Anda di halaman 1dari 62

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Modul Pengelolaan Keuangan Desa # 1

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah

2016
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Modul Pengelolaan Keuangan Desa # 1

Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah

2016
KEBIJAKAN PENGAWALAN BPKP
DAN REGULASI KEUANGAN DESA

Dikeluarkan oleh Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah - BPKP


dalam rangka Diklat Substansi – Pengelolaan Keuangan Desa bagi pegawai di lingkungan BPKP.

Edisi Pertama: Januari 2016

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH


BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
JL. Pramuka Nomor 33, Jakarta Timur
Telepon : (021) 8584863,
Fax. : (021) 85910302
Surat elektronik : satgas.desa@gmail.com

Di la ra ng ke ra s m e n g ut ip, me n ji pla k , a ta u me ng ga n da ka n se ba gia n a ta u


se l ur u h is i m od ul i ni , s e rta me mp e r j ua l be li ka n ta n pa izi n te rt u li s da ri
De p ut i Bid a n g P e n ga w a sa n Pe n ye le ngga ra a n Ke ua nga n Da e ra h - B PKP
Modul #1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

KATA PENGANTAR

Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa diberikan


kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri serta pelaksanaan
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa.
Begitu besar peran yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan tanggung jawab yang
besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas
dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan
ketentuan.
Peran dan fungsi aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) khususnya
BPKP dalam rangka membantu pemerintah desa diantaranya melakukan pengawalan
dalam pemberian bimbingan dan konsultasi terkait pengelolaan keuangan desa. Untuk bisa
melaksanakan bimbingan dimaksud, diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
para auditor mengenai pengelolaan keuangan desa.

Untuk mencapai tujuan di atas, BPKP telah menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan


Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa pada Bulan April 2015. Selanjutnya
seiring perubahan regulasi yang ada dan juga untuk memenuhi materi pembelajaran pada
Diklat Pengelolaan Keuangan Desa maka disusunlah Modul Pengelolaan Keuangan Desa #1:
Kebijakan Pengawalan BPKP dan Regulasi Keuangan Desa sebagai salah satu dari 4 (empat)
modul yaitu: 1) Modul #1: Kebijakan Pengawalan BPKP dan Regulasi Keuangan Desa;
2) Modul #2: Gambaran Umum, Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Desa;
3) Modul #3: Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa; dan 4)
Modul #4: Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES). Modul ini diharapkan dapat
digunakan juga dalam pemberian bimbingan maupun konsultasi kepada pemerintah desa
dalam peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan desa maupun kepada pemerintah daerah
yang mempunyai peran pembinaan dan pengawasan tata kelola penyelenggaraan tugas dan
fungsi pemerintah desa.

i
Modul #1 : KeblJakan Pengawalan BPKP & Regula •• Pengelolaan Keuangan Desa

Kami menyadari modul ini masih jauh dari sempurna dan masih terbuka peluang
untuk terus mengalami penyesuaian, diantaranya karena munculnya peraturan baru
ataupun revisi peraturan. Oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan ba$).i
penyempumaan pada masa mendatang. Akhirnya kami mengucapkanterima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikankontribusi atas terwujudnya modul ini.

11
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

DAFTAR ISI
Hal

Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Bab I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Kompetensi Dasar 2
C. Indikator Keberhasilan 2
D. Sistematika Modul 2
E. Metode Pembelajaran 3

Bab II KEBIJAKAN UMUM PENGAWALAN BPKP 5


A. Latar Belakang 5
B. Tujuan Pengawalan 6
C. Ruang Lingkup/Area Pengawalan 6
D. Identifikasi Stakeholders terkait Pengawalan Keuangan Desa 7
E. Kondisi Desa Saat Ini 11
F. Analisis SWOT 12
G. Tujuh Aspek Pengawalan Desa 13
H. Strategi dan Langkah-langkah Pengawalan Desa 17

Bab III REGULASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA 30


A. Desa, Sejarah dan Kedudukannya 30
B. Pemerintah Pusat 32
C. Pemerintah Provinsi 39
D. Pemerintah Kabupaten/Kota 40
E. Pemerintah Kecamatan 44
F. Pemerintah Desa 45

Bab IV PENUTUP 52

iii
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 11 (Sebelas) Stakeholders Desa


Gambar 2.2 7 (tujuh) Aspek Pengawalan Desa
Gambar 2.3 Aspek Pengawalan Desa dan Hasil Yang Diharapkan
Gambar 2.4 Grand Design Pengawalan Desa
Gambar 3.1 Struktur Dasar Kewenangan Pemerintah
Gambar 3.2 Kewenangan Kementerian
Gambar 3.3 Perbandingan antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa

iv
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

Bab I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
UU Nomor 6 Tahun 2014 (UU Desa) beserta peraturan pelaksanaannya telah
mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan
dan berbagai sumber daya yang dimiliki termasuk di dalamnya Pengelolaan Keuangan
Desa. Pemberian dana ke desa yang begitu besar tentunya menuntut tanggung jawab
yang besar pula. Di Tahun 2015, telah dialokasikan Dana Desa oleh pemerintah pusat
sebesar 20,7 Trilyun untuk 74.093 desa, sedangkan di tahun 2016 sebesar 46,9 Triliyun
untuk 74.754 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Dana Desa ini akan terus
bertambah bahkan akan mencapai lebih dari 1 Milyar per desa. Selain Dana Desa,
terdapat pendapatan desa yang lain seperti Alokasi Dana Desa, Dana Bagi Hasil
Pajak/Retribusi Daerah, dan Bantuan Keuangan dari pemerintah provinsi/
kabupaten/kota.

Pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan


keuangan desa, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan
sehingga terwujud tata kelola pemerintahan desa yang baik ( Good Village Governance).
Dari hal-hal tersebut diatas, dalam implementasi UU No.6 tahun 2014 tentang Desa
diharapkan APIP dapat berperan secara optimal dalam pengawalan akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa, baik dalam bentuk assurance maupun konsultansi.

Hal tersebut sejalan dengan amanat dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, yang
menyatakan bahwa aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan
intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara dimana desa tercakup di dalamnya. Salah satu
bentuknya yaitu dengan meningkatkan kapasitas SDM baik pemerintah daerah maupun
pemerintah desa, melalui penyediaan petunjuk pelaksanaan diantaranya yaitu Modul
Pengelolaan Keuangan Desa.

1
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

B. KOMPETENSI DASAR
Modul ini disusun untuk memenuhi materi pembelajaran pada Diklat Substansi
Pengelolaan Keuangan Desa. Setelah mempelajari modul ini, peserta diklat diharapkan
mampu untuk menjelaskan konsepsi kebijakan umum BPKP dalam mengawal
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa serta regulasi-regulasi terkait pengelolaan
keuangan desa mulai dari UU Desa, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri, Peraturan Menteri Desa PDTT dan Peraturan Menteri Keuangan. Selain itu
peserta juga diharapkan mampu memahi peran dari masing-masing tingkat
pemerintahan, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, kecamatan hingga pemerintahan desa.

C. INDIKATOR KEBERHASILAN
Berdasarkan kompetensi tersebut, maka setelah mengikuti proses pembelajaran,
peserta diklat diharapkan mampu:
1. Menjelaskan mengenai kebijakan BPKP dalam melakukan pengawalan Akuntabilitas
Keuangan Desa;
2. Menjelaskan mengenai regulasi-regulasi terkait Pengelolaan Keuangan desa secara
utuh;
3. Menjelasan peran dari setiap tingkatan pemerintah mulai dari pemerintah pusat,
pemerintah kabupaten/kota, pemerintah kecamatan dan pemerintah desa
4. Menjelasan struktur dan pelaksana pengelola keuangan desa.

D. SISTEMATIKA MODUL
Modul ini dirancang untuk membekali peserta dengan pengertian, pemahaman dan
konsep-konsep pengawalan BPKP serta regulasi keuangan desa yang terdiri atas empat
materi bahasan yang disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sistematika modul,
dan metodologi pembelajaran.

2
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

Bab 2 : Kebijakan Pengawalan BPKP


Bab ini menguraikan kebijakan BPKP dalam melakukan pengawalan terhadap
pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa meliputi latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, identifikasi stakholders, analisis SWOT, tujuh aspek
pengawalan desa, hingga strategi dan langkah pengawalan yang harus
dilakukan BPKP.

Bab 3 : Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa


Bab ini menguraikan regulasi-regulasi yang diterbitkan dalam pengaturan desa
khususnya terkait pengelolaan keuangan desa serta peranan dan fungsi setiap
level tingkatan pemerintahan mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, pemerintah kecamatan dan pemerintah desa.

Bab 4 : Penutup
Bab ini merupakan kesimpulan dan himbauan kepada para auditor APIP untuk
selalu meningkatkan kapasitasnya, khususnya dengan mengupdate peraturan
atau regulasi terkait pengelolaan keuangan desa.

E. METODE PEMBELAJARAN
Metodologi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah
menggunakan pendekatan andragogi. Pendekatan ini disebut pendekatan pemelajaran
orang dewasa mengingat peserta didik adalah orang yang telah memiliki pengalaman
dan pengetahuan sebelumnya (prior knowledge) terkait dengan beberapa bagian dari
materi diklat.
Oleh karena itu, metode pemelajaran ini menggunakan kombinasi proses belajar
mengajar dengan cara: ceramah, tanya jawab dan diskusi serta latihan dan kasus.
1. Ceramah
Widyaiswara/instruktur membantu peserta dalam memahami materi dengan ceramah
dan dalam proses ini peserta diberi kesempatan untuk mengajukan tanya jawab atau
memberikan pendapat dalam sesi curah pendapat. Selain itu, agar proses
pendalaman materi dapat berlangsung dengan lebih baik, dilakukan pula diskusi dan
latihan secara berkelompok sehingga peserta didik benar‐benar dapat secara aktif
terlibat dalam proses belajar mengajar.

3
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

2. Tanya jawab dan diskusi


Widyaiswara dan peserta bertanya jawab untuk mendalami permasalahan/kondisi
yang terkait dengan tata kelola, pengelolaan risiko dan pengendalian internal.
3. Latihan
Peserta berlatih menyelesaikan soal‐soal yang terkait dengan permasalahan tata
kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern.

4
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

Bab II
KEBIJAKAN UMUM PENGAWALAN BPKP

A. LATAR BELAKANG
Dengan telah disahkannya UU Desa di Tahun 2014, maka kedudukan desa saat
ini menjadi lebih strategis dibandingkan sebelumnya. Dalam APBN-P 2015 telah
dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp 20,776 triliun untuk 74.093 desa yang tersebar di
Indonesia. Selain Dana Desa, sesuai UU Desa pasal 72, Desa memiliki Pendapatan Asli
Desa dan Pendapatan Transfer lainnya berupa Alokasi Dana Desa (ADD); Bagian dari
Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota; dan/atau Bantuan Keuangan dari APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pemberian dana ke desa yang begitu besar tentunya menuntut tanggung
jawab yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa, dimana semua akhir kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat desa sesuai dengan ketentuan. Namun demikan, kondisi SDM Desa yang
belum memadai, menyebabkan banyak pihak khawatirkan dalam implementasi UU Desa
dimaksud. Terdapat banyak yang yang harus diantisipasi oleh berbagai pihak agar apa
yang dikhawatirkan tersebut tidak menjadi kenyataan.
Kendala lainnya yaitu desa belum memiliki prosedur serta dukungan sarana
dan prasarana dalam pengelolaan keuangannya, serta belum kritisnya masyarakat atas
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa. Besarnya dana yang harus
dikelola jangan sampai menjadi bencana khususnya bagi aparatur pemerintah desa.
Fenomena pejabat daerah yang tersangkut kasus hukum jangan sampai terulang
kembali dalam skala pemerintahan desa. Aparatur Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) harus memiliki pemahaman atas peraturan perundang-
undangan dan ketentuan lainnya, serta memiliki kemampuan untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan desa yang transparan, akuntabel dan partisipatif. Oleh karena
itu, sebagaimana diamanatkan dalam UU Desa, pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota memiliki peran untuk turut membantu memberdayakan
masyarakat desa dengan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan pembangunan desa.

5
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

Di lihat dari sisi kebijakan, Implementasi UU Desa ini sangat selaras dengan
Program Pembangunan Nasional yang tertuang dalam RPJM Nasional 2015-2019 yaitu
“Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan DESA
dalam kerangka NKRI”. BPKP sebagai lembaga yang diberi amanat oleh presiden untuk
mengawal kebijakan strategis tentunya harus berperan aktif khususnya terkait
keuangan dan pembangunan desa. Karenanya, BPKP perlu membuat suatu kebijakan
dan langkah-langkah konkret khususnya dalam mengawal keuangan desa.

B. TUJUAN PENGAWALAN
Pengawalan Keuangan Desa yang dilakukan oleh BPKP bertujuan untuk
memastikan seluruh ketentuan dan kebijakan dalam mengimplementasikan UU Desa
khususnya keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh tingkatan
pemerintahan baik tingkat Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga), Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa
sesuai dengan perannya masing-masing. Khusus untuk tingkat desa, pemerintah desa
dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa dengan baik mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan.
Jika berhasil dilaksanakan dengan baik maka pengawalan desa akan mencapai
tujuan yang diharapkan yaitu Good Village Governance dengan indikator diantaranya
sebagai berikut:
- Tata kelola keuangan desa yang baik;
- Perencanaan Desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras dengan perencanaan
daerah dan nasional;
- Berkurangnya penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan yang mengakibatkan
permasalahan hukum;
- Mutu pelayanan kepada masyarakat meningkat.

C. RUANG LINGKUP / AREA PENGAWALAN


Ruang lingkup pengawalan keuangan desa meliputi seluruh ketentuan dan
kebijakan keuangan dan pembangunan desa beserta implementasi kebijakan tersebut
baik tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga tingkat
desa dalam mengimplementasikan UU Desa agar berjalan dengan baik. Setiap tingkat
pemerintahan sebagaimana diamanatkan dalam UU Desa dan aturan pelaksanaannya
memiliki peran pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan desa.

6
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

D. IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS TERKAIT PENGAWALAN KEUANGAN


DESA
Pemerintah Desa dalam mengelola keuangan desa harus berdasarkan ketentuan
dan kebijakan yang telah ditetapkan stakholders pembuat kebijakan. Begitu pun dalam
pelaksanaan keuangan desa, terdapat banyak stakeholders terkait yang turut berperan
penting agar pelaksanaan kebijakan strategis ini dapat berjalan dengan baik. Identifikasi
stakeholders sangat penting diperhatikan agar strategi pelaksanaan pengawalan
keuangan desa yang dilakukan BPKP menjadi efektif dengan mensinergikan seluruh
potensi yang ada melalui koordinasi, sinergai dan kerja sama yang baik.
Berdasarkan hasil kajian dapat diidentifikasi 11 (sebelas) stakeholders desa yang
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1
11 (sebelas) Stakeholders Desa

7
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

1. Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga)


Pemerintah Pusat sesuai dengan UU Desa Pasal 113 memiliki peran pembinaan dan
pengawasan. Pemerintah Pusatyang terkait dengan hal ini terdiri dari:
 Kementerian Koordinasi Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan;
 Kementerian Dalam Negeri;
 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
 Kementerian Keuangan, khususnya Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
(Kaitan Dana Desa) dan Direktorat Jenderal Pajak (kaitan kewajiaban perpajakan
oleh Bendahara Desa)
 Kementerian Pendidikan Nasional, khususnya terkait penyiapan sumber daya
pengelolaan keuangna desa melalui kurikulum pendidikan baik di tingkat
perguruan tinggi atau pun pendidikan lanjutan atas.
 Kementerian PPN/Bappenas.
Di dalam lingkungan pemerintah pusat ini tentunya termasuk BPKP yang diberi
amanah untuk mengawal akuntabilitas keuangan dan pembangunan desa.

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI)


DPR-RI sebagai lembaga legislatif yang memiliki fungsi legislasi, budgeting dan
pengawasan merupakan mitra penting bagi BPKP dalam kaitannya dengan
kebijakan-kebijakan dan daya dorong yang kuat dalam pelaksanaan pengawalan
keuangan desa. Saat Rapat Dengar Pendapat (RDP), BPKP sering diminta laporan
pengawalan keuangan desa yang telah dilakukan dan informasi terkini atas
pelaksanaan implementasi desa yang ada di seluruh Indonesia.

3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK-RI)


KPK-RI sebagai lembaga negara yang berperan dalam pemberantasan korupsi telah
mengkaji adanya potensi-potensi korupsi yang kemungkinan terjadi dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangn desa. BPKP berperan penting dalam mendukung
pemberantasan korupsi tersebut khususnya melalui aspek pencegahan dengan
melakukan kerjasama misalnya dalam bentuk Koordinasi dan Supervisi Pencegahan
(Korsupgah) khusus Pengelolaan Keuangan Desa.

4. Aparat Penegak Hukum (APH)


Aparat Penegak Hukum yaitu Kepolisian dan Kejaksaan yang berperan dalam
penindakan atas pelanggaran-pelanggaran yang telah terjadi dalam pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa. Diperlukan suatu koordinasi dalam penyamaan persepsi

8
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

kaitan pengelolaan keuangan desa agar APH tidak menjadi momok bagi desa dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Jangan sampai ke depannya banyak
aparat pemerintah desa yang terjerat kasus hukum dalam kaitannya pengelolaan
keuangan desa.

5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI)


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) selaku pengawas fungsional eksternal
pemerintah memiliki kewenangan memeriksa keuangan negara. Keuangan Desa
sebagai bagian dari keuangan negara merupakan bagian dari objek yang akan
diperiksa oleh BPK-RI. Koordinasi dan sinergi dengan BPK-RI menjadi penting ke
depannya dalam langkah pengawalan keuangan desa oleh BPKP agar terjadi
penyamaan persepsi dalam membangun akuntabilitas keuangan desa yang baik.

6. Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi sesuai UU Desa pasal 114 memiliki fungsi pembinaan dan
pengawasan (binwas). Fungsi binwas ini dilakukan terhadap kabupaten/kota dalam
mengimplementasikan UU desa, juga yang bersifat langsung ke desa. BPKP dalam
melakukan pengawalan keuangan desa berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi
dalam melaksanaan fungsi binwas tersebut khususnya kepada kabupaten/kota
dalam hal regulasi dan pemantauan pelaksanaan penyaluran Dana Desa, ADD dan
Dana Bagi Hasil. Koordinasi juga bisa dilakukan dalam kaitannya dengan peran
binwas pemerintah provinsi yang bersifat langsung ke desa misalnya berupa
pemberian bantuan keuangan.

7. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan mitra utama dalam pengawalan keuangan
desa, khususnya oleh Perwakilan BPKP di daerah. Pemerintah kabupaten/kota
memiliki peran sentral dalam pengelolaan keuangan desa karena regulasi-regulasi
yang dikeluarkan kabupaten/kota akan menjadi acuan utama bagi desa dalam
melaksanakan keuangan desa. Amanat pengawasan atas keuangan desa dan aset
desa juga menjadi kewenangan kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh inspektorat.
Peran lannya adalah fungsi kecamatan yang merupakan bagian dari kabupaten/kota
dalam melakukan fasilitasi-fasilitasi bagi desa dalam melakukan pengelolaan
keuangan desa.

9
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

8. Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN/PTS)


Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta merupakan mitra potensial dalam
pengawalan keuangan desa. SDM yang kurang memadai di desa dapat diantisipasi
misalnya melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau pengabdian masyarakat
oleh mahasiswa. Selain itu juga, keuangan desa dapat dijadikan salah satu mata ajar
dalam perkuliahan yang dapat menjadi bekal kelak ketika mengabdi kepada
masyarakat. Selain PTN/PTS, Kementerian yang menangani perguruan tinggi juga
merupakan mitra yang berperan penting .

9. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)


Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) khususnya Kompartemen Akuntan Sektor Publik
(KASP) merupakan mitra potensial bagi BPKP dalam membuat grand design
keuangan desa ke depannya. Tentunya, regulasi keuangan desa saat ini yang masih
bersifat „pembukuan‟ ke depannya akan berubah menjadi lebih baik dan akuntabel
dengan penerapan mekanisme „akuntansi‟ sebagaimana yang dilaksanakan peda
keuangan pemerintah daerah yang telah berbasis akrual. Selain itu, dengan adanya
potensi dibukanya Kantor Jasa Akuntan (KJA) oleh individual akuntan bisa
melakukan praktik konsultasi keuangan desa.

10. Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP)


Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP) memiliki peran penting dalam
kebijakan pengadaan barang/jasa di desa. Titik kritis yang menjadi potensi
penyalahgunaan keuangan desa terbesar berada pada proses pengadaan barang
dan jasa di desa. Perlu pengawalan berupa regulasi dengan pengendalian yang baik
namun tetap operasional agar pengadaan barang/jasa di desa menjadi lebih
akuntabel.

11. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)


Lembaga Swadaya Masyarakat ataupun Organisasi Kemasyarakatan yang memiliki
concern kepada keuangan desa dapat dijadikan mitra dalam rangka peningkatan
kapabilitas keuangan desa. Dengan banyaknya dana yang masuk ke desa
menimbulkan banyaknya perhatian kepada desa yang dilakukan oleh LSM. Untuk
mencegah adanya kontra produktif atas LSM yang tidak bertanggungjawab dan juga
menunjang lancarnya pemerintahan desa diperlukan langkah-langkah pendekatan
kepada LSM/ormas agar bersinergi dalam membangun desa. Selain itu Asosiasi

10
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

Pemerintah Desa (APDESI) misalnya bisa menjadi sumber bahan masukan berharga
dalam rangka perbaikan regulasi keuangan desa.

Kesebelas stakeholders tersebut menjadi perhatian bagi BPKP dalam pengawalan


keuangan dan pembangunan desa dengan melakukan koordinasi, sinergi dan kerjasama
agar terwujud keuangan dan tata pemerintahan desa yang baik (Good Village
Governance). Langkah-langkah koordinasi, sinergi dan kerjasama terhadap seluruh
stakeholeder yang sudah diidentifikasi tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam
strategi dan langkah-langkah pengawalan desa pada bagian berikutnya.

E. KONDISI PENGELOLAAN DESA SAAT INI


Dari hasil pelaksanaan survei desa yang telah dilakukan BPKP pada 4 (empat) lokasi
survei yaitu Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan dan Papua,
kondisi pengelolaan keuangan desa saat ini dapat diuraikan sebagai berikut:
- Kondisi desa variasinya sangat tinggi, pemerintahan desa dari yang sangat kurang
karena tidak ada listrik dan sarana hingga pemerintahan desa yang sudah maju
karena telah berbasis teknologi (web/internet)
- SDM perangkat desa bervariasi dari SD s.d. S1, umumnya SMP
- Kualitas SDM belum memadai (blm memahami pengelolaan keuangan)
- Masih terdapat desa yang belum menyusun RKP Desa
- Dana yang berasal dari bagi hasil pajak dan retribusi kabupaten tidak disajikan
dalam RAPBDesa dan realisasinya
- Desa belum memiliki prosedur yang dibutuhkan untuk menjamin tertib administrasi
dan pengelolaan keuangan serta kekayaan milik desa
- Masih terdapat desa yang belum menyusun laporan sesuai ketentuan
- Evaluasi APB Desa belum didukung kesiapan aparat kecamatan
- Pengawasan dan pembinaan belum didukung SDM memadai di tingkat APIP
Kabupaten/Kota
- Proporsi penggunaan dana (ADD) belum sesuai ketentuan (30% Operasional : 70%
pembangunan/pemberdayaan masyarakat).

Kondisi pengelolaan keuangan desa yang belum memadai pada saat ini merupakan
suatu tantangan bagi pengawalan BPKP ke depannya.

11
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

F. ANALISIS SWOT
Pengawalan desa yang dilakukan oelh BPKP, baik dalam keuangan maupun dalam
pembangunan desa agar lebih efektif maka dilakukan analisis SWOT terlebih dahulu.
Analisis SWOT diperlukan untuk mengetahui kondisi BPKP agar dalam pelaksanaan
pengawalan pekerjaan lebih terarah dan terukur. Dengan analisis SWOT maka akan
diketahui kekuatan (strength), Kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan
ancaman (threat) dalam pelaksanaan strategi pengawalan keuangan dan pembangunan
desa.
Berdasarkan hasil kajian, dapat diidentifikasi kekuatan (strength) BPKP dalam
melakukan pengawalan desa yaitu:
- SDM yang memiliki kualitas memadai;
- Adanya perwakilan di daerah yang mampu menjangkau daerah seluruh Indonesia;
- Pengalaman BPKP dalam mengawal keuangan daerah yang telah diakui mitra kerja
dan pengguna (users);
- Posisi BPKP dalam 5 pilar kepresidenan memberikan akses yang kuat dalam
memberi masukan kepada presiden.

Selain kekuatan, BPKP juga memiliki kelemahan (weakness) sebagai berikut:


- Jumlah SDM yang belum memadai untuk melayani seluruh permintaan daerah;
- Banyaknya penugasan yang harus dilakukan khususnya di perwakilan sehingga
beban kerja menjadi sangat tinggi;
- Belum adanya regulasi yang secara jelas memberi amanat kepada BPKP dalam
melakukan pengawalan desa;
- Kurangnya dukungan dana yang memadai dalam melakukan pengawalan BPKP.

Kesempatan (opportunity) yang harus dimanfaatkan oleh BPKP dalam hal pengawalan
desa adalah:
- Amanat langsung dari Presiden (President‟s Directions) untuk mengawal
implementasi UU Desa;
- Permintaan dari DPR kepada BPKP untuk melakukan langkah konkret dalam
pengawalan UU Desa saat dilakukan RDP;
- Rekomendasi KPK-RI kepada BPKP berdasarkan hasil kajian yang dilakukan KPK
khususnya terkait sistem dan aplikasi pengelolaan keuangan desa;

12
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

- Permintaan dari users (kabupaten/kota) kepada BPKP dalam melakukan pengawalan


desa;
- Kerja sama dan koordinasi yang baik yang telah dilakukan BPKP terhadap pembuat
kebijakan (Kemendagri, Kemenkeu dan Kemendes PDTT).

Ancaman (threat) yang harus diwaspadai dalam hal pengawalan desa adalah:
- Adanya peraturan terkait pengelolaan keuangan dan pembangunan desa yang
belum lengkap dan jelas membuat kebijakan pengawalan yang diambil oleh BPKP
belum didukung regulasi;
- Kondisi pengawalan keuangan desa yang masih relatif belum baik karena SDM,
sarana dan prasaran desa yang belum memadai;
- Pihak-pihak eksternal di luar BPKP yang tidak bertanggungjawab dalam melakukan
kerja sama dengan desa yang tidak seseuai ketentuan.

Analisis SWOT yang telah dilakukan oleh BPKP menunjukan peranan BPKP ke depan
dalam pengawalan keuangan desa sangat besar dan diharapkan sekali oleh pimpinan
dan lembaga pemerintahan lainnya juga oleh kabupaten/kota selaku pengguna ( users).
Kekuatan dan kesempatan yang ada akan dimanfaatkan secara maksimal dalam strategi
pemgawalan desa, sedangkan kelemahan dan ancaman yang ada akan diminimalisir
dengan melakukan koordinasi, sinergi dan kerjasama dengan stakeholders terkait.

G. 7 (TUJUH) ASPEK PENGAWALAN DESA


Banyak hal yang perlu dikawal dalam implementasi UU Desa. Strategi pengawalan desa
pada grand design ini lebih difokuskan adalah terkait keuangan dan pembangunan
desa. Pembangunan desa lebih dikhususkan pada aspek perencanaan dan kinerja
pemerintahan desa. BPKP sesuai kompetensinya dalam melakukan pengawalan desa
memfokuskan pada 7 (tujuh) aspek penting terkait pengelolaan keuangan dan
pembangunan desa digambarkan sebagai berikut:

13
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

Gambar 2.2
7 (tujuh) Aspek Pengawalan Desa


 

 

1. Aspek Pengelolaan Keuangan Desa


Aspek Pengelolaan Keuangan Desa merupakan aspek yang paling prioritas dan
aspek yang pertama kali harus dikawal dalam implementasi UU Desa. Keuangan
Desa merupakan pintu masuk untuk masuk pengawalan aspek berikutnya.
Pengawalan pengelolaan keuangan desa difokuskan agar desa dapat menyusun APB
Desa dengan baik yang bersifat terintegrasi dan partisipatif, pelaksanaannya
memiliki pengendalian yang baik hingga proses pelaporan/pertanggungjawaban
yang akuntabel. Dengan pengawalan keuangan desa, kekhawatiran semua pihak
atas ketidakmampuan desa mengelola keuangan desa dengan dananya yang besar
dapat diminimalisir.

14
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

2. Aspek Pengelolaan Aset/Kekayaan Milik Desa


Pengawalan aset/kekayaan milik desa menjadi salah satu aspek penting karena
dengan dikelolanya dana yang besar, desa akan memiliki kekayaan desa yang
semakin besar pula serta disisi lain bagaimana kewajiban laporan kekayaan milik
desa sesuai regulasi dapat dipenuhi oleh pemerintah desa. Selain itu, amanat UU
desa untuk melakukan inventarisasi bersama antara pemerintah daerah dengan
desa perlu dikawal agar tidak muncul potensi konflik perebutan aset. Ke depan,
pengelolaan kekayaan milik desa termasuk di dalamnya pemanfaatan aset-aset desa
untuk dikerjasamakan dengan pihak ketiga dapat dilaksanakan oleh desa sesuai
ketentuan yang berlaku. Satu hal yang tak kalah penting dan perlu menjadi prioritas
adalah menjaga aset-aset desa yang berasal dari program sebelumnya seperti PNPM
dan program pemerintah lainnya agar tidak terjadi kerugian ataupun kehilangan.
3. Aspek Pengadaan Barang dan Jasa
Aspek pengadaan Barang/jasa di desa perlu dikawal dengan baik agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi kegamangan ataupun penyalahgunaan kewenangan
yang menimbulkan permasalahan hukum. Pengadaan barang dan jasa merupakan
salah satu titik kritis yang perlu diwaspadai dan menjadi perhatian bersama melalui
regulasi dan pengendalian yang memadai agar pelaksanan barang/jasa berjalan
secara transparansi, efesien dan efektif serta partisipatif. Pengadaan di desa secara
umum dilakukan secara swakelola dan/atau melalui penyedia jika tidak dapat
dipenuhi oleh masyarakat desa.
4. Aspek BUM Desa
Pembangunan ekonomi di desa diantaranya melalui BUM Desa merupakan salah
satu perhatian utama dari Kementerian Desa PDTT dalam menggerakan
perekonomian di desa dengan mengoptimalkan potensi ekonomi yang dimiliki desa.
Ke depan, BUM Desa akan sangat banyak jumlahnya dan akan menjadi perhatian
semua pihak. BUM Desa ini tentu perlu pengelolaan yang baik yang mana dengan
kondisi SDM desa yang belum memadai dikhawatirkan belum dapat dilakukan
sepenuhnya oleh pemerintah desa. Karenanya, diperlukan pengawalan yang baik
dengan penerapan prinsip tata kelola BUM Desa yang akuntabel.
5. Aspek Pengawasan Keuangan Desa
Jumlah desa yang sangat banyak serta semakin besarnya alokasi dana yang dikelola
desa menimbulkan potensi penyelewengan dan penyalahgunaan akan semakin
besar pula. Untuk itu, peranan pengawasan atas keuangan yang dilakukan oleh
inspektorat kabupaten/kota memegang peranan penting. Saat ini, jumlah SDM yang

15
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

ada di inspektorat serta mekanisme pengawasan yang ada dipandang belum


memadai sehingga perlu dilakukan pengawalan atas pengawasan keuangan desa
agar dalam proses audit atas pelaksanaan pengelolaan keuangan desa yang
dilakukan oleh Inspektorat kabupaten/kota dapat berjalan efektif dan dilaksanakan
oleh SDM yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang memadai. Dengan
efektifnya pengawasan keuangan desa maka pelaksanaan pengelolaan keuangan
desa ke depannya akan semakin baik.
6. Aspek Perpajakan
Dengan jumlah pengelolaan dana di desa yang sangat besar maka transaksi
keuangan di desa pun relatif akan semakin banyak dan jenisnya bervariasi. Dalam
transaksi keuangan tersebut tidak terlepas dari aspek perpajakan. Bendahara Desa
memiliki kewajiban perpajakan untuk melakukan pemotongan dan pemungutan
atas transaksi tertentu serta menyetorkannya sesuai ketentuan perpajakan. Dengan
kondisi SDM khususnya bendahara desa yang belum memadai, kewajiban
perpajakan yang diemban oleh bendahara desa ini tentuanya perlu dikawal agar
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai ketentuan yang berlaku.
7. Aspek Perencanaan Pembangunan Desa
Desa selama ini telah memiliki kewajiban untuk menyusun rencana pembangunan
menengah dalam kurun waktu 6 tahuan berupa RPJM Desa dan rencana tahunan
berupa RKP Desa. RKP desa ini merupakan dokumen sumber yang sangat penting
dalam penyusunan APB Desa. Namun, berdasarkan hasil survei desa yang
dilakukan, dokumen perencanaan tersebut hanya sebatas dokumen, dimana
penyusunannya belum sesuai yang diamanatkan ketentuan yang ada. Pengawalan
perencanaan pembangunan memiliki peran penting agar RPJM Desa dan RKP Desa
yang disusun partisiapatif sesuai aspirasi masyarakat, bermanfaat dan selaras
dengan dokumen perencanaan kabupaten/kota.

Terhadap ketujuh aspek tersebut, BPKP yang didukung SDM yang memiliki keahlian dan
kompetensi, bisa memberikan peran besar sebagai langkah konkrit pengawalan
keuangan dan desa.

16
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

Gambar 2.3
Aspek Pengawalan Desa dan Hasil yang Diharapkan

Area/Aspek Pengawalan Hasil yang Diharapkan


Pengelolaan Keuangan Desa Desa melaksanan pengelolaan keuangan
desa yang sederhana namun akuntabel
yang dapat menghasilkan laporan sesuai
ketentuan
Pengelolaan Aset/Kekayaan Milik Desa Desa memiliki database aset desa (melalui
inventarisasi bersama pemerintah
kabupaten/kota) dan dapat mengelola
serta menyusun Laporan Kekayaan Milik
Desa sesuai ketentuan
Pengadaan Barang dan Jasa Desa mampu melaksanakan pengadaan
barang/jasa dengan mekanisme yang
sederhana namun akuntabel
BUM Desa Desa mampu mengelola BUM Desa
dengan akuntabel
Pengawasan Keuangan Desa SDM Inspektorat Kabupaten/Kota selaku
pelaksana pengawasan memiliki
kompetensi dan metode memadai
Perpajakan Bendahara Desa dapat melaksanakan
kewajiban perpajakan sesuai ketentuan
Perencanaan Pembangunan Desa Desa mampu menyusun dokumen
perencanaan pembangunan desa yang
bersifat partisipatif dan selaras

Implementasi atas pengawalan ketujuh aspek pengelolaan keuangan dan pembangunan


desa tersebut selanjutnya dijabarkan dengan langkah-langkah operasional yang
dilakukan secara berkesinambungan. Langkah-langkah operasional tersebut sebagian
sudah dilaksanakan oleh BPKP, sebagian masih dalam proses ataupun tahap
perencanaan.

H. STRATEGI DAN LANGKAH-LANGKAH PENGAWALAN DESA

Strategi Pengawalan Desa


Strategi pengawalan desa yang dilakukan oleh BPKP secara garis besar dikelompokan
ke dalam 4 kelompok besar. Kelompok dan strategi pengawalan yang dilakukan BPKP
adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Pemerintah Pusat


Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, tingkat pusat ini terdiri dari
Kementerian/Lembaga yang terdiri dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian

17
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

Desa PDTT, Kementerian Keuangan, Kemenko PMK, Bappenas termasuk di dalamnya


adalah KPK-RI, BPK-RI, DPR-RI dan LKPP. Pengawalan yang dilakukan untuk tingkat
pusat ini berupa koordinasi dan sinergi agar pelaksanaan pengawalan berjalan
efektif. Pelaksana koordinasi dan sinergi di tingkat pusat adalah BPKP Pusat dengan
memperhatikan usalan serta masukan dari perwakilan BPKP di daerah. Contoh
konkret koordinasi dan sinergi berupa memberikan rekomendasi perbaikan kebijakan.
BPKP akan memberikan masukan serta saran perbaikan apabilla ditemukan kebijakan
yang tidak implementatif di lapangan ataupun belum selaras dengan kebijakan dari
lembaga lainnya.

2. Tingkat Pemerintah Provinsi


Pemerintah Provinsi memiliki fungsi pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah
kabupaten/kota. Bentuk pengawalan yang dilakukan adalah berupa pemberian
bimbingan dan konsultasi kepada pemerintah provinsi agar peran serta fungsi dalam
Implementasi UU Desa berjalan efektif. Sebagai contoh, pemerintah provinsi memiliki
kewenangan pengawasan terhadap pengalokasian dan penyaluran Dana Desa, ADD
dan Bagian Dana Bagi Hasil Pajak/Retribusi Daerah. Mekanisme dan tatacara
pengalokasian dan penyaluran dana inilah yang dijadikan fokus pengawalan tingkat
provinsi. Pelaksana dari pengawalan ini adalah Perwakilan BPKP di daerah,
sedangkan peran BPKP Pusat adalah sebagai quality assurance atas pelaksanaan
pengawalan yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP.

3. Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota


Pengawalan di tingkat pemerintah kabupaten/kota adalah pengawalan yang paling
utama dilakukan oleh BPKP karena pemerintah kabupaten/kota merupakan tingkat
pemerintahan yang diberikan kewenangan paling besar dalam melakukan pembinaan
dan pengawasan atas implementasi UU Desa. Melihat jumlah SDM BPKP yang
terbatas maka pengawalan desa dipusatkan dan selalu dikoordinasikan dengan
pemerintah kabupaten/kota. Bentuk pengawalan yang dilakukan adalah berupa
pemberian bimbingan, konsultasi serta asistensi penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan pengelolaan keuangan desa. Terdapat beberapa SKPD di tingkat
pemerintah kabupaten/kota yang menjadi mitra kerja, diantaranya yaitu DPKAD,
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Inspektorat, Kecamatan dan SKPD lainnya
yang terkait.

Pelaksana kegiatan ini adalah Perwakilan BPKP di daerah sedangkan peran BPKP
Pusat adalah sebagai quality assurance atas pelaksanaan pengawalan yang dilakukan

18
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

oleh Perwakilan BPKP. Contoh pengawalan yang dilakukan di tingkat kabupaten/kota


adalah asistensi penyusunan peraturan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
keuangan desa, pemberian sosialisasi peraturan, pendampingan dalam penerapan
aplikasi keuangan desa serta pemberian jasa konsultasi atas permasalahan yang
dihadapi oleh kabupaten/kota dalam hal keuangan dan pembangunan desa.
Permintaan asistensi keuangan dari desa tidak boleh dilakukan secara langsung ke
desa, namun harus melalui koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota melalui
SKPD terkait. Transfer knowledge kepada aparat di tingkat pemerintah
kabupeten/kota harus menjadi perhatian BPKP dalam pengawalan keuangan desa
dengan menyarankan setiap pemda untuk membentuk satgas pengawalan desa.

4. Tingkat Pemerintah Desa


Pengawalan untuk tingkat desa juga dilakukan oleh BPKP, namun karena jumlah
desa yang sangat banyak (74.754 desa), maka hanya desa tertentu saja yang
dilakukan pengawalan secara intensif melalui kegiatan „PILOTING‟. Desa yang
menjadi target/objek piloting akan dikawal sejak awal (tahap perencanaan) hingga
akhir (tahap pelaporan) agar bisa dijadikan „best practice‟ bagi desa yang lain serta
menjadi bahan masukan/feedback bagi BPKP dalam memberi masukan/rekomendasi
untuk perbaikan kebijakan terkait pengelolaan keuangan desa. Dalam Satu
perwakilan BPKP, terdapat ± 3 desa yang dijadikan target pelaksanaan kegiatan
„piloting‟ pengelolaan keuangan desanya. Peran BPKP Pusat adalah memberikan
arahan pelaksanaan melalui penyediaan juklak piloting serta melakukan quality
assurance atas piloting yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP.

5. Kerjasama Lainnya
BPKP juga berupaya melakukan pengawalan dengan menjalin kerjasama antara
instansi/lembaga/organisasi lainnya agar terwujud pelaksanaan pengelolaan
keuagnan desa yang lebih baik dan efektif. Misalnya kerja sama dengan LKPP,
Direktorat Jenderal Pajak, DJPK-Kementerian Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), Aparat Penegak Hukum (APH) serta lembaga lainnya seperti perguruan tinggi,
asosiasi pemerintah desa dan sebagainya. Kerjasama dengan organisasi tingkat
pusat dilakukan oleh BPKP Pusat sedangkan kerja sama dengan organisasi tingkat
daerah dilakukan oleh Perwakilan BPKP di daerah.

Tingkat keberhasilan atas langkah-langkah pengawalan baik yang dilakukan oleh BPKP
Pusat maupun Perwakilan BPKP di daerah akan dinilai secara mandiri, memadai dan
berkesinambungan sesuai dengan indikator dan target yang direncanakan.

19
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

LANGKAH PENGAWALAN KEUANGAN DESA


Berdasarkan uraian di atas, maka pengawalan yang dilakukan oleh BPKP secara umum
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4
Grand Design Pengawalan Desa

Pengawalan keuangan desa sebagaimana diuraikan di atas, sebagian diantaranya telah


dilakukan oleh BPKP. Langkah-langkah pengawalan berikutnya pun telah direncanakan,
baik yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang.

Pengawalan Desa yang Sudah Dilakukan BPKP

Sampai dengan posisi per Desember 2015, pengawalan keuangan desa yang sudah
dilakukan oleh BPKP adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji dan menganalisis peraturan terkait pengelolaan keuangan desa


Peraturan yang dikaji dan dianalis yaitu berupa Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Permendagri, Permendes PDTT, Peraturan Menteri Keuangan, serta
peraturan lainnya yang terkait, misalnya Peraturan Kepala LKPP tentang Pengadaan
Barang dan Jasa di Desa. Hasil kajian berupa identifikasi risiko dan titik-titik kritis
dalam pengelolaan keuangan desa.

20
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

2. Melakukan Survei Desa


Survei desa dilakukan untuk: a) memperoleh gambaran mengenai praktik
pengelolaan keuangan desa yang selama ini telah berjalan; b) mengidentifikasi
permasalahan yang mungkin menghambat pengelolaan keuangan desa mulai dari
tahapan perencanaan sampai dengan pelaporan/pertanggungjawaban; dan c)
memotret kesiapan desa dalam rangka implementasi UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Survei desa dilakukan oleh BPKP pada bulan November dan Desember
Tahun 2014 di 13 desa pada 4 Provinsi yaitu (Sumatera Barat, Jawa Tengah,
Kalimantan Selatan dan Papua). Selain itu dilakukan juga analisis dokumen/laporan
atas pelaksanaan keuangan desa yang selama ini dilakukan oleh pemerintah desa,
diantaranya yaitu peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota tentang Alokasi
Dana Desa dan lain sebagainya.

3. Menyusun Juklak Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa


Berdasarkan kajian serta analisis yang telah dilakukan maka BPKP Pusat telah
menyusun Juklak Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa (Juklak
Bimkon). Juklak Bimkon ini menjadi panduan khususnya bagi Perwakilan BPKP dalam
melakukan bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan terhadap pemerintah
daerah/desa di daerah dalam wilayah kerja masing-masing perwakilan BPKP. Juklak
Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa berisi flowchart pengelolaan keuangan desa;
sistem dan prosedur pengelolaan keuangan desa; desain format dokumen dan
formulir yang diperlukan dalam pengelolaan keuangan desa; serta bagan akun/kode
rekening yang digunakan desa. Juklak ini disusun lebih dahulu dibandingkan dengan
juklak yang lain karena kepentingan dan kebutuhan yang sangat mendesak seiring
pencairan Dana Desa yang sudah mulai dilakukan pada Bulan April 2015.

Dengan adanya juklak ini maka diharapkan Perwakilan BPKP dan Pemerintah Daerah
dapat memberikan bimbingan dan konsultasi dalam hal:
a. Pemberian dan atau peningkatan pemahaman mengenai keuangan desa, mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan, hingga pelaporan dan
pertanggungjawaban bagi aparat Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa;
b. Pemberian bimbingan teknis bagi pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan-
kebijakan terkait pengelolaan keuangan desa;
c. Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam menyusun perencanaan
keuangan desa;

21
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

d. Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam melakukan


penatausahaan keuangan desa;
e. Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam menyusun pelaporan
keuangan desa;
f. Pemberian bimbingan teknis bagi Badan Permusyawaratan Desa dalam kaitannya
dengan proses penyusunan perencanaan dan pelaporan keuangan desa.

4. Menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD)


Tim Penyusun Juklak Bimkon telah melakukan FGD pada 2 (dua) perwakilan BPKP
dalam rangka meminta masukan atas Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa,
yaitu di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah dan Perwakilan BPKP Provinsi DI
Yogyakarta. FGD dilakukan dengan metode diskusi secara intensif terkait
pengelolaan keuangan desa, khususnya Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

5. Melakukan Koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Dalam Negeri selaku regulator pengelolaan keuangan desa telah
mengeluarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa. Berdasarkan analisis dan kajian ditemukan beberapa ketentuan yang belum
lengkap atau belum implementatif dalam pelaksanaannya mulai dari tahap
perencanaan hingga pelaporan dan pertanggungjawaban. Atas permasalahan
tersebut telah dilakukan pembahasan serta atensi untuk perbaikan regulasi
berikutnya. Puncak koordinas adalah dengan penandatangan Nota Kesepahaman
tentang Peningkatan Pengelolaan Keuangan Desa antara Kemendagri dan BPKP pada
tanggal 6 November 2015.

6. Melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan


Kementerian Keuangan selaku regulator pengelolaan keuangan desa telah
mengeluarkan PMK 93/PMK.07/2015 jo PMK 247/PMK.07/2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.
Peraturan tersebut diantaranya mengatur tentang laporan semester Dana Desa.
Selain itu kebijakan pengalokasian dan penyaluran Dana Desa juga diatur oleh
Kementerian Keuangan c.q. Dirjen Perimbangan Keuangan. Dalam kaitan kewajiban
perpajakan bagi bendahara desa, juga telah dilakukan koordinasi dengan Direktorat
Jenderal Pajak. Koordinasi selanjutnya yaitu pengembangan aplikasi keuangan desa

22
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

(dilakukan BPKP) yang nantinya akan menghasilkan informasi laporan konsolidasi


Dana Desa tingkat kabupaten serta penyeempurnaan menu fasilitas perpajakan.

7. Pengembangan Aplikasi Tata Kelola Keuangan Desa


Kondisi desa sangat bervariasi mulai dari desa yang sudah menggunakan internet
sampai desa terpencil yang belum dialiri listrik. Hal ini menjadi perhatian dalam
penerapan pengelolaan keuangan desa yang lebih baik, sederhana dan mudah.
Penerapan pengelolaan keuangan secara manual dipersiapkan khususnya untuk
kondisi desa yang belum „maju‟. Namun untuk desa yang kondisinya „maju‟
dimungkinkan penerapannya menggunakan aplikasi. Atas hal inilah maka dilakukan
pengembangan aplikasi sederhana dalam pengelolaan keuangan desa yaitu aplikasi
Sistem Informasi Manajemen Desa (SIMDA-DESA). Aplikasi ini telah dilaunching pada
tanggal 13 Juli 2015 yang dihadiri oleh KPK-RI, Komisi XI DPR-RI, BPK-RI,
Kemendagri, Kemendes PDTT, LKPP, Gubernur Sulawesi Barat, Gubernur Jawa Barat
dan Bupati Mamasa. Bahkan dengan adanya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor 143/8350/BPD tanggal 21 November 2015, Aplikasi SIMDA Desa yang
selanjutnya diberi nama SISKEUDES diterapkan secara nasional secara bertahap
mulai tahun 2016.

8. Internalisasi Kebijakan Pengelolaan Keuangan Desa di Lingkungan BPKP


Langkah berikutnya sebelum dilakukan bimbingan dan konsultasi ke pemerintah
daerah, dilakukan internalisasi kebijakan pengelolaan keuangan desa baik di
lingkungan BPKP pusat maupun perwakilan BPKP. Internalisasi di tingkat pusat
dilakukan melalui PPM, sedangkan kepada perwakilan BPKP dilakukan dalam bentuk
sosialisasi dan diseminasi pengelolaan keuangan desa dan aplikasinya. Selain itu
telah dibuka sebuah forum dalam situs BPKP yang dinamakan Forum Pengawalan
Akuntabilitas Keuangan Desa sebagai media diskusi dan berbagi informasi seputar
keuangan desa. Diseminasi Pengelolaan Keuangan Desa telah dilaksanakan pada
bulan Agustus 2015 sebagai internalisasi dan koordinasi Perwakilan BPKP dalam
melakukan pendampingan pengelolaan keuangan desa.

9. Sosialisasi dan Pendampingan Pengelolaan Keuangan Desa ke Pemda


Setelah melakukan internalisasi kebijakan di tingkat BPKP Pusat dan Perwakilan,
maka dilakukan kegiatan bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan desa di
tingkat pemerintah daerah yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP. Langkah awal
bimbingan dan konsultasi Pengelolaan Keuangan di daerah dilakukan dalam bentuk

23
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

sosialisasi dan pendampingan atas tata kelola pengelolaan keuangan desa kepada
pemerintah kabupaten/kota, kecamatan hingga desa. Tim pusat (Direktorat PKD
Wilayah III) selaku rendal melakukan quality assurance atas pelaksanaan sosialisasi
yang dilakukan perwakilan BPKP di daerah. Materi sosialisasi/workshop akan
disesuaikan menurut target peserta, khusus kepala desa/perangkat desa dan
kecamatan materinya terkait kebijakan pengelolaan keuangan dan aset desa,
sedangkan untuk bendahara desa berupa teknik pembukuan/keuangan desa.

Di tingkat perwakilan BPKP, langkah-langkah pengawalan akuntabilitas pengelolaan


keuangan desa yang telah dilakukan antara lain adalah:
- Sosialisasi/seminar pengelolaan keuangan desa baik tingkat provinsi ataupun
kabupaten/kota melalui kerjasama dengan AAIPI ataupun IAI wilayah
- Pelaksanaan pendampingan/bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan
desa di beberapa perwakilan yang melibatkan aparat pemerintah
kabupaten/kota, camat, kepala desa dan perangkat desa
- Pelaksanaan piloting pengelolaan keuangan desa, di antaranya yaitu pada 168
desa di Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat
- Pembekalan pengelolaan keuangan desa kepada mahasiswa KKN dari
universitas/perguruan tinggi yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi
Sumatera Selatan dan Sumatera Barat
- Monitoring penyaluran dana desa dari kabupaten/kota ke desa-desa;
- Pendataan peraturan pelaksanaan pengelolaan keuangan desa (Perbup/perwal)
sebagai instrumen pelaksanaan pengelelolaan keuangan desa
- Pemberian masukan/atensi sebagai bahan perbaikan/penyempurnaan peraturan
pelaksanaan (perbup/perwal) pengelolaan keuangan desa.

Rencana Pengawalan Desa Berikutnya


Rencana pengawalan pengelolaan keuangan dan pembangunan desa ke depan yang
dilakukan BPKP Pusat adalah sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan stakeholder terkait
Koordinasi dan sinergi dengan para pemangku kepetingan khususnya di tingkat
pusat dari sisi pembuat kebijakan pengelolaan keuangan desa terus dilakukan
diantaranya derngan Kementerian Dalam Negeri; Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi; serta Kementerian Keuangan. BPKP dalam melakukan pengawalan
harus melakukan koordinasi agar tercipta sinkronisasi kebijakan dan pemahaman

24
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

yang utuh dalam pengawalan keuangan desa. Koordinasi dilakukan juga sebagai
media koordinasi dalam rangka penyampaian rekomendasi perbaikan atas kebijakan
yang ada. Koordinasi selanjutnya adalah dengan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Koordinasi stakeholders di tingkat pusat di
lakukan oleh BPKP Pusat, sedangkan di tingkat daerah dilakukan oleh Perwakilan
BPKP.

2. Melakukan Pemetaan Desa


Sesuai PP 60 Tahun 2014 jo PP 22 Tahun 2015 tentang Dana Desa yang bersumber
dari APBN, Penyalurannya dilakukan dalam 3 tahap melalui transfer dari Rekening
Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah untuk selanjutnya diteruskan ke
Rekening Kas Desa bagi yang telah memenuhi persyaratan. Untuk dapat memotret
kondisi penyaluran dana desa serta dana lainnya yang masuk ke desa maka
dilakukan pemetaan penyalurannya. Selain itu pemetaan juga dilakukan untuk
mengetahui kesiapan kabupaten/kota dan desa dalam mengimplementasikan UU
Desa melalui permintaan data oleh Perwakilan BPKP di daerah ke kabupaten/kota.
Informasi pemetaan yang dilakukan secara berkala ini sebagai bahan untuk
rekomendasi strategis dan informasi yang harus disampaikan kepada presiden.

3. Sosialisasi dan Pendampingan Pengelolaan Keuangan Desa lebih lanjut ke seluruh


Pemda
Kegiatan bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan desa perlu ditingkatkan
dan dilanjutkan di tingkat pemerintah daerah yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP
ke seluruh pemerintah daerah. Tim pusat (Direktorat PKD Wilayah III) selaku rendal
melakukan quality assurance atas pelaksanaan yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP
di daerah.

4. Pengembangan aplikasi pengelolaan keuangan desa lebih lanjut


Aplikasi sistem keuangan desa (SISKEUDES) akan terus dikembangkan sesuai
tuntuan regulasi yang ada serta masukan dari pihak stakholder termasuk
pengembangan beberapa fitur tambahan di antaranya fitur perencanaan desa, fitur
pengadaan barang dan jasa serta fitur perpajakan sehingga lebih memudahkan
pengelolaan keuangan desa oleh aparat pemerintah desa. Selain itu telah disepakati
dengan Kemendagri untuk melakukan pengembangan Aplikasi Kompilasi Nasional
Database Keuangan Desa yang dilakukan bersama melalui Satuan Tugas Bersama
Kemendagri - BPKP.

25
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

5. Piloting Penerapan Pengelolaan Keuangan Desa


Penerapan pengelolaan keuangan desa merupakan langkah nyata yang dilakukan
oleh pemerintah desa. Terhadap juklak dan apliaksi keuangan desa yang sudah
dibuat selanjutnya akan diujicobakan pelaksanaannya. Piloting merupakan
implementasi pengelolaan keuangan desa yang disertai pengawalan secara intensif
sejak tahap perencanaan hingga pelaporan dan pertanggungjawaban. Kondisi dan
permasalahan yang dihadapi akan dipetakan dan dicarikan solusinya untuk dijadikan
acuan bagi desa lain. Piloting untuk BPKP Pusat bisa dilakukan bersama dengan
perwakilan BPKP dengan pengkhususan pada pemerintah provinsi atau pemerintah
kabupaten/kota dalam melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap
pemerintah desa. Hal ini akan menjadi aspek yang penting dalam penerapan
pengelolaan keuangan desa di awal implementasi UU Desa.

6. Penyusunan Juklak Pendukung Lainnya


Selain Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa, masih terdapat juklak-juklak lain
yang diperlukan dalam pengawalan keuangan desa sebagaimana diuraikan dalam 7
aspek pengawalan desa. Juklak tersebut diperlukan sebagai panduan bagi perwakilan
BPKP dalam melakukan pengawalan di daerah, antara lain Juklak Pengadaan
Barang/Jasa, Juklak Pengelolaan Aset/Kekayaan Milik Desa, Juklak BUM Desa, Juklak
Perencanaan Desa, Juklak Penyusunan APB Desa, Juklak Pengawasan Pengelolaan
Keuangan Desa dan buku pegangan bagi Bendahara Desa dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan.

7. Membuat Kajian-Kajian yang Diperlukan untuk Memperkuat Peran BPKP


Langkah strategis lainnya yang diperlukan adalah melakukan kajian komprehensif
terkait pengawalan keuangan dan pembangunan desa. Kajian ini selain dilakukan
oleh Puslitbang BPKP, juga dilakukan oleh Direktorat PKD Wilayah III, diantaranya
kajian pendapatan desa, pengawasan keuangan desa, aset/kekayaan milik desa,
utang desa dan lain sebagainya. Kajian ini menjadi masukan dalam pembuatan
kebijakan pengawalan desa yang lebih baik.

Rencana pengawalan pengelolaan keuangan dan pembangunan desa yang akan


dilakukan oleh Perwakilan BPKP adalah sebagai berikut:

26
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

1. Penerapan SISKEUDES secara Nasional


Perwakilan BPKP menginformasikan kepada seluruh kabupaten/kota yang ada di
wilayahnya mengenai penerapan SISKEUDES (d/h SIMDA Desa) secara nasional
diikuti dengan terbitnya Permendagri Sistem Keuangan Desa (saat ini dalam
proses penyusunan).

2. Sosialisasi Pengelolaan Keuangan Desa.


Pemberian pemahaman keuangan desa tetap diperlukan sebagai landasan untuk
penerapan SIMDA Desa. Target sosialisasi ini ke Pemerintah Kabupaten/Kota yang
melibatkan fasilitator kabupaten, fasilitator kecamatan, kepala desa, BPD,
perangkat desa dan pendamping desa.

3. Piloting Penerapan Pengelolaan Keuangan Desa sebagai desa percontohan


Perwakilan BPKP diberi kewajiban untuk melakukan piloting minimal 1 desa berupa
pengawalan secara intensif untuk seluruh proses pengelolaan keuangan desa.
Piloting Desa ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung proses pengelolaan
keuangan desa sehingga diketahui permasalahan dan diantisapisi sedini mungkin.
Desa yang dijadikan piloting selanjutnya menjadi desa percontohan bagi desa yang
lain di wilayah masing-maisng. Untuk piloting tingkat pemerintah daerah bisa
dilakukan berkoordinasi dengan BPKP Pusat.

4. Perbaikan Regulasi Daerah


Dalam penerapan keuangan desa terkadang ditemukan regulasi daerah yang
belum sesuai dengan ketentuan sehingga diperlukan perbaikan dan
penyempurnaan agar pengelolaan keuaagan desa menjadi lebih baik. Perwakilan
BPKP berperan untuk memberikan atensi atas hal itu khususnya terkait regulasi
sistem dan prosedur keuangan desa, aset desa serta pengadaan barang/jasa di
desa.

5. Monitoring Penyaluran Dana Desa


Dana Desa disalurkan dari APBN ke desa melalui kabupaten/kota. Perwakilan
melalukan monitoring apakah penyaluran dari Kab/kota ke setiap desa telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagai bahan rekomendasi strategis kepada
presiden melalui BPKP Pusat.

27
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

6. Inventarisasi Aset/kekayaan Milik Desa


Salah satu amanat UU Desa adalah inventarisasi aset desa yang dilakukan bersama
antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah desa. Sampai saat ini
inventarisasi tersebut belum dilakukan, Oleh karena itu Perwakilan BPKP harus
mendorong pemda agar amanat UU Desa tersebut dapat dilaksanakan, sehingga
dapat dijadikan data awal dalam penyusunan Laporan Kekayaan Milik Desa.

7. Pemberian masukan atau rekomendasi kepada BPKP Pusat terhadap pengawalan


pengelolaan keuangan desa yang telah dilakukan sebagai bahan pengambilan
kebijakan pengawalan keuangan desa dan rekomendasi strategis presiden.

Pengawalan Desa Dalam Jangka Panjang


Selain pengawalan yang telah diuraikan di atas, strategi jangka panjang yang dilakukan
BPKP dalam melakukan pengawalan keuangan desa adalah:
- Membuat grand design akuntansi keuangan desa
Saat ini, penatausahaan keuangan desa masih bersifat „pembukuan‟ yaitu pencatatan
dengan menggunakan Buku Kas Umum sederhana oleh bendahara desa. Seiring
dengan peningkatan SDM desa yang makin memadai maka diperlukan peralihan ke
sistem akuntansi yang lebih akuntabel. Tahap awal misalnya menggunakan sistem
akuntansi kas menuju akrual (cash toward akrual), berikutnya menggunakan basis
akrual (accrual basis) agar sesuai dengan sistem akuntansi yang digunakan pemda
saat ini. Perubahan ini dilakukan dengan perencanaan yang matang serta
memperhatikan kondisi dan kebutuhan yang ada. BPKP memiliki kompetensi untuk
membuat usulan grand design akuntansi keuangan desa sebagai wujud pengawalan
keuangan desa dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan bekoordinasi dengan pihak
terkait seperti IAI-KASP dan Kementerian Dalam Negeri.

- Membuat grand design aplikasi keuangan desa yang komprehensif


Saat ini BPKP telah mengembangkan aplikasi keuangan desa. Dengan adanya
aplikasi, diharapkan proses pengelolaan keuangan desa akan semakin mudah dan
akuntabel. Proses pengelolaan keuangan desa diharapkan bisa dilakukan melalui
aplikasi ini, misalnya terkait dokumen pengadaan barang/jasa, perpajakan, atau hal
lain yang dibutuhkan pemerintah desa. Selain keuangan, masih terdapat kebutuhan
pemerintahan desa yang perlu difasilitasi dengan aplikasi misalnya pengelolaan
kekayaan milik desa, BUM Desa dan kinerja. Oleh karena itu diperlukan grand
strategi aplikasi keuangan desa yang mampu memfasilitasi kebutuhan pemerintah
daerah sesuai regulasi dan perkembangan yang ada.

28
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan

- Membuat kajian-kajian strategis terkait keuangan dan pembangunan desa


Kajian terkait keuangan dan pembangunan desa strategis sangat diperlukan untuk
pengembangan tata kelola desa serta sebagai bahan masukan strategis khususnya
bagi stakeholders pembuat keputusan. Kajian-kajian tersebut misalnya konsep
pengawasan keuangan desa yang efektif, BUM Desa, pemanfaatan aset desa dan
lain-lain.

- Peninjauan best practise pengelolaan keuangan desa di luar negeri


Peninjauan berupa studi banding ke luar negeri yang pengelolaan keuangan desanya
sudah baik bisa menjadi masukan untuk perbaikan regulasi misalnya terkait
pengadaan barang/jasa, pengelolaan aset, BUM Desa dan lain sebagainya.

- Pengklasifikasian desa berdasarkan mapping akuntabilitas keuangan desa


Untuk melihat perkembangan desa dalam melakukan pengelolaan keuangan desa
serta menilai keberhasilan pengawalan desa yang telah dilakukan maka diperlukan
suatu klasifikasi penggolongan/pengelompokan desa. Klasifikasi desa ini dilihat dari
sisi akuntabilitas keuangan desa dengan menggunakan indikator-indikator yang telah
ditentukan. Klasifikasi ini misalnya membagi desa dalam 3 (tiga) katagori yaitu Baik,
Memadai dan Kurang Memadai dalam mengimlementasikan keuangan desa.
Indikator yang bisa dikembangkan dalam klasifikasi tersebut misalnya terkait jumlah
dan kuantitas SDM, ketepatan waktu penyusunan APB Desa dan penyampaian
laporan, kelengkapan SPJ, dan lain sebagainya. Kesepakatan pengkategorian desa ini
harus disepakati secara nasional oleh karenanya melibatkan stakeholders terkait
misalnya BPK-RI dan Kemendagri.

29
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

Bab III
REGULASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya ditulis
UU Desa), dinyatakan bahwa tugas penataan desa serta pemantauan dan pengawasan
pembangunan desa diemban secara bersama-sama oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam konteks keuangan desa, instansi
pemerintah pusat dan daerah memiliki tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan
tingkatannya. Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahannya sendiri sesuai perundangan.

A. Desa, Sejarah dan Kedudukannya

Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik
Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan)
menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250
“Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan
Bali, Nagari di Minangkabau, Dusun dan Marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-
daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah
yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-
daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah
itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut. Oleh sebab itu, keberadaannya
wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa,
yaitu:
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah;
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah;
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah;

30
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan
Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik
Indonesia;
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah;
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa;
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah:
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; dan
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Desa disusun dengan semangat penerapan amanat konstitusi, berupa


pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat sebagaimana tertuang dalam
Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang” dan ketentuan Pasal 18 ayat (7) yang
menegaskan bahwa “Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
diatur dalam undang-undang”.

Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-governing community dengan local self


government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan
bagian dari wilayah desa, ditata sedemikian rupa menjadi Desa dan Desa Adat. Desa dan
desa adat memiliki fungsi pemerintahan, keuangan desa, pembangunan desa, serta
mendapat fasilitasi dan pembinaan dari pemerintah kabupaten/kota. Dalam posisi seperti
ini, Desa dan Desa Adat mendapat perlakuan yang sama dari Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.

Kedudukan pemerintahan desa dapat dilihat pada struktur dasar kewenangan


pemerintah sebagaimana digambarkan Sudarno Sumarto, 2004 (Smeru) yang masih
relevan sebagai berikut:

31
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

Gambar 3.1
Struktur Dasar Kewenangan Pemerintah

Diharapkan konsep pemerintahan desa ini dapat menumbuhkan prakarsa dan kreativitas
masyarakat serta dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia yang pada
gilirannya menghasilkan.

Sebagaimana penggambaran tersebut di atas, untuk menjamin kelancaran pelaksanaan


pembangunan desa dan pengelolaan keuangan yang memadai, diperlukan pengaturan baik
di tingkat pusat maupun di tingkat daerah bahkan di tingkat desa.

B. Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat memiliki peran yang sangat strategis dalam penentuan kebijakan terhadap
desa. Selain amanat untuk mengalokasian Dana Desa dalam APBN, terdapat peran strategis
lainnya berupa pembinaan dan pengawasan. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
oleh Pemerintah Pusat diatur dalam UU Desa pasal 113, meliputi:

32
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

a. Memberikan pedoman dan standar pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;


b. Memberikan pedoman tentang dukungan pendanaan dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada desa;
c. Memberikan penghargaan, pembimbingan, dan pembinaan kepada lembaga masyarakat
desa;
d. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
e. Memberikan pedoman standar jabatan bagi perangkat desa;
f. Memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Badan Permusyawaratan Desa, dan lembaga kemasyarakatan;
g. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa;
h. Menetapkan bantuan keuangan langsung kepada desa;
i. Melakukan pendidikan dan pelatihan tertentu kepada aparatur Pemerintahan Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa;
j. Melakukan penelitian tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa di desa tertentu;
k. Mendorong percepatan pembangunan perdesaan;
l. Memfasilitasi dan melakukan penelitian dalam rangka penentuan kesatuan masyarakat
hukum adat sebagai desa; dan
m. Menyusun dan memfasilitasi petunjuk teknis bagi BUM Desa dan lembaga kerja sama
desa.

Pada tingkat pusat, instansi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan desa diantaranya
yaitu Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri); Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT). Selain itu juga terdapat Kementerian
Keuangan dan kementerian teknis yang mempunyai kegiatan yang didanai dari dana desa.

Pemerintah Pusat diamanahkan untuk menetapkan berbagai peraturan pelaksanaan UU


Desa, baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri. Peraturan
Pemerintah yang diamanahkan untuk dibuat diantaranya mengenai hal-hal sebagai berikut:
 Tata Cara Pemilihan Kepala Desa (UU Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 31);
 Besaran Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa (UU Nomor 6 Tahun
2014, Pasal 66);
 Keuangan Desa (UU Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 75);
 Tata Cara Pengelolaan Kekayaan Milik Desa (UU Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 77).

33
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

Secara umum, materi yang tersebut diatas telah diatur dalam PP 43 Tahun 2014 jo PP 47
Tahun 2015 dan PP 60 Tahun 2014 jo PP 22 Tahun 2015.

1. Kementerian Keuangan
Pemerintah Pusat memiliki kewajiban untuk mengalokasikan Dana Desa dalam APBN.
Pemerintah Pusat dalam hal ini dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan memiliki
kewenangan pengalokasian, penyaluran, penggunaan, serta pemantauan dan evaluasi atas
dana yang dialokasikan dalam APBN (Dana Desa). Pengaturan terkait Dana Desa lebih lanjut
diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN.

Pemerintah Pusat mengalokasikan Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun
anggaran yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota. Dana desa ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa. Penyaluran dana desa dilakukan
dengan cara pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD, selanjutnya dari RKUD ke Rekening Kas
Desa, dan dilakukan secara bertahap pada tahun berjalan.

Beberapa ketentuan yang diamanatkan kepada Kementerian Keuangan dalam bentuk


peraturan menteri sebagai tindak lanjut implementasi UU Desa adalah sebagai berikut:
a. Tata Cara Pengalokasian Dana Desa (PP Nomor 60 Tahun 2014, Pasal 14);
b. Tata Cara Penyaluran Dana Desa (PP Nomor 60 Tahun 2014, Pasal 18);
c. Tata Cara Penggunaan Dana Desa (PP Nomor 60 Tahun 2014, Pasal 23);
d. Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa (PP Nomor 60 Tahun 2014, Pasal 28).
Kementerian Keuangan telah menindaklajuti amanat tersebut dengan menerbitkan PMK
Nomor 93 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan,
Pelaporan dan Pertanggunjawaban Dana Desa. Peraturan ini selanjutnya dicabut dengan
menerbitkan PMK Nomor 247 Tahun 2015 tentang hal yang sama.

2. Kementerian Dalam Negeri


Kementerian Dalam Negeri, sesuai dengan Perpres Nomor 11 Tahun 2015, mempunyai
tugas menyelenggarakan perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembinaan pemerintahan desa. Untuk melaksanakan hal ini dibentuklah Direktorat Jenderal
Bina Pemerintahan Desa yang menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang fasilitasi penataan desa, penyelenggaraan administrasi
pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa, produk hukum desa,
pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan urusan pemerintahan,
kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi perkembangan desa;

34
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi penataan desa, penyelenggaraan administrasi


pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa, produk hukum desa,
pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan penugasan urusan pemerintahan,
kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta evaluasi perkembangan desa;
c. Pelaksanaan pembinaan umum dan koordinasi di bidang fasilitasi penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset
desa, produk hukum desa, pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan
penugasan urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta
evaluasi perkembangan desa;
d. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset
desa, kelembagaan desa, dan kerja sama desa;
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang fasilitasi penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset
desa, produk hukum desa, pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan
penugasan urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta
evaluasi perkembangan desa;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang fasilitasi penataan desa,
penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset
desa, produk hukum desa, pemilihan kepala desa, perangkat desa, pelaksanaan
penugasan urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta
evaluasi perkembangan desa;
g. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa; dan
h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Dalam Negeri.

Beberapa ketentuan yang diamanatkan kepada Kementerian Dalam Negeri dalam bentuk
peraturan menteri sebagai tindak lanjut implementasi UU Desa adalah sebagai berikut:
a. Penataan Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 32);
b. Penetapan Kewenangan Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 39);
c. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 53);
d. Ketentuan Bidang Urusan Sekretariat Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 62);
e. Ketentuan Mengenai Pelaksana Teknis (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 64);
f. Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014,
Pasal 70);
g. Badan Permusyawaratan Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 79);

35
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

h. Peraturan Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 89);


i. Tata Cara Penyaluran Alokasi Dana Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 99);
j. Pengelolaan Kekayaan Milik Desa (PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 110).

Ketentuan-ketentuan tersebut hingga saat ini masih dalam proses penyusunan untuk
merevisi ketentuan/permendagri yang telah terbit sebelum UU Desa.
Hingga saat ini, Kemendagri telah menerbitkan beberapa peraturan, yaitu:
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala
Desa;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa;
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa;
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 2015 tentang Evaluasi
Perkembangan Desa Dan Kelurahan.

3. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, sesuai dengan
Perpres Nomor 12 Tahun 2015, Dalam kaitannya dengan desa mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan
perdesaan serta pemberdayaan masyarakat desa. Untuk melaksanakan hal ini dibentuklah
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Direktorat
Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan.

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa mempunyai tugas


menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pengelolaan
pelayanan sosial dasar, pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaan sumber daya
alam dan teknologi tepat guna, pembangunan sarana prasarana desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan pengelolaan pelayanan sosial dasar,


pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi
tepat guna, dan pembangunan sarana prasarana desa, serta pemberdayaan masyarakat
desa;

36
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pengelolaan pelayanan sosial dasar,


pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi
tepat guna, dan pembangunan sarana prasarana desa, serta pemberdayaan masyarakat
desa;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pembinaan pengelolaan
pelayanan sosial dasar, pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaan sumber
daya alam dan teknologi tepat guna, dan pembangunan sarana prasarana desa, serta
pemberdayaan masyarakat desa;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan pengelolaan pelayanan
sosial dasar, pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaan sumber daya alam
dan teknologi tepat guna, dan pembangunan sarana prasarana desa, serta
pemberdayaan masyarakat desa;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan pengelolaan pelayanan sosial
dasar, pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tepat guna, dan pembangunan sarana prasarana desa, serta pemberdayaan
masyarakat desa;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Desa PDTT.

Sedangkan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan mempunyai tugas


menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan
pembangunan kawasan perdesaan, pembangunan sarana/prasarana kawasan perdesaan,
dan pembangunan ekonomi kawasan perdesaan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan, dengan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan kawasan perdesaan,


pembangunan sarana/prasarana kawasan perdesaan, dan pembangunan ekonomi
kawasan perdesaan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan kawasan perdesaan,
pembangunan sarana/prasarana kawasan perdesaan, dan pembangunan ekonomi
kawasan perdesaan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang perencanaan
pembangunan kawasan perdesaan, pembangunan sarana/prasarana kawasan
perdesaan, dan pembangunan ekonomi kawasan perdesaan;

37
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan pembangunan


kawasan perdesaan, pembangunan sarana/prasarana kawasan perdesaan, dan
pembangunan ekonomi kawasan perdesaan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan pembangunan kawasan
perdesaan, pembangunan sarana/prasarana kawasan perdesaan, dan pembangunan
ekonomi kawasan perdesaan;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan perdesaan; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Desa PDTT.
Beberapa ketentuan yang diamanatkan kepada Kementerian Desa PDTT dalam bentuk
peraturan menteri sebagai tindak lanjut implementasi UU Desa diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Pengaturan tentang pendirian, pengurusan, pengelolaan serta pembubaran BUM Desa
(PP Nomor 43 Tahun 2014, Pasal 142);
b. Tata kerja sama desa (PP Nomor 43 tahun 2014, Pasal 149);
c. Prioritas Penggunaan Dana Desa (PP Nomor 60 Tahun 2014, Pasal 21).

Hingga saat ini, Kemendes PDTT telah menerbitkan beberapa peraturan, yaitu:
1. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa
2. Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;
3. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;
4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran
Badan Usaha Milik Desa;
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015.

Isu yang sempat menjadi polemik adalah mengenai kewenangan antara Kemendagri dan
Kementerian Desa PDTT walaupun telah terbit Perpes 11 Tahun 2015 dan Perpres 12 Tahun
2015 tersebut di atas. Kementerian Dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Bina
Pemerintahan Desa, secara umum sesuai dengan Perpres Nomor 11 Tahun 2015,

38
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang


pembinaan pemerintahan desa (berkaitan dengan aparat pemerintahan desa) sedangkan
Kementerian Desa PDTT mempunyai tugas berkaitan dengan pembangunan desa/kawasan
desa serta pemberdayaan masyarakat desa (Lebih berkaitan dengan masyarakat desa).

Secara singkat, perbandingan kewenangan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian


Desa PDTT diuraikan dalam tabel berikut.

Gambar 3.2
Kewenangan Kementerian

No Kemendagri No Kementrian Desa PDTT


1 Penataan desa 1 Pembinaan pengelolaan pelayanan
sosial dasar
2 Penyelenggaraan administrasi 2 Pengembangan usaha ekonomi
pemerintahan desa desa
3 Pengelolaan keuangan dan 3 Pendayagunaan sumber daya alam
aset desa dan teknologi tepat guna
4 Produk hukum desa 4 Pembangunan sarana prasarana
desa
5 Pemilihan kepala desa 5 Pemberdayaan masyarakat desa
6 Perangkat desa 6 Perencanaan pembangunan
kawasan perdesaan
7 Pelaksanaan penugasan urusan 7 Pembangunan sarana/prasarana
pemerintahan kawasan perdesaan
8 Kelembagaan desa 8 Pembangunan ekonomi kawasan
perdesaan
9 Kerja sama pemerintahan
10 Evaluasi perkembangan desa

Diharapkan koordinasi yang baik di antara kedua kementerian tersebut dapat berjalan
dengan baik sehingga desa sebagai tingkat pelaksana, pada akhirnya tidak mengalami
kebingungan karena kebijakan yang berbenturan atau tidak sinkron.

C. Pemerintah Provinsi

Pemerintah Provinsi mempunyai peran pengawasan dan pembinaan terhadap desa


sebagaimana diatur dalam UU Desa Pasal 114, meliputi:
1. Melakukan pembinaan terhadap kabupaten/kota dalam rangka penyusunan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur desa;
2. Melakukan pembinaan kabupaten/kota dalam rangka pemberian Alokasi Dana Desa;
3. Melakukan pembinaan peningkatan kapasitas kepala desa dan perangkat desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan lembaga kemasyarakatan;

39
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

4. Melakukan pembinaan manajemen pemerintahan desa;


5. Melakukan pembinaan upaya percepatan pembangunan desa melalui bantuan
keuangan, bantuan pendampingan, dan bantuan teknis;
6. Melakukan bimbingan teknis bidang tertentu yang tidak mungkin dilakukan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota;
7. Melakukan inventarisasi kewenangan provinsi yang dilaksanakan oleh desa;
8. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas penetapan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dalam pembiayaan desa;
9. Melakukan pembinaan terhadap kabupaten/kota dalam rangka penataan wilayah desa;
10. Membantu pemerintah dalam rangka penentuan kesatuan masyarakat hukum adat
sebagai desa; dan
11. Membina dan mengawasi penetapan pengaturan BUM Desa kabupaten/kota dan
lembaga kerja sama antar-desa.

Kaitan dengan pengelolaan keuangan desa, Pemerintah provinsi dapat mengalokasikan


Bantuan Keuangan kepada desa dalam APBD Provinsi yang merupakan salah satu sumber
pendapatan desa yang akan dituangkan dalam APB Desa.

Dalam Permendagri 113/2014 pasal 44 dinyatakan bahwa pemerintah wajib membina dan
mengawasi pemberian dan penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana Desa, dan Bagi hasil Pajak
dan Retribusi Daerah dari Kabupaten/Kota kepada Desa. Hal ini merupakan perwujudan
peran pemreintah provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah.

D. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah kabupaten/kota sesuai amanat Undang-Undang memiliki kewajiban untuk
membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Pengaturan keuangan
desa di tingkat kabupaten/kota diantaranya yaitu pengalokasian, penyaluran, penggunaan,
serta pemantauan dan evaluasi atas dana yang dialokasikan dalam APBD. Selain itu juga
pemerintah kabupaten/kota diamanahkan untuk menetapkan berbagai peraturan
pelaksanaan baik dalam bentuk peraturan daerah maupun peraturan bupati/walikota.

1. Pengalokasian dan penyaluran dana ditransfer ke desa yang dialokasikan dalam APBD
Pemerintah kabupaten/kota sesuai mekanisme dalam PP Nomor 60 Tahun 2014, akan
menerima Dana Desa yang selanjutnya akan diteruskan ke desa. Penerimaan Dana Desa
dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) akan

40
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

dicatat sebagai Pendapatan Transfer-Pendapatan Transfer Lainnya, sedangkan penyaluran


ke desa akan dicatat sebagai Transfer ke desa.

Pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam APBD setiap
tahun anggaran, yang besarannya minimal adalah 10% dari dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam APBD setelah dikurangi dana alokasi khusus. Tata cara
pengalokasian ADD diatur dalam peraturan bupati/walikota.

Pemerintah kabupaten/kota juga mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan retribusi
daerah kabupaten/kota kepada desa dalam APBD setiap tahun anggaran, yang besarannya
minimal adalah 10% dari realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah
kabupaten/kota. Tata cara pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah
kabupaten/kota kepada desa diatur dalam peraturan bupati/walikota. Selain itu pemerintah
kabupaten/kota dapat memberikan bantuan keuangan kepada desa, yang bersumber dari
APBD kabupaten/kota.

Bupati/walikota menginformasikan rencana ADD, bagian bagi hasil pajak dan retribusi
kabupaten/kota untuk desa, serta bantuan keuangan yang bersumber dari APBD
kabupaten/kota dalam jangka waktu 10 hari setelah KUA dan PPAS disepakati kepala daerah
bersama DPRD. Bagi pemerintah desa, informasi ini dijadikan salah satu bahan penyusunan
rancangan APB Desa

Penyaluran ADD dan bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota
dari kabupaten/kota ke Desa dilakukan secara bertahap, dan diatur dalam peraturan
bupati/walikota dengan berpedoman pada peraturan menteri. Penyaluran bantuan keuangan
yang bersumber dari APBD kabupaten/kota ke desa dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2. Penetapan Peraturan Pelaksanaan


Sebagai pelaksanaan dari UU Desa, maka pemerintah kabupaten/kota harus menyusun dan
menetapkan Peraturan Daerah mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Pembentukan Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 8;
b. Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan, dan/atau Perubahan Status Desa Menjadi
Kelurahan atau Kelurahan Menjadi Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6
Tahun 2014 Pasal 14;
c. Perangkat Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 50;

41
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

d. Badan Permusyawaratan Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun


2014 Pasal 65;
e. Perencanaan, Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, sebagaimana
diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 84;
f. Penataan Desa Adat, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal
98 dan 101.

Selain itu juga, Pemerintah Kabupaten/Kota harus menyusun Peraturan Bupati/Walikota


mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Batas Wilayah Desa yang Dinyatakan Dalam Bentuk Peta Desa, sebagaimana
diamanatkan dalam UU Nomor 62014, Pasal 8 dan Pasal 17;
b. Besaran Penghasilan Tetap, Tunjangan serta Penerimaan Lain Yang Sah Kepala Desa
dan Perangkat Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal
81 dan pasal 82;
c. Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa,
sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 37;
d. Tata Cara Pembagian dan Penetapan Besaran Dana Desa Setiap Desa, sebagaimana
diamanatkan dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 12;
e. Tata Cara Pengalokasian Alokasi Dana Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP
Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 96;
f. Tata Cara Pengalokasian Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota
Kepada Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 97;
g. Pengadaan Barang dan/atau Jasa di Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor
43 Tahun 2014 Pasal 105; Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 32 dan
Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Pasal 69;
h. Pedoman Teknis Kegiatan Yang Didanai Dari Dana Desa, sebagaimana diamanatkan
dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 22;
i. Pengenaan Sanksi Administratif Atas SILPA Dana Desa yang Tidak Wajar, sebagaimana
diamanatkan dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 27;
j. Pendelegasian Evaluasi Rancangan Peraturan Desa Tentang APB Desa Kepada Camat,
sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 23;
k. Pengaturan Besaran Jumlah Uang Dalam Kas Desa, sebagaimana diamanatkan dalam
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 25;
l. Pengelolaan Keuangan Desa, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 113
Tahun 2014 Pasal 43;

42
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

m. Pembekalan Pelaksana Kegiatan, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor


114 Tahun 2014 Pasal 61; dan
n. Petunjuk Teknis Penyusunan RPJM Desa Dan RKP Desa serta Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Desa sebagaimana diamanatkan dalam
Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Pasal 89.

Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota


sebagaimana diatur dalam Pasal 115 UU Desa meliputi:
a. Memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan kabupaten/kota yang
dilaksanakan oleh desa;
b. Memberikan pedoman penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa;
c. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif.
d. Melakukan fasilitasi penyelenggaraan pemerintahan desa;
e. Melakukan evaluasi dan pengawasan peraturan desa;
f. Menetapkan pembiayaan alokasi dana perimbangan untuk desa;
g. Mengawasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa;
h. Melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa;
i. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan, dan lembaga adat;
j. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan, dan
lembaga adat;
k. Melakukan upaya percepatan pembangunan perdesaan;
l. Melakukan upaya percepatan pembangunan desa melalui bantuan keuangan, bantuan
pendampingan, dan bantuan teknis;
m. Melakukan peningkatan kapasitas BUM Desa dan lembaga kerja sama antar-desa; dan
n. Memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh Kepala Desa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Permendagri 113/2014 pasal 44 dinyatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota wajib


membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Pemerintah
kabupaten/kota memiliki kewenangan untuk memeriksa pengelolaan keuangan desa dimana
amanah ini diserahkan ke inspektorat kabupaten/kota untuk melakukan pemeriksaan.

43
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

E. Kecamatan
Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis
kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat.
Sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 101 dan Permendagri
Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 23, bupati/walikota dapat mendelegasikan pelaksanaan
evaluasi rancangan peraturan desa tentang APB Desa kepada camat atau sebutan lain.
Selain itu juga, camat mempunyai peran dalam hal penyampaian Laporan Realisasi APB
Desa dan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa kepada
bupati/walikota.
Camat sebagaimana diatur dalam pasal 154 PP Nomor 43 Tahun 2014 melakukan tugas
pembinaan dan pengawasan desa, melalui:

1. Fasilitasi penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa;


2. Fasilitasi administrasi tata pemerintahan desa;
3. Fasilitasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa;
4. Fasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;
5. Fasilitasi pelaksanaan tugas kepala desa dan perangkat desa;
6. Fasilitasi pelaksanaan pemilihan kepala desa;
7. Fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa;
8. Rekomendasi pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa;
9. Fasilitasi sinkronisasi perencanaan pembangunan daerah dengan pembangunan desa;
10. Fasilitasi penetapan lokasi pembangunan kawasan perdesaan;
11. Fasilitasi penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;
12. Fasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban lembaga kemasyarakatan;
13. Fasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
14. Fasilitasi kerja sama antar-desa dan kerja sama desa dengan pihak ketiga;
15. Fasilitasi penataan, pemanfaatan, dan pendayagunaan ruang desa serta penetapan
dan penegasan batas desa;
16. Fasilitasi penyusunan program dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Desa;
17. Koordinasi pendampingan desa di wilayahnya; dan
18. Koordinasi pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan di wilayahnya.

44
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

F. Pemerintah Desa
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penyebutan „desa‟ disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat.


Sebutan lain untuk desa misalnya „huta/nagori‟ di Sumatera Utara, „gampong‟ di Aceh,
„nagari‟ di Minangkabau, „marga‟ di Sumatera bagian selatan, „tiuh‟ atau „pekon‟ di Lampung,
„desa pakraman/desa adat‟ di Bali, „lembang‟ di Toraja, „banua‟ dan „wanua‟ di Kalimantan,
dan „negeri‟ di Maluku.

Sedangkan pengertian Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan


dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Desa berkedudukan di wilayah kabupaten/kota.

Perbandingan antara Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa disajikan dalam tabel
sebagai berikut:

Gambar 3.3
Perbandingan antara Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa
Uraian Pemerintah Daerah Desa
- Pemilihan Langsung PILKADA PILKADES

- Eksekutif Gub/Bupati/Walikota Kepala Desa

- Legislatif DPRD Badan Permusyawaratan


Desa (BPD)
- Perencanaan Menengah RPJM Daerah RPJM Desa

- Perencanaan Tahunan RKPD RKP Desa

- Sumber Pendapatan DAU, DAK, Bagi Hasil Dana Desa, ADD, Bagi Hasil
Pajak/Retribusi Pajak/Retribusi
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Desa
- Badan Usaha BUMD BUM Des

- Anggaran APBD APB Des

- Laporan Tahunan LPPD, LRA-APBD LPP Des, LRA-APB Des

- Laporan Kekayaan Neraca Lap. Kekayaan Milik Desa

45
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

Kewenangan desa meliputi kewenangan di Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,


Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.
Kewenangan desa meliputi:

 Kewenangan berdasarkan hak asal usul;


 Kewenangan lokal berskala Desa;
 Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
 Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

“Hak Asal Usul” adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa desa
atau prakarsa masyarakat desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara
lain sistem organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas
desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat Desa.

“Kewenangan Lokal Berskala Desa” adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif
dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan prakasa masyarakat
desa, antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi,
sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan
desa, embung desa, dan jalan desa.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kewenangan desa diatur menteri, yang akan
ditindak lanjuti oleh bupati/walikota yang akan menetapkan daftar kewenangan berdasarkan
hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa.

1. Kepala Desa dan Perangkat Desa


Desa dipimpin oleh seorang kepala desa. Kepala Desa memegang jabatan selama 6
(enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Dalam melaksanakan tugasnya,
kepala desa dibantu oleh perangkat desa.
Perangkat Desa terdiri atas:
a. Sekretariat Desa;
b. Pelaksana kewilayahan; dan
c. Pelaksana teknis.

46
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

a. Sekretariat Desa
Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang
bertugas membantu kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretaris
Desa dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Kepala Urusan. Kepala Urusan
mempunyai tugas untuk membantu Sekretaris Desa dalam bidang urusan yang menjadi
tanggung jawabnya. Sesuai pasal 62 PP Nomor 43 Tahun 2014 dinyatakan bahwa
Sekretaris Desa dibantu paling banyak terdiri dari 3 (tiga) bidang urusan. Secara umum,
Kepala Urusan Keuangan merangkap sebagai Bendahara Desa sedangkan Kepala
Urusan Umum merangkap sebagai pengurus Kekayaan Milik Desa.

b. Pelaksana Wilayah
Pelaksana Kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai satuan tugas
kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara
pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan desa.

c. Pelaksana Teknis
Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai pelaksana tugas
operasional. Pelaksana teknis sesuai PP Nomor 43 Tahun 2014 pasal 64 paling banyak
terdiri atas 3 (tiga) seksi.

Pemerintah desa menggunakan dana APB Desa untuk membiayai pelaksanaan


kewenangan desa dalam bentuk berbagai kegiatan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa. Selain itu pemerintah desa wajib menyelenggarakan pengelolaan
keuangan dengan tertib dan sesuai dengan ketentuan. Oleh karenanya pemerintah desa
perlu menyusun berbagai peraturan, baik dalam bentuk peraturan desa terkait
pengalokasian, penggunaan, serta pemantauan dan evaluasi atas dana yang
dialokasikan dalam APB Desa sebagai berikut:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU


Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 73;
b. RPJM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79;
c. RKP Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79; PP
Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 58 dan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Pasal 29;
d. Pendirian BUM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014,
Pasal 88; PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 132;
e. Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala
Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 37;

47
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

f. Pengelolaan Kekayaan Milik Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43


Tahun 2014 Pasal 110;
g. Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pendayagunaan Aset Desa dan Tata Ruang Dalam
Pembangunan Kawasan Perdesaan, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43
Tahun 2014 Pasal 125;
h. Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP
Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 150;
i. Pembentukan Lembaga Adat Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43
Tahun 2014 Pasal 152;
j. Pembentukan Dana Cadangan, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri
Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 19; dan
k. Pelestarian dan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Pembangunan Desa, sebagaimana
diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 83.

2. Penghasilan Tetap
Penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa dianggarkan dalam APB Desa yang
bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD). Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap
kepala desa dan perangkat desa menggunakan penghitungan sebagaimana diatur
dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 pasal 81 sebagai berikut:

a. ADD yang berjumlah sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
digunakan paling banyak 60% (enam puluh perseratus);
b. ADD yang berjumlah lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan antara
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak 50% (lima
puluh perseratus);
c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan antara
Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
40% (empat puluh perseratus); dan
d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah)
digunakan antara Rp360.000.000,00 (tiga ratus enam puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak 30% (tiga puluh perseratus).

48
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

Bupati/walikota menetapkan besaran penghasilan tetap:


a. Kepala Desa;
b. Sekretaris Desa paling sedikit 70% dari penghasilan tetap Kepala Desa per bulan;
c. Perangkat Desa selain Sekretaris Desa paling sedikit 50%.

Jaminan kesehatan yang diberikan kepada Kepala Desa diintegrasikan dengan jaminan
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3. Badan Permusyawaratan Desa


Mengingat kedudukan, kewenangan dan keuangan desa yang semakin kuat,
penyelenggaraan pemerintahan desa diharapkan lebih akuntabel yang didukung dengan
sistem pengawasan dan keseimbangan antara pemerintah desa dan lembaga desa.
Lembaga desa, khususnya Badan Permusyawaratan Desa yang dalam kedudukannya
mempunyai fungsi penting dalam menyiapkan kebijakan pemerintahan desa bersama
kepala desa. BPD harus mempunyai visi dan misi yang sama dengan Kepala Desa
sehingga BPD tidak dapat menjatuhkan kepala desa yang dipilih secara demokratis oleh
masyarakat desa.

Badan Permusyawaratan Desa merupakan badan permusyawaratan di tingkat desa


yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa. Dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat desa,
memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat, pemerintah desa dan/atau Badan Permusyawaratan Desa memfasilitasi
penyelenggaraan Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah forum musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa. Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang
dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah dijadikan dasar oleh Badan
Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan
Pemerintahan Desa.

Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:


a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

49
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa


berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis
yangmasa keanggotaannya selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji. Anggota Badan Permusyawaratan Desa dapat dipilih untuk masa
keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyawaratan Desa diatur
dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

4. Kelembagaan Masyarakat Desa


Di dalam UU Desa diatur mengenai kelembagaan desa. Lembaga Kemasyarakatan Desa
(LKD) antara lain Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD).

Lembaga Kemasyarakatan Desa merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat


desa dan berfungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat desa serta menciptakan akses
agar masyarakat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan yang dibentuk atas
prakarsa pemerintah desa dan masyarakat. Pembentukannya LKD diatur dalam
Peraturan Desa, dengan rincian tugas:

a. Melakukan pemberdayaan masyarakat desa;


b. Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan
c. Meningkatkan pelayanan masyarakat desa.

Sedangkan fungsi yang dimiliki oleh LKD sebagai berikut:


a. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
b. Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat;
c. Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa kepada
masyarakat desa;
d. Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan
mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif;
e. Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya,
serta gotong royong masyarakat;
f. Meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan
g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

50
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

5. Desa Adat
Desa mempunyai karakteristik yang berlaku umum untuk seluruh Indonesia, sedangkan
Desa Adat mempunyai karakteristik yang berbeda dari desa pada umumnya, terutama
karena kuatnya pengaruh adat terhadap sistem pemerintahan lokal, pengelolaan
sumber daya lokal, dan kehidupan sosial budaya masyarakat desa.

Desa Adat pada prinsipnya merupakan warisan organisasi kepemerintahan masyarakat


lokal yang dipelihara secara turun-temurun yang tetap diakui dan diperjuangkan oleh
pemimpin dan masyarakat Desa Adat agar dapat berfungsi mengembangkan
kesejahteraan dan identitas sosial budaya lokal.

Desa Adat memiliki hak asal usul yang lebih dominan daripada hak asal usul Desa sejak
Desa Adat itu lahir sebagai komunitas asli yang ada di tengah masyarakat. Desa Adat
adalah sebuah kesatuan masyarakat hukum adat yang secara historis mempunyai batas
wilayah dan identitas budaya yang terbentuk atas dasar teritorial yang berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa berdasarkan hak asal usul.

Ketentuan mengenai fungsi dan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan desa,


pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa berlaku secara mutatis mutandis terhadap fungsi dan kewenangan
penyelenggaraan pemerintahan desa adat, pelaksanaan pembangunan desa adat,
pembinaan kemasyarakatan desa adat, dan pemberdayaan masyarakat desa adat.

51
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

Bab IV
PENUTUP

Profesi yang memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat perlu mendapatkan


kepercayaan dari masyarakat pengguna jasa profesi tersebut. Tanpa kepercayaan,
profesi tersebut akan musnah. Hal ini pun merupakan tuntutan bagai APIP dalam
memberikan jasa konsultasi kepada pemerintah daerah dan pemerintah desa. Terus
meningkatkan kemampuan merupakan tuntutan mutlak yang harus selalu dilakukan.

Salah satu hal nyata yang penting dilakukan adalah selalu meng-update peraturan.
Peraturan terkait pengelolaan keuangan desa akan terus berkembang dengan
seluruh aspeknya sebagaimana pengelolaan keuangan daerah yang lebih dahulu
berkembang.

Salah cara untuk terus mengupdate pengetahuan diantaranya mengikuti diskusi atau
forum yang membahas tentang pengelolaan keuangan desa. Saling membagi
pengetahuan akan saling mempercepat pemahaman pengelolaan keuangan desa.
Untuk BPKP telah disediakan forum internal berupa forum diskusi pengawalan
akuntabilitas pengelolana keuangan desa di warga.bpkp.go.id. Namun, di dunia
maya, forum diskusi khususnya pengelolaan keuangan desa juga cukup banyak.

Terkait kebijakan pengawalan pengelolaan keuangan desa yang dilakukan BPKP,


perwakilan diharapkan mampu mengimplementasikannya dengan baik di daerah
dengan selalu berkoordinasi dengan BPKP Pusat. Masukan dan saran perbaikan
sangat diharapkan agar kebijakan pengawalan ini dapat berjalan lebih baik dan
efektif. Dan sebagai penutup, semoga seluruh upaya pengawalan yang dilakukan ini
berguna dan bermanfaat sebagai sumbangsih untuk memberikan kontribusi yang
nyata bagi bangsa dan negara.. kontribusi yang berharga bagi desa di Indonesia.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa memberikan ridhoNya atas niat kita
bersama ini untuk dapat mewujudkan cita-cita luhur kita bersama.

52
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Desa (jo. UU Nomor 2
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
APBN sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber dari APBN;
5. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan;
6. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam Negeri;
7. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;
8. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem
Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraaan Fungsi Pengawasan Intern
Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa;
12. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1
Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa;

53
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa;
14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 3
Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;
15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa;
16. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.07/2014 tentang Pengalokasian Transfer
ke Daerah dan Dana Desa;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 263/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK.07/2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Penundaan
dan/atau Pemotongan Dana Perimbangan Terhadap Daerah yang Tidak Memenuhi
Alokasi Dana Desa.
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi
Desa;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Kekayaan Desa;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata
Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
25. Sudarno Sumarto, Asep Suryahad, dan Alex Arifianto, 2004. Tata Kelola Pemerintahan
Dan Penanggulangan Kemiskinan: Bukti-Bukti Awal Desentralisasi Di Indonesia.
SMERU Research Institute, Jakarta. Maret 2004.
26. http://pmd.kemendagri.go.id
27. http://www.kemendesa.go.id
28. http://www.djpk.depkeu.go.id

54
Modul 1 : Kebijakan Pengawalan BPKP & Regulasi Pengelolaan Keuangan Desa

TIM PENYUSUN

Pengarah

Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah

Penanggung Jawab

Direktur Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III

Pembantu Penanggung Jawab

Kasubdit Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah III.2

Penyusun

Syukri

Adrian Puspawijaya

Robertus Gatot Megantoro

Akhmad Basori

Julia Dwi Nuritha Siregar

Arief Irwanto Lasantu

Azhary Rivai Siregar

Usulan perbaikan atas modul ini sangat kami harapkan, usulan dapat dikirimkan via email:
satgas.desa@gmail.com dan adrian.poespa@gmail.com

55

Anda mungkin juga menyukai