FULL-FABRIKASI MnZn-FERIT DARI BAHAN ALAM PASIR BESI SERTA APLIKASINYA UNTUK CORE INDUKTOR PDF
FULL-FABRIKASI MnZn-FERIT DARI BAHAN ALAM PASIR BESI SERTA APLIKASINYA UNTUK CORE INDUKTOR PDF
hal. 128-133
INTISARI
Pengolahan bahan alam pasir besi menjadi magnet MnZn Ferit telah berhasil diperoleh dengan metode metalurgi serbuk.
Proses sintesis dilakukan dengan mencampurkan MnO2, ZnO2 dengan Fe3O4 dari pasir besi. Pembentukan fase kristal dengan
struktur MnZn-Ferit dilakukan melalui proses kalsinasi dan sintering pada temperature 1200oC. Respon terhadap medan magnet
luar ditunjukkan oleh MnZn-Ferit hasil sintesis yang mengandung Mn: 0,5 sampai dengan 1 mol. Komposisi dengan Mn sebesar
0,5 memiliki kurva hysteresis berupa garis lurus, hal ini mengindikasikan respon magnetik yang masih rendah. Sedangkan
komposisi dengan Mn sebesar 0,7 atau lebih menunjukkan respon magnetik yang cukup tinggi, hal tersebut juga didukung oleh
bentuk kurva histeresisnya. Dengan sifat magnetik yang baik, MnZn-Ferit hasil sintesis dari bahan alam pasir besi ini berpotensi
untuk difungsikan sebagai core induktor.
I. PENDAHULUAN
Mineral pasir besi di Indonesia tersebar luas di sepanjang tepian Samudera Hindia, dari wilayah
paling barat Pulau Sumatera hingga Pulau Bali, Lombok dan sekitarnya (Ratman dkk., 1998). Hal ini
tidak lepas dari kedudukan kepulauan Indonesia yang dilewati oleh jalur sabuk vulkanik (Abidin,
2003), serta Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung api paling banyak di dunia dan masih
aktif (Tjetjep dan Wirakusumah, 2003). Berdasarkan keadaan ini dapat diduga bahwa pasir besi
Indonesia memiliki variasi dan ciri yang khas. Para ahli geologi menggolongkan pasir besi sebagai
endapan besi sekunder produk gunung api. Secara faktual beberapa gunung api di Indonesia masih
terus memuntahkan material vulkaniknya, sebagai contoh adalah letusan Gunung Merapi di Jawa
Tengah dan Gunung Kelud di Jawa Timur. Dengan demikian pasir besi di Indonesia merupakan produk
lokal yang dihasilkan secara berkesinambungan.
Pasir besi sampai saat ini hanya dimanfaatkan untuk beberapa keperluan yang bernilai ekonomi
rendah, misalnya untuk bahan campuran semen atau bahan bangunan. Pemanfaatan seperti itu kurang
optimal, sebab mineral oksida besi yang terkandung dalam pasir besi sebenarnya sangat potensial untuk
diolah menjadi berbagai produk industri yang bernilai tinggi. Di antara produk industri yang dapat
dihasilkan dengan menggunakan bahan dasar oksida besi adalah besi baja (Muta’alim dkk., 1995),
pewarna (Ozel et al., 2006; Elias et al., 2006), katalis (Smit et al., 2006), tinta (Anderson et al., 2003),
toner (Brezoi dan Ion, 2005), media rekam magnetik (Peng et al., 2003; Aso et al., 1999; Yamamoto et
al., 2001), magnet ferit (Parkin et al., 2001; Yulianto, 2005). Dari berbagai produk tersebut, magnet
ferit termasuk produk yang bernilai ekonomi tinggi.
Selain digunakan dalam berbagai peralatan elektronika, saat ini magnet ferit juga dikembangkan
menjadi film tipis (Liang et al., 2005; Shams et al., 2005; Capraro et al., 2004; Yulianto et al., 2007),
serta berbagai piranti elektronik yang berbasis teknologi nano (Pramanik et al., 2005). Pengembangan
bahan ferit dalam bentuk film tipis sebagian diorientasikan pada pembuatan media rekam dan sebagai
alat sensor (Sandu et al., 2006; Yamamoto et al., 2001). Meskipun pengembangan teknologi magnet
ferit telah demikian maju, namun hingga kini metode dasar pembuatan ferit juga masih terus
dikembangkan. Berbagai cara untuk mendapatkan magnet ferit secara lebih efisien masih terus dicoba,
misalnya dengan melakukan sintesis pada temperatur lebih rendah (Papazoglou et al., 2006), atau
memprosesnya lebih lanjut menjadi magnet komposit (Zaitsev et al., 2005; Gomes et al., 2005).
Berbagai publikasi mengenai magnet ferit dan besi oksida hingga saat ini masih terus dilakukan
para peneliti di seluruh dunia. Registrasi paten berkenaan dengan produk maupun metode juga masih
terus berlangsung. Sebagai contoh, toner magnetit dipatenkan oleh Sano dan Matsumoto (2004). Tidak
lama berselang Tdk. Corporation mematenkan produk material ferit dan proses sinteringnya (2005).
Satu tahun berikutnya, di tahun 2006 perusahaan tersebut juga mematenkan metode produksi material
magnetik ferit yang didoping dengan bahan lanthanum dan cobalt untuk menghasilkan sifat magnetik
yang lebih baik. Untuk produk selain ferit, produk paten yang disintesis dari besi oksida antara lain
adalah tisu magnetik yang ditemukan oleh Anderson dkk.(2005), serta medium rekam dari magnetit
yang dipatenkan oleh Sato dan Namura melalui Sony Corporation (2004).
Penelusuran peneliti dari berbagai sumber pustaka dan elektronik web-site berkenaan dengan
magnet MnZn-Ferit menunjukkan bahwa telah banyak produk bahan jenis ini yang dipatenkan, namun
sejauh ini produk yang telah dipatenkan tersebut belum ada yang diproduksi dari bahan pasir besi. Besi
oksida yang digunakan untuk mensitesis MnZn-ferit pada umumnya adalah hematit (α-Fe2O3),
sedangkan besi oksida yang terdapat pada pasir besi adalah magnetit (Fe3O4). Berbagai produk bahan
magnet yang dihasilkan dari pasir besi dapat dipandang sebagai produk baru (yang bersifat unik) yang
layak untuk dipatenkan. Selain itu sintesis MnZn-ferit dengan menggunakan magnetit secara langsung
tanpa mengubahnya menjadi hematit terlebih dahulu akan menghasilkan proses yang sangat efisien.
Dibarengi dengan optimasi komposisi bahan dan parameter proses, proses sintesis langsung ini juga
sangat berpeluang diajukan sebagai paten dalam bidang pengembangan metode proses.
Respon
Berat Berat
No. Jenis komposisi Berat ZnO Medan
(Fe3O4) MnO
Magnet
Mengenai sifat mekanik bahan hasil kalsinasi, yaitu kekerasan, secara kasar dapat diketahui bahwa
komposisi yang mengandung Mn dengan porsi lebih besar cenderung lebih keras. Hal ini terbukti,
dengan waktu penggilingan yang sama (16 jam) pada komposisi dengan Mn lebih besar masih
ditemukan butiran-butiran yang tidak lolos saring 400 mesh.
Pemeriksaan berikutnya yang juga telah dilakukan pada bahan hasil kalsinasi MnZn Ferit dari pasir
besi adalah karakterisasi strukturnya dengan menggunakan metode difraksi sinar X. Difraktogram hasil
pemeriksaan dengan metode XRD tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
Difraktogram di atas adalah hasil karakterisasi XRD untuk MnZn Ferit dengan komoposisi Mn:
0,7 mol dan Zn: 0,3 mol (Mn0,7Zn0,3Fe2O4). Berdasar difraktogram di atas dapat diketahui bahwa
struktur kristal bahan tersebut cenderung berbentuk kubus spinel, sebagaimana struktur bahan asal pasir
besi, yaitu magnetit (Fe3O4).
1,8
1,6
α-Fe2O3
1,4
1
Fe3O4
0,8
0
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
2θ
Gambar 1. Difraktogram sinar X untuk sampel MnZn Ferit yang dibuat dari pasir besi.
Pada gambar dapat terlihat bahwa struktur MnZn Ferit cenderung berupa kubus spinel
sebagaimana bahan aslinya (Fe3O4).
H(kA/m)
H(kA/m)
H(kOe)
H(kOe)
(a) (b)
Gambar 2. Kurva histeresis magnetik MnZn Ferit Hasil proses dari pasir besi (a)
Mn0,5Zn0,5Fe2O4, (b) Mn0,7Zn0,3Fe2O4
Pada Gambar 2 ditunjukkan kurva histeresis untuk dua sampel dengan komposisi yang berbeda.
Keduanya berbentuk kurus, yang merupakan ciri dari bahan-bahan magnet lunak (soft magnet). Untuk
komposisi dengan porsi Mn: 0,5 mol, kurva yang dihasilkan berbentuk mendekati garis lurus. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel tersebut mempunyai respon magnetik yang sangat rendah. Meskipun
bahan tersebut ditarik oleh magnet permanen, tetapi permeabilitasnya sangat kecil. Lain halnya dengan
kurva untuk Mn: 0,7 mol. Kurva ini menunjukkan bahwa nilai permeabilitas sampel tersebut cukup
tinggi, paling tidak permeabilitas awalnya. Namun demikian bahan ini memiliki respon magnetik yang
hanya pada nilai medan magnetik eksternal yang relatif rendah. Data yang diperoleh melalui
pengukuran dengan permagraph menunjukkan bahwa medan eksternal yang masih efektif
mempengaruhi bahan, sebelum mencapai saturasi, adalah Hknee: 0,075 kOe. Bahan ini cukup peka
terhadap perubahan medan luar, tetapi memiliki rentang respon medan yang sangat sempit.
Muta’alim, Tahlili, L., Purwanto, H., dan Subiantoro (1995): Pembuatan Prereduced Pellet Pasir Besi,
Laporan Penelitian (in house research), PPTM, Bandung.
Ozel, E., Unluturk, G., dan Turan, S. (2006): Production of brown pigments for porcelain insulator
applications, Journal of the European Ceramic Society, 26, 735-740.
Papazoglou, P., Eleftheriou, E., dan Zaspalis, V.T. (2006): Low sintering temperature MnZn-ferrites
for power applications in the frequency region of 400 kHz, Journal of Magnetism and
Magnetic Materials, 296 (1), 25-31.
Parkin, I.P., Elwin, G., Kuznetsov, M.V., Pankhurst, Q.A., Bui, Q.T., Forster, G.D., Barquín, L.F.,
Komarov, A.V., dan Morozov, Y.G. (2001): Self-propagating high temperature synthesis of
MFe12O19 (M=Sr,Ba) from the reactions of metal superoxides and iron metal, Journal of
Materials Processing Technology, 110 (2), 239-243.
Peng, Y., Park, C., dan Laughlin, D.E. (2003): Fe3O4 thin film sputter deposited from iron oxide
targets, Journal of Applied Physics, 93 (10), 7957-7959.
Pramanik, N.C., Fujii, T., Nakanishi, M., dan Takada, J. (2005): Development of nanograined
hexagonal barium ferrite thin films by sol–gel technique, Materials Letters, 59 (4), 468-
472.
Ratman, N., Suwarti, T., dan Samodra, H. (1988): Peta Geologi Indonesia Lembar Surabaya (edisi
ke2), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Sandu, I., Presmanes, L., Alphonse, P., dan Tailhades, P. (2006): Nanostructured cobalt manganese
ferrite thin films for gas sensor application, Thin Solid Films, 495 (1-2), 130-133.
Sano, Takayuki, Matsumoto, dan Tatsuru (2001): Toner for MICR, U.S. Patent Documents, Current
U.S. Class: 430/106.2; 430/108.23; 430/108.7; 430/108.8, http:/www.freepatentsonline.com
Shams, N.N., Liu, X., Matsumoto, M., dan Morisako, A. (2005): Manipulation of crystal orientation
and microstructure of barium ferrite thin film, Journal of Magnetism and Magnetic
Materials, 290, 138-140.
Smit, G., Zrnčević, S., dan Lázár, K. (2006): Adsorption and low-temperature oxidation of CO over
iron oxides, Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 252, 103-106.
Tjetjep, W.S. dan Wirakusumah, D.A. (2003), Activities related with IAVCEI in Indonesia: a country
report from Indonesia, International Union of Geophysics and Geodesy (Indonesian
Committee), Sapporo, Japan, June 30 –July 11, 52-70.
Yamamoto, S., Hirata, K., Kurisu, H., Matsuura, M., Doi, T., dan Tamari, K. (2001): High coercivity
ferrite thin-film tape media for perpendicular recording, Journal of Magnetism and
Magnetic Materials, 235, 342-346.
Yulianto, A., Bijaksana, S., Loeksmanto, W., dan Kurnia, D. (2003c): Extraction and purification of
magnetit (Fe3O4) from iron sand, Proceedings of the Annual Physics Seminar, ISBN: 979-
98010-0-1, 102.
Yulianto, A., Bijaksana, S., Loeksmanto, W., Kurnia, D., 2005, The Synthesis of Magnetic Material of
Barium and Stronsium Hexaferrite Made of Iron Sand Proceedings of The 3rd Kentingan
Physics Forum, UNS Surakarta
Zaitsev, D.D., Kazin, P.E., Tretyakov, Y.D., dan Jansen, M. (2005): Synthesis and magnetic properties
of glass-ceramic composites SrFe12O19–SrSiO3, Journal of Magnetism and Magnetic
Materials, Vol. 292, 59-64.