Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang
terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan
otak. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya
usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita.
Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan
susunan saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat
gangguan pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses
degenerative system saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia.
Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai hal ini.
Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya
perkembangan ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama msayarakat
perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup
terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hasratmereka untuk terus
berjuang mencapai tujuan dengan penuh persaingan dalam perjuangan
tersebut, benturan-benturan fisik maupun psikologis tidak pernah
dipikirkan efek bagi kesehatan jangka panjang.Usia harapan hidup di
Indonesia kian meningkat sehingga semakin banyak terdapat lansia.
Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi
akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh
lansia adalah stroke.Usia merupakan factor resiko yang paling penting
bagi semua jenis stroke.

B. Tujuan
1. Tujuan umum

Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah pada

penyakit “Stroke”.
2. Tujuan khusus

1) Mengetahui definisi Stroke.

2) Mengetahui etiologi Stroke.

3) Mengetahui manifestasi klinik dari Stroke.

4) Mengetahui patofisiologi Stroke.

5) Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien Stroke.

6) Mengetahui komplikasi Stroke.

7) Mengetahui penatalaksanaan Stroke.

8) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Stroke.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan


peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. Sedangkan menurut Hudak, stroke adalah defisit neurologi yang
mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat
dari cardiovascular disease (CVD). (Fransisca B Batticaca, 2008)
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. (Arif Muttaqin, 2008)

B. ETIOLOGI

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:

1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :

a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
- Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus)
- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

c. Arteritis (radang pada arteri)

2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart


Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi, Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-
embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhargi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak,
jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.


b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
C. MANIFESTASI KLINIS

1. Kehilangan/menurunnya kemampuan motorik.


2. Kehilangan/menurunnya kemampuan komunikasi.
3. Gangguan persepsi.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
5. Disfungsi : 12 syaraf kranial, kemampuan sensorik, refleks otot,
kandung kemih.

D. PATHOFISIOLOGIS

Otak merupakan organ tubuh yang sensitif terhadap oksigen dan

nutrisi. Otak harus menerima aliran darah yang konstans untuk

mempertahankan fungsi normalnya karena otak tidak dapat menyimpan

oksigen dan glukosa sendiri. Aliran darah berfungsi sebagai tempat untuk

membuang sampah metabolik, karbondioksida dan asam laktat. Jika aliran

darah keotak berkurang ataupun menurun maka akan mengakibatkan

kerusakan otak dengan cepat. Pada stroke, iskemik terjadi dalam jaringan

otak yang aliran darah arterinya terganggu akibat trombus atau emboli

sehingga menimbulkan gangguan fungsi otak. Iskemik dapat

menyebabkan hipoksia atau anoksia dan hipoglikemik pada jaringan otak.

Proses ini dapat mengakibatkan kematian pada neuron, sel ganglia dan

struktur otak disekitar area infark. Edema yang terjadi akan memperberat

infark itu sendiri. Edema dapat berlangsung dalam beberapa jam atau

beberapa hari. Setelah terjadinya infark dan edema, maka secara otomatis

akan terjadi penurunan kemampuan fungsi otak dalam menjalankan fungsi


neurologisnya seperti semula. Hal ini mengakibatkan terjadinya defisit

neurologis pada area kontralateral dari area lesi otak yang terkena, sesuai

dengan karakteristik dari otak.

PATHWAY
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara
pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke permukaan
otak.
2. MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan
posisi sertaa besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan
infark dari hemoragik.
3. Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurimsa atau malformasi vaskuler.
4. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis)
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat
pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada
perdarahan subarakhnoid.
7. Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan
pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya
proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang
kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-
hari pertama.
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin
b. Gula darah
c. Urine rutin
d. Cairan serebrospinal
e. Analisa gas darah (AGD)
f. Biokimia darah
g. Elektrollit

F. KOMPLIKASI

1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme serebral
4. Pneumonia aspirasi
5. ISK, Inkontinensia
6. Kontraktur
7. Tromboplebitis
8. Abrasi kornea
9. Dekubitus
10. Encephalitis
11. CHF
12. Disritmia, hidrosepalus, vasospasme.
G. PENATALAKSANAAN

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis


sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2.Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Identitas klien : Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia
tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah kelemahan anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak
sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan, aspirin,
vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi
meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang
berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status
dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah
sehari-hari.
e. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan
yang mengandung lemak, makanan apa yang ssering
dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang
mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan
hati, limpa, usus, bagaimana nafsu makan klien.
2) Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba,
minum yang mengandung alkohol.
3) Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola
eliminasi BAB yaitu konstipasi karena adanya gangguan
dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah ada
kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien
stroke mungkn mengalami inkotinensia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan
postural.
4) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya
hemato atau riwayat operasi.
b) Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya
gangguan nervus optikus (nervus II), gangguan
dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan
dalam memotar bola mata (nervus IV) dan
gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral
(nervus VI).
c) Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena
terganggu pada nervus olfaktorius (nervus I).
d) Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat
kerusakan nervus vagus, adanya kesulitan dalam
menelan.
e) Dada
 Inspeksi : Bentuk simetris
 Palpasi : Tidak adanya massa dan
benjolan.
 Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi
jantung lup-dup.
 Auskultasi : Nafas cepat dan dalam,
adanya ronchi, suara jantung I dan II
murmur atau gallop.
f) Abdomen
 Inspeksi : Bentuk simetris,
pembesaran tidak ada
 Auskultasi : Bisisng usus agak
lemah.
 Perkusi : Nyeri tekan tidak ada,
nyeri perut tidak ada
g) Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya
ditemukan hemiplegi paralisa atau hemiparase,
mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan
pengukuran kekuatan otot, normal : 5
h) Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif
mutaqqin,2008)
 Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama
sekali.
 Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi
tidak ada gerakan pada sendi.
 Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi
tidak bisa melawan grafitasi.
 Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi
tidak dapat melawan tekanan pemeriksaan.
 Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan
pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
 Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan
pemeriksaan dengan kekuatan penuh.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2013)
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese
atau hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan penurunan
moilitas.
c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan
system saraf pusat (defek anatomis, perubahan neuromuscular
pada system penglihatan, pendengaran dan apparatus fonatori)

3. Intervensi
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau
hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama ..x 24
jam mobilitas fisik teratasi, dengan kriteria hasil : klien dapat
mempertahan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
yang terkena atau kompensasi.
Intervensi :
1) Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara yang teratur
klasifikasikan melalui skala 0-4.
Rasional : untuk mengidentifikasikan kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan.
2) Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya jika memungkinkan
bisa lebih sering.
Rasional : menurunkan terjadinya terauma atau iskemia
jaringan.
3) Lakukan gerakan ROM aktif dan pasif pada semua
ekstremitas.
Rasional : meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi
dan mencegah terjadinya kontraktur.
4) Bantu mengembangkan keseimbangan duduk seoerti
meninggikan bagian kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di
sisi tempat tidur.
Rasional : membantu melatih kembali jaras
saraf,meningkatkan respon proprioseptik dan motorik.
5) Konsultasi dengan ahli fisiotrapi.
Rasional : program yang khusus dapat di kembangkan untuk
menemukan kebutuhan klien.

b. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring


yang lama.
Tujuan : klien mampu memperthankan keutuhan kulit setelah di
lakukan tindakan keperawatan selama ..x24jam
Kriteria hasil : klien mampu perpartisipasi dalam penyembuhan
luka, mengetahui cara dan penyebab luka, tidak ada tanda
kemerahan atau luka
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi
jika munkin.
Rasional : meningkatkan aliran darah ke semua daerah.
b. Ubah posisi setiap 2 jam.
Rasional : menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.
c. Gunakan bantal air atau bantal yang lunak di bawah area yang
menonjol.
Rasional : mengindari tekanan yang berlebihan pada daerah
yang menonjol.
d. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru
mengalami tekanan pada waktu berubah posisis.
Rasional : mengindari kerusakan kapiler.
e. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area
sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap
mengubah posisi
Rasional : hangan dan pelunakan merupakan tanda kerusakan
jaringan.
f. Jaga kebersihan kulit dan hidari seminimal munkin
terauma,panas terhadap kulit.
Rasional : untuk mempertahankan ke utuhan kulit

c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan


system saraf pusat (defek anatomis, perubahan neuromuscular pada
system penglihatan, pendengaran dan apparatus fonatori)
Tujuan keperawatan:
1) Menerima pesan-pesan melalui metode alternatif (mis;
komunikasi tertulis, bahasa isyarat, bicara dengan jelas pada
telinga yang baik).
2) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan
berkomunikasi.
3) Meningkatkan kemampuan untuk mengerti.
4) Mengatakan penurunan frustrasi dalam berkomunikasi.
5) Mampu berbicara yang koheren
6) Mampu menyusun kata – kata/ kalimat

Intervensi:

1. Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak


memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau
membuat pengertian sendiri.
2. Bedakan antara afasia dengan disartria
3. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan
balik
4. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti
“buka mata,” “tunjuk ke pintu”) ulangi dengan kata/kalimat
yang sederhana
5. Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama
benda tersebut
6. Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti
“Sh” atau “Pus”
7. Minta pasien untuk menulis nama dan/atau kalimat yang
pendek. Jika tidak dapat menulis, mintalah pasien untuk
membaca kalimat yang pendek
8. Tempatkan tanda pemberitahuan pada ruang perawat dan
ruangan pasien tentang adanya gangguan bicara. Berikan bel
khusus bila perlu
9. Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di
papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan
tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi)
10.Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan
dengan tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban
“ya/tidak,” selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang
lebih kompleks sesuai dengan respons pasien
11.Hargai kemampuan pasien sebelum terjadi penyakit; hindari
“pembicaraan yang merendahkan” pada pasien atau membuat
hal-hal yang menentang kebanggaan pasien.
12.Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Ed.3(2014). Jakarta :


EGC.
Nurarif, Amin Huda&hardi kusuma.2013.”Aplikasi auhan keperawatan

berdasarkan diagnosa medis& nanda”.Yogyakarta: Mediaction publising.

Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai