Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk
mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan,
sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Sudjatmiko dalam yuniari dkk, 2014).
Kearifan lokal (local genius/local wisdom) merupakan pengetahuan lokal yang tercipta
dari hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang
dikomunikasikan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal dengan demikian merupakan
pengetahuan lokal yang digunakan oleh masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam
suatu lingkungannya yang menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, budaya dan
diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.
Proses regenerasi kearifan lokal dilakukan melalui tradisi lisan (cerita rakyat) dan karya-
karya sastra, seperti babad, suluk, tembang, hikayat, lontarak dan lain sebagainya.
(Gunawan dalam yuniari, 2014).
Pembelajaran kontekstual berbasis kearifan lokal menekankan pada keaktifan siswa dalam
menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga siswa akan lebih
memahami materi pelajaran secara mendalam yang akan memberikan peningkatan pada
hasil belajar siswa. Sedangkan pembelajaran konvensional lebih menekankan pemberian
informasi dan pengetahuan dari guru kepada siswa sehingga pembelajaran lebih perpusat
kepada guru bukan kepada siswa. Materi PKn pada jenjang sekolah dasar mengkaji aspek-
aspek yang dekat dengan kehidupan siswa mulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah,
masyarakat serta bangsa dan negara, yang menggunakan pendekatan meluas, (expanding
approach) sebagaimana yang telah dijabarkan oleh Wahab (1995) penyajian materi
didasarkan pada prinsip (a) dari mudah ke sukar, (b) sederhana ke rumit, (c) dari yang
bersifat kongkrit ke abstrak, (d) menekankan pada lingkungan yang paling dekat dengan
siswa sampai kepada lingkungan kemasyarakatan yang lebih luas. (Yuniari dkk,2014).
Simpulan
Dari hasil temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil belajar yang muncul
disebabkan karena siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan minat dan motivasi
siswa, siswa dapatmenemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga
siswa lebih memahami materi pelajaran secara mendalam yang akan memberikan
peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat ditemukan pada proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal yang
memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran PKn. Oleh karena itu pendekatan pembelajaran
kontekstual berbasis kearifan lokal berpengaruh terhadap hasil belajar PKn pada siswa
kelas V SD Gugus VI Abiansemal Mambal-Mekarbhuana tahun ajaran 2013/2014.