Anda di halaman 1dari 75

KEPUTUSAN

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA


KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR: KEP 294/ DJ-PSDKP/2010

TENTANG
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENGAWASAN
SUMBERDAYA PERIKANAN

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA


KELAUTAN DAN PERIKANAN

Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran Pengawas Perikanan dalam


melaksanakan tugas pengawasan penangkapan ikan,
budidaya dan pengolahan pengangkutan pemasaran
ikan dan/atau pengangkutan ikan dipandang perlu untuk
menetapkan Prosedur Operasional Standar
pengawasan penangkapan ikan;
b. bahwa untuk itu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan tentang Prosedur Operasional Standar
pengawasan penangkapan ikan;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang


Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun
2004 tentang Perikanan;
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.12/MEN/2007 tentang Perizinana Usaha
Pembudidayaan Ikan;
3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.12/MEN/2009 tentang Perubahan Atas
PER.05/MEN/2008 Tentang Usaha Perikanan Tangkap;
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.07/MEN/2010 tentang Surat Laik Operasi Kapal
Perikanan;
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor:
PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor : 35/KEP/M. PAN/5/2001 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Perikanan dan Angka Kreditnya;
7. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor:
KEP.02/MEN/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan Penangkapan Ikan;
8. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Nomor KEP.19/DJ-P2SDKP/2008 tentang Petunjuk
Operasional Pengawasan Kapal Perikanan;
9. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Nomor KEP.42/DJ-P2SDKP/2008 tentang Petunjuk
Teknis Operasional Pengawasan Pengolahan,
Pengangkutan dan Pemasaran Ikan;
10. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Nomor KEP.43/DJ-P2SDKP/2008 tentang Penggunaan
Buku Lapor Pangkalan Bagi Kapal Perikanan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

Pertama : Prosedur operasional standar (POS) pengawasan


penangkapan ikan, pengawasan usaha budidaya dan
pengawasan pengolahan, pengangkutan dan
pemasaran hasil perikanan sebagaimana tercantum
dalam lampiran 1, 2, dan 3 keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 6 September 2010

DIREKTUR JENDERAL
PENGAWASAN SUMBER DAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN

Dr. Ir. Aji Sularso, MMA


NIP. 19540702 200211 1 001
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PENGAWASAN SUMBER DAYA PERIKANAN
DIREKTORAT PENGAWASAN SUMBER DAYA
PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
2010
KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pengawasan di bidang sumber


daya perikanan, Direktorat Pengawasan Sumber Daya Perikanan melalui
Pengawas Perikanan yang berada di UPT dan Satker serta Pos Pengawasan SDKP
telah melaksanakan kegiatan pengawasan di lapangan sesuai dengan program
kerja yang telah ditetapkan.
Penyusunan Prosedur Operasional Standar Pengawasan Sumber Daya
Perikanan ini bertujuan untuk memberikan pedoman yang diperuntukkan bagi
Pengawas Perikanan mengenai pelaksanaan kegiatan Pengawasan Sumber Daya
Perikanan agar memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Penetapan Prosedur Operasional Standar Pengawasan Sumber Daya
Perikanan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP. 294/DJ-PSDKP/2010 digunakan untuk
mendukung kelancaran Pengawas Perikanan dalam melaksanakan tugas
pengawasan Penangkapan Ikan, Pengawasan Usaha Budidaya dan Pengawasan
Usaha Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran Ikan.
Prosedur Operasional Standar Pengawasan Sumber Daya Perikanan
diterbitkan selain menjadi Pedoman bagi pengawas Perikanan juga sebagai
bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan sumber daya perikanan di
lapangan apakah sudah memenuhi ketentuan dan prosedur yang berlaku,
selanjutnya semoga Prosedur Operasional Standar Pengawasan Sumber Daya
Perikanan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 6 September 2010


Direktur Pengawasan
Sumber Daya Perikanan

ttd

HAPPY SIMANJUNTAK, SH
DAFTAR ISI

POS PENGAWASAN PENANGKAPAN IKAN............................... 1


PENDAHULUAN ............................................................. 2
PENGERTIAN ................................................................ 4
PELAKSANAAN PENGAWASAN PENANGKAPAN IKAN ................. 6
I. Pelaksanaan Pengawasan Penangkapan Ikan ............................6
A. Prosedur Pengawasan Penangkapan Ikan...........................6
B. Pemeriksaan Pada Saat Kedatangan Kapal .........................6
C. Pemeriksaan Pada Saat Keberangkatan Kapal .....................7
D. Evaluasi dan Pelaporan HPK dan SLO .................................8
II. Penggunaan Buku Lapor Pangkalan Bagi Kapal Perikanan........ 10
III. Pengawasan Melalui VMS....................................................... 12
IV. Identifikasi dan Verifikasi Usaha Penangkapan Ikan ................ 13
V. Mekanisme Pemeriksaan........................................................ 15
PENUTUP ...................................................................21

POS PENGAWASAN BUDIDAYA IKAN....................................22


PENDAHULUAN ............................................................23
PENGERTIAN ...............................................................26
PELAKSANAAN PENGAWASAN USAHA BUDIDAYA ....................31
3.1 Prosedur Pengawasan Usaha Budidaya ............................... 31
3.2 Pemeriksaan Usaha Budidaya Ikan ....................................31
3.3 Evaluasi dan Pelaporan HPUPI............................................ 32
IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI USAHA BUDIDAYA ........... 34
4.1 Pelaksanaan Identifikasi dan Verifikasi Usaha Budidaya ....... 34
MEKANISME PEMERIKSAAN................................................. 37
TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN ................................ 39
PENUTUP ...................................................................41

POS PENGAWASAN PENGOLAHAN, PENGANGKUTAN DAN


PEMASARAN IKAN .........................................................42
PENDAHULUAN ..................................................................... 43
PENGERTIAN ........................................................................ 45
PELAKSANAAN PENGAWASAN PENGOLAHAN, PENGANGKUTAN DAN
PEMASARAN IKAN ................................................................ 47
A. Prosedur Pengawasan ....................................................... 47
B. Wilayah Pengawasan ......................................................... 47
C. Verifikasi Usaha P3 ............................................................ 47
D. Pengawasan Usaha Pengolahan Ikan Skala Kecil ................ 50
E. Pengawasan Pengangkutan dan Pemasaran/Keluar ............. 52
F. Pengawasan Pemasukan Hasil Perikanan/impor................... 54
PELAPORAN .......................................................................... 57
PENUTUP .............................................................................. 69
Lampiran 1. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Nomor : KEP 294/ DJ-PSDKP/2010
tentang Prosedur Operasional Standar
(Pos) Pengawasan Sumberdaya
Perikanan

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

PENGAWASAN

PENANGKAPAN IKAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
2010
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PENGAWASAN PENANGKAPAN IKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk melaksanakan pengawasan, telah ditunjuk Pengawas Perikanan


sesuai Keputusan Direktur Jenderal PSDKP nomor: KEP.187/DJ-PSDKP/V/2010 dan
dalam pelaksanaan pengawasan telah dibuat petunjuk teknis sesuai dengan
Keputusan Direktur Jenderal P2SDKP nomor: KEP.019/DJ-P2SDKP/2008 tentang
Petunjuk Teknis Operasional Pengawasan Kapal Perikanan. Sebagai tindak lanjut
pelaksanaan juknis maupun dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengawasan,
perlu dibuat Prosedur Operasional Standar (POS) yang dapat dipedomi oleh
Pengawas Perikanan dalam melaksanakan kegiatan pengawasan.

1.2 Maksud dan Tujuan


a. Maksud Pembuatan POS
POS ini dibuat dengan maksud agar setiap Pengawas Perikanan mempunyai
acuan atau pedoman yang standar dalam melaksanakan kegiatan
pengawasan.
b. Tujuan Pembuatan POS
Dengan dibuatnya POS, diharapkan ada peningkatan kinerja Pengawas
Perikanan dalam melaksanakan kegiatan pengawasan.

1.3 Landasan Hukum

1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2010


tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/ MEN/2009
tentang Perubahan Atas PER.05/MEN/2008 Tentang Usaha Perikanan

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


2
Tangkap
3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2007
tentang Penyelenggaraan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan;
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: PER.12/MEN/2007
tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan
5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 35/KEP/M.
PAN/5/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Perikanan dan Angka
Kreditnya;
6. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.19/DJ-P2SDKP/2008 tentang Petunjuk
Operasional Pengawasan Kapal Perikanan;
7. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.43/DJ-P2SDKP/2008 tentang
Penggunaan Buku Lapor Pangkalan Bagi Kapal Perikanan.

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


3
BAB 2

PENGERTIAN

1. Surat Laik Operasi Kapal Perikanan, yang selanjutnya disebut SLO adalah surat
keterangan tentang kelayakan administrasi dan kelayakan teknis kapal
perikanan untuk melakukan penangkapan dan/atau pengangkutan ikan,
pelatihan perikanan, penelitian/eksplorasi perikanan, dan operasi pendukung
penangkapan dan/atau pembudidayaan ikan.
2. Surat Laik Operasi Kapal Perikanan, yang selanjutnya disebut SLO adalah
keterangan tertulis dalam bentuk format tertentu yang dibuat oleh Pengawas
Perikanan dengan memuat kelayakan kapal perikanan untuk melakukan
kegiatan perikanan.
3. Hasil Pemeriksaan Kapal, yang selanjutnya disebut HPK adalah lembar formulir
yang memuat hasil pemeriksaan kapal perikanan yang dibuat oleh Pengawas
Perikanan sebagai dasar penerbitan SLO dan berlaku sebagai Berita Acara.
4. Surat izin penangkapan ikan, yang selanjutnya disebut SIPI, adalah izin tertulis
yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP.
5. Surat izin kapal pengangkut ikan, yang selanjutnya disebut SIKPI, adalah izin
tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan
pengangkutan ikan.
6. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan
untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/
eksplorasi perikanan.
7. Pengawas Perikanan adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di bidang
perikanan yang diangkat dan ditunjuk oleh Menteri.
8. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


4
9. Pelabuhan pangkalan adalah pelabuhan perikanan atau pelabuhan umum di
Indonesia yang ditunjuk sebagai tempat kapal perikanan berpangkalan untuk
melakukan pendaratan hasil tangkapan, mengisi perbekalan, atau keperluan
operasional lainnya dan/atau memuat ikan bagi kapal pengangkut ikan yang
tercantum dalam SIPI atau SIKPI.
10. Nakhoda kapal perikanan adalah salah seorang dari awak kapal perikanan
yang menjadi pimpinan umum di atas kapal perikanan yang mempunyai
wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
12. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang perikanan.

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


5
BAB 3
PELAKSANAAN PENGAWASAN PENANGKAPAN IKAN

I. Pelaksanaan Pengawasan Penangkapan Ikan


A. Prosedur Pengawasan Penangkapan Ikan
1. Setiap petugas pengawas perikanan yang akan melakukan
pemeriksaan terhadap obyek pemeriksaan wajib:
a. Memakai seragam dinas pengawas perikanan;
b. Menunjukan tanda identitas pengawas perikanan atau surat
perintah tugas dari atasan langsung petugas pengawas perikanan.
2. Sebelum petugas melakukan pemeriksaan terlebih dahulu
memberitahukan kepada pemilik kapal/ pengurus atau penanggung
jawab obyek pemeriksaan bahwa akan dilakukan pemeriksaan;
3. Setiap petugas Pengawas Perikanan yang akan melakukan
pemeriksaan, hanya memeriksa obyek yang terkait dengan tugasnya
dan didampingi oleh pemilik kapal/ pengurus atau penanggung jawab
obyek pemeriksaan;
4. Setiap petugas pengawas perikanan yang akan melakukan
pemeriksaan wajib tertib, sopan dan mematuhi ketentuan standar yang
ada dilokasi obyek pemeriksaan;
5. Setiap petugas Pengawas Perikanan, dilarang menerima uang atau
barang sebagai imbalan pemeriksaan atau yang dapat mempengaruhi
atau terkait dengan hasil pemeriksaan.

B. Pemeriksaan Pada Saat Kedatangan Kapal


1. Pengawas Perikanan wajib menerima pemberitahuan kedatangan kapal
yang disertai penerimaan SLO kapal perikanan dan buku lapor
pangkalan yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Pengawas
Perikanan asal kapal berangkat.
2. Berdasarkan penerimaan SLO dan buku lapor pangkalan, Pengawas
Perikanan wajib melakukan pemeriksaan:
a. Ikan hasil tangkapan;

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


6
b. Alat penangkap ikan yang digunakan;
c. Alat bantu penangkapan;
d. Bahan atau alat yang berada diatas kapal terkait dengan kegiatan
penangkapan ikan atau dengan ikan hasil tangkapan.
3. Pengawas Perikanan menuangkan hasil pemeriksaan pada butir 2 ke
dalam form HPK kedatangan kapal dan menganalisis guna mengetahui:
a. Kesesuaian ikan hasil tangkapan dengan alat penangkap ikan yang
digunakan;
b. Jenis ikan yang menurut sifatnya tidak memerlukan pengolahan
sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan;
4. Terhadap hasil analisis pada butir 3 digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan dan menerbitkan:
a. Surat persetujuan tidak didaratkan atau dapat dipindahkan ke
kapal lain di pelabuhan pangkalan apabila jenis ikannya tidak
termasuk yang wajib diolah dan sesuai dengan alat tangkap yang
digunakan;
b. Surat perintah untuk mendaratkan seluruh ikan hasil tangkapan di
pelabuhan pangkalan, apabila jenis ikannya termasuk yang wajib
diolah dan sesuai dengan alat tangkap yang digunakan.
c. Rekomendasi kepada instansi pemberi izin terhadap jenis ikan hasil
tangkapan yang tidak sesuai dengan alat tangkap yang digunakan.
5. Pengawas Perikanan dalam mengisi form HPK kapal perikanan, wajib
mengisi nomor seri penerbitan HPK pada kolom yang telah disediakan.

C. Pemeriksaan Pada Saat Keberangkatan Kapal


1. Pengawas Perikanan menerima laporan atau pemberitahuan rencana
keberangkatan kapal, yang disertai dengan penerimaan dokumen kapal
perikanan.
2. Terhadap penerimaan dokumen kapal perikanan, wajib dilakukan:
a. Pemeriksaan kesesuaian dokumen meliputi: SIPI/SIKPI, Tanda
lunas PHP, Stiker Barcode, SKAT VMS, Pas Tahunan, Surat Ukur);

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


7
b. Pemeriksaan kesesuaian alat penangkap ikan;
c. Pemeriksaan kesesuaian alat bantu penangkapan ikan;
d. Pemeriksaan kesesuaian fisik kapal;
e. Pemeriksaan kesesuaian jumlah dan jenis hasil tangkapan yang
diangkut;
f. Pemeriksaan keberadaan dan keaktifan alat pemantauan kapal
perikanan.
3. Terhadap hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada butir 2
dituangkan ke dalam form HPK Keberangkatan untuk selanjutnya
dianalisis.
4. Hasil analisis sebagaimana butir 3 digunakan sebagai dasar untuk:
a. Menerbitkan SLO Kapal Perikanan apabila telah dipenuhi
persyaratan adminsitrasi dan kelayakan teknis, serta mengisi dan
mengesahkan Buku Lapor Pangkalan;
b. Tidak menerbitkan SLO apabila tidak dipenuhi persyaratan teknis
dan kelayan teknis.
5. Apabila Pengawas Perikanan tidak menerbitkan SLO sebagaimana butir
4 huruf (b), maka Pengawas Perikanan memerintahkan kepada
Nakhoda/Pemilik/Penanggungjawab Kapal Perikanan untuk melengkapi
hingga memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan teknis kapal
perikanan.
6. Pengawas Perikanan dalam mengisi form HPK dan form SLO kapal
perikanan, wajib mengisi nomor seri penerbitan HPK dan SLO pada
kolom yang telah disediakan.

D. Evaluasi dan Pelaporan HPK dan SLO


1. Pelaksanaan
a. Satker PSDKP
Setiap Pengawas Perikanan yang melakukan kegiatan pengawasan
kapal perikanan wajib melaporkan hasil pengawasannya kepada
Kepala satuan unit kerjanya. Satuan kerja melakukan rekapitulasi
pelaporan HPK dan penerbitan SLO untuk selanjutnya dilaporkan

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


8
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada UPT
Pengawasan SDKP yang membawahinya setiap bulan paling lambat
pada tanggal 10;
b. UPT PSDKP
Tembusan rekapitulasi yang diterima oleh UPT PSDKP dari
beberapa Satker untuk selanjutnya dilakukan evaluasi dan
pemeriksaan silang (cross check) antar satuan unit kerja di wilayah
kerjanya. Hasil evaluasi dan pemeriksaan silang tersebut untuk
selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
Direktorat Teknis.
c. Direktorat PSDP
Hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh UPT PSDKP, dilakukan
analisa tingkat ketaatan kapal perikanan oleh Direktorat PSDP cq
Subdit yang menangani pengawasan penangkapan ikan untuk
ditindak lanjuti sebagai bahan rekomendasi dan Tindak Lanjut
kepada pimpinan.

2. Hasil Evaluasi
Berdasarkan pelaksanaan evaluasi yang telah dilaksanakan terhadap
hasil penerbitan HPK dan SLO kapal perikanan dapat diketahui:
a. Jumlah kapal perikanan yang melakukan operasi penangkapan/
pengangkutan ikan sesuai ketentuan.
b. Jumlah kapal perikanan yang melakukan operasi penangkapan/
pengangkutan ikan tidak sesuai ketentuan.
c. Kesesuaian jenis hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan
pangkalan
d. Jumlah kapal perikanan selama periode triwulan yang tidak
diketahui keberadaannya/ tidak pernah berpangkalan dipelabuhan
sesuai yang tercantum dalam izin;

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


9
3. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi dan Analisis
a Berdasarkan hasil evaluasi, terdapat kapal perikanan yang perlu
diberikan apresiasi karena melakukan operasi
penangkapan/pengangkutan sesuai dengan ketentuan dan rutin
melaporkan keberangkatan dan kedatangan kapal di pelabuhan
pangkalan.
b Berdasarkan hasil evaluasi, terdapat kapal perikanan yang perlu
diberikan teguran karena melakukan operasi
penangkapan/pengangkutan tidak sesuai dengan ketentuan dan
tidak pernah melaporkan keberangkatan dan kedatangan kapal di
pelabuhan pangkalan.
c Terhadap kapal perikanan yang setelah diberikan teguran tidak
melakukan perbaikan, direkomendasikan kepada instansi pemberi
izin untuk diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Kendala dan Permasalahan


Dalam pelaksanaan evaluasi penerbitan HPK dan SLO perlu dilaporkan
kendala dan permasalahan yang dihadapi termasuk permasalahan
dalam hal pelaksanaan cek lapangan/ fisik.

II. Penggunaan Buku Lapor Pangkalan Bagi Kapal Perikanan


A. Prosedur Penggunaan Buku Lapor Pangkalan
1. Pengawas Perikanan menerima Buku Lapor Pangkalan dari setiap kapal
perikanan yang memasuki pelabuhan pangkalan dan/atau pelabuhan
muat singgah.
2. Buku lapor pangkalan yang telah diterima, dilakukan pemeriksaan
kesesuaian pelabuhan pangkalan dengan yang tercantum dalam izin.
3. Terhadap hasil pemeriksaan yang sesuai pelabuhan pangkalan yang
tercantum dalam izin, Pengawas Perikanan mengisi dan mengesahkan
Buku lapor pangkalan tersebut dan disimpan di lemari arsip.

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


10
4. Buku lapor pangkalan akan diserahkan kepada Nakhoda pada saat
akan meninggalkan pelabuhan pangkalan setelah memperoleh Surat
Laik Operasi (SLO).
5. Terhadap hasil pemeriksaan yang tidak sesuai pelabuhan pangkalan
yang tercantum dalam izin, Pengawas Perikanan melakukan klarifikasi
kepada Nakhoda/ Pemilik/ Penanggung jawab kapal tersebut.
6. Berdasarkan hasil klarifikasi:
a. Apabila sesuai ketentuan yang berlaku, Pengawas Perikanan
mengisi dan mengesahkan buku lapor pangkalan.
b. Apabila tidak sesuai ketentuan yang berlaku, Pengawas Perikanan
merekomendasikan kepada Direktur Jenderal untuk memberikan
sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

B. Evaluasi dan Pelaporan


1. Pelaksanaan
a. Satker PSDKP
Setiap Pengawas Perikanan yang melakukan kegiatan pengawasan
kapal perikanan melalui buku lapor pangkalan wajib melaporkan
hasil pengawasannya kepada Kepala satuan unit kerjanya. Satuan
kerja melakukan rekapitulasi laporan buku lapor pangkalan untuk
selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada UPT Pengawasan SDKP yang membawahinya setiap bulan
pada tanggal 10;

b. UPT PSDKP
Tembusan rekapitulasi yang diterima oleh UPT PSDKP dari
beberapa Satker untuk selanjutnya dilakukan evaluasi dan dan
pemeriksaan silang (cross check) antar satuan unit kerja di wilayah
kerjanya. Hasil evaluasi dan pemeriksaan silang tersebut untuk
selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
Direktorat Teknis.
c. Direktorat PSDP

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


11
Hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh UPT PSDKP, dilakukan
analisa kesesuaian pelabuhan pangkalan oleh Direktorat PSDP cq
Subdit yang menangani pengawasan penangkapan ikan untuk
ditindak lanjuti sebagai bahan rekomendasi dan Tindak Lanjut.

2. Hasil Evaluasi
Berdasarkan pelaksanaan evaluasi yang telah dilaksanakan terhadap
penggunaan buku lapor pangkalan dapat diketahui:
a. Jumlah kapal perikanan yang melaksanakan operasional
penangkapan/ pengangkutan ikan sesuai pelabuhan pangkalan;
b. Kesesuaian jumlah hasil tangkapan berbanding hari operasi dari
masing-masing jenis alat tangkap.
c. Jumlah kapal perikanan yang masuk ke pelabuhan pangkalan lain
atau diduga melakukan transhipment berdasarkan perbandingan
kesesuaian jumlah hasil tangkapan berbanding hari operasi.

3. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi


a. Terhadap kapal perikanan yang diketahui terdapat ketidak sesuaian
jumlah hasil tangkapan berbanding hari operasi dari masing-
masing jenis alat tangkap diberikan teguran kepada pemilik kapal;
b. Terhadap kapal perikanan yang setelah diberikan teguran tidak
melakukan perbaikan, direkomendasikan kepada instansi pemberi
izin untuk diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

III. Pengawasan Melalui VMS


1. Pengawasan melalui VMS dilakukan berdasarkan data pergerakan kapal
dari tracking VMS yang disampaikan oleh Direktorat Sarana dan Prasarana
Pengawasan secara periodik atau Direktorat yang mengelola VMS.
2. Tracking VMS sebagaimana dimaksud butir 1 memuat gambaran adanya
dugaan pelanggaran atau tindak pidana perikanan.
3. Mempelajari tracking VMS dan mencari data dan informasi tentang kapal

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


12
yang diduga melakukan pelanggaran.
4. Memanggil dan melakukan klarifikasi kepada Pemilik/Penanggungjawab
perusahaan atas dugaan pelanggaran berdasarkan tracking VMS tersebut.
5. Hasil klarifikasi dianalisis secara teknis dan yuridis, dan hasil analisis
dipergunakan sebagai dasar pertimbangan rekomendasi kepada Direktorat
Jenderal teknis terkait.
6. Dalam hal pihak Pemilik/Penanggungjawab sebagamana dimaksud pada
butir 4 tidak hadir memenuhi panggilan untuk kepentingan klarifikasi,
maka dilakukan pemanggilan kedua, dan apabila panggilan kedua yang
bersangkutan juga tetap tidak hadir maka direkomendasikan kepada
Direktorat Jenderal teknis terkait untuk diberikan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Hal tersebut juga diinformasikan kepada
Direktorat Kapal Pengawas dan UPT PSDKP untuk menjadi perhatian di
lapangan.

IV. Identifikasi dan Verifikasi Usaha Penangkapan Ikan


1. Untuk memperoleh data dalam rangka pengawasan usaha perikanan
tangkap dilakukan kegiatan identifikasi dan verifikasi usaha penangkapan
ikan.
2. Identifikasi dan verifikasi usaha penangkapan ikan dilakukan terhadap
perusahaan penangkapan ikan yang mengoperasikan kapal perikanan yang
berasal dari luar negeri, baik diperoleh melalui impor maupun dengan cara
lelang/keputusan pengadilan.
3. Pelaksanaan identifikasi dan verifikasi kapal perikanan dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:
a. Memberitahukan kepada perusahaan yang akan diverifikasi bahwa
akan dilakukan verifikasi terhadap perusahaan tersebut.
b. Pengawas Perikanan mendatangi perusahaan yang akan diverifikasi
dan dilengkapi dengan tanda pengenal atau surat perintah tugas untuk
melakukan verifikasi.
c. Pemeriksaan harus disaksikan oleh Pemilik/ Pengurus/ Nakhoda kapal
perikanan yang diperiksa;

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


13
d. Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti, cepat, tidak
terjadi kehilangan, kerusakan, dan tidak menyalahi prosedur
pemeriksaan;
e. Setiap petugas Pengawas Perikanan, dilarang menerima uang atau
barang sebagai imbalan pemeriksaan atau yang dapat mempengaruhi
atau terkait dengan hasil pemeriksaan;
f. Dalam pelaksanaan verifikasi usaha perikanan tangkap harus dilakukan
secermat mungkin. Hal – hal yang perlu diverifikasi antara lain
meliputi:
- Dokumen perizinan perikanan (SIUP Asli, Fotocopy SIPI/SIKPI,
Fotocopy Tanda Lunas, Sticker Barcode)
- Dokumen kapal (Gross Akte, Surat Ukur Internasional)
- maupun dokumen lainnya.
g. Format identifikasi dan verifikasi dokumen usaha penangkapan ikan
serta identifikasi dan verifikasi kapal perikanan sebagaimana terlampir.
4. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan, Pengawas Perikanan
menuangkan dalam form hasil verifikasi dan identifikasi dan membuat
analisa hasil verifikasi sebagai bahan rekomendasi ke pimpinan.
a. Apabila hasil identifikasi dan verifikasi sesuai ketentuan maka
Pengawas Perikanan membuat surat yang menyatakan bahwa kapal
perikanan tersebut telah dilakukan verifikasi oleh Pengawas Perikanan
dan hasil verifikasi sesuai ketentuan yang berlaku;
b. Apabila hasil verifikasi dan identifikasi terdapat ketidak sesuaian maka:
- Pengawas Perikanan memerintahkan Pemilik/Penanggungjawab
kapal untuk melengkapi dokumen yang belum lengkap sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
- Dalam hal pihak Pemilik/Penanggungjawab kapal tidak melengkapi
dokumen dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, maka
selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal untuk selanjutnya
merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal teknis terkait untuk
memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


14
V. MEKANISME PEMERIKASAAN

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


15
Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010
16
Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010
17
Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010
18
Format Identifikasi dan Verifikasi dokumen usaha penangkapan ikan

Nama Perusahaan :
Alamat :
Penanggung Jawab :
Nomor SIUP :
Tanggal SIUP :
Alokasi :
Daerah penangkapan
Jenis Usaha :
Jenis Kapal Penangkap
No Nama No. SIPI/ Negara Asal Grosse Foto Pelabuhan
Kapal/GT Masa kapal Akte Copy DC Pangkalan
Berlaku
1

Jenis Kapal Pengangkut

No Nama No. SIKPI/ Negara Asal Grosse Foto Pelabuhan


Kapal/Eks/GT Masa kapal Akte Copy DC Pangkalan
Berlaku
1.

Ket :

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


19
FORM IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI KAPAL PERIKANAN (SIPI/SIKPI*)

Nama Perusahaan :
Alamat :
No / Tgl SIUP :
Nama Kapal :
No. /Tgl. SIPI / Masa Berlaku :

DATA HASIL
No URAIAN
SIPI/SIKPI IDENTIFIKASI KET
1 Ukuran kapal (GT/NT)
2 Tempat/Thn Pembangunan
3 Dimensi kapal (LxBxD)
- L (m)
- B (m)
- D (m)
4 Bahan Konstruksi kapal
5 Tanda Selar
6 Tanda Panggilan
7 Nama Kapten/Kebangsaan
8 Jumlah ABK (Ind / Asing)
9 Pelabuhan Pangkalan
10 Merek Mesin dan type
11 No. Mesin / Daya
12 Kapasitas palkah (M3/Ton/0C)
13 Jumlah palkah
14 Asal Kapal
17 Jenis Alat Tangkap
An.
ALAT TANGKAP : Pemilik//Nakhoda Petugas
Kapal, Pelaksana,
SPESIFIKASI ALAT TANGKAP :

1
2
3
……………, ……….
Mengetahui

Catatan :

NIP.
Format identifikasi dan verifikasi kapal perikanan

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


20
BAB 4
PENUTUP

Demikian Prosedur Operasional Standar Pengawasan Penangkapan Ikan


disusun untuk menjadi bahan acuan bagi Pengawas Perikanan dalam
melaksanakan tugas pengawasan.

Pos Pengawasan Penangkapan Ikan 2010


21
Lampiran 2. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Nomor : KEP 294/ DJ-PSDKP/2010
tentang Prosedur Operasional Standar
(Pos) Pengawasan Sumberdaya
Perikanan

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

PENGAWASAN

USAHA BUDIDAYA IKAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
2010
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PENGAWASAN USAHA BUDIDAYA IKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perikanan budidaya merupakan sumber pertumbuhan ekonomi andalan,
yang dilaksanakan melalui sistem usaha perikanan budidaya yang berdaya saing
dan berkeadilan. Dalam implementasinya, pihak pelaku usaha secara sadar harus
tetap taat kepada ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

Pelaku usaha budidaya yang tertib hukum dan peraturan dalam


melaksanakan kegiatan usaha akan dapat bersinergi dengan daya dukung
lingkungan yang ada, sehingga akan memberikan manfaat secara ekologis,
ekonomi, dan sosial sehingga menjadi mitra terbaik bagi pemerintah. Namun
demikian, keberagaman kondisi daya dukung lingkungan, kemampuan modal,
inputan teknologi dan SDM pembudidaya ikan serta dukungan pembinaan yang
belum optimal akan memberikan alternatif-alternatif teknis pembudidayaan yang
menyimpang. Kondisi tersebut akan bertentangan dengan tujuan usaha budidaya
yang berkelanjutan dan dapat dikatakan pelaku usaha tidak mendukung program
pembangunan perikanan budidaya nasional.

Keberhasilan pelaksanaan pengawasan usaha budidaya ikan dipengaruhi


keberadaan sumberdaya manusia pengawas dan tersedianya petunjuk operasional
pengawasan. Dengan demikian, untuk mengantisipasi sedini mungkin bahwa
ketentuan-ketentuan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan dapat dipatuhi oleh
para pelaku usaha, dan para pengawas perikanan dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan benar maka diperlukan adanya Prosedur Operasional Standar
Pengawasan Usaha Budidaya Ikan sebagai salah satu acuan pelaksanaan
pengawasan di lapangan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud disusunnya Prosedur Operasional Standar Pengawasan Usaha
Budidaya Ikan adalah sebagai pedoman sekaligus petunjuk praktis operasional

Pos wasbud 2010


23
untuk digunakan oleh pengawas perikanan dalam melaksanakan tugas
pengawasan budidaya ikan.

Tujuan penyusunan Prosedur Operasional Standar Pengawasan Usaha


Budidaya Ikan adalah :

1. Menjelaskan tentang Prosedur operasional standar pengawasan dalam


kegiatan usaha budidaya yang dilakukan oleh pengawas perikanan dalam
aspek landasan hukum, objek pengawasan, mekanisme pengawasan, tata
cara pengawasan, dan tindak lanjut hasil pengawasan, sehingga dapat
memudahkan pengawas perikanan dalam melaksanakan tugas pengawasan
terhadap kegiatan usaha budidaya ikan.

2. Diperoleh data dan laporan tentang implementasi kegiatan pengawasan


usaha budidaya ikan yang berkembang di masyarakat.

1.3 Landasan Hukum


Dasar hukum dalam pelaksanaan pengawasan kegiatan usaha budidaya ikan
adalah :

1. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.26/MEN/2002


tentang Penyediaan, Peredaran, Penggunaan, dan Pengawasan Obat Ikan;

2. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP. 20/MEN/2003


tentang Klasifikasi Obat Ikan;

3. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.07/MEN/2004


tentang Pengadaan dan Peredaran Benih Ikan;

4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.45/MEN/2004


tentang Pengadaan dan Peredaran Pakan Ikan;

5. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.02/MEN/2007


tentang cara Budidaya Ikan Yang Baik;

6. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.12/MEN/2007


tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan;

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17/MEN/2009 tentang


Larangan Pemasukan Beberapa Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke
Dalam Wilayah Negara RI;

Pos wasbud 2010


24
8. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan
Perikanan Nomor :KEP 154/DJ-PSDKP/V/10 tentang Petunjuk Teknis
Operasional Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan.

9. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor


SE.26/DPB.4/IK.330.D4/2002 tentang Larangan Penggunaan
Chloramphenicol;

10. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor


3263/DPB.4/PB.410.D4/VII/2005 tentang Larangan Penggunaan Malachite
Green dan Leucomalachite Green pada Pembesaran Ikan dan Udang;

11. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor


575/DPB/PB.150.D1/II/2007 tentang Larangan Penggunaan Antibiotika pada
pembenihan udang;

12. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor


1697/DPB/TU.210.D4/IV/2009 tentang Residu Substansi yang Dilarang pada
produk Perikanan budidaya dan Penarikan obat ikan.

13. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor


1421/DPB./TU.210.D4/III/2010 tentang Penggunaan Feed Additive dan
Sediaan Antibiotika/Antibakteri lainnya;

Pos wasbud 2010


25
BAB 2

PENGERTIAN

2.1 Pembudidayaan Ikan


Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan,
dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya.
2.2 Jenis Usaha Pembudidayaan Ikan
Jenis usaha pembudidayaan ikan adalah habitat lingkungan hidup untuk
dapat berkembangnya ikan untuk kegiatan budidaya. Jenis usaha
Pembudidayaan ikan meliputi : budidaya laut, budidaya air payau dan
budidaya air tawar.
2.3 Jenis ikan budidaya
Jenis ikan budidaya adalah spesies budidaya yang biasanya dikelompokkan
berdasarkan karakteristik bio-morphometriknya atau pengelompokkan
komoditas budidaya didasarkan kepada nilai ekonomi komoditas tersebut.
Pengelompokkan komoditas berdasarkan : Ikan konsumsi (ikan kerapu,
kakap putih, udang, mas gurame, nila, patin, lele dll ) ikan hias, rumput laut,
mutiara, dan jenis ikan lainnya
2.4 Sistem budidaya
Sistem budidaya merupakan kegiatan budidaya perikanan yang
menggunakan lahan kolam/tambak/akuarium dan wadah dengan peralatan
lainnya. Sistem budidaya meliputi : sistem tambak, sistem karamba jaring
apung, sistem karamba jaring tancap, sistem karamba dasar, sistem kolam
air tenang, system kolam air deras, system hatchery ( indoor atau outdoor),
tali rentang (long line), system rakit, system lepas dasar, dan sebagainya.
2.5 Jenis Kegiatan Usaha
(1) Usaha Pembenihan
Kegiatan pembiakan ikan yang dilakukan dalam lingkungan yang
terkontrol dimulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, dan/atau
penetasan telur, pemeliharaan larva sampai dengan ukuran benih
untuk tujuan komersial.

Pos wasbud 2010


26
(2) Usaha Pembesaran
Kegiatan untuk menghasilkan ikan konsumsi dalam lingkungan
terkontrol dimulai dari benih, membesarkan ikan dan memanen
hasilnya untuk tujuan komersial.

2.6 Dokumen Perizinan


(1) Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)
Izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk
melakukan usaha perikanan dengan menggunakan sarana produksi
yang tercantum dalam izin tersebut.
(a) Kewenangan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya;
Menggunakan Tenaga kerja Asing (TKA); Lokasi budidaya lebih
besar dari 12 mil laut dan/atau meliputi cakupan 2 provinsi atau
lebih.
(b) Kewenangan Gubernur; berdomisili di wilayah administrasi
provinsi; tidak menggunakan modal asing (PMA) dan/atau TKA;
lokasi budidaya lebih besar dari 4 mil hingga 12 mil laut
dan/atau meliputi cakupan 2 kabupaten/Kota atau lebih.
(c) Kewenangan bupati/Walikota; berdomisili di wilayah administrasi
kabupaten/Kota; tidak menggunakan modal asing (PMA)
dan/atau TKA; lokasi budidaya hingga 4 mil laut.

(2) Kewajiban memiliki SIUP


1. Usaha Pembudidayaan Ikan di Air Tawar
(a) Pembenihan : Luas lahan lebih dari 0,75 Ha
(b) Pembesaran dengan lahan di :
 Kolam air tenang : Luas lahan lebih dari 2 Ha
 Kolam air deras : Lebih dari 5 unit dengan ketentuan
bahwa 1 unit = 100 m2
 Keramba jaring Apung (KJA) : Lebih dari 4 unit dengan
ketentuan bahwa 1 unit = 4 x (7 x 7 x 2,5 m3)
 Keramba : Lebih dari 50 unit dengan ketentuan 1 unit =
4 x 2 x 1,5 m3
2. Usaha Pembudidayaan Ikan di Air Payau
(a) Pembenihan : Luas lahan lebih dari 0, 5 Ha
(b) Pembesaran : Luas lahan lebih dari 5 Ha
3. Usaha Pembudidayaan Ikan di Air Laut
(a) Pembenihan : Luas lahan lebih dari 0, 5 Ha

Pos wasbud 2010


27
(b) Pembesaran :
 Ikan bersirip :
- Kerapu bebek / Kerapu tikus
Menggunakan lebih dari 2 unit KJA, dengan ketentuan
bahwa 1 unit = 4 kantong masing-masing berukuran 3 x
3 x 3 m3/kantong, kepadatan antara 300 – 500 ekor per
kantong
- Kerapu lainnya
Menggunakan lebih dari 4 unit KJA dengan ketentuan
bahwa 1 unit = 4 kantong masing-masing berukuran 3 x
3 x 3 m3/kantong, kepadatan antara 300 – 500 ekor per
kantong
- Kakap putih dan beronang serta ikan lainnya
Menggunakan lebih dari 10 unit KJA dengan ketentuan
bahwa 1 unit = 4 kantong masing-masing berukuran 3 x
3 x 3 m3/kantong, kepadatan antara 300 – 500 ekor per
kantong
 Rumput laut :
- Menggunakan metode Lepas Dasar : Lebih dari 8 unit
dengan ketentuan bahwa 1 unit = 100 x 5 m2
- Menggunakan metode Rakit apung : Lebih dari 20 unit
dengan ketentuan bahwa 1 unit = 20 rakit dan 1 rakit
berukuran 5 x 2,5 m2
- Menggunakan metode Longline : Lebih dari 2 unit
dengan ketentuan bahwa 1 unit berukuran 1 Ha
 Teripang :
- Menggunakan lebih dari 5 unit teknologi kurungan
pagar (penculture) dengan luas lahan 400 m 2/unit
 Kerang hijau :
- Menggunakan rakit apung lebih dari 30 unit dengan
ketentuan bahwa 1 unit = 4 x 4 m 2
- Menggunakan rakit tancap lebih dari 30 unit dengan
ketentuan bahwa 1 unit = 4 x 4 m 2

Pos wasbud 2010


28
- Menggunakan Longline lebih dari 10 unit dengan ukuran
100 meter
 Abalone :
-
Menggunakan kurungan pagar (penculture) lebih dari 30
unit dengan ketentuan 1 unit = 10 x 2 x 0,5 m 3
- Menggunakan KJA (mata jaring 5 mm), lebih besar dari
60 unit dengan ketentua bahwa ukuran jaring adalah ; 1
x 1 x 1 m3

2.7 Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI).


Surat keterangan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di negara
asal yang menerangkan antara lain : nama jenis/varietas (nama ilmiah dan
nama dagang) ikan, ukuran, jumlah dan asal ikan, nama dan alamat
produsen, lokasi budidaya, serta silsilah ikan khusus untuk ikan hasil
budidaya, atau lokasi/tempat ikan ditangkap bagi ikan liar atau ikan hasil
tangkapan.

2.8 Rekomendasi Pemasukan Ikan ke dalam Wilayah Negara republik


Indonesia

(1) Surat keterangan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perikanan


Budidaya atau pejabat yang ditunjuk, yang memberikan persetujuan
pemasukan jenis atau varietas ikan yang tercantum di dalamnya.

(2) Setiap pemasukan ikan jenis atau varietas baru ke dalam wilayah
negara RI harus melalui pengujian layak edar pasca karantina, yang
meliputi pengujian ekologis, biologis, dan sosial ekonomi.

2.9 Jenis Ikan berbahaya

Jenis ikan berbahaya adalah jenis ikan tertentu yang berasal dari luar
wilayah Negara RI yang dapat merugikan dan/atau membahayakan
kelestarian sumberdaya ikan, lingkungan dan manusia, sehingga dilarang
masuk ke dalam wilayah Negara RI.

2.10 Obat Ikan Ilegal dan Dilarang

(1) Obat Ikan Ilegal


Obat ikan ilegal adalah semua jenis obat ikan yang belum memiliki
nomor pendaftaran

Pos wasbud 2010


29
(2) Obat Ikan yang Dilarang
Obat ikan yang dilarang penggunaannya sesuai dengan Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.20/MEN/2003 tentang
klasifikasi obat ikan.

2.11 Pakan Ikan

(1) Pakan ikan adalah pakan alami maupun pakan buatan yang
dipergunakan dalam proses pembudidayaan ikan.

(2) Pakan ikan yang diedarkan di wilayah RI wajib didaftarkan

(3) Produsen atau importir pakan ikan yang memperoleh sertifikat


bertanggung jawab atas mutu pakan ikan yang beredar, dan wajib
mencantumkan nomor pendaftaran pada label atau wadah.

Pos wasbud 2010


30
BAB 3
PELAKSANAAN PENGAWASAN USAHA BUDIDAYA

3.1 Prosedur Pengawasan Usaha Budidaya


1. Setiap petugas pengawas perikanan yang akan melakukan pemeriksaan
terhadap obyek pemeriksaan wajib:
a. Memakai seragam dinas pengawas perikanan;
b. Menunjukan tanda identitas pengawas perikanan atau surat
perintah tugas dari atasan langsung petugas pengawas perikanan.
2. Sebelum petugas melakukan pemeriksaan terlebih dahulu
memberitahukan kepada pemilik/ pengurus atau penanggung jawab
usaha budidaya bahwa akan dilakukan pemeriksaan;

3. Setiap petugas Pengawas Perikanan yang akan melakukan


pemeriksaan, hanya memeriksa obyek yang terkait dengan tugasnya
dan didampingi oleh pemilik / pengurus atau penanggung jawab obyek
pemeriksaan;

4. Setiap petugas pengawas perikanan yang akan melakukan pemeriksaan


wajib tertib, sopan dan mematuhi ketentuan standar yang ada dilokasi
obyek pemeriksaan;

5. Setiap petugas Pengawas Perikanan, dilarang menerima uang atau


barang sebagai imbalan pemeriksaan atau yang dapat mempengaruhi
atau terkait dengan hasil pemeriksaan.

3.2 Pemeriksaan Usaha Budidaya Ikan

1. Pengawas Perikanan wajib memiliki data dasar usaha budidaya ikan


meliputi nama perusahaan, Alamat perusahaan, izin usaha, jenis usaha
budidaya

2. Berdasarkan data usaha tersebut, Pengawas Perikanan wajib


melakukan pemeriksaan:
a. Dokumen perizinan;
b. Jenis usaha pembudidayaan ikan;
c. Jenis kegiatan usaha budidaya;

Pos wasbud 2010


31
d. Jenis ikan yang dibudidayakan;
e. Luas lahan/perairan/titik koordinat budidaya;
f. Lokasi budidaya;
g. Pakan ikan;
h. Obat ikan/bahan kimia;
3. Terhadap hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada butir 2
dituangkan ke dalam form Hasil Pemeriksaan Usaha Pembudidayaan
Ikan (HPUPI) dan menganalisis guna mengetahui hasil pemeriksaan:

a. Kesesuaian Jenis usaha pembudidayaan ikan, kegiatan usaha


budidaya, ikan yang dibudidayakan, luas lahan/perairan/titik
koordinat dan lokasi budidaya dengan yang tercantum dalam SIUP;

b. Kesesuaian penggunaan pakan dengan daftar merk/nama


perusahaan pakan ikan yang diperbolehkan sebagaimana daftar
registrasi merk/nama perusahaan yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya.

c. Kesesuaian penggunaan obat ikan/bahan kimia/bahan biologi


dengan daftar obat ikan/bahan kimia yang diperbolehkan
sebagaimana tercantum dalam Buku Indeks Obat Ikan yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

3.3 Evaluasi dan Pelaporan HPUPI

Setiap Pengawas Perikanan yang melakukan kegiatan pengawasan usaha


budidaya ikan wajib melaporkan hasil pengawasannya kepada Kepala satuan
unit kerjanya. Satuan unit kerja melakukan rekapitulasi pelaporan HPUPI
dan hasil pengawasan lainnya untuk selanjutnya dilaporkan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada UPT Pengawasan SDKP yang
membawahinya setiap bulan pada tanggal 10.

1. Metode Kerja
Metode kerja yang digunakan adalah dengan melakukan pengumpulan
data hasil penerbitan HPUPI pada UPT dan Satker PSDKP seluruh
Indonesia. Hasil pengumpulan selanjutnya dilakukan rekapitulasi
sesuai form evaluasi penerbitan HPUPI untuk mengetahui kesesuaian
Usaha Budidaya Ikan dengan yang tercantum dalam izin. Hasil evaluasi
akan digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan bidang
pengawasan dan pengendalian Usaha Budidaya ikan.

Pos wasbud 2010


32
2. Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi penerbitan HPUPI akan dilaksanakan setiap 3 bulan (triwulan)
oleh Tim Evaluasi Penerbitan HPUPI yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Pengawasan Sumberdaya Perikanan.
3. Hasil Evaluasi
Berdasarkan pelaksanaan evaluasi yang telah dilaksanakan terhadap
hasil penerbitan HPUPI didapat temuan sebagai berikut:
a. Jumlah Unit Usaha Budidaya yang melakukan operasi sesuai
tercantum dalam izin.
b. Jumlah Unit Usaha Budidaya yang melakukan operasi tidak sesuai
tercantum dalam izin.
4. Kendala dan Permasalahan
Dalam pelaksanaan evaluasi penerbitan HPUPI perlu dilaporkan kendala
dan permasalahan yang dihadapi.
5. Rekomendasi dan Tindak Lanjut

a. Berdasarkan hasil evaluasi, terdapat pelaku usaha budidaya yang


perlu diberikan apresiasi karena melakukan operasi sesuai dengan
ketentuan.

b. Berdasarkan hasil evaluasi, terdapat pelaku usaha budidaya yang


perlu diberikan teguran karena melakukan operasi tidak sesuai
dengan ketentuan.

c. Apabila telah dilakukan teguran tetapi masih belum taat terhadap


peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perikanan
budidaya, maka dilaporkan kepada Direktur Jenderal untuk
selanjutnya merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal Teknis
terkait untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

d. Kepada UPT/Satker PSDKP yang tidak rutin melaporkan penerbitan


HPUPI setiap bulan, perlu diberikan surat peringatan.

Pos wasbud 2010


33
BAB 4
IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI USAHA BUDIDAYA

4.1 Pelaksanaan Identifikasi dan Verifikasi Usaha Budidaya Ikan


1. Untuk memperoleh data dalam rangka pengendalian usaha Budidaya
Ikan dilakukan kegiatan identifikasi dan verifikasi usaha budidaya ikan.
2. Identifikasi dan verifikasi usaha budidaya ikan dilakukan terhadap
perusahaan budidaya yang memperoleh SIUP dari Pusat maupun
Daerah baik perusahan PMA, PMDN dan Swasta Nasional.
3. Format Identifikasi dan Verifikasi
(1.) Format identifikasi dan verifikasi usaha budidaya ikan
Nama Perusahaan :

Alamat :

Penanggung Jawab :

Nomor SIUP :

Tanggal SIUP :

Jenis Perusahaan :

Sistem Budidaya :

Jenis Usaha :

Pembudidayaan ikan
Jenis Kegiatan Usaha :

No Nama Perusahaan No. SIUP/ Masa Jenis Jenis ikan yang Luas lahan/ Lokasi
Titik
Berlaku Kegiatan dibudidayakan usaha
koordinat
usaha

Pos wasbud 2010


34
An. Pemilik/
Penanggung jawab, Petugas Pelaksana,

Catatan : ……………, ………………………….


Mengetahui,

NIP.

4. Pelaksanaan identifikasi dan verifikasi usaha budidaya ikan dilakukan


dengan prosedur sebagai berikut:

(1) Memberitahukan kepada perusahaan yang akan diverifikasi bahwa


akan dilakukan verifikasi terhadap perusahaan tersebut.

(2) Pengawas Perikanan mendatangi perusahaan yang akan


diverifikasi dan dilengkapi dengan tanda pengenal atau surat
perintah tugas untuk melakukan verifikasi.

(3) Pemeriksaan harus disaksikan oleh Pemilik/penanggung jawab


perusahaan yang diperiksa;

(4) Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti, cepat,


tidak terjadi kehilangan, kerusakan, dan tidak menyalahi prosedur
pemeriksaan;

(5) Setiap petugas Pengawas Perikanan, dilarang menerima uang


atau barang sebagai imbalan pemeriksaan atau yang dapat
mempengaruhi atau terkait dengan hasil pemeriksaan.

(6) Dalam pelaksanaan verifikasi usaha budidaya ikan harus dilakukan


secermat mungkin. Hal – hal yang perlu diverifikasi antara lain
meliputi:
a. dokumen perizinan perikanan (SIUP Asli),
b. maupun dokumen lainnya.

5. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan, Pengawas Perikanan


menuangkan dalam form hasil verifikasi dan identifikasi dan membuat
analisa hasil verifikasi untuk ditindak lanjuti :

Pos wasbud 2010


35
(1) sebagai bahan rekomendasi ke pimpinan.

(2) Apabila hasil identifikasi dan verifikasi sesuai ketentuan maka


Pengawas Perikanan membuat surat yang menyatakan bahwa
usaha budidaya tersebut telah dilakukan verifikasi oleh Pengawas
Perikanan dan hasil verifikasi sesuai ketentuan yang berlaku;

(3) Apabila hasil verifikasi dan identifikasi terdapat ketidak sesuaian


maka:

a. Pengawas Perikanan memerintahkan Pemilik/Penanggung


jawab perusahaan untuk melengkapi dokumen yang belum
lengkap sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Dalam hal pihak Pemilik/Penanggung jawab perusahaan


budidaya tidak melengkapi dokumen sebagaimana butir a
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, maka selanjutnya
dilaporkan kepada Direktur Jenderal untuk selanjutnya
merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal teknis terkait
untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Pos wasbud 2010


36
BAB 5
MEKANISME PEMERIKSAAN

Urutan mekanisme pemeriksaan seperti yang ditampilkan pada Gambar 1. adalah


sebagai berikut :

1. Pengawas mendatangi lokasi usaha, dengan Surat Perintah Tugas, antara lain
berisi tujuan operasi pengawasan, nama personil yang terdiri dari Pengawas
Perikanan yang bertugas, serta daerah operasi pengawasan. Surat Perintah
Tugas tersebut ditanda tangani oleh Kepala instansi yang bersangkutan
(Direktur Jenderal P2SDKP atau Kepala UPT PSDKP dari pengawas yang
bersangkutan).

2. Pemeriksaan Kelengkapan dan Keabsahan Surat/Dokumen Perizinan serta


masa berlaku dokumen perizinan (SIUP).

3. Bila dokumen Lengkap dan Absah, maka langkah selanjutnya langsung ke


urutan no. 4, bila tidak, langsung ke urutan no. 8.

4. Pemeriksaan obyek pengawasan, bila obyek pengawasan (lahan/titik


koordinat pembudidayaan laut, payau dan air tawar, Penggunaan obat ikan,
Penggunaan Pakan, Jenis ikan yang dibudidayakan, tidak sesuai dengan
peraturan, dilakukan langkah ke no. 5, bila sesuai, maka dilakukan ke langkah
no. 6.

5. Pengujian kesesuaian obyek pengawasan dengan ketentuan yang telah


ditetapkan (UU, KepMen, PerMen), bila nyata adanya pelanggaran, maka
dilanjutkan ke langkah no. 9, bila tidak, maka dilanjutkan langkah no. 7.

6. Dilakukan Teguran secara tertulis (a) sampai dengan Penghentian Sementara


Operasional Budidaya (b).

7. Klarifikasi, dalam hal dijumpai kecurigaan ijin usaha diduga palsu maka
dilakukan klarifikasi tertulis hasil operasi pengawasan kepada Ditjen P2SDKP.

8. Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan, serah terima Barang Bukti dan Laporan
Kejadian.

9. Koordinasi Instansi terkait Pengawasan (Ditjen Budidaya).

Pos wasbud 2010


37
10. Pencabutan ijin.

11. Terdapat dugaan pelanggaran dilakukan klarifikasi atau Pengawas Perikanan


merekomendasikan Penyidikan.

(1)
Pengawas mendatangi lokasi usaha
Pembudidayaan ikan

(2)
Pemeriksaan Kelengkapan dan Keabsahan Surat/
Dokumen Perijinan Di Kantor Lapangan

(3) (4)
Tidak Lengkap dan Absah Ya Pemeriksaan obyek
pengawasan
(8)
Klarifikasi Standar

Bukti Tidak Hasil


Kuat/Cukup Pemeriksaan
sesuai

(9)
Buat Berita Acara Pemeriksaan, (6)
Nyata Pengujian Sesuai
Serah terima Barang Bukti dan
Laporan Kejadian

Tidak Nyata
(10)
Koordinasi Instansi terkait
Pengawasan

(11) (12) (7 a) (7 b)
Pencabutan Penyidik Teguran Penghentian
izin dan proses tertulis Sementara
hukum Operasional
Budidaya

Gambar 1. Mekanisme Pelaksanaan Pemeriksaan

Pos wasbud 2010


38
BAB 6
TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN

6.1 Analisis dan Klarifikasi

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan akan dapat diketahui apakah


unit pembudidayaan ikan tersebut telah mematuhi peraturan yang berlaku atau
telah melakukan pelanggaran tindak pidana perikanan. Untuk pembudidayaan ikan
yang telah sesuai dan mematuhi peraturan akan dibuatkan Berita Acara
Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pengawas Perikanan dan manager/
penanggung jawab yang diperiksa. Apabila ada pemeriksaan lagi terhadap unit
pembudidayaan ikan tersebut, dengan status sudah pernah diperiksa sebelumnya
dan dinyatakan lengkap, maka unit pembudidayaan ikan tersebut dapat
melanjutkan kegiatannya tanpa dilakukan pemeriksaan.

Sedangkan untuk pembudidayaan ikan yang diduga melakukan tindak


pidana pelanggaran, maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai prosedur
pemeriksaan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.

Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan dilakukan analisis ada tidaknya


penyimpangan yang selanjutnya diklasifikasikan dan dilakukan verifikasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Pembinaan;

(2) Teguran tertulis;

(3) Pengusulan pencabutan izin;

(4) Penyidikan dan proses penegakan hukum.

Apabila dari muatan dan hasil analisis data/informasi/fakta di lapangan tidak


menunjukkan adanya indikasi pelanggaran tindak pidana atau hanya sebatas
pelanggaran administrasi dan teknis operasional, petugas pengawas di daerah
dapat menindaklanjuti dengan proses pengambilan keputusan tindakan lapangan
dengan berkoordinasi kepada koordinator pengawas dan menyampaikan laporan ke
pusat atau mengambil langkah/tindakan sendiri sepanjang masih berada dalam

Pos wasbud 2010


39
kewenangan yang diberikan sebagaimana tertera dalam Surat Perintah Tugas yang
diberikan Koordinator Pengawas.

6.2 Tindak Lanjut Pengawasan

Apabila dari muatan dan hasil analisis data/informasi/fakta ditemui indikasi


pelanggaran tindak pidana perikanan. Pengambilan keputusan dan pelaksanaan
proses penindakan selanjutnya ditentukan di tingkat pusat. Dalam hal ini petugas
pengawas diwajibkan untuk menyampaikan laporan, informasi hasil pengawasan
kepada koordinator pengawas untuk selanjutnya ditindak lanjuti oleh koordinator
pengawas melalui penyampaian laporan kejadian yang ditujukan ke Penyidik PPNS
dan Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Pos wasbud 2010


40
BAB 7
PENUTUP

Demikian Prosedur Operasional Standar Pengawasan Usaha Budidaya Ikan


disusun untuk menjadi bahan acuan bagi Pengawas Perikanan dalam
melaksanakan tugas pengawasan.

Pos wasbud 2010


41
Lampiran 3. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Nomor : KEP 294/ DJ-PSDKP/2010
tentang Prosedur Operasional Standar
(Pos) Pengawasan Sumberdaya
Perikanan

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

PENGAWASAN

PENGAWASAN PENGOLAHAN, PENGANGKUTAN


DAN PEMASARAN IKAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
2010
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PENGAWASAN PENGOLAHAN, PENGANGKUTAN
DAN PEMASARAN IKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk melaksanakan pengawasan, telah ditetapkan tenaga Pengawas Perikanan
sesuai Keputusan Direktur Jenderal PSDKP nomor: KEP.187/DJ-PSDKP/V/2010 dan dalam
pelaksanaan pengawasan telah dibuat petunjuk teknis sesuai dengan Keputusan Direktur
Jenderal P2SDKP nomor: KEP.042/DJ-P2SDKP/2008 tentang Petunjuk Teknis Operasional
Pengawasan Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran Ikan. Sebagai tindak lanjut
pelaksanaan petunjuk teknis maupun dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengawasan,
perlu dibuat Prosedur Operasional Standar (POS) yang dapat dipedomani oleh Pengawas
Perikanan dalam melaksanakan kegiatan pengawasan.

1.2 Maksud dan Tujuan


a. Maksud Pembuatan POS

POS ini dibuat dengan maksud agar setiap Pengawas Perikanan mempunyai acuan
atau pedoman yang standar dalam melaksanakan kegiatan pengawasan.

b. Tujuan Pembuatan POS


Dengan dibuatnya POS, diharapkan ada peningkatan kinerja Pengawas Perikanan
dalam melaksanakan kegiatan pengawasan.

1.3 Landasan Hukum

1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.04/MEN/2006 tentang Unit


Pelaksana Teknis Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.18/MEN/2006 tentang Skala
Usaha Pengolahan Hasil Perikanan;
3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.01/MEN/2007 tentang
Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.05/MEN/2008 tentang
Usaha Perikanan Tangkap sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomo: PER.12/MEN/2009

Pos P3 2010
43
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.28/MEN/2009 tentang
Sertifikat Hasil Tangkapan ikan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan 722/Menkes/ Per/IX/1988 tentang
Bahan Tambahan Makanan.
7. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: KEP.42/MEN/2003 tentang
Persyaratan Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup;
8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.21/Men/2004 tentang
Sistem Pengawasan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan untuk Pasar Uni Eropa;
9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.16/MEN/2006 tentang
Penetapan Tempat-tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama
dan Penyakit Ikan Karantina;
10. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/2007 tentang
Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi;
11. Keputusan Dirjen P2SDKP Nomor: KEP.042/DJ-P2SDKP/2008 tentang Petunjuk
Teknis Operasional Pengawasan Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran Ikan;
12. Keputusan Dirjen PSDKP Nomor: KEP.187/DJ-P2SDKP/2010 tentang Penetapan
Pengawas Perikanan pada Unit Pelaksana Teknis, Satuan Kerja dan Pos
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Pos P3 2010
44
BAB 2

PENGERTIAN

Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan:

1. Pengawas Perikanan adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di bidang perikanan
yang diangkat dan ditunjuk oleh Menteri Kelautan dan Perikanan atau pejabat
yang ditunjuk, untuk melakukan kegiatan pengawasan perikanan.

2. Pengolahan adalah rangkaian kegiatan dan atau perlakuan dari bahan baku ikan
sampai menjadi produk akhir untuk menjadi konsumsi manusia.

3. Unit Pengolahan Ikan yang selanjutnya disebut UPI adalah tempat yang digunakan
untuk mengolah hasil perikanan, baik yang dimiliki perorangan, atau badan
hukum.

4. Hasil Perikanan adalah ikan termasuk biota perairan lainnya yang ditangani
dan/atau diolah dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar, ikan
beku dan olahan lainnya yang digunakan untuk konsumsi manusia dan/atau bahan
lainnya.

5. Produk Perikanan adalah setiap bentuk produk pangan berupa ikan utuh atau
produk yang mengandung bagian ikan, termasuk produk yang sudah diolah
dengan cara apapun yang berbahan baku utama ikan;

6. Laboratorium adalah laboratorium yang ditunjuk untuk dan atas nama Direktur
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan sebagai otoritas kompeten,
untuk menerbitkan sertifikat kesehatan di bidang mutu dan keamanan hasil
perikanan.

7. Hazard Analisis Critical Control Point yang selanjutnya disebut HACCP adalah
sistem manajemen keamanan pangan yang mendasarkan kesadaran bahwa dapat
timbul pada tahap-tahap proses, namun dapat dikendalikan melalui tindakan
pencegahan dan pengendalian titik-titik kritis.

8. Sertifikat Kelayakan Pengolahan yang selanjutnya disebut SKP adalah sertifikat


yang diberikan kepada UPI yang telah menerapkan Good Manufactaring Practice
(GMP) serta memenuhi persyaratan Standard Sanitation Operating Procedure
(SSOP) dan Good Hygiene Practices (GHP) sesuai dengan standar dan regulasi dari
Otoritas Kompeten.

9. Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) di Bidang Karantina Ikan adalah dokumen


resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina atau pejabat yang berwenang
di Negara asal atau transit yang menyatakan bahwa media pembawa yang
tercantum didalamnya tidak tertular hama dan penyakit ikan karantina dan/atau
hama dan penyakit ikan yang disyaratkan.

Pos P3 2010
45
10. Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) di Bidang Mutu dan Keamanan hasil
Perikanan adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh laboratorium yang ditunjuk oleh
pemerintah dan ditandatangani oleg Pengawas Mutu yang menyatakan bahwa
ikan dan hasil perikanan telah memenuhi persyaratan jaminan mutu dan
keamanan untuk konsumsi manusia.

11. Sertifikat Hasil Tangkapan (Catch Certificate) adalah surat keterangan yang
dikeluarkan oleh Kepala Pelabuhan Perikanan yang ditunjuk oleh Otoritas
Kompeten yang menyatakan bahwa hasil tangkapan ikan bukan dari kegiatan
Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUU Fishing ).
12. Surat izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disingkat SIUP adalah izin tertulis
yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan
dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut.

13. Surat Persetujuan Muat yang selanjutnya disingkat (SPM) adalah dokumen resmi
yang ditandatangani petugas karantina di tempat pengeluaran, yang menyatakan
bahwa media pembawa setuju untuk dimuat keatas alat angkut.

14. Surat Pelepasan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas
karantina yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum didalamnya
tidak tertular atau bebas dari hama dan penyakit ikan karantina;

15. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan
dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

16. Menteri adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan.

17. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan.

Pos P3 2010
46
BAB 3
PELAKSANAAN PENGAWASAN PENGOLAHAN,
PENGANGKUTAN DAN PEMASARAN IKAN

A. Prosedur Pengawasan

1. Setiap petugas pengawas perikanan yang akan melakukan pemeriksaan


terhadap obyek pemeriksaan wajib:
a. Memakai seragam dinas pengawas perikanan;
b. Menunjukan tanda identitas pengawas perikanan atau surat perintah
tugas dari atasan langsung petugas pengawas.

2. Sebelum petugas pengawas melakukan pemeriksaan lapangan terlebih dahulu


memberitahukan melalui surat/telepon kepada Perusahaan atau penanggung
jawab obyek pemeriksaan bahwa akan dilakukan pemeriksaan;

3. Setiap petugas pengawas yang akan melakukan pemeriksaan, hanya


memeriksa obyek pengawasan yang terkait dengan tugasnya dan didampingi
oleh pengurus atau penanggung jawab perusahaan;

4. Setiap petugas pengawas yang akan melakukan pemeriksaan wajib tertib,


sopan dan mematuhi ketentuan standar yang ada dilokasi obyek
pemeriksaan;

5. Setiap petugas pengawas, dilarang menerima uang atau barang sebagai


imbalan dari hasil pemeriksaan atau yang dapat mempengaruhi atau terkait
dengan hasil pemeriksaan.

B. Wilayah Pengawasan

Pengawasan pengolahan, pengangkutan dan pemasaran dilakukan di:

1. Unit Pengolahan Ikan, Penanganan ikan, Lokasi pengumpul;


2. Bandar Udara, Pelabuhan Laut/Sungai, Pelabuhan Penyeberangan, Pelabuhan
Perikanan, dan Wilayah Perbatasan;
3. Kapal penangkap/pengangkut ikan yang melakukan pengolahan ikan.

C. Verifikasi Usaha Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran.

(1.) Untuk memperoleh data dalam rangka pengawasan usaha pengolahan,


pengangkutan dan pemasaran dilakukan kegiatan verifikasi usaha
pengolahan, pengangkutan dan pemasaran.

Pos P3 2010
47
(2.) Verifikasi usaha pengolahan ikan dilakukan terhadap perusahaan
pengolahan ikan, baik yang memiliki kapal perikanan maupun tidak memiliki
kapal perikanan.

(3.) Untuk memperoleh data dalam rangka usaha perikanan tangkap terpadu
bagi perusahaan penangkapan ikan (kategori orang/badan hukum asing,
swasta nasional pemilik kapal pengadaan luar negeri, dan swasta nasional
pemilik kapal total 2000 GT) melakukan kemitraan dengan unit pengolahan
ikan.

(4.) Pelaksanaan verifikasi dilakukan sebagai berikut:

a. Memberitahukan melalui surat/telpon kepada perusahaan yang akan


diverifikasi bahwa akan dilakukan verifikasi terhadap perusahaan tersebut.

b. Pengawas Perikanan mendatangi perusahaan yang akan diverifikasi dan


dilengkapi dengan tanda pengenal atau surat perintah tugas untuk
melakukan verifikasi.

c. Pemeriksaan harus disaksikan oleh Pemilik/Penanggung jawab


perusahaan;

d. Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti, cepat, tidak terjadi
kehilangan, kerusakan, dan tidak menyalahi prosedur pemeriksaan;

e. Setiap petugas Pengawas Perikanan, dilarang menerima uang atau barang


sebagai imbalan dari hasil pemeriksaan atau yang dapat mempengaruhi
atau terkait dengan hasil pemeriksaan.

f. Pengawas Perikanan wajib melakukan pemeriksaan, meliputi:

(1) Kelengkapan Dokumen

a. SIUP;
b. SKP;
c. Sertifikat PMMT/HACCP

(2) Bahan
a. Bahan baku;
b. Bahan tambahan makanan;
c. Bahan penolong dan/atau alat yang membahayakan kesehatan
manusia dalam melaksanakan penanganan dan pengolahan ikan;

(3) Kapasitas UPI dan Asal Bahan Baku


a. Kapasitas terpasang UPI;
b. Asal bahan baku dari kapal tangkapan milik sendiri (jumlah kapal
penangkap, nama kapal, alat tangkap);

Pos P3 2010
48
c. Asal bahan baku dari hasil kerjasama dengan perusahaan
penangkapan ikan (surat perjanjian kerjasama dengan perusahaan
penangkap ikan yang disyahkan dengan akte notaris);

(4) Produksi Hasil Perikanan


a. Jumlah produk;
b. Jenis ikan;
c. Jenis produksi

(5.) Form Hasil Verifikasi/Pemeriksaan Usaha Pengolahan, Pengangkutan dan


Pemasaran

1. Pengawas Perikanan menuangkan hasil pemeriksaan pada butir 4f


tersebut di atas ke dalam form Hasil Pemeriksaan Usaha Pengolahan,
Pengangkutan dan Pemasaran dan menganalisis guna mengetahui :

a. Kesesuaian dokumen SIUP dengan fisik Unit Pengolahan Ikan dan


masa berlaku;
b. Kesesuaian SKP dengan fisik dan masa berlaku;
c. Kesesuaian produk akhir dengan ikan hasil tangkapan dan alat
penangkap ikan yang digunakan;
d. Kesesuaian kapasitas terpasang UPI dengan jumlah ikan hasil
perjanjian kerjasama penangkapan ikan;

2. Terhadap hasil analisis pada butir 5(1) tersebut diatas digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan:

a. Daya tampung produksi perikanan dengan jumlah ikan (hasil


perjanjian kerjasama penangkapan ikan) sesuai atau tidak sesuai
dengan kapasitas UPI yang terpasang;
b. SIUP, SKP sudah habis masa berlaku;
c. Pengawas perikanan menyampaikan rekomendasi kepada pemberi izin
untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(6.) Mekanisme Verifikasi Usaha Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran


(lampiran 7).

(7.) Tindak Lanjut Hasil Verifikasi/Pemeriksaan

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan, Pengawas Perikanan


menuangkan dalam form hasil pemeriksaan usaha pengolahan,
pengangkutan dan pemasaran dan membuat analisa sebagai bahan
rekomendasi ke pimpinan.

(1) Apabila hasil verifikasi sesuai ketentuan maka Pengawas Perikanan


membuat surat yang menyatakan bahwa UPI tersebut telah dilakukan

Pos P3 2010
49
verifikasi oleh Pengawas Perikanan dan hasil verifikasi sesuai ketentuan
yang berlaku;

(2) Apabila hasil verifikasi terdapat ketidak sesuaian maka:

a. Pengawas Perikanan memerintahkan Pemilik/Penanggungjawab UPI


untuk melengkapi dokumen yang belum lengkap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

b. Dalam hal pihak Pemilik/Penanggungjawab UPI tidak melengkapi


dokumen sebagaimana butir 2a dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, maka selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal
untuk selanjutnya merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal
teknis terkait untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

D. Pengawasan Usaha Pengolahan Ikan Skala Kecil

1. Untuk memperoleh data dalam rangka pengawasan bahan baku, bahan


tambahan makanan, yang membahayakan kesehatan manusia dalam
melaksanakan penanganan dan pengolahan ikan dilakukan kegiatan
pengawasan usaha pengolahan ikan skala kecil.

2. Pengawasan usaha pengolahan ikan skala kecil dilakukan terhadap


pemilik/pelaku usaha pengolahan ikan skala kecil, baik yang memiliki kapal
perikanan maupun tidak memiliki kapal perikanan

3. Pelaksanaan pengawasan dilakukan sebagai berikut:

a. Memberitahukan melalui surat/telpon kepada pemilik/pelaku usaha ikan


skala kecil bahwa akan dilakukan pengawasan terhadap usaha
pengolahan hasil perikanan, dalam hal pemeriksaan bersifat insfeksi
mendadak maka harus dilengkapi surat perintah tugas.

b. Pengawas Perikanan mendatangi pelaku usaha dan dilengkapi dengan


tanda pengenal atau surat perintah tugas untuk melakukan pengawasan
terhadap usaha tersebut;

c. Pemeriksaan harus disaksikan oleh Pemilik/Pelaku usaha tersebut;

d. Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti, cepat, tidak


terjadi kehilangan, kerusakan, dan tidak menyalahi prosedur
pemeriksaan;

e. Setiap petugas Pengawas Perikanan, dilarang menerima uang atau


barang sebagai imbalan dari hasil pemeriksaan atau yang dapat
mempengaruhi atau terkait dengan hasil pemeriksaan;

f. Pengawas Perikanan wajib melakukan pemeriksaan, meliputi:

Pos P3 2010
50
(1) Kelengkapan Dokumen
a. SIUP atau surat keterangan terdaftar di dinas/instansi.
b. SKP

(2) Bahan
a. Bahan baku;
b. Bahan tambahan makanan;
c. Bahan penolong dan/atau alat yang membahayakan kesehatan
manusia dalam melaksanakan penanganan dan pengolahan ikan;

(3) Kapasitas, Asal Bahan Baku dan hasil produksi


a. Kapasitas terpasang;
b. Produk hasil perikanan;
c. Mengambil contoh dan/atau bahan yang diperlukan untuk
keperluan pengujian laboratorium.

4. Form Hasil pengawasan usaha pengolahan ikan skala kecil

(1) Pengawas Perikanan menuangkan hasil pemeriksaan pada butir 3f


tersebut di atas ke dalam form Hasil Pemeriksaan usaha pengolahan ikan
skala kecil dan menganalisis guna mengetahui hasil pemeriksaan :

a. Kesesuaian dokumen SIUP atau surat keterangan terdaftar di


dinas/instansi dengan fisik Unit Pengolahan Ikan dan masa berlaku;
b. Kesesuaian produk akhir dengan bahan baku, bahan tambahan
makanan, yang membahayakan kesehatan manusia;

(2) Terhadap hasil analisis pada butir 4(1) tersebut diatas digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan:
a. SIUP sudah habis masa berlaku/ terdaftar ;
b. Pengawas perikanan menyampaikan rekomendasi kepada pemberi izin
untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Mekanisme pengawasan usaha pengolahan ikan skala kecil (lampiran 8)

6. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan


Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, Pengawas Perikanan
menuangkan dalam form pemeriksaan usaha pengolahan ikan skala kecil dan
membuat analisa hasil pemeriksaan sebagai bahan rekomendasi ke
pimpinan.

(1) Apabila hasil pemeriksaan usaha pengolahan ikan skala kecil sesuai
ketentuan maka Pengawas Perikanan membuat surat yang menyatakan
bahwa usaha pengolahan ikan skala kecil tersebut telah dilakukan
pemeriksaan oleh Pengawas Perikanan dan hasil sesuai ketentuan yang
berlaku;

(2) Apabila hasil pemeriksaan terdapat ketidak sesuaian maka:

Pos P3 2010
51
a. Pengawas Perikanan memerintahkan Pemilik/Pelaku untuk
melengkapi dokumen yang belum lengkap sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

b. Dalam hal pihak Pemilik/Penanggungjawab tidak melengkapi


dokumen sebagaimana butir 2a dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, maka selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal
untuk selanjutnya merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal
teknis terkait untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

c. Dalam hal contoh ikan (sample) dan/atau bahan yang diperlukan


untuk keperluan pengujian laboratorium menunjukan bahwa hasil uji
laboratorium mengandung bahan berbahaya, maka selanjutnya
pengawas perikanan merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal
teknis terkait untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

E. Pengawasan Pengangkutan dan Pemasaran/Keluar

1. Untuk memperoleh data dalam rangka pengawasan pengangkutan dan


pemasaran/keluar baik domestik maupun luar negeri di pelabuhan atau
pintu-pintu keluar hasil perikanan dilakukan kegiatan Pengawasan
pengangkutan dan pemasaran/keluar.

2. Pengawasan usaha pengangkutan dan pemasaran/keluar dilakukan terhadap


pemilik/pelaku usaha yang akan mengangkut dan memasarkan hasil
perikanan baik domestik maupun ke luar negeri.

3. Pelaksanaan Pengawasan Pengangkutan dan Pemasaran/Keluar dilakukan


sebagai berikut :

a. Pengawas Perikanan mendatangi pelaku usaha dan dilengkapi dengan


tanda pengenal untuk pengawasan pengangkutan dan pemasaran/keluar
hasil perikanan.

b. Pemeriksaan harus disaksikan oleh Pemilik/Penanggung jawab


perusahaan;

c. Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti, cepat, tidak


terjadi kehilangan, kerusakan, dan tidak menyalahi prosedur
pemeriksaan;

d. Setiap petugas Pengawas Perikanan, dilarang menerima uang atau


barang sebagai imbalan dari hasil pemeriksaan atau yang dapat
mempengaruhi atau terkait dengan hasil pemeriksaan.

Pos P3 2010
52
e. Pengawas Perikanan wajib melakukan pemeriksaan:

A. Keluar Internasional/Ekspor

(1) Kelengkapan Dokumen

a. Sertifikat Kesehatan di Bidang Karantina Ikan;


b. Sertifikat Kesehatan di Bidang Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan;
c. Surat Persetujuan Muat (SPM);
d. Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI);
e. Setifikat Hasil Tangkapan khusus ke UE

(2) Fisik
a. Jumlah ikan
b. Jenis ikan
c. Jenis produk

B. Keluar Domestik

(1) Kelengkapan Dokumen

a. Sertifikat Kesehatan khusus ikan hidup


b. Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI);

(2) Fisik

a. Jumlah
b. Jenis Ikan
c. Jenis Produk

4. Form Hasil pengawasan pengangkutan dan Pemasaran/Keluar Hasil


Perikanan
(1) Pengawas Perikanan menuangkan hasil pemeriksaan pada butir 3e ke
dalam form Hasil Pemeriksaan Pengangkutan dan Pemasaran dan
menganalisis guna mengetahui hasil pemeriksaan:

a. Kesesuaian dokumen
b. Kesesuaian jumlah dan jenis ikan antara dokumen dengan fisik;

(2) Terhadap hasil analisis pada butir 4(2) digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan:

a. Jumlah dan jenis ikan tidak sesuai antara dokumen dengan fisik;
b. Pengawas perikanan menyampaikan rekomendasi kepada otoritas
kompeten yang menerbitkan sertifikat kesehatan ikan untuk
memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Mekanisme Pengawasan pengangkutan dan pemasaran/keluar Hasil


Perikanan (lampiran 9)

Pos P3 2010
53
6. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, Pengawas Perikanan


menuangkan dalam form pemeriksaan pengawasan pengangkutan dan
pemasaran/keluar masuk hasil perikanan dan membuat analisa hasil
pemeriksaan sebagai bahan rekomendasi ke pimpinan.

1. Apabila hasil pemeriksaan sesuai ketentuan, maka Pengawas Perikanan


memberikan form hasil pemeriksaan pengangkutan dan
pemasaran/keluar hasil perikanan yang menyatakan bahwa perusahaan
tersebut telah dilakukan pemeriksaan oleh Pengawas Perikanan dan
hasil sesuai ketentuan yang berlaku;

2. Apabila hasil pemeriksaan terdapat ketidak sesuaian maka:

a. Pengawas Perikanan memerintahkan Pemilik/Penanggungjawab


untuk melengkapi dokumen yang belum lengkap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

b. Dalam hal pihak Pemilik/Penanggungjawab tidak melengkapi


dokumen sebagaimana butir 2a dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, maka selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal
untuk selanjutnya merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal
teknis terkait untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

c. Dalam hal Jumlah dan jenis ikan tidak sesuai, maka selanjutnya
pengawas perikanan merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal
teknis terkait untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

F. Pengawasan Pemasukan Hasil Perikanan/impor

1. Untuk memperoleh data dalam rangka pengawasan pemasukan hasil


perikanan/impor di pelabuhan atau pintu-pintu masuk hasil perikanan
dilakukan kegiatan Pengawasan pemasukan hasil perikanan/impor.

2. Pengawasan pemasukan hasil perikanan/impor dilakukan terhadap


pemilik/pelaku usaha yang akan memasukan hasil perikanan ke dalam
wilayah negara Indonesia.

3. Pelaksanaan pengawasan pemasukan hasil perikanan/impor dilakukan


sebagai berikut :

a. Pengawas Perikanan mendatangi pelaku usaha dan dilengkapi dengan


tanda pengenal untuk pengawasan pemasukan hasil perikanan/impor.

b. Pemeriksaan harus disaksikan oleh Pemilik/Penanggung jawab


perusahaan;

Pos P3 2010
54
c. Pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti, cepat, tidak
terjadi kehilangan, kerusakan, dan tidak menyalahi prosedur
pemeriksaan;

d. Setiap petugas Pengawas Perikanan, dilarang menerima uang atau


barang sebagai imbalan dari hasil pemeriksaan atau yang dapat
mempengaruhi atau terkait dengan hasil pemeriksaan.

e. Pengawas Perikanan wajib melakukan pemeriksaan:

A. Pemasukan Hasil Perikanan/Impor

(1) Kelengkapan Dokumen

a. Sertifikat Kesehatan yang diterbitkan oleh pejabat yang


berwenang di Negara Asal dan Negara Transit;;

b. Sertifikat Pelepasan yang diterbitkan oleh petugas karantina;

c. Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI) yang diterbitkan oleh


pejabat yang berwenang di Negara Asal;

(2) Fisik
a. Jumlah
b. Jenis Ikan
c. Jenis Produk

B. Pemasukan Domestik

(1) Kelengkapan Dokumen

a. Sertifikat Kesehatan yang diterbitkan oleh karantina;


b. Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI) dari pejabat yang
berwenang di daerah asal;

(2) Fisik

a. Jumlah
b. Jenis Ikan
c. Jenis Produk

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir (1) dan (2) berlaku


pula bagi pemasukan hasil perikanan dari suatu area ke area lainnya
di dalam wilayah negara Republik Indonesia.

4. Form Hasil pengawasan pemasukan hasil perikanan/impor

(1) Pengawas Perikanan menuangkan hasil pemeriksaan pada butir 3e ke


dalam form Hasil Pemeriksaan pemasukan hasil perikanan/impor dan
menganalisis guna mengetahui hasil pemeriksaan:

Pos P3 2010
55
a. Kesesuaian dokumen
b. Kesesuaian jumlah dan jenis ikan antara dokumen dengan fisik;

(2) Terhadap hasil analisis pada butir 4(2) digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan:

a. Jumlah dan jenis ikan tidak sesuai antara dokumen dengan fisik;
b. Pengawas perikanan menyampaikan rekomendasi kepada otoritas
kompeten yang menerbitkan sertifikat kesehatan ikan untuk
memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Mekanisme Pengawasan pemasukan hasil perikanan/impor (lampiran 9)

6. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, Pengawas Perikanan


menuangkan dalam form pemeriksaan pemasukan hasil perikanan/impor dan
membuat analisa hasil pemeriksaan sebagai bahan rekomendasi ke
pimpinan.

(1) Apabila hasil pemeriksaan sesuai ketentuan, maka Pengawas Perikanan


memberikan form hasil pengawasan pemasukan hasil perikanan/impor
yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut telah dilakukan
pemeriksaan oleh Pengawas Perikanan dan hasil sesuai ketentuan yang
berlaku;

(2) Apabila hasil pemeriksaan terdapat ketidak sesuaian maka:

a. Pengawas Perikanan memerintahkan Pemilik/Penanggungjawab


untuk melengkapi dokumen yang belum lengkap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

b. Dalam hal pihak Pemilik/Penanggungjawab tidak melengkapi


dokumen sebagaimana butir 2a dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, maka selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal
untuk selanjutnya merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal
teknis terkait untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

c. Dalam hal Jumlah dan jenis ikan tidak sesuai, maka selanjutnya
pengawas perikanan merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal
teknis terkait untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Pos P3 2010
56
BAB 4
PELAPORAN

Seluruh hasil pengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Perikanan dilaporkan kepada
Kepala Pangkalan/Stasiun/Satuan Kerja Pengawasan SDKP yang selanjutnya secara
hierarki dilanjutkan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan - Kementerian Kelautan dan Perikanan atau Dinas Kelautan dan Perikanan.

MEKANISME PEMERIKASAAN

Lampiran 1. :
Tabel Prosedur Verifikasi Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran

No. Prosedur yang ditempuh UPI Mekanisme Pengawasan

1. Pengawas Perikanan mengirimkan


pemberitahuan rencana dilakukan
verifikasi, bahan-bahan (dokumen)
yang dimintakan dan form isian ke
UPI.
2. UPI wajib menyiapkan bahan yang
diminta dan mengisi form isian
3. Penanggung jawab UPI menyerahkan Pengawas Perikanan memeriksa
dokumen perizinan dan sertifikat kepada dokumen perizinan (SIUP), Sertifikat
Pengawas Perikanan. Kelayakan Pengolahan (SKP),
Sertifikat PMMT/ HACCP), dokumen
pendukung lainnya

Bila dokumen perizinan lengkap


4. Pengawas Perikanan membuat surat
yang menyatakan bahwa UPI tersebut
telah dilakukan verifikasi oleh
Pengawas Perikanan dan hasil
verifikasi sesuai ketentuan yang
berlaku
Bila dokumen perizinan tidak lengkap
5 b. Pengawas Perikanan memerintah-
kan Pemilik/Penanggungjawab UPI
untuk melengkapi dokumen yang
belum lengkap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Dalam hal pihak Pemilik/
Penanggungjawab UPI tidak

Pos P3 2010
57
melengkapi dokumen dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan, maka
selanjutnya dilaporkan kepada
Direktur Jenderal untuk selanjutnya
merekomendasikan kepada
Direktorat Jenderal teknis terkait
untuk memberikan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
6. Hasil Pemeriksaan - Pengawas Perikanan meminta
tanda tangan penanggung jawab
UPI/Pelaku usaha pada Hasil
Pemeriksaan sesuai tanggal
dilaksanakannya pemeriksaan.
- Pengawas Perikanan menanda
tangani Hasil Pemeriksaan sebagai
bahan hasil pemeriksaan.

Pos P3 2010
58
Lampiran 2. :
Tabel Prosedur Pengawasan Usaha Pengolahan Ikan Skala Kecil

No. Prosedur yang ditempuh Mekanisme Pengawasan

Pemberitahuan ke UPI Pengawas Perikanan mengirimkan pemberitahuan


1.
Skala Kecil dalam bentuk SPT
2. Pengawas mendatangi Pengawas Perikanan meminta dokumen perizinan dari
lokasi usaha UPI Skala penanggung jawab UPI Skala Kecil
Kecil

3. Penanggung jawab UPI Pengawas Perikanan memeriksa dokumen perizinan


menyerahkan dokumen dari penanggung jawab UPI Skala Kecil
perizinan dan sertifikat
kepada Pengawas
Perikanan

Bila dokumen perizinan sesuai


4. Pengawas Perikanan membuat surat yang menyatakan
bahwa pelaku usaha skala kecil tersebut telah dilakukan
pemeriksaan oleh Pengawas Perikanan dan hasil sesuai
ketentuan yang berlaku.
Bila dokumen perizinan tidak sesuai
5. a. Pengawas Perikanan memerintahkan Pemilik/
Penanggungjawab untuk melengkapi dokumen yang
belum lengkap sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Dalam hal pihak Pemilik/Penanggungjawab tidak
melengkapi dokumen dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, maka selanjutnya dilaporkan kepada
Direktur Jenderal untuk selanjutnya
merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal teknis
terkait untuk memberikan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
6. Form Hasil Pemeriksaan - Pengawas Perikanan meminta tanda tangan
penanggung jawab UPI/Pelaku usaha pada Hasil
Pemeriksaan/Pengawasan Ikan Skala Kecil sesuai
tanggal dilaksanakannya pemeriksaan.
- Pengawas Perikanan menandatangani Hasil
Pemeriksaan/Pengawasan Ikan Skala Kecil sebagai
bahan hasil pemeriksaan.

Pos P3 2010
59
7. Tes uji bahan berbahaya Pengawas Perikanan mengambil contoh ikan dan/atau
bahan yang diperlukan untuk keperluan pengujian
laboratorium.
8. Hasil uji laboratorium UPI Skala Kecil dapat melanjutkan produksi
tidak mengandung bahan
berbahaya
9. Hasil uji laboratorium Dalam hal contoh ikan dan/atau bahan yang diperlukan
mengandung bahan untuk keperluan pengujian laboratorium menunjukan
berbahaya bahwa hasil uji laboratorium mengandung bahan
berbahaya, maka selanjutnya dilaporkan kepada
Direktur Jenderal untuk selanjutnya merekomendasikan
kepada Direktorat Jenderal teknis terkait untuk
memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Pos P3 2010
60
Lampiran 3. :
Tabel Prosedur Pengawasan Keluar Masuk Hasil Perikanan

No. Prosedur yang ditempuh Mekanisme Pengawasan

1. Pengawas perikanan Pengawas Perikanan meminta dokumen perizinan


mendatangi pelaku pengangkutan dan pemasaran
usaha
2. Pelaku usaha Pengawas Perikanan memeriksa dokumen perizinan:
menyerahkan dokumen - Sertifikat Kesehatan di Bidang Karantina Ikan
perizinan kepada - Sertifikat Kesehatan di Bidang Mutu dan Keamanan
Pengawas Perikanan Hasil Perikanan
- Surat Persetujuan Muat (SPM)
- Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI)
- Sertifikat Hasil Tangkapan/Catch Certificate (CC)

Bila dokumen perizinan tidak lengkap

3. Pengawas Perikanan meminta pelaku usaha


melengkapi dokumen perijinan ke instansi terkait

Bila dokumen perizinan lengkap

4. Pengawas Perikanan memeriksa kesesuaian jumlah


dan jenis ikan yang dibawa dengan dokumen perizinan

Bila jumlah dan jenis ikan yang dibawa tidak sesuai dengan dokumen perizinan

5. - Pengawas Perikanan meminta pelaku usaha


menyesuaikan dokumen perijinan dengan fisik ke
instansi terkait

- Pengawas Perikanan melaporkan hasil pemeriksaan


ke Dit. PSDP, Ditjen PSDKP

6. Bila jumlah dan jenis Pelaku usaha dapat melanjutkan kegiatan


ikan yang dibawa sesuai pengangkutan dan pemasaran
dengan dokumen
perizinan

7. Pengesahan hasil - Pengawas Perikanan meminta tanda tangan pelaku


pemeriksaan usaha pada Hasil Pemeriksaan Keluar Masuk Hasil
Perikanan
- Pengawas Perikanan menandatangani Hasil
Pemeriksaan Keluar Masuk Hasil Perikanan

Pos P3 2010
61
Lampiran 4. :
Format 1. Verifikasi Pengawasan Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran

FORM HASIL PEMERIKSAAN PENGAWASAN PENGOLAHAN DAN PENGANGKUTAN/PEMASARAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Nama UPT/Satker Pengawasan SDKP

HASIL PEMERIKSAAN

PENGAWASAN PENGOLAHAN, PENGANGKUTAN DAN PEMASARAN

DI ISI OLEH PENGAWAS PERIKANAN

Pemeriksaan Pengawasan Pengolahan, Pengangkutan dan Sesuai Izin


No. Data Pada Izin Hasil Pemeriksaan
Pemasaran Ikan (Ya/Tidak)
A. Data Umum UPI
1. Nama Perusahaan
2. Penanggung Jawab Perusahaan
3. Jenis kapal yang dimiliki (penangkap/pengangkut)
a. Penangkap (Nama & No. SIPI)
b. Pengangkut (Nama & No. SIKPI)
4. Alamat
a. Kantor Pusat
b. Unit Pengolahan Ikan
c. Telepon/ Faksimil
5. Jenis ikan yang diolah
6. Status Modal
7. Kapasitas
a. Produksi rata-rata perhari(ton/hari)
b. Gudang penyimpanan bahan baku (ton)
c. Gudang penyimpanan hasil produksi (ton)
8. Asal bahan baku
a. Tangkapan (dari perairan)
b. Budidaya (lokasi)
c. Pembelian dari Depo (alamat)
9. Bahan tambahan makanan yang dipakai
10. Pengangkutan/Pemasaran
a. Dalam Negeri (jenis & jumlah)
b. Luar Negeri (jenis, tujuan, jumlah)
11. Merk Produk
12. Jumlah Karyawan
a. Tenaga Kerja Indonesia
b. Tenaga Kerja Asing
Dokumen Unit Pengolahan Ikan, Pengangkutan dan
B
Pemasaran Ikan
1. SIUP
2. Sertifikat Kelayakan Pengolahan
3. Sertifikat PMMT / HACCP
4. Sertifikat Kesehatan untuk konsumsi manusia
5. Sertifikat Kesehatan Ikan
6. Surat Keterangan Asal Ikan/ SKAI
7. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
8. Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
Tempat dan Tanggal Pemeriksaan:

Mengetahui, Pengawas Perikanan


Penanggung Jawab UPI/Pelaku Usaha

Pos P3 2010
62
( ……………………………………………………………….. ) (
Nama dan Tanda Tangan …………………………………………
…………………….. )
Nama, NIP dan Tanda Tangan
Analisa Hasil Pemeriksaan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………….…………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………..

Pos P3 2010
63
Lampiran 5. :
Format Pemeriksaan Pengawasan Usaha Pengolahan Ikan Skala Kecil

PEMERIKSAAN PENGAWASAN
USAHA PENGOLAHAN IKAN SKALA KECIL

Sesuai
No Pemeriksaan Data Ijin Hasil Pemeriksaan
Ya/Tidak
1. Nama Perusahaan
2. Nama Pimpinan
3. Status Kepemilikan
4. Alamat
5. Telepon/ Fax/ E-Mail
6. Dokumen Perijinan
7. Tahun berdiri
8. Asal Bahan Baku
9. Jenis Ikan
10. Jenis Produk
11. Merk Produk
12. Produksi rata-rata per hari
13. Jumlah Karyawan
14. Bahan Tambahan
15. Bahan Penolong
16. Tujuan Pemasaran
17. Sarana dan Prasarana
18. Hasil Uji laboratorium

Tempat dan Tanda Tangan Pemeriksa: .........................................

Menyetujui. Pengawas Perikanan


Pemilik Perusahaan

........................................... ...........................................
NIP. ................................

Pos P3 2010
64
Lampiran 6. :
Format Pemeriksaan Pengawasan Keluar Masuk Hasil Perikanan

PEMERIKSAAN PENGAWASAN
KELUAR MASUK HASIL PERIKANAN

No Pemeriksaan Dokumen Data pada Izin Hasil Pemeriksaan Ya/Tidak


1. Nama Perusahaan
2. Nama Kapal
3. Tujuan Pemasaran
4. Sarana Angkut
5. Jenis Produk
6. Jumlah Produk
7. Merk Produk
8. Surat Keterangan Asal Ikan
9. Sertifikat Kesehatan di Bidang
Karantina Ikan;
10. Sertifikat Kesehatan di Bidang
Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan
11. Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan
12. Surat Persetujuan Muat

Tempat dan Tanda Tangan Pemeriksa: .........................................

Menyetujui. Pengawas Perikanan


Pemilik Perushaan

........................................... ...........................................
NIP. ................................

Pos P3 2010
65
Lampiran 7. :

Mekanisme Verifikasi Usaha Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran

MEKANISME VERIFIKASI
USAHA PENGOLAHAN, PENGANGKUTAN DAN PEMASARAN

SPT

KOORDINASI DINAS/
INSTANSI TERKAIT

PEMERIKSAAN UNIT PENGOLAHAN IKAN :


- DOKUMEN PERIJINAN
- BAHAN BAKU, JENIS PRODUKSI
- DLL

DUGAAN TIDAK PROSES


TINDAK PIDANA PRODUKSI UPI
YA
PERIKANAN LANJUT

PENGAWAS PERIKANAN
MELAPORKAN HASIL
PEMERIKSAAN KE DIT.
PSDP, DITJEN PSDKP

Pos P3 2010
66
Lampiran 8. :

Mekanisme pengawasan Usaha Pengolahan Ikan Tradisional

MEKANISME PENGAWASAN
USAHA PENGOLAHAN IKAN SKALA KECIL

SPT

KOORDINASI DINAS/
INSTANSI TERKAIT

PEMERIKSAAN UPI :
- DOKUMEN PERIJINAN
- BAHAN BERBAHAYA

DUGAAN TIDAK
PRODUKSI
TINDAK PIDANA UPI LANJUT
PERIKANAN
Ya

YA

PENGAWAS PERIKANAN
MELAPORKAN HASIL
PEMERIKSAAN KE DIT.
PSDP, DITJEN PSDKP

Pos P3 2010
67
Lampiran 9. :

Mekanisme Pengawasan Keluar Masuk Hasil Perikanan

MEKANISME PENGAWASAN
KELUAR MASUK HASIL PERIKANAN

SPT

KOORDINASI DINAS/
INSTANSI TERKAIT

PEMERIKSAAN PELAKU USAHA :


- DOKUMEN PERIJINAN
- JUMLAH DAN JENIS IKAN

DUGAAN TIDAK KEGIATAN


TINDAK PIDANA PENGANGKUTAN
YA LANJUT
PERIKANAN

PENGAWAS PERIKANAN
MELAPORKAN HASIL
PEMERIKSAAN KE DIT.
PSDP, DITJEN PSDKP

Pos P3 2010
68
BAB 5
PENUTUP

Demikian Prosedur Operasional Standar PENGAWASAN PENGOLAHAN,


PENGANGKUTAN DAN PEMASARAN IKAN disusun untuk menjadi bahan acuan bagi
Pengawas Perikanan dalam melaksanakan tugas pengawasan.

Pos P3 2010
69

Anda mungkin juga menyukai