Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi kurang dari 37 minggu

(20-37 minggu atau 259 hari terhitung sejak HPHT) atau dengan berat janin kurang

dari 2500 gram. Penyebab persalinan preterm sering dapat dikenali dengan jelas.

Namun, pada banyak kasus penyebab pasti tidak dapat diketahui. Beberapa faktor

mempunyai andil dalam terjadinya persalinan preterm seperti faktor pada ibu, faktor

janin dan plasenta, ataupun faktor lain seperti sosioekonomik. Dari data yang

diketahui penyebab persalinan prematur yaitu iatrogenik (20%), infeksi (30%),

ketuban pecah dini saat preterm (20-25%), dan persalinan preterm spontan (20-25%).

Secara teoritis faktor risiko premature dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor

iatrogenik, faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku. Faktor iatrogenik

merupakan faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur

sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa, kelainan serviks (serviks

inkompetensi), hidramnion, infeksi intra-amnion, hipertensi dan trauma. Faktor janin

meliputi kehamilan kembar (gemelli), janin mati (IUFD),

dan cacat bawaan (kelainan kongenital). Faktor perilaku meliputi ibu yang merokok

dan minum alkohol.

1
Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas

dan mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian prematur

sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran di

Indonesia diperkirakan sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat

diperhitungkan kematian bayi 56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang

artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal.

Berdasarkan uraian di atas, angka persalinan prematur di Indonesia cukup

tinggi, termasuk di NTT. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan “Gambaran Faktor Resiko Persalinan Prematur di RSUD

Prof.DR.W.Z.Johannes Kupang Tahun 2012”.

B. Perumusan Masalah
1. Berapa jumlah persalinan prematur di RSUD Prof.dr.W.Z. Johannes

Kupang tahun 2012?


2. Bagaimana gambaran faktor resiko persalinan prematur di RSUD

Prof.dr.W.Z.Johannes Kupang tahun 2012?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jumlah persalinan prematur di RSUD Prof.dr.W.Z.Johannes

Kupang tahun 2012


2. Mengetahui gambaran faktor resiko persalinan prematur di RSUD

Prof.dr.W.Z.Johannes Kupang tahun 2012

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengembangkan ilmu dan

pengetahuan tentang faktor-faktor resiko terjadinya persalinan prematur.


2. Bagi Pemerintah dan RSUD Prof.dr.W.Z.Johannes Kupang

2
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak rumah sakit untuk

menurunkan angka kejadian persalinan prematur dan meningkatkan mutu

pelayanan terutama upaya pencegahan persalinan prematur.


3. Bagi Pembaca
Sebagai bahan informasi bagi pembaca,khususnya perempuan usia

produktif untuk menambah wawasan dan kewaspadaan terhadap faktor

resiko dan penyebab persalinan prematur.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi kurang dari 37 minggu

(20-37 minggu atau 259 hari terhitung sejak HPHT) atau dengan berat janin kurang

dari 2500 gram.

B. Epidemiologi

Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonates pada bayi

preterm/prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada

3
bayi lahir seperti paru, otak, dan gastrointestinal. Di Negara Barat sampai 80% dari

kematian neonates adalah akibat prematuritas, dan pada bayi yang selamat 10%

mengalami permasalahan dalam jangka panjang. Penyebab persalinan preterm sering

dapat dikenali dengan jelas. Namun, pada banyak kasus penyebab pasti tidak dapat

diketahui. Beberapa factor mempunyai andil dalam terjadinya persalinan preterm

seperti factor pada ibu, factor janin dan plasenta, ataupun factor lain seperti

sosioekonomik.

Pendekatan obstetric yang baik terhadap persalinan preterm akan memberikan

harapan terhadap ketahanan hidup dan kualitas hidup bayi preterm. Di beberapa

Negara maju Angka Kematian Neonatal pada persalinan premature menunjukkan

penurunan, yang umumnya disebabkan oleh meningkatnya peranan neonatal

intensive care dan akses yang lebih baik dari pelayanan ini. Di Amerika Serikat

bahkan menunjukkan kemajuan yang dramatis berkaitan dengan meningkatnya umur

kehamilan , dengan 50% neonates selamat pada persalinan usia kehamilan 25

minggu, dan lebih dari 90% pada usia 28-29 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa

teknologi dapat berperan banyak dalam keberhasilan persalinan bayi preterm.

C. Etiologi

Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial.

Kombinasi keadaan obstetric, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai

pengaruh terhadap terjadinya persalinan premature. Kadang hanya risiko tunggal

dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma. Banyak

4
kasus persalinan premature sebagai akibat proses patogenik yang merupakan

mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan

perubahan serviks, yaitu :

1. aktivasi aksis kelenjar hipotalamus – hipofisi – adrenal baik pada ibu maupun

janin, akibat stress pada ibu atau janin.

2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden darii traktus

genitourinaria atau infeksi sistemik.

3. Perdarahan desidua.

4. Peregangan uterus patologik.

5. Kelainan pada uterus atau serviks.

D. Faktor Risiko

Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan preterm adalah

1. Janin dan plasenta

a. perdarahan trimester awal


b. perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa

previa)
c. ketuban pecah dini (KPD)
d. pertumbuhan janin terhambat
e. cacat bawaan janin
f. kehamilan ganda/gemeli
g. polihidramnion

2. Ibu

a. penyakit berat pada ibu


b. diabetes mellitus
c. preeclampsia/hipertensi

5
d. usia
e. infeksi saluran kemih/genital/intrauterine
f. penyakit infeksi dengan demam
g. stress psikologik
h. kelainan bentuk uterus/serviks
i. plasenta previa
j. riwayat persalinan preterm/ abortus berulang
k. inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
l. pemakaian obat narkotik
m. trauma
n. perokok berat
o. kelainan imunologi/kelainan resus

E. Cara persalinan

Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio

sesarea tidak memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu.

Seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik.

Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea dapat

dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu, persalinan diperbolehkan

karena morbiditas dianggap sama dengan kehamilan aterm.

F. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan prematur adalah :

1. Masalah pernapasan

2. Kesulitan dalam pencernaan

3. Cerebral palsy

4. Developmental delay

6
5. Masalah penglihatan

6. Gangguan pendengaran

a. Terhadap ibu

1. Tidak terlalu berbahaya

2. Kemungkinan kehamilan prematur kembali terulang

b. Terhadap janin

1. Mudah terkena infeksi

2. Perkembangan dan pertumbuhannya sering terlambat.

G. Penatalaksanaan

1. Tokolitik

Pemberian tokolisis perlu dipertimbangkan bila terjadi kontraksi

uterus yang reguler dengan adanya perubahan serviks.


Alasan pemberian tokolisis pada persalinan prematur adalah:
a. Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.
b. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulasi surfaktan

paru janin.
c. Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap
a. Beberapa macam obat yang digunakan sebagai tokolisis adalah :
d. Kalsium antagonis : Nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan

tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul

kontraksi berulang.
e. Obat β-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin dan salbutamol dapat

digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.

7
f. Sulfas magnesium dan anti prostaglandin (endometasin) : jarang dipakai

karena efek samping pada ibu maupun janin.

Untuk menghambat proses persalinan prematur selain pemberian tokolisis,

adalah dengan membatasi aktivitas atau tirah baring.

2. Kortikosteroid

Tujuan pemberian terapi kortikosteroid adalah untuk pematangan

surfaktan paru janin, menurunkan insidens RDS, menccegah perdarahan

intraventrikular, yang akhirnya menurunkan angka kematian neonatus.

Kortikosteroid perlu diberikan pada usia kehamilan kurang dari 35

minggu. Obat yang diberikan adalah deksametason atau betametason.

Pemberian steroid ini tidak diulang karena merupakan resiko terjadinya

pertumbuhan janin terhambat.


Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah:
a. Betametason 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam
b. Deksametason 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam

3. Antibiotik

Antibiotik diberikan pada kasus kehamilan dengan risiko

terjadinya infeksi seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang

dianjurkan adalah : eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain

adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan

8
antibiotik lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-

amoksiklaf karena risiko NEC.


Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien dengan

KPD/PPROM (Preterm premature rupture of the membrane) adalah :


a. Semua alat yang digunakan untuk periksa vagina harus steril.
b. Periksa dalam vagina tidak dianjurkan, tetapi dilakukan dengan

pemeriksaan spekulum.
c. Pada pemeriksaan USG jika didapat penurunan indeks cairan amnion

(ICA) tanpa adanya kecurigaan kelainan ginjal dan tidak adanya IUGR

mengarah pada kemungkinan KPD.

Persiapan persalinan prematur perlu pertimbangan berdasarkan :

a. Usia gestasi
1. Usia gestasi 34 minggu atau lebih : dapat melahirkan di tingkat

layanan primer, mengingat prognosis relatif baik.


2. Usia gestasi kurang dari 34 minggu : harus dirujuk ke rumah

sakit dengan fasilitas perawatan neonatus yang memadai.

b. Keadaan selaput ketuban

Bila didapat KPD dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu,

maka ibu dan keluarga dipersilahkan untuk memilih cara pengelolaan

setelah diberi konseling dengan baik.

H. Perawatan neonates

Untuk perawatan bayi preterm baru lahir perlu diperhatikan keadaan umum,

biometri, kemampuan bernapas, kelainan fisik dan kemampuan minum. Keadaan

9
kritis bayi prematur yang harus dihindari adalah kedinginan, pernapasan yang tidak

adekuat, atau trauma. Suasana hangat diperlukan untuk mencegah hipotermia pada

neonatus, bila mungkin sebaiknya bayi dirawat dengan cara kanguru untuk

menghindari hipotermia. Kemudian dibuat perencanaan pengobatan dan asupan

cairan. ASI diberikan lebih sering, tetapi bila tidak mungkin, diberikan dengan sonde

atau dipasang infus. Semua bayi baru lahir harus mendapat nutrisi sesuai dengan

kemampuan dan kondisi bayi.

Sebaiknya persalinan bayi terlalu muda atau terlalu kecil berlangsung pada

fasilitas yang memadai, seperti pelayanan perinatal dengan personel dan fasilitas yang

adekuat termasuk perawatan perinatal intesif.

I. Prognosis

Prognosis persalinan prematur:

1. Prematuritas merupakan faktor kematian yang terkait mortalitas dan

morbiditas sebagian bayi meninggal pada 28 hari pertama mempunyai bobot

kurang dari 2500 g saat lahir.


2. Hipotermia
3. Anoksia 12 kali lebih sering pada bayi yang baru lahir.
4. Gangguan respirasi menyebabkan 44% bayi meningggal pada bayi kurang 1

bulan jika bayi kurang dari 1000 g angka kematian sebesar 74%.

10
5. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan

immaturitas jaringan otak.


6. Perdarahan intra cranial 5x lebih sering
7. Cerebral Palsy
8. Prognosis untuk kesehatan fisik dan intelektual bayi belum diketahui dengan

pasti tampaknya insiden kerusakan otak organik otak lebih tinggi pada bayi

prematur.

J. Pencegahan

Pencegahan persalinan premature :

1. Cervical cerclage
Untuk pasien dengan cervical incompetence tetapi tidak boleh likakukan pada

pasien dengan placenta previa, infeksi serviks atau vagina, perdarahan uterus,

fetal malformations, IUVD, gawat janin, dan perubahan jumlah cairan amnion.

Cervical cerclage digunakan pada pasien yang ada riwayat persalinan premature

sebelumnya.
2. Cervical pessary
Pemasangan cervical pessary biasa pada pasien premature tanpa gejala

dengan kehamilan tunggal, dan pasien dengan serviks yang pendek yaitu kurang

dari 25 mm, pada usia kehamilan 20–24 minggu tanpa cervical incompetence.

Tapi pemasanagan cervical pessary, meningkatkan ririko dan insiden infeksi

intrauterine.
a. Progesteron : sebelum pemberian progesterone, sebaiknya dilakukan USG

transvaginal untuk mengukur panjang serviks.


1. Pencegahan pada pasien dengan panjang serviks < 15 mm pada usia

kehamilan 22-26 minggu diberikan progesterone 200 mg mg/hari per vaginal.

11
2. Pencegahan pada pasien dengan riwayat persalinan premature sebelumnya: 17

alpha-hydroxyprogesterone 250 mg IM/minggu atou progesterone 100

mg/hari per vaginal.

Jika menurut umur kehamilan maka pemberian progesterone sebagai berikut :

1. Pada wanita hamil dengan tanpa riwayat persalinan premature sebelumnya,

progesterone profilaksis yang diberikan progesterone 200 mg/vaginal atau 17

alpha-hydroxyprogesterone 250 mg IM/minggu, mulai diberikan mulai

trimester kedua.
2. Pada wanita nullipara dengan panjang serviks < 15 mm pada usia kehamilan

22-26 minggu diberikan progesterone 200 mg mg/hari per vaginal.

Pada pasien dengan kehamilan ganda, baik gameli, triplet, dll, progesterone

baik 17 alpha-hydroxyprogesterone maupun microionized progesterone tidak dapat

digunakan sebagai pencegahan.

Tabel 1. Perkiraan Harapan Hidup Bayi Prematur

12
K. Kerangka Konsep Penelitian

Usia

Tingkat
pengetahuan
Riwayat penyakit
Faktor risiko Persalinan
Kelainan yang prematur
didapat dari
pemeriksaan
KonsumsiUSG
alkohol BAB 3
merokok
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif yaitu mendeskripsikan angka persalinan prematur yang terjadi pada tahun

2012 di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada

tanggal 15 – 20 April 2013.

C. Populasi dan Sampel

13
Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah semua persalinan

prematur di RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang tahun 2012 berjumlah 276 orang.

Sampel penelitian ditentukan dengan cara penarikan acak dari populasi sejumlah 40

orang.

D. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder

persalinan prematur di RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang tahun 2012 dan kuisioner

persalinan prematur. Selain itu juga dipergunakan alat bantu laptop untuk proses

pengolahan data dan printer untuk penyajian hasil.

E. Cara Kerja

Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis data

dengan melihat data-data rekapan statistik persalinan prematur tahun 2012 di RSUD

Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang sebagai gambaran dalam penelitian ini.

F. Analisis Data

Jenis analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif

dengan metode pendekatan retrospektif. Data yang dikumpulkan akan diolah dan

diedit untuk melihat gambaran persalinan prematur di RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang tahun 2012.

14
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Tempat Penelitian

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes merupakan rumah sakit rujukan provinsi

dengan kelas Tipe B Non Pendidikan berdasarkan SK Menkes No. 94/Menkes/ SK/95

tentang RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang sebagai RS Tipe B Non Pendidikan.

Rumah sakit ini berdiri sejak tahun 1941 pada zaman penjajahan Belanda dan resmi

15
menjadi rumah sakit milik dareah tingkat provinsi pada tanggal 05 Juli 1954. Rumah

sakit ini berada di jalan Moch. Hatta no. 19 Kupang. Rumah sakit ini memiliki luas

lahan sekitar 51.670 m2 dengan luas bangunannya sendiri sekitar 42.418 m2. Rumah

sakit ini memiliki akreditasi 12 standar pelayanan dan memiliki kapasitas tempat tidur

sekitar 375 tempat tidur. Rumah sakit ini memiliki sekitar 1177 pegawai termasuk di

dalamnya tenaga medis maupun non medis. Berdasarkan data sekunder RSUD Prof.

Dr. W. Z. Johannes Kupang, tidak kurang dari 1000 kasus persalinan dilakukan di

rumah sakit ini dengan angka persalinan normal menempati urutan pertama. Untuk

angka persalianan prematur sendiri memiliki angka yang cukup signifikan setiap

tahunnya dengan penyebab-penyebab yang beragam pula.

2. Gambaran Persalinan Prematur

Tabel 2 Gambaran kasus persalinan prematur di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes

tahun 2012

f (orang)
Sampel 40 (14,50%)
Total persalinan prematur 276 (100%)

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat jumlah persalinan tahun 2012 sebanyak 276

orang dengan 40 orang yang menjadi sampel penelitian untuk diteliti.

3. Gambaran Usia Ibu Pada Persalinan Prematur

16
Tabel 3 gambaran usia ibu pada persalinan prematur di RSUD Prof. W. Z. Johannes

tahun 2012

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa paling banyak usia ibu yang mengalami

persalinan prematur adalah rentang usia 36-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tua usia seseorang semakin besar risiko pasien tersebut untuk mengalami

persalinan prematur.

4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu berdasarkan Pendidikan

Terakhir

Tabel 4 gambaran pendidikan terakhir ibu pada persalinan prematur di RSUD Prof.

W. Z. Johannes tahun 2012

Frequency Percent Valid Percent


Valid tidak tamat SD 2 5,0 5,0

SD 8 20,0 20,0

SMP 20 50,0 50,0

SMA 8 20,0 20,0

17
D3-S2 2 5,0 5,0

Total 40 100,0 100,0

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang paling

banyak pada penelitian ini adalah ibu dengan tingkat pendidikan terakhir SMP. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu masih kurang pengetahuan dalam

mempersiapkan kehamilan.

5. Gambaran Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Tabel 5 gambaran riwayat obstetri dan ginekologi ibu yang mengalami persalinan

prematur di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes tahun 2012

18
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa angka kejadian persalinan prematur

lebih banyak terjadi pada primigravida dan ibu dengan riwayat abortus. Hal ini sesuai

dengan sumber yang mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya persalinan

prematur adalah riwayat abortus. Selain riwayat abortus, riwayat persalinan prematur

sebelumnya dapat meningkatkan risiko persalinan prematur pada kehamilan

selanjutnya.

19
6. Riwayat USG Abdomen

Tabel 6 gambaran hasil pemeriksaan USG abdomen pada persalinan prematur di

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes tahun 2012

Berdasarkan data di atas, didapatkan 23 orang melakukan pemeriksaan USG selama

kehamilannya dan 17 orang tidak. Dari 23 orang yang melakukan pemeriksaan USG,

11 orang di antaranya normal, 5 orang plasenta previa totalis, 3 orang kelainan

anatamis uterus dan insuffisiensi plasenta dan oligohidramnion masing-masing 2

orang. Salah satu penyebab persalinan prematur adalah plasenta previa yang

merupakan terbanyak dalam hasil penelitian ini. Selain itu didapatkan kelainan

anatomis yang juga merupakan salah satu penyebab dari persalinan prematur.

20
7. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Tabel 7 gambaran riwayat penyakit yang pernah diderita ibu yang mengalami

persalinan prematur di RSUD Prof. W. Z. Johannes tahun 2012.

Frequency Percent Valid percent Cumulative

percent
Valid tidak 33 82,5 82,5 82,5

ada 6 15,0 15,0 15,0

Hipertensi 1 2,5 2,5 2,5

Trauma fisik 40 100 100 100

Total

Berdasarkan data di atas, didapatkan 6 orang mempunyai penyakit hipertensi yang

menjadi salah satu faktor risiko untuk persalinan prematur. Selain itu trauma fisik

juga merupakan salah satu penyebab persalinan prematur dan pada penelitian ini

didapatkan 1 orang. Hal ini sesuai dengan sumber yang mengatakan bahwa hipertensi

meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur pada ibu.

21
8. Riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol

Tabel 8 gambaran riwayat merokok dan alkohol yang dikonsumsi ibu yang

mengalami persalinan prematur di RSUD Prof. W. Z. Johannes tahun 2012.

Berdasarkan data di atas, didapatkan bahwa tidak terdapat ibu yang merokok dan

mengkonsumsi alkohol pada ibu yang mengalami persalinan prematur di RSUD Prof.

Dr. W. Z. Johannes Kupang. Salah satu faktor risiko dalam terjadinya persalinan

prematur adalah kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol.

22
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang “Gambaran Faktor Resiko

Persalinan Prematur di RSUD Prof dr.W.Z.Johannes Kupang tahun 2012”, maka

dapat disimpulkan:
1. Jumlah kasus persalinan prematur di RSUD Prof.dr.W.Z. Johannes Kupang

tahun 2012 sebanyak 276 orang.


2. Faktor-faktor resiko terjadinya persalinan prematur di RSUD Prof dr.W.Z.

Johannes di Kupang tahun 2012 adalah faktor usia 36-40 tahun (30%), tingkat

pengetahuan ibu setingkat SMP (50%),primigravida (47,5%), abortus (15%),

Plasenta Previa Totalis (12,5%), Hipertensi (15%), merokok dan konsumsi

alkohol (0%).

B. Saran
1. Bagi pemerintah daerah agar tetap menggalakkan dan meningkatkan kinerja

program-program, khususnya sosialisasi dan konseling- konseling bagi ibu-

ibu hamil dalam upaya menurunkan angka kejadian persalinan prematur di

Kupang.

23
2. Bagi ibu hamil, diharapkan agar senantiasa berupaya memeriksakan

kehamilannya secara teratur sehingga persalinan secara prematur dapat

dicegah secara dini.


3. Bagi peneliti lain, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat

mengembangkan permasalahan yang ada dengan meneliti faktor resiko lain

yang berperan dalam terjadinya persalinan prematur di NTT, khususnya kota

Kupang.

24

Anda mungkin juga menyukai