Anda di halaman 1dari 5

DARI PELAJARAN TATABAHASA DAN MENGARANG KE K-13:

TUMBUHNYA GENERASI CINTA MEMBACA DAN MENGARANG

Sudaryanto
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Abstrak

khu su snya p engajaran bahasa d an sastra. Para gu ru d an sisw a kini terjebak d alam situ asi “rabu n m em baca
d an p incang m engarang”. Akibatnya, p elajaran bahasa d an sastra m enjad i ku rang m enarik d i m ata p ara sisw a.
Dalam konteks itu lah, Ku riku lu m 2013 (K-13) yang m em belajarkan Bahasa Ind onesia berbasis teks d ap at lebih
d iop tim alkan p otensi keu nggu lan-keu nggu lannya d i sekolah. Berbagai ikhtiar cerd as d an inovatif p u n p atu t
dilakukan oleh para guru di sekolah demi tumbuhnya generasi muda yang cinta membaca dan mengarang.
Kata Kunci: pengajaran bahasa dan sastra, Kurikulum 2013, membaca dan mengarang

Abstract
Poetry “Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang”

Keywords:

“Selama ini, pembelajaran Bahasa Indonesia tidak dipakai untuk membentuk


cara berpikir. Tak heran, jika kita lemah dalam membaca maupun menulis.”
Prof. Dr. Mahsun, M.S.

A. Pendahuluan
Tu lisan ini akan d im u lai d ari sebu ah p u isi berju d u l “Pelajaran Tatabahasa d an

74 baris itu bertitik tolak dari persoalan di bidang pendidikan, khususnya pengajaran bahasa
dan sastra. Sebuah puisi yang secara terus terang mengkritik bagaimana pelajaran tata bahasa
dan mengarang di sekolah berjalan sangat tidak kreatif, sehingga pelajaran itu terasa beku di
mata generasi muda (Sayuti, 2005: 115).
Di bawah ini penulis nukilkan dua bait terakhir dari puisi “Pelajaran Tatabahasa dan
Mengarang”, yang sesu nggu hnya m enjad i m u ara p ersoalan p engajaran bahasa d an sastra

“Anak-anak, bapak bilang tadi


Mengarang itu harus dengan kata-kata sendiri
Tapi tadi tidak ada kosa kata lain sama sekali
Kalian cuma mengulang bolak-balik yang itu-itu juga
Itu kelemahan kalian yang pertama
Dan kelemahan kalian yang kedua
Kalian anemi referensi dan melarat bahan perbandingan
Itu karena malas baca buku apalagi karya sastra.”

“Wahai Pak Guru, jangan kami disalahkan apalagi dicerca


Bila kami tak mampu mengembangkan kosa kata
Selama ini kami ‘kan diajar menghafal dan menghafal saja
Mana ada dididik mengembangkan logika
Mana ada diajar berargumentasi dengan pendapat berbeda

564 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI


Dan mengenai masalah membaca buku dan karya sastra
Pak Guru sudah tahu lama sekali
Mata kami rabun novel, rabun cerpen,
rabun drama dan rabun puisi
Tapi mata kami ‘kan nyalang bila menonton televisi.”

Gu ru d an m ana u jaran tokoh anak-anak. Bait yang d iaw ali d engan teks berbu nyi, “
anak, bapak bilang tadi
dengan teks berbunyi, “Wahai Pak Guru, jangan kami disalahkan apalagi dicerca
u jaran tokoh anak-anak. Sep erti d isinggu ng d i atas, ked u a bait itu m enjad i m u ara p ersoalan
pengajaran bahasa dan sastra di sekolah hari ini.

sisw a d an gu ru terjebak p ad a situ asi “rabu n m em baca d an p incang m engarang” (p injam


Kalian cuma mengulang
bolak-balik yang itu-itu juga Kalian anemi referensi dan melarat bahan perbandingan”,
serta “…malas baca buku apalagi karya sastra.” Intinya, p ara sisw a ku rang m em iliki kecintaan
terhadap buku, apalagi karya sastra.
Sebaliknya, p ara sisw a ju ga tak m au d isalahkan begitu saja. Mereka seolah berkata
kep ad a gu ru nya, “…

teru ngkap kem bali p ersoalan p engajaran bahasa d an sastra yang tak p ernah lep as d ari
urusan hafal-menghafal. Di kelas, para siswa kurang diajarkan untuk mengembangkan logika

Di samping itu, para siswa juga mengakui bahwa “


.” Baris-baris
p u isi itu m engisyaratkan bahw a m inat m em baca sisw a terhad ap karya-karya sastra sangat
rend ah d iband ingkan d engan “m inat m enonton televisi”. Di kelas, sangat jarang d item u kan
pemandangan siswa asyik membaca buku. Alih-alih itu, justru yang ada ialah pemandangan
siswa bermain handphone atau ngobrol.
Menyikap i hal itu , p ara gu ru tak boleh berkecil hati, ap alagi berp u tu s asa d alam
m engatasi p ersoalan itu . Berbagai ikhitar cerd as d an inovatif p u n p atu t d ilaku kan oleh p ara
gu ru d i sekolah d em i tu m bu hnya generasi m u d a (p ara sisw a) yang cinta m em baca d an
m engarang. Salah satu nya ialah d engan m elirik d an m engop tim alkan p otensi keu nggu lan-
keunggulan dari Kurikulum 2013 (K-13), yang saat ini sedang diterapkan di sebagian sekolah.
Tiga keunggulan itu akan dibahas dalam tulisan ini.

B. Pembahasan
Melirik K-13: Tiga Keunggulan untuk Tumbuhnya Generasi Cinta Membaca dan
Mengarang
Ad a tiga p otensi keu nggu lan d alam Ku riku lu m 2013 (K-13) yang p antas d ilirik d an
dioptimalkan untuk tumbuhnya generasi muda yang cinta membaca dan mengarang. Ketiga
p otensi itu ialah (1) banyaknya p orsi jam p elajaran Bahasa Ind onesia p er m inggu d i sem u a
jenjang p end id ikan, (2) ad anya im p lem entasi p end ekatan tem atik-integratif, khu su snya d i
jenjang sekolah dasar (SD), dan (3) dibelajarkannya teks atau genre yang beragam, baik sastra
maupun non-sastra. Mari kita kupas satu per satu!
Pertama, banyaknya p orsi jam p elajaran Bahasa Ind onesia p er m inggu d i sem u a
jenjang p end id ikan. Di jenjang SD, p orsi jam p elajaran Bahasa Ind onesia sekitar 7-10 jam p er
m inggu . Rinciannya, kelas 1 d an 2 (8 jam ), kelas 3 (10 jam ), d an kelas 4, 5, d an 6 (7 jam ).
Ju m lah p orsi jam p elajaran Bahasa Ind onesia p er m inggu d i SD itu terbilang cu ku p banyak
bila d iband ingkan d engan m ata p elajaran-m ata p elajaran lainnya, sep erti PPKN (4-6 jam ),
Matematika (5-6 jam), IPA dan IPS (3 jam).

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 565


Kond isi seru p a terjad i d i jenjang SMP d an SMA. Di jenjang SMP, p orsi jam p elajaran
Bahasa Indonesia mencapai 6 jam per minggu, sedangkan di jenjang SMA porsi jam pelajaran
Bahasa Ind onesia m encap ai 4 jam p er m inggu . Khu su s d i jenjang SMA, d itam bah p rogram
peminatan SMA atas tiga pilihan: matematika dan IPA, sosial, dan bahasa. Untuk peminatan
bahasa, ada pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang memiliki porsi jam pelajaran sekitar
3-4 jam per minggu.
Banyaknya p orsi jam p elajaran Bahasa Ind onesia p er m inggu d i sem u a jenjang
p end id ikan sep atu tnya d im anfaatkan oleh p ara gu ru Bahasa Ind onesia. Kini, tak ad a alasan
lagi bagi gu ru Bahasa Ind onesia bahw a d irinya keku rangan jam p elajaran sehingga m ateri
pelajaran disampaikan secara asal-asalan. Alih-alih begitu, para guru Bahasa Indonesia dapat
melihat peluang di balik banyaknya porsi jam pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, dengan
rutin membuat penelitian tindakan kelas (PTK).
Sebagai contoh, d alam kom p etensi m enyim ak berita, gu ru d ap at m em p erkenalkan
su atu m etod e p engajaran yang inovatif bernam a “SPASI” (Sim ak, Paham i, Disku si,
Sim p u lkan) d i kelas. Pertam a-tam a p ara sisw a d im inta m enyim ak p em bacaan berita rad io
(RRI), dan untuk menguji hasil simakannya, siswa menjawab sejumlah pertanyaan dari guru.
Jika ternyata hasil u jian m enyim ak ku rang bagu s, gu ru d ap at m em bu at sim u lasi beberap a
permainan yang bertujuan meningkatkan kompetensi menyimak.
Kem u d ian, d i ru m ah p ara sisw a d itu gaskan u ntu k m elaku kan kegiatan m enyim ak
secara m and iri, yaitu m enyim ak p em bacaan berita rad io (RRI). Sem bari m enyim ak, m ereka
juga mencatat kata-kata kunci (keywords) yang disampaikan dalam berita tersebut. Selanjutnya,
mereka kembangkan kata-kata kunci tadi ke dalam karangan yang substansinya sama dengan
substansi berita yang dibacakan. Di kelas, para siswa secara berkelompok melakukan diskusi
dan menyampaikan hasil-hasil simakannya.
Kedua, ad anya im p lem entasi p end ekatan tem atik-integratif d i jenjang SD. Terlep as
d ari m u ncu lnya p end ap at yang m engatakan, d alam K-13, Bahasa Ind onesia hanya d ijad ikan
alat untuk menyampaikan materi pelajaran lain, penulis melihat bahwa pendekatan tematik-
integratif tetap layak d igu nakan oleh p ara gu ru Bahasa Ind onesia. Di kelas 1, 2, d an 3 SD,
kompetensi dasar (KD) IPA ataupun IPS dapat diintegrasikan ke dalam KD Bahasa Indonesia,

Sebagai contoh, gu ru d ap at m engam bil salah satu cerita d ongeng d alam bu ku Cerita
Rakyat dari Bali (1992) karya James Danandjaja, yaitu “Dongeng I Tiing dan I Glagah”. Pertama-
tam a gu ru d ap at m em bacakan cerita d ongeng itu sekitar 15-20 m enit, d an kem u d ian sisw a
m enyim aknya d engan cerm at. Agar karakter p ercaya d iri p ara sisw a tu m bu h, gu ru d ap at
memintanya untuk maju ke depan kelas. Para siswa boleh berkomentar tentang isi dongeng,
tokoh dongeng, dan hal-hal menarik lainnya.
Salah satu tem a p em belajaran d i kelas 1 SD ialah “p eristiw a alam ”. Tem a itu d ap at
d itarik ke m ata p elajaran IPA atau IPS, d engan m engaitkan cerita d i atas. Dalam cerita itu , I
Tiing d an ad iknya, I Glagah, su ka m em bantu orang lain d i d esanya. Bila tiba m u sim p anen,
keduanya membantu orang mengetam padi. Bila musim panen telah usai, keduanya kembali
m encari sisa-sisa beras yang tercecer d i tem p at orang m enu m bu k p ad i, sep erti kebiasaan
yang dilakukan oleh keduanya sebelum musim panen tiba.
Dalam m ata p elajaran IPA, sisw a d ap at belajar tentang kap an m u sim p anen tiba,
berap a kali m u sim p anen d alam setahu n, d ap atkah air su ngai atau d anau d igu nakan u ntu k
m engaliri saw ah, d sb. Sem entara d alam m ata p elajaran IPS, sisw a d ap at belajar tentang d ari
daerah mana nama “I Tiing” dan “I Glagah”, apakah daerah Bali termasuk daerah pertanian
yang su bu r, d sb. Singkat kata, cerita d ongeng I Tiing d an I Glagah d ap at d ijad ikan sebagai
materi ajar untuk sejumlah mata pelajaran yang diintegrasikan.
Ketiga, d alam K-13, Bahasa Ind onesia d ibelajarkan d engan berbasis teks atau genre,
baik sastra m au p u n non-sastra. Mengu tip Mahsu n (2013), teks yang d ibelajarkan berw u ju d
teks tu lis atau p u n lisan. Dalam K-13, Bad an Pengem bangan d an Pem binaan Bahasa atau
Badan Bahasa, telah membuat 40 buku teks dan pegangan guru dari jenjang SD hingga SMA.

566 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI


Di jenjang SMA, ada buku wajib dan peminatan. Terlepas dari itu, para guru Bahasa Indonesia
diperkenankan untuk mencari teks-teks alternatif.
Dalam tulisan ini, penulis mengambil buku Komik Cerita Rakyat Indonesia 1 (2013) sebagai
teks alternatif. Di bu ku tersebu t tersaji kom ik cerita rakyat d ari d aerah Su m atera, Bali, d an
N u sa Tenggara. Jika p end ekatan kontekstu al yang d igu nakan, m aka bu ku tersebu t d ap at
d ip akai oleh p ara sisw a yang berasal d ari ketiga d aerah tersebu t. N am u n, tak ad a salahnya
jika para siswa yang berasal dari daerah lainnya membaca buku komik cerita rakyat tersebut
sebagai pemerkaya pengetahuan umum.
Dip ilihnya kom ik cerita rakyat Ind onesia sebagai teks alternatif, karena kom ik lebih
m enarik d i m ata p ara sisw a SD, selain ju ga m enjad i m ed ia aw al gu na m enu m bu hkan m inat
baca d i kalangan sisw a SD, khu su snya kelas 1 d an 2. Di sam p ing itu , kom ik cerita rakyat
Ind onesia d ap at m enjad i bacaan alternatif selain kom ik-kom ik asing (teru tam a Jep ang),
yang isi atau substansinya belum tentu sesuai dengan budaya atau pandangan hidup bangsa
Indonesia.
Selain bu ku Komik Cerita Rakyat Indonesia, p enu lis am bilkan teks beru p a lirik lagu
“Bu nd a” d ari gru p m u sik Potret. Lagu tersebu t m eru p akan karya Melly Goeslaw . Sim aklah
dengan cermat lirik-lirik lagu “Bunda” di bawah ini.

Kubuka album biru


Penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirku pun melayang


Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku

Kata mereka diriku selalu dimanja


Kata mereka diriku selalu ditimang

Nada-nada yang indah


Selalu terurai darimu
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya

Tangan halus dan suci


T’lah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup rela dia berikan

Oh Bunda ada dan tiada dirimu


Kan selalu ada di dalam hatiku

Pertam a-tam a gu ru m em p erd engarkan lagu “Bu nd a” d i kelas d an p ara sisw a


m enyim aknya d engan cerm at. Kem u d ian, gu ru m em berikan w aktu kep ad a sisw a u ntu k
memberikan apresiasinya terhadap lagu tersebut. Di sini, guru tak lupa memberikan apresiasi
p u la d engan m enyatakan berbagai u ngkap an, sep erti bahasa tu tu ran “Bagu s!”, “Sip !”, “Oke
d eh!”, “Pintar!”, sam p ai p em berian satu -d u a ibu jari (bahasa tu bu h). Dengan ap resiasi itu
pula, siswa akan merasa dihargai apresiasinya.
Selanju tnya, p ara sisw a d im inta m enu lis karangan yang berkaitan d engan lagu
“Bu nd a” tersebu t. Jika kom p etensi yang d itu ju ialah m enu lis cerp en, m aka p ara sisw a
m enu lis cerp en bertem a “Bu nd a”. Jika kom p etensi yang d itu ju ialah m enu lis op ini, m aka

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 567


p ara sisw a m enu lis op ini bertem a “Bu nd a”. Jad i, lagu “Bu nd a” m enjad i m ateri ajar yang
sifatnya “cantelan” u ntu k kom p etensi yang ingin d iajarkan oleh gu ru Bahasa Ind onesia,
seperti halnya menulis cerpen, opini, puisi, dll.
Selain lagu “Bu nd a” Potret, m asih banyak lagu d an p u isi Ind onesia yang bertem a
seru p a, sep erti lagu “Doa u ntu k Ibu ” Ungu , “Ibu ” Iw an Fals, p u isi “Ibu ” D. Zaw aw i Im ron,
p u isi “Ibu ” H artojo And angd jaja, p u isi “H ati Bu nd a” Ism a Saw itri, p u isi “Bu nd a” Rid w an
Siregar, d an p u isi “N yanyi Ibu ” S.M. Ard an. Kesem u a teks lagu d an p u isi itu p antas
d ibelajarkan d alam m ata p elajaran Bahasa Ind onesia, sekaligu s d alam rangka p end id ikan
karakter bagi para siswa.

C. Penutup
Dari u raian d i atas, d ap at d itarik seju m lah kesim p u lan tentang keterkaitan p u isi

Ind onesia berbasis teks d em i tu m bu hnya generasi m u d a cinta m em baca d an m engarang


sebagai berikut.
1. Pu isi “Pelajaran Tatabahasa d an Mengarang” m enu nju kkan d u a p ersoalan p engajaran
bahasa dan sastra, yaitu rendahnya minat membaca-mengarang para siswa, dan pengajaran
tata bahasa dan mengarang selalu berurusan dengan hafal-menghafal.
2. Para gu ru Bahasa Ind onesia d ap at m elirik p otensi-p otensi keu nggu lan d alam Ku riku lu m
2013 (K-13) Bahasa Ind onesia, yaitu banyaknya p orsi jam p elajaran Bahasa Ind onesia p er
m inggu d i sem u a jenjang p end id ikan, im p lem entasi p end ekatan tem atik-integratif d i
jenjang SD, dan Bahasa Indonesia dibelajarkan berbasis teks.
3. Berbagai ikhtiar cerd as d an inovatif p erlu d ilaku kan oleh p ara gu ru Bahasa Ind onesia
d i sem u a jenjang p end id ikan, sep erti halnya m etod e p engajaran inovatif “SPASI” d an
m encari teks-teks alternatif beru p a kom ik cerita rakyat Ind onesia, p u isi-p u isi Ind onesia,
dan lirik-lirik lagu Indonesia.

D. Daftar Pustaka
Danandjaja, James. 1992. Cerita Rakyat dari Bali. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dian K & Tethy Ezokanzo. 2013. Komik Cerita Rakyat Indonesia I. Jakarta: PT Bhu ana Ilm u
Populer.
Mahsu n. 2013. “Pelajaran Bahasa Beru bah Arah” (w aw ancara) d alam H arian Kompas, Sabtu ,
16 Februari 2013, hal. 10.
,
Vol. 14, No. 63, Mei 2013, hal. 10-13.
Sayuti, Suminto A. 2005. . Jakarta: PT Grasindo.
Suryadi AG, Linus ( ). 1987. . Jakarta: Penerbit PT
Gramedia.

568 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

Anda mungkin juga menyukai