Anda di halaman 1dari 18

Keunggulan dan Kearifan Lokal Jepara Perbatasan

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etnocivic


Pengampu : Ika Ari Pratiwi, S. Pd, M. Pd.

Disusun Oleh:

Norma Yustitiya Arief 201533006

Fifta Hikmasari 201533012

Triyana Wahyu Sugma 201533016

Qurrota A’yuni 201533044

Teguh Ihza Mahendra

PGSD 6A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2018

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kearifan lokal Jepara Perbatasan .............................................................. 3


2.2 Keunggulan lokal Jepara Perbatasan ........................................................ 6
2.3 Kaitan Antara Kearifan dan Keunggulan Lokal dengan Penerapan
Pendidikan Kewarganegaraan.................................................................... 9
2.4 Sikap Masyarakat dari Keunggulan dan Kearifan Lokal ....................... 11
2.5 Dampak bagi Masyarakat dari Adanya Keunggulan dan Kearifan Lokal
........................................................................................................................ 12
2.6 Peranan Kita Sebagai Seorang Pendidik ................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14


3.2 Saran .......................................................................................................... 14

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 15

Lampiran ........................................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam membentuk tingkah laku sseorang untuk
menciptakan manusia yang berbudi pekerti. Pendidikan harus mampu memupuk dan
menumbuhkan kesadaran akan arti keberadaan manusia untuk lingkungan dan alam
sekitar. Dewasa ini arus penetrasi kebudayaan yang datang dari Barat semakin gencar
mewarnai sistem kehidupan sosiokultural masyarakat Indonesia. Di perparah lagi dengan
adanya kecenderungan sebagian generasi muda bangsa ini berkiblat kepada kebudayaan
tersebut dan meninggalkan budayanya sendiri. Untuk itu, pemerintah gencar
mencanangkan pendidikan berbasis keunggulan dan kearifal lokal. Hal ini bertujuan untuk
memperkenalkan budaya yang ada di sekitar kita agar budaya tersebut tidak dapat tergerus
zaman

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari bermacam suku dan budaya,
misalnya pada daerah Jepara. Jepara merupakan kota yang terkenal dengan sebutan kota
ukir. Tidak banyak yang tahu bahwa Jepara memiliki beragam tradisi dan kebudayaan.
Oleh karena itu pada penelitian ini, penulis akan mengupas keunggulan dan kearifan lokal
yang ada pada daerah Jepara khususnya pada daerah Perbatasan antara Jepara dengan
Kudus.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan oleh penulis, maka rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu :
1. Apa saja kearifan lokal yang ada di daerah Jepara Perbatasan ?
2. Apa saja kekunggulan lokal yang ada di daerah Jepara Perbatasan ?
3. Apa kaitan antara kearifan dan keunggulan lokal dengan penerapan Pendidikan
Kewarganegaraan ?
4. Bagaimana sikap masyarakat dari keunggulan dan kearifan lokal tersebut ?
5. Bagaimana dampak bagi masyarakat dari adanya keunggulan dan kearifan
lokal ?
6. Bagaimana peranan kita sebagai seorang pendidik ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pa saja kearifan lokal yang ada di daerah Jepara Perbatasan
2. Untuk mengetahui pa saja kekunggulan lokal yang ada di daerah Jepara
Perbatasan ?
3. Untuk mengetahui kaitan antara kearifan dan keunggulan lokal dengan
penerapan Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Untuk mengetahui sikap masyarakat dari keunggulan dan kearifan lokal
tersebut.
5. Untuk mengetahui dampak bagi masyarakat dari adanya keunggulan dan
kearifan lokal.
6. Untuk mengetahuiperanan kita sebagai seorang pendidik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keunggulan lokal Jepara Perbatasan


Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang
mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan
lain-lain. Keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan
jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan
suatu daerah (Dedidwitagama dalam Warman; 2015).
Jepara adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini
berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus
di Timur, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi
Kepulauan Karimunjawa yang berada di Laut Jawa.
Kabuapaten Jepara secara administratif wilayah daratan Kabupaten Jepara
1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km, terdiri atas 14 kecamatan yang
dibagi lagi atas sejumlah 183 desa dan 11 keluruhan. Wilayah tersempit adaah
Kecamatan Kalinyamatan (24, 179 km2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan
Keling (231, 758 km2). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar
740,052 km2 (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2
(26,30%). Secara Administratif Kabupaten Jepara terbagi dalam 5 wilayah, yaitu:
 Jepara Pusat : Jepara, Tahunan
 Jepara Selatan : Welahan, Kalinyamatan
 Jepara Utara : Karimunjawa, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Donorojo,
Keling
 Jepara Barat : Kedung, Pecangaan
 Jepara Timur : Batealit, Mayong, Nalumsari Pakis Aji

Keunggulan lokal di Jepara sangat banyak. Salah satu keunggulan lokal yang akan
di bahas adalah Jepara Perbatasan yaitu Jepara Timur daerah Mayong dan Nalumsari.
Diantaranya adalah :

3
1. Horok-horok

Horok-horok adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung pohon


aren. Makanan ini terbilang unik, karena bisa disantap bersama dengan makanan
lain seperti bakso, pecel, gulai, wedang horok-horok, dll. Horok-horok ini
merupakan makanan yang hanya ditemukan di Jepara, sehingga dijadikan
makanan tradisional khas dari Jepara, Jawa Tengah. Makanan ini sangat di
gemari oleh masyarakat di Jepara, selain itu banyak wisatawan memburu
makanan satu ini sebagai wisata kuliner mereka.

2. Gebyok Ukir

Desa Blimbing Rejo merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan


Nalumsari Kabupaten Jepara. Desa Blimbing Rejo adalah desa pengrajin kayu
ukiran yang digunakan untuk sekat antar ruang atau ditempatkan didepan
sebagai pintu masuk rumah. Gebyok ini memiliki ukiran khas Jawa dan diuat
dari kayu bermutu tinggi atau kayu jati.
Gebyok ukir standar buatan pengrajin di Blimbing Rejo tersedia berbagai
ukuran. Ukuran terkecil biasanya setinggi 1,2 meter dengan lebar 2,5 meter.

4
Dilengkapi pintu kupu tarung, sebutan untuk sebuah pintu yang terdiri dari dua
pintu simetris ini dijual dengan harga Rp. 2,25 juta. Sedangkan gebyok dengan
ukuran besar dengan tinggi 2,7 meter dan lebar 4 meter, umumnya dipatok Rp. 8
juta hingga 10 juta.
Blimbing rejo mulai ada pengrajin Gebyog ini sekitar tahun 1990an yang
dimulai dari seorang warga Blimbing Rejo yang belajar ornamen ukir kemudian
menerapkannya sebagai kerajinan gebyok dan menjadikan profesi tetap dan
kemudian diamalkan keahliannya kepada warga sekitar untuk diajak bekerja
sama.

3. Ari-ari Kartini

Merupakan tempat
plasenta Kartini yang terdapat di
Desa Pelemkerep, Kecamatan
Mayong, Kabupaten Jepara.
Monumen ari-ari Kartini berada
di samping kantor Kecamatan
(dulu kantor wedana).
Monumen Kartini sangat
sederhana. Hanya ada monumen, sumur, dan tugu penanda tempat dia
dilahirkan. Penjaga monumen, menuturkan di tempat itu dahulu rumah keluarga
Kartini berada, Sekarang sudah tak ada
bekasnya.
Ada yang unik di kawasan monumen,
yakni monumen ari-ari dan sumur. Monumen
dibuat menyerupai bunga teratai dengan lekuk
yang bermakna kelahiran. Kuncup kedua dari
atas berjumlah 21 yang menunjukkan tanggal
kelahiran Kartini. Empat buah lampu
menunjukkan bulan April, sedangkan 18 kuncup
paling bawah menunjukkan tahun 1800.

5
Ukiran bawah berjumlah tujuh menunjukkan angka tujuh. Kuncup paling
atas sembilan menunjukkan angka sembilan. Jika dirangkai menjadi tanggal,
bulan, dan tahun kelahiran Kartini: 21 April 1879.
Sumur di depan monumen masih asli. Letak dan bangunan sumur itu tak
berubah. Banyak yang menuturkan sumber air itu tak pernah surut pada musim
kemarau sekalipun. Kedalaman sumur sekitar 10 meter.

2.2 Kearifan lokal Jepara Perbatasan


Menurut Gunawan dalam Yuniarni ;2014, Kearifan lokal (local genius/local
wisdom) merupakan pengetahuan lokal yang tercipta dari hasil adaptasi suatu
komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang dikomunikasikan dari generasi ke
generasi. Kearifan lokal dengan demikian merupakan pengetahuan lokal yang
digunakan oleh masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungannya
yang menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, budaya dan diekspresikan di dalam
tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Proses regenerasi
kearifan lokal dilakukan melalui tradisi lisan (cerita rakyat) dan karya-karya sastra,
seperti babad, suluk, tembang, hikayat, lontarak dan lain sebagainya.
Hal ini sejalan dengan Rachmadyanti (2017) yang menyatakan bahwa kearifan
lokal adalah segala bentuk kebijaksanaan yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan yang
dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga keberlagsungannya dalam kurun waktu
yang cukup lama (secara turun-temurun) oleh sekelompok orang dalam lingkungan
atau wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka. Kearifan lokal memiliki
hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional pada suatu tempat, dalam kearifan
lokal tersebut banyak mengandung suatu pandangan maupun aturan agar masyarakat
lebih memiliki pijakan dalam menentukan suatu tindakan seperti perilaku masyarakat
sehari-hari

Selain keunggulan lokal di Jepara sangat banyak, terdapat kearifan lokalnya juga.
Diantaranya adalah :
1. Macan Kurung di Perbatasan Kudus-Jepara

6
Macan kurung merupakan kerajinan kuno
dari jepara yang berasal dari Desa Mulyoharjo,
Jepara. Macan kurung adalah sebuah karya seni
ukir khas Jepara yang berkembang sejak jaman
RA Kartini. Macan kurung muncul di tengah-
tengah sistem pemerintahan kolonial dan adat-
istiadat budaya feodal. Diduga karya seni ini
sebagai ekspresi simbolis perlawanan para perajin
ukir atas tekanan hidup saat kolonial.

Di dalam kurungan terdapat pula bola yang dapat menggelinding dan


rantai pengikat macan. Bagian atas kurungan sering diberi berbagai hiasan
berbentuk binatang, seperti burung, naga jawa, ular.

2. Baratan di Desa Dorang


Di Desa Dorang biasanya pada tanggal 15 bulan Ruwah atau 15
Sya’ban (kalender Hijriyah) sering diadakan tradisi pesta baratan. Dalam
tradisi tersebut terdapat karnaval kecil-kecilan keliling desa dengan membawa
mobil mainan, bis mainan maupun motor mainan yang terbuat dari kayu atau
bambu yang di bungkus dengan kertas. Di dalam mainan tersebut
dinyalakanlah lilin. Kirab tersebut diikuti oleh anak-anak kecil.
Menurut pendapat dari salah satu warga, baratan merupakan remisi
untuk para arwah untuk dilepaskan kedunia kembali. Jadi, satu hari pada
tanggal 15 Ruwah tersebut arwah-arwah diberikan kebebasan. Makna dari
kendaraan mainan yang di tarik yaitu menandakan bahwa dengan mainan
tersebut dapat menciptakan kegembiraan untuk anak-anak sama halnya dengan
kegembiraan para arwah yang diberikan kebebasan meskipun hanya satu hari.
Sedangkan lilin yang menyala menandakan bahwa pada jaman dahulu
belum ada listrik. Kirab tersebut didampingi dengan menu makanan puli yang
kemudian di bawa ke Pondok atau Musholla. Kata puli berasal dari bahasa
Arab yaitu afwu lii, yang berarti maafkanlah aku. Puli terbuat dari beras dan
ketan yang ditumbuk halus dan dimakan dengan kelapa.

7
3. Makam Datuk Singorojo
Datuk Singorojo bernama asli Syekh Gunardi, Beliau adalah putra raja dari
kerajaan Singaraja (Bali) bernama Idha Gusnanda dan memiliki seorang adik
bernama Idha Gusnanti. Kala itu, para penduduk kerajaan tersebut masih
memeluk agama Hindu. Akhirnya terjadilah perselisihan antara Idha Gunardi
(Mbah Datuk Singorojo) dengan ayahandanya, Raja Idha Gus nanda.
Perselisihan tersebut terjadi karena perbedaan pendapat mengenai cara
pemakaman orang yang telah meninggal. Karena kepercayaan yang di anut
oleh Idha Gunardi sudah tidak sejalan dengan kepercayaan yang di anut oleh
ayahandanya sehingga beliau di usir dari tanah Bali. Dengan menempuh jalur
laut hanya dengan menggunakan sebuah genthong air bersama adik
perempuannya, Idha Gusnanti. Merekapun sampai di pulau jawa dan belajar
agama kepada salah satu Wali di Kadilangu, Demak. Setelah dirasa cukup
menuntut ilmu, akhirnya sang guru memandatinya untuk menyebarkan ajaran
tersebut kedaerah utara dengan di temani oleh kedua putra dari sang guru.
Mbah Datuk memerintahkan Rajasa beserta murid-muridnya untuk
membabat (menebangi) pepohonan di sana dan mendirikan sebuah masjid di
daerah Singorojo, namun sebelum masjid tersebut selesai beliau pindah ke
daerah Mantingan karena ada suatu hal yang mendesak, di daerah ini beliau
menetap lama dan mengajarkan agama.
Setelah bertahun-tahun didaerah Mantingan akhirnya beliau meninggal
dunia dan dimakamkan di daerah Singorojo. Kemudian masyarakat Singorojo
menyebutnya dengan sebutan Mbah Datuk Singorojo.

8
Makam mbah Datuk Singorojo ini di kenal angker dan sangat di sakralkan
oleh para penduduk sekitar. Banyak sekali orang-orang datang dari berbagai
daerah untuk melakukan ritual tirakatan atau yang lebih di kenal dengan istilah
“nepi”. Makam ini akan semakin ramai di kunjungi saat mendekati hari
Juma’at (Wage) di bulan Suro, karena pada hari tersebut akan di lakukan ritual
“Buka Luwur” atau pergantian kain kafan yang menutupi Kijing (Batu Nisan)
makam Mbah Datuk Singorojo.
Sehari sebelum ritual tersebut di laksanakan, biasanya akan banyak sekali
orang yang datang untuk melakukan Nepi dengan tujuan-tujuan tertentu,
terutama para spiritualis. Salah satunya agar mendapatkan mustika atau benda
bertuah melalui penarikan ghoib. Tapi sayangnya tidak semua orang berhasil
ketika melakukan penarikan.

2.3 Kaitan Antara Kearifan dan Keunggulan Lokal dengan Penerapan Pendidikan
Kewarganegaraan
a. Penerapan PPKn Terhadap Keunggulan Lokal di Daerah Jepara Perbatasan
a) Horok-horok
Horok-horok merupakan salah satu makanan tradisional khas Jepara. Untuk
itu sebagai salah satu wujud “Cinta Tanah Air”, kita sebagai generasi penerus
harus bisa “mencintai produk dalam negeri” salah satunya makanan tradisional
horok-horok ini. Karena seiring berkembangnya zaman, banyak sekali produk-
produk makanan dari luar negeri yang dapat masuk dan berkembang dalam
masyarakat dan menyingkirkan makanan-makanan tradisional khas Indonesia
sendiri. Untuk itu kita harus selalu melestarikannya.

9
b) Gebyog Ukir
Sama halnya dengan Horok-horok, Gebyog ukir ini merupakan salah satu
kerajinan Khas dari daerah Jepara. Jadi, kita harus bisa mencintai produk
sendiri. Akan lebih baik apabila kita belajar untuk membuat kerajinan tersebut
sebagai wujud “Cinta Tanah Air”. Untuk itu kita memerlukan kreatifitas untuk
selalu melakukan inovasi agar gebyog khas Jepara ini memiliki daya tarik yang
tinggi dan tidak akan tergerus oleh perkembangan zaman.
c) Ari-ari Kartini
Dengan adanya monumen ini, merupakan salah satu wujud menghargai
prestasi serta jasa pahlawan yang telah memperjuangkan Emansipasi wanita
ini. Monumen ari-ari Kartini dapat memberikan motivasi untuk menjadi
seseorang yang memiliki semangat kebangsaan yang sesuai dengan nilai-nilai
Pendidikan Karakter.

b. Penerapan PPKn Terhadap Kearifan Lokal di Daerah Jepara Perbatasan


a) Macan Kurung
Macan kurung ini merupakan simbol perbatasan antara Kota Jepara dengan
Kota Kudus. Perlu adanya cinta damai dalam mempersoalkan pro dan kontra
wilayah kepemilikan dari Macan Kurung ini. Meskipun demikian, dengan
adanya macan kurung, dapat memudahkan kita mengenali wilayah perbatasan
antara Jepara dengan Kudus.
b) Baratan di desa Dorang
Baratan sering kali identik dengan adanya karnaval maupun kirab. Banyak
sekali nilai-nilai karakter yang terdapat dalam tradisi ini. Karnaval akan
berjalan dengan lancar apabila dimusyawahkan dengan baik antar warga.
Selain itu, toleransi dan cinta damai juga diperlukan dalam kegiatan ini. Dan
yang tidak kalah penting yaitu sikap tanggung jawab apabila selama acara
tersebut terdapat kendala-kendala yang tidak diharapkan
c) Makam mbah Datuk Singorojo
Seperti yang kita ketahui, Datuk Singorojo ini merupakan salah satu tokoh
dalam penyebaran agama Islam. Nilai karakter yang dapat kita ambil yaitu
nilai Religius. Mbah Datuk rela berselisih dengan saudara sendiri karena
perbedaan pendapat mengenai cara pemakaman orang yang telah meninggal.

10
Untuk itu kita perlu menghargai jasa beliau dalam menyebarkan agama Islam
dengan cara mendoakannya.

2.4 Sikap Masyarakat dari Keunggulan dan Kearifan Lokal


a. Sikap Masyarakat Pro dan Kontra Terhadap Keunggulan Lokal di Daerah
Jepara Perbatasan
Sikap masyarakat yang pro terhadap keunggulan lokal di daerah Jepara
Perbatasan di antaranya adalah banyak memberikan keuntungan dan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat. Dengan adanya lawang gebyok ukir dapat
memberikan banyak keuntungan, misalnya kurangnya pengangguran di Desa
Blimbing Rejo, pada pemotong kayu mempunyai penghasilan sendiri hasil
memotong kayu, menjadikan Desa Blimbing Rejo lebih berkembang dan banyak
kenali masyarakat karena dengan terkenalnya lawang gebyok ukir tersebut.
Sikap masyarakat yang kontra terhadap keunggulan lokal di daerah Jepara
Perbatasan diantaranya adalah untuk pembuatan lawang gebyok ukir
membutuhkan modal yang lumayan besar, mulai dari pembelian kayu, menyewa
para pekerja harian, dan peralatan lengkap untuk mematah dan menghaluskan
kayu serta biaya memotong kayu di Kota Jepara, karena sampai sekarang untuk
memotong kayu masih harus ke pemotong kayu di Kota Jepara karena di Desa
Blimbing Rejo belum memiliki alat atau mesin untuk memotong kayu.
Makanan horok-horok saat ini banyak remaja yang kurang suka dengan
makanan tersebut. Remaja lebih cenderung menyukai makanan yang berbau
instan. Dan cara pembuatannya pun banyak remaja yang kurang tahu dan kurang
berminat. Sedangkan di monumen ari-ari Kartini sekarang sudah jarang
dikunjungi masyarakat kecuali di hari kelahiran Kartini.

b. Sikap Masyarakat Pro dan Kontra Terhadap Kearifan Lokal di Daerah


Jepara Perbatasan
Sikap pro terhadap kearifan lokal di Daerah Jepara Perbatasan diantaranya
adalah pada macan kurung dapat dijadikan identitas perbatasan antara Kota
Kudus dan Jepara. Pada Beratan di Desa Dorang yang dilakukan pada bulan
Ruwah tanggal 15 adalah dapat mempererat tali persaudaraan masyarakat sekitar
dan menjaga tradisi setiap tahunnya. Selain itu, pada makam Datuk Singorojo,

11
masyarakat sekitar dapat mengingat perjuangan Datuk Singorojo dalam
mneyebarkan agamanya dengan mengunjungi makamnya.
Sikap kontra terhadap kearifan lokal di daerah Perbatasan Jepara adalah
kepemilikan macan kurung belum diketahui. Ada yang menyebutkan bahwa
macan kurung termasuk daerah wilayah Kudus, ada juga yang menyebutkan
termasuk daerah wilayah Jepara. Sedangkan pada Beratan, ketika mengelilingi
desa banyak yang terganggu dengan menghalangi jalan utama desa. Sedangkan di
makam Datuk Singorojo dijadikan tempat yang diyakini dapat memberikan ilmu
ghaib.

2.5 Dampak bagi Masyarakat dari Adanya Keunggulan dan Kearifan Lokal
a. Dampak dari Keunggulan Lokal di Daerah Perbatasan Jepara Perbatasan
Dampak dari keunggulan lokal di daerah perbatasan Jepara perbatasan yaitu
horok-horok dan lawang gebyok ukir adalah sebagai lapangan pekerjaan dari
masyarakat sekitar dan menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Selain sebagai
lapangan pekerjaan, horok-horok bisa digunakan sebagai pengganti nasi. Dan
lawang gebyok dapat dijadikan sebagai salah satu sentra produk unggulan ukir
milik Desa Blimbing Rejo. Sedangkan ari-ari Kartini sebagai pengingat
masyarakat akan kelahiran dari pahlawan yang berasal dari daerah Jepara.

b. Dampak dari Kearifan Lokal di Daerah Perbatasan Jepara Perbatasan


Dampak dari kearifan Macan kurung adalah dijadikan identitas perbatasan
antara Kota Kudus dan Jepara. Sedangkan dampak kearifan Beratan di desa
Dorang diantaranya adalah mempererat tali persaudaraan masyarakat sekitar desa
tersebut. Dampak kearifan lokal pada makam Datuk Singorojo yaitu masyarakat
sekitar dapat mengingat perjuangan Datuk Singorojo dalam meneyebarkan agama
islam.

2.6 Peranan Kita Sebagai Seorang Pendidik


a. Upaya yang Dilakukan sebagai Pendidik dalam Keunggulan Lokal
Kita sebagai pendidik dapat mengenalkan kepada siswa mengenai
keunggulan lokal di daerah Nalumsari, misalnya sesekali kita dapat mengajak
siswa untuk mengunjungi tempat pembuatan lawang gebyok ukir can cara

12
pembuatannya, agar siswa mengetahui keunggulan lokal di daerahnya sendiri
supaya keunggulan tersebut tidak tergerus oleh perkembangan jaman.
Selain itu, pada makanan horok-horok, siswa diperkenalkan dan cara
pembuatan makanan tersebut. Agar siswa mempunyai keahlian dalam membuat
makanan ciri khas daerahnya sendiri. Sedangkan pada monumen ari-ari Kartini
sebagai pendidik kita bisa mengajarkan bagaimana cara merawat peninggalan
sejarah pahlawan dari Daerahnya, dan memberikan contoh perilaku yang baik dari
R.A Kartini semasa perjuangan.

b. Upaya yang Dilakukan sebagai Pendidik dalam Kearifan Lokal


Kita sebagai pendidik memberikan penjelasan kepada siswa tentang
perjuangan Datuk Singorojo dalam penyebaran agama islam di daerah jepara. Kita
sebagai pendidik juga membekali siswa agar tidak terlalu percaya dengan hal-hal
gaib atau hal yang belum tentu kebenarannya.

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan dan Saran
3.1.1. Kesimpulan
Keunggulan dan kearifan lokal di daerah Jepara Perbatasan sangat banyak,
diantaranya adalah keunggulan lokalnya yaitu horok-horok, gebyok ukir, dan
ari-ari Kartini. Sedangkan kearifan lokalnya yaitu macan kurung, Baratan di
Desa Dorang, dan Makam mbah Datuk Singorojo.
Keunggulan lokal dan kearifan lokal menjadi ciri khas dari suatu daerah
tertentu. Ciri khas tersebut tentunya mempunyai pro dan kontra maupun
dampak bagi masyarakat sekitar. Kita sebagai pendidik seharusnya bisa
memperkenalkan dan melestarikan keunggulan dan kearifan lokal pada siswa
agar mengetahui tentang keunggulan dan kearifan lokal di daerahnya masing-
masing.

3.1.2. Saran
Keunggulan dan kearifan lokal sekarang ini jarang diketahui oleh
masyarakat. Salah satunya adalah kearifan lokal yaitu Baratan di Desa Dorang
yang sekarang ini dari tahun ke tahun semakin sedikit masyarakat yang
mengikuti. Hal tersebut dikarenakan kurangnya melestarikan kebudayaan yang
sudah tergerusnya sebuah jaman yang semakin modern. Seharusnya,
masyarakat tersebut melestarikan kearifan lokal agar menjadi ciri khas dari
daerahnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rachmadyanti, Putri. 2017. “Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah Dasar
Melalui Kearifan Lokal”. JPSD. 3(2); 201-2014.

Warman. 2015.”Penerapan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di SMK”.


Jurnal Ilmu Pendidikan, 21(1); 88-96.

Yuniarni, et.al. 2014. “pengaruh Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual


Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SD Gugus
Viabiansemal”. E-Jurnal MIMBAR PGSD Universitas Ganesha, 2(1).

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai