SKRIPSI
KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
Oleh
INTAN AMALIA
NIM 121211133057
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
SKRIPSI
KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
Oleh
INTAN AMALIA
NIM 121211133057
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ii
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program
Oleh
INTAN AMALIA
NIM 121211133057
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
iii
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
“Kesulitan M embaca K ata p ada A nak D isleksia U sia 7 -12 T ahun di S ekolah
kata p ada s ubjek d engan m enjelaskan l etak k esulitan k etika m embaca s erta
gelar sarjana p ada P rogam S tudi S astra Indonesia F akultas Ilmu B udaya
1. Ibu Diah A riani A rimbi, S .S., M .A., P h.D., s elaku D ekan F akultas Ilmu
vi
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8. Lidia, Yulies, Vitta, dan Hasyim yang s elalu me njadi sahabat terbaik selama
Peneliti
vii
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK
ix
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan .......................................................................................................... i
Sampul Dalam ......................................................................................................... ii
Prasyarat Gelar ....................................................................................................... iii
Persetujuan Pembimbing Skripsi ........................................................................... iv
Pengesahan Dewan Penguji Skripsi ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
PERNYATAAN................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR LAMBANG ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 5
1.6 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 5
1.7 Landasan Teori .............................................................................................. 8
1.7.1 Psikolinguistik ........................................................................................ 8
1.7.1.1 Perkembangan Bahasa pada Anak ...................................................... 9
1.7.1.2 Gangguan Belajar Disleksia.............................................................. 13
1.7.2 Teori Morfologi .................................................................................... 16
1.8 Metode Penelitian ........................................................................................ 25
1.8.1 Sumber Data ......................................................................................... 25
1.8.2 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 25
1.8.3 Metode Analisis Data ........................................................................... 25
1.8.4 Metode Penyajian Data ......................................................................... 26
1.9 Sistematika Penelitian ................................................................................. 26
x
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMBANG
[ ] : Tanda fonetis
xii
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
xiv
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 31. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 3 ..............84
Tabel 32. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Nomina Subjek 5 ..............85
Tabel 33. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 1..................88
Tabel 34. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 2..................89
Tabel 35. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 3..................91
Tabel 36. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Verba Subjek 5..................94
Tabel 37. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Ajektiva Subjek 5..............97
Tabel 38. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Adverbia Subjek 1 ............98
Tabel 39. Daftar Kesulitan Membaca Kata Bentukan Adverbia Subjek 5 ............98
xv
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
dari enkode semantik dalam otak pembicara dan berujung pada dekode semantik
berkomunikasi ( Chaer, 2002:30). Dari s egi lin guistik me mbaca a dalah s uatu
menghubungkan ka ta-kata tu lis ( written word) d engan m akna b ahasa l isan ( oral
yang be rmakna (Tarigan, 1984: 8). Dengan d emikian m embaca ad alah s uatu
pembaca.
Membaca adalah hal yang penting dalam proses belajar. Jika kemampuan
membaca t erganggu, m aka pr oses be lajar j uga a kan t erganggu. O leh ka rena i tu,
kemampuan m embaca ha rus di asah s ejak di ni. A kan t etapi t erdapat be berapa
1
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
dialami oleh orang tersebut dapat disebut sebagai disleksia. Disleksia adalah salah
berhasil ditemukan pertama kali pada akhir abad ke-19. Bagi seseorang yang tidak
setengah lingkarannya, pada [b] posisi setengah lingkarannya ada di kanan garis,
sedangkan [ d] di ki ri garis. S eperti pada kata apel akan d ibaca [ abəl], k ata buku
hanya suatu gangguan pada sistem visual dalam menangkap kata-kata atau setiap
gangguan yang p aling s ering t erjadi p ada m asalah b elajar. K urang l ebih 8 0%
berbeda. Disleksia membutuhkan cara belajar yang berbeda dengan orang normal.
kebanyakan dari orang tua menduga bahwa penderita disleksia adalah anak yang
bodoh dan malas. Penderita disleksia bisa saja memiliki IQ dan fisik yang normal,
ketika anak mulai melakukan proses belajar di s ekolah. Dengan tingginya angka
kejadian disleksia pada masa usia sekolah, maka pemahaman mengenai disleksia
ini sangatlah penting khususnya para orang tua dan guru. Jika pada usia 7 tahun,
anak b elum d apat m embaca d engan b enar, maka an ak t ersebut b isa s aja
(Hakim:2015).
pembelajaran bagi penderita disleksia. Sekolah ini memiliki dokter, psikolog, dan
namun mulai diminati. Dengan munculnya permasalahan ini menarik untuk lebih
mendalami dan meneliti Kesulitan Membaca Kata pada Anak Disleksia Usia 7-12
Psikolinguistik.
a. Mendeskripsikan kesulitan membaca kata dasar pada anak disleksia usia 7-12
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca atau pihak-
kajian d alam b idang lin guistik terutama p ada k ajian p sikolinguistik me ngenai
ataupun g uru-guru yang m enemui pe nderita disleksia akan l ebih t ahu car a
membaca kata dasar dan kata bentukan pada anak-anak disleksia usia 7-12 tahun
(2008) dalam bukunya dengan judul “Identifikasi dan Model Intervensi Kesulitan
kesulitan unt uk m emaknai s imbol, hur uf, da n a ngka m elalui pe rsepsi vi sual da n
membaca: secara terbata-bata, penghilangan kata atau suku kata, penggantian kata
atau s uku k ata, p enambahan ka ta a tau s uku ka ta, pe mbetulan s endiri, r agu-ragu,
membaca dalam cara yang tidak lazim, pertukaran huruf, penghilangan kata/huruf,
penyelipan k ata, p enambahan hur uf, m enunjuk setiap ka ta yang he ndak di baca,
Penelitian lainnya dilakukan oleh Elliott, dkk. (2000) dalam bukunya yang
fonologis, yaitu bun yi d ari ba hasa s eseorang. Berkaitan de ngan ha l i ni, t erdapat
kata; alphabetic unde rstanding, yaitu m enerjemahkan hur uf-huruf m enjadi s uara
dan memadukannya untuk membentuk kata-kata; dan automaticity with the code,
penderita di sleksia dilakukan oleh Larasati ( 2010) dalam s kripsi yang b erjudul
2. Penyelipan kata
3. Penggantian kata
6. Pengulangan
9. Pembetulan sendiri
disleksia cenderung tidak peduli dengan gangguan belajar membaca dan menulis
yang mereka alami, seakan tidak menyadari bahwa kesulitan itu ada.
Membaca p ada A nak Disleksia U sia 1 3-18 T ahun di S ekolah Inklusif G aluh
sama p ada m ereka adalah k emampuan m embacanya yang s angat r endah ditinjau
anak disleksia adalah pada saat subjek menjumpai kata yang mengandung deretan
1.7.1 Psikolinguistik
dan C harles E . O sgood yang b erjudul Psycholinguistic: A Sur vey of T heory and
Research Problems. Akan tetapi pengkajian bahasa dan berbahasa telah dilakukan
sejak z aman P anini, ah li t ata bahasa da ri India, da n S okrates a hli f ilsafat d ari
mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi
a. Psikolinguistik umum
persepsi orang dewasa tentang bahasa dan cara ia memproduksi bahasa. Studi ini
b. Psikolinguistik perkembangan
bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa ibu atau bahasa
c. Psikolinguistik terapan
dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa ataupun pada anak-anak. Dalam
perkembangan, yaitu:
gejala yang d iterima s ecara l angsung m elalui indra. P ada s aat an ak m encapai
mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada tahap ini anak mulai
Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini. Anak semakin
benda. K eputusan yang di ambil ha nya be rdasarkan i ntuisi, buka n a tas da sar
analisis rasional. Simpulan yang diambil merupakan simpulan dari sebagian kecil
yang di ketahuinya, d ari s uatu ke seluruhan yang be sar. A nak a kan be rpendapat
bahwa pesawat terbang berukuran kecil karena itulah yang mereka lihat di langit
Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Pada
yang s eperti o rang d ewasa. A nak t elah d apat m enerapkan c ara b erpikir t erhadap
permasalahan yang konkr et m aupun a bstrak. P ada t ahap i ni a nak s udah da pat
ini berdasarkan pada ciri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode yaitu, periode
prelingual ( usia 0 -1 t ahun), p eriode lingual dini ( usia 1-2,5 t ahun), p eriode
Pada umur 5 t ahun anak-anak sudah mulai sekolah. Pada usia ini anak di anggap
(1979) dalam Mar’at (2005:67) yang menyelidiki bahasa anak-anak sekolah yang
bahasa a nak, yaitu ke mampuan unt uk m engerti ha l-hal yang ab strak p ada t araf
yang lebih tinggi. Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat
Usia ini juga terlihat kemajuan yang besar dalam bidang semantik. Hal ini terlihat
dari p enambahan k osakata, p enggunaan k ata s ambung, k ata d epan yang l ebih
mulai m elihat kont eks p sikis t etapi be lum s empurna. U ntuk pe mahaman a turan
sintaksis khusus untuk pembuatan kalimat konteks akan dikuasai secara bertahap
sintaksis lebih lengkap dengan variasi-variasi struktur dan kata, baik kekomplekan
yang m empunyai bun yi-bunyi t ertentu, s erta d engan b erbagai bun yian s ecara
bermain:
2. Mampu mendengarkan dengan baik adanya proses sebuah kata berbunyi, serta
kita bisa mengubah-ubah huruf dalam sebuah kata yang akhirnya bisa menjadi
huruf-huruf i tu. B anyak hur uf yang m empunyai be ntuk yang m irip s atu
dan kalimat, dan dalam mempelajari segala sesuatu yang berkenan dengan waktu,
mengalami gangguan atau kesukaran dalam hal belajar membaca. Penderita tidak
disleksia, yaitu:
a. Surface Dyslexia
dengan surface dyslexia mengenali bentuk visual kata dan cara mengucapkannya,
b. Phonological Dyslexia
merupakan i ndividu d apat m embaca k ata yang f amiliar t api k esulitan m embaca
c. Spelling Dyslexia
maknanya.
d. Direct Dyslexia
mereka tidak dapat memahami satu kata pun yang mereka bacakan.
kata t api t idak da pat m engenali hur uf m aupun f onologi hur uf da lam ka ta.
orders). T emporal or ders ini di pergunakan d alam m embaca. O leh ka rena i tu,
tersebut.
2. Dominasi d ari hemisphere kiri ot ak kur ang a tau ba hkan t idak c ukup. H al i ni
mungkin ada hubun gannya dengan kenyataan ba hwa hemisphere kiri i ni pada
anak-anak yang mengalami disleksia matangnya lebih lambat. Oleh karena itu,
telinga s eorang p enderita disleksia pada s aat b ersamaan. D eretan an gka yang
didengar da ri t elinga ka nan a kan di ingat ol ehnya de ngan l ebih b aik da ripada
sebagai berikut.
berbahasa Inggris).
yaitu mo rfologi me mpelajari a rti yang timb ul s ebagai a kibat p eristiwa gramatik
kurang t etap yang t erkandung d alam k ata (lexical m eaning). S ebagai c ontoh
berarti ‘mempunyai rumah’. Arti leksikal dan pemakaian kata tersebut dibicarakan
dari rumah menjadi berumah, perubahan golongannya, dari kata nominal menjadi
verbal, serta perubahan arti yang timbul sebagai akibat melekatnya afiks ber- pada
menyebabkan ad anya p erubahan golongan atau k elas d an a rti k ata. A lwi, dkk
bukan. Seperti kalimat saya bukan siswa disini. Kata benda mencakup pronomina
dan num eralia. P ronomina a dalah ka ta yang d ipakai unt uk m engacu ke pada
nomina lain. Pronominal ini dibagi menjadi 3 yaitu: (1) pronominal persona yakni
engkau, anda, mereka. (2) pronominal penunjuk seperti kata ini, itu, sini, situ. (3)
pertanyaan seperti kata siapa, apa, m ana. Sedangkan numeralia adalah kata yang
barang) dan konsep seperti lima hari, setengah tahun, dan beberapa tugas.
Verba (kata kerja) adalah kata yang menyatakan tindakan. Verba memiliki
fungsi u tama s ebagai p redikat a tau in ti p redikat d alam k alimat me skipun d apat
juga me mpunyai f ungsi lain s eperti pencuri i tu l ari. Verba m engandung makna
Verba, khus usnya yang be rmakna ke adaan t idak da pat di beri pr efik t er- yang
berarti paling. Pada umunya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang
menyatakan kesangatan. Tidak ada bentuk seperti agak belajar, sangat pergi, atau
bekerja sekali.
Ajektiva ( kata s ifat) ad alah k ata yang m emberi k eterangan yang l ebih
cantik, ke cil, bund ar, d an s ebagainya. A jektiva j uga be rfungsi s ebagai p redikat
dan adverbial kalimat seperti kata kakeknya sakit dan adik berhasil dengan baik.
proposisi da lam kons truksi s intaksis. S edangkan m enurut R amlan ( 1991) d alam
yang m enerangkan ( 1) k ata k erja d alam s egala fungsinya, ( 2) kata b enda d alam
dan predikat kalimat. Contoh dari adverbial adalah paling, sangat, cukup, banyak,
e. Kata Tugas
Kata tugas hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal.
Hampir semua kata tugas tidak dapat m enjadi dasar untuk membentuk kata lain.
Kata t ugas m erupakan k elas k ata t ertutup. D alam p eranannya d alam f rase at au
kalimat, k ata tu gas d ibagi me njadi lima k elompok, yaitu ( 1) p reposisi a tau k ata
depan seperti di, ke, dari, kepada, dan sebagainya, (2) konjungtor yang berfungsi
menghubungkan dua s atuan a tau l ebih da lam kons truksi s eperti ka ta dan, s erta,
berhubungan d engan ka ta-kata l ain d alam u jaran s epeti k ata idih, s ialan, aduh,
ayo,dan lainnya, (4) artikula yang merupakan kategori yang mendampingi nomina
dasar s eperti k ata sang, s ri, s i, par a , dan s ebagainya, da n ( 5) pa rtikel pe negas
berfungsi me nampilkan unsur yang d iiriginya s eperti p artikel -kah, -lah, -tah,
dan pun.
berstatus kata atau bila telah berstatus kata berganti kategori, (3) berubah makna.
Misalnya, b entuk makan setelah m endapat afiks –an menjadi makanan. Pada
kemudian di telan, m enjadi s esuatu yang da pat dimakan. R obins ( 1992) da lam
Putrayasa (2008:7) m engatakan b ahwa af iks d apat d ibagi s ecara f ormal m enjadi
tiga kelas utama sesuai dengan posisi yang didudukinya dalam hubungan dengan
morfem dasar, yaitu prefiks, infiks, dan sufiks. Dalam segi penempatannya, afiks-
1. Prefiks (awalan)
2. Infiks (sisipan)
3. Sufiks (akhiran)
4. Simulfiks
Contohnya: kopi menjadi ngopi, sate menjadi nyate, kebut menjadi ngebut
5. Konfiks
Konfiks adalah afiks yang terdiri dari dua unsur yaitu di depan dan di
Imbuhan gabung a dalah kom binasi dua a fiks a tau l ebih yang
7. Suprafiks
8. Interfiks
Interfiks adalah afiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa
Contohnya: -n- dan -o- pada g abungan Indonesia dan logi menjadi
Indonesianologi.
9. Transfiks
jenis yaitu:
2. Afiks s erapan, yaitu af iks yang b ersumber d ari b ahasa as ing atau b ahasa
daerah.
sebagai suatu bentuk yang dapat diujarkan tersendiri dan bermakna, tetapi bentuk
2008:44). Sebagai satuan fonologis, kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan
suku i tu t erdiri da ri s atu a tau be berapa fonem. S uku ka ta yang be rakhir dengan
disebut s uku ka ta t ertutup. M isalnya ka ta belajar terdiri d ari tig a s uku ia lah be,
la, dan jar. suku be terdiri dari dua fonem, suku la terdiri dari dua fonem, dan jar
terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem, ialah /b, ə, l, a,
(Lapoliwa, 1988: 3). P roses f onologis a dalah pr oses t erucapnya s uatu ka ta yang
perubahan b unyi yang sistematis yang m empengaruhi pol a da n k elas bun yi.
bahasa secara garis besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu: proses mengalirnya
pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat
bicara, j adi t idak ad a ar tikulasi. H ambatan unt uk bun yi vok al ha nya p ada pi ta
suara saja. Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya dibentuk dengan menghambat
arus u dara p ada s ebagian al at b icara, j adi ada artikulasi. P roses h ambatan at au
artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, jika hal ini terjadi maka
yang t erbentuk a dalah b unyi kons onan be rsuara. J ika a rtikulasi i tu t idak disertai
bergetarnya pita suara, glotis dalam keadaan terbuka, maka bunyi yang dihasilkan
adalah kons onan t ak b ersuara. Bunyi s emi-vokal i alah bunyi yang s ecara p raktis
Struktur vokal bahasa Indonesia menurut bagian lidah yang bergerak dan bentuk
artikulasi), tempat hamabatan (tempat artikulasi) dapat dilihat dalam tabel berikut
ini.
Tabel 1.
atas i u tertutup
tinggi
bawah I U
semi tertutup
atas e o
madya ə
bawah ɛ ɔ semi terbuka
atas
rendah
bawah a terbuka
Tabel 2.
lamino-alveolar
apiko-alveolar
lamino-palatal
medio-palatal
bersuara
apiko-palatal
apiko-dental
labio-dental
cara
dorso-velar
hamzah
laringal
bilabial
glotal
artikulasi
hambatan T p t c k
?
letup B b d j g
nasal B m n ñ ŋ
sampingan
B l
(lateral)
geseran T f s
h
(frikatif) B v
getaran
r
(trill)
semi-vokal B w y
Keterangan:
T = Tak bersuara
B = Bersuara
penelitian ini adalah anak yang berusia 7-12 tahun dan telah didiagnosis disleksia
membaca pada penderita disleksia, data akan difokuskan pada kesulitan membaca
penelitian in i a dalah a lat tu lis u ntuk m encatat hasil p enelitian, buku p elajaran
yang di berikan unt uk a nak di sleksia, d an video r ecorder untuk m erekam ha sil
Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, data akan di bagi menjadi dua
bagian yaitu kata dasar dan kata bentukan. S etelah i tu data akan di kelompokkan
melihat pola kesulitan membaca yang terjadi pada subjek. Dengan demikian akan
Dalam penelitian ini akan menyajikan hasil analisis secara formal, dengan
bentuk d eskriptif k ualitatif. D ata yang d idapat a kan d itata s ecara s istematis
kurikulum, j enis t erapi, m etode t erapi, f asilitas s ekolah, a lur l ayanan, dan
c. Bab I II ad alah an alisis data yang menjelaskan data-data yang di temukan dan
BAB II
pertama yang ada di Indonesia. Sekolah ini didirikan oleh Ibu Sri Sedyaningrum
pada tahun 1995. S ekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya bertempat di jalan
merupakan l embaga bi mbingan belajar yang di kenal dengan nama s ekolah dasar
80-99. Namun Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya kini menangani siswa
yang membutuhkan penanganan dan program layanan khusus lainnya seperti anak
yang m emadai d an juga di lengkapai de ngan a danya ps ikolog, dokt er, dan s taf
27
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
khusus (ABK).
1. Duplikasi
(ATBK) a tau a nak yang be rkebutuhan khu sus ( ABK) yang m empunyai
baik. Raport yang diberikan berupa nilai angka. Jika anak tersebut mampu, maka
2. Modifikasi
kurang pa ham be tul t entang m ateri yang ada d alam buku K TSP. K urikulum i ni
tetap mengacu pada KTSP, namun dalam penyampaiannya pada siswa diperlukan
3. Subtitusi
pada anak-anak yang kesulitan dan tidak bisa menerima materi dengan baik.
4. Omisi
namun menggunakan buku acuan yang dibuat sendiri oleh tim khusus dari sekolah
terapi yaitu terapi terpadu, ADL (Activity Day Leaving),terapi bermain, dan terapi
biomedik.
1. Terapi Terpadu
a. Terapi Perilaku
menggantikannya dengan perilaku yang bisa diterima oleh masyarakat. Terapi ini
dalam masyarakat. Terapi ini akan mengubah perilaku dan persepsi negatif anak
ke a rah yang l ebih pos itif. T erapi i ni di mulai dari l atihan kont ak m ata unt uk
pemusatan p erhatian h ingga h al yang l ebih kom pleks s eperti m enyuruh unt uk
b. Terapi Okupasi
berjalan kaki di atas papan titian, otot jari dilatih agar anak dapat menuli, bermain
c. Terapi Wicara
dengan ba ik. T erapi w icara di lakukan unt uk a nak yang m engalami g angguan
berbahasa, baik itu kesulitan berbahasa dan bicara maupun keterlambatan bicara.
belajar mengajar.
aktivitas s ehari-hari, mi salnya d iadakannya toilet t raining, rawat di ri, dan l ain
sebagainya.
3. Terapi Bermain
4. Terapi Biomedik
pihak yayasan. Terapi biomedik ini mencakup pemberian obat, vitamin, mineral,
yang bersifat bermain sambil belajar. Metode yang digunakan terapis akan dibuat
sekreatif m ungkin agar anak t idak m erasa j enuh da n bos an s esuai de ngan j enis
terapi yang digunakan agar anak menjadi berkembang dari tujuan awal terapinya.
Dalam hal ini, Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya memiliki dua metode
sebagai berikut.
1. Metode Individu
Pada m etode i ni, t erapi m enggunakan s istem one-on-one . s esuai d ari n amanya,
bentuk dari s istem i ni adalah s atu anak akan di tangani s atu t erapis. M aksud dari
metode i ni ad alah m empelajai s egala t ingkah l aku an ak, b aik yang s ederhana
2. Metode kelompok
berkelompok dengan beberapa terapis, sehingga satu terapis akan menangani lebih
dari stu anak. Metode ini dapat di lakukan dalam ruangan (indoor), namun lebih
gangguan p ada an ak d apat b erbeda d alam s atu kegiatan, t etapi u ntuk u sia at au
jenjang pendidikan, aktivitas yang di lakukan, d an j enis t erapi yang di dapat anak
perkembangan pada setiap anak sekaligus untuk membandingkan anak yang satu
dengan yang l ainnya s ehingga pi hak t erapis a kan da pat m engetahui an ak-anak
yang cukup memadai disertai dengan wifi sehingga dapat membantu dalam proses
sebagai berikut.
1. Ruang Kelas
kelas di gunakan unt uk s iswa s ekolah dasar (SD) dan 10 ke las unt uk s iswa kelas
2. Ruang Multimedia
3. Ruang Bermain
4. Ruang Terapi
5. Lapangan
sekolah. Lapangan ini cukup luas dan dapat digunakan berbagai macam kegiatan
seperti apel, bermain bola basket, kegiatan ekstrakurikuler, senam dan sebagainya.
6. Musolah
dan be rsih yang dijual d i ka ntin s ekolah. Lokasi ka ntin i ni be rada di l antai dua
gedung sekolah. Selain itu juga terdapat toko kecil atau disebut Galuh mart yang
agar dalam penanganan proses pendidikan dilakukan secara intensif sesuai dengan
Sehingga setiap murid yang melakukan proses belajar pada sekolah dasar inklusif
tim a hli, or ang t ua, da n ke luarga. P roses a wal ini di sebut de ngan i nput. D ari
kegiatan i ni, di harapkan s egala i nformasi m engenai m urid yang a kan di tangani
khusus dilakukan unt uk m urid yang m embutuhkan pe nanganan khus us. s etelah
Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya adalah profil anak. Dari profil anak
ini akan dilakukan mengenai beberapa program penanganan yang harus dilakukan
Tabel 3.
jenis kelamin
no. kelas jumlah
laki-laki perempuan
1. kelas I 11 3 14
2. kelas II 10 2 12
3. kelas III 9 1 10
4. kelas IV 9 5 14
5. kelas V 14 2 16
6. kelas VI 8 7 15
total 61 20 81
pendidikan kelas transisi. Perbedaan antara kelas regular dan kelas transisi adalah
Murid-murid yang t ergolong da lam ke las t ransisi a dalah m urid yang kur ang
tersebut. Dalam penelitian ini, informan yang digunakan berasal dari murid kelas
transisi.
Surabaya akan melakukan apel dan khusus hari jumat apel akan ditambah dengan
senam be rsama. Untuk melakukan apel da n s enam i ni t idak m udah k arena p ara
sehingga di perlukan g uru l ain unt uk m embantu m enuntun gerakan senam yang
Handayani Surabaya.
memberikan t iga ka li i stirahat, yaitu pukul 10.0 0 W IB, 12.00 W IB, d an 14.00
WIB. Pada jam istirahat pertama, sebagian besar murid akan berada diluar ruang
kelas. b anyak k egiatan yang d apat d ilakukan p ada s aat j am i stirahat i ni s eperti
makan dan minum, bermain dengan teman lainnya, bermain dilapangan, berbicara
dengan pe ndamping m urid s eperti or ang t ua a tau ke luarga l ainnya. P ada s aat
yang melibatkan ahli gizi Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya. Selain itu
mengganti baju seragam menjadi baju tidur, mencuci kaki dan tangan, mematikan
Handayani Surabaya ini tergolong tertib dalam proses pembelajaran dan interaksi
akan merasa nyaman di sekolah ini. Jam belajar pada Tingkat SD, setiap kelasnya
Tabel 4.
berdasarkan keterangan wali kelasnya, Subjek 1 ini memiliki sifat pemalu ketika
bertemu d engan o rang asing s ehingga k etika m embaca, s uara yang d ihasilkan
baik dan lancar walaupun masih mengalami beberapa gangguan dalam membaca.
Sama halnya dengan Subjek 1, Subjek 2 adalah anak yang berusia 8 tahun
dan duduk di kelas satu sekolah dasar. Subjek 2 i ni sangat aktif serta susah untuk
diam da n duduk di t empat dudukn ya. A kan t etapi i a da pat m engerti a pa yang
memerlukan t iga kali pe rtemuan unt uk m endapatkan data yang di dapat. Berbeda
dengan Subjek 1, Subjek 2 dapat membaca dan mengeja huruf dengan suara yang
mengulangi kata tersebut tetapi terkadang masih salah dan akhirnya dibantu guru
untuk mengejanya.
tergolong pintar dan dapat berinteraksi dengan baik dikelas dibandingkan teman-
dan S ubjek 3 s elama i tu m embaca 7 t eks b acaan da lam bukun ya yang c ukup
panjang. Kemampuan membaca Subjek 3 ini juga baik walaupun terkadang masih
Subjek 4 adalah anak laki-laki yang duduk di kelas dua sekolah dasar dan
teman-temannya. Untuk mendapat data bahasa Subjek 4, dalam penelitian ini juga
pelajaran yang b erisikan k ata d asar s aja. O leh k arena i tu t idak d itemukan d ata
Subjek 5 adalah anak laki-laki berusia 11 tahun dan duduk di kelas empat
menyampaikan hal yang ingin dia sampaikan dengan baik. Untuk mendapat data
belajar berlangsung dan selama itu Subjek 5 telah membaca 9 teks bacaan dalam
buku pelajarannya. Teks yang dibaca oleh Subjek 5 ini menggunakan bahasa yang
lebih kompleks dan terdapat beberapa istilah yang cukup sulit. Akan tetapi Subjek
asal.
BAB III
Dalam bab ini peneliti membahas data yang telah dikumpulkan di Sekolah
disleksia. Data yang telah terkumpulkan terdiri dari kesulitan membaca pada 243
kata dasar dan 86 kata bentukan. Data tersebut akan diklasifikasikan berdasarkan
sesuai dengan kompetensi fonologis serta letak kesulitan membaca sehingga dapat
dikarenakan s etiap an ak m emiliki j umlah b acaan yang b erbeda j uga. Data y ang
sebanyak 243 kata. Kata dasar yang ditemukan s elama penelitian di dalam kelas
ketika p elajaran b erlangsung j uga b erasal d ari k elas k ata yang b eragam. Berikut
akan dideskripsikan kesulitan membaca kata dasar berdasarkan kelas kata nomina,
43
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
Dari lima s ubjek yang ada, n omina me miliki ju mlah te rbanyak s ebagai
kelas kata pada kata dasar yang sulit dibaca oleh para subjek. Jumlah nomina yang
didapat dari kesulitan subjek membaca kata dasar sebanyak 167 kata. Kata dasar
nomina yang d itemukan s elama p enelitan, s elain n ama b enda, j uga d itemukan
seperti k ata ini dan sini, pronominal pe nanya s eperti ka ta siapa dan mana. Kata
numeralia j uga di temukan dalam p enelitan in i seperti k ata satu, e mpat, dan
beberapa.
Subjek 1 s ampai d engan S ubjek 5 d alam m embaca k ata d asar s elama p elajaran
berlangsung.
Tabel 5.
tersebut dengan suara yang pelan. Ketika m embaca kata dasar nomina, Subjek 1
kata da sar nom ina. H al ini da pat di lihat ke tika Subjek 1 m embaca ka ta tukang
yang dibaca menjadi [tuka]. Subjek 1 menghilangan fonem [ŋ] di suku kata kedua
sama j uga t erjadi p ada k ata sayap, S ubjek 1 m enghilangkan fonem [ p] s ehingga
menjadi [ saya]. Sedangkan pada kata bengkel dibaca menjadi [ bɛŋka]. Subjek 1
bengkel lagi, d an i a m embaca t idak t erlalu j auh d ari k aidah d engan k ehilangan
fonem [l] di suku kata keduanya sehingga dibaca menjadi [bɛŋkɛ]. Pada kata hati
konsonan di suku kedua yaitu fonem [t] sehingga dibaca menjadi [hai]. Subjek 1
berdampingan s eperti k ata uang yang di baca [uŋ]. Dalam hal ini Subjek 1
mengabaikan f onem vokal [a]. Kata uang yang memiliki dua s uku ka ta di baca
hanya satu suku kata dengan mengabaikan fonem [a] di suku keduanya.
satu kata seperti pada kata beberapa yang ketika dibaca kehilangan satu suku kata
yaitu s uku kedua yang t erdiri dari fonem [ b] dan [ ə] s ehingga m enjadi [ bərapa].
Kata beberapa ini memiliki empat suku kata, akan tetapi Subjek 1 mengabaikan
suku ke duanya s ehingga d ibaca m enjadi t iga s uku k ata s aja. P ada k ata Sulawesi
dibaca tidak sesuai dengan kaidah sebanyak dua kali sebelum dibaca secara benar
subjek 1 m embaca s esuai d engan k aidah p ada s uku p ertamanya s aja k emudian
dibaca semaunya. Suku kata Sulawesi yang berjumlah empat juga dibaca menjadi
tiga suku kata saja. Kedua, kata Sulawesi di baca menjadi [sulas]. Berbeda dengan
sebelumnya, Subjek 1 membaca sesuai kaidah pada suku pertama dan kedua, lalu
membaca k ata t ersebut menjadi 2 s uku k ata s aja yang s eharusnya d engan s uku
fonem yang s ama d i s uku k edua k ata t erjadi p ada k ata Ani dibaca me njadi [ ini]
dan k ata Ina dibaca m enjadi [ ini]. Sebaliknya, Subjek 1 m engganti f onem [ i]
menjadi [awan]. Keempat kata tersebut tidak mengalami perubahan pola suku kata
karena S ubjek 1 ha nya mengganti f onem voka l de ngan f onem voka l yang l ain.
Hal yang s erupa juga terjadi ketika Subjek 1 membaca k ata bibi menjadi [bubi].
selama m embaca s eperti k etika m embaca f onem [ n] m enjadi [m] d i s uku k ata
pertama pada kata nektar sehingga menjadi [mɛktar]. Hal yang sama terjadi pada
kata bangkai menjadi [daŋkay] dengan menggantikan fonem [b] dengan fonem [d]
Membaca dengan mengganti lebih dari satu fonem terjadi ketika Subjek 1
suku pertamanya yaitu fonem [m] dan [ə] menjadi fonem [k] dan [a]. Sedangkan
ketika Subjek 1 m embaca kata renda, ia mengalami kesulitan dan akhirnya suku
pertama dibaca semaunya dan suku kedua dibaca sesuai dengan kaidah sehingga
kata tersebut yang terdiri dari fonem [t] dan [e] sehingga Subjek 1 membacanya
dengan [sətəkɔlah]. H al ini me mbuat k ata sekolah yang s eharusnya t erdiri d ari
tiga suku kata menjadi kata dengan empat suku kata. Pertambahan fonem ini juga
terjadi k etika S ubjek 1 membaca k ata dia yang m enjadi [ dita]. S ubjek 1 t elah
dikelas adalah tertukarnya letak fonem seperti ketika Subjek 1 membaca kata ibu.
Tabel 6.
membaca d engan m engganti f onem d engan fonem yang l ain baik ko nsonan
menjadi [ i] d i s uku k ata k edua t erjadi k etika membaca k ata kuning sehingga
dibaca menjadi [kiniŋ]. Begitu juga pada kata petani yang mengalami perubahan
fonem [a] berubah menjadi fonem [i] di suku kedua sehingga kata tersebut dibaca
menjadi [pətini].
mengganti fonem konsonan [k] menjadi fonem [b] di suku kata keduanya. Subjek
2 mengganti fonem yang sama di suku pertama pada kata kupu menjadi [bupU].
Begitu ju ga d engan k ata kursi yang di baca m enjadi [ bursi]. S elain i tu S ubjek 2
juga m engganti fonem [ b] dengan fonem [ p] di s uku pertamanya p ada k ata biru
[r] dengan m enggantinya ke fonem [ l] baik di suku kata pertama m aupun kedua
seperti ketika membaca kata ria sehingga dibaca menjadi [lia] dengan perubahan
pada s uku pertama. Lalu pa da kata surga yang d ibaca m enjadi [ sulga] dan k ata
surya dibaca menjadi [sulya] juga mengalami hal serupa dengan mengganti fonem
membaca k etika b ertemu d engan f onem [ n]. S ubjek 2 m embaca k ata nama,
dengan mengubah fonem [n] menjadi fonem [m] di suku pertama sehingga dibaca
menjadi [mama]. Kata tanah dibaca menjadi [tamah] dengan mengubah fonem [n]
menjadi f onem [ m] di suku ke dua. P ada k ata menara [ mənara] yang d ibaca
mengalami p erubahan f onem yang s ama, t etapi l etak s uku k ata yang b erbeda.
maupun tiga seperti kata tepi, ulat, dan melati. Kata tepi menjadi [pəpi] dengan
Perubahan Selanjutnya pada kata melati yang dibaca menjadi [məlaki] mengalami
perubahan f onem yang s ama di s uku kata ketiga. S emua kata yang di jelaskan di
Mengganti lebih dari satu fonem ketika membaca juga terjadi pada Subjek
2 ketika membaca kata boneka [bɔnɛka] yang dibaca menjadi [bamɛka] perubahan
fonem yaitu fonem [ ɔ] m enjadi [ a] di s uku kata pertama dan fonem [ n] m enjadi
[m] di suku kata kedua. Kemudian kata boneka dibaca kembali menjadi [bamaka].
Pada kasus ini, Subjek 2 membaca dengan mengalami perubahan tiga fonem yaitu
fonem [ɔ], [n], dan [ɛ] menjadi fonem [a], [m], dan [a] yang terletak di suku kata
pertama dan kedua. Perubahan fonem ini mengalami posisi yang bersampingan.
kedua. Hanya suku kata pertamanya yang dibaca secara benar setelah itu Subjek 2
membaca d engan s emaunya. P ada k ata satu dibaca m enjadi [ sama] m engalami
perubahan suku kata kedua yang terdiri dari fonem [t] menjadi [m] dan fonem [u]
menjadi [ a]. S edangkan p ada k ata ombak dibaca m enjadi [ ɔmpɔl] me ngalami
perubahan p ada s uku k eduanya j uga yang t erdiri da ri f onem [ b] m enjadi [ p],
Subjek 2 m embaca k ata d asar s elama p roses b elajar d i k elas s eperti k ata alam
kedua yang berakibat berubahnya pola suku kata. Subjek 2 m enjadikan suku kata
tertutup menjadi suku kata terbuka. Hal yang serupa juga terjadi pada kata musuh
[h] di s uku ka ta ke dua dan m engganti fonem v okal [ U] di suku ke dua menjadi
fonem [u] ketika membaca. Pada kata udara kehilangan fonem [d] di suku kedua
merupakan suku kata kedua. Subjek 2 j uga menghilangkan fonem di suku ketiga
menghilangkan fonem [ŋ]. Hal ini juga membuat suku kata tertutup menjadi suku
kata terbuka.
Pada k ata lemari, celana, dan melati, S ubjek 2 m enghilangkan s uku kata
pertamanya s ehingga k ata lemari dibaca m enjadi [ mari] yang k ehilangan f onem
[l] dan [ə], kata celana yang kehilangan fonem [c] dan [ə] sehingga menjadi [lana]
[lati]. Jumlah suku kata yang seharusnya tiga berubah menjadi dua suku kata saja.
Pada kata atas Subjek 2 mengalami perubahan suku kata yang tidak sesuai
[j]. Suku ka ta cuaca berjumlah tig a suku k ata berubah m enjadi dua s uku ka ta.
Pada k ata boneka, S ubjek 2 m embaca s ecara b enar p ada s uku k ata p ertama d an
menggantikan dengan fonem [t] sehingga menjadi [bɔnɛt]. Hal ini jelas mengubah
jumlah suku kata yang seharusnya berjumlah tiga menjadi dua suku kata saja dan
merubah suku kata t erbuka menjadi suku kata tertutup. Subjek 2 j uga membaca
dengan menghilangkan lebih dari satu fonem ketika membaca fonem [w] dan [a]
subjek 2 ke tika kata bapa menjadi [bapa?]. Pertambahan fonem [?] ini terjadi di
tertutup. Selanjutnya, pada kata ombak mengalami pertambahan fonem [a] di suku
menunjukkan jumlah suku kata menjadi bertambah dan suku kata tertutup menjadi
menjadi [tanaman]. Kata tanah yang memiliki dua suku kata berubah menjadi tiga
suku kata.
Beberapa kata yang dibaca Subjek 2 terkadang diulangi suku kata pertama
atau k edua s eperti k ata pantai yang di baca m enjadi [ panpan]. Subjek 2
kata surga dibaca m enjadi [ gaga]. P ada ka ta i ni, S ubjek 2 m enghapuskan s uku
kata p ertama l alu m engulangi s uku k ata t erakhirnya yang t erdiri d ari f onem [ g]
dan [a]. Hal ini juga mengubah pola yang seharusnya suku kata tertutup menjadi
[kuntiti] dengan menghilangkan suku kata ketiga dan mengulangi suku kata kedua
Tabel 7.
dasar nom ina s ebanyak 25 ka ta. Subjek 3 k esulitan m embaca kata seperti
membaca k ata d asar, b aik d ari m enghilangkan s atu f onem h ingga b eberapa
fonem. Letak kehilangan fonem ini juga beraneka ragam. Dari tabel diatas dapat
kata orang dibaca m enjadi [ ɔra]. Akan tetapi kehilangan fonem [ŋ] ini memiliki
letak yang berbeda. Pada kata binatang, Subjek 3 mengabaikan fonem [ŋ] di suku
kata k etiganya. S edangkan k ata orang kehilangan fonem [ŋ] di suku kata
suku ka ta p ertama s eperti k etika m embaca k ata warna menjadi [wana] d an k ata
Burhan menjadi [buhan]. Kedua kata ini dibaca dengan mengabaikan fonem [r] di
suku k ata p ertamanya sehingga suku k ata t ertutup dibaca menjadi s uku ka ta
terbuka. B egitu j uga k ata putih yang di baca de ngan m enghilangkan f onem
konsonan di suku pertama yaitu fonem [p] sehingga dibaca menjadi [utih].
kata p ertama s eperti k ata lambang yang d ibaca menjadi [labaŋ], kata kampung
yang dibaca menjadi [kapuŋ], kata sampah yang dibaca menjadi [sapah] dan kata
mengabaikan fonem [u] yang berada di suku kata kedua lalu ia m embaca fonem
Jumlah s uku ka ta yang seharusnya be rjumlah t iga m enjadi du a s uku k ata s aja.
Selain k ata semua, Subjek 3 j uga m engabaikan f onem voka l k etika m embaca
sebuah n ama d esa d i b uku b acaan p elajarannya yaitu k ata Sukaramai. S ubjek
terlihat sedikit bingung dan mengabaikan suku kata yang terakhir yang terdiri dari
fonem [a] dan [i]. Kedua fonem ini adalah diftong dalam bahasa Indoneisa. Akan
suku k ata yang s eharusnya b erjumlah e mpat menjadi t iga s uku ka ta. Hal in i
tertutup.
atau menambahkan fonem [a] setelah fonem [ŋ] yang berada di suku kata pertama
sehingga kata tangkai dibaca menjadi [taŋakay]. Hal ini menyebabkan perubahan
jumlah da n pol a s uku k ata yang s eharusnya b erjumlah dua s uku ka ta b erubah
Membaca dengan mengganti fonem dengan fonem yang lain terjadi ketika
Subjek 3 membaca kata Irfan dengan mengganti fonem [r] di suku kata pertama
mengganti fonem lain juga t erjadi pada kata ayah. Namun, pergantian fonem ini
kata t ersebut d ibaca m enjadi [ ayam]. S ubjek 3 j uga m engganti f onem yang
terletak d i s uku k ata k etiga s eperti k etika m embaca k ata belakang yang d ibaca
[bəlacaŋ] dengan mengganti fonem [k] menjadi fonem [c]. Begitu juga ketika
membaca s ecara b enar h anya p ada s uku p etama s aja, selanjutnya dibaca
kemudian menghapus fonem [?] di fonem kedua suku kata kedua sehingga dibaca
menjadi [kaki]. Sedangkan ketika Subjek 3 membaca kata tanah ia juga membaca
suku kedua d engan m engganti dua fonem sekaligus menjadi [ taman]. Pada kata
menunjukkan bahwa adanya perubahan yang seharusnya adalah suku kata tertutup
Tabel 8.
dasar n omina. S ubjek 4 membaca d engan s uara yang p elan d an k adang t erbata-
bata. Kesulitan membaca yang dialami Subjek 4 berupa mengganti fonem dengan
fonem yang lain baik fonem vokal maupun fonem konsonan, dan menghilangkan
fonem k etika m embaca. N amun, ada j uga k ata y ang k etika d ibaca s angat t idak
membaca dengan mengganti fonem yang dibaca seperti ketika Subjek 4 membaca
kata pipa yang kemudian dibaca menjadi [pipe] yang berarti Subjek 4 m engganti
fonem [ a] de ngan de ngan f onem [ e] yang b erada di s uku ke dua. S elain b erubah
menjadi fonem [e], fonem [a] juga diganti dengan fonem [i] yang berada di suku
kata kedua ketika Subjek 4 membaca seperti pada kata desa yang dibaca menjadi
membaca k ata sini sehingga di baca m enjadi [ sani]. Perubahan f onem v okal i ni
fonem [u] di suku kata pertamanya sehingga kata tersebut dibaca menjadi [tuko].
Kemudian Subjek 4 m embaca ulang kata toko tersebut dengan mengganti fonem
[o] d i s uku ka ta ke dua m enjadi f onem [ a] s ehingga di baca m enjadi [ toka]. S aat
Subjek 4 bertemu kata toko lagi, ia membacanya menjadi [toto] dengan mengganti
bahwa pada s atu ka ta yang s ama, S ubjek 4 m asih ke sulitan m embaca w alaupun
telah membaca kata tersebut berulang kali dengan kesulitan yang berbeda baik di
suku kata pertama atau kedua. Hal ini juga terjadi pada Subjek 4 ketika membaca
kata baju sebanyak d ua k ali. P ertama i a m embaca k ata baju menjadi [ batu]
menjadi fonem [t] di suku kata kedua saat membaca kata baju menjadi [batu] dan
membaca kata baju menjadi [baru] dengan mengganti fonem [j] menjadi fonem [r]
Pada k ata dasar b ersuku t iga, S ubjek 4 j uga m engalami pe rgantian hu ruf
komodo, Subjek 4 juga mengganti fonem [o] di suku kata kedua dengan fonem [e]
menghilangkan fonem ketika membaca kata dasar nomina seperti kata dahi. Kata
dahi mengalami penghilangan fonem [h] di suku kedua sehingga dibaca menjadi
[dai]. L alu k ata pena juga m engalami pe nghilangan fonem di s uku ke dua, yaitu
fonem [ n] s ehingga di baca m enjadi [ pɛa]. B egitu j uga k ata kaki mengalami
disebutkan, Subjek 4 telah menghilangkan fonem konsonan suku kedua. Pada kata
yang bersuku tiga juga mengalami penghilangan fonem ketika dibaca oleh Subjek
[cəana].
dasar t idak s esuai k aidah d engan s emaunya. S eperti yang t erjadi p ada k ata saya
yang d ibaca d engan t erbata-bata. S ubjek 4 m embaca k ata t ersebut d engan asal
Tabel 9.
Kesulitan membaca pada Subjek 5 pada kata d asar nomina juga b eragam
fonem, m enambah fonem, m enukar l etak fonem dengan f onem yang l ain d alam
fonem [?]. Walaupun demikian, beberapa kata yang disebutkan tidak m engalami
perubahan pol a s uku ka ta. B erbeda dengan k esulitan m embaca S ubjek 5 ketika
Subjek 5 ke sulitan membaca kata kanan terjadi sebanyak dua kali dengan
menjadi [karna] dengan menambahkan fonem konsonan [r] di suku kata pertama,
lalu m engabaikan f onem [ n] di f onem kons onan ke dua s uku ke dua. P ada s uku
pertama seharusnya adalah suku kata terbuka berubah menjadi suku kata tertutup.
kata terbuka. Ketika Subjek 5 membaca kata kanan kedua kali, Subjek 5 kesulitan
kemudian mengabaikan fonem [n] di fonem konsonan kedua suku kedua sehingga
tertutup m enjadi s uku t erbuka. H al yang s erupa j uga di alami ke tika S ubjek 5
membaca kata ombak menjadi [ɔbat]. Subjek 5 menghilangkan fonem [m] di suku
pertama, lalu mengganti fonem [k] menjadi fonem [t] di suku kata kedua. Hal ini
kasih juga mengganti yaitu f onem voka l [ a] di s uku pe rtama m enjadi f onem [ ə]
lalu m enghilangkan f onem kons onan [ h] di f onem kons onan ke dua s uku ke dua
Kesulitan membaca kata dasar pada Subjek 5 juga terlihat ketika membaca
[s] di f onem kons onan kedua s uku ka ta pe rtama. M enghilangkan f onem ke tika
membaca t entu m erubah pol a s uku ka ta t ersebut s uku pe rtama yang s eharusnya
menghilangkan f onem [ t] di f onem pe rtama s uku ke dua l alu f onem kons onan di
fonem ketika membaca kata rentenir menjadi [rɛtəni]. Dalam kasus ini, Subjek 5
menghilangkan fonem [n] di fonem konsonan kedua suku kata pertama dan juga
fonem [ r] di f onem kon sonan ke dua s uku k ata ketiga. S uku ka ta pe rtama da n
fonem kons onan ke dua suku ka ta pe rtama m enjadi di f onem pe rtama s uku ka ta
kedua sehingga d ibaca menjadi [pɛridɛn]. Subjek 5 j uga mengabaikan satu suku
kata penuh seperti membaca pada kata konsultasi menjadi [kɔnsulsi]. Dalam kasus
ini, Subjek 5 m enghilangkan suku kata ketiga yang terdiri dari fonem [t] dan [a].
Jumlah da n pol a s uku k ata j uga be rubah yang s eharusnya m emiliki e mpat s uku
kata menjadi tiga suku kata. Sedangkan ketika membaca kata konstitusi, Subjek 5
kedua yang terdiri dari fonem [t] dan [i] sehingga kata konstitusi dibaca menjadi
membaca s epeti p ada k ata tema yang d ibaca [ tɛman]. S ubjek 5 m enambahkan
fonem [ n] di f onem kons onan ke dua s uku k ata ke dua. P ola s uku ka ta menjadi
berubah dari suku kata terbuka menjadi suku kata tertutup. Hal yang serupa terjadi
fonem [?] di fonem suku kata kedua. Ini juga menyebabkan pergantian pola yang
Pada kata lembaga Subjek 5 m embaca dengan mengganti fonem [g] pada
suku kata ketiga menjadi fonem [ŋ], lalu menambahkan fonem [n] di suku kata
ketiga s ehingga d ibaca menjadi [ləmbaŋan]. Pola suku kata juga berubah dari
suku kata terbuka menjadi suku kata tertutup. Sedangkan pada kata petani, Subjek
kata berubah dari tiga suku kata menjadi empat suku kata.
kata ketiga, l alu m enukar l etak fonem [ k] dengan fonem [ a] di s uku kata kedua,
dan fonem [m] dengan fonem [a] di suku kata ketiga sehingga dibaca [mahakam].
Membaca d engan s emaunya t erjadi p ada k ata perkara dibaca m enjadi [ pəriksa]
dan kata manfaat dibaca menjadi [maap]. Subjek 5 membaca sesuai kaidah pada
suku kata pertamanya saja, setelah itu itu ia membaca secara asal.
Jumlah kata dasar verba yang ditemukan dari kesulitan membaca Subjek 1
kesulitan m embaca k ata d asar v erba. Kesulitan membaca s etiap s ubjeknya j uga
berbeda an tara s atu d engan yang l ain. Berikut i ni k esulitan m embaca k ata d asar
Tabel 10.
pelajaran b erlangsung, t erdapat empat k ata d asar yang m erupakan k ata v erba.
Kesulitan membaca p ada kata verba yang dialami oleh Subjek 1 ini tidak terlalu
fonem seperti pada kata percaya yang dibaca menjadi [ mərcaya] dan k ata jatuh
yang di baca [ gatuh]. Pada kata percaya, Subjek 1 mengganti fonem [p] di suku
kata pertama menjadi fonem [m]. Sedangkan pada kata jatuh, Subjek 1 mengganti
[data]. Pada kasus ini, Subjek 1 menghilangkan fonem [ŋ] di fonem konsonan
kedua s uku k ata ke dua. Hal i ni t entu m erubah p ola s uku ka ta yang s eharusnya
suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka. Selanjutnya pada kata pukul yang di
baca m enjadi [ puku] de ngan m engabaikan f onem [ l] di f onem kons onan ke dua
suku kata kedua. Selain itu, Subjek 1 membaca fonem [U] menjadi fonem [u]. Hal
ini juga merubah pola suku kata yang seharusnya suku kata tertutup menjadi suku
kata terbuka.
Tabel 11.
Jumlah data yang didapat pada Subjek 2 dalam membaca kata dasar verba
membaca d engan m engganti f onem s eperti m embaca k ata ada menjadi [ apa].
Pada kata ini, Subjek 2 membaca dengan mengganti fonem [d] di suku kata kedua
menjadi fonem [p]. Subjek 2 juga mengganti fonem [d] ketika membaca kata jadi
kedua yang m enjadi f onem [ b]. S elanjutnya, S ubjek 2 m embaca ka ta jadi sekali
lagi dan ia membacanya menjadi [tadi] dengan mengubah fonem [j] di suku kata
lima kali. Subjek 2 membaca kata tersebut dengan mengganti fonem [m] menjadi
fonem [n] di suku kata ketiga sehingga dibaca menjadi [tərina]. Kemudian Subjek
sehingga k ata t ersebut dibaca m enjadi [ bərima]. S ubjek 2 j uga m embaca k ata
sehingga dibaca menjadi [təma]. Hal ini menyebabkan perubahan jumlah dan pola
Subjek 2 juga membaca kata terima menjadi [təmama]. Dalam kasus ini, Subjek 2
menghapus s uku kata ke dua yang t erdiri dari fonem [ r] dan [ i], l alu m engulangi
tidak m enyebakan pe rubahan pol a d an s uku ka ta. S elain i tu, S ubjek 2 m embaca
kata terima menjadi [ terlihat]. P ada ka sus i ni terlihat ba hwa S ubjek 2 m embaca
sesuai kaidah pada fonem di suku pertama kemudian membaca secara asal.
Tabel 12.
Jumlah kata dasar verba yang ditemukan pada S ubjek 3 selama p elajaran
berlangsung sebanyak tiga kata. Ketiga kata ini memiliki persamaan yaitu Subjek
Subjek 3 m embaca kata lahir menjadi [lahi] dengan menghilangkan fonem [r] di
perubahan pol a suku kata yang s eharusnya s uku kata t ertutup m enjadi s uku kata
menjadi [ aja]. Hal i ni j uga m engubah pol a suku kata t ertutup m enjadi s uku kata
suku kata kedua ketika membaca sehingga dibaca menjadi [bərakat]. Sama halnya
Tabel 13.
Data yang d i d apat p ada S ubjek 4 d alam k esulitan m embaca k ata d asar
verba h anya s atu k ata s aja yaitu k ata maju. Kata maju dibaca m enjdi [ madu].
Subjek 4 mengganti fonem [j] di suku kata kedua menjadi fonem [d]. Hal ini tidak
menyebakan pergantian jumlah ataupun pola suku kata karena Subjek 4 membaca
Kesulitan membaca kata dasar ajektiva lebih banyak ditemukan dari pada
kesulitan membaca kata dasar verba yaitu 33 ka ta. Dari Subjek 1 s ampai dengan
satu dengan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan kesulitan membaca kata dasar
Tabel 14.
Kata d asar aj ektiva yang d idapat pada s ubjek 1 s ebanyak lima kata.
aktif dan utama. Pada kata aktif, subjek 1 m engganti fonem vokal [a] disuku kata
pertama de gan f onem voka l [ i] s ehingga k ata aktif dibaca me njadi [ iktif].
Sedangkan kata utama dibaca menjadi [atama] dengan mengganti fonem vokal [u]
suku pe rtamanya s ehingga di baca [ suguh]. P ada ka ta i ni, suku kata t ertutup
berubah m enjadi s uku kata t erbuka. Begitu j uga d engan k ata kencang yang
dibaca menjadi [kenca] dengan menghilangkan fonem [ŋ] di suku keduanya. Pada
kata ini juga mengalami perubahan suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka.
Sedangkan p ada k ata miskin, Subjek 1 m engabaikan f onem kons onan [ s] yang
dibaca m enjadi [ mikin]. Pola pada s uku kata i ni ini j uga berubah d ari s uku kata
Tabel 15.
pada saat membaca kata segar yang menjadi [seger]. Subjek 2 m engganti fonem
[a] m enjadi f onem [ ə] y ang t erletak di s uku k ata ke dua. S ubjek 2 m embaca
panas. Fonem [ŋ] di suku kedua kata wangi diganti menjadi fonem [n] sehingga
dibaca m enjadi [ wani] da n f onem [ n] yang be rada di s uku ke dua k ata panas
kata cerah, S ubjek 2 m embaca d engan m engganti f onem yang t erletak di s uku
pertama yaitu fonem [c] menjadi fonem [j], sehingga kata tersebut dibaca menjadi
[jerah]. K ata-kata yang disebutkan di atas t idak mengalami pe rubahan p ola s uku
kata.
menambahkan fonem [ŋ] di akhir suku kata kedua. Pola suku kata menjadi
berubah yang awalnya s uku kata t erbuka m enjadi s uku kata t ertutup. S edangkan
semaunya k etika m embaca k ata baik menjadi [ babi]. S ubjek 2 m embaca s esuai
secara asal.
Tabel 16.
kesulitan membaca kata dasar ajektiva dengan menghilangkan fonem dalam kata
tersebut seperti ketika membaca kata sayang menjadi [saya]. Pada kata ini, Subjek
3 mengabaikan fonem [ŋ] yang berada di fonem konsonan kedua di suku kedua.
Pola suku kata sayang ini berubah dari pola suku kata tertutup menjadi suku kata
kata tinggi, sombong, dan bangga dengan letak fonem penghilangkan fonem yang
pertama, l alu k ata sombong yang k ehilangan fonem [ m] yang b erada d i f onem
konsonan kedua suku kata pertama, dan kata bangga yang kehilangan fonem [g]
nambahkan fonem [n] di akhir suku kata pertama, lalu mengganti fonem [ŋ]
berubahnya suku kata terbuka pada suku kata pertama berubah menjadi suku kata
tertutup. Subjek 3 membaca kata kepalang menjadi [kɛpa?]. Pada kata ini, Subjek
mengakhir suku kedua dengan menambahkan fonem [?]. Hal ini merubah jumlah
dan pol a s uku ka ta yang s eharusnya t iga s uku ka ta m enjadi dua s uku ka ta.
Tabel 17.
sebanyak d ua k ata s aja yaitu k ata mini dan basi. Subjek 4 m embaca k ata mini
dengan mengulang membaca suku pertamanya yaitu fonem [m] dan [i] sehingga
dibaca me njadi [ mimi]. Selanjutnya, Subjek 4 membaca k ata basi sesuai k aidah
pada suku pertamanya, sedangkan pada suku keduanya ia kesulitan dan akhirnya
membaca u lang s uku p ertamanya s ehingga k ata basi dibaca m enjadi [baba].
Kedua kata ini memiliki kesamaan yaitu Subjek 4 kesulitan membaca suku kedua
Tabel 18.
sebanyak 12 kata dengan bentuk kesulitan yang berbeda. Subjek 5 m embaca kata
kata yang dibaca. Kata kasar dibaca menjadi [pasar] dengan mengganti fonem [k]
di s uku ka ta pe rtama m enjadi f onem [ p]. K ata dalam dibaca m enjadi [ param]
menjadi fonem [p], lalu fonem [l] yang berada di suku kata kedua dengan fonem
[r]. Kedua kata ini tidak mengalami perubahan pola suku kata.
menjadi [api]. Subjek 5 mengabaikan fonem [ r] di s uku kata. Pada k ata yudisial
yang dibaca menjadi [ yudial] mengalami penghilangan satu suku kata pada suku
kata ketiga yang terdiri dari fonem [s] dan [i]. Jumlah suku kata yang seharusnya
empat suku kata berubah menjadi tiga suku kata. Selanjutnya, Subjek 5 membaca
kata eksekutif yang me miliki e mpat s uku k ata d ibaca me njadi [ ɛksuti] y ang
tiga f onem s ekaligus yaitu f onem v okal [ ə] di s uku ka ta ke dua, l alu f onem
konsonan [k] di suku kata ketiga, dan fonem [f] di suku kata keempat.
ketika Subjek 5 membaca kata universal dengan mengganti fonem [a] di suku kata
keempat l alu m enghilangkan fonem kons onan k edua di s uku k ata ke empat yaitu
fonem [l] sehingga kata universal dibaca menjadi [univərsi]. Pada kata ini terjadi
perubahan pol a s uku kata yang s eharusnya s uku kata t ertutup m enjadi s uku kata
terbuka. K esulitan m embaca k ata legislatif hampir s ama d engan k ata universal
yaitu Subjek 5 m engganti f onem [ i] di s uku ka ta ke dua m enjadi f onem [ a], l alu
fonem p ada k ata te rsebut. H al in i te rjadi k etika Subjek 5 me mbaca k ata lenyap
dengan menambahkan suku kata di awal kata yang terdiri dari fonem dua fonem
sekaligus yaitu fonem [m] dan [ə] sehingga di baca [mələñap]. Jumlah suku kata
pada kata lenyap yang seharusnya dua suku kata menjadi tiga suku kata.
sedikit, kesulitan membaca setiap subjeknya berbeda antara satu dengan yang lain.
Tabel 19.
berlangsung s ebanyak d ua k ata yaitu k ata sangat dan lagi. Subjek 1 m embaca
kata sangat menjadi [saŋga] dengan menambahkan fonem [g] di suku kata kedua,
lalu mengabaikan fonem [t] di suku kedua. Subjek 1 m embaca dengan mengubah
suku terbuka pada suku pertama menjadi suku kata tertutup, sedangkan suku kata
kedua yang seharusnya suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka. Untuk kata
Tabel 20.
Subjek 2 membaca kata saja. Kesulitan membaca Subjek 2 ketika membaca saja
adalah d engan m enukar letak fonem pada kata t ersebut. S ubjek 2 m enukar l etak
fonem konsonan [s] pada suku pertama dengan letak fonem konsonan suku kedua
Tabel 21.
yaitu k ata jangan, h endak, dan segera. Subjek 3 m embaca ka ta jangan dengan
menghilangkan fonem vokal [a] dan fonem konsonan [n] yang berada di suku kata
kedua sehingga dibaca menjadi [jaŋ]. Hal ini dikarenakan Subjek 3 kesulitan
dan melanjutkan bacaan pada teks. Oleh karena itu, tidak hanya terjadi perubahan
pola t etapi j uga j umlah s uku ka ta. K ata jangan yang m emiliki dua s uku ka ta
menjadi s atu s uku ka ta. S ubjek 3 m enghilangkan dua f onem t erakhir, s ementara
fonem kons onan pe rtama s uku ka ta ke dua b ergabung d engan s uku ka ta pertama
sehingga dibaca satu suku kata saja. Kata hendak dibaca menjadi [hɛda?] dengan
menghilangkan f onem k onsonan ke dua s uku kata p ertama yaitu f onem [ n]. Pola
suku ke dua yaitu f onem [ g] ke tika di baca m enjadi f onem [ s] s ehingga di baca
menjadi [səsəra].
Tabel 22.
Subjek 4 hanya satu kata yaitu kata saja. Kesulitan membaca kata saja ini dengan
mengganti fonem [j] di suku kata kedua menjadi fonem [d]. Pada kasus ini tidak
ada perubahan jumlah maupun pola suku kata, karena Subjek 4 hanya mengganti
Tabel 23.
berlangsung terjadi pada tiga kata yaitu kata ingin, kemudian, dan pula. Subjek 5
membaca kata ingin dengan mengabaikan fonem konsonan kedua [n] di suku kata
suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka. Subjek 5 m embaca kata kemudian
menjadi f onem [ b] k etika m embaca k ata t ersebut. P ergantian f onem j uga t erjadi
ketika S ubjek 5 m embaca k ata pula menjadi [ pulə]. P ada ka ta i ni, S ubjek 5
membaca dengan mengganti fonem vokal [a] menjadi fonem vokal [ə].
Kesulitan membaca kata dasar kata tugas dialami oleh semua subjek mulai
dari Subjek 1 hi ngga Subjek 5. J umlah kesulitan membaca kata dasar kata tugas
dari l ima s ubjek s ebanyak 1 7 k ata. K esulitan membaca s etiap s ubjeknya j uga
berbeda antara s atu de ngan yang l ain. B erikut i ni a kan di paparkan k esulitan
Tabel 24.
membaca k ata ketika, de ngan, dan demi. Subjek 1 m embaca k ata ketika dengan
kata tersebut dibaca menjadi [tətika]. Selanjutnya, Subjek 1 membaca kata dengan
menjadi [dəda]. Subjek 1 m embaca sesuai dengan kaidah hanya pada dua fonem
kesulitan m embaca s uku k ata s elanjutnya s ehingga d ibaca asal m enjadi [dəda].
Pada kata demi, Subjek 1 membaca kata tersebut dengan mengabaikan fonem [d]
Tabel 25.
berjumlah em pat k ata. Subjek 2 m embaca k ata yang sebanyak d ua k ali d alam
mengabaikan fonem konsonan kedua di suku kata pertama yaitu fonem [ŋ]
sehingga kata tersebut dibaca menjadi [ya] yang mengakibatkan berubahnya pola
yang kedua kali dengan mengeja kata tersebut satu persatu. Walaupun demikian,
kata. Sedangkan ketika Subjek 2 membaca kata dan, ia mengganti fonem [d] yang
berada di suku kata pertama menjadi fonem [b] sehingga dibaca menjadi [ban].
Tabel 26.
dasar k ata t ugas p ada S ubjek 3 s ebanyak em pat k ata yang t erdiri d ari k ata dan,
adalah, yang, dan sang. Berbeda dengan S ubjek 2, S ubjek 3 m embaca k ata dan
dengan m engganti f onem kons onan ke dua di s uku ka ta pe rtama yaitu f onem [ n]
membaca kata adalah dengan menambahkan fonem [d] di bagian depan suku kata
kata yang dan sang dengan sama-sama menghilangkan fonem konsonan kedua di
suku kata pertama yaitu fonem [ŋ] sehingga kata yang dibaca m enjadi [ ya] d an
kata sang dibaca menjadi [sa]. Kedua kata ini berubah pola yang seharusnya suku
Tabel 27.
dengan f onem yang l ain. D ari t abel 27 da pat dilihat ba hwa j umlah ke sulitan
membaca k ata d asar k ata t ugas yang d itemukan s elama p elajaran b erlangsung
sebanyak tiga kata yang s alah s atu ka tanya di baca s ebanyak dua ka li. S ubjek 4
membaca kata mari dengan mengganti fonem [r] yang terletak di suku kata kedua
menjadi f onem [ n]. K ata dari dibaca s ebanyak d ua k ali yang p ertama d ibaca
dengan m engganti f onem kons onan pe rtama s uku ka ta pe rtama yaitu f onem [ d]
menjadi fonem [g] sehingga dibaca menjadi [gari]. Sedangkan yang kedua dibaca
Tabel 28.
Kesulitan m embaca k ata d asar k ata t ugas yang d itemukan p ada S ubjek 5
sebanyak tiga kata yaitu kata karena, yakni, dan dengan. Subjek 5 membaca kata
tidak s esuai d engan ka idah. S ubjek 5 m embaca s ecara be nar p ada dua f onem
pertamanya yaitu fonem [y] dan [a], setelah itu dibaca asal menjadi [yakan]. Sama
dengan k etika S ubjek 5 m embaca k ata yakni, Subjek 5 m embaca k ata dengan
tidak s esuai de ngan ka idah yaitu Subjek 5 m embaca secara benar pa da s uku
pertamanya yang t erdiri d ari f onem [ d] d an [ ə], l alu i a k esulitan m embaca s uku
kata s elanjutnya s ehingga S ubjek 5 m embaca k ata t ersebut d engan asal menjadi
[dəkat].
Sama s eperti d ata p ada k ata d asar, s etiap s ubjek d alam p enelitian i ni
memiliki j umlah b acaan yang b erbeda j uga. D ata yang d idapat p ada S ubjek 1
bacaan y ang terdapat k ata be ntukan. S emua da ta yang didapat p ada S ubjek 4
merupakan k ata da sar de ngan ka ta yang be rsuku dua da n be rsuku t iga. S eluruh
ditemukan juga berasal dari kelas kata yang beragam yaitu dari kelas kata nomina,
verba, ajektiva, dan adverbia. Kata tugas tidak ditemukan selama subjek membaca
imbuhan se-, ke-, ter-, -an, -kan, me[N]-, m e[N]-kan, me[N]-i, memper-, pe[N]-,
pe[N]-an, per-, per-an, ber-, ber-an, di -, di-kan. Berikut akan dipaparkan temuan
dan an alisis d ata m engenai k esulitan m embaca kata b entukan b erdasarkan k elas
bentukan s ebanyak 25 k ata. K ata be ntukan nom ina yang di temukan a dalah ka ta
bentukan dengan afiks pe[N]-, pe[N]-an, per-, ke-, ke-an, se-, dan –an. K esulitan
membaca setiap subjeknya juga berbeda antara satu dengan yang lain. Berikut ini
Tabel 29.
selama p elajaran b erlangsung ad alah k etika membaca t iga k ata yaitu k ata
menjadi [pəbɔhɔŋ]. Pada kata ini, Subjek 1 membaca dengan mengabaikan fonem
[m] yang terletak di prefiks atau suku kata pertamanya. Pola suku kata pada kata
mengganti fonem vokal [ə] yang terletak di suku kata kedua menjadi fonem vokal
[i]. Pergantian f onem k etika m embaca kata ini t idak m engalami p erubahan p ola
karena Subjek 1 mengganti fonem vokal dengan fonem vokal yang lain. Subjek 1
kesulitan membaca suku kata terakhir pada kata pengembara. Subjek 1 m embaca
sesuai de ngan ka idah p ada s uku pe rtama hi ngga ke tiga, s edangkan pa da s uku
kata kempat yaitu fonem [r] dengan fonem [ŋ], lalu menambahkan fonem [n] di
fonem konsonan kedua pada suku kata keempat sehingga kata pengembara dibaca
menjadi [pəŋəmbaŋan].
Tabel 30.
menghilangkan fonem konsonan kedua pada suku kata ketiga yaitu fonem [ŋ]
sehingga dibaca menjadi [ səɔra]. Hal ini menyebabkan perubahan dari suku kata
tertutup m enjadi s uku k ata t erbuka. Subjek 2 m embaca k ata kehendak sebanyak
dua kali. Yang pertama, Subjek 2 membaca dengan mengganti fonem [h] menjadi
fonem [g] yang terletak di fonem kosonan pertama suku kata kedua sehingga kata
lagi tid ak s esuai de ngan ka idah pa da s uku ka ta ketiga. Subjek 2 m embaca k ata
kata ketiga sehingga ia membaca dengan asal dengan mengganti suku kata ketiga
pada kata tersebut. Selanjutnya, Subjek 2 membaca k ata serimba menjadi [riba].
Pada s aat m embaca k ata i ni, S ubjek 2 m engabaikan t iga f onem s ekaligus yaitu
fonem [s] dan [ə] yang merupakan afiks yang terletak di suku kata pertama, lalu
fonem [ m] yang m erupakan f onem kons onan ke dua di s uku ka ta ke dua. J umlah
dan pol a s uku ka ta m enjadi be rubah yang s eharusnya m emiliki t iga s uku ka ta
pertama, S ubjek 2 j uga membaca kata t ersebut dengan m erubah pol a s uku ka ta
Tabel 31.
mengabaikan s alah s atu f onem voka l yang t erletak di s uku ka ta ke empat yaitu
fonem [a] sehingga dibaca menjadi [pəkərjan]. Fonem [a] yang membuat jumlah
dan pola suku kata menjadi berubah karena fonem konsonan pada suku keempat
bergabung dengan suku ketiga. Kata pekerjaan memiliki empat suku kata menjadi
tiga s uku ka ta. S ubjek 3 m embaca ka ta kesukaan dan tanaman dengan be ntuk
kata m enjadi t iga s uku kata. S ubjek 3 m embaca ka ta tanaman menjadi [ tanam]
berubah dari tiga suku kata menjadi dua suku kata. Fonem konsonan di suku kata
menambahkan fonem [ŋ] di awal suku kata keempat sehingga di baca menjadi
kata keempat dan membaca dengan menambahkan fonem konsonan yang berada
Tabel 32.
enam. B entuk ke sulitan m embaca k ata be ntukan nom ina pa da S ubjek 5 j uga
hingga menukar letak fonem. Pada kata bersuku tiga seperti kata pemasar, Subjek
konsonan kedua di suku kata ketiga menjadi fonem [ŋ] sehingga dibaca menjadi
[pəmasaŋ]. Membaca dengan mengganti fonem dengan fonem lain juga terjadi
pada kata bersuku lima yaitu kata kebudayaan menjadi [kəmudaya?an]. Subjek 5
kedua menjadi fonem [m]. Membaca dengan mengganti fonem vokal terjadi pada
kata be rsuku t iga ke tika S ubjek 5 m embaca k ata deburan menjadi [ daburan].
Subjek 5 m engganti f onem voka l [ ə] yang b erada d i s uku k ata p ertama menjadi
[ɔ].
Bahkan Subjek 5 j uga menghilangkan lebih dari satu fonem seperti ketika Subjek
suku k ata yang s eharusnya empat s uku kata me njadi tig a s uku k ata s aja.
Kemudian k ata pemerintahan juga di baca dengan m enghilangkan s atu s uku kata
lima s uku ka ta m enjadi 4 s uku ka ta. pe nghilangan s atu s uku ka ta j uga t erjadi
fonem [h] di suku ketiga. Hal ini membuat fonem [ŋ] yang seharusnya menjadi
fonem kons onan pe rtama di s uku ka ta ke tiga m enjadi f onem kons onan ke dua di
mengganti fonem [k] yang seharusnya di suku kata ketiga menjadi fonem [g].
yang dibaca menjadi [pəkɔrta?an]. Subjek 5 membaca kata ini dengan mengganti
letak f onem [ r] yang s eharusnya m enjadi f onem kons onan ke dua di s uku ka ta
pertama be rubah m enjadi f onem kons onan ke dua di s uku ka ta ke dua. Pada k ata
ini, suku pe rtamanya adalah s uku k ata t ertutup be rubah m enjadi s uku ka ta
terbuka, s edangkan s uku kata kedua yang m erupakan s uku kata t erbuka menjadi
Jumlah data yang ditemukan dari kesulitan subjek membaca kata bentukan
verba s ebanyak 5 8 k ata. K ata b entukan v erba yang d itemukan ad alah k ata
bentukan dengan afiks me[N]-, me[N]-kan, me[N]-i, memper-, ber-, ber-kan, di-,
di-kan, ter-, dan –kan. Kesulitan membaca kata bentukan verba memiliki bentuk
yang be rbeda a ntara s ubjek s atu de ngan yang l ain. B erikut i ni a kan di paparkan
kesulitan m embaca k ata b entukan v erba m ulai d ari S ubjek 1 s ampai d engan
Subjek 5.
Tabel 33.
Membaca d engan m engganti f onem v okal t erjadi k etika S ubjek 1 m embaca k ata
contoh kata diatas tidak mengalami perubahan jumlah maupun pola suku kata.
kata tertutup menjadi suku kata terbuka. Subjek 1 membaca dengan mengabaikan
fonem konsonan kedua yang terletak di suku kata pertama terjadi ketika membaca
kata berbohong menjadi [ bəbɔhɔŋ]. Pada kata ini Subjek 1 mengabaikan fonem
yang menyebabkan perubahan dari suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka.
menambahkan fonem vokal [i] sehingga kata tersebut dibaca menjadi [bərbɔhɔŋi].
konsonan kedua disuku kata ketiga dibaca menjadi fonem konsonan di suku kata
suku kata ketiga. Hal ini menyebabkan Subjek 1 asal membaca pada suku ketiga
Tabel 34.
menjadi [dəruŋkan]. Pada kata ini Subjek 2 mengganti fonem [ŋ] yang berada di
membaca dengan mengganti dua fonem konsonan sekaligus yaitu fonem [n] yang
dibaca menjadi fonem [k] dan fonem [r] yang dibaca menjadi fonem [n].
tertutup m enjadi s uku k ata t erbuka. M enghilangkan dua f onem s ekaligus t erjadi
ketika S ubjek 2 m embaca k ata menari menjadi [mari]. P ada ka ta i ni, S ubjek 2
membaca d engan m enghilangkan f onem v okal [ə] yang t erletak d i s uku k ata
kata be rubah m enjadi dua s uku ka ta. K ata memangsa dibaca m enjadi [ məŋasa]
dengan mengganti fonem [m] yang berada di suku kata kedua menajdi fonem [ŋ],
lalu mengabaikan fonem [ŋ] yang merupakan fonem kedua di suku kata kedua.
Pola suku kata berubah dari suku kata tertutup menjadi suku kata terbuka.
Walaupun hanya dua fonem yang berubah, hal ini membuat jumlah dan pola suku
kata menjadi berubah. Kata dimuliakan memiliki lima suku kata berubah menjadi
empat suku kata. Fonem [i] yang berada di suku kata ketiga, bertukar dengan letak
Tabel 35.
ditemukan s elama pe lajaran yaitu 19 ka ta. S alah s atu ke sulitan yang di temukan
Subjek 3 membaca kata tersebut dengan mengabaikan fonem [r] yang merupakan
[bədasarkan], kata berhenti dibaca menjadi [bəhənti], lalu kata berteriak menjadi
kehilangan fonem terakhir di suku kata ketiganya. Kata memanjat dibaca menjadi
dibaca menjadi [tərkəna] dan mengenal dibaca menjadi [məŋənal]. Subjek 3 j uga
kesulitan m embaca d engan m engabaikan l ebih d ari s atu f onem k etika m embaca
seperti pada kata memiliki yang dibaca menjadi [miliki]. Pada kasus ini, Subjek 3
dan fonem [ə]. Jumlah suku kata ini berkurang dari empat suku kata menjadi tiga
suku ka ta. Selain i tu k ata berkunjung juga k ehilangan du a f onem ke tika di baca
Subjek 3 yaitu fonem [k] yang merupakan fonem konsonan pertama di suku kata
kedua dan fonem [n] yang merupakan fonem konsonan kedua di suku kata kedua
fonem kons onan pe rtama s uku ka ta ke dua m enjadi f onem [ m] s ehingga di baca
[mənɛŋgɛr]. Dalam kasus ini, Subjek 3 m engganti fonem konsonan pertama suku
seharusnya t erletak di f onem kons onan ke dua s uku pe rtama, l alu m engganti
fonem pertama suku kedua yaitu fonem [t] menjadi fonem [n].
merupakan fonem kons onan ke dua di s uku k ata kedua m enjadi f onem k edua di
Subjek 3 membaca kata terkilir dengan mengabaikan fonem [r], baik yang
di suku pertama, maupun di suku kata ketiga, lalu menukar letak fonem [k] yang
berada di suku kedua dengan fonem [l] yang berada disuku ketiga sehingga kata
kata terbuka. Subjek 3 juga kesulitan membaca kata merasa. Kesulitan membaca
kata ini terjadi di suku kata kedua dan ketiga. Pada suku kata pertama yaitu fonem
Tabel 36.
Subjek 5, yaitu 22 ka ta. Kesulitan membaca pada Subjek 5 j uga beragam seperti
tersebut dengan mengganti fonem konsonan pertama [p] yang berada di suku kata
berbicara. Pada kata ini, Subjek 5 mengabaikan fonem [b] yang terletak di suku
kedua sehingga d ibaca m enjadi [ bəricara]. F onem kons onan ke dua di s uku
pertama di baca b ersama f onem voka l s uku ke dua. S ubjek 5 m embaca dengan
menjadi [ məŋhindara]. Pada kata ini, Subjek 5 mengabaikan fonem kosonan [k]
yang merupakan fonem konsonan pertama suku kata keempat dan fonem [n] yang
sekaligus k etika m embaca k ata berkeringat menjadi [ bəriŋat]. Pada kata ini
Subjek 5 mengabaikan fonem konsonan kedua suku kata pertama yaitu fonem [r],
empat s uku ka ta m enjadi t iga s uku k ata. S elain i tu, S ubjek 5 j uga m embaca
suku kata kedua yaitu fonem [ŋ], lalu mengganti fonem konsonan [t] pada suku
ketiga menjadi f onem [ h]. Subjek 5 m embaca k ata memutus menjadi [ məmutu].
ketiga dan membaca fonem [ U] menjadi [ u]. Hal ini merubah pola suku tertutup
fonem l ain d alam k ata s eperti yang t erjadi p ada k ata mengawasi yang d ibaca
menjadi [ məŋgawasi]. Pada kata ini, Subjek 5 menyisipkan fonem [ g] s uku kata
kedua yang memisahkan fonem konsonan [ŋ] dan fonem vokal [a]. Subjek 5
vokal [u] secara berdampingan di suku kata ketiga, lalu menghilangkan fonem [h]
suku ka ta ke tiga. K ata menyalurkan yang me miliki e mpat s uku k ata d ibaca
Kesulitan membaca kata bentukan ajektiva ditemukan hanya satu kata saja
pada Subjek 5 yang merupakan kata bentukan ajektiva dengan prefiks se-. Berikut
ini akan dideskripsikan lebih lanjut kesulitan membaca kata bentukan ajektiva.
Tabel 37.
yang dibaca oleh Subjek 5 yaitu kata seimbang. Subjek 5 membaca kata seimbang
kata m enjadi dua s uku kata. F onem [ m] di s uku ka ta ke dua di baca b ergabung
dengan suku kata pertama, sehingga suku kata kedua menjadi hilang.
Tabel 38.
kata tersebut dengan mengabaikan fonem pertama yang berada di suku kata
pertama yaitu fonem [s]. Fonem [s] yang tidak baca pada kata tersebut adalah
Tabel 39.
membaca kata setelah. Subjek 5 membaca kata ini tidak terlalu menyimpang dari
terletak di suku kata ketiga menjadi fonem [n]. Tidak ada perubahan jumlah dan
pola suku kata pada kata ini karena Subjek 5 m engganti fonem konsonan dengan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Kesulitan membaca kata dasar dan kata bentukan berasal dari berbagai macam
kelas k ata yaitu n omina, v erba, aj ektiva, adverbia, d an k ata t ugas. Kesulitan
membaca k ata d asar yang d itemukan s ebagian b esar ad alah k ata n omina,
verba.
para s ubjek a dalah m embaca de ngan m engganti f onem de ngan f onem y ang
lain, baik fonem vokal maupun fonem konsonan. Membaca dengan mengganti
lebih d ari s atu f onem d alam s atu k ata ju ga te rjadi k etika s ubjek k esulitan
membaca.
fonem konsonan, menukar letak fonem dengan fonem yang lain, mengulangi
99
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100
terbuka menjadi suku kata tertutup. Selain mengalami perubahan pola suku kata,
suku kata.
4.2 Saran
yang berhubungan khususnya orang tua dan pengajar untuk memberikan perhatian
lingkungan yang kondusif disekitar anak, baik dirumah maupun sekolah juga turut
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H., dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Erlina, dina. 2012. “ Kemampuan Produksi Kalimat pada Anak Penderita Autis di
Sekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya: S uatu K ajian
Psikolinguistik”. S kripsi. S urabaya. Fakultas Ilmu B udaya, Universitas
Airlangga.
101
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nawangsari, Nur Ainy Fardana. 2008. Identifikasi dan Model Intervensi Kesulitan
Belajar pada Si swa Se kolah D asar di Sur abaya. Surabaya: U niversitas
Airlangga.
Yusuf, Suhendra. 1998. Fonetik dan Fonologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yuzi, Y udhitia. 2015. “ Kemapuan M embaca p ada A nak D isleksia U sia 13 -18
Tahun di S ekolah Inklusif G aluh H andayani S urabaya: K ajian
Psikolinguistik”. S kripsi. S urabaya. F akultas Ilmu B udaya, U niversitas
Airlangga
102
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN I
FORMULIR
A. Identitas Anak:
1. Nama : F.A.W
3. Umur : 8 tahun
5. Agama : Katholik
B. Riwayat Kelahiran
103
SKRIPSI KESULITAN MEMBACA KATA... INTAN AMALIA
ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104
8. Berat bayi : 3 kg
9. Panjang bayi : 52 cm
D. Perkembangan Fisik
E. Perkembangan Bahasa
F. Perkembangan Sosial
G. Perkembangan Pendidikan
5. Kesulitan selama di SD :-
disenangi :-
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : Terigu, gula, produk susu sapi. No
kalimat kurang.
FORMULIR
A. Identitas Anak:
1. Nama : J.K.A
3. Umur : 8 tahun
5. Agama : Kristen
B. Riwayat Kelahiran
9. Panjang bayi : 50 cm
D. Perkembangan Fisik
E. Perkembangan Bahasa
F. Perkembangan Sosial
G. Perkembangan Pendidikan
5. Kesulitan selama di SD :-
disenangi :-
FORMULIR
A. Identitas Anak:
1. Nama : I.G.A.M.W
3. Umur : 11 tahun
5. Agama : Hindu
B. Riwayat Kelahiran
kehamilan 5
9. Panjang bayi : 50 cm
2 tahun
D. Perkembangan Fisik
E. Perkembangan Bahasa
F. Perkembangan Sosial
G. Perkembangan Pendidikan
4. Masuk SD umur :-
5. Kesulitan selama di SD :-
lumba, AIT
disenangi :-
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : terlalu sering makan ayam potong
timbul gatal-gatal
FORMULIR
A. Identitas Anak:
1. Nama : A.H.S
3. Umur : 9 tahun
5. Agama : Islam
B. Riwayat Kelahiran
ketuban
9. Panjang bayi : 51 cm
10. Tanda-tanda kelainan pada bayi : Anak sakit kuning 1 minggu, lahir
nangis
dengan sufor
D. Perkembangan Fisik
bulan opname
E. Perkembangan Bahasa
F. Perkembangan Sosial
5. Minat khusus :-
G. Perkembangan Pendidikan
2. Lama pendidikan di TK :-
4. Masuk SD umur :-
5. Kesulitan selama di SD :-
disenangi :-
11. Keterangan lain yang dianggap perlu : Alergi makanan ikan dan unggas.
FORMULIR
A. Identitas Anak:
1. Nama : A. S
3. Umur : 11 tahun
5. Agama : Islam
B. Riwayat Kelahiran
9. Panjang bayi : 53 cm
4. Pemeriksaan/penimbangan (rutin/tidak) : -
D. Perkembangan Fisik
E. Perkembangan Bahasa
F. Perkembangan Sosial
4. Hobi : Renang
G. Perkembangan Pendidikan
diterima anak :-
disenangi : Olahraga
LAMPIRAN II
Foto 1. Foto 3.
Foto 2. Foto 4.
LAMPIRAN III
LAMPIRAN IV
145