Anda di halaman 1dari 5

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL

SOP

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Keperawatan Medikal Bedah I

yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno, M.Kep

Oleh Kelompok 11

Pradnja Paramitha Chandra Devi 1301460016

Adharatna Dwi Mayasari 1301460038

Fatah Amrullah 1301460042

Ajeng Tri Wardah 1301460060

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
September 2014
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG SOP.KDM.026

STANDART OPERASIONAL No. Revisi :


PROSEDUR 00

Tanggal Terbit :
PEMBERIAN NUTRISI MELALUI
PARENTERAL Halaman :

Unit: Laboratorium Keperawatan Petugas / pelaksana:


Perawat, dosen, CI, MHs.
Pengertian Suatu kegiatan pemberian nutrisi berupa cairan infus yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah vena baik sentral (untuk nutrisi parenteral total) atau
vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial) pada pasien yang tidak dapat
memeneuhi keutuhan nutrisinya melalui oral atau enteral
Indikasi 1. Pasien dengan Gangguan absorbsi makanan
2. Pasien kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada
pankreastitis berat, status preoperative dengan malnutrisi berat, angina
intertinal, diare berulang
3. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan
4. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis
gravidarum (Wiryana, 2007).
5. Pasien Syok
6. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
7. Intoksikasi berat

Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

Persiapan tempat dan alat Alat-alat :


a. Alat steril
1. Bak instrument berisi handscoon dan kasa steril
2. Infus set steril
3. Jarum/wingnedle/abocath dengan nomer yang sesuai
4. Korentang dan tempatnya
5. Kom tutup berisi kapas alcohol
b. Alat tidak steril
1. Standart infuse
2. Perlak dan alasnya
3. Pembendung (tourniquet)
4. Plester
5. Gunting verban
6. Bengkok
7. Jam tangan
c. Obat-obatan
1. Alcohol 70%
2. Cairan sesuai anjuran dokter

4)

Persiapan Pasien 1. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
2. Mengatur posisi pasien yang nyaman (posisi supine)
Persiapan Lingkungan Memasang sketsel

Prosedur Pelaksanaan A. Fase Orientasi:


1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan kepada klien
4. Menjelaskan prosedur
5. Menanyakan kesiapan klien
B. Fase Kerja:
a. Mengisi selang infus:
1. Perawat mencuci tangan dan memakai handscoon
2. Desinfeksi karet penutup botol
3. Menusukkan infus set ke dalam botol infuse
4. Pengatur tetesan infus ditutup, jarak 24 cm dibawah tempat tetesan
5. Menggantungkan botol infuse di standart infus
6. Ruang tetesan diisi setengah (Jangan sampai terendam)
7. Selang infus diisi cairan infus dan dikeluarkan udaranya
b. Melakukan kateterisasi vena (prosedur kateterisasi vena di lengan
bawah)
1. Pasang perlak kecil dan alasnya dibawah bagian yang akan
dipungsi
2. Pasang torniket di sebelah proksimal vena yang akan dipungsi
3. Tentukan vena yang akan dikateter bila perlu dipalpasi
4. Lakukan tindakan antisepsis dengan kapas alcohol 70% pada
lokasi vena tempat masuk kateter dan sekitarnya
5. Regangkan kulit kearah distal. Tusukkan jarum dengan sudut 200
terhadap permukaan kulit. Lubang menghadap keatas. Masukkan
jarum sesuai dengan arah garis vena.
6. Tahan kanula dan tarik jarum sedikit. Bila tampak darah keluar
berarti kanula telah masuk ke vena. Tahan jarum dan dorong
kanula kateter
7. Lepaskan torniket, tempelkan kapas ditempat pungsi
8. Pasang selang infus berisi cairan infus yang telah dipersiapkan
sebelumnya
9. Fiksasi kateter dan selang infus dengan plester
10. Mengatur tetesan dalam satu menit sesuai intruksi
11. Tutup kulit dengan kassa steril
12. Merapikan pasien
13. Melepas handscoon dan mencuci tangan
14. Mencatat: tanggal dan jam pemberian cairan, macam cairan
C. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan:
 Tanyakan keadaaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan
 Obsevasi adanya komplikasi setelah pemasangan infus/ terapi
intravena (flebitis, infiltrasi, iritasi vena, hematoma,
tromboflebitis, thrombosis, spasme vena, dan kerusakan syaraf,
tendon dan ligament).
 Pencegahan komplikasi pemasangan terapi intravena
a) Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus
baru
b) Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi
tanda infeksi
c) Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi
lain
d) Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi
penusukan
e) Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
f) Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut
jarum infus perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya
embolus
g) Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas
plester dibersihkan memakai kapas alcohol
h) Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan
tehnik sterilisasi dalam pemasangan infuse
i) Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi,
vena yang telah rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang
tidak stabil
j) Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat
k) Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah
penghitungan millimeter perjam (ml/h) dan penghitungan tetes
permenit
2. Menyampaikan tindak lanjut  jika ada keluhan bisa menghubungi
perawat di ruangan
3. Berpamitan
Penampilan selama tindakan 1. Komunikasi terapeutik
2. Menjaga keamanan pasien
DAFTAR RUJUKAN

Ford MJ, Robertson JE, Munro JF. Manua of Medica Procedures (terjemahan). Jakarta:EGC, 1995
Hidayat, Alimul Aziz. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai