7 tahun. Hemangioma infantil dengan
ukuran yang kecil sebaiknya dilakukan observasi saja khususnya pada fase
proliferasi dan fase involusi. Setelah sembuh, kulit akan tampak normal atau hanya
mengalami kecacatan yang minimal. Orang tua pasien perlu diberikan penjelasan
mengenai penyakit dan perjalanan klinisnya sehingga tidak terjadi kecemasan.

 Terapi Kortikosteroid

Hemangioma infantil yang sensitif akan memperlihatkan respon terapi pada


beberapa hari pemberian kortikosteroid. Jika tidak ada responyang berupa
memudarnya warna, menjadi lembut, atau berkurangnya pertumbuhan maka terapi
harus dihentikan. Jika respon terapi tampak,maka dosis dan durasi pemberian
kortikosteroid dipertahankan sesuaidengan lokasi dan maturitas hemangioma
infantil. Terapi kortikosteroiddapat diberikan dalam bentuk :
 Kortikosteroid topical, golongan superpotensial efektif untuk pengobatan
hemangioma superfisialis dengan ukuran relatif kecil.
 Kortikosteroid injeksi pada lesi, : Triamcinolone 10-20 mg/mL dengan dosis
maksimal 5 mg/kgBB dapat diberikan pada hemangioma yang meluas
dengan cepat dan menimbulkankomplikasi berupa ulserasi.
 Kortikosteroid sistemik, untuk hemangioma infantil yang besar, destruktif,
atau mengancam jiwa.Prednison dapat diberikan dengan dosis 2
mg/kgBB/hari pada pagihari selama 4 – 6 minggu. Selanjutnya dilakukan
tapering dosisselama beberapa bulan.
 Recombinant Interferon Alfa-2a

Recombinant interferon alpha-2a(IFN) merupakan agen baru untuk terapi


hemangioma infantil yang besar dan mengancam nyawa. Pemberian IFN tidak boleh
di kombinasikan dengan kortikosteroid. Bila INF akan diberikan, perlu secepatnya
dilakukan tappering off dosis kortikosteroid

 Terapi Bedah

Tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah operasi eksisi, terutama pada
hemangioma infantil yang tidak mengalami involusi komplet, hemangioma infantil
yang memberi pengaruh kosmetik pada wajah,hemangioma infantil yang berlokasi
pada region periorbita, hidung, mulut,saluran nafas bagian atas, kanal telinga, dan
hemangioma infantil yang mengancam jiwa anak. Indikasi :

 Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam


beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
 Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
 Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7
tahun.
 Terapi Radiasi

Terapi ini masih kontroversial, meskipun sampai saat ini masih sering
dilakukan. Komplikasi yang terjadi dapat berupa kerusakan epipisis, mamae,
gonade, kulit, lensa mata, dan glandula tiroid. Komplikasi berupa karsinoma dan
sarkoma pernah dilaporkan. Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah
banyak ditinggalkan karena :

 Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan


tulangnya masih sangat aktif
 Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama
 Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan
bila diperlukan suatu tindakan.

3) IKTERIK
a) Pengertian
Ikterik atau ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan
lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Ikterik adalah warna kuning
pada kulit konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin, sedangkan
hiperbilirubunemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus ke arah terjadinya karena ikterus atau ensefalopati bilirubin bila
kadar bilirubin tidak dikendalikan. Ikterik atau ikterus pada bayi baru lahir
terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada
neonatus kurang bulan
b) klasifikasi ikterik
 Ikterus fisiologis: Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologik, kadar yang membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan morbiditas.
 Ikterus patologis
 Ikterus patologis adalah ikterus yang dijumpai 24 jam pertama setelah
lahir dengan bilirubin yang meningkat lebih dari 5 mg % perhari.
 Kadar diatas 12,5 mg % pada bayi matur atau 10 mg % pada bayi
premature dan menetap setelah minggu pertama kelahiran selain itu
juga ikterus dengan bilirubin langsung diatas 1 mg setiap waktu.
 Ikterus ini ada hubungannya dengan penyakit hemolitik, infeksi dan
sepsis dan memerlukan penanganan dan perawatan khusus.

c) Etiologi
 Produksi bilirubin yang berlebihan
 Gangguan dalam proses up take dan konjugasi hepar
 Gangguan transportasi
 Gangguan dalam sel otak

d) Tanda dan Gejala


 Ikterus fisiologis:
 Disebabkan karena belum matangnya metabolisme bilirubin dan
transpfortasi pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan
kenaikan masa bilirubin dari pemecahan sel darah merah. Warna
kuning akan timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3 dan tampak jelas
pada hari ke 5 - 6 mengilang pada hari ke 10.
 Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl
dan BBLR 10 mg/dl dan akan abnormal pada hari ke 14.
 Ikterus patologis:
 Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total
lebih dari 12 mg/dl
 Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dari 24 jam
 Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan
(BBLR) dan 12,5 mg % pada bayi cukup bulan
 Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah,
defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis)
 Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari
 Bayi cukup bulan dan lebih dari 14 hari pada BBLR

 Derajat Ikterus
 Penilaian kadar bilirubin
Pengamatan ikhterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya
buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan
menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena
pengaruh sirkulasi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko
terjadinya kern-ikhteru, misalnya kadar bilirubin bebas, kadar bilirubin 1 dan 2, atau
secara klinis (Kramer) dilakukan di bawah sinar biasa (day light). sebaiknya
penilaian ikterus dilakukan secara laboratorium, apabila fasilitas tidak
memungkinkan dapat dilakukan secara klinis(Abdul Bari Saefudin, 2002 : 382).

Rumus Kramer

Daerah Luas ikhterus Kadar bilirubin (mg %)


1 Kepala dan leher 5
Daerah 1
2 (+) 9
Badan bagian atas
Daerah 1, 2
(+)
3 11
Badan bagian bawah
dan tungkai
Daerah 1, 2, 3
(+)
4 12
Lengan dan kaki
dibawah dengkul
Daerah 1, 2, 3, 4
5 (+) 16
Tangan dan kaki
(Abdul Bari Saefudin, 2002 : 383)
Contoh 1 : Kulit bayi kuning di kepala, leher dan badan bagian atas, berarti
bilirubin kira-kira 9 mg %.
Contoh 2 : Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti
jumlah bilirubin ≥ 15 mg %.

e) Penatalaksanaan
 Pendekatan menetukan kemungkinan penyebab, atau pendekatan yang
dapat memenuhi kebutuhan .
 Kadar bilirubin serum berkala : darah tepi lengkap, golongan darah ibu dan
bayi. uji coombs. pemeriksaan penyaringan defisiensi enzim G-6-PD.

f) Cara pencegahan :
 Pengawasan antenatal yang baik
 Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada bayi pada masa
kehamilan dan kelahiran, misalnya sulfafurasol, novobiosin, oksitosin, dll.
 Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonates
 Pencegahan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
 Pemberian makanan yang dini
 Pencegahan infeksi
 Pemberian ASI yang adekuat
 Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak setiap
2-3 jam
 Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9 pagi

4. MUNTAH DAN GUMOH


1. MUNTAH
a) Pengertian
Muntah adalah proses refleks yang sangat terkoordinasi yang mungkin
didahului oleh peningkatan air liur, atau Muntah adalah keluarnya kembali sebagian
besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk
kedalam lambung.
Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering sekali dijumpai dan dapat
terjadi pada berbagai kondisi. Muntah dapat merupakan gejala penyakit ringan atau
penyakit berat

b) Penyebab
 Dalam masa neonatus Kelainan kongenital pada saluran pencernaan, ,
paralisis palatum, atresia esoifagus, atresia stenosis, hischprung tekanan
intrakanial yang tinggi, iritasi lambung (mekonium, amnion, darah) , cara
memberi makanan atau minuman yang salah.
 Settelah masa neonatus semakin banyak misalnya faktor infeksi (Tractus
urinaris akut, Hepatitis, Peritonitis).

Faktor lain yaitu infaginasi, kelainan intrakrnial, intoksikasi.


c) Sifat muntah
 Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus
 Muntah proyektif kemungkinan senosis pylorus
 Muntah hijau kekuningan kemungkinan obstruksidi bawah ampula vateri
 Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakanial tinggi
atau obstruksi usus.

d) Penatalaksanaan
 Pengkajian faktor penyebab
 Pengobatan tergantung penyebabnya
 Pengobatan suportif
 Kaji sifat muntah
 Simtomatis dapat diberi antiemetic
 Bila adanya kelainan yang sangat penting segera rujuk ke rumah sakit

e) Gambaran muntah yang perlu dicurigai sebagai kelainan bedah :


 Muntah hijau (gangguan pada empedu)
 Muntah bercampur darah
 Muntah disertai penurunan berat badan

f) Komplikasi
 Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan dehidrasi
 Karena sering muntah dan tidak mau makan/minum dapat menyebabkan
ketosis
 Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjatan
(syok)
 Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot perut,
perdarahan, konjungtiva, ruptur, esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi
muntah jahitan bisa lepas pada penderita pasca operasi dan timbul
perdarahan.

g) Penatalaksanaan:
 Utamakan penyebabnya
 Berikan suasana tenang dan nyaman
 Perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati-hati
 Kaji factor dan sifat muntah
 Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka kemungkinan
dikarenakan obstruksi esophagus.
 Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka patut dicuriagai
adnya obstruksi di bawah ampula vateri.
 Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya stenosis pylorus.
 Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka kemungkinan
terjadi peningkatan tekanan intracranial.
 Simptomatis dapat diberi anti emetik (atas kolaborasi dan instruksi dokter)
 Kolaborasi untuk pengobatan suportif dan obat anti muntah (pada anak tidak
rutin digunakan) :
 Metoklopramid
 Domperidon (0,2-0,4 mg/Kg/hari per oral)
 Anti histamine
 Prometazin
 Kolinergik
 Klorpromazin
 5-HT-reseptor antagonis
 Bila ada kelainan yang sangat penting segera lapor/rujuk ke rumah
sakit/ yang berwenang
 Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah.
 Rujuk segera

h) Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan secara radiologis yaitu apabila didapatkan
gambaran suatu keadaan kelainan kongenital bawaan seperti obstruksi usus halus,
atresia esophagus dan lain-lain.Selain dengan pemeriksaan radiologis, juga dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan uji coba memasukan kateter kedalam lambung.
Diagnosis harus dapat segera dibuat sebelum anak tersedak sewaktu makan
dengan kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia

2. GUMOH/REGURGITASI
a) Pengertian
Gumoh adalah Keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah minum susu dan jumlahnya hanya sedikit

b) Penyebab
 Anak/bayi yang sudah kenyang
 Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk
kedalam lambung
 Posisi botol yang tidak pas
 Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
 Kegagalan mengeluarkan udara
c) Penatalaksanaan
 Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang normal,
terutama pada bayi dibawah 6 bulan
 Pengobatannya adalah :
 Dengan memperbaiki teknik menyusui/memberikan susu
 Perbaiki posisi botol saat menyusui
 Setelah menyusui usahakan anak bersendawa
 bayi atau anak yang menyusu pada ibu harus dengan bibir yang
mencakup rapat pada puting susu ibu.

d) Diagnosis
 Sebagian besar gumoh terjadi akibat kebanyakan makan atau kegagalan
mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena itu, sebaiknya diagnosis
ditegakkan sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung yang lebih
sempurna, dalam batas-batas tertentu penumpahan kembali merupakan
kejadian yang alamiah, terutama salam 6 bulan pertama. Namun,
penumpahan kembali tersebut diturunkan sampai jumlah yang bisa diabaikan
dengan pengeluaran udara yang tertelan selama waktu atau sesudah makan.
 Dengan menangani bayi secara hati-hati dengan emghindari konflik
emosional serta dalam menempatkan bayi pada sisi kanan, letak kepala bayi
tidak lebih rendah dari badannya. Oleh karena pengeluaran kembali refleks
gastroesofageal lazim ditemukan selama masa 4-6 bulan pertama.

5. ORAL TRUSH
1. Pengertian
Oral Trush adalah infeksi jamur yang terjadi pada area hangat dan
basah yang ditandai dengan bercak-bercak membran berwarna putih,
menimbul, mirip sisa-sisa susu di selaput lendir bibir, lidah, palatum, dan
faring. Mula-mula dianggap endapan susu, tetapi apabila dipaksa diangkat
akan menyebabkan bayi malas menyusu karena terasa agak nyeri. Dalam
hal ini diagnosis dapat dipastikan dengan melakukan pemeriksaan
mikroskop langsung dan biakan kerokan mukosa terkait. Infeksi pada
neonatus ini dapat sembuh spontan dengan pengobatan 1ml larutan nistatin
(100.000 unit/ml) yang di berikan 4 kali sehari dengan interval 6 jam. Obat ini
akan membatasi penyebaran penyakit hanya diruang perawatan bayi serta
menghindari infeksi berkepanjangan yang kadang-kadang terjadi. Larutan
tersebut hendaknya ditaruh dengan lembut dan hati-hati kedalam mulut
sehingga mendapat kesempatan untuk menyebar luas diseluruh rongga
mulut sebelum ditelan
Oral Trush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa
dan lidah, dan kadang-kadang pada palatum, gusi serta lantai mulut.
Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai
gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan
perdarahan mentah. Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau
lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap
imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani pengobatan
dengan antibiotik.
Oral thrush disebut dengan oral candidiasis atau moniliasis, dan
sering terjadi pada masa bayi tetapi seiring dengan bertambahnya usia,
angka kejadian semakin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan
pengobatan antibiotik.

2. Etiologi
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans
yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat
bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak
bersih, atau cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi pada
7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit
sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika
yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat
menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila
penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan
mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap.
Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang
biasa dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain
tertekan. Oral thrush juga dapat terjadi karena bakteri yang ada di dalam
mulut kurang bersih. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak,
menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil
atau luas pada mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan
meninggalkan permukaan daging yang berdarah, Keadaan ini didukung oleh
abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi
antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme. Infeksi berat
dapat menyebar menuruni esophagus.

3. Tanda dan Gejala


 Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan
 Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
 Mukosa mulut mengelupas
 Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan
kemudian berdarah
 Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.

4. Komplikasi
Pada bayi baru lahir, apabila oral thrush tidak segera ditangani atau
diobati maka akan menyebabkan kesukaran minum (menghisap puting susu
atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Oral thrush
tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan
menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi
akan terserang diare. Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang
pada waktu yang lama.

5. Penatalaksanaan
Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya. Akan
tetapi lebih baik jika pengobatan dengan cara berikut.
 Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi.
 Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera
diobati dengan pemberian antibiotic berspektrum luas.
 Jaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut.
 Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu
dengan air matang dan juga bersih.
 Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan
teknik steril dalam membersihkan botol susu.
a) Berikan terapi pada bayi:
 ml larutan Nystatin 100.000 unit diberikan 4 kali sehari dengan
interval setiap 6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati
agar tidak menyebar luas ke rongga mulut.
 Gentian violet 3 kali sehari.

6. Pencegahan
 Menghindari/menghilangkan faktor predisposisi
 Setiap bayi selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk
membilas sisa susu dalam mulut bayi
 Pemeliharaan kebersihan mulut dan perawatan payudara
6. DIAPER RUSH ( RUAM POPOK )
1. Pengertian

Diaper rush adalah iritasi pada kulit bayi yang terjadi di daerah
bokong. Ini bisa terjadi jika popok basahnya telat diganti, atau popoknya
terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau
bahkan eksema.

Ruam popok atau diaper rush merupakan masalah kulit pada daerah
genital bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit,
biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena
iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh
dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus ruam popok, atau
dengan melepaskan popok beberapa waktu.Ini banyak mengenai bayi
berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran usia 8 - 10 bulan

2. Penyebab
 Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
 Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
 Kebersihan kulit yang tidak terjaga
 Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
 Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
 Akibat mencret
 Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen
 Alergi bahan popok.
 Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
 Udara atau suhu lingkungan yang terlalu panas atau lembab
 Akibat mencret
 Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen

3. Tanda dan gejala


 Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema
 Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti : pantat, alat kemaluan,
perut bawah, paha atas
 Keadaan lebih parah bisa terdapat : papilla erythematosa, vesicular dan
ulcerasi
 Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam.
 Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur.
 Beruntutan di daerah kelamin, pantat, dan pangkal paha.
 Timbul lepuh-lepuh di seluruh daerah popok.
 Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering
terkolonisasi ( ditumbuhi) oleh jamur, terutama jenis Candida Albicans,
 Mudah terjadinya infeksi kuman, biasanya staphylococcus aureus atau
Sreptococcus beta hemolyticus sehingga kulit menjadi lebih bengkak, serta
di dapatkan nanah dan keropeng
 Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri.

4. Dampak
 Bagi Tingkah laku Anak
 Rewel karena gatal. Susah tidur, gelisah.
 Garuk-garuk, bisa sampai baret dan berdarah-darah kalo langsung
digaruk ditempat yang ruam.
 Bagi Orang tua:
 Gelisah, tidak tenang, apalagi kalau sudah di treatment, tapi tidak
sembuh-sembuh sampai lama dan Ikut sedih kalau anak rewel karena
gatall
 Semakin khawatir kalau ruam sampai tergaruk, baret, dan berdarah

5. Penatalaksanaan
 Menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kulit bayi, terutama didaerah
alat kelamin, bokong, lipatan selangkangan
 Daerah yang terkena iritasi tidak boleh dalam keadaan basah (terbuka dan
tetap kering)
 Menjaga kebersihan pakaian danperlengkapan
 Setiap BAB dan BAK bayi segera dibersihkan
 Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunakan kapas halus
yang dioleskan dengan minyak atau sabun mild dan air hangat
 Popok dicuci dengan detergen yang lembut
 Mengangin-anginkan kulit sebelum pampers baru dipasang dan
menggunkan pampers dengan daya serap yang tinggi dan pas
pemakaiannya
 Menggunakan popok yang tidak terlalu ketat (terbuka atau longgar) untuk
memperbaiki sirkulasi udara.
 Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit yang teriritasi
 Dengan melakukan pengobatan dilakukan kpnsultasi dengan dokter yaitu :
 Mengoleskan krim dan lotion yang mengandung zinc pada daerah
yang sedang meradang
 Memberikan salep/krim yang mengandung kortikosteroid 1%
 Salep anti jamur dan bakteri (miconazole, ketokonazole, nystatin)

6. Pencegahan
 Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini mencegah
lembab pada kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya
sepanjang malam hari. Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air.
Anda tidak perlu menggunakan sabun setiap kali mengganti popok atau
setiap kali buang air besar.
 Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat menyebabkan
masalah dengan pernapasan pada bayi anda.
 Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan kulit.
Alkohol atau parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi.

7. SEBORRHEA
1. Pengertian
Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang
menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang pada
bagian tubuh lainnya. Biasanya, proses pergantian sel-sel pada kulit kepala
terjadi secara perlahan-lahan dan tidak terlihat oleh mata. Proses pergantian
tersebut terjadi setiap bulan. Jika proses ini menjadi lebih cepat, maka akan
timbul gangguan pada kulit kepala yang kita sebut ketombe. Gangguan yang
lebih parah yaitu dermatitis seboroik, berupa serpihan berwarna kuning
berminyak yang melekat pada kulit kepala.
Penyakit ini dapat menyerang bayi sampai dewasa. Paling banyak di
derita bayi pada usia 3 bulan dan dewasa pada usia30 sampai 60 tahun.
Bentuk dan kondisi yang lebih buruk sering kali di derita pada bayi dan
orang orang dengan daya tahan tubuh yang rendah / imunodefesiensi

2. tanda dan Gejala


 Dermatitis seborrea biasanya timbul secara bertahap yang menyebabkan
sisik kering Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, yang
kemudian mengeras dan akhirnya menjadi semacam kerak. Kerak ini sering
timbul di kulit kepala (cradle cap), kadang di alis/bulu mata dan telinga,
kadang disertai gatal.Pada kasus yang lebih berat, timbul jerawat bersisik
kekuningan sampai kemerahan di sepanjang garis rambut, di belakang
telinga, di dalam saluran telinga, alis mata dan dada.
 Exudat seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik)
 Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik
menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala
(cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang
telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam di kulit kepala ini sering
disertai dengan ruam popok. Pada anak-anak, dermatitis seboroik
menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di kulit kepala yang sukar
disembuhkan.
3. Penyebab
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa ahli yang menyatakan beberapa faktor penyebab seborrhea, yaitu
:
 Faktor hereditas, yaitu bisa disebabkan karena adanya faktor
keturunan orang tua
 Intake makanan yang berlemak dan berkalori tinggi
 Asupan minuman beralkohol
 Adanya gangguan emosi
 Proses pergantian kulit mati, yang kemudian diganti dengan sel-sel
kulit dibawahnya disebut keratinisasi.
 Ada beberapa hal yang membuat periode keratinisasi ini tidak normal,
diantaranya:
 Keaktifan kelenjar minyak kulit yang meningkat. Ketombe
terjadi pada kulit kepala yang produksi minyaknya
berlebihan.
 Mikroorganisme : adanya peningkatan jumlah fungus
bernama Pityrosporum Ovale. yang menyebabkan iritasi kulit
kepala.
 Makanan berlemak : mengakibatkan produksi minyak dari
kelenjar minyak bertambah. Asupan lain yang juga punya
andil besar merangsang kelenjar minyak membentuk minyak
kulit adalah sambal, alkohol, kopi, serta rokok.
 Zat atau bahan yang menempel pada kulit kepala seperti obat-
obatan tertentu, sabun, shampoo, minyak rambut. Zat-zat ini secara
langsung merangsang kulit kepala, atau menjadi media yang baik
bagi pertumbuhan mikroorganisme.
a) Hormon : hormon yang dapat memacu keaktifan kelenjar minyak
misalnya hormon Androgen.
Seborrhea ini Bisa terjadi di kulit kepala, samping kiri dan kanan
hidung, alis, bulu mata, kulit di belakang kuping, dada bagian tengah,
pusar, ketiak, lipatan buah dada, selangkangan, atau bokong. Pada bayi
disebut dengan nama Cradle Cap. Tanpa diobati serius, Cradle Cap ini
akan hilang saat usia bayi berkisar antara delapan hingga 12 bulan.
Cradle Cap pada bayi merupakan warisan hormon berlebih yang
diberikan si ibu, sebelum bayi tersebut lahir.

4. Pencegahan
Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan
produk yang dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari
kotoran. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang
sangat efektif.

5. Kiat mengatasi seborrhea


Bila dermatitis seborrheic maupun infeksi ringworm sudah dalam
kondisi yang parah, segeralah minta bantuan ahli untuk mengatasinya. Ada
beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang
lebih maksimal:
 Umumnya anak yang berbakat atopik di kepala akan mengalami
"ketombean" yang lebih parah kalau cuaca sedang panas. Soalnya di
saat seperti ini aktivitas kelenjar androgennya akan meningkat.
Usahakan meminimalisir suasana tidak nyaman tersebut, misalnya
dengan memakai payung bila keluar rumah, menghindari ruangan
 jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada perintah dokter.
Dikhawatirkan akan terjadi infeksi. Mungkin saja alat yang digunakan
tidak steril.
 Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan
produk yang dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari
kotoran. Namun hati-hati, gunakan sampo yang betul-betul
diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang dewasa
 infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus dilakukan oleh dokter.
Kita bisa menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di apotek.
Carilah produk-produk yang mengandung 2% clotrimezol
 Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala
anak yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan
lebih lanjut.

6. Pengobatan
 Pengobatan kausal belum diketahui
 Diusahakan agar penderita (anak yang menjelang umur 13 tahun sampai
19 tahun) menghindarkan makanan yang berlemak, kacang, coklat,
seperti pada pengobatan akne vulgaris. Dapat pula diberikan vitamin B6
dan vitamin B kompleks untuk waktu yang lama.
 Topikal : Bila ada infeksi sekunder dan eksudatif harus dikompres dulu
dengan larutan kalium permanganat 1/5.000. Kemudian diberikan krim
yang mengandung asam salisilat (2%), sulfur presipitatus (4%), vioform
(3%) dan hidrokortison (1/2-1%). Neomisin dan basitrasin ditambahkan
bila ada infeksi sekunder. Pada kasus menahun dapat dicoba
pengobatan dengan sinar ultraviolet. Pada daerah kepala dianjurkan
penggunaan shampoo yang tidak berbusa 2-3 kali seminggu dan
memakai krim yang mengandung selenium sulfida atau Hg-presipitatus
albus 2%.

7. Penatalaksanaan
Walaupun secara kausal masih belum diketahui, tetapi penyembuhannya
bisa dilakukan dengan obat-obat topical, seperti sampo yang tidak berbusa
(keramasilah kepala bayi sebanyak 2-3 kali per minggu) dan krim selenium
sulfide/Hg-presipitatus albus 2%.
 Anak-anak : Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan
minyak mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan
dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari. Selama
sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari
setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.
 Bayi : Secara kasual belum diketahui. Kulit kepala dicuci dengan
shampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim selemum sulfide/Hg-
presipirtatus. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan
shampo yang lembut atau dengan shampo yang tidak berbusa setelah
sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.

8. BISULAN (FURUNKEL)
1. Pengertian
Bisulan/furunkel adalah benjolan besar, merah dan lunak yang terjadi
akibat folikel rambut yang terinfeksi stafilokokus. infeksi kulit yang
disebabkan oleh staphylococcus profunda yang berbentuk nodul-nodul lemak
eritematosa dan letaknya didalam, biasanya daerah muka, pantat, leher,
ketiak dan lain-lain. Nodul ini mengandung cairan yang dalam waktu
beberapa hari akan mengeluarkan bahan nekrotik bernanah. Bentuk-
bentuknya yaitu furunkel (boil) dan karbunkel (furunkel multipel)
Furunkel (boil dan isul) adalah peradangan pada folikel ramut pada kulit
dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk,
aksila, badan dan tungkai furunkel dapat berbentuk pada lebih dari satu
tempat yang biasa di sebut sebagai furunkulosis.

2. Bisul pada neonatus


Dalam keadaan yang normal, sekitar 50 persen bayi yang lahir cukup
bulan sering mengalami bisul-bisul kecil atau jerawat yang dikelilingi oleh
warna kulit yang kemerahan. Gangguan ini bisa timbul di seluruh tubuh bayi,
entah itu di wajah, badan, punggung, tangan, kaki, dan tempat-tempat
lainnya.
Puncak terjadinya bisul-bisul ini umumnya saat bayi berusia dua hari dan
biasanya dialami selama kurang lebih dua minggu. Akibat adanya bisul-bisul
ini, orang tua enggan memandikan bayinya karena takut kondisinya akan
memburuk. Padahal dengan begitu, justru bisa mengundang infeksi kulit
karena kulit si kecil berdaki atau kotor akibat tidak dimandikan. Jadi solusinya
sederhana saja, tetap mandikan bayi seperti biasa.
Belum sempurnanya fungsi kulit pada bayi juga membuat bayi mudah
terserang infeksi mikroorganisme. Salah satunya, infeksi bakteri
Stafilokokkus aureus, yang menyebabkan bisul. Bisul seringkali dimulai dari
peradangan folikel (akar rambut) dan jaringan sekitarnya. Karena itu, pada
bayi dan batita, bisul kerap timbul di kulit kepala. Sebab memang
pembentukan folikel rambut di daerah ini belum sempurna dan keringat pun
sering keluar dalam jumlah banyak. Namun bisul juga dapat timbul di bagian
kulit mana saja, termasuk ketiak, leher, lipat paha, atau pantat. Penyebabnya
belum diketahui secara pasti. Walaupun demikian, hal ini tidak perlu terlalu
dikhawatirkan karena gangguan yang dalam bahasa lainnya Erythema
Toxicum ini akan hilang dengan sendirinya tanpa perlu diobati. Namun dalam
kondisi lain, yaitu keadaan yang abnormal Erythema Toxicum biasanya
merupakan suatu gangguan pada kulit bayi yang berdiri sendiri. Artinya, tidak
ada gejala lain selain dari gejala yang sudah diterangkan sebelumnya.
Bila orang tua menemukan bisul-bisul disertai dengan adanya demam,
gatal, bernanah dan lain sebagainya, si kecil mungkin mengalami penyakit
kulit. Bisa saja penyakit kulit tersebut berupa infeksi, jamur atau bahkan
alergi.
3. Bisul pada bayi
Dibanding kulit orang dewasa, kulit bayi masih memiliki perbedaan yang
jelas. Pada bayi, karena kulitnya masih dalam tahap perkembangan dan
penyempurnaan, fungsinya belum berlangsung dengan baik, sehingga rentan
terhadap berbagai gangguan dari lingkungan. Fungsi kulit bayi yang masih
dalam perkembangan ini, dan belum sempurnanya berbagai fungsi
komponen-komponen penting pada kulit, membuat si kecil mudah sekali
terserang organisme seperti virus, bakteri, dan jamur. Misalnya saja, proses
penyerapan dan pengeluaran keringat belum berjalan semestinya. Akibatnya,
sering dijumpai bayi yang berkeringat berlebihan. Keringat yang keluar belum
diserap oleh kulit dengan sempurna, sehingga terjadi kelembaban berlebih
pada bagian tubuh bayi.
Fungsi keratinisasi yang belum sempurna juga mengakibatkan proses
pembentukan kulit baru belum berlangsung secara teratur. Belum
sempurnanya fungsi kulit ini, membuat bayi mudah terserang infeksi
mikroorganisme. Salah satunya, infeksi bakteri Stafilokokkus aureus, yang
menyebabkan bisul.
Bisul seringkali dimulai dari peradangan folikel (akar rambut) dan
jaringan sekitarnya. Karena itu, pada bayi dan batita, bisul kerap timbul di
kulit kepala. Sebab memang pembentukan folikel rambut di daerah ini belum
sempurna dan keringat pun sering keluar dalam jumlah banyak. Namun bisul
juga dapat timbul di bagian kulit mana saja, termasuk ketiak, leher, lipat
paha, atau pantat

4. Etiologi
Furunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah
sebagai berikut :
 Kurangnya kebersihan
 Tinggal didaerah tropis, Dimana udaranya panas sehingga dengan
mudah bayi akan berkeringat.
 Tekanan dan gesekan pada kulit
 Garukan akibat gatal
 Iritasi pada kulit
 Daya tahan tubuh yang rendah
 Infeksi oleh staphylococcus aureus. Berbentuk bulat (coccus), diameter
0,5-1,5µm, susunan bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai
kapsul, nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan gram tampak
berwarna ungu.
 Bakteri lain atau jamur. Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial,
paha dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar
hidung, telinga, atau jari-jari tangan.
 Faktor gizi yang kurang, Gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi
timbulnya infeksi Kadang kadang nanah berada dalam bisul di serap
sendiri oleh tubuh tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui lubang
pada kulit. Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka,
goresan atau robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi
stafilokokus aureus adalah mengerahkan sel PMN ketempat masuknya
kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik
ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau
peptidoglikan dan sitokolin TNF (tumor necrosis factor) dan IL
(interleukin) yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang
teraktivasi, hal tersebut menyebabkan inflamasi dan terbentuklah pus
(gab sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati).

5. Tanda dan gejala


 Nyeri pada daerah ruam.Muncul tonjolan yang nyeri, berbentuk halus,
berbentuk kubah dan bewarna merah disekitarnya.
 Ruam daerah kulit berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut dan
memiliki pustule.
 Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan
nekrotik yang dapat pecah membentuk fistel lalu keluar melalui lobus
minoris resistensiae.
 furunkel akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan
sendirinya.
 Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari, dapat mencapai 3-10
cm atau lebih.
 Demam dan malaise sering muncul dan pasien tampak sakit berat.
 Jika pecah spontan atau disengaja, akan mengering dan membentuk
lubang yang kuning keabuan pada bagian tengah dan sembuh perlahan
dengan granulasi.
 Waktu penyembuhan kurang lebih 2 minggu
 Jaringan parut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.
6. Patofisiologi
Daerah yang sering berkeringat (muka, punggung, lipatan paha, bokong,
leher) jika sering digaruk dan terjadi gesekan akan mudah terinfeksi. Apabila
folikel rambut terinfeksi kuman staphylococcus aureus akan menjadi benjolan
berisi nanah. Kemudian timbul ‘mata’ yang berwarna putih dan kuning.
Benjolan akan pecah 2-3 hari atau sembuh tanpa pecah. Karena folikel
rambut berdekatan, dapat muncul beberapa buah bisul.

7. Penatalaksanaan Furunkel
 Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh
dengan sendirinya
 Jaga kebersihan diri, lingkungan dan gizi anak
 Jangan memencet, menggaruk benjolan
 Cuci kulit dengan spiritus atau larutan 1 sdt garam dalam segelas air
untuk mencegah infeksi, kemudian tutup dengan kassa steril
 Krim antiseptik, cairan antiseptik untuk mandi
 Pengobatan topical, lakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan
melunakkan nodul
 Tablet antibiotik jika infeksi menyebar
 Jangan memijit furunkel karena dapat menyebabkan penyebaran kuman
secara homogeny
 Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hidung atau
telinga maka dapat berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan insisi
 Jika memungkinkan dapat membuka bisul dengan cara :
 Minta seseorang untuk memegangi anak
 Ambilah sebuah pisau bedah yang steril dan bukalah bisul dengan
segera pada puncaknya saja .Kemudian masukkan penjepit dalam
luka dan bukalah penjepitnya. buka jalan keluar untuk nanah tanpa
mengganggu sesuatu pisau bedah jangan sampai masuk ke dalam
karena dapat melukai pembuluh darah syaraf
 Pemberian analgetik, misalnya aspirin atau paracetamol untuk
mengatasi nyeri
 Tutuplah luka dengan kain kasa kering, usahakan agar satu sudut
dari kassaa dimasukkan agar tetap terbuka, sehingga nanah dapat
keluar
 Pesankan akan ganti perban
 Bila furunkel terjadi secara menetap atau berulang atau dalam jumlah yang
banyak maka kenali faktor predisposisi adanya diabetes mellitus
 Bawa ke dokter jika:
 Berlokasi di wajah, anus, lipatan paha, atau tulang belakang
 Menyebabkan demam atau rasa sakit yang berat, Mengganggu gerakan
anggota tubuh
 Menyebabkan pembengkakan, garis merah, perubahan warna di bagian
kulit di dekatnya
 Anak mengalami bisul yang tidak mereda setelah penanganan selama
seminggu
 Dialami anak yang diabetes. Periksakan anak segera, bahkan ketika baru
mengalami bisul yang kecil, karena anak lebih rentan mengalami infeksi
lanjutan
 Dialami penderita beberapa kali, dalam waktu yang pendek. Dokter akan
mengecek apakah ada penyakit lain yang mempengaruhi kemampuan
tubuh anak dalam melawan infeksi.

8. Diagnosis Banding
Jerawat, impetigo

9. Klasifikasi bisul
Berdasarkan jumlah mata bisul yang ada, bisul dibedakan menjadi:
 Furunkel atau bisul kecil yang hanya memiliki satu mata. Letak bisul bisa di
beberapa tempat tapi jarang-jarang. Jika furunkel satu mata ini jumlahnya
banyak dan letaknya menyebar di sejumlah anggota tubuh, disebut
furunkulosis.
 Karbunkel, yaitu apabila beberapa bisul yang berdekatan menyatu dan
mengakibatkan terbentuknya beberapa mata bisul

10. Penanganan
 Jika bayi mudah berkeringat, usahakan agar keringat tersebut segera
dikeringkan
 Biang keringat yang timbul pada kulti bayi harus dibersihkan dengan
handuk basah
 Jaga kebersihan tubuh bayi sepanjang hari dengan memandikannya
 Upayakan lingkungan di sekitar bayi selalu bersih
 ventilasi udara di ruangan bayi harus cukup sehingga ruangan bayi tidak
lembab
 Jangan kenakan bayi pakaian ketat atau dari bahan yang tidak menyerap
keringat
 Ganti pakaian bayi dengan segera jika basah atau kotor
 Jangan membubuhkan bedak pada kulit bayi jika keluar keringat
 Usahakan kebutuhan gizi bayi selalu terpenuhi.
 Pahami penanganannya

9. MILLIARIASIS (BIANG KERINGAT)


1. Pengertian
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan,
disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat
berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher,
bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami
tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala. Milliariasis disebut juga
sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau pickle heat.
Menghilang dalam bulan pertama kehidupan. Berasal dari retensi keratin
dan materi sebaseus di dalam folikel pilosebaseus.
Miliaria adalah vesikula berukuran seperti jarum khususnya pada leher
dan dada. Biasanya berkembang pada minggu ke dua dan tiga disebabkan
oleh keringat yang tertahan akibat tersumbatnya kelenjar ekrin. Hindari
pakaian yang terlalu tebal dan udara panas.

2. klasifikasi miliaris
 Miliaria Kristalina: Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm
berisi cairan jernih tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada
badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas.
Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang atau inflamasi
pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi
keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang halus.
 Miliaria Rubra: Penyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina.
Terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan ataupun gesekan
pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular
yang sangat gatal dan pedih. Milliaria jenis ini terdapat pada orang
yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan bentuknya dapat
berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat
berkelompok. (Adhi Djuanda, 1987)
 Miliaria Profunda: Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah
tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria rubra.ditandai
dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama
terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat
lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada
vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)
 Miliaria Pustulosa: Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang
menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel
superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal,
tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel rambut.
(E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

3. Etiologi
 Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
 Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
 Aktivitas yang berlebihan
 Setelah menderita demam atau panas
 Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang
dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh
stratum korneum.

4. Gejala
Gejala-gejala biang keringat yang sering muncul sebagai berikut :
 Bintik-bintik merah (ruam) pada leher dan ketika bayi. Keadaan ini
disebabkan peradangan kulit pada bagian tersebut. Penyebabnya
adalah proses pengeringan yang tidak sempurna saat di lap dengan
handuk setelah bayi dimandikan. Apalagi jika si bayi gemuk sehingga
leher dan ketiaknya berlipat-lipat.
 Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh
yang tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama ialah
gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit
yang kemerahan dan gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm).
Kondisi ini bisa kambuh berulang-ulang, terutama jika udara panas
dan berkeringat.

5. Bentuk miliariasis
a) Miliaria kristalina
 Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih
disertai kulit kemerahan
 Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang
tertutup pakaian
 Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik
halus
 Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal
 Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas
yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian
yang menyerap keringat.
b) Miliaria rubra
 Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
 Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat
menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
 Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
 Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum
spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer
kulit di epidermis
 Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik,
dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
c) Miliaria profunda
 Timbul setelah miliaria rubra
 Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
 Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
 Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih
banyak berupa papula daripada vesikel
 Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk
ini jarang ditemui
 Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang
pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
 Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan
regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis,
pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat
pula resorshin 3% dalam alcohol

6. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan
milliaria bergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami.
Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut.
 Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan
menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
 Jaga kebersihan tubuh bayi.
 Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang
cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal di
ruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
 Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
 Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
 Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan
menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.

7. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-
pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya
pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara.
kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan udema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorpsi oleh stratum
korneum.
Milliariasis sering terjadi pada bayi premature karena proses
diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus
milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan
pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat
menyebar ke daerah sekitarnya.

8. Pencegahan
Pada dasarnya, biang keringat pada bayi dapat dicegah dengan cara-
cara berikut :
 Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat
tubuhnya basah oleh keringat
 Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk
mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat
 Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotoran
 Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama di
kota-kota besar yang panas dan pengap
 Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran
udara dari luar ke dalam lancar
 Memandikan bayi secara teratur 2 kali sehari
 Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat

10) DIARE
1. Pengertian
Diare adalah suatu keadaan frekuensi BAB > 4x pada bayi atau >3x
pada anak dengan konsisitensi tinja cair dan atau tanpa lendir atau
darah.. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja
lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi
(Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur
lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam 24 jam.

2. Jenis diare
 Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari,
muntah, demam
 Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit
perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan
mukosa usus
 Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari
diare akut ataupun disentri

3. Etiologi
 Infeksi
 Enteral traktus digestivus
 Bakteri : E. Coli, Salmonella, Shigella, clostrisium
 Virus : Rotavirus, Adenovirus
 Parasit : Candida, Entamuba, Tricruris, Ascariasis
 Parenteral : brpn, oma, ensefalitis, tonsilofaringitis
 Malabsorbsi : karbohidrat, ex : intoleransi laktosa, lemak, protein
 Makanan : basi,beracun, alergi makanan
 Penyakit pada usus : colitis ulseratif, enterocolitis
 Psikologis : takut, cemas

4. Faktor resiko
 Tidak adekuat air bersih
 Pencemaran air oleh tinja
 Sarana mck
 Higience lingkungan
 Iklim : rotavirus, bakteri
 Cara penyapihan yang tidak baik : penyapihan dini, pmt dini
 Kondisi host lemah : higience, malnutrisi, bblr, imunosupresi
 Gangguan osmotik

5. Penatalaksanaan
 Larutan dehidrasi oral setiap kali diare
 Diatetik (pemberian makanan)
 Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
 Diatetik (pemberian makanan)
 Obat-obatan
 Teruskan pemberian ASI karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
 Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali
setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini
diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitium
 Sesuaikan dengan umur anak:
o <2 tahun diberikan ½ gelas;
o 2-6 tahun diberikan 1 gelas;
o >6 tahun diberikan 400cc (2 gelas).
 Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan
25-100 ml/kgBB dalam sehari atau setiap 2 jam
 Oralit diberikan sebanyak lebih kurang 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada
kasus dehidrasi ringan sampai berat
 Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT)
o Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½ sendok
teh garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh hangat
 Air tajin (2 liter + 5g garam)
Cara tradisional
3 liter air + 100g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60
menit
Cara biasa
2 liter air + 100g tepung beras + 5g garam dimasak hingga mendidih

6. Patofisiology
a) Akibat makanan yang tidak dapat diserap/ dicerna ex : laktosa dari
susu, merpukan makanan yang baik bagi bakteri
b) Difermentasi oleh bakteri anaerob menjadi molekul kecil : H2O, CO2,
H2
c) Peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus
d) Menyerap cairan dari intraseluler ke ekstraseluler
e) Hiperperistaltik
f) Diare

7. Gangguan skretorik
 Bakteri mengeluarkan toksin
 Peningkatan amp siklik
 Merangsang sekresi k, cl, na, h2o, dari intraseluler
 Menghambat absorbsi dari ekstraseluler ke intraseluler
 Hipersekresi
 Hiperperistaltik
 Diare

8. Gangguan peristaltic
 Makanan yang merangsang
 Meningkatkan peristaltik usus
 Diare
 Menurunnya intake dan peningkatan
 Hilangnya cairan intra dan ekstrasel / dehidrasi
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa
 Syok hipoglikemi

9. Gejala klinis
 Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia, lalu timbul
diare
 BAB cair disertai lendir atau darah
 Warna tinja : dapat hijau, berbau asam oleh karena asam laktat yang tidak
dpt dicerna
 Muntah sebelum/setelah diare oleh karena lambung ikut meradang
 Dehidrasi oleh karena kehilangan cairan
 Pada diare berat dapat terjadi renjatan : tekanan darah turun, pernafasan
cepat, takikardi dan nadi kecil, keadaan umum lemah, kesadaran turun, oleh
karena kehilangan cairan
 Oliguria s/d anuria
 Asidosis metabolic

10. Komplikasi
 Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi:
 Dehidrasi ringan apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
 Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
 Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipokalemia, hipoglikemia
 Syok hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan
volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan
tekanan darah
 Asidosis metabolic
 Kejang
 Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot,
kelemahan, bradikardi, dan perubahan pada pemeriksaan EKG
 Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena
kerusakan vili mukosa usus halus
 Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita
mengalami kelaparan

11. OBTSIPASI
1. Pengertian
Sembelit atau konstipasi atau obstipasi merupakan masalah yang
umum terjadi pada bayi dan anak-anak dan bersifat normal. Tanda
adanya kondisi yang lebih serius apabila disertai muntah, berat badan slit
naik, demam dan berat badan sulit naik.
Necel (Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob
berarti in the way = perjalanan, Stipare berarti to compress = menekan
Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya
disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya
obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi
pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau
keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan
frekuensi berhajat. Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip
dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun
obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. konstipasi
disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena
adanya obstruksi intestinal.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal.
Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung
jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang
air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.

2. Penyebab
a) Faktor non organic
 Kurang makanan yang tinggi serat
 Kurang cairan
 Obat/zat kimiawi
 Kelainan hormonal/metabolic
 Kelainan psikososial
 Perubahan mikroflora usus
 Perubahan/kurang exercise
b) Faktor organic
 Kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)
 Kelainan otot dasar panggul
 Kelainan persyarafan : M. Hirsprung
 Kelainan dalam rongga panggul
 Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obstruksi usus

3. Tanda dan gejala


 Frekuensi BAB kurang dari normal
 Gelisah, cengeng, rewel
 Menyusu/makan/minum kurang
 Fese keras
 Susah tidur
 Perut kembung
 Kadang-kadang muntah
 Abdomen distensi
 Anoreksia

4. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium (feses rutin, khusus)
 Radiologi (foto polos, kontras dengan enenma)
 Manometri
 USG
5. Menegakan Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
 Anamnesis: Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan
baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi
total atau partial Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat
penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan
masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya
penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah
kemungkinan akibat obstruksi neoplasma
 Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi,
auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen,
nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.Obstruksi usus pada fase lanjut
tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk
melihat apakah ada hernia atau tidak. Pemeriksaan penunjang:
 Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita
obstipasi adalah :
 Pemeriksaan Hb
 Pemeriksaan Urine
 Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
 Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan
kontras: Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi
kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan
terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat
digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
 Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi
dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang
dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung
leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian
dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi
6. Jenis jenis obstipasi
Obstipasi ada 2 macam, yaitu :
 Obstipasi obstruksi total: memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan
pada pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika
obstruksi terdapat pada rectum.
 Obstipasi obstruksi parsial: Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar
selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai
gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.

7. Penatalaksanaan
 Banyak minum
 Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang
banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
 Makan makanan yang tinggi serat (sayur dan buah)
 Latihan
 Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi
 Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila
diperlukan saja.
 ASI lebih baik dari susu formula
 Enema perotal/peranal
 Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi
 Perawatan kulit peranal
 Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.
 Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang
memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan
malam hari
 Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan
 Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi
atau jus aprikot,buah prem kering atau prem.
 Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti
buah-buahan,kacang polong,sereal,keripik graham,buncis dan bayam.

12. INFEKSI
1. Pengertian
Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang
gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan 10-15 % dari
morbiditas perinatal. Hal ini mungkin disebabkan RSCM Jakarta adalah
rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan sekitar.
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi
lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit. Dalam hal ini
tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi
baru lahir mendapat imunitas trans plasenta terhadap kuman yang berasal
dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan
saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang
disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
2. Patogenesis
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc (1961)
membaginya dalam 3 golongan, yaitu :
 Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini
kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis.
Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin.
Kuman yang daapt menyerang janin melalui jalan ini ialah :
 Virus, yaitu rubella, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion, Spirokaeta,yaitu treponema palidum (lues)
 Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E.coli dan Listeria
monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi
plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya
janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
 Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah.Ketuban pecah lama (jarak waktu antara
pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai
peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis.Infeksi
dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus
lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina.Infeksi janin terjadi
dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia
kongenital.Selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi
intranatal daapt juga melalui kontak langsung dengan kuman yang
berasal dari vagina misalnya blenorea dan ‘oral trush’
 Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi baru lahir lengkap. Sebagian besar
infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat
kontaminasi pada sat penggunaan alat atau akibat perawatan yang
tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini
sebetulnya sebagian besar dapat dicegah.Hal ini penting sekali karena
mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi.Seringkali bayi mendapat
infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika
sehingga pengobatannya sulit.
Diagnosis infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk
kepentingan bayi itu sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar
bersalin dan ruangan perawatan bayinya.Diagnosis infeksi perinatal
tidak mudah.Tanda khas seperti yang terdapat bayi lebih tua seringkali
tidak ditemukan.Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan
observasi yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan
laboratorium.Seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya
infeksi, kemudian berdasarkan persangkaan itu diagnosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan selanjutnya.
Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,
sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi.Walaupun demikian
diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap
kelainan tingkah laku neonatus, yang seringkali merupakan tanda
permulaan infeksi umum. Neonatus, terutama BBLR yang dapat tetap
hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita
penyakit atau kelainan kongenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah
lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan
tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi (Hutchinson, 1972).
Gejala infeksi pada neonatus biasanya tidak khas seperti yang terdapat
pada bayi yang lebih tua atau pada anak.Beberapa gejala yang dapat
disebutkan diantaranya ialah malas minum, gelisah atau mungkin
tampak letargis, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba
turun, pergerakan kurang, muntah dan diare.Selain itu dapat terjadi
edema, sklerema, purpura atau perdarahan, ikterus,
hepatosplenomegali dan kejang.Suhu tubuh dapat meninggi, normal
atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayo BBL seringkali terdapat
hipotermia dan sklerema. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ‘not
doing well’ kemungkinan besar ia menderita infeksi.

3. Pembagian infeksi perinatal


Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam 2
golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan :
 Infeksi berat (‘major infections’) Diantaranya adalah : sepsis neonatal,
meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut,
tetanus neonatorium.
 Infeksi ringan (‘minor infections’) Diantaranya adalah : infeksi pada
kulit, oftalmia neonatorum, infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.

4. Pencegahan
Cara umum :
 Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai pada periode antenatal.
Infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi umum, leurkorea dan
lain-lain. Di kamar bersalin harus ada permisahan yang sempurna antara
bagian yang septik dan bagian yang aseptik. Pemisahan ini mencakup
ruangan, tenaga perawatan dan alat kedokteran serat alat perawatan. Ibu
yang akan melahirkan, sebelum masuk kamar bersalin sebaiknya
dimandikan dulu dan memakai baju khusus untuk kamar bersalin. Pada
kelahiran bayi, pertolongan harus dilakukan secara aseptik. Suasana kamar
bersalin harus sama dengan kamar operasi. Alat yang digunakan untuk
resusitasi harus steril.
 Di bangsal bayi baru lahir harus ada pemisahan yang sempurna untuk bayi
yang baru lahir dengan partus aseptik dan partus septik. Pemisahan ini harus
mencakup personalia, fasilitas perawatan dan alat yang digunakan. Selain itu
haurs terdapat kamar isolasi untuk bayi yang menderita penyakit menular.
Perawat harus mendapat pendidikan khusus dan mutu perawatan harus baik,
apalagi bila bangsal perawatan bayi baru lahir merupakan suatu bangsal
perawatan bayi baru lahir yang bersifat khusus. Sebelum dan sesudah
memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan sebaiknya memakai
sabun, antiseptik atau sabun biasa asal saja cukup lama (1 menit). Dalam
ruangan harus memakai jubah steril, masker dan memakai sandal khusus.
Dalam ruangan bayi tidak boleh banyak bicara. Bila menderita penyakit
saluran pernafasan bagian atas, tidak boleh masuk kamar bayi.
 Dapur susu harus bersih dan cara mencampur susu harus aseptik.
Pengunjung yang mau melihat bayi harus memakai masker dan jubah atau
sebaiknya melihat bayi melalui jendela kaca. Air susu ibu yang dipompa
sebelum diberikan pada bayi harus dipasteurisasi. Setiap bayi harus
mempunyai tempat pakaian sendiri, begitu pula termometer, obat, kasa, dan
lain-lain. Inkubator harus selalu dibersihkan dan lantai ruangan setiap hari
harus dibersihkan dan setiap minggu dicuci dengan menggunakan
antiseptikum.

Cara khusus :
 Pemakaian antibiotika hanya untuk tujuan dan indikasi yang jelas.
 Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama (lebih daripada 12
jam), air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama dan
banyak manipulasi intravaginal, resusitasi yang berat, sering timbul keraguan
apakah akan digunakan antibiotika secara profilaksis. Pengguanan
antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan timbulnya
‘strain’ mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotika dan mengakibatkan
timbulnya pertumbuhan jamur yang berlebihan, misalnya Candida Albicans.
Sebaliknya kalau terlambat memberikan antibiotika pada penyakit infeksi
neonatus, sering berakibat kematian.

Berdasarkan hal di atas dapat dipakai kebijaksanaan sebagai berikut :


 Bila kemampuan pengawasan klinis dan laboratorium cukup baik, sebaiknya
tidak perlu memberikan antibiotika profilaksis. Antibiotika baru diberikan
kalau sudak terdapat tanda infeksi.
 Bila kemampuan tersebut tidak ada, kiranya dapat dipertanggungjawabkan
pemberian antibiotika profilaksis berupa ampisilin 100 mg/kgbb/hari dan
gentamisin 3-5 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari.

5. Pengobatan
 Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu biakan daarh dan uji
resistensi. Antibiotika yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin
(sefotaksim) dengan dosis 200 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 2 dosis,
dikombinasi dengan amikasin yang diberikan dengan dosis awal 10
mg/kgBB/hari intravena, dilanjutkan dengan 15 mg/kgBB/hari intravena atau
dengan gentamisin 6 mg/kgBB/hari masing-masing dibagi dalam 2 dosis.
Pilihan kedua ialah ampisilin 300-400 mg/kgBB/hari intravena, dibagi dalam 4
dosis. Pilihan selanjutnya ialah kotrimoksazol 10 mg/kgBB/hari intravena
dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6 mg/KgBB/hari
intravena dibagi dalam 2 dosis (dihitung berdasarkan berdasarkan dosis
trimetoprim). Lama pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari. Pada
pemberian antibiotika ini yang perlu mendapat perhatian ialah pemberian
kloramfenikol pada neonatus tidak melebihi 50 mg/kgBB /hari untuk
mencegah terjadinya sindrom ‘Grey baby’ dan pemberian sefalosporin serta
kotrimoksazol tidak dilakukan pada bayi yang berumur kurang dari 1 minggu
 Pemeriksaan laboratorium rutin
 Biakan darah dan uji resisten
 Pungsi lumbal dan biakan cairan serebrospinalis dan uji reistensi
 Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin

6. Penatalaksanaan
Penanganan secara umum bayi yang mengalami infeksi, diantaranya
adalah: mempertahankan tubuh bayi tetap hangat, ASI tetap diberikan ataau
diberi air gula, injeksi antibiotik berspektrum luas sesuai dosis dan terarah,serta
perawatan sumber infeksi. Pemberian antibiotik yang berlebihan dan tidak
terarah dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang tahan terhadap
antibiotik serta tumbuhnya jamur yang berlebihan seperti candida albicans.
Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri sistemik, adalah sebagai berikut :
 Lakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan gejala
kejang
 Lakukan penanganan gangguan pernafasan bila dijumpai gangguan
pernafasan
 Lakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan hipotermi
 Pertahankan kadar gula darah agar tidak turun
 Berikan dosis antibiotik pertama secara intramuskuler
 Beri penjelasan ibu agar bayi tetap hangat
 Lakukan rujuna segera.

Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri lokal berat, adalah sebagai


berikut:
 Berikan dosis antibiotik pertama secara intramuskuler
 Berikan antiseptik lokal sesuai daerah yang terkena dan ajarkan ibu tentang
pengobatan berikut ini :
 Cuci tangan sebelum mengobati
 Bersihkan kedua mata tiga kali sehari dengan kapas atau kain basah
dengan air hangat
 Berikan salep/tetes mata tetrasiklin pada kedua mata
 Cuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus sampai
kemerahan sembuh.
 Pengobatan infeksi kulit atau pusar
 Cuci tangan sebelum mengobati
 Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara hati-
hati
 Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering
 Oleskan Gentian Violet 0,5% atau proviodin iodine atau salep yang
mengandung neomisin dan basitrasin
 Cuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus sampai
kemerahan sembuh.
a) Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri lokal, adalah sebagai berikut :
 Berikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan pilihan amoxilin dan
ampisilin
 Berikan penjelasan dan ajari ibu cara perawatan infeksi local
 Lakukan asuhan dasar bayi muda
 Berikan penjelasan kapan sebaiknya bayi dibawa ke petugas kesehatan
 Berikan penjelasan kunjungan ulang setelah hari kedua.
13. BAYI MENINGGAL MENDADAK
1. Pengertian
Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant Death
Syndrome) adalah suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada
bayi yang tampaknya sehat. SIDS merupakan penyebab kematian yang
paling sering ditemukan pada bayi yang berusia 2 minggu-1 tahun. 3 dari
2000 bayi mengalami SIDS dan hampir selalu ketika mereka sedang tidur.
Kebanyakan SIDS terjadi pada usia 2-4 bulan dan terjadi di seluruh dunia.
Kematian bayi mendadak tidak terduga dan dengan alasan yang tetap
tidak jelas, bahkan setelah otopsi,merupakan sara kematian paling utama
pada tahun pertama kehidupan setelah masa neonatus. Peristiwa ini
menggambarkan sindroma bayi mati mendadak (SIDS yaitu Sudden Infant
Death Syndrome).Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant
Death Syndrome) adalah suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga
pada bayi yang tampaknya sehat.
SIDS merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan
pada bayi yang berusia 2 minggu-1 tahun. 3 dari 2000 bayi mengalami SIDS
dan hampir selalu ketika mereka sedang tidur. Kebanyakan SIDS terjadi
pada usia 2-4 bulan dan terjadi di seluruh dunia. Pada kasus yang khas
seorang bayi berusia 2-3 bulan yang tampak sehat, di tidurkan tanpa
kecurigaan bahwa segala sesuatunya di luar keadaan yang biasa, beberapa
waktu kemudian bayi di temukan meninggal, dan otopsi konvensional gagal
menemukan penyebab kematian. Telah di ungkapkan bahwa bayi tampak
sehat sebelum meninggal, tetapi riwayat perinatal yang lebih rinci serta
pemeriksaan intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik menghasilkan
bukti-bukti bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal
sebelumnya.
Seorang ibu yang merokok pada masa kehamilan meningkatkan risiko
sindrom mati mendadak pada bayi. Kematian mendadak pada bayi terjadi
ketika bayi kekurangan napas di tempat tidur setelah posisinya menghalangi
pernapasannya. Seperti yang dikutip dari AFP, sindrom mati mendadak itu
banyak dikaitkan dengan kurangnya respons yang mengejutkan pada otak
yang memicu bayi bernapas megap-megap. Dalam kondisi semacam itu,
bayi akan menangis untuk merangsang pernapasan normal kembali.

2. Penyebab
Secara pasti penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahlu
telah melakuka penelitian dan mengemukakan ada beberapa penyebab
SIDS yaitu sebagai berikut:
 Ibu yang masih remaja
 Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
 Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal
 Bayi yang mengalami dysplasia bronkopulmoner
 Bayi premature
 Gemelli (bayi kembar)
 Bayi dengan sibling
 Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika
 Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkup
 Bayi dengan virus pernapasan
 Bayi dengan infeksi botulinum
 Bayi dengan apnea yang berkepanjangan
 Bayi dengan gangguan pola napas herediter
 Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli

3. Gejala
Tidak ada gejala yang mendahului terjadinya SIDS.

4. Factor-faktor yang mungkin menyebabkan bayi mati mendadak


Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah
diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan
telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas bagian atas dengan jeda
pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS abortif.
Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea obstruktif
yang lebih penting daalam terjadinya SIDS
 Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah mengisyaratkan
bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada susunan saraf
pusat.
 Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan pada perkembangan
dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap
saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih
belum di ketahui.
 Reflek saluran nafas yang hiperreaktif karena masuknya sejumlah cairan ke
dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimblkan
apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan kemungkinan
reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer terjadinya SIDS
pada beberapa bayi.
 Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya ketidakstabilan pada
jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saa ini untuk
menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada SIDS.

5. factor resiko terjadinya SIDS


 Tidur tengkurap (pada bayi kurang dari 4 bulan)
 Kasur yang lembut (pada bayi kuran dari 1 tahun)
 Bayi premature
 Riwayat SIDS pada saudara kandung
 Banyak anak
 Musim dingin
 Ibunya perokok
 Ibunya pecandu obat terlarang
 Ibunya berusia muda
 Jarak yang pendek diantara 2 kehamilan
 Perawatan selama kehamilan yang kurang
 Golongan sosial-ekonomi rendah. SIDS lebih banyak ditemukan pada bayi
laki-laki.

6. Diagnosis
Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai
cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang
rendah dan abnormalitas control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta
dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca natal.

7. Pencegahan SIDS
 Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur,
walaupun saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi yang paling aman bagi
bayi yang sehat untuk mengurangi risiko SIDS.
 Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut
belum waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
 Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk. Penelitian
menyimpulkan bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi
diletakkan di atas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air,
bulu domba atau permukaan lembut lainnya.
 Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta
mainan yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi
Anda. Hal ini untuk mencegah bayi Anda terselimuti atau tertindih benda-
benda tersebut.
 Pastikan bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau tempat
penitipan bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan
waktu tidur mengandung risiko SIDS.
 Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun selama dia
tidur. Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi
Anda.
 Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu lagi
untuk menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut
sebaiknya Anda perhatikan hal-hal berikut ini: Pastikan kaki bayi Anda
berada di ujung ranjangnya, Selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si
bayi,Ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di bawah
kasur atau matras sehingga terhimpit.
 Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya Anda
sendiri. Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun
kelahiran bayi Anda dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak ada yang
merokok.
 Jangan biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat
dia tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi
sebaiknya berada pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut yang
terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda terlalu kepanasan.
 Temani bayi Anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk
waktu yang cukup lama.

8. Penatalaksanaan
 Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling
 Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua,biarkan orang tua
mengungkapkan rasa dukanya
 Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk
mengungkapkan pertanyaan mereka
 Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan
adalah hal yang wajar
 Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap
kematian bayi tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya juga mengharapkan
kematian dari bayi tersebut
 Jika kemudian ibu melahirkan bayi lagi, beri dukungan pada orang tua
selama beberapa bulan pertama paling tidak sampai melewati usia bayi yang
meninggal sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai