Anda di halaman 1dari 18

KEPUTUSAN

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA


KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR : KEP.350/DJ-PSDKP/2011
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS MENGHENTIKAN, MEMERIKSA, MEMBAWA DAN
MENAHAN KAPAL OLEH KAPAL PENGAWAS PERIKANAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menghentikan,


memeriksa, membawa dan menahan kapal
perikanan yang diduga dan/atau patut diduga
melakukan tindak pidana di bidang perikanan
secara efektif dan efisien, dipandang perlu
adanya petunjuk teknis menghentikan,
memeriksa, membawa dan menahan kapal
perikanan;

b. bahwa Keputusan Direktur Jenderal


Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.052/DJ-
P2SDKP/2008 tentang Petunjuk Teknis
Menghentikan, Memeriksa, Membawa dan
Menahan Kapal Perikanan, belum dapat
memenuhi kebutuhan secara optimal
pengawasan dan penegakan hukum oleh kapal
pengawas perikanan sehingga perlu ditinjau
kembali;
c. bahwa untuk itu, perlu ditetapkan Petunjuk
Teknis tentang Menghentikan, Memeriksa,
Membawa dan Menahan Kapal oleh Kapal
Pengawas Perikanan dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang No 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009;
2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun
2011;
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92
Tahun 2010;

4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan


Nomor 24/MEN/2002 tentang Teknis
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan
di lingkungan Departemen Kelautan dan
Perikanan;
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.04/MEN/2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di
Bidang Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan;

6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan


Nomor PER.05/MEN/2007 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pemantauan Kapal
Perikanan;

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan


Nomor PER.07/MEN/2010 tentang Surat Laik
Operasi Kapal Perikanan;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.14/MEN/2011 tentang Usaha
Perikanan Tangkap sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.49/MEN/2011 ;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 15/MEN/2010 Organisasi dan Tata
Kerja di Lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL


PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN
PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS
MENGHENTIKAN, MEMERIKSA, MEMBAWA DAN
MENAHAN KAPAL OLEH KAPAL PENGAWAS
PERIKANAN
PERTAMA : Petunjuk Teknis Menghentikan, Memeriksa,
Membawa dan Menahan Kapal Oleh Kapal
Pengawas Perikanan adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Teknis Menghentikan, Memeriksa,


Membawa dan Menahan Kapal Oleh Kapal
Pengawas Perikanan sebagaimana dimaksud
diktum PERTAMA digunakan sebagai pedoman
bagi petugas diatas kapal pengawas perikanan
dalam menghentikan, memeriksa, membawa dan
menahan kapal yang diduga atau patut diduga
melakukan tindak pidana di bidang perikanan.

KETIGA : Dengan berlakunya Keputusan Direktur Jenderal


ini, Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan
PerikananNomor:KEP.52/DJ-P2SDKP/2008
Tentang Petunjuk Teknis Menghentikan,
Memeriksa, Membawa dan Menahan Kapal Oleh
Kapal Pengawas Perikanan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 7 Desember 2011

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER


DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

SYAHRIN ABDURRAHMAN, S.E


Lampiran: Keputusan Direktur Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan
Nomor: KEP.350/DJ-PSDKP/2011
Tentang Petunjuk Teknis
Menghentikan, Memeriksa, Membawa
dan Menahan Kapal oleh Kapal
Pengawas Perikanan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

a. Menghentikan, memeriksa, membawa dan menahan kapal oleh kapal


pengawas perikanan merupakan bagian penting dalam proses
penyidikan, sehingga perlu dilakukan penanganan dalam rangka
pengamanan sampai ke pelabuhan atau pangkalan terdekat untuk
proses penyidikan lebih lanjut.

b. Menghentikan, memeriksa, membawa dan menahan kapal oleh kapal


pengawas perikanan meliputi tata cara menghentikan kapal yang
diduga dan/atau patut diduga melakukan tindak pidana di bidang
perikanan, memeriksa setiap barang atau benda bergerak/tidak
bergerak yang digunakan untuk melakukan suatu tindak pidana
perikanan, menahan kapal perikanan bilamana terdapat cukup bukti
guna kepentingan penyidikan atau penuntutan atau peradilan dan
membawa kapal perikanan ke pelabuhan terdekat atau pangkalan
dan/atau menunggu proses selanjutnya.

c. Menghentikan, memeriksa, membawa dan menahan kapal oleh kapal


pengawas perikanan harus dilakukan secara efektif dan efesien.

d. Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, perlu disusun


Petunjuk Teknis Menghentikan, Memeriksa, Membawa dan Menahan
Kapal oleh Kapal Pengawas Perikanan.

1.2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah sebagai pedoman


bagi petugas Kapal Pengawas Perikanan dalam menghentikan,
memeriksa, membawa dan menahan kapal perikanan yang diduga
atau patut diduga melakukan tindak pidana di bidang perikanan.
b. Tujuan disusunnya petunjuk teknis ini adalah untuk kesamaan
pola pikir dan pola tindak dari petugas Kapal Pengawas Perikanan
dalam menghentikan, memeriksa, membawa dan menahan kapal
perikanan, sehingga pelaksanaan pengawasan dan penegakan
hukum di bidang perikanan dapat dilaksanakan secara benar dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Teknis Menghentikan, Memeriksa, Membawa


Dan Menahan Kapal Oleh Kapal Pengawas Perikanan meliputi:

1. prosedur penanganan tindak pidana perikanan di laut.

2. hasil pemeriksaan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan.

3. kelengkapan administrasi dan pelaporan.

1.4. Pengertian

1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan


pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan.

2. Kapal adalah kapal perikanan dan kapal lain yang merupakan


kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan
dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah yang digunakan
untuk melakukan kegiatan perikanan.

3. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung
operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan
ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan
penelitian/eksplorasi perikanan.

4. Kapal Pengawas Perikanan adalah kapal pemerintah yang diberi


tanda tertentu untuk melakukan pengawasan dan penegakan
hukum di bidang perikanan.

5. Awak Kapal Pengawas Perikanan adalah nakhoda beserta seluruh


anak buah kapal pengawas perikanan.
6. Nakhoda adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan
umum di atas kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung
jawab tertentu sesuai dengan peraturan perundang undangan yang
berlaku.

7. Anak Buah Kapal yang selanjutnya disingkat ABK adalah awak


kapal selain nakhoda atau pimpinan kapal

8. Menghentikan, memeriksa, membawa dan menahan, yang


selanjutnya disebut henrikhan adalah serangkaian tindakan dalam
rangka pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan
yang meliputi upaya menghentikan, memeriksa, membawa dan
menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan tindak
pidana di bidang perikanan di wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia.

9. Penangkapan adalah tindakan penyidik berupa pengekangan


sementara waktu kebebasan kapal untuk berlayar atau tersangka
apabila terdapat cukup bukti kuat guna kepentingan penyidikan
atau penuntutan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang
diatur oleh ketentuan peraturan perundangan.

10. Penahanan kapal perikanan yang dilakukan oleh kapal pengawas


perikanan adalah dalam rangka tindakan membawa kapal ke
pelabuhan terdekat atau pangkalan dan/atau menunggu proses
selanjutnya yang bersifat sementara.

11. Tertangkap tangan adalah tertangkapnya kapal atau seseorang


yang sedang melakukan kegiatan tindak pidana, atau dengan
segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan,atau
sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras
sebagai bukti yang menunjukan bahwa ia pelakunya.

12. Tim Pemeriksa adalah Petugas Kapal Pengawas Perikanan yang


ditunjuk berdasarkan surat perintah Nakhoda Kapal Pengawas
yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk berdasarkan
surat perintah untuk melakukan tugas pemeriksaan.

13. Barang Bukti adalah setiap barang atau benda bergerak/tidak


bergerak yang digunakan untuk melakukan suatu tindak pidana.

14. Surat Izin Penangkapan Ikan, yang selanjutnya disebut SIPI adalah
izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk
melakukan penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari SIUP.
15. Surat Izin Kapal Pengangkut ikan, yang selanjutnya disebut SIKPI
adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan
untuk melakukan pengumpulan dan pengangkutan ikan.

16. Surat Laik Operasi Kapal Perikanan, yang selanjutnya disebut SLO
adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan
telah memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan teknis
untuk melakukan kegiatan perikanan.

17. Surat Keterangan Aktivasi Transmitter yang selanjutnya disingkat


SKAT adalah dokumen tertulis yang menyatakan bahwa transmitter
SPKP pada kapal perikanan tertentu telah dipasang, diaktifkan dan
dapat dipantau pada pusat pemantauan.

18. Pungutan Hasil Perikanan yang selanjutnya disingkat PHP adalah


pungutan negara dikenakan kepada setiap orang dalam rangka
memperoleh Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), sebagai imbalan
atas kesempatan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia untuk
melakukan usaha penangkapan ikan.

19. Surat Persetujuan Berlayar yang selanjutnya disingkat SPB adalah


dokumen negara yang dikeluarkan oleh syabandar kepada setiap
kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan setelah kapal
memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan kewajiban lainnya.

20. Surat Keterangan Asal Ikan yang selanjutnya disingkat SKAI adalah
surat keterangan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di
negara asal yang menerangkan antara lain nama jenis/varietas
(nama ilmiah dan nama dagang) ikan, ukuran, jumlah, dan asal
ikan (nama dan alamat produsen, lokasi budidaya serta silsilah
ikan khusus ikan hasil budidaya, atau lokasi/tempat ikan
ditangkap bagi ikan liyar atau ikan hasil tangkapan).

21. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna


kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan ia alami
sendiri.
BAB II
FUNGSI, DAN WEWENANG KAPAL PENGAWAS PERIKANAN

2.1 Fungsi

Kapal Pengawas Perikanan mempunyai fungsi melaksanakan pengawasan


dan penegakan hukum di bidang perikanan.

2.2 Wewenang

a. Kapal Pengawas Perikanan berwenang menghentikan, memeriksa,


membawa dan menahan kapal yang diduga atau patut diduga
melakukan tindak pidana di bidang perikanan di wilayah pengelolaan
perikanan Republik Indonesia ke pelabuhan atau pangkalan
pengawas terdekat untuk proses hukum lebih lanjut.

b. Kapal Pengawas Perikanan dalam melaksanakan tugas didukung oleh


Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan dan/atau Pengawas
Perikanan.
BAB III
PROSEDUR PENANGANAN TINDAK PIDANA PERIKANAN DI LAUT

Prosedur penanganan tindak pidana perikanan di laut meliputi:


1. pendeteksian, pengenalan dan penilaian sasaran;
2. penghentian kapal perikanan;
3. pemeriksaan kapal perikanan;
4. hasil pemeriksaan.

3.1 Pendeteksian, pengenalan dan penilaian sasaran


a. Pendeteksian
Tindakan pendeteksian dilakukan berdasarkan data, informasi dan
fakta terhadap tindak pidana yang diduga atau patut diduga
tentang terjadinya tindak pidana perikanan berdasarkan informasi
yang diperoleh antara lain:
1) data/informasi intelijen;
2) analisa daerah operasi;
3) laporan/informasi dari patroli udara maritim;
4) laporan/informasi dari masyarakat;
5) laporan/informasi dari kapal lain.
b. Pengenalan
Berdasarkan hasil pendeteksian sebagaimana dimaksud huruf a,
dilakukan pengenalan dengan menggunakan sarana yang ada di
Kapal Pengawas Perikanan
c. Penilaian Sasaran
Sesuai hasil pendeteksian dan pengenalan sebagaimana dimaksud
huruf a dan huruf b, dilakukan tindakan penilaian untuk
menentukan:
1) jenis kapal;
2) tanda pengenal kapal (nama, nomor, bendera kebangsaan,
tanda selar, dan warna kapal, dan lain-lain);
3) kegiatan yang sedang dilakukan (menarik jangkar, lego jangkar,
transhipment, dan lain-lain);
4) data lain (tanggal waktu dan posisi , haluan, kecepatan kapal,
muatan kapal, dan lain-lain).
3.2 Penghentian Kapal Perikanan
Prosedur penghentian kapal perikanan meliputi:
a. penghentian terhadap kapal-kapal yang dicurigai dapat dilakukan
apabila terdapat cukup bukti atau petunjuk kuat bahwa kapal
tersebut sedang, akan atau telah melakukan tindak pidana
perikanan di wilayah perairan Indonesia.
b. sebelum melaksanakan penghentian kapal untuk keperluan
pemeriksaan, maka seluruh personel kapal pengawas harus dalam
keadaan siaga sesuai dengan pos tugas masing-masing serta
meningkatkan kewaspadaan untuk menghindari kemungkinan
bahaya yang ditimbulkan kapal terperiksa yang dapat
membahayakan keselamatan personel dan material.
c. Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan harus memastikan kesiapan dan
kesiagaan personel kapalnya dalam melaksanakan penghentian dan
pemeriksaan dengan mengambil langkah-langkah yang efektif untuk
menghindarkan personel dan anak buah kapal dari kemungkinan
bahaya yang ditimbulkan, melalui peran henrikhan.
d. dimulai dengan memberikan isyarat untuk berkomunikasi dengan
cara:
1) mengibarkan bendera “K” (pada batas cuaca yang dapat dilihat);
2) optis lampu “KKK” (pada batas cuaca yang dapat dilihat);
3) semaphore, huruf “K” (pada batas cuaca yang dapat dilihat);
4) radio komunikasi chanel 16.
e. apabila komunikasi gagal, maka perintah berhenti dapat
dilaksanakan dengan cara:
1) mengibarkan bendera untuk petunjuk “L” (pada batas cuaca
yang dapat dilihat),
2) megaphone (pada batas yang dapat didengar),
3) isyarat gauk/suling.
f. apabila permintaan untuk berkomunikasi dan perintah berhenti
menurut cara-cara diatas tidak diindahkan, maka diberikan tindakan
peringatan tembakan dimulai dari kaliber kecil sampai kaliber besar
ke arah atas.
g. jika peringatan berhenti tidak diindahkan, laksanakan tembakan ke
arah laut disekitar kapal yang percikan airnya dapat dilihat dengan
jelas dari kapal dicurigai.
h. apabila dengan peringatan tersebut kapal juga tidak berhenti dapat
diambil tindakan sebagai berikut:
1) mengarahkan tembakan ke arah badan kapal yang diperkirakan
tidak menimbulkan korban jiwa (contoh : propeller, daun kemudi
dan haluan kapal).
2) dalam hal kapal melakukan manuver yang membahayakan
Kapal Pengawas Perikanan dan/atau awak kapal, dapat
melakukan tindakan pembelaan diri secara proporsional dan
sejauh mungkin hindari jatuhnya korban.
3) bila tindakan pelumpuhan menyebabkan kapal terperiksa
tenggelam, maka terhadap ABK tersebut harus diberikan
tindakan pertolongan dengan tetap mengutamakan keamanan
dan keselamatan diri.
i. untuk kepentingan proses hukum, setiap tindakan penghentian
terhadap kapal yang diduga melakukan tindak pidana perikanan,
wajib dibuat gambar situasi penghentian kapal yang ditandatangani
oleh Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan dan Nakhoda kapal yang
tertangkap dengan diperkuat copy Peta Laut dengan pembubuhan
tanda tangan bersama (Form-05) dan pernyataan tentang posisi pada
saat terjadinya penghentian ditandatangani oleh Nakhoda kapal yang
tertangkap atau cap ibu jari sebelah kiri (Form-06).
j. tindakan pengejaran dilakukan apabila hasil penilaian terdapat
indikasi yang cukup kuat atau mencurigakan bahwa kapal yang akan
dikejar berupaya melarikan diri dari tindakan penghentian dan
pemeriksaan.
k. tindakan pengejaran kapal berbendera Indonesia dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
1) pengejaran dilakukan bilamana terdapat alasan cukup kuat
untuk mengira bahwa kapal tersebut telah melanggar peraturan
perundangan yang berlaku,
2) pengejaran dimulai terhitung sejak adanya upaya kapal untuk
melarikan diri dan tidak mengindahkan tahapan panggilan atau
perintah berhenti dan atasnya berlaku prosedur penghentian,
3) selama pengejaran berlangsung Kapal Pengawas Perikanan dapat
mengambil langkah-langkah efektif dan proporsional untuk
menghentikan kapal dari upaya meloloskan diri dengan
menggunakan senjata peluru tajam,
4) hak pengejaran berhenti segera setelah kapal yang dikejar
menunjukkan isyarat atau menunjukan tanda-tanda yang lazim
sebagai isyarat berhenti.
l. tindakan pengejaran terhadap kapal perikanan berbendera asing
dengan langkah langkah sebagai berikut:
1) jika ada alasan cukup untuk mengira bahwa kapal perikanan
tersebut telah melanggar peraturan perundang-undangan,
2) pengejaran harus dimulai pada saat kapal asing atau salah satu
dari sekocinya berada dalam perairan pedalaman, perairan
kepulauan, laut teritorial dan zona tambahan negara pengejar
dan hanya boleh diteruskan di luar laut teritorial atau zona
tambahan apabila pengejaran itu tidak terputus,
3) melakukan komunikasi dengan unsur kapal pengawas/kapal
patroli kawan tentang situasi pengejaran yang dilakukan,
4) jika diperlukan bantuan maka unsur Kapal Pengawas Perikanan
lainnya wajib memberikan bantuan pengejaran terhadap kapal
yang dicurigai tersebut,
5) hak pengejaran seketika berhenti segera setelah kapal yang
dikejar memasuki laut teritorial negaranya sendiri atau negara
lain.
m. untuk kepentingan proses hukum, setiap tindakan penghentian
terhadap kapal yang diduga dan/atau patut diduga melakukan
tindak pidana perikanan, wajib dibuat gambar situasi pengejaran
kapal yang ditandatangani oleh Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan
dan Nakhoda kapal yang tertangkap dengan diperkuat copy peta laut
yang ditandatangani bersama dan pernyataan tentang posisi pada
saat terjadinya pengejaran ditandatangani atau membubuhkan cap
ibu jari sebelah kiri oleh Nakhoda kapal perikanan yang terperiksa
(Form-06).
3.3 Pemeriksaan Kapal
Setelah kapal dihentikan maka dilaksanakan tindakan:
a. melaksanakan peran pemeriksaan.
b. atas perintah komandan, kapal yang diperiksa merapat ke Kapal
Pengawas Perikanan atau sebaliknya.
c. dalam keadaan tertentu dapat menggunakan sekoci untuk merapat
ke kapal yang diperiksa atau sekoci kapal yang diperiksa merapat ke
Kapal Pengawas Perikanan (harus melaksanakan pengawasan
terhadap kapal yang dicurigai tersebut pada jarak aman).
d. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemeriksaan di laut:
1) Tim pemeriksa harus menggunakan seragam identitas yang jelas
dan dilengkapi surat perintah.
2) pemeriksaan harus disaksikan oleh Nakhoda atau anak buah
kapal yang diperiksa.
3) pemeriksaan harus dilakukan secara tertib, tegas, teliti, cepat,
tidak terjadi kehilangan, kerusakan dan tidak menyalahi
prosedur pemeriksaan.
4) selama pemeriksaan, Tim Pemeriksa harus selalu berkomunikasi
dengan kapal pemeriksa.
e. dokumen yang harus ada di atas kapal pada saat pemeriksaan:
1) kapal penangkap ikan:
a) SIPI asli;
b) tanda bukti pelunasan PHP asli bagi kapal perikanan
berukuran di atas 30 GT;
c) sticker barcode asli bagi kapal perikanan berukuran di atas
30 GT;
d) SLO asli;
e) SPB asli;
f) SKAT asli;
2) kapal pengangkut ikan:
a) SIKPI asli;
b) tanda bukti pelunasan PHP asli bagi kapal perikanan
berukuran di atas 30 GT;
c) sticker barcode asli bagi kapal perikanan berukuran di atas
30 GT;
d) SLO asli;
e) SPB asli;
f) SKAT;
g) SKAI dan/atau dokumen PEB, Sertifikat Kesehatan Untuk
Konsumsi Manusia, apabila tidak dalam satu kesatuan
usaha dan/atau apabila melakukan ekspor ikan.
f. pemeriksaan kapal perikanan oleh kapal pengawas perikanan meliput
kesesuaian:
1) dokumen kapal perikanan pasal 7 ayat 5 huruf (a) dan (b)
maupun dokumen lainnya seperti:
a) pelayaran: SPB, daftar anak buah kapal, sertifikat
kelayakan kapal, sijil Awak Kapal;
b) keimigrasian: Dasuskim, IMTA, Passport,
c) kepabeanan: Cargo Manivest, PEB;
2) fisik kapal perikanan (ukuran kapal, volume palkah, spesifikasi
mesin, kelengkapan navigasi, dan identifikasi kapal);
3) alat tangkap yang digunakan (ukuran, bahan dan jenis alat
tangkap);
4) alat bantu penangkapan ikan (winch, line hauler, power block,
squidn jigging dll);
5) hasil tangkapan dan asal ikan (ukuran, jenis/species ikan yang
dilarang, daerah operasi, dan pelabuhan muat);
6) nakhoda dan anak buah kapal perikanan (sertifikat, daftar ABK);
7) penerapan VMS (tanggal dan jam).
3.4 Hasil Pemeriksaan
Dokumen yang harus dibuat setelah selesai pemeriksaan adalah:
a. pembuatan berita acara pemeriksaan kapal (Form-03).
b. membuat surat pernyataan tertulis yang ditandatangani Nakhoda
kapal perikanan yang diperiksa yang menerangkan tentang
pernyataan keadaan muatan kapal (Form 03A), pernyataan hasil
pemeriksaan kapal (Form 03B), dan pernyataan hasil pemeriksaan
dokumen/surat-surat kapal (Form-03C) yang isinya menerangkan
bahwa pemeriksaan berjalan dengan tertib tidak terjadi kekerasan,
kerusakan atau kehilangan.
c. membuat surat pernyataan tertulis yang ditandatangani Nakhoda
kapal yang diperiksa yang menerangkan tentang hasil pemeriksaan
dokumen/surat-surat kapal (Form-03C) dengan menyebutkan tempat
dan waktu.
d. mencatat dalam buku jurnal kapal yang diperiksa berisi:
1) kapan dan dimana posisi kapal diperiksa,
2) pendapat tentang hasil pemeriksaan secara garis besar,
3) perintah yang diberikan,
4) perwira pemeriksa menandatangani hasil pemeriksaan pada jurnal
kapal dibubuhi stempel kapal pemeriksa.
e. dalam hal buku jurnal kapal tidak ada, agar Nakhoda membuat surat
pernyataan tentang tidak adanya buku jurnal kapal.

BAB IV
TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN DAN PELAPORAN

4.1 Bukti atau Petunjuk

a. Jika dari hasil pemeriksaan tidak terdapat bukti atau petunjuk yang
kuat adanya tindak pidana, selanjutnya:

1) kapal segera dibebaskan/diizinkan melanjutkan pelayaran.

2) dalam buku jurnal pelayaran dicatat waktu dan posisi/koordinat


pelaksanaan pemeriksaan oleh Kapal Pengawas Perikanan.

3) meminta pernyataan tertulis dari nakhoda kapal yang diperiksa


dengan dibubuhi tanda tangan bahwa pada saat melakukan
pemeriksaan tidak terjadi tindakan kekerasan, kerusakan dan
kehilangan dokumen, kerusakan dan kehilangan muatan.

b. Jika dari hasil pemeriksaan terdapat bukti atau petunjuk yang kuat
telah terjadi tindak pidana, maka:

1) Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan menyatakan kepada


Nakhoda kapal terperiksa bahwa telah terjadi tindak pidana
perikanan serta dijelaskan secara singkat tentang jenis tindak
pidana yang dilakukan dalam bentuk Laporan Kejadian yang
ditandatangani Pelapor dan Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan
(Form-01) serta kapalnya tidak diizinkan melanjutkan pelayaran
dan selanjutnya dibawa ke pangkalan/pelabuhan yang
ditentukan.

2) meminta kepada Nakhoda kapal perikanan terperiksa untuk


membuat dan menanda tangani pernyataan tentang peta
posisi/koordinat atau gambar situasi penghentian dan/atau
pengejaran.
3) Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan melakukan tindakan
pelumpuhan alat navigasi dan alat komunikasi.

4) Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan mengeluarkan surat


perintah untuk membawa kapal tangkapan ke
pangkalan/pelabuhan yang telah ditentukan untuk proses
pemeriksaan/penyidikan lebih lanjut.

4.2 Cara Membawa Kapal

a. Tindakan membawa dan menahan dilakukan dalam rangka


membawa kapal ke pelabuhan atau pangkalan untuk proses lebih
lanjut yang bersifat sementara dengan cara sebagai berikut:

1) di adhock,

2) dikawal,

3) digandeng/ditunda.

b. Tindakan membawa dan menahan kapal dengan cara di adhock,


sebagai berikut :

1) Nakhoda kapal pengawas menerbitkan Surat Perintah Adhock


(Form-06) kepada Nakhoda kapal tersangka, untuk membawa
sendiri kapalnya ke pangkalan/pelabuhan sesuai yang
diperintahkan.

2) alat bukti surat/dokumen dan benda-benda yang mudah


dipindahkan diamankan di Kapal Pengawas Perikanan.

3) dapat ditempatkan petugas atau tanpa petugas.

4) perintah adhock hanya diberikan terhadap kapal perikanan


berbendera Indonesia yang diyakini tidak melarikan diri.

5) surat adhock dibuat rangkap tiga, satu untuk tersangka, satu


untuk instansi yang dituju, dan satu untuk arsip di Kapal
Pengawas Perikanan.

c. Tindakan membawa dan menahan kapal dengan cara dikawal,


sebagai berikut:

1) Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan menerbitkan Surat


Perintah Membawa Kapal (Form-09).
2) kapal tangkapan tetap dibawa oleh Nakhoda dan ABK-nya
menuju pelabuhan yang telah ditetapkan.

3) Kapal Pengawas Perikanan melakukan pengawalan pada jarak


yang aman.

4) dapat ditempatkan petugas atau tanpa petugas di atas kapal


tangkapan.

5) alat bukti surat/dokumen dan benda-benda yang mudah


dipindahkan diamankan di Kapal Pengawas Perikanan.

6) sebagian ABK dari kapal yang dikawal dapat dipindahkan ke


Kapal Pengawas Perikanan.

d. Tindakan membawa dan menahan kapal dengan cara


digandeng/ditunda, sebagai berikut:

1) dalam hal kapal perikanan yang diperiksa mengalami


kerusakan/tidak bisa jalan dengan kekuatan sendiri dapat
digandeng/ditunda/ditarik oleh Kapal Pengawas Perikanan.

2) sebagian ABK kapal tangkapan dapat dipindahkan ke Kapal


Pengawas Perikanan dan menempatkan petugas di atas kapal
yang dikawal.

3) apabila kapal mengalami kerusakan berat dan kemungkinan


besar akan tenggelam serta upaya penyelamatan kapal tidak
memungkinkan, maka seluruh ABK yang dikawal dipindahkan
ke Kapal Pengawas Perikanan sebagai upaya pertolongan.

e. Surat perintah dan berita acara membawa kapal atau adhock ke


pelabuhan/pangkalan, bilamana diperlukan dapat dibuat dalam
dua bahasa (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk
kapal berbendera asing).

f. Hal-hal khusus

1) dalam hal kapal tangkapan mengalami kerusakan berat dan


cuaca buruk dan atau menimbulkan bahaya bagi tersangka
(Nakhoda, ABK dan tim) sehingga kapal tersebut tidak
memungkinkan untuk ditunda, maka kapal dapat
ditenggelamkan.

2) membuat berita acara penenggelaman dengan menyebutkan


alasan serta posisi tenggelamnya.
3) memindahkan seluruh tersangka dari kapal tangkapan ke
kapal pengawas dan ditempatkan di ruangan khusus serta
menempatkan petugas jaga. Tersangka dilarang membawa
barang-barang/bungkusan, kecuali pakaian yang dipakai.

4.3 Pelaporan Hasil Pemeriksaan

Setiap Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan wajib segera melaporkan


kepada Direktur Jenderal PSDKP c.q. Direktur Kapal Pengawas melalui
Pusat Pengendali Operasi (Pusdal) menggunakan perangkat komunikasi
yang tercepat pada kesempatan pertama atas hasil henrikhan terhadap
kapal perikanan yang diduga atau patut diduga melakukan tindak
pidana perikanan dengan mengacu pada Form 17.

BAB V
KELENGKAPAN ADMINISTRASI

5.1 Kelengkapan administrasi pemberkasan awal hasil Henrikhan


sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Laporan Kejadian (Form 01).
b. Surat Perintah Pemeriksaan Kapal (Form 02).
c. Berita Acara Pemeriksaan Kapal (Form 03) Saksi dari Kapal
Pengawas Minimal 2 (dua) orang.
d. Pernyataan Keadaan Muatan Kapal (Form 03A).
e. Pernyataan Keadaan Hasil Pemeriksaan Kapal (Form 03B).
f. Pernyataan Hasil Pemeriksaan Dokumen/Surat-Surat Kapal (Form
03B).
g. Gambar Situasi Pengejaran dan Penghentian (Form 04).
h. Pernyataan Tentang Posisi Pada Saat Terjadinya Pengejaran dan
Penghentian (Form 05).
i. Surat Perintah Adhock (Form 06).
j. Surat Perintah Penangkapan (Form 07).
k. Berita Acara Penangkapan (Form 08).
l. Surat Perintah Membawa Kapal (Form 09).
m. Berita Acara Tentang Tindakan Membawa Kapal (Form 10).
n. Daftar Adanya Tersangka dan ABK Non Justitia (Form (11).
o. Daftar Adanya Barang Bukti (Form 12).
p. Berita Acara Serah Terima Tersangka dan Barang Bukti (Form 13).
q. Tanda Terima Pelumpuhan Alat Navigasi dan Komunikasi (Form 14).

5.2 Setelah pemeriksaan selesai, maka dilakukan serah terima tersangka


dan/atau barang bukti kepada PPNS Perikanan di tempat tujuan kawal
atau adhock atau digandeng, dengan membuat surat pengantar
penyerahan barang bukti dan tersangka.

BAB VII

PENUTUP

Petunjuk Teknis ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila
terjadi perubahan sesuai perkembangan dan kebutuhan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 7 Desember 2011

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA


KELAUTAN DAN PERIKANAN

SYAHRIN ABDURRAHMAN

Anda mungkin juga menyukai