Di susun oleh :
Kelompok II
A. PENGERTIAN
Kata spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang artinya meniup atau
bernafas dan kemudian memiliki arti yang memberi kehidupan atau intisari menjadi
manusia. Spiritualitas mengacu kepada bagaimana menjadi manusia yang mencari
makna melali hubungan intra, inter dan transpersonal (Reed, 1991).
Spiritualitas adalah kayakinan dalam hubungan dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai
Sang Pencipta atau Sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian
hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium)
shalat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002).
B. KEBUTUHAN SPIRITUALITAS
Kebutuhan spiritualitas adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini
termasuk menemukan arti, tujuan, menderita dan kematian, kebutuhan akan
harapan dan keyakinan hidup, kebutuhan akan keyakinan diri sendiri dan Tuhan.
Ada lima dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu arti dan tujuan hidup, perasaan
misteri, pengabdian, rasa pecaya dan harapan diwaktu kesusahan (Hawari, 2002)
Kebutuhan spiritual sering muncul akibat penyakit atau kriris kesehatan lain.
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien dapat meningkatkan perilaku koping dan
memperluas sumber-sumber penting yang tersedia untuk klien. Aspek dan ilustrasi
kebutuhan spiritual terdiri dari :
1. Kebutuhan akan cinta
2. Kebutuhan akan harapan
3. Kebutuhan akan kepercayaan
4. Kebutuhan akan untuk memaafkan dan dimaafkan
5. Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
6. Kebutuhan akan martabat
7. Kebutuhan akan makna hidup secara utuh
8. Kebutuhan akan nilai
9. Kebutuhan akan kreatifitas
10. Kebutuhan untuk berhubuhgan dengan Tuhan
11. Kebutuhan untuk menjadi anggota komunitas
Ekspresi energi spiritual seseoran terhadap orang lain dimanifestasikan
dalam hubugan saling mencintai dengan dan melayani orang lain, kesenangan dan
tawa, partisipasi dalam layanaan keagamaan dan perlumpulan dan kegiatan
keagamaan, dan dengan ekspresi kasih sayang, empati, pengampunan dan
harapan. Perawat yang menjujung spiritualitas mereka sendiri mampu bekerja lebih
baik dengan klien yang memiliki kebutuhan spiritualitas, perawat juga perlu merasa
nyaman dengan spiritualitas seseorang.
D. DIMENSI SPIRITUALITAS
Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan
manusia karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan
tingkat pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan
keyakinan yang mereka percaya. Setiap fase pada tahap perkembangan individu
menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman spiritual yang berbeda (Hamid,
2000).
Dimensi spiritual berupaya mempertahankan keharmonisan atau keselarasan
dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika
sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi
spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia
(Kozier, 2005).
Spiritualitas merupakan sesuatu yang multi dimensi, yaitu dimensi
eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti
kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang
dengan Tuhan YME.
Dimensi spiritual mempengaruhi penyembuhan pada klien yang sakit.
Perawat yang bekerja digaris terdepan harus mampu memnuhi semua kebutuhan
manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai cara perawat untuk
memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual
sampai dengan memfasilitasi klien untuk mengekspresikan agama dan
keyakinannya. Dalam memenuhi kebutuhan spiritual tersebut perawat
memperhatikan tahap perkembangannya, sehingga asuhan yang diberikan dapat
terpenuhi sebagaimana mestinya.
Keterkaitan Spiritualitas, kesehatan, sakit bahwa keyakinan spiritual sangat
penting karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien.
Pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:
1. Menuntun kebiasaan hidup
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi pasien.
Sebagai contoh, ada agama yg menetapkan makanan diit yang boleh
dan tidak boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga berencana ada agama yg
melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk terapi medik atau
pengobatan.
2. Sumber dukungan
Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari
keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima
keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan
proses penyembuhan yang lama dengan hasil yg belum pasti.
Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik keagamaan
lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan
suatu perlindungan terhadap tubuh.
3. Sumber kekuatan dan penyembuhan
Individu cenderung dapat menahan stress baik fisik maupun psikis yang
luar biasa karena mempunyai keyakinan yg kuat. Keluarga klien akan mengikuti
semua proses penyembuhan yang memerlukan upaya ekstra, karena keyakinan
bahwa semua upaya tersebut akan berhasil.
4. Sumber konflik
Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama
dengan praktik kesehatan. Misalnya ada orang yang memandang penyakit
sebagai suatu bentuk hukuman dari Tuhan karena pernah berdosa.
Perawat sebagai role model
Ketika perawat menyusun perencanaan untuk menjadi contoh peran spiritual
bagi kliennya, perawat juga munyusun tujuan bagi dirinya sendiri. Menurut taylor,
Lilis & Le Mone (1997) dalam hal ini perawat akan :
Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhannya
untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai dan berhubungan, serta
pengampunan.
Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika
menghadapi nyeri, penderitaan dan kematian dalam melakukan praktik
profesional.
Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan spiritual diri sendiri.
Menunjukan perasaan damai, kekuatan batin, kehangatan,keceriaan, caring, dan
kreativitas dalam interaksinya dengan orang lain.
Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang lain walaupun berbeda dengan
keyakinan spiritual perawat.
Meningkatkan pengetahuan perawat tentang berbagai keyakinan spiritual klien
mempengaruhi gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit, pilihan
pelayanan kesehatan dan pilihan terapi atau treatmen.
Menunjukan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual klien.
Menyusun strategi asuhan keperawatan yang paling sesuai untuk membantu
klien yang sedang mengalami distres spiritual.
Hamid, Achir Yani. (1999). Buku Ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Jakarta :
Widya Medika