Anda di halaman 1dari 7

8.

IMPETIGO 4A

S Lokasi IMPETIGO KRUSTOSA : Wajah


(sekitar lubang hidung dan mulut)
IMPETIGO BULLOSA :
Aksila, dada, punggung
Onset 2-3 hari
Kualitas Gatal
Kuantitas IMPETIGO KRUSTOSA :
Krusta bisa sedikit/banyak
IMPETIGO BULLOSA :
Vesikel/bulla bisa sedikit/banyak
Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Pada impetigo bulosa, robekan
epidermis tepat di bawah stratum
granulosum membentuk lepuhan
yang besar. Neutrofil berpindah
melalui epidermis spongiotik ke
dalam rongga blister, yang juga
mungkin mengandung kokus. Sel
acantholytic sesekali dapat dilihat,
mungkin karena aktivitas neutrofil.
Dermis bagian atas berisi infiltrat
inflamasi neutrofil dan limfosit.
Kasus dengan antibodi pemfigus
misalnya positif pada
immunofluoresen langsung atau
tidak langsung telah dilaporkan.
Histologi ini mirip untuk impetigo
non-bulosa, perbedaannya yaitu
pada pembentukan blisternya
terlihat ringan dan sementara.
Faktor Memperingan Obat simtomatis, tidur
Memperberat•
Higiene yang kurang baik,
defisiensi gizi, imunodefisiensi
(CD 4 dan CD 8 yang rendah)

Gejala Penyerta Kadang bisa disertai demam dan


nyeri (tidak selalu)
O Pemeriksaan Fisik I : Lokasi : sesuai predileksi
UKK :
Impetigo krustosa :
Peradangan yang memberikan
gambaran vesikel yang dengan
cepat berubah menjadi pustul dan
pecah sehingga menjadi krusta
kering kekuningan seperti madu.
Jika krusta dilepaskan tampak
erosi dibawahnya. Sering krusta
menyebar ke periffer dan sembuh
di bagian tengah.

Impetigo bullosa :
Peradangan yang memberikan
gambaran vesikobulosa dengan
lesi bula hipopion (bula berisi pus)/
flaccid bullae , apabila
vesikel/bulla telah memecah
(erosi) -> tampak koleret dasar
eritematosa -> seperti terkena sulut
api (scalded-by-fire-like-
appearance)
Pa : kendor

Gambar

Gambar 1. Impetigo krustosa

Gambar 2. Impetigo bullosa

A Diagnosis Diagnosis impetigo didasarkan


pada riwayat dan gambaran klinis.
Diagnosa biasanya sudah bisa
ditegakkan dengan pemeriksaan
fisik. Onset yang terjadi dari 2
hingga 3 hari turut mendukung
menegakkan diagnosis.
Bakteri jenis β-hemolitik
streptokokus atau Stafilokokus
aureus dikultur untuk
mendapatkan diagnosa pasti.
Kerokan spesimen haruslah
diambil dari dasar lesi.
Pada impetigo bulosa, predileksi
utama yang terlibat adalah pada
wajah (terutama pada sekitar
hidung dan mulut) dan ekstremitas
bawah. Lesi secara umum tidak
nyeri. Munculnya demam biasa
dihubungkan dengan penyakit lain
atau komplikasi. Lesi awal pada
impetigo adalah berupa bula keruh
yang nantinya akan menjadi
krusta, biasanya berwarna kuning
keemasan, dengan daerah
sekitarnya yang eritem. Besarnya
lesi bervariasi antara vesiko-pustul
berukuran kacang hingga lesi
menyerupai ringworm

DD Impetigo Bullosa
a. Varisela
Vesikel berdinding tipis yang
berdasar eritem pada area
ekstremitas dan menyebar
kewajah dan badan; vesikel pecah
dan terbentuk krusta.
b. Pemfigoid Bulosa
Vesikel dan bula muncul secara
cepat pada daerah yang gatal serta
muncul plak urtikaria.
c. Steven Johnson Sindrom
Penyakit vesikobullous dari kulit,
mulut, mata dan alat kelamin.
Stomatitis ulseratif dengan krusta
hemoragik adalah karakteristik
yang khas.
d. Pemfigus Vulgaris
Manifestasi klinis berupa bula
yang tidak terasa gatal, ukurannya
bervariasi antara 1 sampai
beberapa sentimeter, muncul
secara bertahap dan menjadi
generalisata. Terjadi erosi selama
beberapa minggu sebelum
penyembuhan disertai
hiperpigmentasi.

Impetigo non-bulosa/ Krustosa


a. Virus Herpes Simplex
Vesikel yang berdasar eritem
pecah sehingga menimbulkan
erosi yang dikelilingi oleh krusta,
terjadi padakulit dan bibir.
b. Candidiasis
Papul eritema atau merah, plak
lembab biasanya terbatas pada
membran mukosa dan area
intertriginosa.
c. Ektima
Lesi berkrusta yang mengelilingi
area yang ulserasi, bertahan
selama beberapa minggu dan
sembuh meninggalkan skar jika
infeksi sampai kelapisan dermis.
d. Dermatitis Atopik
Lesi pruritik yang kronik atau
relaps dan kulit kering yang
abnormal. Likenifikasi fleksural
biasanya terjadi pada orang
dewasa. Pada anak-anak biasanya
berpredileksi di area wajah dan
ekstensor

P Terapi • Terapi suportif dengan menjaga


hygiene, nutrisi TKTP dan stamina
tubuh.
• Farmakoterapi dilakukan dengan:
• Topikal:
o Bila banyak pus/krusta,
dilakukan kompres terbuka dengan
Kalium permangat (PK) 1/5.000
dan 1/10.000.
o Bila tidak tertutup pus atau
krusta, diberikan salep atau krim
asam fusidat 2% atau mupirosin
2%, dioleskan 2-3 kali sehari
selama 7-10 hari.
• Antibiotik oral dapat diberikan
dari salah satu golongan di bawah
ini:
o Penisilin yang resisten terhadap
penisilinase, seperti: oksasilin,
kloksasilin, dikloksasilin dan
flukloksasilin
§ Dosis dewasa: 4 x 250-500
mg/hari, selama 5-7 hari, selama 5-
7 hari.
§ Dosis anak: 50
mg/kgBB/hari terbagi dalam 4
dosis, selama 5-7 hari.
o Amoksisilin dengan asam
klavulanat.
§ Dosis dewasa: 3 x 250-500
mg
§ Dosis anak: 25 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7
hari
o Sefalosporin dengan dosis 10-25
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3
dosis, selama 5-7 hari
o Eritromisin: dosis dewasa: 4 x
250-500 mg/hari, anak: 20-50
mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis,
selama 5-7 hari.

Cara Kerja Pengobatan infeksi ini dapat


digunakan antibiotik secara topikal
dan oral. Tujuan terapinya yaitu
mengobati infeksi, mencegah
penularan, menghilangkan rasa
tidak nyaman, dan mencegah
terjadinya kekambuhan. Sasaran
terapinya yaitu infeksi bakteri
streptokokus atau stafilokokus.
Terapi non farmakologis untuk
pengobatan impetigo yaitu
menghilangkan krusta dengan cara
mandi selama 20-30 menit disertai
mengelupaskan krusta dengan
handuk basah dan bila perlu olesi
dengan zat antibakteri, mencegah
menggaruk daerah lecet atau dapat
dilakukan dengan menutup daerah
yang lecet dengan perban tahan air
dan memotong kuku, lanjutkan
pengobatan sampai semua luka
lecet sembuh. Terapi non
farmakologis untuk pencegahan
penyakit impetigo yaitu mandi
teratur dengan sabun dan air
(sabun antiseptik dapat digunakan,
namun dapat mengiritasi pada
sebagian kulit orang yang kulit
sensitif), menjaga kebersihan yang
baik (cuci tangan teratur, menjaga
kuku jari tetap pendek dan bersih),
jauhkan diri dari orang dengan
impetigo, orang yang kontak
dengan orang yang terkena
impetigo segera mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir,
mencuci pakaian, handuk dan sprei
dari penderita impetigo terpisah
dari yang lanilla (cuci dengan air
panas dan keringkan di bawah
sinar matahari atau pengering yang
panas), dan gunakan sarung tangan
saat mengoleskan antibiotik
topikal di tempat yang terinfeksi
dan cuci tangan setelah itu.Terapi
farmakologis yang digunakan
yaitu menggunakan antibiotik
topikal atau antibiotik per-oral.
Penggunaan antibiotik per-oral
diberikan jika pasien sensitif
terhadap antibiotik topikal dan
kondisi penyakit atau lesi yang
ditimbulkan sudah parah (lesi lebih
luas).
Efek Samping / Kadangkala antibiotik topikal
Komplikasi dapat menyebabkan reaksi
sensitifitas pada kulit orang-orang
tertentu. Maka dari itu, antibiotik
oral disimpan untuk kasus dimana
pasien sensitif terhadap antibiotik
topikal, lesi lebih luas atau dengan
penyakit penyerta yang berat.
Efek samping antibiotik topikal
dapat berupa : rasa terbakar,
gatal, rasa tersengat, kemerahan

Efek samping antibiotik peroral :


jarang: hepatotoksik, ototoksik.
Gangguan GI : mual, muntah,
nyeri perut,diare.
Urtikaria, ruam dan reaksi alergi
lainya.

Prognosis Apabila penyakit tanpa disertai


komplikasi, prognosis umumnya
bonam, bila dengan komplikasi,
prognosis umumnya dubia ad
bonam.

Anda mungkin juga menyukai