Anda di halaman 1dari 34

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perencanaan Bekerja Pada Ketinggian

Pada PT. Wijaya Kusuma Contractors sebelum memulai pekerjaan

dimulai mengadakan perencanaan kerja aman terutama bekerja pada

ketinggian yaitu:

1) Identifikasi Bahaya

Upaya untuk mengetahui, mecari, serta menilai apa yang

menjadi potensi atau sumber bahaya yang dapat menyebabkan

terjadinya kerugian, kerusakan, cidera bahkan dapat mengakibatkan

kematian pada ketinggian. Bahaya dapat dibagi menjadi 2 yaitu bahaya

jatuh dan sumber potensi bahaya jatuh meliputi:

a. Bahaya Jatuh

Potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang terjadi akibat

hilangnya keseimbangan atau tumpuan saat berada pada posisi di

ketinggian. Akibat yang ditimbulkan dari bahaya jatuh dapat berupa

cidera ringan sampai atau bahkan kematian. Bahaya jatuh meliputi:

(1) Jatuh dari tempat tinggi diantaranya: jatuh dari tangga, jatuh dari

permukaan lantai kerja yang tinggi, jatuh dri lantai kerja yang

terbuka (lubang), jatuh dari struktur/bangunan yang tinggi.

(2) Jatuh dari permukaan yang sama tinggi diantaranya: jatuh

karena terpeleset dan jatuh akibat tersandung.

21
22

(3) Kecelakaan akibat benda jatuh dari atas dikarenakan benda tidak

diletakkan pada tempat yang aman, tidak dilakukan pengikatan

terhadap benda yang memiliki potensi jatuh.

b. Sumber Potensi Bahaya Jatuh

Suatu kondisi tidak standar yang dimiliki oleh pekerja. Dari

data yang sudah ada di PT. Wijaya Kusuma Contractors kecelakaan

terbanyak kemungkinan besar dari faktor manusianya sendiri (human

error). Adapun sumber potensi bahaya jatuh yg pertama yaitu:

(1) Lokasi kerja memiliki tingkat kesulitan pada akses kerja,

platform (lantai kerja) atau saat melakukan posisi kerja.

(2) Platform (lantai kerja) kerja rapuh.

(3) Tempat kerja yang tidak memiliki Jarak Aman Jatuh.

(4) Kondisi alam : terik matahari, angin kencang, hujan, petir.

(5) Bahaya tempat kerja : kualitas penerangan di tempat kerja tidak

baik, gas beracun, bahaya listrik, licin, udara terbatas, bahaya

zat kimia, panas media kerja

(6) Merasa aman dari bahaya jatuh karena sudah terbiasa naik tanpa

pengaman dan tidak pernah jatuh.

(7) Merasa aman naik ke ketinggian karena memakai harness

padahal tidak mencantolkan pengaman kepada slling

(8) Fisik tidak bugar, ada beban pikiran saat bekerja dan Kurangnya

arahan dari pengawas atau ada pengawasan tapi pengawas tidak

mengerti sistem keselamatan kerja di ketinggian.


23

(9) Pernah diajarkan sistem kerja aman, tapi tidak mau menerapkan

karena faktor “repot, ribet, malas” menggunakan pengaman dan

kurangnya arahan dari pengawas atau ada pengawasan tapi

pengawas tidak mengerti sistem keselamatan kerja di

ketinggian.

Gambar 5.1 Identifikasi bahaya dan resiko


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

5.2 Resiko Bekerja Pada Ketinggian

Risiko pekerjaan yang terdapat di PT. Wijaya Kusuma Contractors

selama bekerja pada ketinggian adalah saat pemasangan dan pembongkaran

scaffolding, Pemasangan Jack Up, Memasang Pipa, Memasang Safety Dack,

Wellding, blasting dan menarik kabel dan mengelas pipa diatas ketinggian.

Secara umum Resiko bekerja pada ketinggian adalah:


24

1) Pekerja terjatuh dari ketinggian yang disebabkan antara lain oleh

kerusakan tangga, pengaman lantai terbuka, lubang-lubang dan

perancah.

2) Adanya tindakan Aman dari pekerja pada saat bekerja misalnya

bercanda pada saat bekerja.

3) Tenaga kerja tidak memakai Full Body Harness karena pekerja

mengganggap tidak mengerti resiko dan bahaya yang akan terjadi pada

saat bekerja.

4) Tenaga kerja menjatuhkan benda dari ketinggian misalnya palu,

gerinda, kunci-kunci pahat, slling, ember, kotak alat, tangga, dan

lainnya.

5) Alat pelindung bahaya jatuh yang tidak memadai yaitu single lanyard

dan life line tidak kuat menahan beban.

5.3 Metode Bekerja Pada Ketinggian di PT. Wijaya kusuma Contractors

Kegiatan rutin bekerja pada ketinggian di PT. Wijaya Kusuma

Contractors ini adalah sebagai berikut:

1) Inspeksi Tangga.

2) Sistem Perancah (Scaffolding).

3) Sistem Permukaan mendatar (Working Surfaces/Roof Work).

4) Sistem Perlindungan Kolektif (Collective Protection).

5) Sistem Pelindung Jatuh (Fall Protection).


25

6) Sistem Akses Tali (Rope Access).  YG DIMERAHIN SEMUA INI

HAPUS SAJA KARENA SUDAH ADA PENJELASAN DI BAWAH.

TIDAK PERLU DIULANG-ULANG

Metode rutin bekerja pada ketinggian berdasarkan tata kerja PT.

Wijaya Kusuma Contractors sebagai berikut:

1) Inspeksi Tangga

a. Kondisi tangga yaitu: Sambungan-sambungan anak tangga dan kaki

dalam keadaan kencangAnak tangga, kaki tangga tidak bengkok,

patah atau terpuntir, Semua baut dan paku keling berada ditempatnya

dan kencang.

b. Penyimpanan Tangga: Simpan di tempat kering, ventilasi baik

dengan suhu normal, Pasang label untuk tangga tidak aman dipakai,

Singkirkan tangga cacat atau yang tak aman dipakai dari area

penggunaan tangga, Jangan meletakkan sesuatu diatas tangga,

Tangga kayu atau bambu jangan dicat karena akan

“menyembunyikan” tanda-tanda cacat, Tangga boleh di vernis tanpa

warna, Disimpan tegak atau tidur dengan penyangga dikedua ujung

dan tengah.
26

Gambar 5.2 Tangga


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

2) Sistem Perancah (Scaffolding).

Suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga

manusia dan material dalam Biasanya perancah berbentuk suatu sistem

modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat

menggunakan bahan-bahan lain jenis scaffolding ada 2 yaitu Perancah

Besi Beroda, Perancah Besi tanpa Roda kedua jenis tersebut memiliki

kegunaan yang sama akan tetapi prancah besi beroda untuk pengerjaan

finishing seperti Bekerja pada permukaan lantai kamar, balkon dan

jalan. Akan tetapi dari data yang ditemukan di PT. Wijaya Kusuma

Contractors yaitu keselamatan bekerja sistem aktif. Hal-hal yang harus

ada pada bagian perancah yaitu:

a. Scaffold hanya dapat dibangun dan diawasi oleh orang yang

kompeten.
27

b. Sistem penahan jatuh perseorangan harus digunakan saat membangun,

memodifikasi atau membongkar scaffold.

c. Harus memiliki tangga sebagai akses.

d. Scaffold harus bebas dari jalur kabel listrik. Jarak min 3 m.

e. Landasan harus rata, solid/kuat untuk menahan beban scaffold &

peruntukannya. Lebar minimum papan/platform 18 inch.

Gambar 5.3 Scaffolding


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

3) Sistem Permukaan mendatar

Bila bekerja di permukaan di ketinggian dan sulit untuk

mencantolkan pengaman, maka Pekerja harus memasang lifeline

horizontal sebagai akses kerja


28

Gambar 5.4 Life Line


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

4) Sistem Perlindungan Kolektif

Sistem kerja di ketinggian dimana tidak disyaratkan

perlunya penggunaaan peralatan pelindung jatuh, atau safety deck

karena sistem pengaman kolektif masih dapat melindungi pekerja dari

bahaya jatuh, danbisa menahan apabila ada bahan material yang jatuh

Gambar 5.5 Sistem Perlindungan kolektif


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.
29

5) Sistem Akses Tali (Rope Access)

a. Dua tali utama yang terkoneksi dengan full body harness sebagai:

Akses kerja - pergerakan naik & turun hanya melalui tali (working

line).

b. Pengaman (safety line).

c. Diameter tali yang digunakan min 10.5 mm

Gambar 5.6 Sistem Akses Tali.


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

1) Metode Pencegahan Jatuh

Metode Pencegahaan jatuh di PT. Wijaya Kusuma

Contractors Ini Menggunakan Metode HIRADC (Hazzard

Identification, Risk Assesment and Determining Control) adalah salah

satu bagian dari standar OHSAS 18001;2007 clause 4.3.1, Di Indonesia


30

biasa juga disebut sebagai risk assesment atau identifikasi bahaya dan

aspek K3L. Di klausa tersebut menyebutkan bahwa organisasi harus

menetapkan, membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan

pengendalian bahaya dan risiko yang diperlukan. Di dalam klausa ini

menjelaskan mengenai proses/hal-hal yang harus diperhatikan dalam

pelaksananaan HIRADC:

a. Hazard/Bahaya

b. Risk/Risiko.

c. Penentuan untuk pengendalian bahaya dan risiko (harus

mempertimbangkan hierarki dari pengendalian :eliminasi, subtitusi,

isolasi, engineering control dan penandaan, peringatan

administrative control)

d. Perubahan dari management

e. Pencatatan dan dokumentasi dari kegiatan HIRADC (misalnya :

HIRADC register) jadi Setiap kejadian yang ada dalam pekerjaan

dicatan didalam satu dokumen didalam nya berisi berbagai jenis

pekerjaan

Dalam melakukan program – program keselamatan bekerja pada

ketinggian PT. Wijaya Kusuma Contractors membuat suatu kebijakan

mengenai keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan (K3L). Salah

satu komitmen tersebut adalah menerapkan sistem kerja aman dengan

melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian resiko serta pengendalian


31

bahaya agar aktivitas pekerjaan di seluruh wilayah perusahaan dapat

terlaksana dengan baik. Program sistem kerja aman tersebut yaitu:

1) Safety Meeting

PT. Wijaya Kusuma Contractors telah melakukan upaya

pencegahan kecelakaan terhadap pekerja yang akan melakukan suatu

proses pekerjaan, Safety meeting merupakan pertemuan yang umumnya

dilakukan pada pagi hari sebelum dimulainya pekerjaan untuk

membahas apa saja kegiatan yang akan dilakukan hari ini kemudian

review pekerjaan yang telah dilakukan kemarin, lalu pembagian tugas /

job desc dari supervisor kepada masing - masing pekerja sehingga tidak

ada lagi missed saat telah bekerja di lapangan serta yang paling penting

dari toolbox meeting ialah mengingatkan kembali kepada seluruh

pekerja mengenai Keselamatan, Kesehatan Kerja serta Lingkungan

(aspek K3L investigasi keselamatan kerja sebagai upaya mendeteksi

secara dini adanya potensi dan faktor bahaya ditempat kerja dan segera

memperbaikinya sebelum potensi tersebut menyebabkan suatu

kecelakaan. Pada prinsipnya Safety Meeting ini di gunakan untuk

mengingatkan kearyawana mengenai temuan temuan yang di dapat di

lapangan kerja.

Safety meeting juga digunakan sebagai media komunikasi

untuk sharing mengenai masalah safety dan isu - isu yang sedang

berkembang saat ini yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan

dilakukan sehingga pekerja dapat mengetahui perkembangan pekerjaan


32

yang dilakukan dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Kegiatan

ini dilakukan oleh supervisor, foreman, engineer, HSE serta seluruh

pekerja yang akan melakukan pekerjaan ini.

Gambar 5.7 Safety Metting


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

2) Safety Inmdaction

Safet Indaction di PT. Wijaya Kusuma Contractors

dilakukan setiap ada pekerja baru, tamu dikarenakan agar tamu dan

pekerja itu sendiri mengerti apa saja potensi bahaya yang ada di PT.

Wijaya Kusuma Contractors dan apabila terjadi kebakaran didalam

safety indaction tersebut diberi arahan ke titik kumpul dalam safety

indaction berisi sanksi pelanggaran apabila melanggar peraturan,

diwajibkan memakai alat pelindung diri (APD), Tanggap darurat

apabila terjadi kebakaran.


33

Gambar 5.8 Safety indaction


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

3) Safety Talk

PT. Wijaya Kusuma Contractors melakukan safety talk dua

kali dalam seminggu yaitu pada hari kamis. Safety talk dilakukan

sebagai upaya pengenalan dan kontrol hazard dalam kegiatan di tempat

kerja. Safety talk bisa dilakukan oleh, Supervaisor, HSE Officer,

anggota P2K3 atau orang yang paham mengenai pekerjaannya. Kita

memberikan Safety talk karena merupakan tanggung jawab kita untuk

memastikan pekerja mengenali dan mengetahui bahaya-bahaya yang

ada di tempat kerjanya. Safety talk juga sebagai bentuk komitment

perusahaan dan karyawan terhadap Kesehatan dan keselamatan kerja di

tempat kerja.
34

Gambar 5.9 Safety Metting


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

4) Metode Sistem Perlindungan Jatuh Perorangan

Metode yang digunakan padan PT. Wijaya Kusuma

Contractors ini mencakup agar pekerja tetap aman dan apabila

mengalami terjatuh pekerja tersebut tidak jatuh ke tempat bahaya yang

lebih besar dan dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan Ada 2 teknik dasar dalam sistem perlindungan jatuh

perorangan, yang ada pada PT. Wijaya Kusuma Contractors yaitu:

a. Pencegahan Jatuh Perorangan Dengan Sistem Pasung

sistem ini digunakan agar pekerja saat bekerja pada suatu

bangunan, tidak masuk ke area atau daerah yang memiliki potensi

jatuh, pekrja akan dihentikan oleh sistem pasung sekitar 2 meter

sebelum masuk area jatuh, dengan menggunakan sabuk tubuh yang

terhubungkan tali pengait (lanyard) ke titik angkur atau lifeline (tali

keselamatan) Karena kemungkinannya yang tinggi mendapatkan


35

cidera, sistem penahan jatuh harus dipilih sebagai sistem

perlindungan jatuh setelah semua cara lain telah dipertimbangkan

dan ditemukan tidak praktis. Prosedur penyelamatan darurat

diperlukan untuk pekerja yang menggunakan sistem penahan jatuh

sebagai sistem perlindungan jatuhnya.

b. Sistem Penahan Jatuh Perorangan

Sistem ini yang dapat menghentikan/ menahan pekerja saat

terjatuh. Sistem penahan jatuh perorangan ini harus selalu

menyertakan adanya full body harness yang menghubungkan ke titik

angkur. Penghubung antara kedua dapat berupa tali pengait

(lanyard), peralatan baik yang mekanik maupun penahan jatuh

berjalan, atau kombinasi yang cocok dari hal-hal pekerjaan pada

ketinggian tersebut. Sistem penahan jatuh (fall arrest system) ini

tidak akan mencegah terjadinya jatuh akan tetapi menghentikan,

menahan, menangkap pekerja yang terjatuh sebelum pekerja

menghantam permukaan dasar, dan dapat meminimalkan jarak jatuh

pada pekerja.
36

Gambar 5.10 Sistem Penahan Jatuh Perorangan


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

5.4 Proses Evaluasi Kerja dan Kebutuhan

Jenis kegiatan ini yang dilakukan di PT. Wijaya Kusuma

Contractors ini bertujuan untuk memperbaiki salah satu cara bekerja yang

aman dan yang terpenting yaitu non. Adapun kegiatan tersebut melibatkan

beberapa proses pekerjaan yang memiliki risiko bahaya yang cukup banyak.

Dalam rangka melaksanakan proses kerja tersebut, khususnya dalam

pelaksanaan kerja di ketinggian harus di sertai dengan penyediaan

kebutuhan pendukung melalui hasil dari evaluasi proses kerja dan

kebutuhan ini kemudian dijadikan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan

tersebut agar dapat berjalan secara efektif dan efesien, hal ini mencakup:

1) Personil yang akan bekerja dan siapa saja yang akan terlibat dalam

proses kerja

2) Penanggung jawab pekerjaan

3) Prosedur Pekerjaan
37

4) Peralatan kerja yang dibutuhkan

5) Pengendalian bahaya yang dibutuhkan

6) Surat ijin kerja aman untuk pekerjaan non rutin

7) Alat pelindung diri yang dibutuhkan

5.5 Prosedur Bekerja Pada Ketinggian

Di PT. Wijaya Kusuma Contractors menggunakan Permenaker No

9 tahun 2016 ini membahas mengenai pengertian bekerja di atas ketinggian,

dan tata cara bekerja di ketinggian secara lengkap. Pengertian bekerja di

ketinggian menurut permenaker ini sendiri memiliki perbedaan dengan

pemahaman yang selama ini berkembang, jika selama ini para praktisi

membatasi bekerja di atas ketinggian merupakan pekerjaan yang dilakukan

pada ketinggian mulai dari 1.8 meter, maka pada permenaker 09 tahun 2016

tidak memberi batasan ukuran.Prosedur Bekerja di ketinggian dimaksudkan

untuk menjelaskan bagaimana langkah kerja secara benar untuk mengatur

dan mengkordinir pekerjaan agar dapat berjalan dengan baik dan aman.

Prosedur ini harus dapat memastikan keselamatan personil, peralatan dan

lingkungan meliputi semua orang yang ada di sekitar pekerjaan serta semua

aspek yang terlibat di dalamnya.

Adapun cara membuat prosedur bekerja di ketinggian pada PT.

Wijaya Kusuma Contractors adalah sebagai berikut:

1) Buat analisa keselamatan kerja :

1) Tentukan metode kerja ketinggian yang akan dilakukan.


38

2) Identifikasi potensi bahaya pada akses dan tempat kerja.

3) Evaluasi akibat dari bahaya yang ditimbulkan.

4) Tentukan cara pengendalian bahaya tersebut.

5) Tentukan alat pelindung jatuh untuk pengendalian bahaya

6) Lakukan penilaian resiko dan sejauh mana solusi tersebut dapat

mengurangi.

2) Membuat prosedur penyelamatan & tindakan medis darurat, lakukan

koordinasi sesuai dengan prosedur yang berlaku di lokasi kerja.

Prosedur bekerja di ketinggian berisikan tentang penjelasan sistem

dan peralatan yang digunakan dan kebutuhan personil untuk melaksanakan

tugas atau pekerjaan apapun yang menyangkut bekerja pada ketinggian

dengan potensial resiko pekerja terjatuh lebih dari ketinggian 1,8

meter(OHSA 3146, Fall Protection In Construction). Berdasarkan SHO

PT. Wijaya Kusuma Contractors batasan untuk pekerjaan menyangkut

adalah setinggi 1,8 meter sampa 2 meter, sedangkan menurut peratura

terbaru mentri tenaga kerja No 9 Tahun 2016 untuk kategori bekerja pada

ketinggian adalah untuk setiap pekerjaan potensi jatuhnya pekerja dari suatu

tempat yang memilikiperbedaan ketinggian tanpa menyebutkan jarak

minimal dari tempat kerja ke permukaan tanah. Adanya perbedaan ini dapat

dijadikan salah satu acuan untuk pertimbangan dalam penyusunan prosedur

pekerjaan pada ketinggian baik bagi PT. Wijaya kusuma Contractors sendiri

masih memiliki resiko yang sangat besar dan harus dikontrol. Dan adapun
39

yang harus bertanggung jawab terhadap prosedur bekerja pada ketinggian

adalah:

1) Manager Construction

a. Memastikan prosedur ini sudah tersosialisasi kepada departemen

terkait.

b. Memastikan semua peralatan dan material yang digunakan untuk

berkerja di ketinggian tersedia dan sudah di inspeksi.

2) Projeck HSE Manager.

a. Melakukan sosialisasi prosedur ini kepada semua departemen terkait.

b. Memastikan semua orang yang bekerja di atas ketinggian sudah

ditraining dan sesuai prosedur.

c. Memastikan Alat Pelindung Diri (APD) untuk bekerja di ketinggian

tersedia dan terpelihara dengan baik.

3) HSE kordinator

a. Mengecek dan menjaga stok APD untuk bekerja di ketinggian.

b. Mengatur schedule training pekerja baru atau kontrak baru sebelum

bekerja di ketinggian.

c. Memastikan prosedur bekerja di ketinggian dilaksanakan dan sudah

implementasikan.

d. Memastikan pekerja memakai APD yang layak ketika bekerja di

ketinggian

4) Safety Officer
40

a. Memonitor dan mengechek pemakaian Full Body Harness ketika

orang bekerja di ketinggian.

b. Memastikan pekerja mencantolkan double lanyard atau tali ketika

bekerja di ketinggian

c. Menghentikan segera, apabila menemukan pekerja di ketinggian

lebih dari 2 meter tidak memakai Full Body Harness.

d. Memasang barricade atau pita penghalang di awah orang bekerja di

ketinggian.

e. Memasang tanda “Hati-hati orang bekerja di atas”.

5) Pekerja

a. Semua orang yang bekerja di atas 2 meter harus mengikuti prosedur

bekerja di ketinggian dan pencegahan terhadap benda jatuh.

b. Wajib memakai Full Body Harness dan mencantolkan lanyard atau

tali di atas dada atau tempat aman.

c. Melindungi alat tangan ketika bekerja di ketinggian.

d. Memasang barricade atau pita penghalang di bawah orang bekerja

di ketinggian.

e. Tidak menjatuhkan material ke bawah.

f. Helm atau topi keselamatan wajib dilengkapi dengan tali dagu.

g. Wajib bertanggung jawab untuk mememlihara Full Body Harness


41

5.6 Alat Pelindung Diri Yang Digunakan Saat Bekerja di Ketinggian.

Peralatan yang akan digunakan pada PT. Wijaya Kusuma

Contractors harus dipilih dan telah memenuhi standar sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan tujuan penggunaan

apabila meragukan standar yang dipakai dalam pembuatan peralatan dan

penggunaannya, maka sangat disarankan untuk menghubungi pihak HSE

dan mempertimbangkan kecocokan dengan peralatan lain, fungsi keamanan

peralatan tidak terganggu atau menggangu sistem lain perbaikan peralatan

harus menyediakan informasi mengenai produk. Informasi ini harus dibaca

dan dimengerti oleh pekerja sebelum menggunakan peralatan. Peralatan

harus diperiksa secara visual sebelum penggunaan untuk memastikan bahwa

peralatan tersebut ada pada kondisi aman dan dapat bekerja dengan

benar.prosedur harus diterapkan pada pemeriksaan dan pemeliharaan

peralatan daftar pencatatan pemeliharaan keseluruhan peralatan harus

disimpan dengan baik. Dilarang melakukan modifikasi atau perubahan atas

spesifikasi peralatan tanpa mendapat ijin dari pengawas atau pabrikan

pembuat karena dapat mengakibatkan perubahan kinerja peralatan.

Setiap perubahan atau modifikasi harus dicatat dan peralatan diberi

label khusus. Berikut adalah persyaratan alat pelindung yang digunakan :

1) Perlengkapan dan alat pelindung diri yang harus dipakai dalam bekerja

yang disesuaikan dengan lingkungan kerja adalah pakaian kerja yang

menyatu dari bagian tangan, pundak, bahu, badan, sampai ke bagian

pinggul, dan kaki. Pakaian jenis ini biasanya disebut wearpack .


42

Pakaian ini pada bagian kantongnya harus diberi penutup berupa

ritsleting (zip) dan tidak berupa pengancing biasa (button).

2) Full body harness harus nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerak

pada saat bekerja, mudah di setel untuk menyesuaikan ukuran.

3) Sepatu (safety shoes) dengan konstruksi yang kuat dan nyaman dipakai,

dan mampu melindungi dari air/basah.

4) Sarung tangan (gloves), untuk melindungi jari tangan dan kulit dari

cuaca ekstrim, bahan berbahaya, dan alat bantu yang digunakan.

5) Kacamata (eye protection), untuk melindungai mata dari debu, partikel

berbahaya, sinar matahari/ultraviolet, bahan kimia, material hasil

peledakan dan potensi bahaya lain yang dapat mengakibatkan iritasi dan

kerusakan pada mata.

6) Alat pelindung pendengaran (hearing protection), alat ini digunakan

ketika tingkat bunyi (sound level) sudah di atas nilai ambang batas.

7) Tali yang digunakan terdiri dari 2 karakteristik yaitu elastisitas kecil

(statik) dan tali dengan elastisitas besar (dinamik). Tali yang digunakan

untuk sistem tali harus dipastikan : Tali yang digunakan sebagai tali

kerja (working line) dan tali pengaman (safety line) harus mempunyai

diameter yang sama. Tali dengan elastisitas kecil (tali statis) dan tali

daya elastisitas besar (dinamik) yang digunakan dalam sistem akses tali

harus memenuhi standar. tali pendek yang menghubungkan antara

sabuk pengaman tubuh (full body harness) dengan tali kerja, tali

pengaman, patok pengaman, patok pengaman, serta peralatan dan


43

perlengkapan pengaman lainnya. Harus dipastikan bahwa tali koneksi

yang digunakan harus berdasarkan standar.

8) Pelindung kepala wajib dikenakan dengan benar oleh setiap pekerja

yang terlibat dalam pekerjaan di ketinggian, baik yang berada dibagian

bawah di ketinggian. Pekerja wajib menggunakan pelindung kepala

sesuai standar. Pelindun kepala yang digunakan oleh Teknisi Akses Tali

memiliki sedikitnya tiga tempat berbeda yang terhubung dengan

cangkang. Helm dan termasuk tali penahan di bagian dagu.

9) Alat Penjepit Tali (Rope Clamp) Harus dipastikan bahwa alat penjepit

tali (rope clamp) yang digunakan pada sistem akses tali sesuai dengan

standar.

10) Alat Penahan Jatuh Bergerak (mobile fall arrester) Harus dipastikan

bahwa alat jatuh bergerak (mobile fall arrester) yang digunakan pada

sistem akses tali telah sesuai dengan standar.

11) Alat Penurun (Descender) Harus dipastikan alat penurun yang

digunakan pada sistem akses tali telah sesuai dengan standar.

Perlengkapan dan alat pelindung diri harus dipastikan telah sesuai

dengan standar yang sudah di tentukan.

APUS AJA. INI KAN TEORINYA. KALO DI BAB V CUKUP

MENCANTUMKAN TEMUAN KAMU DI LAPANGAN SAJA


44

5.7 Alat Pelindung Diri Yang Ada Pada PT. Wijaya Kusuma Contractors

Fasilitas alat pelindung diri yang digunakan pada PT. Wijaya

Kusuma Contractors terutama di proyek grand classic hotel cikarang ini

meliputi:

1) Full Body Harness

alat pelindung diri yang di sarankan untuk pekerjaan di

ketinggian dan dapat mendukung pekerja dalam keadaan sulit

komponen– komponen full body harness terdiri dari:

a. Full Body Harness harus sesuai dengan baik seperti perintah

masing-masing perusahaan pembuatnya.

b. Full Body Harness dirancang hanya untuk menahan jatuhdari

ketinggian di atas 2 meter.

c. Lanyard dan gulungan - inersi harus terhubung dengan baik untuk

menghilangkan terjadinya jatuh bebas pada ketinggian lebih dari 4

meter.

d. Hook, untuk mengaitkan komponen body harness dengan jenis

pekerjaan.

e. Carbiner/ cincin kait dengan pengunci untuk penghubung antara

lanyard dan harness


45

Gambar 5.11 full body harness


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.
.

2) Tali Pengait (Lanyard)

tali penghubung antara sabuk penahan tubuh dengan angkur

atau jalur lintasan keselamatan. Sesuai dengan peraturan menteri

ketenagakerjaan nomor 9 tahun 2016 tentang keselamatan dan

kesehatan kerja tali pengait harus memiliki panjang maksimal 1,8 meter

dan mempunya sitrem penutup dan pengunci kait otomatis. Untuk para

pekerja akses tali untuk penyebutan tali pengait. Ada yang

menyebutnya dengan istilah lanyard, atau sling. Akan tetapi pada

dasrnya sama yaitu berupa tali yang terbuat dari tali tali bulat yang

difungsikan sebagai tali pengait untuk menahan beban static atau beban

dinamik beban jatuh disesuaikan dengan kebutuhan serta disesuaikan

pada standar penggunaan Sesuai fungsi tali pengait:

a. Tali pengait ganda untuk pergerakan tenaga kerja baik Vertical,

diagoinal maupun horizontal, dimana pergerakan tersebut


46

membutuhkan Perpindahan titik pengaman, serta berpotensi Jatuh

pada factor jatuh 1, dan 2.

b. Tali pengait ganda tanpa peredam kejut Berfungsi untuk pergerakan

c. Lanyard harus berasal dari perusahaan pembuat yang sama untuk

memastikan keserasian antar komponen.

d. Lanyard yang tidak sesuai mungkin akan mengakibatkan “roll out”

hook dari “D” ring.

e. Pengait lanyards tidak boleh terhubung secara langsung ke tali statis

carabiner harus diguankan setiap waktu.

f. Lanyard mungkin bisa diamankan dengan menggunakan Slings

peralatan jangkar lainnya yang diperkenankan.

g. Layard dari pegangan tali atau webbing harus sesuai dengan

peredam tegangan.

h. Melepaskan dan Mengaitkan kembali Full Body Harness di

Ketinggian Jika mengaitkan kembali lanyard yang diperlukan ketika

di atas ketinggian, yang perlu diperhatikan Lanyard kedua dapat

digunakan untuk memastikan penguna tetap terpasang setiap saat.

i. Lanyards harus diinspeksi dan tersedia sebelum pekerjaan.

Penggunaan Sistem Pelindung Terjatuh untuk Para Pekerja


47

Gambar 5.12 LifeLine


Sumber: PT. Wijaya Kusuma Contractors Proyek Hotel Grand Classic Cikarang.

4) Helm Safety

Topi pengaman (helmet) harus dipakai oleh pekerja yang mungkin ingin

bekerja guna tertimpa pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau

benda-benda lain yang bergerak sehingga dapat meminimalisir

terjadinya kecelakaan

5) Masker

Masker digunakan untuk pada tempat-tempat area kerja tertentu dan

seringkali udaranya kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam hal

antara lain :

a. Debu-debu kasar dari penggerinderaan atau pekerjaan sejenis

b. Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap

c. Uap sejenis beracun atau gas beracun dari pabrik kimia


48

d. Gas beracun seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen

diudara.

6) Kacamata

Kacamata safety berguna untuk melindungi muka dan mata dari:

a. Ancuran beton

b. Percikan api

c. Pengaruh cahaya

7) Sarung Tangan

Sarung tangan (glove), Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari

benda-benda tajam dan mencegah cidera saat sedang kerja

8) Sepatu Safety

Merupakan sebuah APD yang berfungsi di perusahaan konstruksi

sebagai alat pengaman pada tempat yang berlumpur atau becek atau

mencegah kecelakaan fatal yang menimpan kaki. Kebanyakan dari

sepatu ini ada lapisan khusus seperti metal untuk melindungi kaki dari

benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan lain-lain.

9) Pelindung Telinga

Pelindung telinga digunakan untuk menjaga dan melindungi telinga

pada saat pekerja, bekerja dari bunyi-bunyi yang yang bersumber atau

dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras

dan bising. Alat perlindungan telinga harus dilindungi terhadap

loncatan api, percikan logam, pijar atau partikel yang melayang.

Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau turup


49

telinga Alat pelindung telinga digunakan untuk mencegah rusaknya

pendengaran akibat suara bising di atas ambang aman seperti pekerjaan

plat logam.

5.8 Komponen Perlindungan Jatuh

Pada PT. Wijaya Kusuma Contractors Ketika dalam proses

pengangkatan, pembongkaran atau melakukan perubahan pada scaffolding,

para pekerja harus dilindungi dengan pagar atau full body harness. Dengan

jumlah yang tidak sedikit kasus terjatuhnya dari scaffolding dikarenakan

pekerjaan yang dilakukan tidak pada struktur yang sempurna. Semua pagar

yang dipasang pada seluruh scaffolding yang sesuai dengan standar yang

ada dan paling tidak tersusun. Dan juga untuk pengawas harus dilakukan

ketika pagar pelindung dilepas, diganti dengan cepat. Pekerja yang

melakukan pekerjaan selama pelepasan tersebut harus dilindungi dengan

peralatan penahan ketika terjatuh. Pelindung kepala atau helm harus

digunakan untuk melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh dan

dilengkapi dengan chain strip atau tali dagu untuk menghindari helm jatuh.

Untuk pengaman pada ketinggian ini PT. Wijaya Kusuma Contractors

mewajibkan memasang barricade,untuk penanda dan peringatan ketika

memasuki area berbahaya serta pemindahan material adapun komponen

perlindungan saat jatuh yang digunakan meliputi:

1) Safety Belt

2) Full Body Harness


50

3) Shock Absorber

4) Lanyard

5) Anchor point (anchor)

6) Fall arrestor (rope grab)

7) Lifeline

8) Retractable lifeline

Gambar 5.13 Komponen perlindungan saat jatuh


Sumber: Safety sign co.id  YANG DARI PT WIJAYA KUSUMA NYA
SENDIRI ADA TIDAK? INI KAN DARI INTERNET YA?

Dalam melakukan komponen keselamatan jatuh Pekerja PT. Wijaya

Kusuma Contractors dapat lebih aman dalam melakukan suatu pekerjaan

Komponen tersebut meliputi:

1) Safety Belt

Fungsi dari safety belt sebetulnya sama seperti full body

harness, namun bedanya secara penggunaan alat pelindung jatuh ini


51

hanya dikaitkan ke bagian pinggang pekerja saja dan

bagian lanyard dikaitkan ke anchor. Safety belt sebaiknya tidak

dipergunakan untuk pekerjaan yang memungkinkan pekerjanya bisa

terjatuh dari ketinggian. Sebab bila pekerja terjatuh, ia masih bisa

mengalami cedera pada bagian pinggang ataupun tulang belakangnya,

meskipun pekerja yang terjatuh tidak mengenai permukaan tanah atau

dalam posisi tergantung. Pastikan memasang pagar pengaman jika anda

tetap ingin menggunakan safety belt saat bekerja diketinggian.

2) Full Body Harness

Full Body Harness ini manfaatnya yaitu untuk mengurangi

risiko cedera fatal akibat terjatuh dari ketinggian. Full body

harness didesain untuk melindungi seluruh bagian tubuh pekerja seperti

bahu, paha bagian atas, dada, dan panggul, sehingga lebih aman saat

bekerja di ketinggian. Pengaman full body harness dilengkapi ring yang

terletak di belakang dan dapat dipasangkan ke lanyard, life line dan

komponen lain yang compatible dengan body harness

3) Shock Absorber

Shock absorber didesain untuk mengurangi tekanan yang

timbul akibat terjatuh. Alat penahan jatuh ini memiliki tiga fungsi

penting, di antaranya: Mengurangi kekuatan tekanan maksimal dalam

menahan tubuh pekerja saat terjatuh, Mengurangi atau mencegah

kerusakan komponen fall arrest systems (sistem penahan jatuh).

Mengurangi kekuatan tekanan pada anchor, shock absorber biasanya di


52

produksi terpisah atau dirancang menyatu dengan lanyard menurut

standar CSA Z259.11, shock absorber dapat meningkatkan panjang

lanyard hingga 1,2 meter

4) Lanyard

Tali pendek pengikat yang untuk menahan guncangan bila

pekerja terjatuh bebas. Pekerja bisa menggunakan lanyard untuk

membatasi guncangan saat jatuh bebas dengan panjang maksimum 1,2

meter. Sebaiknya pasang lanyard/ pasang hook di atas atau paling tidak

sejajar dengan dada, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jarak

vertikal atau jarak jatuh tubuh pekerja. Sebuah lanyard selalu

diposisikan antara anchor point dan body harness.

5) Anchor point (anchor)

Sebelum bekerja di ketinggian, pekerja harus memastikan

bahwa anchor yang tersambung pada lifeline atau lanyard harus kuat,

dan stabil Jika penggunaan anchor diperuntukkan sebagai pelindung

atau penahan kerja kemungkinan terjatuh, anchorharus mampu

menahan beban setidaknya 3,5 kN (363 kg) atau setara dengan empat

kali berat pekerja. Sedangkan, jika penggunaan anchorsebagai penahan

saat terjatuh, anchor harus mendukung setidaknya 22 kN (2,5 ton).

6) Fall arrestor (rope grab)

Perangkat ini digunakan bila pekerja membutuhkan

perpindahan tempat atau bergerak secara vertikal, biasanya berjarak

cukup panjang. Bila pekerja bergerak ke atas, maka rope grab akan ikut
53

bergerak naik mengikuti gerakan pekerja, tetapi bila pekerja tersebut

tiba-tiba terjatuh, maka perangkat ini secara mekanik akan

mencengkeram lifeline.

7) Lifeline

Lifeline sebagai tali pengaman fleksibel yang terbuat dari

serat, kawat, atau anyaman. Lifeline ini biasanya dikaitkan pada anchor

point. Lifeline harus memiliki kekuatan daya tarik minimum 2,75 ton

atau setara dengan diameter tali 60 mm. Perangkat ini bisa dipasangkan

secara vertikal ataupun horizontal, tergantung kebutuhan.

Pastikan lifeline benar-benar terpasang aman ke anchor point dan tidak

mengalami kerusakan apapun.

8) Retractable lifeline

Cara kerja retractable lifeline hampir sama seperti cara

kerja seat belt mobil. Ketika pekerja melakukan gerakan vertikal atau

horizontal, maka lifeline akan memanjang atau menarik kembali ke

kondisi semula secara otomatis dan akan mengunci apabila terjadi

tarikan secara tiba-tiba (pekerja terjatuh). Hal penting yang harus

diperhatikan saat menggunakan retractable lifeline adalah pastikan

perangkat ini dalam posisi tegak lurus dengan tubuh pekerja untuk

menghindari pendulum effect.


54

5.9 Penggunaan Sistem Pelindung Terjatuh

1) Pekerja harus mencantelkan salah satu sisi lanyard ke atas “D” loop

dibelakang sisi lainnya untuk mengamankan titik jangkar pada

bangunan atau suatu struktur (harus dikaitkan kembali).

2) Memilih titik jangkar secara praktis harus dilaksanakan pada pekerjaan

di atas ketinggian 2 meter agar supaya membatasi kemungkinan jatuh

bebas dari ketinggian 2 meter harus mengenakan Full Body Harness.

3) Ketika Body Harness dilengkapi dengan pendukung “D” ring untuk

pinggang pendukung ini mungkin hanya boleh digunakan seperti

menggunakan harness keselamatan. Contoh kedua sisi “D” ring harus

digunakan untuk mengamankan ikat pinggnag untuk pekerjaan yang

menggunakan kedua tangan bersam dengan penahan jatuh terhubung ke

life line.

4) Full Body Harness tidak boleh terkontaminasi oleh cat atau bahan kimia

dan tidak mengalami kerusakan.

5) Full Body Harness dan lanyard harus diinspeksi terlebih dahulu

sebelum digunakan untuk kemampuan pelayanan. Jika terdapat

potongan atau sobekan, harness atau lanyard harus segera disingkirkan

dari penggunaan.

6) Full Body Harness dan lanyard harus disimpan terutama di gantung

diatas lantai. Lanyard tidak boleh dihubungkan secara bersamaan untuk

memanjangkan mereka.

Anda mungkin juga menyukai