Modul 1 OK Kebijakan Dan Regulasi KeuDesa PDF
Modul 1 OK Kebijakan Dan Regulasi KeuDesa PDF
2016
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2016
KEBIJAKAN PENGAWALAN BPKP
DAN REGULASI KEUANGAN DESA
KATA PENGANTAR
i
Modul #1 : KeblJakan Pengawalan BPKP & Regula •• Pengelolaan Keuangan Desa
Kami menyadari modul ini masih jauh dari sempurna dan masih terbuka peluang
untuk terus mengalami penyesuaian, diantaranya karena munculnya peraturan baru
ataupun revisi peraturan. Oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan ba$).i
penyempumaan pada masa mendatang. Akhirnya kami mengucapkanterima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikankontribusi atas terwujudnya modul ini.
11
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Bab I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Kompetensi Dasar 2
C. Indikator Keberhasilan 2
D. Sistematika Modul 2
E. Metode Pembelajaran 3
Bab IV PENUTUP 52
iii
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
DAFTAR GAMBAR
iv
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
UU Nomor 6 Tahun 2014 (UU Desa) beserta peraturan pelaksanaannya telah
mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan
dan berbagai sumber daya yang dimiliki termasuk di dalamnya Pengelolaan Keuangan
Desa. Pemberian dana ke desa yang begitu besar tentunya menuntut tanggung jawab
yang besar pula. Di Tahun 2015, telah dialokasikan Dana Desa oleh pemerintah pusat
sebesar 20,7 Trilyun untuk 74.093 desa, sedangkan di tahun 2016 sebesar 46,9 Triliyun
untuk 74.754 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Dana Desa ini akan terus
bertambah bahkan akan mencapai lebih dari 1 Milyar per desa. Selain Dana Desa,
terdapat pendapatan desa yang lain seperti Alokasi Dana Desa, Dana Bagi Hasil
Pajak/Retribusi Daerah, dan Bantuan Keuangan dari pemerintah provinsi/
kabupaten/kota.
Hal tersebut sejalan dengan amanat dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, yang
menyatakan bahwa aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan
intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara dimana desa tercakup di dalamnya. Salah satu
bentuknya yaitu dengan meningkatkan kapasitas SDM baik pemerintah daerah maupun
pemerintah desa, melalui penyediaan petunjuk pelaksanaan diantaranya yaitu Modul
Pengelolaan Keuangan Desa.
1
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
B. KOMPETENSI DASAR
Modul ini disusun untuk memenuhi materi pembelajaran pada Diklat Substansi
Pengelolaan Keuangan Desa. Setelah mempelajari modul ini, peserta diklat diharapkan
mampu untuk menjelaskan konsepsi kebijakan umum BPKP dalam mengawal
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa serta regulasi-regulasi terkait pengelolaan
keuangan desa mulai dari UU Desa, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri, Peraturan Menteri Desa PDTT dan Peraturan Menteri Keuangan. Selain itu
peserta juga diharapkan mampu memahi peran dari masing-masing tingkat
pemerintahan, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, kecamatan hingga pemerintahan desa.
C. INDIKATOR KEBERHASILAN
Berdasarkan kompetensi tersebut, maka setelah mengikuti proses pembelajaran,
peserta diklat diharapkan mampu:
1. Menjelaskan mengenai kebijakan BPKP dalam melakukan pengawalan Akuntabilitas
Keuangan Desa;
2. Menjelaskan mengenai regulasi-regulasi terkait Pengelolaan Keuangan desa secara
utuh;
3. Menjelasan peran dari setiap tingkatan pemerintah mulai dari pemerintah pusat,
pemerintah kabupaten/kota, pemerintah kecamatan dan pemerintah desa
4. Menjelasan struktur dan pelaksana pengelola keuangan desa.
D. SISTEMATIKA MODUL
Modul ini dirancang untuk membekali peserta dengan pengertian, pemahaman dan
konsep-konsep pengawalan BPKP serta regulasi keuangan desa yang terdiri atas empat
materi bahasan yang disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sistematika modul,
dan metodologi pembelajaran.
2
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Bab 4 : Penutup
Bab ini merupakan kesimpulan dan himbauan kepada para auditor APIP untuk
selalu meningkatkan kapasitasnya, khususnya dengan mengupdate peraturan
atau regulasi terkait pengelolaan keuangan desa.
E. METODE PEMBELAJARAN
Metodologi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah
menggunakan pendekatan andragogi. Pendekatan ini disebut pendekatan pemelajaran
orang dewasa mengingat peserta didik adalah orang yang telah memiliki pengalaman
dan pengetahuan sebelumnya (prior knowledge) terkait dengan beberapa bagian dari
materi diklat.
Oleh karena itu, metode pemelajaran ini menggunakan kombinasi proses belajar
mengajar dengan cara: ceramah, tanya jawab dan diskusi serta latihan dan kasus.
1. Ceramah
Widyaiswara/instruktur membantu peserta dalam memahami materi dengan ceramah
dan dalam proses ini peserta diberi kesempatan untuk mengajukan tanya jawab atau
memberikan pendapat dalam sesi curah pendapat. Selain itu, agar proses
pendalaman materi dapat berlangsung dengan lebih baik, dilakukan pula diskusi dan
latihan secara berkelompok sehingga peserta didik benar‐benar dapat secara aktif
terlibat dalam proses belajar mengajar.
3
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
4
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Bab II
KEBIJAKAN UMUM PENGAWALAN BPKP
A. LATAR BELAKANG
Dengan telah disahkannya UU Desa di Tahun 2014, maka kedudukan desa saat
ini menjadi lebih strategis dibandingkan sebelumnya. Dalam APBN-P 2015 telah
dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp 20,776 triliun untuk 74.093 desa yang tersebar di
Indonesia. Selain Dana Desa, sesuai UU Desa pasal 72, Desa memiliki Pendapatan Asli
Desa dan Pendapatan Transfer lainnya berupa Alokasi Dana Desa (ADD); Bagian dari
Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota; dan/atau Bantuan Keuangan dari APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pemberian dana ke desa yang begitu besar tentunya menuntut tanggung
jawab yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa, dimana semua akhir kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat desa sesuai dengan ketentuan. Namun demikan, kondisi SDM Desa yang
belum memadai, menyebabkan banyak pihak khawatirkan dalam implementasi UU Desa
dimaksud. Terdapat banyak yang yang harus diantisipasi oleh berbagai pihak agar apa
yang dikhawatirkan tersebut tidak menjadi kenyataan.
Kendala lainnya yaitu desa belum memiliki prosedur serta dukungan sarana
dan prasarana dalam pengelolaan keuangannya, serta belum kritisnya masyarakat atas
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa. Besarnya dana yang harus
dikelola jangan sampai menjadi bencana khususnya bagi aparatur pemerintah desa.
Fenomena pejabat daerah yang tersangkut kasus hukum jangan sampai terulang
kembali dalam skala pemerintahan desa. Aparatur Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) harus memiliki pemahaman atas peraturan perundang-
undangan dan ketentuan lainnya, serta memiliki kemampuan untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan desa yang transparan, akuntabel dan partisipatif. Oleh karena
itu, sebagaimana diamanatkan dalam UU Desa, pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota memiliki peran untuk turut membantu memberdayakan
masyarakat desa dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan pembangunan desa.
5
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Di lihat dari sisi kebijakan, Implementasi UU Desa ini sangat selaras dengan
Program Pembangunan Nasional yang tertuang dalam RPJM Nasional 2015-2019 yaitu
“Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan DESA
dalam kerangka NKRI”. BPKP sebagai lembaga yang diberi amanat oleh presiden untuk
mengawal kebijakan strategis tentunya harus berperan aktif khususnya terkait
keuangan dan pembangunan desa. Karenanya, BPKP perlu membuat suatu kebijakan
dan langkah-langkah konkret khususnya dalam mengawal keuangan desa.
B. TUJUAN PENGAWALAN
Pengawalan Keuangan Desa yang dilakukan oleh BPKP bertujuan untuk
memastikan seluruh ketentuan dan kebijakan dalam mengimplementasikan UU Desa
khususnya keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh tingkatan
pemerintahan baik tingkat Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga), Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa
sesuai dengan perannya masing-masing. Khusus untuk tingkat desa, pemerintah desa
dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa dengan baik mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan.
Jika berhasil dilaksanakan dengan baik maka pengawalan desa akan mencapai
tujuan yang diharapkan yaitu Good Village Governance dengan indikator diantaranya
sebagai berikut:
- Tata kelola keuangan desa yang baik;
- Perencanaan Desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras dengan perencanaan
daerah dan nasional;
- Berkurangnya penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan yang mengakibatkan
permasalahan hukum;
- Mutu pelayanan kepada masyarakat meningkat.
6
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Gambar 2.1
11 (sebelas) Stakeholders Desa
7
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
8
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
kaitan pengelolaan keuangan desa agar APH tidak menjadi momok bagi desa dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Jangan sampai ke depannya banyak
aparat pemerintah desa yang terjerat kasus hukum dalam kaitannya pengelolaan
keuangan desa.
6. Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi sesuai UU Desa pasal 114 memiliki fungsi pembinaan dan
pengawasan (binwas). Fungsi binwas ini dilakukan terhadap kabupaten/kota dalam
mengimplementasikan UU desa, juga yang bersifat langsung ke desa. BPKP dalam
melakukan pengawalan keuangan desa berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi
dalam melaksanaan fungsi binwas tersebut khususnya kepada kabupaten/kota
dalam hal regulasi dan pemantauan pelaksanaan penyaluran Dana Desa, ADD dan
Dana Bagi Hasil. Koordinasi juga bisa dilakukan dalam kaitannya dengan peran
binwas pemerintah provinsi yang bersifat langsung ke desa misalnya berupa
pemberian bantuan keuangan.
7. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan mitra utama dalam pengawalan keuangan
desa, khususnya oleh Perwakilan BPKP di daerah. Pemerintah kabupaten/kota
memiliki peran sentral dalam pengelolaan keuangan desa karena regulasi-regulasi
yang dikeluarkan kabupaten/kota akan menjadi acuan utama bagi desa dalam
melaksanakan keuangan desa. Amanat pengawasan atas keuangan desa dan aset
desa juga menjadi kewenangan kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh inspektorat.
Peran lannya adalah fungsi kecamatan yang merupakan bagian dari kabupaten/kota
dalam melakukan fasilitasi-fasilitasi bagi desa dalam melakukan pengelolaan
keuangan desa.
9
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
10
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Pemerintah Desa (APDESI) misalnya bisa menjadi sumber bahan masukan berharga
dalam rangka perbaikan regulasi keuangan desa.
Kondisi pengelolaan keuangan desa yang belum memadai pada saat ini merupakan
suatu tantangan bagi pengawalan BPKP ke depannya.
11
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
F. ANALISIS SWOT
Pengawalan desa yang dilakukan oelh BPKP, baik dalam keuangan maupun dalam
pembangunan desa agar lebih efektif maka dilakukan analisis SWOT terlebih dahulu.
Analisis SWOT diperlukan untuk mengetahui kondisi BPKP agar dalam pelaksanaan
pengawalan pekerjaan lebih terarah dan terukur. Dengan analisis SWOT maka akan
diketahui kekuatan (strength), Kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan
ancaman (threat) dalam pelaksanaan strategi pengawalan keuangan dan pembangunan
desa.
Berdasarkan hasil kajian, dapat diidentifikasi kekuatan (strength) BPKP dalam
melakukan pengawalan desa yaitu:
- SDM yang memiliki kualitas memadai;
- Adanya perwakilan di daerah yang mampu menjangkau daerah seluruh Indonesia;
- Pengalaman BPKP dalam mengawal keuangan daerah yang telah diakui mitra kerja
dan pengguna (users);
- Posisi BPKP dalam 5 pilar kepresidenan memberikan akses yang kuat dalam
memberi masukan kepada presiden.
Kesempatan (opportunity) yang harus dimanfaatkan oleh BPKP dalam hal pengawalan
desa adalah:
- Amanat langsung dari Presiden (President‟s Directions) untuk mengawal
implementasi UU Desa;
- Permintaan dari DPR kepada BPKP untuk melakukan langkah konkret dalam
pengawalan UU Desa saat dilakukan RDP;
- Rekomendasi KPK-RI kepada BPKP berdasarkan hasil kajian yang dilakukan KPK
khususnya terkait sistem dan aplikasi pengelolaan keuangan desa;
12
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Ancaman (threat) yang harus diwaspadai dalam hal pengawalan desa adalah:
- Adanya peraturan terkait pengelolaan keuangan dan pembangunan desa yang
belum lengkap dan jelas membuat kebijakan pengawalan yang diambil oleh BPKP
belum didukung regulasi;
- Kondisi pengawalan keuangan desa yang masih relatif belum baik karena SDM,
sarana dan prasaran desa yang belum memadai;
- Pihak-pihak eksternal di luar BPKP yang tidak bertanggungjawab dalam melakukan
kerja sama dengan desa yang tidak seseuai ketentuan.
Analisis SWOT yang telah dilakukan oleh BPKP menunjukan peranan BPKP ke depan
dalam pengawalan keuangan desa sangat besar dan diharapkan sekali oleh pimpinan
dan lembaga pemerintahan lainnya juga oleh kabupaten/kota selaku pengguna ( users).
Kekuatan dan kesempatan yang ada akan dimanfaatkan secara maksimal dalam strategi
pemgawalan desa, sedangkan kelemahan dan ancaman yang ada akan diminimalisir
dengan melakukan koordinasi, sinergi dan kerjasama dengan stakeholders terkait.
13
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Gambar 2.2
7 (tujuh) Aspek Pengawalan Desa
14
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
15
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Terhadap ketujuh aspek tersebut, BPKP yang didukung SDM yang memiliki keahlian dan
kompetensi, bisa memberikan peran besar sebagai langkah konkrit pengawalan
keuangan dan desa.
16
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Gambar 2.3
Aspek Pengawalan Desa dan Hasil yang Diharapkan
17
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Pelaksana kegiatan ini adalah Perwakilan BPKP di daerah sedangkan peran BPKP
Pusat adalah sebagai quality assurance atas pelaksanaan pengawalan yang dilakukan
18
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
5. Kerjasama Lainnya
BPKP juga berupaya melakukan pengawalan dengan menjalin kerjasama antara
instansi/lembaga/organisasi lainnya agar terwujud pelaksanaan pengelolaan
keuagnan desa yang lebih baik dan efektif. Misalnya kerja sama dengan LKPP,
Direktorat Jenderal Pajak, DJPK-Kementerian Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), Aparat Penegak Hukum (APH) serta lembaga lainnya seperti perguruan tinggi,
asosiasi pemerintah desa dan sebagainya. Kerjasama dengan organisasi tingkat
pusat dilakukan oleh BPKP Pusat sedangkan kerja sama dengan organisasi tingkat
daerah dilakukan oleh Perwakilan BPKP di daerah.
Tingkat keberhasilan atas langkah-langkah pengawalan baik yang dilakukan oleh BPKP
Pusat maupun Perwakilan BPKP di daerah akan dinilai secara mandiri, memadai dan
berkesinambungan sesuai dengan indikator dan target yang direncanakan.
19
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Sampai dengan posisi per Desember 2015, pengawalan keuangan desa yang sudah
dilakukan oleh BPKP adalah sebagai berikut:
20
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
Dengan adanya juklak ini maka diharapkan Perwakilan BPKP dan Pemerintah Daerah
dapat memberikan bimbingan dan konsultasi dalam hal:
a. Pemberian dan atau peningkatan pemahaman mengenai keuangan desa, mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan, hingga pelaporan dan
pertanggungjawaban bagi aparat Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa;
b. Pemberian bimbingan teknis bagi pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan-
kebijakan terkait pengelolaan keuangan desa;
c. Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam menyusun perencanaan
keuangan desa;
21
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
22
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
23
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
sosialisasi dan pendampingan atas tata kelola pengelolaan keuangan desa kepada
pemerintah kabupaten/kota, kecamatan hingga desa. Tim pusat (Direktorat PKD
Wilayah III) selaku rendal melakukan quality assurance atas pelaksanaan sosialisasi
yang dilakukan perwakilan BPKP di daerah. Materi sosialisasi/workshop akan
disesuaikan menurut target peserta, khusus kepala desa/perangkat desa dan
kecamatan materinya terkait kebijakan pengelolaan keuangan dan aset desa,
sedangkan untuk bendahara desa berupa teknik pembukuan/keuangan desa.
24
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
yang utuh dalam pengawalan keuangan desa. Koordinasi dilakukan juga sebagai
media koordinasi dalam rangka penyampaian rekomendasi perbaikan atas kebijakan
yang ada. Koordinasi selanjutnya adalah dengan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Koordinasi stakeholders di tingkat pusat di
lakukan oleh BPKP Pusat, sedangkan di tingkat daerah dilakukan oleh Perwakilan
BPKP.
25
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
26
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
27
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
28
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan
29
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Bab III
REGULASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya ditulis
UU Desa), dinyatakan bahwa tugas penataan desa serta pemantauan dan pengawasan
pembangunan desa diemban secara bersama-sama oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam konteks keuangan desa, instansi
pemerintah pusat dan daerah memiliki tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan
tingkatannya. Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahannya sendiri sesuai perundangan.
Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik
Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan)
menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250
“Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan
Bali, Nagari di Minangkabau, Dusun dan Marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-
daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah
yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-
daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah
itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut. Oleh sebab itu, keberadaannya
wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa,
yaitu:
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah;
30
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan
Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik
Indonesia;
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah;
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa;
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
31
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Gambar 3.1
Struktur Dasar Kewenangan Pemerintah
Diharapkan konsep pemerintahan desa ini dapat menumbuhkan prakarsa dan kreativitas
masyarakat serta dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia yang pada
gilirannya menghasilkan.
B. Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat memiliki peran yang sangat strategis dalam penentuan kebijakan terhadap
desa. Selain amanat untuk mengalokasian Dana Desa dalam APBN, terdapat peran strategis
lainnya berupa pembinaan dan pengawasan. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
oleh Pemerintah Pusat diatur dalam UU Desa pasal 113, meliputi:
32
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Pada tingkat pusat, instansi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan desa diantaranya
yaitu Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri); Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT). Selain itu juga terdapat Kementerian
Keuangan dan kementerian teknis yang mempunyai kegiatan yang didanai dari dana desa.
33
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Secara umum, materi yang tersebut diatas telah diatur dalam PP 43 Tahun 2014 jo PP 47
Tahun 2015 dan PP 60 Tahun 2014 jo PP 22 Tahun 2015.
1. Kementerian Keuangan
Pemerintah Pusat memiliki kewajiban untuk mengalokasikan Dana Desa dalam APBN.
Pemerintah Pusat dalam hal ini dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan memiliki
kewenangan pengalokasian, penyaluran, penggunaan, serta pemantauan dan evaluasi atas
dana yang dialokasikan dalam APBN (Dana Desa). Pengaturan terkait Dana Desa lebih lanjut
diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN.
Pemerintah Pusat mengalokasikan Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun
anggaran yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota. Dana desa ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa. Penyaluran dana desa dilakukan
dengan cara pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD, selanjutnya dari RKUD ke Rekening Kas
Desa, dan dilakukan secara bertahap pada tahun berjalan.
34
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Beberapa ketentuan yang diamanatkan kepada Kementerian Dalam Negeri dalam bentuk
peraturan menteri sebagai tindak lanjut implementasi UU Desa adalah sebagai berikut:
a. Penataan Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 32);
b. Penetapan Kewenangan Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 39);
c. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 53);
d. Ketentuan Bidang Urusan Sekretariat Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 62);
e. Ketentuan Mengenai Pelaksana Teknis (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 64);
f. Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014,
Pasal 70);
g. Badan Permusyawaratan Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 79);
35
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Ketentuan-ketentuan tersebut hingga saat ini masih dalam proses penyusunan untuk
merevisi ketentuan/permendagri yang telah terbit sebelum UU Desa.
Hingga saat ini, Kemendagri telah menerbitkan beberapa peraturan, yaitu:
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala
Desa;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa;
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa;
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 2015 tentang Evaluasi
Perkembangan Desa Dan Kelurahan.
36
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
37
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Hingga saat ini, Kemendes PDTT telah menerbitkan beberapa peraturan, yaitu:
1. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa
2. Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;
3. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;
4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran
Badan Usaha Milik Desa;
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015.
Isu yang sempat menjadi polemik adalah mengenai kewenangan antara Kemendagri dan
Kementerian Desa PDTT walaupun telah terbit Perpes 11 Tahun 2015 dan Perpres 12 Tahun
2015 tersebut di atas. Kementerian Dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Bina
Pemerintahan Desa, secara umum sesuai dengan Perpres Nomor 11 Tahun 2015,
38
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Gambar 3.2
Kewenangan Kementerian
Diharapkan koordinasi yang baik di antara kedua kementerian tersebut dapat berjalan
dengan baik sehingga desa sebagai tingkat pelaksana, pada akhirnya tidak mengalami
kebingungan karena kebijakan yang berbenturan atau tidak sinkron.
C. Pemerintah Provinsi
39
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Dalam Permendagri 113/2014 pasal 44 dinyatakan bahwa pemerintah wajib membina dan
mengawasi pemberian dan penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana Desa, dan Bagi hasil Pajak
dan Retribusi Daerah dari Kabupaten/Kota kepada Desa. Hal ini merupakan perwujudan
peran pemreintah provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah.
D. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah kabupaten/kota sesuai amanat Undang-Undang memiliki kewajiban untuk
membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Pengaturan keuangan
desa di tingkat kabupaten/kota diantaranya yaitu pengalokasian, penyaluran, penggunaan,
serta pemantauan dan evaluasi atas dana yang dialokasikan dalam APBD. Selain itu juga
pemerintah kabupaten/kota diamanahkan untuk menetapkan berbagai peraturan
pelaksanaan baik dalam bentuk peraturan daerah maupun peraturan bupati/walikota.
1. Pengalokasian dan penyaluran dana ditransfer ke desa yang dialokasikan dalam APBD
Pemerintah kabupaten/kota sesuai mekanisme dalam PP Nomor 60 Tahun 2014, akan
menerima Dana Desa yang selanjutnya akan diteruskan ke desa. Penerimaan Dana Desa
dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) akan
40
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam APBD setiap
tahun anggaran, yang besarannya minimal adalah 10% dari dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam APBD setelah dikurangi dana alokasi khusus. Tata cara
pengalokasian ADD diatur dalam peraturan bupati/walikota.
Pemerintah kabupaten/kota juga mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan retribusi
daerah kabupaten/kota kepada desa dalam APBD setiap tahun anggaran, yang besarannya
minimal adalah 10% dari realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah
kabupaten/kota. Tata cara pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah
kabupaten/kota kepada desa diatur dalam peraturan bupati/walikota. Selain itu pemerintah
kabupaten/kota dapat memberikan bantuan keuangan kepada desa, yang bersumber dari
APBD kabupaten/kota.
Bupati/walikota menginformasikan rencana ADD, bagian bagi hasil pajak dan retribusi
kabupaten/kota untuk desa, serta bantuan keuangan yang bersumber dari APBD
kabupaten/kota dalam jangka waktu 10 hari setelah KUA dan PPAS disepakati kepala daerah
bersama DPRD. Bagi pemerintah desa, informasi ini dijadikan salah satu bahan penyusunan
rancangan APB Desa
Penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota
dari kabupaten/kota ke Desa dilakukan secara bertahap, dan diatur dalam peraturan
bupati/walikota dengan berpedoman pada peraturan menteri. Penyaluran bantuan keuangan
yang bersumber dari APBD kabupaten/kota ke desa dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
41
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
42
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
43
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
E. Kecamatan
Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis
kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat.
Sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 101 dan Permendagri
Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 23, bupati/walikota dapat mendelegasikan pelaksanaan
evaluasi rancangan peraturan desa tentang APB Desa kepada camat atau sebutan lain.
Selain itu juga, camat mempunyai peran dalam hal penyampaian Laporan Realisasi APB
Desa dan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa kepada
bupati/walikota.
Camat sebagaimana diatur dalam pasal 154 PP Nomor 43 Tahun 2014 melakukan tugas
pembinaan dan pengawasan desa, melalui:
44
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
F. Pemerintah Desa
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perbandingan antara Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Gambar 3.3
Perbandingan antara Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa
Uraian Pemerintah Daerah Desa
- Pemilihan Langsung PILKADA PILKADES
- Sumber Pendapatan DAU, DAK, Bagi Hasil Dana Desa, ADD, Bagi Hasil
Pajak/Retribusi Pajak/Retribusi
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Desa
- Badan Usaha BUMD BUM Des
45
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
“Hak Asal Usul” adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa desa
atau prakarsa masyarakat desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara
lain sistem organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas
desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat Desa.
“Kewenangan Lokal Berskala Desa” adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif
dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan prakasa masyarakat
desa, antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi,
sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan
desa, embung desa, dan jalan desa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kewenangan desa diatur menteri, yang akan
ditindak lanjuti oleh bupati/walikota yang akan menetapkan daftar kewenangan berdasarkan
hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa.
46
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
a. Sekretariat Desa
Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang
bertugas membantu kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretaris
Desa dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Kepala Urusan. Kepala Urusan
mempunyai tugas untuk membantu Sekretaris Desa dalam bidang urusan yang menjadi
tanggung jawabnya. Sesuai pasal 62 PP Nomor 43 Tahun 2014 dinyatakan bahwa
Sekretaris Desa dibantu paling banyak terdiri dari 3 (tiga) bidang urusan. Secara umum,
Kepala Urusan Keuangan merangkap sebagai Bendahara Desa sedangkan Kepala
Urusan Umum merangkap sebagai pengurus Kekayaan Milik Desa.
b. Pelaksana Wilayah
Pelaksana Kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai satuan tugas
kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara
pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan desa.
c. Pelaksana Teknis
Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai pelaksana tugas
operasional. Pelaksana teknis sesuai PP Nomor 43 Tahun 2014 pasal 64 paling banyak
terdiri atas 3 (tiga) seksi.
47
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
2. Penghasilan Tetap
Penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa dianggarkan dalam APB Desa yang
bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD). Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap
kepala desa dan perangkat desa menggunakan penghitungan sebagaimana diatur
dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 pasal 81 sebagai berikut:
a. ADD yang berjumlah sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
digunakan paling banyak 60% (enam puluh perseratus);
b. ADD yang berjumlah lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan antara
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak 50% (lima
puluh perseratus);
c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan antara
Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
40% (empat puluh perseratus); dan
d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah)
digunakan antara Rp360.000.000,00 (tiga ratus enam puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak 30% (tiga puluh perseratus).
48
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Jaminan kesehatan yang diberikan kepada Kepala Desa diintegrasikan dengan jaminan
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
49
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
50
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
5. Desa Adat
Desa mempunyai karakteristik yang berlaku umum untuk seluruh Indonesia, sedangkan
Desa Adat mempunyai karakteristik yang berbeda dari desa pada umumnya, terutama
karena kuatnya pengaruh adat terhadap sistem pemerintahan lokal, pengelolaan
sumber daya lokal, dan kehidupan sosial budaya masyarakat desa.
Desa Adat memiliki hak asal usul yang lebih dominan daripada hak asal usul Desa sejak
Desa Adat itu lahir sebagai komunitas asli yang ada di tengah masyarakat. Desa Adat
adalah sebuah kesatuan masyarakat hukum adat yang secara historis mempunyai batas
wilayah dan identitas budaya yang terbentuk atas dasar teritorial yang berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa berdasarkan hak asal usul.
51
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
Bab IV
PENUTUP
Salah satu hal nyata yang penting dilakukan adalah selalu meng-update peraturan.
Peraturan terkait pengelolaan keuangan desa akan terus berkembang dengan
seluruh aspeknya sebagaimana pengelolaan keuangan daerah yang lebih dahulu
berkembang.
Salah cara untuk terus mengupdate pengetahuan diantaranya mengikuti diskusi atau
forum yang membahas tentang pengelolaan keuangan desa. Saling membagi
pengetahuan akan saling mempercepat pemahaman pengelolaan keuangan desa.
Untuk BPKP telah disediakan forum internal berupa forum diskusi pengawalan
akuntabilitas pengelolana keuangan desa di warga.bpkp.go.id. Namun, di dunia
maya, forum diskusi khususnya pengelolaan keuangan desa juga cukup banyak.
Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa memberikan ridhoNya atas niat kita
bersama ini untuk dapat mewujudkan cita-cita luhur kita bersama.
52
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
DAFTAR PUSTAKA
53
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa;
14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 3
Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;
15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa;
16. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.07/2014 tentang Pengalokasian Transfer
ke Daerah dan Dana Desa;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 263/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK.07/2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Penundaan
dan/atau Pemotongan Dana Perimbangan Terhadap Daerah yang Tidak Memenuhi
Alokasi Dana Desa.
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi
Desa;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Kekayaan Desa;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata
Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
25. Sudarno Sumarto, Asep Suryahad, dan Alex Arifianto, 2004. Tata Kelola Pemerintahan
Dan Penanggulangan Kemiskinan: Bukti-Bukti Awal Desentralisasi Di Indonesia.
SMERU Research Institute, Jakarta. Maret 2004.
26. http://pmd.kemendagri.go.id
27. http://www.kemendesa.go.id
28. http://www.djpk.depkeu.go.id
54
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa
TIM PENYUSUN
Pengarah
Penanggung Jawab
Penyusun
Syukri
Adrian Puspawijaya
Akhmad Basori
Usulan perbaikan atas modul ini sangat kami harapkan, usulan dapat dikirimkan via email:
satgas.desa@gmail.com dan adrian.poespa@gmail.com
55