Anda di halaman 1dari 16

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
KAMPUS TAMALANREA
JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN KM.10 MAKASSAR 90245
TELEPON : 586200 (6 SALURAN), 586107 FAX. 585188

PERATURAN
REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN
NOMOR : 37370/UN4.1/KU.21/2016

TENTANG

TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

REKTOR/PEMIMPIN PTN BH UNIVERSITAS HASANUDDIN,

Menimbang :
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH)
Universitas Hasanuddin, maka diperlukan pedoman
pelaksanaan pembayaran atas beban pendapatan dan belanja
PTN BH Universitas Hasanuddin yang efektif, efisien, tertib,
transparan dan bertanggung jawab sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku;
b. bahwa untuk memenuhi maksud Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 Pasal 62 ayat (5), maka Rektor
selaku Pemimpin PTN BH Universitas Hasanuddin berwenang
menetapkan pedoman pengelolaan dana Universitas
Hasanuddin;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan butir a dan b di atas, maka
dipandang perlu menetapkan Peraturan Rektor tentang Tata
Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja PTN BH Universitas Hasanuddin.

Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara RI No. 47, Tambahan Lembaran
Negara No. 4286);
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun
2003 Nomor 78);

1
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara RI No. 5 tahun 2004 Tambahan
Lembaran Negara No. 4355);
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4400);
5. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya;
6. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1956 tentang Pendirian
Universitas Hasanuddin di Makassar;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tanggal
29 November 2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam
Rangka Pelaksanaan APBN;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang
Bagan Perkiraan Standar;
9. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 82 Tahun 2014 tanggal 17
Oktober 2014 tentang Penetapan Universitas Hasanuddin
sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (Lembaran
Negara RI Tahun 2014 Nomor 303);
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 53 Tahun 2015 tanggal 22 Juli
2015 tentang Statuta Universitas Hasanuddin (Lembar Negara
RI Tahun 2015 Nomor 171 dan Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5722);
11. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 26 Tahun 2015 tanggal 22 Mei
2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (Lembaran Negara RI Tahun 2015
Nomor: 110 dan Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5699);
12. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 139/PMK.02/2015
tanggal 23 Juli 2015 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan,
dan Pertanggungjawaban Pemberian Bantuan Pendanaan
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (Berita Negara RI Tahun
2015 Nomor 1078);
13. Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor : 98/MPK.A4/KP/2014 Tanggal 26 Maret 2014
tentang Pengangkatan Rektor Universitas Hasanuddin Periode
Tahun 2014-2018;
14. Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia Nomor : 13/M/KPT.KP/2016 tentang
Pengangkatan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas
Hasanuddin Periode Tahun 2015-2019;
15. Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Nomor: 265/M/KPT/2016 tanggal 30 Juni 2016 tentang Standar
Satuan Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri Badan
Hukum.

2
16. Peraturan Rektor Universitas Hasanuddin Nomor:
5441/UN4/OT.04/2016 tanggal 1 Pebruari 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pengelola Universitas Hasanuddin;
17. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Hasanuddin Nomor:
25918/UN4.0/OT.05/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Majelis Wali Amanat Universitas
Hasanuddin;
18. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Hasanuddin Nomor:
25919/UN4.0/OT.05/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang Tata
Kerja Antarorgan;
19. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Hasanuddin Nomor:
25920/UN4.0/OT.05/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang Tugas,
Tata Kerja dan Keanggotaan Komite Audit;
20. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Hasanuddin Nomor :
42943/UN.0.1/OT.10/2016 tanggal 3 Oktober 2016 tentang
Mekanisme dan Tata Cara Penyelenggaraan Akuntansi dan
Laporan Keuangan Universitas Hasanuddin;
21. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Hasanuddin Nomor :
46116/UN4.0.1/OT.10/2016 tanggal 31 Oktober 2016 tentang
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Perguruan Tinggi
Negeri Badan Hukum Universitas Hasanuddin;
22. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan
Indonesia Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba.

Memperhatikan :
Hasil Keputusan Rapat Majelis Wali Amanat Universitas
Hasanuddin pada tanggal 20 Desember 2016 di Ruang Rapat A
Gedung Rektorat Universitas Hasanuddin.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
PERATURAN REKTOR TENTANG TATA CARA
PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PERGURUAN
TINGGI NEGERI BADAN HUKUM UNIVERSITAS
HASANUDDIN.

3
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Rektor ini, yang dimaksud dengan:


1. Rencana Kerja dan Anggaran Universitas yang selanjutnya
disebut RKAU adalah dokumen perencanaan dan penganggaran
tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan
anggaran PTN Badan Hukum Universitas Hasanuddin.
2. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Universitas yang selanjutnya
disebut DPAU adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
dibuat oleh Rektor yang disahkan oleh Majelis Wali Amanat dan
berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran dan pencairan dana universitas.
3. Pendapatan Universitas Hasanuddin adalah keseluruhan hak
universitas yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
4. Pendapatan Operasional Universitas Hasanuddin adalah
pendapatan yang diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
hibah dan pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan berupa
layanan tridharma perguruan tinggi yang diberikan kepada
masyarakat dan/atau dari sumber lain yang tidak mengikat.
5. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
selanjutnya disebut Kanwil Ditjen PBN adalah instansi vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.
6. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya
disebut KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
7. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut BUN
adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi
bendahara umum negara.
8. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Menteri
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atau kuasanya yang
bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
9. Majelis Wali Amanat yang selanjutnya disebut MWA adalah organ
Universitas Hasanuddin yang menetapkan, memberikan
pertimbangan pelaksanaan kebijakan umum, dan melaksanakan
pengawasan di bidang nonakademik.
10. Rektor adalah organ Universitas Hasanuddin yang memimpin
penyelenggaraan dan pengelolaan Universitas Hasanuddin.
11. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah
pejabat yang ditunjuk pada tingkat universitas dan unit kerja yang

4
diberi kewenangan oleh Rektor untuk mengambil keputusan
dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara/universitas.
12. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar yang
selanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberikan
kewenangan oleh Rektor untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.
13. Bendahara Penerima adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan uang atau surat berharga,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
negara/universitas yang ada dalam penguasaannya.
14. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja
universitas dalam rangka pelaksanaan anggaran universitas.
15. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disebut BPP
adalah orang yang ditunjuk untuk membantu bendahara
pengeluaran untuk menerima uang atau surat berharga,
membayarkan kepada yang berhak menerima dan
mempertanggungjawabkan kepada Bendahara Pengeluaran.
16. Rekening Rektor adalah rekening tempat penyimpanan uang
negara/universitas yang dikelola oleh Bendahara Penerima dan
Bendahara Pengeluaran untuk menampung seluruh penerimaan
universitas dan/atau membayar seluruh pengeluaran universitas
pada bank yang ditunjuk.
17. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disebut SPP
adalah suatu dokumen yang dibuat/diterbitkan oleh pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan disampaikan
kepada Rektor atau pejabat yang ditunjuk melakukan verifikasi
untuk selanjutnya diteruskan kepada pejabat penerbit SPM
berkenaan.
18. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut SPM adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk
untuk mencairkan dana yang bersumber dari DPAU atau dokumen
lain yang dipersamakan.
19. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D
adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Rektor atau pejabat
lain yang ditunjuk untuk memerintahkan kepada bank melakukan
pembayaran berdasarkan SPM;
20. Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka
kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving),
diberikan kepada BPP untuk membiayai kegiatan operasional
perkantoran yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran
langsung.
21. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TUP
adalah uang yang diberikan kepada BPP untuk kebutuhan yang
sangat mendesak dalam waktu satu bulan.

5
22. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya
disebut SPM-UP adalah surat perintah membayar yang diterbitkan
oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk untuk pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan belum membebani Mata Anggaran Kegiatan.
23. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang
selanjutnya disebut SPM-TUP adalah surat perintah membayar
yang diterbitkan oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk untuk
menambah Uang Persediaan dan belum membebani Mata
Anggaran Kegiatan.
24. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yang
selanjutnya disebut SPM-GUP adalah surat perintah membayar
yang diterbitkan oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk dengan
membebani DPAU, yang dananya telah dipergunakan untuk
penggantian Uang Persediaan yang telah dipakai.
25. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut
SPM LS adalah surat perintah membayar langsung kepada pihak
ketiga yang diterbitkan oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk atas
dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah lainnya.
26. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihil
yang selanjutnya disebut SPM GUP Nihil adalah surat perintah
membayar sebagai pengesahan belanja atas pengambilan TUP
dan UP yang diterbitkan oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk
untuk belanja akhir bulan atau akhir tahun anggaran sebagai
pertanggungjawaban.
27. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja yang selanjutnya
disebut SPTB adalah dokumen pernyataan tanggung jawab
kebenaran penggunaan anggaran yang dibuat oleh PPK pada
universitas atau unit kerja atas transaksi belanja sebagai lampiran
SPP.
28. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak yang selanjutnya
disebut SPTJM adalah dokumen pernyataan bahwa segala akibat
dari tindakan pejabat/seseorang yang dapat mengakibatkan
kerugian negara atau universitas menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari pejabat/seseorang yang mengambil tindakan
dimaksud.
29. Surat Perintah Pengesahan Penerimaan dan Belanja yang
disingkat SP3B adalah dokumen yang dibuat oleh pimpinan unit
kerja atau pejabat yang ditunjuk untuk pertanggungjawaban
belanja bulanan atau triwulan yang disampaikan kepada Rektor
atau pejabat yang ditunjuk untuk diterbitkan Surat Pengesahan
Penerimaan dan Belanja (SP2B) sebagai dasar pencatatan dalam
Sistem Akuntansi.

6
BAB II
PEJABAT PENGELOLA ANGGARAN

Pasal 2

(1) Pada setiap awal tahun anggaran, Rektor menunjuk Pejabat


Pengelola Anggaran dalam lingkungan Universitas Hasanuddin
yang terdiri atas:
a. Pejabat Pembuat Komitmen;
b. Pejabat Penandatangan SPM;
c. Bendahara Penerimaan;
d. Bendahara Pengeluaran; dan
e. Bendahara Pengeluaran Pembantu.
(2) Rektor dapat mendelegasikan kewenangan kepada Wakil Rektor
yang membidangi Perencanaan dan Keuangan untuk menunjuk
Bendahara Penerimaan/Pengeluaran Pembantu.
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf a, b,
c dan d tidak boleh saling merangkap.
(4) Dalam hal pejabat/pegawai pada unit kerja tidak memungkinkan
pemisahan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1),
maka jabatan yang dapat dirangkap hanya huruf a dan huruf b.
(5) Rektor mempunyai kewenangan mengangkat dan
memberhentikan Pejabat Pengelola Anggaran di lingkungan
Universitas Hasanuddin.

Pasal 3
Rektor Universitas Hasanuddin menyelenggarakan program dan
kegiatan berdasarkan DPAU yang telah disahkan oleh MWA.

BAB III
PROSEDUR PENGAJUAN SPP DAN PENERBITAN SPM

Pasal 4

SPP sesuai dengan format lampiran 1 untuk penerbitan SPM


kelengkapan persyaratannya diatur sebagai berikut:
1. SPP-UP
SPP-UP disertai dengan lampiran Surat Pernyataan dari
Pengelola Anggaran atau pejabat yang ditunjuk, menyatakan
bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untuk membiayai
pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan pembayaran
secara LS.

7
2. SPP-TUP disertai lampiran :
a. Rincian rencana penggunaan dana TUP dari pengelola
anggaran unit kerja atau pejabat yang ditunjuk.
b. Surat Pernyataan dari pengelola anggaran atau pejabat yang
ditunjuk bahwa:
1) Dana TUP tersebut akan digunakan untuk keperluan
mendesak dan akan habis digunakan dalam waktu satu
bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan SP2D;
2) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan kembali
ke rekening Rektor Universitas Hasanuddin bersamaan
dengan pertanggungjawaban TUP;
3) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya
dibayarkan secara langsung.
c. Rekening Koran BPP yang menunjukkan saldo terakhir.

3. SPP-GUP disertai lampiran :


a. Kuitansi atau bukti pembayaran; (format kuitansi sebagaimana
lampiran 2a dan 2b).
b. SPTB (format sebagaimana lampiran 3).
c. Surat Setoran Elektronik (SSE) dan/atau bukti setoran pajak
lain yang dipersamakan.
d. Maksimum Pencairan (format lampiran 4)
4. SPP untuk pengadaan tanah
Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan universitas
dilaksanakan melalui mekanisme pembayaran langsung (LS)
dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:
a. Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah;
b. Foto copy bukti kepemilikan tanah;
c. Kuitansi atau bukti pembayaran;
d. SSP PBB tahun transaksi;
e. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam
sengketa dan tidak sedang dalam agunan;
f. Pelepasan/penyerahan hak atas tanah/akta jual beli di
hadapan Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT);
g. SSP PPh final atas pelepasan hak;
h. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).
i. Maksimum Pencairan.
5. SPP-LS untuk pembayaran lembur dan honor/vakasi :
a. Pembayaran lembur dilengkapi dengan daftar pembayaran
perhitungan lembur yang ditandatangani oleh Rektor/Pejabat
yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran atau BPP unit kerja
yang bersangkutan, surat perintah kerja lembur, daftar hadir
kerja, daftar hadir lembur dan SSE PPh Pasal 21 serta daftar
validasi bank.

8
b. Pembayaran honor/vakasi dilengkapi dengan surat keputusan
tentang pemberian honor/vakasi, daftar pembayaran
perhitungan honor/vakasi yang ditandatangani oleh
Rektor/Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran
atau BPP unit kerja yang bersangkutan, dan SSE PPh Pasal
21 serta daftar validasi bank.
c. Seluruh pembayaran belanja pegawai (honor/vakasi) yang
sifatnya bulanan dilakukan melalui rekening penerima yang
dimuat dalam daftar pembayaran.
d. Maksimum Pencairan

6. SPP-LS non belanja pegawai


a. Pembayaran pengadaan barang dan jasa dilampiri :
1) Kontrak atau Surat Perjanjian Kerja dengan nilai lebih dari
Rp.50.000.000,- ;
2) Surat Pernyataan Panitia/Pejabat Pengadaan;
3) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (termin);
4) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (100%);
5) Berita Acara Pembayaran;
6) Kuitansi/bukti pembayaran yang disetujui oleh pejabat yang
ditunjuk;
7) Faktur pajak beserta SSE;
8) Jaminan Bank;
9) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak
yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari
pinjaman/hibah luar negeri;
10) Ringkasan Kontrak yang dibuat sesuai dengan format
lampiran 5
11) Maksimum
b. Pembayaran belanja modal dilampiri :
1) Kontrak atau Surat Perjanjian Kerja;
2) Surat Pernyataan Panitia/Pejabat Pengadaan;
3) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (termin);
4) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (100%);
5) Berita Acara Pembayaran;
6) Kuitansi/bukti pembayaran yang disetujui oleh pejabat yang
ditunjuk;
7) Faktur pajak beserta SSE;
8) Jaminan Bank;
9) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak
yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari
pinjaman/hibah luar negeri;
10) Ringkasan Kontrak ;
11) Maksimum Pencairan.

9
c. Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listrik,
Telepon, Internet dan Air) dilampiri :
1) Kuitansi atau bukti pembayaran
2) Bukti tagihan daya dan jasa;
3) Nomor rekening pihak ketiga (PT.PLN, PT.Telkom dan
PDAM). Dalam hal pembayaran langganan daya dan jasa
yang belum dapat dilakukan secara langsung, maka dapat
dilakukan pembayaran dengan UP;
4) Maksimum Pencairan.

d. Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas harus dilengkapi


dengan:
1) Kuitansi atau bukti pembayaran;
2) Surat Penugasan Rektor atau pejabat yang ditunjuk;
3) Surat Perjalanan Dinas;
4) Daftar nominatif pejabat yang akan melakukan perjalanan
dinas, yang berisi antara lain : informasi mengenai data
pejabat (Nama, Pangkat/Golongan), tujuan, tanggal
keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang
diperlukan untuk masing-masing pejabat. Daftar nominatif
tersebut harus ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang memerintahkan perjalanan dinas.
5) Bukti pendukung lainnya yang diperlukan;
6) Maksimum Pencairan.

7. Besaran UP:
a. UP dapat diberikan kepada unit kerja pengguna berdasarkan
besaran alokasi unit kerja:
1) alokasi sampai dengan Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar
rupiah), nilai UP sebesar Rp. 50.000.000,-,
2) alokasi di atas Rp.1.000.000.000,- sampai dengan
Rp.3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah), nilai UP sebesar
Rp. 100.000.000,-
3) alokasi di atas Rp. 3.000.000.000,- sampai dengan
Rp.10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah), nilai UP
sebesar Rp200.000.000,-
4) alokasi di atas Rp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar
rupiah), nilai UP sebesar Rp.300.000.000,-.;
b. Besarnya pencairan dana secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu alokasi unit kerja yang bersangkutan.
c. Pertanggungjawaban penggunaan dana UP oleh unit kerja
dilakukan dengan mengajukan SPP ke Rektor dengan
melampirkan semua dokumen pendukung.

10
Pasal 5

PP SPM menerbitkan SPM setelah menerima SPP dengan


mekanisme sebagai berikut:
1. Penerimaan dan pengujian SPP
Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP,
mengisi check list kelengkapan berkas SPP dan menandatangani
tanda terima SPP berkenaan, selanjutnya menyampaikan SPP
dimaksud kepada pejabat penerbit SPM atau pejabat yang
ditunjuk.
2. PP SPM melakukan pengujian atas SPP dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DPAU untuk
memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas
pagu anggaran.
c. Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil
kerja yang dicapai dengan indikator keluaran.
d. Memeriksa kebenaran atas hak tagih, antara lain menyangkut :
1) Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama
orang/perusahaan, alamat, NPWP, nomor rekening dan
nama bank);
2) Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/atau
kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai
spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak);
3) Waktu pelaksanaan kontrak kerja/SPK.
e. Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan
sesuai dengan indikator keluaran yang tercantum dalam
DPAU.
3. Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-UP/SPP-TUP/SPP-
GUP/SPP-LS, PP SPM menerbitkan SPM-UP/SPM-TUP/SPM-
GUP/SPM-LS (contoh format pada lampiran 6) dibuat dalam
rangkap 2 (dua) :
a. Lembar kesatu untuk penerbitan SP2D;
b. Lembar kedua untuk pencatatan Bendahara Pengeluaran.
4. SPM yang telah diterbitkan SP2D-nya dan telah dicairkan tidak
dapat dibatalkan, kecuali :
a. Perbaikan karena kesalahan administrasi sebagai berikut:
1) Kesalahan pembebanan pada MAK;
2) Kesalahan pencantuman kode fungsi, sub fungsi, kegiatan
dan sub kegiatan;
3) Uraian pengeluaran yang tidak berakibat jumlah uang pada
SPM.

11
b. Perbaikan SPM sebagaimana dimaksud pada huruf a
dilakukan oleh PP SPM, selanjutnya SPM perbaikan dimaksud
dilampiri dengan SPTJM.

BAB IV
UANG PERSEDIAAN DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN

Pasal 6

(1) Kepada setiap unit kerja dapat diberikan UP;


(2) Untuk mengelola UP bagi unit kerja di lingkungan Unhas,
diangkat PPK;
(3) Untuk membantu pengelolaan UP pada unit kerja, diangkat BPP,
dalam pelaksanaan tugasnya BPP bertanggung jawab secara
fungsional kepada Bendahara Pengeluaran dan secara
administratif kepada PPK;
(4) Apabila BPP telah merealisasikan penggunaan UP sekurang-
kurangnya 50%, dapat mengajukan SPP GUP.

Pasal 7

(1) PP SPM menerbitkan SPM-UP berdasarkan DPAU atas


permintaan PPK;
(2) Berdasarkan SPM-UP dimaksud pada ayat (1), diterbitkan
SP2D;
(3) Penggunaan UP menjadi tanggung jawab BPP dan PPK;
(4) BPP melakukan pengisian kembali UP (revolving) dalam periode
anggaran dan ketersediaan dana sesuai alokasi anggaran;
(5) Sisa UP yang masih ada pada BPP pada akhir tahun anggaran
harus disetor kembali ke rekening Rektor paling lambat tanggal
29 Desember tahun anggaran berkenaan;
(6) UP dapat diberikan dalam batasan sebagai berikut:
a. Untuk pengeluaran belanja barang, jasa, pemeliharaan dan
perjalanan dinas.
b. Di luar ketentuan pada butir a, dapat diberikan pengecualian
atas persetujuan Rektor atau pejabat yang ditunjuk
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Besaran UP dapat diberikan sebagaimana diatur dalam
Pasal 4 butir 7 huruf a.
d. Perubahan besaran UP di luar ketentuan pada butir c
ditetapkan oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk.

(7) Syarat untuk mengajukan TUP adalah:


a. Untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak/tidak
dapat ditunda;

12
b. UP yang digunakan belum mencapai 50%, sedangkan unit
kerja yang bersangkutan memerlukan pendanaan melebihi
sisa dana yang tersedia;
c. Digunakan paling lama satu bulan sejak tanggal SP2D
diterbitkan.
d. Apabila tidak habis digunakan dalam waktu satu bulan, sisa
dana TUP yang ada pada BPP disetorkan ke rekening Rektor
Unhas;
e. Apabila ketentuan pada butir c tidak dipenuhi, kepada unit
kerja yang bersangkutan tidak dapat lagi diberikan TUP.
f. Pengecualian terhadap butir e diputuskan oleh Rektor.
(8) Dalam mengajukan permintaan TUP oleh BPP wajib
menyampaikan:
a. Rincian rencana penggunaan dana.
b. Rekening koran yang menunjukkan saldo terakhir.
(9) Penggantian UP diajukan ke Rektor atau Pejabat yang ditunjuk
dengan SPP-GUP, dilampiri SPTB, dan fotokopi Bukti Setoran
Pajak untuk transaksi yang menurut ketentuan harus dipungut
PPN dan PPh.
(10) Pembayaran yang dapat dilakukan oleh BPP kepada satu
rekanan tidak boleh melebihi Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah).

BAB V
PROSEDUR PENERBITAN
SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA

Pasal 8
Penerbitan SP2D hanya dapat dilakukan oleh PPK pada tingkat
universitas kecuali diatur tersendiri, dengan mekanisme sebagai
berikut:
1. SPM digunakan sebagai dasar penerbitan SP2D (contoh format
pada lampiran 7.) yang dilengkapi dengan:
a. LS belanja pegawai :
1) Daftar gaji/lembur/honor dan vakasi yang ditandatangani
oleh Bendahara Pengeluaran/BPP unit kerja dan Rektor
atau pejabat yang ditunjuk;
2) Surat keputusan Rektor dalam hal pengangkatan pertama
kali sebagai pegawai tetap/tidak tetap dan/atau terjadi
perubahan pada daftar gaji/honor bulanan;
3) Surat keputusan pemberian honor/vakasi dan SPK
lembur;
4) Surat Setoran Elektronik (SSE);

13
5) Kuitansi atau bukti pembayaran;
6) Validasi bank (format lampiran 8);
7) Maksimum Pencairan.
b. LS non belanja pegawai :
1) Resume Kontrak/SPK atau Daftar Nominatif Perjalanan
Dinas;
2) SPTB;
3) Faktur Pajak dan SSP (surat setoran pajak);
4) Kontrak kerja/SPK dan dokumen pendukung;
5) Kuitansi/bukti pembayaran;
6) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan atau Serah Terima
Barang.
c. Untuk keperluan pembayaran TUP, unit kerja mengajukan
surat permohonan permintaan TUP disertai dengan rincian
rencana penggunaan dana dan rekening koran terakhir.
d. untuk keperluan pembayaran GUP :
1) SPTB;
2) Bukti setoran pajak; dan
3) Kuitansi atau bukti pembayaran dan dokumen
pendukung.
2. SP2D dibuat rangkap 2 (dua) masing-masing :
a. Lembar kesatu untuk bank;
b. Lembar kedua untuk Bendahara Pengeluaran.

Pasal 9
Bukti asli lampiran SPP merupakan arsip yang disimpan oleh Rektor
atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 10
(1) Pengujian SPM dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk
mencakup pengujian yang bersifat substantif dan formal.
(2) Pengujian substantif dilakukan untuk:
a. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum
dalam SPM;
b. menguji ketersediaan dana pada kegiatan/sub kegiatan/MAK
dalam DPAU yang ditunjuk dalam SPM tersebut;
c. menguji dokumen sebagai dasar penagihan (Ringkasan
Kontrak/SPK, Surat Keputusan, Daftar Nominatif Perjalanan
Dinas);
d. menguji SPTB dari PPK terhadap kesesuaian pelaksanaan
pembayaran;
e. menguji faktur pajak dan bukti setoran pajak.

14
(3) Pengujian formal dilakukan untuk :
a. mencocokkan tandatangan pejabat penandatangan SPM
dengan spesimen tandatangan;
b. memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam
angka dan huruf;
c. memeriksa kebenaran dalam penulisan uraian pembayaran,
termasuk tidak boleh terdapat cacat dalam penulisan.

Pasal 11

(1) Keputusan hasil pengujian ditindaklanjuti dengan :


a. Penerbitan SP2D bilamana SPM yang diajukan memenuhi
syarat yang ditentukan;
b. Pengembalian SPM kepada PP SPM, apabila tidak
memenuhi syarat untuk diterbitkan SP2D.
(2) Pengembalian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir
b diatur sebagai berikut :
a. SPM Belanja Pegawai dikembalikan paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah SPM diterima;
b. SPM UP/TUP/GUP dan LS dikembalikan paling lambat 2
(dua) hari kerja setelah SPM diterima.

BAB VI
PELAPORAN REALISASI PEMBAYARAN

Pasal 12

(1) Dalam rangka pertanggungjawaban penggunaan dana yang


bersumber dari pendapatan universitas yang digunakan
langsung, pimpinan unit kerja menyampaikan SP3B kepada
Rektor (contoh format pada lampiran 9).
(2) Penyampaian SP3B sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sekurang-kurangnya setiap triwulan selambat-
lambatnya pada hari kerja terakhir bulan berkenaan.
(3) SP3B sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiri dengan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) yang ditandatangani
oleh PPK unit kerja (contoh format lampiran 10)
(4) Berdasarkan SP3B sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Rektor atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan SP2B sebagai
pengesahan penerimaan dan penggunaan dana universitas.

15
(5) Rektor atau pejabat yang ditunjuk dan Bendahara
Penerima/Bendahara Pengeluaran menyampaikan laporan
realisasi penerimaan dan/atau pengeluaran bulanan
berdasarkan bukti penerimaan, SPM dan SP2B.

Pasal 13

Untuk keperluan penyusunan laporan pertanggungjawaban


pelaksanaan keuangan universitas diperlukan antara lain data
realisasi belanja, arus kas, neraca, dan catatan atas laporan
keuangan yang diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 14

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini akan diatur tersendiri.

Pasal 15

Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Rektor Unhas


Nomor 23349/UN4/PP.42/2013 tentang Tata Cara Pembayaran
dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Badan Layanan Umum Unhas dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.

Pasal 16

Keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2017.

Ditetapkan di Makassar
Pada tanggal 19 Desember 2016
Rektor,

DWIA ARIES TINA PULUBUHU


NIP. 19640419 198903 2 002

16

Anda mungkin juga menyukai