Anda di halaman 1dari 108

PROSEDUR TETAP

ASUHAN PERAWATAN
KEPERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Adanya pedoman dalam pelaksanaan

2. TUJUAN 2.1 Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif


kepada semua orang yang memerlukan pelayanan
kesehatan sesuai dengan sistem kesehatan nasional
2.2 Menjamin bahwa semua bantuan di arahkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien dan
mengurangi/menghilangkan kesenjangan
2.3 Mengembangkan Standar Asuhan Keperawatan yang
ada.
2.4 Memberikan kesempatan kepada semua tenaga
keperawatan untuk mengembangkan tingkat kemampuan
profesionalnya.
2.5 Memelihara hubungan kerja sama yang efektif
dengan semua Tim Anggota Kesehatan.
2.6 Melibatkan pasien dalam perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi Asuhan Keperawatan.
2.7 Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar
mengajar dalam keiatan pendidikan baik perkembangan
tenaga perawatan.
3. RUANG LINGKUP Tenaga perawat di Puskesmas Perawatan/DTP

4. REFERENSI Pedoman Penerapan standar asuhan keperawatan, Tim


Depkes Jakarta 1994

5. KRITERIA 5.1. Asuhan Keperawatan dimulai pada saat


pasien datang ke Rumah Sakit baik di Instalasi Rawat
inap maupun di Instalasi Rawat Jalan
5.2. Asuhan Keperawatan dilakukan selama pasien
rawat inap dan rawat jalan
5.3. Semua perawat harus bisa melakukan proses
keperawatan.
5.4. Penanggung jawab ruangan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan proses keperawatan.
5.5. Proses keperawatan dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan selama pasien dalam
perawatan.
5.6. Setiap tahap proses keperawatan di evaluasi
pada akhir shift.
5.7. Hasil evaluasi dan hasil proses keperawatan
(tiap shift) digunakan sebagai bahan informasi,
komunikasi dan laporan kepada shift selanjutnya.
5.8. Penulisan proses keperawatan harus jelas,
singkat serta mengutamakan istilah yang baku,
menggunakan tinta dan bila terjadi kesalahan penulisan
cukup ditulis dan diparaf
5.9. Setiap pencatatan harus mencantumkan nama
perawat dan waktu melaksanakan tindakan.
5.10. Pencatatan harus berdasarkan fakta yang ada,
koloni jangan dibiarkan kosong, beri tanda bila tidak ada
yang perlu ditulis

6. REVISI Ke 0

1
PROSEDUR
MEMASANG INFUS PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pasien

2. TUJUAN /KRITERIA 1. Sebagai tindakan pengobatan.


2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan
elektrolit.

3. RUANG LINGKUP Puskesmas Perawatan/DTP

4. REFERENSI Buku Tehnik Perawatan Dasar Team Departemen


Kesehatan, 1987.

5. DEFINISI TERMINOLOG1 Memasukkan cairan obat langsung ke dalam


pembuluh darah vena dalam jumlah banyak, dalam
waktu yang lama dengan menggunakan infus set.

6. LANGKAH URAIAN KEGIATAN


6.1. Persiapan Alat 1. Standar infus.
2. Cairan yang akan diberikan.
3. Infus set.
4. Abbocath — wing niddle.
5. Kapas alkohol.
6. Pleater.
7. Gaas steril.
8. Gunting.
9. Bengkok.
10. Pengalas.

6.2. Persiapan Pasien Pasien diberi penjelasan hal yang akan dilakukan jika
keadaan memungkinkan

6.3. Pelaksanaan a. Siapkan area yang akan dipasang infus.


b. Memeriksa ulang cairan yang akan diberikan,
keluarkan udara dan slang infus.
c. Menentukan vena yang akan ditusuk.
d. Pasang pengalas.
e. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan
diameter 5- 10 cm.
f. Menusuk jarum/abbocath pada vena yang telah
ditentukan.
g. Melakukan viksasi
h. Menutup bagian yang ditusuk, dengan kasa
bethadine.
i. Menghitung jumlah tetesan seseuai kebutuhan.
j. Perhatikan reaksi pasien.
k. Catat waktu pemasangan, 2 jenis cairan (distatus
pasien).
l. Pasien dirapihkan.
m.Alat dibereskan.
n. Perawat mencuci tangan.
7.INDIKATOR Kebutuhan cairan tubuh dan Pengobatan terpenuhi
8. REVISI Ke 0

2
MENOLONG PASIEN
BUANG AIR BESAR PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN o Bed rest total


o yang tidak dapat atau belum dapat berjalan sendiri
ke WC

2. TUJUAN o Membantu kebutuhan eliminasi pasien


o Mengurangi pergerakarn.
o Mengetahui adanya kelainan faeces secara
langsung.

3. RUANG LINGKUP o Puskesmas Perawatan/DTP

4. REFERENSI o Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes th.


1987
o Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar, Depkes th.1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membantu pasien yang akan buang air besar di tempat


tidur.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


1. Pispot
2. Alas pispot
3. Botol Berisi air cebok
4. Kapas cebok
5. Nierbeken
6. Selirnut
7. Sampiran.
B. Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan dan dianjurkan untuk b.a.b
C. Pelaksanaan
1 Perawat cuci tangan
2 Memasang sampiran
3 Menanggalkan pakaian bagian bawah dan
bagian yang terbuka ditutup dengan selimut.
4 Menganjurkan untuk menekuk lutut dan
mengangkat bokong.
5 Memasang alas pispot
6 Pispot diletakan dibawah bokong.
7 Bila sudah selesai b.a.b, anus dan daerah
genetalia dibersihkan dengan air dan kapas berulang
kali sampai sernbuh.
8 Pispot diangkat dan faeces diamati, bila ada
kelainan, catat dan lapor dokter.
9 Bokong pasien dibersihkan dengan alas.
10 Pasien dirapihkan, alat dibersihkan dan
disimpan pada tempatnya.
11 Sampiran dibuka kembali
12 Perawat cuci tangan.
13 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7.INDIKATOR PENCAPAIAN o Pasien bisa buang air besar
o Pasien merasa nyaman

3
MEMANDIKAN PASIEN
DI TEMPAT TIDUR PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN o Pasien baru, terutama bila kotor sekali


o Yang dirawat, sekurang-kurangnya 2 x
sehari.

2. TUJUAN o Membersihkan kulit dan menghilangkan


bau badan.
o Memberikan rasa nyaman,
o Merangsang peredaran darah
o Menceah infeksi kulit.
o Sehagai pengobatan.
o Mendidik pasien dalam kebersihan
perseorangan

3. RUANG LINGKUP Puskesmas Perawatan/DTP

4. REFERENSI o Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar


Depkes th. 1987
o Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar, Depkes th.1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membersihkan tubuh pasien dengan menggunakan


air bersih dan sabun.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


1. Satu stel pakaian bersih.
2. 2 Buah baskom berisi air dingin dan
air hangat.
3. Harus - bersih
4. Kain penutup
5. Tempat tertutup untuk pakaian kotor
6. Waslap 2 buah
7. Sabun pada tempatnya.
8. Sarnpiran.
B. Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan dan dianjurkan untuk
b.a.k dahulu
C. Pelaksanaan
1. Pintu, jendela ditutup dan bila perlu
pasang sampiran.
2. Pasien diberitahu.
3. Selimut dan bantal dipindahkan dan
tempat tidur, bila masih dibutuhkan bantal,
digunakan seperlunya.
4. Perawat berdiri disisi kiri kanan
pasien.
5. Pakaian bagian atas dibuka,
kemudian ditutup; dengan selimut atau kain
penutup.
6. Pasien siap dimandikan dengan
urutan
o Mencuci muka
- Handuk dibentangkan di bawah
4
kepala
- Muka, telinga dan leher dibersihkan
dengan waslap lembab dan dikeringkan
dengan handuk
- Ditanyakan apakah mau pakai sabun
atau tidak

o Mencuci lengan
 Selimut/kain penutup diturunkan
 Kedua lengan pasien dikeataskan.
 Letakan handuk diatas dada dan lebarkan
ke samping kin dan kanan, sehinaga kedua
lengan dapat diletakan diatas handuk.
 Kedua tangan di basahi dan di sahuni muiai
dan tangan yang jauh dan perawat
kemudian dengan yang terdekat, lalu
dibilas sampai bersih dan dikeringkan
pakai handuk.
o Mencuci dada dan perut.
 Pakaian pasien bagian bawah dibuka dan
selimut/kain penutup diturunkan sarnpai
perut bagian bawah
 Kedua tangan pasien dikeataskan, handuk
dibentangkan pada sisi pasien.
 Ketiak, dada dan perut dibasahi disabuni
lalu dibilas sampai bersih dan dikeringkan
pakai handuk.
o Mencuci Punggung
 Pasien dimiringkan kekiri
 Handuk dibentangkan dibawah punggung
sampai bokong.
 Punggung sampai bokong dibasahi disabun
dan dibilas, seianjutnya dikeringkan dengan
handuk.
 Pasien dimiringkan kekanan dan handuk
dibentangkan di bawah punggung.
 Punggung kiri dicuci seperti pada punggung
kanan.
 Pasien diterlentangkan, pakaian bagian atas
dipasangkan dengan rapih.
o Mencuci kaki
 Kaki pasien yang terjauh dari perawat
dikeluarkan dari bawah penutup/ handuk.
 Handuk dibentangkan dibawahnya dan
lutut ditekuk
 Kaki disabun, dibilas selaniutnya
dikeringkan, demikian juga kaki yang
satunya lagi.
o Mencuci lengan
 Handuk dibentangkan dan genetalia
disabuni, dibilas dan dikeringkan.
 Daerah lipatan paha dan genetalia disabuni.
dibilas dan dikeringkan.
 Pakaian bagian bawah dikenakan kembali,
kain penutup/handuk diangkat,selirnut
pasien dipasangkan kembali
 Pakaian dan alat tenun kotor serta peralatan

5
dibereskan dan disimpan pada tempatnya.
7 Observasi respon pasien dan kelainan pada
tubuhnya
8 Hindari tindakan yang menimbulkan rasa malu
kepada pasien
9 Pada waktu rnemandikan, bila airnya sudah
kotor agar segera diganti.
10 Perawat cuci tangan
7. INDIKATOR PENCAPAIAN o Badan pasien bersih
o Pasien merasa nyaman dan segar

MEMBERSIHKAN
MULUT PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pasien yang tidak dapat menyikat giginya sendiri

2. TUJUAN 1. Mempertahankan kebersihan rongga mulut, lidah dan


gigi dan semua kotoran sisa makanan agar tetap sehat
dan tidak berbau.
2. Mencegah terjadinya infeksi seperti, stomatitis,
kerusakan gigi, dll.
3. Memberi perasaan nyaman pada pasien dan
meningkatkan kepercayaan diri pada pasien.

3. RUANG LINGKUP Puskesmas Perawatan/DTP

4. REFERENSI Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes th.1987

5. DEFINISI/TERMINOLOGI Membersihkan gigi dari kotoran atau sisa makanan dengan


menggunakan sikat gigi, dan dilakukan pada pasien yang
tidak dapat melaksanakannya sendiri.

6. LANGKAH/URAIAN Dilakukan pada


KEGIATAN o Pasien yang tidak dapat menyikat giginya, misalnya
karena tidak sadar, patah lengan, anak-anak atau pasca
bedah yang masih puasa.
A. Persiapan Alat :
1. Handuk atau kain pengalas
2. sikat gigi dan pasta gigi
3. gelas kumur berisi air bersih
4. bengkik (nierbekken) untuk tempat
membuang bekas air kumur
B. Persiapan Pasien
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan
2. Pasien disiapkan dalam posisi tidur dengan
kepala dimiringkan
C. Pelaksanaan
1. Handuk diletakkan di bawah daguy dagu dan
pipi
2. Kain pengalas diletakkan di atas handuk di
bawah dagu
3. Siapkan sikat gigi basah dan diberi pasta gigi
4. Sikatlah gigi pasien dengan gerakan naik
turun, kemudian dibilas. Selanjutnya bibir dan
sekitarnya dikeringkan
5. Handuk atau pengalas diangkat
6. Posisi pasien tidur kembali
7. Peralatan dibersihkan, dirapihkan dan

6
dikembalikan ke tempat semula

Perhatian
1. Perhatikan apakah ada pendarahan di gusi, atau ada
gigi yang rusak, atau ada luka-luka pada bibir dan lidah
2. menyikat gig sebaiknya dilakukan setiap habis makan

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien merasa nyaman, infeksi gigi dan mulut tidak terjadi,
sehingga tetap sehat dan tidak berbau

1. DESKRIPSI KLIEN o Yang giginya tidak hisa digosok dengan sikat gigi
o (Stornatitis yang hebat, penyakit darah tertentu)
o Sakit parah tidak sadar
o Sesudah operasi mulut/menderita patah tulang rahang

2. TUJUAN o Mempertahankan kebersihan rongga mulut, lidah dan


gigi dan semua kotoran sisa makanan agar tetap sehat
dan tidak berbau.
o Mencegah terjadinya infeksi, stornatitis.
o Memberi rasa nyaman pada pasien dan rneningkatkan
percaya diri pasien.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th.1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan
Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membersihkan rongga mulut. lidah dan gigi dari semua


kotoran makanan dengan menggunakan kain kassa atau
kapas yang dibasahi air bersih

6. LANGKAH/ KEGIATAN A. Persiapan Alat


1. Baki berisi
 Handuk/kain pengalas
 Gelas berisi air hersth
 Tong spatel yang dibungkus kain kassa
 Kapas lidi
 Bangkok
 Kain kassa
 Pinset
 Borax gliserin
B. Persiapan pasien
Bila pasien sadar, jelaskan hal yang akan dilakukan..
C. Pelaksanaan
1 Handuk atau kain pengalas diletakkan
dihawah dagu dan pipi pasien
2 Ujung pinset dibungkus dengan kassa yang
diBasahi dengan air hersih
3 Mulut pasien dibuka dengan tong spatel
4 Rorigga mulut dibersihkan dengan kassa yang
dibasahi sampai bersih.
5 Kain kassa yang kotor dibuang pada bengkok.
6 Bibir dioles dengan borax gliserin
7 Perhatikan reaksi pasien
8 Catat kelainan pada gigi dan mulut
9 Pasien dirapihkan dan alat-alat dibersihkan

7
10 Perawat Cuci tangan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien merasa nyaman, infeksi gigi dan mulut tidak terjadi,
sehingga tetap sehat dan tidak berbau
8. REVISI

MEMBERESKAN
TEMPAT TIDUR PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Tempat tidur di ruang perawatan.

2. TUJUAN/KRITERIA MUTU Untuk mempertahankan kebersihan dam kerapihan tempat


tidur sehingga memberikan rasa nyaman bagi pasiennya.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap

4. REFERENSI Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes th.1987

5. DEFINISI/TERMINOLOGI Merapihkant tempat tidur pada waktu tertentu dan sewaktu-


waktu diperlukan, khususnya selama pasien masih dirawat.

6. LANGKAH/URAIAN A. Kriteria Persiapan:


KEGIATAN o Persiapan Alat:
Alat tenun bersih yang terdiri dan:
1 Sprei besar.
2 Sprei kecil.
3 Sarung bantal.
4 Selimut.
o Persiapan pasien:
Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan os
dianjurkan turun dari tempat tidur, bagi pasien yang
beluim kuat berjalan dibantu oleh petugas untuk
pindah tempat duduk ke kursi.
B. Pelaksanaan:
1 Bantal dan barang lainnya diletaldcan diatas
meja.
2 Semua alat tenun dikeluarkan dan bawah
kasur, lalu dibersthkan dan dilipat satu persatu secara
terbalik (tidak boleh dikebutkan) lalu letakkan diatas
kursi.
3 Kasur dibalik dengan cam melipat bagian
Icepala ice bagian kaki, selanjutnya ditarik ke tengah-
tengah dan dibentangkan.
4 Perlak, seprei dan selimut dipasang dengan
cara seperti pemasangan menyiapkan tempat tidur.
5 Setelah selesai pasien dikembalikan ke tempat
tidur.
6 Peralatan dibersihkan, dibereskan dan
dikembalilcan ke tempat semula
7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tempat tidur rapih dan nyaman

8
MENYISIR RAMBUT
PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pasien tidak bisa menvisir rambut sendiri.

2. TUJUAN o Memberikan rasa nyaman dan meningkatkan


o Kepercayaan diri dalam diri pasien.
o Memelihara rambut agar tetap rapi.
o Merangsang kulit kepala.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap

4. REFERENSI Buku Pedornan Teknis Perawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mengatur rambut agar rapih dengan menggunakan sisir.

6. LANGKAH/URAIAN A. Persiapan Alat


KEGIATAN 1 Sisir
2 Kain penahan handuk
3 Karet gelang untuk pasien berambut panjang.
4 Air atau minyak
5 Kertas untuk membungkus kotoran atau
rambut
6 Bengkok berisi desinfektan., khusus untuk
pasien berkutu/kelainan kulit
7 Pasien diberi penjelasan.
B. Pelaksanaan
1 Menyisir rambut bisa dilakukan pada pasien
dalam posisi duduk atau berbaring.
2 Kain penahan atau handuk diletakan pada
hahu atau dibawah belikat.
3 Rambut panjang dan kusut diberi minyak dan
dibelah dua, kemudian disisir secara dimulai dari
bagian bawah ujung rambut, setelah rapi rambut
dijalin.
4 Rambut yang pendek disisir dari pangkal ke
ujung.
5 Rambut yang rontok dikumpulkan dan
dibungkus dengan kertas, kernudian dibuang ke
tempat yang tersedia.
6 Rambut berkutu/dengan kelainan kulit
dimasukan ke dalam larutan desinfektan pada
9
bengkok.
7 Observasi respon pasien
8 Catat kelainan pada kulit kepala.
9 Alat dibersihkan dan dikembalikan pada
tempatnya.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN o Rambut pasien rapih.


o Merasa nyaman
8. REVISI -0

MENJAGA
KESELAMATAN
PASIEN DI TEMPAT PERAWATAN
TIDUR

1. DESKRIPSI KLIEN o Pada pasien tidak sadar


o Pada pasien gelisah
o Pada pasien masa pemulihan (post operasi)

2. TUJUAN Menjaga keselamatan dan melindungi pasien dari


bahaya jatuh/kece1akaan yang mungkin terjadi di RS>

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap .

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th.1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upaya untuk menciptakan rasa aman dan terlindung


kepada pasien di atas tempat tidur

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


1 Tempat tidur dengan bed plang
2 Bantal guling
3 Tali tangan/kaki yang aman.
B. Pelaksanaan
1 Mengkaji tempat kernampuan untuk
melindungi diri sendiri.
2 Pasien ditidurkan dengan posisi yang
nyaman
3 TT dipasang bed piang
4 Keluarga diberi penjelasan.
5 Bila perlu tangan dan kaki pasien diikat.

10
6 Keluarga diijinkan rnenunggu
7 Pasien diawasi secara teratur.
7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien terjamin keamanannya
8. REVISI -0

MEMBANTU PASIEN
UNTUK
PERAWATAN
TIDUR/ISTIRAHAT

1. DESKRIPSI KLIEN Semua pasien yang ada diruang perawatan

2. TUJUAN Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap .

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upaya untuk membantu memenuhi kebutuhan istirahat


dan tidur.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


1 Tempat tidur dengan kasurnya.
2 Bantal
3 Selimut
4 Kelambu
B. Pelaksanaan
1. Mengkaji kemampuan serta kebiasaan
istirahat dan tidur.
2. Mengkaji penyebab gangguan istirahat dan tidur.
3. Menciptakan dan menjaga suasana tenang pada
jam tidur.
4. Mengatur ventilasi sesuai kebutuhan
pasien
5. Mengusahakan pencahayaan
11
6. Mengatur posisi pasien
7. Menghindarkan kebisingan suara
8. Memelihara kebersihan lingkungan
9. Mengatur peiaksanaan tindakan
keperawatan dengan tidak mengganggu jam
istirahat.
10. Dilarang menerima tamu di luar jam
besuk.
11. Memberikan obat sesuai advis dokter

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien dapat tidur dan istirahat sesuai kebutuhannya.

8. REVISI -0

MEMBERIKAN
PELAYANAN MENTAL
SPIRITUAL PADA
PERAWATAN
PASIEN YANG
MENGHADAPI
SAKARATUL MAUT
2. TUJUAN 1. Pasien dapat menjalankan ibadah sesuai
agamanya
2. Pasien mendapat dorongan moril, kekuatan
bathin dan ketenangan dalam menghadapi penyakit
yang dideritanya.
3. Pasien dapat menghadapi kematian dengan
tenang.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upaya untuk memenuhi kebutuhan spiritual kepada


pasien yang menghadapi sakaratul maut..

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan


1. Kitab suci sesuai dengan agamanya.
2. Perangkat ibadah
3. Perangkat perawatan jenazah
4. Pemuka agamanya.
B. Pelaksanaan
1. Mengkaji hal-hal yang berhubungan
12
dengan kondisi mental spiritual pasien
2. Mengkaji cara/kebiasaan pasien dalam
menjalankan ibadah
3. Menibantu pasien untuk berdo’a
4. Memberi kesempatan keluarga untuk
mendampingi pasien
5. Mempersilahkan keluarga/rohaniawan
untuk berdo’a
6. Perawat menunjukan sikap empati dan
simpati dan berada dekat pasien.
7. Mengamati tanda-tanda vital dan respon
pasien setiap 15 menit.
8. Mencatat setiap perubahan kondisi
pasien.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien meninggal dalam keadaan tenang

8. REVISI -0

PELAYANAN
KEROHANIAN SOSIO
PERAWATAN
MEDIK

1. DEFINISI / KEGIATAN
1.1. KEROHANIAN Kerohanian:
Pemberian pelayanan kepada pasien yang memerlukan
pelayanan kerohanian sesuai agamanya.
1.2. SOSIO MEDIK Sosio Medik:
Untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan
kesulitan medik/perawatan.

2. TUJUAN
2.1. KEROHANIAN Kerobanian:
Untuk membantu penderita dalam mengatasi masalah
yang memerlukan bimbingan kerohanian/keagamaan.
2.2. SOSIO MEDIK Sosio Medik:
Membantu penderita dalam mengatasi masalah yang
berhubungan dengan medik/keperawatan.

3. RUANG LINGKUP
3.1. KEROHANIAN Kerohanian:
Pasien rawat inap yang memerlukan bimbingan
kerohanian/keagamaan.
3.2. SOSIO MEDIK Sosio Medik:
Pasien After Care yang sudah pulang/ dipulangkan
sebelum scmbuh tetapi pengobatan yang tidak lagi

13
dapat mengembalikan ke keadaan normal.

4. URAIAN KEGIATAN
4.1. KEROHANIAN Kerohanian:
1. Pasien/ keluarga pasien yang memerlukan
bimbingan kerohanian mengajukan permohonan
bimbingan kepada perawat Rurnah Sakit dengan
mengisi forniulir.
2. Perawat meneruskan kepada Koordinator
Kerohanian yang ditunjuk.
3. Koordinator menunjuk pembimbing atau
melalui penghubung.
4. Kemudian pembimbing kerohanian datang ke
Rumah Sakit sesuai permintaan.
5. Kalau ada pasien mendatangkan sendiri
pembimbing harus sepengetahuan/ melapor kepada
kepala ruangan.
Ketentuan:
 Tidak mengganggu pasien lain yang ada
sehingga tidak mengganggu ketenangan pasien
yang lain.
 Sesuai dengan agama yang dianut pasien dan
disetujui /diakui oleh pemerintah.

4.2. SOSIO MEDIK


Sosio Medik:
1. Pasien/ keluarga pasien yang memerlukan
pelayanan Sosio Medik mengajukan permohonan
kepada pihak perawat agar dapat mendatangkan
perawat/ dokter untuk melakukan perawatan di
tempat tinggal pasien selanjutnya mengisi formulir.
2. Perawat meneruskan kepada Koordinator
kerohanian.
3. Koordinator menunjuk perawat/ dokter untuk
memberikan perawatan lanjutan.
4. Kemudian perawat/ dokter yang ditunjuk
melaksanakan kunjungan untuk mengadakan
perawatan lanjutan.
Ketentuan:
 Bagi perawat/ dokter yang ditunjuk tidak boleh
menentukan tariff.

14
MELAKSANAKAN
KOMUNIKASI SECARA
PERAWATAN
LISAN

1. DESKRIPSI KLIEN  Pasien yang dirawat.


 Keluarga pasien.

2. TUJUAN Meningkatkan hubungan inter personal sehingga


mendukung kelancaran tindakan keperawatan/
pengobatan dan mencegah kesalah pahaman.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upaya memenuhi kebutuhan berkomunikasi antara


pasien dengan petugas dan lingkungan secara lisan.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan


Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
serta tidak bising.
B. Pelaksanaan
1. Mengkaji hal-hal yang berhubungan
dengan kemampuan pasien berkomunikasi
15
seperti: latar belakang pendidikan, adat istiadat
dan kebiasaan berbicara.
2. Perawat menampakan sikap yang rarnah
dan sopan.
3. Perawat memperkenalkan diri.
4. Perawat menyampaikan informasi
kepada pasien dengan bahasa yang mudah
dimengerti.
5. Mengamati respon pasien.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Sesuatu yang disampaiakn akan langaung diterrna.

8. REVISI -0

MENGUKUR SUHU
BADAN PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN  Semua pasien yang dirawat


 Pasien dengan suhu tinggi
 Pasien baru

2. TUJUAN Mengetahui suhu badan pasien untuk rnenentukan


tindakan perawatan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mengukur suhu badan dengan thermometer, dilakukan


pada ketiak, mulut atau anus.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


a. Termometer bersih dalam tempatnya.
b. Tiga botol masing-masing berisi larutan
sabun, desinfektan, air bersih.
c. Bengkok

16
d. Tissue/potongan kertas.
e. Buku catatan suhu nadi
f. Peralatan dibawa ke dekat penderita.
B. Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan.
C. Pelaksanaan
a. Perawat cuci tangan
b. Bila perlu baju pasien dibuka, ketiak
dikeringkan.
c. Termometer diperiksa apakah air raksa
tepat pada angka nol, lalu dijepitkan dengan
resevoarnya tepat ditengah ketiak dan lengan
pasien diletakan di dada.
d. Setelah 5 - 10 menit termometer
diangkat dan dibaca hasilnya dicatat pada
buku.
e. Termometer dicelupkan pada larutan
sabun, dilap dengan tissue/potongan kertas
kemudian dimasukan kedalam larutan
desinfektan dibersihkan dengan air bersih, lalu
dikeringkan.
f. Air raksa diturunkan kembali pada
angka nol dan diletakan pada tempatnya.
g. Perawat cuci tangan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Suhu tubuh dapat diketahui dengan pasti.

8. REVISI Ke I

MENGITUNG NADI
PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN  Semua pasien yang dirawat


 Pasien baru

2. TUJUAN Menghitung jumlah pernafasan dalam satu menit guna


mengetahui keadaan umum pasien.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti


ekspirasi) dalam satu menit.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


a. Arloji (jam tangan) dengan petuniuk
detik.
b. Buku catatan
B. Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan supaya tenang.
C. Pelaksanaan
a. Perawat cuci tangan

17
b. Menghitung pernafasan dilakukan
bersamaan dengan pengukuran suhu dan denyut
nadi.
c. Menghitung pernafasan dilakukan
dalam satu menit.
d. Mencatat hasil tindakan dan respon
pasien.
e. Perawat cuci tangan.
f. Bila ada kelainan, segera laporkan
kepada penanggungjawab ruangan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Jumlah/frekuensi pernafasan serta kelainan dapat


diketahui dengan pasti.

8. REVISI -0

PERAWATAN LUKA
KOTOR DAN BERSIH PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN  Luka dan tanda-tanda infeksi


 Pos incisi abses
 Gangren (DM)

2. TUJUAN a) Membersihkan luka


b) Mencegah rneluasnya infeksi
c) Observasi keadaan luka
d) Memberikan rasa nyaman.

3. RUANG LINGKUP  Instalasi Rawat inap


 Instalasi Kamar Bedah

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

18
5. DEFINISI/PENGERTIAN Perawatan pada luka yang kotor dan basah dengan
disertai adanya tanda-tanda infeksi

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


1. Alat-alat steril dalam bak instrument
- Pincet anatomis 2 buah
- Pincet chirurgis 2 huah
- Gunting lurus I buah
- Kassa steril sesusi kebutuhan.
- Kapas lidi
- Handscoen sesuai kehutuhan
2. Alat tidak steril
- Gunting verban
- Pleater
- Bengkok
- Mangkok berisi cairan bethadine, savion,
bensin
- Alat-alat tersedia dalam kereta dorong
B. Persiapan pasien
1. Mernberitahu kepada pasien, tindakan
yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan tujuan merawat luka
3. Merninta persetujuan pasien
4. Menyiapkan dan mengatur posisi
pasien.
C. Pelaksanaan
1. Menempatkan alat-alat ke dekat pasien
2. Mencuci tangan
3. Membuka plester pembalut dengan
memakai kapas lidi yang dibasahi bensin,
pembalut di jepit dengan pincet dan dibuang
pada hengkok.
4. Mernbersihkan bekas plester dengan
bensin.

5. Membersihkan luka dengan cara:


- Dimasase untuk mengeluarkan pus
- Jaringan yang mati di nekrotomie.
- Mencuci luka dengan H202 dan dibilas lagi
dengan larutan NaC1, bila luka memakai
drain dilihat masih efektif atau tidak, kalau
sudah tidak efektif diangkat, sedangkan kalau
masih efektif dipertahankan.
6. Mengeringkan luka dengan kassa
kering yang steril dan diolesi dengan bethadine
memakai kapas lidi dari atas ke bawah atau
dari tengah ke luar.
7. Menutup luka dengan kassa kering
yang steril, pada drain gunting kassa pada
bagian tengahnya.
8. Luka diplester dan drain dipiksasi/luka
besar di daerah ekstremitas dibalut dengan
verban.
9. Pasien dirapihkan.
10. Membersihkan alat-alat yang sudah
dipakai dan direndam dengan larutan
desinfektan.
11. Perawat cuci tangan.

19
12. Mencatat keadaan / perkembangan luka

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Luka bersih, tidak terjadi infeksi pada luka dan pasien
merasa nyarnan.
8. REVISI -0

PERAWATAN LUKA
BAKAR PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pasien luka bakar

2. TUJUAN a) Mencegah timbulnya infeksi


b) Mencegah terjadinya kontraktur
c) Observasi keadaan luka

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap

4. REFERENSI Buku Perawatan Medical Bedah, Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan dan Keperawatan Pajajaran
Bandung Th. 1996

20
5. DEFINISI/PENGERTIAN Perawatan pada luka baker yang disebabkan oleh api,
air panas, dan zat kimia dengan dan tanpa adanya
tanda-tanda infeksi.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


1. A1at- a1at steril dalam bak instrument
- Piracet anatornis 2 buah
- Pincet chirurgis 2 buah
- Gunting mitchen bow I buah
- Kassa steril sesuai kebutuhan
- Kapas lidi sesuai kebutuhan
- Handscoen steril I buah
- Spuit disposible 5 cc 1 buah
2. Alat tidak steril
- Gunting verbal I buah
- Plester
- Bengkok
- Mangkok berisi cairan NaC1, Merchurochrom,
bensin
- Perlak dengan stiklaken
- Alat-alat tersedia dalam kereta dorong.
B. Persiapan pasien
1. Menberitahu kepada pasien, tindakan
yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan tujuan merawat luka
3. Meminta persetujuan pasien.
4. Menyiapkan dan mengatur posisi
pasien.
C. Pelaksanaan
1. Menempatkan alat-alat ke dekat pasien
2. Mencuci tangan
3. Membuka pembalut (luka yang basah)
dengan mernakai pincet dan dibuang kedalam
bengkok.
4. Membersihkan luka dengan larutan
NaC1, luka yang necrose di necotomie, bila
ada bulla dikeluarkan dengan menggunakan
spuit.
5. Mengeringkan luka dengan kassa kering
yang steril dan diolesi dengan merchurochrom
(pada luka baker yang kering), sedangkan pada
luka baker yang basah dikompres Nacl / Zalf

6. Untuk mencegah kontractur, dilakukan


mobilisasi aktif pada daerah
pergerakan/ekstremitas dan daerah kepala/
leher.
7. Perlak dan stik laken diganti.
8. Pasien dirapihkan.
9. Membersihkan alat-alat yang sudah
dipakai dan direndam dengan larutan
desinfektan.
10. Perawat cuci tangan.
11. Mencatat keadaan / perkembangan luka,

7. INDIKATOR PENCAPAIAN  Tidak terjadi infeksi pada luka.


 Luka kering
 Tidak terjadi kontractur

8. REVISI -0

21
PERAWATAN LUKA
BERSIH PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Luka post operasi


Luka-luka lain yang tidak ada tanda-tanda infeksi.

2. TUJUAN a) Mencegah timbulnya infeksi


b) Observasi keadaan luka

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes

22
th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Perawatan pada luka yang bersih dan kering dengan


tanpa adanya tanda-tanda infeksi.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


1. Alat-alat steni dalam bak instrumen
- Pincet anatomis 1 buah
- Pincet chirurgis 1 huah
- Gunting lurus 1 buah
- Kassa steril sesuai kehutuhan.
- Kapas lidi
2. Alat tidak steril
- Gunting verban
- Plester
- Bengkok
- Mangkok berisi cairan bethadine, savlon,
Bensin
- Alat-alat tersedia dalam kereta dorong.
- Plastik
B. Persiapan pasien
1. Memberitahu kepada pasien, tindakan
yang akan dilakukan.
2. Menje1askan tujuan merawat luka
3. Merninta persetujuan pasien
4. Menyiapkan dan mengatur posisi
pasien.
C. Pelaksanaan
1. Menempatkan alat-alat ke dekat pasien
2. Mencuci tangan
3. Membuka plester dengan memakai
kapas lidi yang dibasahi bensin, pembalut
dijepit dengan pincet dan dibuang pada
bengkok. selanjutnva dibuang kedalam plastik.
4. Membersihkan bekas plester dengan
bensin.
5. Membersihkan luka dengan larutan
NaC1 dari atas ke bawah atau dari tengah ke
luar.
6. Bila luka memakai drain, dibersihkan
dengan cara memutar dan tengah ke luar
dengan mernakai larutan NaC1.
7. Mengeringkan luka dengan kassa
kering yang steril dan diolesi dengan bethadine
memakai kapas lidi dari atas ke bawah.

8. Menutup luka dengan kassa kering


yang steril pada drain gunting kassa
setengahnya.
9. Luka diplester dan drain difiksasi.
10. Pasien dirapihkan.
11. Membersihkan alat-alat yang sudah
dipakai dan direndani dengan larutan
desinfektan.
12. Perawat cuci tangan.
13. Mencatat keadaan /perkembangan luka.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tidak terjadi infeksi pada luka.

23
8. REVISI -0

MENGUKUR TEKANAN
DARAH PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN  Pasien baru


 Pasien yang dirawat
 Pasien dengan penyakit hipertensi
 Observasi

24
2. TUJUAN Mengetahui tekanan darah pasien.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mengukur tekanan darah melalui permukaan dinding


arteri.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


a. Tensimeter
b. Stetoskope
c. Buku catatan
B. Persiapan pasien
a. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal
yang akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kehutuhan.
C. Pelaksanaan
a. Perawat cuci tangan
b. Lengan baju dibuka atau digulung
c. Manset tensimeter dipasang pada lengan
atas dengan pipa karetnya berada disisi luar
lengan.
d. Manset dipasang tidak terlalu longgar
atau terlalu ketat.
e. Pompa tensimeter dipasang.
f. Denyut arteri bronchialis diraba lalu
stetoskop diternpatkan pada daerah tersebut.
g. Skrup balon karet ditutup, pengunci air
raksa dibuka.
h. Balon dipompa sampai denyut arteri
tidak terdengar lagi dan air raksa didalam pipa
kaca naik.
i. Skrup balon dibuka perlahan-lahan
sehingga air raksa turun perlahan-lahan sambil
memperhatikan turunnya air raksa didengarkan
bunyi denyutan pertama dan terakhir.
j. Hasilnya dicatat.
k. Alat-alat dibereskan.
l. Perawat cuci tangan

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tekanan darah dapat diketahui dengan pasti.

8. REVISI -0

MEMBERIKAN
KOMPRES DINGIN PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pasien dengan suhu tinggi

25
2. TUJUAN  Membantu menurunkan suhu ditubuh
 Mengurangi rasa sakit/nyeri

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memberikan kompres dingin kepada pasien yang


memerlukan dengan menggunakan kirbat es atau
waslap yang dibasai oleh air es.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


1. Waslap
2. Perlak kecil dan alasnya
3. Mangkok berisi air dingin/air es.
B. Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan dan Posisi pasien diatur sesuai
kehutuhan.
C. Pelaksanaan
1. Perlak dan alasnya dipasang pada
tempat yang akan dikompres.
2. Kirbat es diisi oleh es/waslap dibasahi
air dingin/air es secukupnya dan diletakan
ditempat yang dikompres.
3. Observasi pasien
4. Perawat cuci tangan
5. Catat hasil tindakan dan observasi pada
status pasien.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN  Suhu badan normal


 Pasien merasa nyaman

8. REVISI -0

MENYIAPKAN DAN
MEMBERIKAN
PERAWATAN
KOMPRES HANGAT

26
1. DESKRIPSI KLIEN  Pasien yang mempunyai luka kotor.
 Pasien colostomi sebelum dilakukan operasi.

2. TUJUAN 1. Membersihkan luka.


2. Mengobati luka.
3. Mencegah kekeringan pada luka tertentu

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap, Rawat Jalan,IGD

4. REFERENSI Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes th.


1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memberikan kompres basah pada luka atau bagian


badan yang memerlukan, agar dalam keadaan selalu
basah.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


1. Kain kassa steril secukupnya dalam
mangkok berisi cairan untuk kompres.
2. Pinset anatomi sekurang - kurangnya
dua buah.
3. Kapas sublimat.
4. Pembalut atau verban.
5. Kassa kering steril.
6. Gunting verban.
7. Plester.
8. Bengkok (nierbekken)
B. Persiapan pasien
Pasien diberikan penjelasan tentang hal - hal yang
akan dilakukan.
C. Pelaksanaan
1. Plester dan balutan dibuka.
2. Kain kassa yang kotor diangkat dengan
pinset, lalu dimasukkan ke dalam bengkok.
3. Bersihkan daerah luka dengan kapas
sublirnat, dan lakukan ke satu arah dan dalam
ke luar. Selanjutnya kapas dibuang. Demikian
dilakukan beberapa kali salnpai luka bersih.
4. Pinset yang kotor dimasukkan ke dalam
bengkok yang tersedia.
5. Dengan pinset steril ambil kain kassa
steril yang telah dibasahi cairan obat,
kemudian diperas dengan dua pinset
Selanjutnya kassa dibentangkan, lalu
diletakkan secukupnya diatas luka, dan ditutup
dengan kassa kering, kemudian dibalut dengan
plester.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tindakan bisa dilakukan dengan lancar dan pasien


merasa nyaman.

MENYIAPKAN DAN PERAWATAN


MEMBERIKAN
KOMPRES HANGAT
27
1. DESKRIPSI KLIEN Pasien dengan radang pesendian, pada kekejangan otot
(spasmus), perut kembung, ada bengkak akibat
suntikan, pasien kedinginan, bagian tubuh yang abses,
bila ada haematom.

2. TUJUAN  Memperlancar sirkulasi darah.


 Mengurangi rasa sakit.
 Memperlancar pengeluaran cairan (exudaat).
 Merangsang peristaltik usus.
 Memberi rasa nyaman dan tenang pada pasien.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat inap, Rawat Jalan, IGD

4. REFERENSI Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes th.


1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mernberi rasa hangat kepada pasien dengan


mempergunakan cairan atau alat yang menimbulkan
hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan


Persiapan Alat
Disesuaikan dengan kebutuhan
1. Untuk kompres basah-hangat
a. Seperangkat peralatan steril yang terdiri dari:
 Pinset dua buah.
 Kassa secukupnva.
 mangkok berisi cairan hangat
b. Peralatan non-steril yang terdiri dari:
 Pembalut atau kain segitiga.
 Gunting pembalut.
 Perlak kecil dan alasnya.
 Bengkok (nierbekken).
 Kapas bensin.
 Piester.
Pelaksanaan:
1. Untuk kompres hangat-basah, kain kassa
diambil dengan pinset, kemudian dicelupkan ke
dalam cairan, diperas sedikit, selanjutnya
diletakkan pada bagian yang dikompres. Kain
kassa harus dibalut atau ditutup dengan kain kassa
kering, lalu diplester.
2. Bila mempergunakan air panas:
a. Buli - buli diisi air panas 1/3 sampai 2/3
bagian
b. Udara dikeluarkan dengan cara : buli-
buli ditempatkan diternpat rata, lalu bagian
atasnya ditekuk sampai air kelihatan,
selanjutnya ditutup.
c. Dibungkus dengan kantong buli - buli.
d. Diletakkan pada bagian yang akan
dikompres.

3. Bila mempergukanan electrical pada:


a. Periksa tegangan listrik (voltage)

28
sesuaikan voltage alat.
b. Stopkontak dipasang.
c. Panas diatur sesuai kebutuhan.
d. Electrical pada diletakan pada bagian
yang akan dikompres.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tindakan bisa dilakukan dengan lancar dan pasien


tidak merasa. nyaman.

8. REVISI -0

MEMBERIKAN OBAT PERAWATAN

29
MELALUI SUNTIKAN

1. DESKRIPSI KLIEN  Pasien tidak sadar


 Pasien puasa
 Pasien tidak bisa minum
 Pasien dengan penyakit baru tertentu yang
harus mendapat pengobatan dengan cara suntikan.
 Pasien yang memerlukan obat dengan reaksi
cepat.

2. TUJUAN a. Mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk,


mempercepat proses penyembuhan.
b. Mencegah penyakit dengan jalan memberikan
kekebalan atau imunisasi (DPT, ATS BCG)
c. Melaksanakan uji coba obat (Mantoux, skin
test)
d. Melaksanakan tindakan diagnostik (zat
kontras/IVP)

3. RUANG LINGKUP  Instalasi Rawat inap


 Instalasi Farmasi

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes th. 1987

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memasukan obat tertentu kedalam jaringan tubuh


dengan penyuntikan (injeksi)

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat


a. Spuit disposible sesuai kebutuhan
b. Obat-obat yang diperlukan
c. Kapas alkohol pada tempatnya.
d. Gergaji ampul.
e. Cairan pelarut / aquadest
f. Tempat untuk menampung jarum suntik
bekas dan spuit.
B. Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan
C. Pelaksanaan
a. Perawat cuci tangan
b. Memperhatikan prinsip aseptic
c. Membaca etiket obat
d. Membaca dosis obat
e. Mencampur obat (kalau puder) dengan
aquadest.
f. Kalau obat dalam ampul, dipotong dulu
dengan gergaji.
g. Memasukan obat kedalam spuit,
kernudian dalam spuit dikeluarkan
h. Mengatur posisi pasien.
i. Menentukan daerah yang akan disuntik.
j. Mendesinfeksi kulit dengan alkohol
sesuai dengan jenis suntikan

30
k. Memasukan jarum dengan posisi 9O° (I-
M)
l. Aspirasi untuk menentukan tidak
mengenai pembuluh darah (IM)
m. Memasukan obat dengan perlahan-
lahan.
n. Memperhatikan reaksi pasien.
o. Mencabut jarum perlahan-lahan
p. Menghapus kulit dengan kapas alkohol.
q. Jarum bekas dibuang pada tempatnya
terpisah dengan sampah lainnya.
r. Mencatat dalam buku suntikan
s. Perawat cud tangan,

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Obat-obat dapat diherikan kepada pasien dengan cepat


dan tepat sesuai dosis.

8. REVISI -0

31
SUNTIKAN INTRA
CUTAN PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pasien yang memerlukan therapy injeksi

2. TUJUAN Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya


dapat dilakukan dengan cara suntikan intra vena.

3. RUANG LINGKUP Di Ruang Perawatan

4. REFERENSI Buku Prosedur Perawatan Anak Tim Departemen


Kesehatan

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memberikan obat melalui suntikan ke dalam


pembuluh darah vena yang dilakukan pada vena
anggota gerak.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN a. Tentukan daerah yang akan disuntik, kemudian


lakukan pembendungan diatasnya, lalu permukaan
daerah yang bersangkutan didesinfeksi dengan
kapas alkohol dan ditegangkan.
b. Pasang pengalas dibagian yang akan disuntaik
dan dekat bengkok ke bagian tubuh yang akan
disuntik.
c. Jarurn disuntikan ke dalam pembuluh darah
yang dimaksud dengan lubang jarum menghadap
ke atas.
d. Penghisap spuit ditarik sedikit. Bila jarum
berhasil masuk kedalam vena, darah akan masuk
ke dalam spuit atau mengalir sendiri. Tapi bila
tidak ada darah yang ke1uar berarti jarum tidak
berhasil, dan dipindahkan ke ke bagian lain.
Setelah berhasil bukalah karet pembendung.
e. Setelah obat masuk semua, jarum dicabut
dengan cepat. bekas tusukan ditekan dengan kapas
alkohol.
f. Bila pemberian cairan obat melalui vena
diberikan dalam jumlah besar dan waktu lama,
maka pemberiannya dilakukan dengan cara infus
sesuai dengan program pengobatan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pemberian therapy suntik terpenuh.

8. REVISI -0

32
PENYULUHAN SECARA
IDIVIDUAL PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Kepada semua pasien diruang perawatan

2. TUJUAN Membantu dan mempersiapkan pasien agar mandiri


dalam mengatasi masalah kesehatan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap

4. REFERENSI  Buku Pedoman Teknis Perawatan Dasar Depkes


th. 1987
 Buku Instrumen Evaluasi Penerapan Standar
Askep di RD, Tim Depkes th. 1995.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upaya memberikan penyuluhan kesehatan kepada


pasien secara individu sesuai kebutuhan

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan


a. Ruangan khusus bila memungkinkan
b. Materi penyuluhan
c. Alat peraga
B. Pelaksanaan
a. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan
kesehatan pasien.
b. Melakukan komunikasi dengan pasien
dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh pasien dengan cara diskusi dan
demonstrasi.
c. Menggunakan alat bantu bila diperlukan
d. Melatih pasien untuk melaksanakan
tindakan keperawatan di rumah
e. Memberikan penyuluhan kepada pasien
yang penyakitnya memerlukan pengawasan
khusus seperti DM.
f. Memberi penyuluhan kepada pasien
rnengenai tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
g. Mengadakan evaluasi mengenai hal-hal
yang telah disampaikan.
h. Memberikan jawahan dan penjelasan
dan pertanyaan yang disampaikan oleh pasien.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien mengerti tentang penyakitnya dan hal-hal yang


harus dilakukan.

33
MEMBERIKAN
BANTUAN
MEMELIHARA BUAH PERAWATAN
DADA

1. DESKRIPSI KLIEN Ibu hamil dan ibu menyusui perawatan

2. TUJUAN Agar lactasi dapat lancar dan menghindari kesulitan-


kesulitan dalam menyusui.

3. RUANG LINGKUP Diruang perawatan kebidanan RSU “45” Kab.


Kuningan

4. REFERENSI Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit dan Perawatan
Kebidanan Jilid I.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upaya memberikan bantuan pemeliharaan/ perawatan


buah dada pada ibu hamil dan menyusui.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat:


Kriteria Persiapan.
1. Handuk besar 2 buah
2. Minyak
3. 2 kom besar berisi air hangat dan dingin
4. 2 waslap.
B. Persiapan Pasien:
1. Pemeriksaan tentang pembesaran buah
dada
2. Pemeriksaan pengeluaran ASI.
3. Pemeriksaan keadaan putting susu.
4. Pemeriksaan kebersihan buah dada.
C. Pelaksanaan:
1. Perawat cuci tangan.
2. Pasien diatur dalam posisi duduk
dikursi, pakaian dan BR dilepaskan.
3. Handuk dipasang dipunggung dan
dipangkuan pasien.
4. Perawat berada dibelakang pasien.
5. Licinkan kedua telapak tangan dengan
minyak kelapa.
6. Letakkan tangan perawat diantara
payudara.
7. Payudara diurut dari bagian tengah ke
atas, melingkar ke kiri, kanan menuju bawah.
8. Telapak tangan diurutkan ke arah depan
dan payudara diangkat kemudian dilepaskan
perlahan-lahan.
9. Dilakukan 30 kali.
10. Telapak tangan. kiri menopang padara
kiri, dan tangan kanan sisi kelingking

34
mengurut payudara ke arah putting susu
(dilakukan 20 kali).

11. Tekanlah jari secara mantap ke dada,


lakukan gerakan memutar seolah membentuk
lingkaran. Gerakan memutari payudara ke arah
putting susu
12. Usaplah payudara mulai dan bagian atas
ke arah putting susu dengan menggunakan
ujung jari.
13. Urutlah payudara ke arah putting susu
dengan jari tangan.

35
MEMELIHARA
KEBERSIHAN VULVA PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Ibu hamil Post Portum

2. TUJUAN  Untuk mencegah terjadinya infeksi didaerah


vulva perineum maupun didalam uterus.
 Untuk penyembuhan luka perineum.
 Untuk kebersihan perineum dan vulva.

3. RUANG LINGKUP Diruang perawatan kebidanan RSU “45” Kab.


Kuningan

4. REFERENSI Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit dan Perawatan
Kebidanan Jilid I.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada


pasien wanita yang sedang nifas dan tidak dapat
melakukannya sendiri.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat:


Kriteria Persiapan.
1. Kapas sublimat dan temptnya.
2. 2. Pinset.
3. Botol cebok berisi larutan desinfektan.
4. Bangkok.
5. Pispot.
B. Persisapan Pasien:
Pasien diberitahu tentang hal-hal yang akan
dilakukan
C. Pelaksanaan:
1. Pasang sarnpiran/ pintu ditutup.
2. Pakaian pasien bagian bawah dibuka.
3. Pengalas dan pispot dipasang dibawah
bokong pasien.
4. Tangan kiri petugas membuka vulva
dengan kapas sublimat, tangan kanan
menyiram vulva dengan larutan desinfektan.
5. Kapas sublimat diambil dengan pinset
kemudian bersihkan vulva dari atas ke bawah,
dilakukan beberapa kali sampai bersih.
6. Kapas kotor dibuang dalam bengkok.
7. Pispot diangkat.
8. Setelah selesai, pasien dirapihkan dan
posisinya diatur kembali.
9. Peralatan dibereskan dan dikembalikan
ke tempat semula

36
7. INDIKATOR PENCAPAIAN Kebersihan vulva selalu terjaga dan terhindar dari
infeksi.

MEMONITOR
PERDARAHAN MASA
PERAWATAN
NIFAS

1. DESKRIPSI KLIEN Ibu Post Portum

2. TUJUAN  Untuk menngetahui apabila terjadi perdarahan


patologis.
 Untuk memantau keadaan umum ibu.

3. RUANG LINGKUP Diruang perawatan kebidanan RSU “45” Kab.


Kuningan

4. REFERENSI Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit dan Perawatan
Kebidanan Jilid I.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upay - upaya untuk memantau perdarahan dari mulai


persalinan sampai dengan 40 hari post partum.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat:


Kriteria Persiapan.
1. Tensi meter.
2. Stetoskop.
3. Jam.
4. Alat pencatat
B. Pelaksanaan:
1. Lihat dan catat perdarahan pervagina
2. Ukur tekanan darah
3. Menghitung denyut nadi
4. Mengukur tinggi fundes
5. Memonitor tanda-tanda anemia:
a. Periksa HB
b. Periksa mucosa mata
c. Periksa keluhan pusing.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tidak terjadi perdarahan Patologis-Involusi Uteri


Normal.

37
MEMBIMBING IBU
MENYUSUI PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Ibu menyusui

2. TUJUAN Untuk rnemudahkan dalam memberi gambaran pada


ibu tentang cara/ tehnik rnenyusui yang benar.

3. RUANG LINGKUP Diruang perawatan kebidanan RSU “45” Kab.


Kuningan

4. REFERENSI Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit dan Perawatan
Kebidanan Jilid I.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upaya untuk membantu membimbing dalam


rnenyusui yang benar.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat:


Kriteria Persiapan.
1. Gambar letak putting pada mulut bayi.
2. Bayi yang siap disusui.
3. Ibu siap menerima bimbingan.
4. Tempat duduk
C. Pelaksanaan:
1. Mernperlihatkan gambar dan tunjukkan
posisi putting susu pada mulut bayi.
2. Memberi tahu posisi menyusui yang
baik.
3. Memberitahu dan memperagakan cara
memangku dan rnengatur posisi bayi yang
akan disusui dan seteiah disusui.
4. Membimbing ibu dalam praktek
menyusui.
5. Membimbing ibu dalam memangku
bayi setelah disusui.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pemberian ASI exiusive.

38
MEMBIMBING IBU PERAWATAN
MEMANDIKAN BAYI

1. DESKRIPSI KLIEN Ibu post partum dan bayi

2. TUJUAN Agar ibu biasa/ tahu cara memandikan bayi yang


benar.

3. RUANG LINGKUP Diruang perawatan kebidanan RSU “45” Kab.


Kuningan

4. REFERENSI Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit dan Perawatan
Kebidanan Jilid I.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upaya-upaya ibu untuk menggunakan cara-cara


menandikan bayi yang benar.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat:


Kriteria Persiapan.
1. Meja/ tempat tidur yang lunak, bersih.
2. Kapas mata.
3. Kassa steril.
4. Alkohol 70% dan bethadine.
5. Sabun mandi bayi.
6. Kapas untuk membersihkan telinga dan
hidung.
7. Waskom/ bak mandi berisi air hangat.
8. Handuk.
9. Wascap.
10. Minyak/ baby oil yang hangat.
11. Pakaian lengkap.
12. Tempat pakaian kotor.
B. Pelaksanaan:
1. Ibu mencuci tangan.
2. Alaskan handuk diatas.
3. Lepaskan pakaian bayi dan masukkan
pakaian ke dalam ember/keranjang tempat
pakaian kotor.
4. Setelah pakaian bayi dibuka, bayi
dihungkus dengan selimut mandi.
5. Bersihkan lebih dahulu muka dan
kepala lalu keringkan.
6. Amati hidung, telinga dan mata apakah
mengeluarkan kotoran atau tanda-tanda infeksi/
kelainan.
7. Bersihkan mata dengan kapas dari arah
hidung ke arah telinga.

39
8. Sabuni tubuh bayi sambil mengamati
kemungkinan adanya kelainan.

9. Masukkan bayi ke dalarn air secara


perlahan dan bertahap dari mulai kaki dengan
cara mengangkat bayi dengan kepala
diletakkan dipergelangan tangan kiri bagian
dalam, empat jari kiri diternpatkan diketiak
bayi dan jempol pada bahu kin. tangan kanan
dibawah pantat bayi.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN  Bayi bersih dan sehat


 Ibuu bisa memandikan bayinya sendiri

40
OBSERVASI GERAKAN
JANIN PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Ibu hamil

2. TUJUAN  Untuk mengetahui keadaan janin.


 Untuk mengetahui posisi janin.
 Untuk mengambil tindakan bila terjadi
kelainan.

3. RUANG LINGKUP Diruang perawatan kebidanan RSU “45” Kab.


Kuningan

4. REFERENSI Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit dan Perawatan
Kebidanan Jilid I.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Upaya untuk rnengetahui keadaan janin didaiam


rahim.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Kriteria Persiapan.


1. Stetoskop.
2. Pasien diberi penjelasan tentang
tindakan yang akan dilakukan.
3. Posisi pasien diatur terlentang.
B. Pelaksanaan:
1. Pakaian bawah pasien diturunkan
sarnpai bagian atas simpitis.
2. Melakukan prepasi untuk meraba
punggung janin.
3. Menentukan tampat meletakkan
stetoskop.
4. Meletakkan stetoskop dengan tepat.
5. Mendengarkan detak jantung janin
dengan stetoskop.
6. Mernbandingkan pendengaran di
tempat lain.
7. Mencatat hasil observasi

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Bayi lahir hidup dengan nilai Apgar baik.

41
MEMASANG SARUNG
TANGAN PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas yang akan melakukan tindakan

2. TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi.

3. RUANG LINGKUP Diruang perawatan kebidanan RSU “45” Kab.


Kuningan

4. REFERENSI Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit dan Perawatan
Kebidanan Jilid I.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memasangkan suatu alat terbuat dari karet sintetis


dengan tujuan untuk mencegah infeksi.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Kriteria Persiapan.


1. Talk steril.
2. Sarung tangan.
B. Pelaksanaan:
1. Memberi talk pada kedua telapak
tangan.
2. Memasang sarung tangan.
3. Melakukan prepasi untuk meraba
punggung janin.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Siap melaksanakan tindakan dan memperhatikan


sterilisasi.

42
MENYIAPKAN TEMPAT
TIDUR BAYI PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN 1. Akan menerima pasien


2. Setelah pasien pulang atau meninggal dunia.

2. TUJUAN Menyiapkan tempat tidur bayi/ anak dengan segala


perlengkapan agar siap pakai.

3. RUANG LINGKUP Diruang perawatan

4. REFERENSI Buku Pedoman Perawatan Anak Tim Departemen


Kesehatan.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Menyiapkan tempat tidur bayi/ anak dengan segala


perlengkapan agar siap pakai.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN
6.1 Persiapan Alat: 1. Tempat tidur dengan kasurnya
2. Sprei/ laken sesuai dengan tempat tidur.
3. Perlak (zeil).
4. Kain pengalas ( stikiaken).
5. Selimut.
6. Kelambu bila diperlukan.

6.2 Pelaksanaan: 1. Peralatan didekatkan ke tempat tidur.


2. Kasur dibalik dan diratakan.
3. Sprei ( laken) dipasang dengan ketentuan:
a. Garis tengah lipatannya harus tepat
ditengah kasur.
b. Bagian atas seprei dimasukkan dibawah
kasur secukupnya, demikian juga seprei
dimasukkan dibawah kasur setegang mungkin.
Selanjutnya dipasang perlak dan stiklaken
kemudian kelambu (bila perlu).

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tersedianya tempat tidur yang siap pakai.

43
MEMANDIKAN BAYI
PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN 1. Bayi baru lahir.


2. Setiap bayi yang dirawat (seacara rutin).
3. Bayi tertentu sesuai kondisi/ kebutuhan.

2. TUJUAN 1. Membersihkan kulit tubuh dari sisa - sisa lemak


tubuh serta keringat.
2. Merangsang peredaran darah.
3. Memberikan rasa nyaman dan segar.
4. Mencegah terjadinya infeksi.
5. Menghilangkan bau badan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Perinatologi.


Instalasi Rawat inap IV
Instalasi Rawat inap I.

4. REFERENSI  Prosedur Perawatan Anak di Rumah Sakit


cetakan ke II tahun 1993/ 1994.
 Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit cetakan ke I tahun
1995.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membersihkan kulit tubuh bayi dengan menggunakan


minyak/ air bersih.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Kriteria Peralatan:


1. Meja mandi khusus.
2. Handuk.
3. Popok/ handuk bersih untuk alas mandi.
4. Waslap.
5. Sabun mandi dalam tempatnya.
6. Kapas lembab yang telah diseduh dengan air
mendidih dalam tempatnya.
7. Kapas kering dalam tempatnya.
8. Kapas alkohol dalam tempatnya.
9. Minyak bayi / baby oil.
10. Ember tertutup tepat pakaian kotor.
11. Tempat sampah tertutup.
12. Dua baskom tertutup.
13. Bedak / talk.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Setelah bayi dimandikan bayi akan merasa nyaman

44
sehingga infeksi nosokomial tidak terjadi.

MENIMBANG BERAT PERAWATAN


BADAN BAYI

1. DESKRIPSI KLIEN 1. Pasien baru yang baru masuk ruangan untuk


dirawat.
2. Pasien bayi dengan penyakit tertentu DM,
jantung, hepatitis.
3. Bayi yang dirawat secara rutin.
4. Pasien tertentu sesuai kondisi, pasien sewaktu -
waktu.
5. Bayi baru lahir sputum / SC (dengan tindakan).

2. TUJUAN 1. Mengetahui berat badan dan perkembangan


berat badan bayi.
2. Membantu menentukan program pengobatan,
diet.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Perinatologi.

4. REFERENSI  Prosedur Perawatan Anak di Rumah Sakit


cetakan ke II tahun 1993/ 1994.
 Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit cetakan ke I tahun
1995.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Menimbang berat badan menggunakan timbangan


badan.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan Alat:


- Timbangan bayi.
- Bukucatatan.
- Kain pengalas timbangan.
Persiapan Bayi:
Bayi diselimuti dengan kain khusus/ dibedong.
Pelaksanaan:
1. Perawat mencuci tangan.
2. Timbangan diberi kain pengalas.
3. Timbangan disetel dengan angka penunjuk pada
angka nol.
4. Selinaut dan pakaian bayi dibuka, dibaringkan
diatas timbangan.
5. Berat badan hayi dicatat pada buku.
6. Bayi dirapihkan kembali dan dibaringkan ditempat
45
tidur.
7. Alat - alat dibereskan
8. Perawat mencuci tangan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Dengan dilaksanakannya menimbang berat badan bayi


terkontrol,

MENGGANTI POPOK
BAYI PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Bayi dengan popok yang basah / kotor

2. TUJUAN 1. Memberikan rasa nyaman.


2. Mencegah iritasi dan infeksi

3. RUANG LINGKUP Instalasi Perinatologi.

4. REFERENSI Prosedur Perawatan Anak di Rumah Sakit cetakan ke


II tahun 1993/ 1994.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Menukar popok bayi yang sudah basah/ kotor dengan


popok yang bersih dan kering.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN  Persiapan alat - alat:


1. Perlengkapan pakaian bayi (popok.
gurita, baju, kain pengalas).
2. Kapas cebok dan tempat kapas kotor.
3. Minyak/ baby oil.
4. Ember tertutup untuk pakaian kotor.
 Pelaksanaan:
1. Pakaian bayi yang kotor dibuka.
2. Bokong bayi dibersihkan dengan kapas
cebok, keringkan, lalu olesi dengan baby oil,
3. Pasang popok barsih dan bila perlu baju
bayi diganti.
4. Bayi dirapihkan dan dibaringkan dalan
posisi sesuai kebutuhan.
5. Alat-alat dibersihkan, dibereskan dan
dikembalikan ke tempat semula.
6. Perawat mencuci tangan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Dengan adanya popok yang bersih bayi merasa


nyaman sehingga iritasi kulit tidak terjadi.

46
MENGUKUR SUHU
BADAN PASIEN BAYI PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN 1. Setiap bayi yang baru dirawat.


2. Setiap pasien secara rutin.
3. Pasien tertentu sesuai kebutuhan.

2. TUJUAN Mengetahui suhu badan bayi untuk menentukan


tindakan perawatan dan membantu menentukan
diagnosa.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Perinatologi.

4. REFERENSI  Prosedur Perawatan Anak di Rumah Sakit


cetakan ke II tahun 1993/ 1994.
 Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit cetakan ke I tahun
1995.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mengukur suhu badan bayi dengan thermometer.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan


 Persiapan alat - alat:
a. Thermometer dalam keadaan siap
pakai.
b. Vaselin/ minyak dalam tempatnya.
c. Bengkok (nierbekken).
d. Larutan sabun, desinfektan, air bersih
dalam tempatnya.
e. Kain kassa/ lap pengering.
f. Kapas cebok dalam tempatnya.
 Persiapan pasien:
Melakukan pendekatan kepada anak/ keluarga
dengan memberikan penjelasan tentang hal-hal
yang akan dilakukan, sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan berkomunikasi.
 Pelaksanaan:
1. Bayi dibaringkan dalam posisi
terlentang atau dimiringkan sedemikian rupa
agar anus mudah dicapai.
2. Popok bayi dibuka, lalu daerah anus
47
dibersihkan dengan kapas cebok.
3. Thermometer diperiksa, apakah air
raksa tepat pada angka nol, lalu ujungnya
diolesi dengan pelumas. Selanjutnya
thermometer dimasukan melalui anus sampai
batas air raksa (sekurang -kurangnya) 2 cm.
4. Setelah 3 sampai 5 menit., thermometer
diangkat dan langsung dibaca dengan teliti,
kemudian hasilnya dicatat dalam catatan medik
bayi.

5. Popok dipasang kemudian posisi bayi


diatur kembali.
6. Thermometer dicelupkan ke dalam
larutan sabun, dilap dengan potongan kertas
atau tisue, lalu dimasukkan ke dalam larutan
desinfektan. Selanjutnya dibersihkan dibilas
dengan air bersih dan dikeringkan.
7. Air raksa diturunkan kembali dan
thermometer diletakan pada tipatnya, serta siap
untuk dipakai pada pasien berikutnya.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Suhu tubuh dapat dikahui dengan pasti.

48
PEMBERIAN CAIRAN
DENGAN JARUM
PERAWATAN
BERSAYAP

1. DESKRIPSI KLIEN 1. Pasien dengan dehidrasi.


2. Cairan yang diperlukan.
3. Pasien pra dan pasca bedah, sesuai dengan
program pengobatan.
4. Pasien yang tidak bisa makan minum melalui
mulut.
5. Pasien yang memerukan pengobatan yang
pemberiannya dengan cara infus.

2. TUJUAN 1. Sebagai tindakan pengobatan


2. Mencukupi kebutuhan akan cairan elektrolit

3. RUANG LINGKUP Di ruang perawatan anak

4. REFERENSI Buku Prosedur Perawatan Anak Tim Departemen


Kesehatan.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memasukan cairan atau obat langsung ke dalam


jumlah hanyak dan dalam waktu yang lama. dengan
menggunakan jarurn bersayap.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN
6.1 Persiapan alat: 1. Standar infus.
2. Cairan yang akan diberikan.
3 Infus set pediatric, jarum bersayap.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Bethadine.
6. kasa steril.
7. gunting.
8. Pleater.
9. Pengalas.
l0.Benakok.

6.2 Persiapan pasien Memberikan pengertian kepada pasien/ keluarganya.


tentang tindakan yang akan dilakukan. Sehingga
tindakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan

49
lancar.

6.3 Pelaksanaan 1. Perawat mencuci tangan


2. Siapkan area yang akan dipasang infus.
3. Memeriksa ulang cairan yang akan diberikan.
4. Menusukkan infus set pediatric ke dalam hotol infus
5. Keluarkan udara dari selang infus.
6. Menentukan vena yang akan ditusuk.
7. Memasang pengalas.
8. Desinfeksi area yang akan ditusuk.
9. Meminta bantuan satu orang perawat untuk
melakukan fiksasi.

10. Menusuk jarum bersayap pada vena yang telah


datentukan.
11. Menutup bagian yang ditusuk dengan kasa steril
yang sudah diberi bethadine.
12. Menghitung jumlah tetesan yang sesuai dengan
kebutuhan
13 Mlemperhatikan reaksi pasien.
14. Pasien dirapihkan.
15. Alat - alat dibereskan
16. Perawat cuci tangan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Terpenuhinya kebutuhan cairan eiektrolit pasien

50
MERAWAT TALI PUSAT
PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Bayi berusia 0 – 7 hari.

2. TUJUAN 1. Mencegah terjadinya infeksi.


2. Mempercepat proses pengeringan tali pusat.
3. Mernpercepat terlepasnya tali pusat.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Perinatologi.

4. REFERENSI Prosedur Perawatan Anak di Rumah Sakit cetakan ke


II tahun 1993/ 1994.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memberi perawatan tali pusat pada bayi.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN  Persiapan alat - alat:


- Alkohol 70% / bethadine 10% dalam tempatnya.
- Kassa dan kapas lidi pada tempatnya.
- Korentang dalam tempatnya.
- Perlengkapan pakaian bayi (gurita, popok. baju).
- Pengikat tali pusat steril.
- Aquabidest steril.
- Gunting verhand.
 Pelaksanaan:
1. Kassa pembungkus tali pusat dilepas.
2. Bersihkan tali pusat dengan kapas alkohol mulai
ujung sampai pangkal tali pusat dan daerah
sekitar dengan diameter 2 cm.
3. Olesi tali pusat dengan bethadine dengan cara
yang sama seperti diatas.
4. Tali pusat dibungkus kassa steril dan difiksasi
dengan gurita.
5. Pakaian bayi dikenakan dan dirapihkan,
kemudian hayi dibaringkan sesuai kebutuhan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tali pusat lepas rata-rata sampai berusia sampai 7 hari.

51
NAFAS BUATAN
PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pada pasien-pasien dengan:


1. Defresi Pusat Peniafasan:
• lntoxikasi.
• Trauma kepala berat.
• Trauma dahi.
2. Gagal nafas acut.
3. Gagal nafas kronis.
4. Analisa gas darah ( AGD ) jauh dibawah angka
normal.

2. TUJUAN Memberikan kekuatan mekanik pada sistem paru


untuk mempertahankan ventilasi yang fisiologis.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Unit Perawatan Intensive.

4. REFERENSI Buku Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
R.I, 1995.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Respirator adalah alat yang digunakan untuk


membantu melakukan pernafasan buatan secara
mekanik.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN 1. Persiapan alat:


a. satu set alat intubasi.
b. Sircuit respirator.
c. Humidifier.
d. Air vifa ( ambu bag).
e. Suction pump.
2. Persiapan pasien:
a. Persiapan mental.
b. Pengkajian.
c. Pemeriksaan AGDA
d. Pengukuran Tidal volume.
3. Pelaksanaan:
a. Memberikan penjelasan pada pasien/ keluarga.
b. Membantu pemasangan ETT oleh dokter.
c. Menyiapkan ventilator:
• Pasang sirkuit.

52
• Hubungkan oksigen dan air compressed ke
suruber.
• Nyalakan mesin (tekan ON).
• Set tidal volume.
• Set konsentrasi oksigen.
• Set rate pemafasan.
• Set inspirasi : ekspirasi adalah 1: 2
• Cek seluruh sistem alarm.
• Pastikan bahwa mesin berfungsi baik.
• Hubungkan jalan nafas (ETT) dengan
respirator.

4. Pengamatan / observasi:
a. Kecepatan dan gerakan dada.
b. Analisa gas darah.
c. Warna muka.
d. Tanda Vital lainnya
e Bunyi alarm dari mesin: bila alarm berbunyi
segera lepaskan pasien dan respirator, berikan
ventilasi manual dengan amu bag.
5. Posisi:
Posisi darubah miring kiri/ kanan tiap 2 jam, bila
memungkinkan pasien dapat duduk dengan tegak
agar penyebaran oksigen dapat merata.
6. Nafas dalam / Sigh:
Berikan nafas dalam dengan ambu bag 6-8 kali
tiap jam. bila tersedia pada respirator gunakan
mekanisme sigh, pemberian nafas secara periodic
akan membantu mencegah kolaps alveoli
merangsang batuk dan mengeluarkan lendir
7. Suctionisasi:
Bila perlu pengisapan lendir diakukan tiap 2 jam
8. Periksa Air Way Preassure tiap 4 jam
9. Monitor cardiovascuier meliputi tensi, nadi tiap
15 menit. sekali.
10. Monitor kemungkinan adanya infeksi
paru.
11. Observasi intake dan outout tiap hari
untuk memonitor balance, bila ditemukan balance
cairan positif akan dapat mengakibatkan Edema
paru
12. Monitor status gizi, pemberian makan
diberikan melaui Feeding tube/ NGT.
13. Monitor fungsi pencernaan, periksa
kemungkinan adanya darah pada faeces/ cairan
lambung, sebab pada pasien yang dipasang
Respirator memiliki resiko Stress ulcer.
14. Siapkan alat komunikasi yang
diperlukan sebab pasien dengan pemasangan
Respirator memiliki gangguan komunikasi verbal.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN 1. Tidal volume lebih dari 5 cc/ kg BB.


2. Kecepatan nafas spontan kurang dan 25 X / menit.
3. Tensi, nadi dan temperatur normal.
4. Analisa gas darah dalam batas normal.
5. Kesadaran Compos mentis

53
TINDAKAN
PENGISAPAN LENDIR PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pada pasien yang banyak mengeluarkan sekresi /


lendir pada jalan nafas, misalnya:
• Pasien tidak sadar! coma.
• Pasien operasi pada jalan nafas (Tracheostoniy).
• Pasien dengan pemasangan mesin alat Bantu nafas
(Respirator).

2. TUJUAN I. Melancarkan jalan nafas.


2. Membebaskan jalan nafas.
3. Mengeluarkan cairan dan sekresi paru / jalan nafas.
4. Sebagai upaya untuk mencegah Aspirasi (masuknya
cairan ke paru).

3. RUANG LINGKUP Instalasi Unit Perawatan Intensive

4. REFERENSI Buku Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
R.I, 1995.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Adalah suatu tindakan mengisap/ menyedot lendir


pada saluran jalan nafas dengan menggunakan alat
yang disebut Slym Zeiger/ Suction.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN 1. Kriteria persiapan alat:


a. Suction Catheter.
b. Sarung tangan steril
c. NaCL steril.
d. Mesin Suction ( wall / fortable ) dan pipa
penyambung.
e. Kom steril.
f. Alat / handuk steril
2. Persiapan pasien:
a. Pasien/ keluarga diberi penjelasan tentang
tindakan yang akan dilakukan.
b. Posisi pasien diatur semi fowler / Fowler dengan
kepala hyperekstensi.
c. Meletakan alas handuk steril pada dada pasien.

54
3. Kriteria pelaksanaan:
a. Mencuci tangan.
b. Memasukan NaCl kedalam kom steril.
c. Hubungkan katheter dengan mesin
suction.
d. Memakai sarung tangan steril.
e. Cek fungsi dan mesin dan basahi
catheter dengan mencelupkan kedalam Na Cl.
f. Tanpa menggunakan tekanan, masukan
catheter ke daerah yang ditentukan.
g. Suction daerah tersebut dengan merubah
posisi kepala ke kanan / ke kiri.
h. Dengan menggunakan tekanan
Interminitten, tarik secara perlahan catheter
keluar dengan gerakan memutar / rotasi.

i. Bersihkan catheter dengan mencelupkan


ke dalam kom Na Cl.
j. Istirahat 30”-60” berikan 02 bila pasien
menggunakan, dan dorong untuk batuk.
k. Ulangi tahap penghisapan, bila. lendir
masih banyak pada daerah mulut/ dibawah
lidah setelah daerah naso / oropharing.
l. Mencuci tangan.
m. Membereskan alat- alat.
n. Mencatat pada status setelah selesai
melakukan perasat.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN 1. Sekresi/ lendir tidak purulent ( kental/ bau).


2. Tidak ada infeksi.
3. Jalan nafas bebas.
4. Tidak terjadi aspirasi pada paru.
5. Tidak terjadi infeksi nosokomial.

55
MEMBERSIHKAN PERAWATAN
LANGIT-LANGIT
DINDING PINTU DAN
VENTILASI

1. DESKRIPSI KLIEN Ruang perawatan.

2. TUJUAN  Agar ruangan dan lingkungan terlihat indah.


 Lingkungan menjadi lebih nyaman dan nampak
cerah.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membersihkan langit-langit, dinding dan ventilasi dari


debu, pintu dan ventilasi dari lawa-lawa.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat:


1. Alat penghisap debu (bila ada) atau sapu.
2. Sapu lawa — lawa.
3. Kain pembungkus sapu lawa — lawa.
4. Masker, kain tutup kepala, & pakaian kerja
khusus.
5. Ember berisi air bersih.
6. Pasien dipindahkan ke luar ruangan.
B. Pelaksanaan:
a. Petugas memakai pakaian kerja khusus,
tutup kepala dan masker.
b. Peralatan yang ada diruangan
dikeluarkan dan dipindahkan keluar.
c. Sapukan pada langit — langit dan sudut
tengah dan dan sudut atas ke bawah dengan
sapu lawa—lawa yang terbungkus.
d. Bersihkan lubang angin, kawat kassa,
rell gorden, jendela pintu.
e. Bagian yang dapat dijangkau dengan
56
tangan, sebaiknya dibersihkan dengan lap agar
debu tidak beterbangan. Setelah bersih
dikeringkan dengan lap.
f. Setelah selesai peralatan dibersihkan,
dirapihkan dan dikembalikan ke tempat
semula.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Ruang perawatan bersih.

MEMBERSIHKAN PERAWATAN
KAMAR MANDI DAN
WC

1. DESKRIPSI KLIEN Semua kamar mandi dan WC yang ada di Ruang


Perawatan Inap.

2. TUJUAN  Menghindarkan bahaya jatuh.


 Menciptakan rasa aman dan nyaman.
 Mencegah bau yang tidak sedap.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mempertahankan kebersihan kamar mandi, WC, dan


spoelhok dari kotoran sampah dan bau yang tidak
sedap dengan cara setiap saat membersihkannya.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN • Persiapan Alat:


a. Sapu lawa—lawa.
b. Ember berisi larutan sabun hangat.
c. Ember berisi larutan desinfektan.
d. Vim atau sejenisnya dalam tempatnya.
e. Sikat kamar mandi.
f. Sikat WC atau spulhok
g Lap bersih.
h. Ember berisi air bersih.
i. Pakaian kerja khusus.

• Pelaksanaan:
a. Petugas memakai pakaian kerja khusus,
tutup kepala dan masker.
b. Peralatan yang ada diruangan
dikeluarkan dan dipindahkan keluar setelah
dibersihkan dahulu.
c. Langit-langit dun lubang angin

57
dibersihkan dengan sapu lawa-lawa yang
dibungkus dengan lap.
d. Jendela pintu dan kran dibersihkan.
e. Dinding kamar mandi dibersihkan
dengan air sabun, kemudian disikat dari atas ke
bawah. Dinding porselin digosok dengan larutan
sabun atau vim, kemudian dibilas dengan air
bersih dari atas ke bawah, selanjutnya keringkan.
f. Kran ditutup, bak dikosongkan bagian
dalam dan luarnya disikat larutan sabun
kemudian dibilas dengan air.
g. Setelah bak bersih, lubang pembuangan
air bak ditutup dan kran dibuka, bak diisi air
kembali.

h. WC dan spoelhok dibersihkan bagian


luar dan dalamnya dengan sikat khusus,
kemudian dibilas dengan air sanipai bersih.
i. Lantai disiram dengan larutan sabun,
disikat dan dibilas dengan air bersih, selanjutnya
disiram dengan larutan desinfektan dan dibiarkan
beberapa saat, kemudian dikeringkan.
j. Peralatan disusun kembali ke tempat
semula.
k. Lantai disekitar kamar mandi
dikeringkan.
l. Setelah selesai peralatan pembersih
dibersihkan,. dirapihkan dan dikembalikan ke
tempat semula.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Kebersihan kamnar mandi dan WC tetap terpeliliara.

58
MEMBERSIHKAN
SPOELHOK PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Spoelhok ruang perawatan

2. TUJUAN  Menciptakan rasa aman dan nyaman.


 Mencegah bau yang tidak sedap.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mempertahankan kebersihan spoelhok dari kotoran


sampah dan bau yang tidak sedap dengan cara setiap
saat membersihkannya.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN • Persiapan Alat:


a. Sapu lawa—lawa.
b. Ember berisi larutan sabun hangat.
c. Ember berisi larutan desinfektan.
d. Vim atau sejenisnya dalam tempatnya.
e. Sikat kamar mandi.
f. Sikat WC atau spulhok
g Lap bersih.
h. Ember berisi air bersih.
i. Pakaian kerja khusus.

• Pelaksanaan:
a. Petugas memakai pakaian kerja khusus,
tutup kepala dan masker.
b. Peralatan yang ada diruangan
dikeluarkan dan dipindahkan keluar setelah
dibersihkan dahulu.
59
c. Langit-langit dun lubang angin
dibersihkan dengan sapu lawa-lawa yang
dibungkus dengan lap.
d. Jendela pintu dan kran dibersihkan.
e. Dinding kamar mandi dibersihkan
dengan air sabun, kemudian disikat dari atas ke
bawah. Dinding porselin digosok dengan larutan
sabun atau vim, kemudian dibilas dengan air
bersih dari atas ke bawah, selanjutnya keringkan.
f. Kran ditutup, bak dikosongkan bagian
dalam dan luarnya disikat larutan sabun
kemudian dibilas dengan air.
g. Setelah bak bersih, lubang pembuangan
air bak ditutup dan kran dibuka, bak diisi air
kembali.
h. WC dan spoelhok dibersihkan bagian
luar dan dalamnya dengan sikat khusus,
kemudian dibilas dengan air sanipai bersih.
i. Lantai disiram dengan larutan sabun,
disikat dan dibilas dengan air bersih, selanjutnya
disiram dengan larutan desinfektan dan dibiarkan
beberapa saat, kemudian dikeringkan.

j. Peralatan disusun kembali ke tempat


semula.
k. Lantai disekitar kamar mandi
dikeringkan.
l. Setelah selesai peralatan pembersih
dibersihkan,. dirapihkan dan dikembalikan ke
tempat semula.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Kebersihan spoelhok tetap terpeliliara.

60
MEMPERSIAPKAN
LARUTAN
PERAWATAN
DESINFEKTAN

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas dan alat-alat dan non medis.

2. TUJUAN  Menyediakan larutan desinfektan yang dapat


digunakan secara tepat guna dan aman serta dalam
keadaan siap pakai.
 Jenis desinfektan antara lain:
 Sabun, yang mempimyai daya anti
septic misalnya: Asepso, Sopodern, dll.
 Lysol.
 Creolin.
 Savlon
 Sublimat.
 PK (Perpanganas Kalikus).
 Bethadine

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Menyiapkan atau membuat larutan desinfektan sesuai


kebutuhan.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN 1. Cara membuat larutan Sabun:


 Persiapan alat:

61
1. Sabun padat, sabun cream atau sabun cair
(teepol).
2. Gelas ukuran.
3 Timbangan (bila ada).
4. Pisau atau sendok makan.
5. Alat pengocok.
6. Air hangat atau panas dalam tempatnya.
7. Ember atau baskom.
 Pelaksanaan:
1. Membuat larutan dari sahun padat atau
cream: Sabun padat sekurang-kurangnya
empat gram dimasukkan ke dalam ember
berisi satu liter air panas atau hangat, lalu
diaduk sampai larut.
2. Membuat larutan dari sabun cair
(teepol) Tiga cc cair dicampurkan ke dalam
ember berisi satu liter air hangat, kemudian
diaduk sampai rata
 Penggunaan:
Untuk mencuci tangan dan mencuci peralatan.
seperti alat tenun, logarn, kaca, karet/ plastik.
Kayu bercat dan yang berlapis pormika.

2. Cara membuat larutan Lysol dan creolin:


 Persiapan:
1. Larutan lysol.
2. Gelas ukuran.
3. Ember berisi air.
4. Ember atau baskom.
5 Creolin.
6. Ember berisi air yang dibutuhkan.
 Pelaksanaan:
1. Membuat larutan lysol atau creolin
0,5%: 5 cc lysol atau creolin dicampurkan
ke dalam satu liter air.
2. Membuat cairan lysolat atau creolin 2%
atau 3%:20 cc sampai 30 cc lysol atau
creolin dicampurkan ke dalam satu liter air.
 Penggunaan:
a. Lysol 0,5% : Untuk mencuci tangan.
b. Lysol 1% : Untuk desinfektan peralatan
perawatan atau kedokteran.
c. Lysol 2% - 3% : Untuk merendam peralatan
yang dipergunakan pasien yang berpenyakit
menular, selama 24 jam.
d. Creolin 0,5%: Untuk mendesinfeksi lantai.
e. Creolin 2% : Untuk mendesinfeksi lantai
kamar mandi, WC, spoelhok.
3. Cara membuat larutan Salvon:
 Persiapan:
1. Savlon.
2. Gelas ukuran
3. Ember atau baskom berisi air secukupnya.
 Pelaksanaan:
1. Membuat larutan savlon 0,5% : 5 cc
savlon dicampurkan ke dalam satu liter air.
2. Membuat larutan savlon 1% : 10 cc
savlon dicampurkan ke dalam sam liter air.
 Penggunaan:
1. Savlon 0,5 %: Untuk mencuci tangan.
2. Savlon 1% : Untuk merendam peralatan

62
perawatan atau kedokteran.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tersedianya cairan larutan desinfektan

PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas.

2. TUJUAN  Mencegah terjadinya infeksi silang melalui


tangan.
 Menjaga kebersihan perseorangan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih


yang mengalir atau disiramkan.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan :


1. Air bersih yang mengalir atau didalam baskom.
2. Sabun.
3. Sikat lunak (bila perlu).
4. Handuk atau lap bersih dan kering.

Pelaksanaan:
1. Arloji harus dilepas
2. Tangan mulai dari ujung jari sampai siku
dibasahi dengan air mengalir, kemudian disabuni
dan digosok atau disikat bila perlu.

63
3. Tangan selanjutnya dibilas dengan air bersih
dan dilap sampai kering.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Kebersihan tangan petugas terjaga.

DESINFEKSI
PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas.

2. TUJUAN  Mencegah terjadinya infeksi silang


 Menjaga kebersihan perseorangan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mencuci tangan dengan larutan desinfektan,


khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan
pasien berpenyakit menular.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan :


1. Air bersih yang mengalir atau didalam baskom.
2. Larutan desinfektan yaitu Lysol, salvon
3. Handuk atau lap bersih dan kering.

Pelaksanaan:
Tangan mulai dan ujung jari sampai siku dibasahi
dengan air mengalir, setelah itu direndam sekurang-
kurangnya dua menit didalam larutan desinfektan,
kemudian dibilas dengan air bersih dan dikeringkan
dengan handuk atau lap kering.

64
7. INDIKATOR PENCAPAIAN Kebersihan petugas terjaga.

MENCUCI TANGAN
DENGAN STERIL
PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas.

2. TUJUAN  Mencegah terjadinya infeksi silang


 Menjaga kebersihan perseorangan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mencuci tangan secara steril (suci hama), khususnya


bila akan membantu tindakan pembedahan.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan :


1. Kran air mengalir yang mempunyai tangkai panjang
atau khusus.
2. Sikat steril dalam tempatnya.
3. Alkohol 70% dalam tempatnya.
4. Sabun

Pelaksanaan:
1. Bila memakai cincin atau arloji harus dilepas,
lengan baju digulung sarnpai diatas siku.
2. Kran dibuka, tangan dibasahi sampai siku,

65
disabuni dan digosok dengan jari sekurang-
kurangnya dua menit, kemudian dibilas (sabun
tetap dipegang).
3. Ambil sikat, kemudian tangan disabuni lagi dan
disikat mulai dari jari-jari terutama kuku, sela-sela
Jari, punggung dan telapak tangan, sekurang-
kurangnya 10 kali. Setelah itu penyabunan dan
penyikatan dilakukan pada kedua lengan masing-
masing sekurang-kurangnya 6 kali.
4. Tangan dibilas rnulai dari ujung - ujung jari
sampai ke siku (sabun dan sikat tetap dipegang).
5. Tangan disabuni, disikat dan dibilas lagi seperti
tadi, ini diu1ang beberapa kali dalam waktu
sekurang-kurangnya 15 menit.
6. Setelah selesai sabun dan sikat dikembalikan ke
tempatnya, tangan dibilas dan tetap diarahkan ke
atas sehingga air dari tangan mengalir ke siku.
7. Kran ditutup dengan siku.
8. Tangan dikeringkan dengan lap kering steril,
satu bagian dari lap seyogyanya hanya dipakai
untuk satu tangan dan bagian yang lain untuk
tangan yang satunya lagi.
9. Selanjutnya sarung tangan dipasang.

Perhatian!
Untuk memudahkan pemasangan sarung tangan,
tangan harus kening.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Kesterilan petugas terpelihara.

66
MENCUCI TANGAN
DENGAN
PERAWATAN
DESINFEKTAN

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas dan penderita.

2. TUJUAN  Mencegah terjadinya infeksi silang melalui


tangan.
 Memelihara peralatan dalam keadaan siap
pakai.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Suatu tindakan untuk membunuh kurnan patogen dan


apatogen tetapi tidak termasuk sporanya pada
peralatan perawatan dan kedokteran atau permukaan
jaringan tubuh, dengan menggunakan bahan
desinfektan atau dengan cara mencuci, mengoleskan,
merendam dan menjernur.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Pelaksanaan:


1. Desinfeksi dengan cara mencuci:
Misalnya:
a. Mencuci tangan dengan sabun,
dibersihkan dan kemudian disiram atau

67
dibasahi alcohol 70%.
b. Mencuci luka, khususnya luka kotor
dengan H202, bethadine, dan lain-lain.
c. Mencuci kulit atau jaringan tubuh yang
akan dioperasi dengan larutan yodium tinctura
3% dan dilanjutkan dengan alkohol 70%.
d. Mencuci vulva dengan larutan sublimat
1/1000 atau PK 1/1000.
2. Desinfeksi dengan cara mengoleskan, misalnya:
a. Mencurochroom pada luka.
b. Alkohol 70% Bethadine dll pada luka bekas
jahitan.
3. Desinfeksi dengan cara merendam:
a. Merendam tangan dengan larutan lysol
0,5%.
b. Merendam peralatan perawatan atau
kedokteran setelah dipakai dalam larutan Lysol
3%-5% sekurang-krangny 2 jam.
c. Merendam alat tenun setelah dipakai
pasien berpenyakit menular, dalam larutan
lysol 3% -5% sekurang-kurangnya 24 jam.
4. Desinfeksi dengan cara menjemur dibawah
sinar matahari, misalnya:
a. Menjemur kasur, bantal, tempat tidur,
dll sekurang — kurangnya 2 jam untuk setiap
permukaan.
b. Menjemur peralatan perawatan,
misalnya urinal, pispot, dll.

STERILISASI PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Alat-alat medisd.

2. TUJUAN  Mencegah terjadinya infeksi silang.


 Memelihara peralatan dalam keadaan siap
pakai.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Suatu tindakan untuk membunuh kurnan patogen dan


apatogen termasuk sporanya pada peralatan perawatan
dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas
tinggi atau menggunakan bahan kimia.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN  Jenis peralatan yang dapat disterilkan:


1. Peralatan yang terbuat dan logam,
misalnya pinset. gunting, spekulum, dll.
2. Peralatan yang terbuat dan kaca,
misalnya semprit (spuit), tabung kimia, dll.
3. Peralatan yang terbuat dan karet,
68
misalnya kateter, sarung tangan, pipa penduga
lambung drain, dll.
4. Peralatan yang terbuat dan ebonit,
nusalnya kanule rectum, kanule trachea, dll.
5. Peralatan yang terbuat dan email,
misainya bengkok (nierbelcken), baskom, dll.
6. Peralatan yang terbuat dan porselin,
misalnya mangkok, cangkir, pining, dll.
7. Peralatan yang terbuat dan piastik,
misalnya selang infus, dll.
8. Peralatan yang terbuat dan tenunan,
misalnya kain kassa, tampon, dock operasi,
baju, sprei, sarung bantal, dll.
 Pelaksanaan:
1. Stenilisasi dengan cara rebus:
Mensterilkan peralatan dengan merebusnya
didalam air sampai mendidih (100°c) dan
ditunggu antara 15 sampai 20 menit.
2. Sterilisasi dengan cam stoom:
Mensterilkan peralatan dengan uap panas
didalam autocalve dengan waktu, tekanan, dan
suhu tertentu misalnya alat tenun, obat-obatan,
dll.
3. Stenilisasi dengan cam panas kening:
Mensterilkan peralatan dalam oven dalam
panas tinggi, misalnya peralatan logam yang
tajam, peralatan dan kaca, dan obat tertentu.

4. Sterilisasi dengan cara menggunakan


bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap
formalin, khususnya untuk peralatan yang
cepat rusak bila kena panas, misalnya sarung
tangan, kateter, dll.

Perhatian:
1. Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
2. Peralatan harus bersih dan masih berfungsi.
3. Peralatan yang dibungkus harus diberi label
dengan jelas mencantunikan : nama, jenis
peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
4. Menyusun peralatan didalam sterilisator harus
sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian dapat
disterilkan.
5. Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan
setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung sejak
peralatan disterilkan).
6. Dilarang memasukan atau menambahkan ke
dalam sterilisator, sebelum waktu untuk
rnensterilkan selesai.
7. Memindahkan peralatan yang sudah steril ke
tempatnya harus dengan korentang steril.
8. Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang
membuka bungkus maupun tutupnya.
9. Bila peralatan yang haru disterilkan terbuka,
peralatan tersebut harus disterilkan kembali.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Kesterilan alat - alat terpelihara.

69
PEMELIHARAAN
PERALATAN DAN
PERAWATAN PERAWATAN
KEDOKTERAN

1. DESKRIPSI KLIEN Alat-alat Medis.

2. TUJUAN  Menyiapkan peralatan perawatan dan


kedokteran dalam keadaan siap pakai.
 Mencegah terjadinya infeksi silang.
 Mencegah peralatan cepat rusak.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Melaksanakan pemeliharaan peralatan perawatan dan


kedokteran dengan cara membersihkan,
mendesinfeksi, atau mensterilkan dan menyimpannya.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN a. Pemeliharaan peralatan dari logam.


 Jenis peralatan, misalnya:
70
1. Pisau operasi.
2. Gunting.
3. Pinset.
4. Kocher.
5. Korentang.
 Persiapan:
1. Peralatan yang akan dibersihkan.
2. Tempat pencucian dengan air yang
mengalir atau baskom berisi air bersih.
3. Sabun cuci.
4. Sikat halus.
5. Bengkok (nierbekken).
6. Lap kering.
7. Larutan desinfektan.
8. Kain kassa.
9. Sterilisator dalam keadaan siap pakai.
 Pelaksanaan:
1. Peralatan yang sudah dipergunakan
dibilas dengan air (sebaiknya dibawah air
mengalir) untuk menghilangkan kotoran
yang melekat, kemudian direndam didalam
larutan desinfektan sekurang-kurangnya 2
jam, khusus peralatan yang sudah
dipergunakan pada pasien yang berpenyakit
menular, harus direndam sekurang-
kurangnya 24 jam.

2. Peralatan disabuni satu - persatu,


kemudian dibilas. Selanjutnya disterilkan
dengan cara merebus didalam sterilisator
yang telah diisi air secukupnya, dimasak
sampai mendidih. Setelah air mendidih
sekurang-kurangnya 15 menit baru
diangkat.
3. Peralatan yang telah disterilkan diangkat
atau dipindahkan dengan korentang steril
ke tempat penyimpanan yang steril.
4. Setelah selesai peralatan dibersihkan,
dibereskan dan dikembalikan ke tempat
semula.
 Perhatian
Khusus peralatan logam yang tajam (misalnya
pisau, gunting, jarum, dll) harus dibungkus
dulu dengan kain kasa, kemudian barulah
dimasukkan ke dalam sterilisator setelah air
mendidih dan ditunggu antar 3 s/d 5 menit,
baru diangkat,
b. Pemeliharaan peralatan dari gelas
 Jenis peralatan, misalnya:
1. Kateter.
2. Penghisap lendir bayi.
3. Spuit.
 Persiapan:
1. Peralatan yang akan dibersihkan.
2. Tempat pencucian dengan air yang
mengalir atau baskom berisi air bersih.
3. Sabun cuci.
4. Sikat halus.
5. Bengkok (nierbekken).
6. Lap kering.

71
7. Larutan desinfektan.
8. Kain kassa.
9. Sterilisator dalam keadaan siap pakai.
10. Lidi kapas.
 Pelaksanaan:
Sama dengan pelaksanaan pemeliharaan
peralatan dari logam, tapi khusus spuit
pengisapnya dikeluarkan dan jarumnya dilepas,
kemudian masing-masing alat dibungkus
dengan kain kassa, dan setelah itu baru
dimasukkan ke dalam sterilisator yang sudah
berisi air dan diletakkan berdampingan.
c. Pemeliharaan peralatan dari karet
 Jenis peralatan, misalnya:
1. kateter.
2. Pipa penduga lambung ataumaagslang.
3. Drain.
 Persiapan:
1. Peralatan yang akan dibersihkan.
2. Tempat pencucian dengan air yang
mengalir atau baskom berisi air bersih.
3. Sabun cuci.
4. Bengkok (nierbekken).
5. Spuit
6. Larutan desinfektan.
7. Kapas bensin dalam tempatnya.
8. Sterilisator dalam keadaan siap pakai.

 Pelaksanaan:
1. Peralatan dibersihkan dan jika ada
bekas-bekas plastik dihilangkan dengan
kapas bensin.
2. Bagian dalamnya dibersihkan dengan
menyemprotkan air dan spuit atau dengan
air mengalir sambil dipijit-pijit sampai
bersih.
3. Setelah bersih peralatan kemudian
direndam dalam larutan desinfektan
sekurang-kurangnya 2 jam, selanjutnya
disabuni dan dibilas.
4. Setelah air didalam sterilisator
mendidih, peralatan dimasukkan dan
dibiarkan antara 5s/d10 menit, baru
diangkat dengan korentang steril. Setelah
itu peralatan disimpan ditempat yang steril.
5. Setelah selesai peralatan dibersihkan,
dirapihkan dan dikembalikan ke tempat
semula
d. Pemeliharaan sarung tangan.
 Persiapan:
1. Sarung tangan kotor (bekas
dipergunakan).
2. Tempat pencucian dengan air mengalir
atau baskom berisi air bersih.
3. Sabun cuci.
4. Lap kering atau handuk.
5. Bedak biasa.
6. Tablet formalin secukupnya.
7. Tromol atau toples yang tertutup rapat.
 Pelaksanaan:

72
1. Sarung tangan dibersihkan dan disabuni
bagian luar dan dalamnya, lalu dibilas.
2. Sarung tangan diperiksa apakah bocor
atau tidak, dengan cara memasukkan udara
ke dalamnya, lalu dicelupkan ke dalam air,
bila bocor dipisahkan.
3. Setelah bersih sarung tangan
dikeringkan, dengan cara menggantungnya
terbalik atau langsung dikeringkan luar dan
dalamnya dengan handuk atau lap kering.
4. Beri bedak tipis bagian luar dan
dalamnya.
5. Sarung tangan diatur atau digulung
sepasang-sepasang, atau dipisahkan
misalnya., satu kelompok bagian kiri atau
kanannya saja,. Bila dipisahkan kiri atau
kanan saja harus diberi label pengenal yang
jelas pada tromol atau stoples masing-
masing yang menunjukkan sebelah kanan
atau kiri. Serta tanggal dan jam dimulainya
sterilisasi.
6. Sarung tangan kemudian dimasukkan ke
dalam tromol atau stoples yang telah berisi
tablet formalin, untuk disterilkan selama 24
jam sejak saat dimasukkan. Untuk tromol
atau stoples ukuran satu liter, digunakan 4
tablet formalin, 50 gram pertablet.
7. Setelah selesai, peralatan dibersihkan,
dibereskan dan dikembalikan ke tempat
semula.
7. INDIKATOR PENCAPAIAN Kesterilan alat-alat medis terpelihara dan siap pakai.

MENERIMA PASIEN
BARU PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pasien baru.

2. TUJUAN Memberikan pelayanan kesehatan sesegera mungkin


kepada pasien sesuai kebutuhan.

3. RUANG LINGKUP a. Instalasi Gawat Darurat


b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Rawat Inap
d. Loket Pendaftaran

4. REFERENSI Pola prosedur Kerja Tetap (Protap) di Rumah Sakit


kelas C dan D, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
1989.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Menerima pasien yang baru masuk ke Rumah Sakit


untuk dirawat di ruangan sesuai dengan penyakitnya/
kasusnya dengan mengacu pada peraturan yang
berlaku.

73
6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan :
1. Tempat tidur dalam keadaan siap pakai.
2. Mejapasien,
3. Kursi.
4. Status catatan medic dan perawatan pasien,yang
terdiri dari:
a. Termometer.
b. Tensimcter.
c. Timbangan berat badan.
d. Pengukur tinggi badan.
B. Penatalaksanaan:
1. Menempatkan pasien ke tempat tidur
dan mengatur posisi tidur sesuai dengan
penyakitnya.
2. Melakukan anamnesa dan mengukur
tanda-tanda vital seperti:
a. Mengukur tekanan darah
b. Mengukur denyut nadi
c. Mengukur pemafasan.
d. Mengukur suhu
e. Lain - lain, pengukuran sesuai dengan
keadaan pasien
3. Memeriksa kelengkapan dan mencatat
semua hasil pemeriksaan dan melihat hasil
instruksi dokter yang mengirim (rawat jalan /
IGD).
4. Dokter ruangan / dokter jaga
melakukan pemeriksaan untuk rnenegakkan
diagnosa dan mencatat hasil pemeriksaan dan
pemberian instruksi ke dalam status pasien.
5. Perawat/ petugas ruangan
melaksanakan:
a. Melaksanakan pengobatan sesuai advis
dokter.

b. Melakukan Asuhan Keperawatan.


c. Menjelaskan kepada pasien dan
keluarganya tentang:
• Peralatan Rumah Sakit.
• Tata tertib ruang rawat.
• Keaclaan ruang rawat.
• Fasiitas yang tersedia.
• Kegiatan rutin.
6. Pada pasien tertentu boleh ditunggu
keluarganya, rnaksimal 2 orang.
7. Apabila pasien tersebut memerlukan
tindakan operasi, maka:
a. Dokter/perawat menjelaskan kepada
pasien dan keluarganya tentang tindakan
yang akan dilakukan.
b. Keluarga menandatangani surat ijin/
persetujuan operasi.
c. Kalau keluarga setuju, perawat menilai
keadaan umum dan menyiapkan
kebutuhannya, seperti:
• Alat-alat infus dan cairannya.
• Darah.
• Obat-obatan sesua advis dokter.
• Pasien dipuasakan.
• Mencukur daerah lokal operasi.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien dilayani sesuai dengan kebutuhan.

74
MENOLONG PASIEN
BERJALAN MENUJU
PERAWATAN
KURSI

1. DESKRIPSI KLIEN Pesien yang sudah boleh duduk dan turun dari tempat
tidur untuk duduk dikursi.

2. TUJUAN  Membantu mobilitas pasien untuk melatih dan


melemaskan otot
 Memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pasien.
 Mempermudah merapikan tempat tidur.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membantu pasien turun dari tempat tidur untuk duduk


dikursi bagi yang tidak dapat berjalan sendiri, tetapi

75
sudah boleh duduk.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan :


 Persiapan alat:
1. Kursi.
2. Selimut.
3. Bantal.
4. Bel, bila perlu.
 Persiapan pasien:
Pasien dirapihkan dan diberi penjelasan tentang
hal-hal yang akan dilakukan.
 Pelaksanaan:
1. Kursi diletakkan dekat tempat tidur,
sepatu atau sandal pasien disiapkan.
2. Pasien didudukkan dan dibantu
bergeser ke pinggir tempat tidur, kemudian
kedua kakinya diletakkan diatas kursi.
3. Kaki pasien diturunkan satu persatu,
kemudian perawat membantu pasien berdiri
dan melangkah perlahan - lahan menuju kursi
yang telah disediakan.
4. Pasien didudukan dikursi, jika perlu
diberi bantal atau selimut untuk bersandar.
Perhatian.
a. Perhatikan keadaan umum pasien.
b. Hindari pasien duduk terlalu lama dikursi agar tidak
lelah.
c. Hindari menempatkan pasien ditempat yang banyak
angin.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien dapat duduk dikursi dengan nyaman dan tidak
menimbulkan rasa lelah.

MEMINDAHKAN
PASIEN PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pesien yang tidak dapat/ tidak boleh berjalan dari
tempat yang satu ke tempat yang lain.

2. TUJUAN  Mengurangi dan menghindari pergerakan


pasien sesuai dengan keadaan fisiknya.
 Memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pasien.
 Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah
ruangan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memindahkan pasien yang tidak dapat/ atau tidak


boleh berjalan dilakukan dari tempat yang satu ke

76
tempat yang lain.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan :


 Persiapan alat:
1. Tempat tidur brankar atau kursi beroda
(roolstul) dalam keadaan siap pakai.
2. Selimut.
3. Bantal, bila perlu.
 Persiapan pasien:
Pasien dirapihkan dan diberi penjelasan tentang
hal-hal yang akan dilakukan.
 Pelaksanaan:
1. Memimdahkan pasien dari brankar ke
tempat tidur atau sebaliknya.
a. Pasien diangkat oleh sekurang-
kurangnya tiga orang perawat (sesuai
kebutuhan).
b. Ketiga perawat berdiri pada sisi kanan
pasien dengan urutan sebagai berikut:
(b-a)Perawat I berdiri (paling tinggi)
berdiri dibagian kepala.
(b-b)Perawat II berdiri dibagian pinggang.
(b.-c)Perawt III berdiri dibagian kaki.
c. Lengan kiri Perawat I dibawah kepala
dan pangkal lengan pasien dan lengan
kanan dibawah punggung pasien. (Bila
pasien gemuk, lengan kanan perawat I
melalui badan pasien ke bawah pinggang
sehingga berpegangan dengan pergelangan
tangan kiri perawat II).
d. Lengan kiri perawat II dibawah
pinggang pasien, lengan kanan dibawah
bokong pasien.

e. Kedua lengan perawat II mengangkat


seluruh tungkai pasien.
f. Setelah siap, salah seorang perawat
memberi aba-aba untuk bersama-sama
mengangkat pasien.
g. Dengan langkah bersamaan para
perawat mulai berjalan menuju ke tempat
tidur atau brankar yang telah disediakan.
h. Setelah pasien telah berada diatas
tempat tidur, posisinya diatur dan selimut
dipasang atau dirapihkan.
2. Memindahkan pasien dari kursi roda ke
tempat tidur.
a. Kursi roda didorong ke sisi tempat tidur,
roda belakangnya harus ditahan atau direm
agar kursi roda tidak terbalik.
b. Kedua tangan perawat menopang ketiak
pasien pada sisi yang lemah / sakit dan
pasien dianjurkan pasien bertumpu pada
sisi yang kuat.
c. Perawat memimpin pasien untuk turun
dari kursi roda dan berjalan bersama
menuju tempat tidur.
d. Pasien bersandar pada sisi tempat tidur,
kemudian dibantu oleh perawat untuk naik
(kalau perlu digunakan kursi).

77
e. Setelah pasien berada di tempat tidur,
posisnya diatur sesuai kebutuhan,
kemudian dirapihkan.

Perhatian.
a. Perhatikan keadaan umum pasien.
b. Hindari tindakan yang menimbulkan rasa lelah
pada pasien.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Penderita dapat dipindahkan dengan baik dan tidak


menimbulkan cedera atau rasa lelah.

POSISI BERBARING
PASIEN PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pesien dengan indikasi tertentu, sehingga memerlukan


salah satu posisi berbaring pasien di Rumah Sakit.

2. TUJUAN  Memberikan rasa nyaman


 Membantu pasien memudahkan tindakan
perawatan, tindakan pemeriksaan, dan pengobatan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap, RAwat Jalan, IGD, dan OK

4. REFERENSI Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim Departemen


Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Cara berbaring pasien dengan berbagai posisi tertentu


ditempat tidur, meja pemeriksaan atau meja operasi
untuk maksud tertentu.

78
6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Macam-macam posisi berbaring:
1. Setengah duduk (fowler)
2. Sim.
3. Trendelenburg.
4. Lithotomy.
5. Genu Pectoral atau Knee Chest.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien merasa nyaman, sesak nafas berkurang.

POSISI PERAWATAN
TRENDELEUNBRUG

1. DESKRIPSI KLIEN Pesien dengan indikasi untuk dilakukan tindakan


pemeriksaan rectum, pemberian huknah / obat-obat
per anus.

2. TUJUAN Membantu pasien untuk mempermudah tindakan


pemeriksaan rectum atau pemberian huknah atau obat-
obatan melalui anus. riksaan, dan pengobatan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap, RAwat Jalan, IGD, RO

4. REFERENSI Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim Departemen


Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membaringkan pasien dengan posisi miring dan


setengah telungkup untuk maksud tertentu.

79
6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan:
 Persiapan Alat:
Sesuai dengan tindakan yang dilakukan,
misalnya pemberian huknah.
 Persiapan Pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan.
B. Pelaksanaan:
Pasien berbaring, kemudian dimiringkan ke kiri
dengan posisi badan setengah telungkup,
sedangkan kaki kiri lurus, lutut dan paha kanan
ditekuk serta ditarik ke arah. dada, sementara
tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung
dan tangan kanan diatas tempat tidur.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tindakan bisa dilakukan dengan lancar dan pasien


tidak merasa malu ataupun lelah.

PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pesien yang dipasang skin traksi pada kakinya dan
pasien sock.

2. TUJUAN Melancarkan peredaran darah ke otak.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap

4. REFERENSI Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim Departemen


Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membaringkan pasien dengan posisi kepala lebih


rendah daripada kaki.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan:


 Persiapan Alat:
1. Balok penopang kaki tempat tidur
80
2. Bantal
3. Tempat tidur khusus bila ada
 Persiapan Pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan.
B. Pelaksanaan:
1. Tempat tidur dibagian kaki ditinggikan
dengan balok.
2. Pasien berbaring terlentang tanpa
bantal, dibawah lipatan lutut diberi bantal.
3. Diantara kepala pasien dan ujung
tempat tidur diberi bantal sebagai penahan.
4. Pada tempat tidur khusus (funtional
bed) bagian kakinya dapat langsung
ditinggikan sesuai kebutuhan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Shock dapat teratasi dan pasien merasa nyaman.

POSISI DORSAL PERAWATAN


RECUMBEN

1. DESKRIPSI KLIEN Pesien yang akan melahirkan dan pasien yang


memerlukan tindakan tertentu.

2. TUJUAN 1. Memudahkan tindakan pemeriksaan dan


perawatan daerah genetalia.
2. Mempermudah proses persalinan pada pasien
yang akan bersalin.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap, IGD, OK

4. REFERENSI Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim Departemen


Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membaringkan pasien dengan posisi terlentang dengan


lutut ditekuk dan telapak kaki menapak diatas tempat
tidur, sedangkan kedua belah kaki direnggangkan.

81
6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan:
 Persiapan Alat:
1. Tempat tidur atau meja operasi atau
meja pemeriksaan.
2. Selimut.
 Persiapan Pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan.
B. Pelaksanaan:
1. Pasien berbaring terlentang, pakaian
bagian bawah dibuka.
2. Lutut ditekuk, paha direnggangkan dan
telapak kaki menapak pada tempat tidur.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Dengan posisi ini semua tindakan berjalan lancar.

PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pesien yang kukunya sudah panjang dan tidak dapat
memotong sendiri.

2. TUJUAN  Menjaga kebersihan


 Mencegah timbulnya luka dan infeksi.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim


Departemen Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memotong kuku pasien yang panjang karena pasien


tidak dapat melaksanakannya sendiri.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan:


A. Persiapan Alat:
82
1. Pemotong kuku
2. Handuk
3. Bengkok
4. Baskom berisi air hangat
5. Sabun dalam tempatnya
6. Sikat kuku
7. Kapas
8. Aceton (bila perlu)
B. Persiapan Pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan.
C. Pelaksanaan:
1. Memotong kuku jari tangan:
a. Tangan direndam dalam air hangat
selama dua menit untuk melunakan kuku.
Bila kuku sangat kotor harus disikat
dengan sikat tangan dan sabun, lalu dibilas
dengan air hangat, dan dikeringkan dengan
handuk.
b. Tangan diletakkan diatas bengkok,
supaya potongan kuku tidak berserakan.
Cara memotong jari tangan disesuaikan
dengan lengkungan kuku.
2. Memotong kuku jari kaki:
a. Kaki direndam dalam air hangat selama
dua menit sampai tiga menit (lebih lama
dari pada merendam kuku jari tangan
karena kuku jari kaki lebih keras) untuk
melunakan kuku.
b. Bila kuku sangat kotor harus disikat
dengan sikat dan sabun, lalu dibilas dengan
air hangat, dan dikeringkan dengan handuk.
c. Kuku kaki dipotong 1urus lalu
dibersihkan dengan sikat.
d. Peralatan dibersihkan, dirapihkan dan
dikembalikan ke tempat semula.

Perhatian:
1. Memotong kuku jangan terlalu dalam, karena
dapat menimbulkan luka atau infeksi.
2. Pasien yang dapat memotong kukunya tetapi
tidak sempurna harus dibantu oleh perawat.
3. Bila perlu cat kuku dibersihkan dengan acetone.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tindakan bisa dilakukan dengan lancar dan pasien


merasa nyaman.

83
PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN  Pasien yang tidak dapat minum sendiri


 Pasien yang memerlukan cairan dalam jumlah
banyak (misalnya: pasien dengan dehidrasi)

2. TUJUAN Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan cairan


sesuai dengan program pengobatan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim


Departemen Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memberikan minum pada pasien tertentu yang tidak


dapat minum sendiri atau harus minum banyak sesuai
kebutuhan.

84
6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN  Dilakukan pada:
1. Pasien yang tidak dapat minum sendiri
2. Pasien yang memerlukan minum banyak
(misalnya: pasien dengan kekurangan cairan
atau dehidrasi)
 Persiapan:
A. Persiapan Alat:
1. Gelas berisi minuman
2. Sendok atau sedotan
3. Serbet makan
B. Persiapan Pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan dan bila perlu mungkin
dilakukan dalam posisi duduk.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN  Dehidrasi teratasi


 Minum pasien terpenuhi.

MENOLONG
MEMBERIKAN
PERAWATAN
URINAL

1. DESKRIPSI KLIEN Pada pasien yang mau kemih.

2. TUJUAN  Menampung air kemih / urine.


 Mengetahui kelainan pada kemih
 Mengurangi gerakan pasien.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap, IGD

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim


Departemen Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memasang urinal pada pasien pria yang tidak dapat


memasangnya sendiri.

85
6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan:
A. Persiapan Alat:
1. Urinal.
2. Alas urinal.
B. Persiapan Pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan.
C. Pelaksanaan:
1. Alas urinal dipasang dibawah bokong.
2. Pakaian bawah pasien dibuka. Dalam
hal pasien tidak tidak dapat melakukan sendiri,
petugas membantu membukakannya.
3. Dengan alas urinal, kain penutup atau
kain pasien, tangan kiri petugas memasukkan
penis ke dalam mulut urinal dan pasien
dianjurkan berkemih.
4. Setelah selesai, pasien dirapihkan
kembali dan peralatan dibereskan serta
dikembalikan ke tempat semula.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tindakan dapat dilakukan secara lancar, pasien tidak


merasa malu.

ANGKAT JAHITAN
HECTING UF PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Luka yang dijahit sudah kering dan tidak terdapat
tanda-tanda infeksi.

2. TUJUAN  Observasi luka


 Mencegah terjadinya infeksi local dari benang
 MEncegah tertinggalnya benang
 MEmberi jalan keluarnya pus / cairan dalam
jaringan luka yang sudah ada.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap, Ruang PErawatan Bedah.

4. REFERENSI  Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim


Departemen Kesehatan, 1987.
 Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan Dasar Depkes tahun 1987.

86
5. DEFINISI/PENGERTIAN  Mengangkat jahitan pada luka yang dijahit
setelah hari kelima / tjuh (luka bersih)
 Mengangkat jahitan untuk melancarkan jalan
keluarnya pus (luka basah dengan tanda-tanda
infeksi)

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan Alat:


1. Alat-alat steril dalam bak instrument
- Pincet anatomis 1 buah
- Pincet chirurgis 1 buah
- Gunting lurus 1 buah
- Kassa stenil sesuai kebutuhan.
- Kapas lidi
2. Alat tidak steril
- Gunting verban
- Plester
- Bengkok
- Mangkok berisi bethadine, savion, bensin
- Alat-alat tersedia dalam kereta dorong.
- Plastik
B. Persiapan Pasien:
1. Memberitahu kepada pasien, tindakan
yang akan dilakukan.
2. Menje1askan tujuan merawat luka
3. Merninta persetujuan pasien
4. Menyiapkan dan mengatur posisi
pasien.
C. Pelaksanaan:
1. Menempatkan alat-alat ke dekat pasien
2. Mencuci tangan
3. Membuka pembalut dengan memakai
kapas lidi yang dibasahi bensin, pembalut
dijepit dengan pincet dan dibuang pada
bengkok.
4. Membersihkan bekas plester dengan
bensin.

5. Membersihkan luka dengan larutan


NaCl dari atas ke bawah atau dari tengah
keluar.
6. Mengeringkan luka dengan kassa
kering yang steril dan diolesi dengan betadhine
memakai kapas lidi dari bawah keatas.
7. Simpul jahitan ditarik sedikit ke atas
secara hati-hati dengan rnemakai pincet
shirurgis, sehingga benang yang berada
didalarn kulit. kelihatan, benang digunting dan
ditarik hati-hati, kemudian dibuang ke kassa
yang disediakan.
8. Luka dioles kembali dengan kapas lidi
atau kassa yang dibasahi dengan bethadine.
9. Luka ditutup secukupnya dengan kassa
steril, lalu diplester
10. Setelah selesai, pasien dirapihkan.
11. Membersihkan alat-alat yang sudah
dipakai dan direndam dengan larutan
desinfektan.
12. Perawat cuci tangan.
13. Mencatat keadaan / perkembangan luka.

87
7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tidak ada infeksi, hari ke V angkat jahitan selang
seling, hari ke VII angkat jahitan semuanya.

PERAWATAN ISOLASI
PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Dilakukan pada pasien berpenyakit menular, pasien


yang disangka berpenyakit menular, pasien gelisah
atau mengganggu pasien lain, pasien yang
memerlukan perawatan khusus, pasien dalam keadaan
sakarotul maut.

2. TUJUAN  Mengindarkan penyebaran atau penularan


penyakit
 Memudahkan perawatan
 Memberikan ketenangan dan rasa aman bagi
pasien bersangkutan maupun pasien lain.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

88
4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim Dep Kes,
1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memisahkan pasien danperalatan yang diperlukannya


pada suatu tempat tersendiri atau khusus.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Pelaksanaan isolasi:


1. Tehnik isolasi pada pasien yang berpenyakit
menular bergantung pada macamnya isolasi yang
dilakukan terhadap pasien.
2. Apabila pasien dinyatakan atau disangka
berpenyakit menular, maka segera ditempatkan di
Ruang Isolasi yang telah disiapkah. Disamping
perawatan dan pengobatan terhadap pasien yang
bersangkutan, juga harus dicegah penularan
penyakitnya. Cara pencegahannya sbb:
a. Pasien harus ditempatkan dikamar
isolasi.
b. Pada waktu menolong pasien, petugas
harus mengenakan pakaian khusus, masker,
tutup kepala (mitella).
c. Masker dipakai, apabila penyakitnya
menular melalui saluran pernafasan.
3. Setelah menolong pasien, petugas harus segera
mencuci tangan, masker dilepas lalu direndam
dalam ember berisi larutan desinfektan. Pakaian
khusus ditanggalkan dan digantungkan
ditempatnya dengan cara yang sudah ditentukan.
Kemudian petugas harus mencuci tangannya lagi.
4. Sediakan larutan desinfektan (misalnya lysol
atau sejenisnya) untuk:
a. Merendam peralatan makan yang telah
digukanan oleh pasien, seperti piring, sendok,
gelas, mangkok dan lain-lainnya selama
sekurang-kurangnya 2 jam sebelum dicuci.
b. Merendam alat-alat tenun kotor
sekurang-kurangnya 24 jam sebelum dicuci.
c. Mendesinfeksikan urine feaces
muntahan dan lain-lainnya sebelum dibuang.

d. Merendam baskom, urinal, bengkok


(nierbekken) dan lain-lainnya 24 jam sebelum
dicuci dan disimpan dalam kamar isolasi.
5. Apabila pasien berpenyakit menular dinyatakan
sudah sembuh dan boleh pulang lakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Pasien harus mandi dulu dan
pakaiannya diganti. Setelah itu pasien tidak
boleh lagi masuk ke kamar isolasi.
b. Alat - alat tenun, alat - alat makan dan
sejenisnya yang telah dipakai oleh pasien harus
direndam didalam larutan desinfektan sebelum
dicuci.
c. Kasur dan bantal dijemur dibawah sinar
matahari.
d. Tempat tidur, meja, kursi dan semua
alat dalam kamar/ ruang harus dibersihkan
dengan air sabun dan larutan desinfektan,
kemudian dikeringkan.
e. Lantai dan dinding dibersihkan dengan

89
larutan desinfektan.
f. Setelah kering, semua peralatan
dikembalikan ke tempat semula, dan kamar
sebaiknya tidak diperukanan selama 24 jam.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tindakan bisa dilakukan dengan lancar dan pasien


tidak merasa malu, tidak tersinggung dan merasa
nyaman.

MENYIAPKAN PASIEN
YANG AKAN PULANG PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pada yang sudah dinyatakan sembuh dan pasien yang
boleh berobat jalan.

2. TUJUAN Menyiapkan pasien untuk kembali keluarganya,


dengan penjelasan hal-hal yang perlu diketahui oleh
pasien dan keluarganya sehubungan dengan
penyakitnya.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim

90
Departemen Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Menyiapkan pasien yang akan pulang karena sudah


sembuh atau tidak memerlukan perawatan lagi di
Rumah Sakit.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Pelaksanaan:


1. Pasien / keluarganya diberitahu, bahwa pasien
boleh pulang. Sebaiknya pemberitahuan
disampaikan paling lambat satu hari sebelumnya.
2. Menyiapkan obat-obat, surat-surat yang
diperlukan, misalnya resep, surat pengantar untuk
Puskesmas terdekat
3. Kepada pasien/ keluarga diberikan penjelasan
tentang hal-hal yang harus diperhatikan dan
dilakukan oleh pasien dirumah seperti misalnya:
a. Tindakan perawatan.
b. Obat - obatan yang harus diberikan.
c. Pengaturan makan / dietnya.
d. Kegiatan - kegiatan aktivitas yang tidak
atau boleh dilakukan.
e. Pentingnya pemeriksaan ulang secara
teratur terhadap penyakitnya
4. Memberi dorongan moril supaya pasien dan
keluarganya menerima kenyataan, misalnya pasien
sudah sembuh tetapi tubuhnya cacat, atau pasien
yang boleh pulang tetapi penyakitnya tidak dapat
disembuhkan.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien merasa puas terhadap pelayanan Rumah Sakit.

MEMBERIKAN OBAT
MELALUI MATA
(MEMBILAS/IRIGASI PERAWATAN
MATA)

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas dan pasien.

2. TUJUAN  Membersihkan mata yang kotor atau


mengeluarkan benda asing dan melaksanakan
tindakan pengobatan pada mata.
 Dilakukan pada:
1. Mata yang kotor
2. Mata kemasukan benda asing
3. Mata mengalami kecelakaan

91
3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap, Instalasi Farmasi

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim


Departemen Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membersihkan mata dengan cara mengalirkan cairan


kedalam mata.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN  Persiapan alat


1. Boorwater 3% atau obat lain yang steril
2. Spuit 20cc atau spuit khusus mata steril.
3. Kapas basah steril dalam tempatnya.
4. Kain kassa steril.
5. Perlak dan alasnya.
6. Bengkok (nierbekken).
7. Handuk.
 Persiapan pasien
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal — hal yang
akan dilakukan.
2. Pasien diatur dalam posisi cluduk dengan kepala
miring ke arah mata yang akan dicuci
 Pelaksanaan
1. Perlak dan alasnya dipasang didada
pasien sampai bahu.
2. Pasien dianjurkan agar memegang
bengkok.
3. Mata yang dicuci dilap dengan kapas
basah dari arah luar ke dalam.
4. Spuit diisi dengan cairan.
5. Kelopak mata dibuka dengan kapas
basah.
6. Cairan disemprotkan perlahan - lahan
dan arah dalam ke luar.
7. Setelah bersih, kelopak mata
dikeringkan dengan kapas lembab, muka
dikeringkan dengan handuk.
8. Obat mata diberikan bila perlu.
9. Setelah selesai pasien dirapihkan
kembali.
10. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan
dikembalikan ke tempat semula.

Perhatian
1. Pethatikan tehnik septik dan aseptik.
2. Cairan tidak boleh disemprotkan terlalu keras.
3. Obat yang diberikan harus sesuai dengan program
pengobatan.

92
MEMBERIKAN OBAT PERAWATAN
MELALUI MATA
PERNAPASAN

1. DESKRIPSI KLIEN 1. Pasien dengan sesak nafas


2. Pasien dengan rinitis dan sinusitis
3. Pasien dengan bronkiale
4. Pasien dengan seluruh nafas bagian atas yang
tersumbat lender

2. TUJUAN Memberikan obat kepada pasien melalui saluran


pernafasan sesuai kebutuhan.

93
3. RUANG LINGKUP Di Rruang Perawatan

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim


Departemen Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memberikan obat kepada pasien melalui hidung


(selaput lender hidung dan saluran pernafasan) dengan
cara meneteskan obat-obat tertentu kedalam rongga
hidung dan dengan cara inhalasi.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Macam-macam inhalasi:


1. Inhalasi obat atau uap
2. Inhalasi oksigen (O2)

6.1 Persiapan alat: a. Inhalasi dengan uap dan obat


Inhalasi dengan uap air panas
1. Baskom besar dengan air mendidih dan
alasnya
2. obat yang mengandung menthol,
misalnya menthol tetes vicks
3. Bengkok (nierbekken)
4. Handuk dua buah
5. Tisue (bila mungkin disediakan)
6. Gelas ukuran
7. Vaseline atau cream
8. Peniti atau jepitan pakaian.

Melakukan pendekatan pada pasien / keluarga


dengan memberikan penjelasan tentang tindakan-
tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
tingkatan dan kemampuan berkomunikasi.
6.2 Pelaksanaan:
1. Meja diletakkan didepan pasien.
2. Letakkan baskom berisi air panas dengan
alasnya diatas meja.
3. Dada dan leher pasien ditutup rapat dengan
handuk yang diberi peniti disebelah belakangya.
4. Sekitar mulut atau hidung diolesi cream atau
vaselin.
5. Obat yang telah ditentukan dimasukkan
secukupnya kedalam baskom yang berisi air
mendidih.

6. Kepala pasien merunduk diatas baskom


sehingga asap dapat dihisap.
7. Seluruh permukaan baskom ditutup dengan
handuk. sisi yang lain dipegang oleh pasien untuk
menutup rapat sekitar hidung dan mulut
8. Pasien disumh menghirup atau bemafas dengan
hidung berulang — ulang selama 10 sanipai 15
rnenit hingga merasa lega.
9. Setelah selesai pasien dirapihkan kembali.
10. Peralatan dibersihkan dibereskan dan
dikembalikan ke tempat semula.

b. Inhalasi zat asam (oksigen)


 Pengertian:
Memasukan zat asam kedalam paru-paru pasien
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan

94
alat khusus.
 Tujuan:
1. Memenuhi kekurangan zat asam
2. Membantu kelancaran metabolisme
3. Sebagai tindakan pengobatan
4. Mencegah hypoxia (misalnya pada penyelam,
penerbang, pendaki gunung, pekerja tambang)
 Dilakukan oleh pasien:
1. Dengan anoxia, hypoxia.
2. Dengan kelumpuhan alat pernafasan.
3. Selama dilakukan tindakan narkose umum.
4, Yang mendapat trauma paru-paru.
5. Yang tiba-tiba memperhatikan tanda-tanda
Shock, cyanosis, apnoe.
6. Dalam keadaan gawat.
 Persiapan:
1. Persiapan alat:
a. Tabung oksigen lengkap dengan
menorneternya.
b. Pengukur aliran (flow meter).
c. Botol pelembab yang sudah diisi dengan
air matang atau aquadest sampai pada batas
yang melembabkan udara.
d. Selang oksigen.
e. Kedok zat asam atau kanula hidung
ganda (binal kanula).
f. Alat resusitasi lengkap, bila mungkin
disediakan.
2. Persiapan pasien:
Melakukan pendekatan pada pasien/keluarga
dengan memberikan penjelasan tentang
tindakan-tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan tingkatan dan kemampuan
berkomunikasi.
3. Pelaksanaan:
a. Memberikan okaigen yang sederhana
dengan kedok zat asam atau kanula hidung
ganda. Bila menggunakan kedok zat asam,
kedok dipasang atau ditutupkan pada mulut
dan hidung, tali kedok dikaitkan dibelakang
kepala.
b. Isi tabung diperiksa dan dicoba.
c. Selang oksigen dihuhungkan dengan
kedok zat asarn atau kanula hidung ganda.
d. Flow meter dibuka dengan ukuran
sesuai dengan kebutuhan.

e. Pasien ditanya. apakah sesaknya


sekarang berkurang.
f. Pemberian oksigen dapat diberikan
secara terus menerus. selang seling atau
sesuai dengan program kebutuhan.
g. apabi1a pemberian oksigen tidak
diperlukan lagi cedok atau kanula hidung
ganda diangkat dan selang oksigen
diangkat.
h. Pasien dirapihkan kembali.
i. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan
dikembalikan ke tempat semula.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Therapy inhalasi terpenuhi

95
1. DESKRIPSI KLIEN 1. Pasien dengan vagina kotor
2. Persiapan tindakan dengan pembedahan
3. pasien dengan radang vagina
4. Post portum dengan Lochea yang berbau

2. TUJUAN Membersihkan dan mengobati vagina.

3. RUANG LINGKUP

4. REFERENSI Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep. Kes, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membersihkan vagina dengan cairan obat yang

96
dialirkan atau disemprotkan kedalamnya.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Kriteria Persiapan:


 Persiapan alat:
1. Irigator dengan selangnya.
2. Kanula vagina steril dalam tempatnya.
3. Sarung tangan.
4. Standar infus bila perlu.
5. Obat cairan yang diperlukan dalam tempatnya.
6. Bengkok.
7. Pispot.
8. Alas bokong.
9. Selimut.
10. Kapas sublimat.
11. Klem.
12. Sarnpiran.
 Persiapan pasien:
1. Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasien diatur dalam posisi Dorsal Recumbent.
B. Pelaksanaan:
1. Sampiran dipasang, bila perlu.
2. Obat atau cairan dihangatkan dan
dimasukkan ke dalam irigator dengan selang
diklem terlebih dahulu.
3. Irigator di gantungkan setinggi 30 cm
dari permukaan tempat tidur. Kanula dipasang
pada ujung selang dan cairan dialirkan lalu
selang diklem dan kanula diletakkan pada tempat
yang steril.
4. Pakaian pasien bagian bawah dibuka
lalu daerah tersebut ditutup dengan selimut.
5. Alas bokong dan pispot dipasang.
6. Vulva dibersihkan dengan kapas
sublimat selanjutnya vulva dibuka dan dengan
tangan kanan petugas rnemasukkan kanula ke
dalam vagina pasien.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Vagina hygienis dan tidak terjadi komplikasi penyakit

MENETESKAN OBAT
TETES HIDUNG PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas dan Pasien

2. TUJUAN Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai dengan


program pengobatan. Misalnya untuk mengurangi rasa
sakit, sumbatan dilubang hidung, dll.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

97
4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar Tim
Departemen Kesehatan, Jakarta, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memberikan obat tertentu dengan cara meneteskannya


kedalam hidung.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Persiapan:


a. Persiapan alat:
1. Obat tetes hidung sesuai dengan program
pengobatan.
2. Pipet obat.
3. Kertas tisue bila mungkin disediakan.
b. Persiapan pasien:
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal — hal yang
akan dilakukan.
2. Pasien diatur dalam posisi tidur dengan kepala
ekstensi,
c. Pelaksanaan:
1. Baca etiket obat untuk mencegah kekeliruan.
2. Teteskan obat sebanyak yang telah ditentukan
dalam program pengobatan.
3. Anjurkan pasien agar tetap dalam posisi tidur
dengan kepala ekstensi selama 2 menit.
4. Bersihkan daerah sekitar hidung dengan kertas
tissue.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Obat tetes hidung diberikan sessuai jadwal pemberian.

PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN 1. Parsiapan tindakan pembedahan


2. Pasien yang sulit b.a.b (sembelit)
3. pasien dengan penyakit / sakit didaerah anus
(Heamorrhoid)
4. Pasien dengan indikasi penyakit tertentu.

2. TUJUAN Membersihkan dan mengobati anus.

98
3. RUANG LINGKUP Di Ruang Perawatan Kebidanan, RSU “45” Kab.
Kuningan

4. REFERENSI Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep. Kes, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Membersihkan anus dengan cairan obat yang dialirkan


atau disemprotkan kedalamnya.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Kriteria Persiapan:


 Persiapan alat:
1. Irigator dengan selangnya.
2. Kanula vagina steril dalam tempatnya.
3. Sarung tangan.
4. Standar infus bila perlu.
5. Obat cairan yang diperlukan dalam
tempatnya.
6. Bengkok.
7. Pispot.
8. Alas bokong.
9. Selimut.
10. Kapas sublimat.
11. KIem.
12. Sarnpiran.
 Persiapan pasien:
1. Pasien diberitahu tindakan yang akan
dilakukan.
2. Pasien diatur dalani posisi Dorsal
Recumbent.
B. Pelaksanaan:
1. Sampiran dipasang, bila perlu.
2. Obat atau cairan dihangatkan dan
dimasukkan ke dalam irigator dengan selang
diklem terlebih dahulu.
3. Irigator di gantungkan setinggi 30 cm
dari permukaan tempat tidur. Kanula dipasang
pada ujung selang dan cairan dialirkan lalu
selang diklem dan kanula diletakkan pada
tempat yang steril.
4. Pakaian pasien bagian bawah dibuka
lalu daerah tersebut ditutup dengan selimut.
5. Alas bokong dan pispot dipasang.

6. Vulva dan anus dibersihkan dengan


kapas sublimate, ibu jari dan telunjuk kiri
petugas dibalut dengan kapas sublimate
selanjutnya anus dibuka dan dengan tangan
kanan petugas memasukan kanula kedalam
anus pasien.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Diharapkan komplikasi penyakit tidak ada.

99
MEMBERIKAN OBAT
MELALUI KULIT PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Pasien yang memerlukan pengobatan kulit.

2. TUJUAN Memberikan obat kepada pasien melalui kulit sesuai


kebutuhan.

3. RUANG LINGKUP Di Ruang Perawatan.

100
4. REFERENSI Buku Prosedur Perawatan Anak Tim departemen
Kesehatan.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memberikan obat kepada pasien melalui kulit sesuai


kebutuhan.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN Cara pemberian obat:


Memberikan obat melalui kulit dapat melalui cara:
1. Dioleskan, misalnya salf, cream, glycerin,
Gentien violet.
2. Dikompres, misalnya air hangat, dingin dengan
alcohol, rivanol.
3. Diberi penyinaran, misalnya ultra violet.
4. Dibakar, misalnya dengan nitras agenti pada
kulit atau jaringan tubuh.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Mengetahui perkembangan normal.

MEMBERIKAN OBAT
MELALUI MATA
PERAWATAN
(SALEP MATA)

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas dan Pasien.

2. TUJUAN Melaksanakan tindakan pengobatan mata sesuai


dengan program pengobatan.

101
3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap, Instalasi Farmasi.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis PErawatan Dasar, Dep. Kes,


1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Memberikan obat salf mata dengan cara


mengoleskannya pada mata.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN  Persiapan alat:


I. Salf mata sesuai kebutuhan.
2. Kapas bulat khusus untuk mata.
3. Bengkok.
 Persiapan pasien:
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal
yang akan dilakukan.
2. Pasien diatur dalam posisi duduk atau
terlentang.
 Pelaksanaan:
1. Baca etiket pada tube salf mata, untuk
mencegah kekeliruan.
2. Bersihkan mata pasien dengan kapas
bulat.
3. Kapas bulat yang sudah dipakai
dibuang ke dalam bengkok.
4. Tarik kelopak mata bagian bawah ke
bawah dan oleskan salf dan canthus dalam ke
canthus luar.
5. Anjurkan pasien untuk menutup dan
mengejapkan kelopak mata.
6. Bersihkan sisa obat yang ada dimata
dengan kapas bulat.
7. Bula perlu mata ditutup dengan kain
kassa steril dan diplester.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Obat salf mata diberikan sesuai jadwal pemberian.

MENYEDAP AIR
KEMIH
PERAWATAN
(CATHETERITIS)

1. DESKRIPSI KLIEN a. Pasien dengan operasi kandung kemih.


b. Pasien dengan operasi prostat.
c. Pasien dengan incontinen urethrae
d. Pasien dengan strictura urethra.
e. Pasien dengan ruptur urethra.

102
2. TUJUAN 1. Meningkatkan pekerjaan kandung kemih.
2. Mencegah penimbunan urine didalam kandung
kemih.
3. Mencegah penyempitan urethra.
4. Mencegah iritasi.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Kecakapan perawatandasar danlanjutan, Zr. M.


Antoni. A. Senirang, Palembang, 1979.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Catheler yang dipasang secara terus-menerus.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan:


1. Persiapan paasien:
 Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal
yang akan dilakukan.
 Posisi pasien dorsal recumbent
2. Persiapan alat:
a. Alat-alat untuk melakukan pemasangan
catheter lengkap ditambah dengan:
• Plester.
• Gunting.
• Urinal / urine bag.
• Aquabidest.
• Souit lO cc.
b. Catheter khusus, misalnya:
• Foley balon catheter.
• Catheter ekor babi (g1yquet)
• Catheter payung (maliquet)
• Catheter jemur (petzer).
B. Pelaksanaan:
1. Sama dengan memasang catheter biasa.
2. Balon diisi dengan aquabidest sebanyak
5-30 cc.
3. Catheter disambung pada urine bag dan
digantung dipinggir / tepi tempat tidur.
4. Catheter diletakkan di sekitar paha
memakai pleater.
5. Setelah selesai, pasien dirapihkan
kembali.
6. Peralatan dibersihkan dibereskan, dan
disimpan/ dikembalikan ke tempat semula.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Catheter terpasang lamanya antara 5-7 hari.

MENGUMBAH
LAMBUNG PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Petugas dan Pasien .

2. TUJUAN Membersihkan dan mengeluarkan racun dari lambung,


dilakukan pada:
103
1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu.
2. Persiapan tindakan operasi lambung.
3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Buku Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Departemen


Kesehatan, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mengumbah lambung dengan cara memasukkan air


atau cairan tertentu dan kemudian mengeluarkan
melalui selang penduga lambung. (maagselang).

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN  Persiapan alat:


Baki berisi:
1. Slang penduga lambung dalarn mangkok berisi
air hangat.
2. Corong.
3. Baskom berisi air hangat.
4. Bengkok (nierbekken),
5. Ember.
6. Perlak kecil dan alasnya.
7. Handuk.
8. Selang penyambung bila perlu.
 Persiapan pasien:
I. Pasien diberi penjelasan tentang hal - hal yang
akan dilakukan.
2. Posisi pasien diatur dalam semi fowler.
 Pelaksanaan:
1. Perlak dan alas dipasang diatas dada.
2. Bengkok diletakkan dibawah dagu.
3. Ember diletakkan didekat tempat tidur.
4. Selang diukur (lihat perasat pada
pemberian makanan dan cairan dalam pipa
lambung).
5. Selang penduga lambung diklem.
6. Pasien dianjurkan mengulurkan lidah
sepanjang mungkin (bila pasien sadar), supaya
ujung selang sampai pada pangkal lidah.
Setelah itu pasien disuruh menelan, lalu
menarik nafas panjang.
7. Selang penduga lambung dimasukkan
secara perlahan — lahan sampai batas 40-45
cm (lebih dalarn sedikit dan prosedur
peniberian makanan dan cairan melalui selang
penduga lambung).
8. Periksa apakah selang betul — betul
masuk lambung dengan cara memasukkannya
ke dalam air.

9. Setelah selang penduga lambung masuk,


pasien diatur dengan posisi miring tanpa
bantal, atau kepala lebih rendah.
10. Corong dipasang, air atau cairan tertentu
dituangkan sebanyak kira — kira 500 cc tetapi
sebelum habis dituangkan, air yang masuk tadi
dikeluarkan dan ditampung ke dalam ember.
11. Penumbahan lambung dilakukan
berulang kali sampai air yang keluar dari
lambung jemih.

104
12. Setelah pengumbahan lamhung selesai
pasien dirapihkan kembali.
13. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan
dikembalikan ke tempat semula.

Perhatian
Mernbilas lambung tidak boleh dilakukan pada:
1. Pasien dengan keracunan, obat yang bersifat
membakar, seperti creohn, lysol, air keras.
2. Pasien dengan Varises Oesophagus.
3. Pasien dengan tumor paru—paru.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Pasien yang memerlukan tindakan tersebut segera


teratasi.

MEMASANG DAUER
CATHELER PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN 1. Pasien dengan Retensio Urine.


2. Pasien dengan radang salurah kemih.
3. Pasien pasca bedah kandung kemih.

105
2. TUJUAN a. Mengosongkan kandung kemih.
b. Mengambil air kemih steril untuk pemeriksaan.
c. Melaksanakan tindakan pengobatan.

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Pedoman Tehnis Perawatan Dasar, Tim Dep. Kes,


Jakarta 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mengeluarkan air kemih (urine) dan kandung kemih


dengan menggunakan kateter steril dengan
menggunakan urethra.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN A. Persiapan:


1. Persiapan pasien:
Pasien diberi penjelasan hal yang akan
dilakukan jika keadaan memungkinkan posisi
pasien doral recumbent.
2. Persiapan alat:
a. Kateter steril, ukurannya sesuai
kebutuhan.
b. Kapas sublimat steril dlam tempatnya.
c. Kain kassa stenil, bila perlu.
d. Korentang steril dalam tempatnya.
e. Cairan pelicin (jelly)
f. Perlak dan alasnya.
g. Bengkok ( nierbekken ) sekurang-
kurangnya dua buah, sama untuk kapas
kotor, dan sam lagi untuk menampung
urine.
h. Pinset anatomi steril.
i. Sarung tangan (handscoen) steril
j. Botol steril, bila perlu.
k. Sampiran (scherm).
B. Pelaksanaan:
1. Pasang sampiran ( scherm ) dan pintu jendela
atau jendela ditutup.
2. Perlak dan alasnya dipasang dibawah bokong.
a. Pada pasien wanita:
1. Labia Mayora dibuka dengan ibu jari
dan telunjuk tangan kiri petugas.
2. Vulva dibersihkan dengan kapas
sublimat sekurang - kurangnya tiga kali. Kapas
kotor diletakkan dalam bengkok.
3. Dengan memakai sarung tangan
(handscoen) atau dengan pinset kateter diambil
dan diberi pelicin pada ujungnya (jika perlu
dibantu oleh petugas lain).

4. Petuga membuka labia mynora dengan


tangan kiri.
5. Kateter dirnasukkan ke dalarn uretha
perlahan lahan sampai urine keluar, dan pasien
dianjurkan agar menarik nafas panjang.
6. Urine yang keluar ditampung dalam
bengkok atau botol steril untuk bahan
pemeriksaan, jangan diambil urine yang

106
pertamakali keluar. tetapi urine yang
selanjutnya.
7. Bila penyadapan sudah selesai, dan
kateter dipasang tidak menetap, kateter dicabut
secara perlahan sambil ujungnya ditutup
dengan jari supaya tidak menetes, kalau kateter
dari karet, waktu pengeluarannya sambil
dipijit. Pasien dianjurkan untuk tarik nafas
panjang.
8. Setelah selesai, pasien dirapihkan
kembali. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan
disirnpan dikembalikan ke tempat semula.

b. Pada pasien pria:


1. Tangan kiri petugas memegang penis
pasien dengan kain pengalas atau kassa.
2. Preputium ditarik sedikit ke pangkalnya
dan dibersihkan dengan kapas sublimate
sekurang-kurangnya tiga kali.
3. Cara rnemasukkan kateter sama seperti
pada pasien wanita hanya penis ditarik supaya
lurus.
4. Setelah selesai, pasien dirapihkan
kembali. Peralatan dibersihkan. dibereskan dan
disimpan dikembalikan ke tempat semula.

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Perhatikan tehnik septik dan aseptik.
2. Pada wanita, kateter jangan salah
masuk ke vagina.
3. Bentuk dan ukuran kateter disesuaikan
dengan kebutuhan pasien.
4. Hasil penyadapan urine diukur.
5. Keadaan urine seperti warnanya.
6. Pada pasien pria, apabila dalarn
rnemasukkan kateter terasa ada hambatan,
hentikan dahulu beberapa saat kemudian
pemasangan dilanjutkan kembali.

7. INDIKATOR PENCAPAIAN a. Pasien merasa nyaman


b. Mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik.
c. Kebutuhan eliminasi: kemih terpenuhi.

PERAWATAN

1. DESKRIPSI KLIEN Tempat tidur di ruang perawatan.

107
2. TUJUAN  Menumbuhkan rasa nyaman pada diri pasien
 Mencegah terjadinya infeksi silang

3. RUANG LINGKUP Instalasi Rawat Inap.

4. REFERENSI Pedoman Tehnis Perawatan Dasar. Dep. Kes, 1987.

5. DEFINISI/PENGERTIAN Mempertahankan kebersihan tempattidur, termasuk


kasur, bantal dan alat-alat tenunnya dari segala kotoran
dengan cara membersihkannya.

6. LANGKAH/URAIAN KEGIATAN  Dilaksanakan:


a. Pada saat mengganti alat tenun
b. Setelah pasien pulang, pindah ruangan
ataupun meninggal.
 Kriteria Persiapan:
a. Persiapan alat:
1. Tempat alat tenun kotor.
2. Sikat kasur/ bantal.
3. Lap kerja sekurang — kurangnya 3 helai.
4. Vim dengan tempatnya.
5. Ember berisi larutan sabun hangat.
6. Ember benisi air bersih
b. Pelaksanaan:
1. Bantal diangkat dan dikeluarkan dari
sarungnya.
2. Alat tenun dilepaskan dan bawah kasur,
digulung satu persatu, kemudian
dimasukkan ke dalam tempatnya, demikian
pula sarung bantal.
3. Kasur dan bantal dibawa ke luar
ruangan untuk dibersihkan dengan sikat
lembab, kemudian dijemur kedua
permukaannya selama masing — masing 2
jam, jika tempat tidur masih digunakan
pasien, kasur basah diganti.
4. Alas tempat tidur dibersihkan dengan
sikat lembab, bila tempat tidur beralaskan
papan, maka papan dibersihkan dengan lap
lembab, kemudian dijemur.
5. Kerangka tempat tidur dibersihkan
dengan lap larutan sabun. Bila ada noda
gosokkan dengan Vim, kemudian
dibersihkan dengan lap basah dan
dikeningkan.
6. Alat tenun kotor dikirim ke tempat
pencucian.
7. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan
dikembalikan ke tempat semula,

7. INDIKATOR PENCAPAIAN Tempat tidur bersih dan siap pakai.-7 hari.

108

Anda mungkin juga menyukai