Anda di halaman 1dari 56

KORELASI TINGGI SELANGKANGAN TERHADAP ASPEK ERGONOMI

SEPEDA, STUDI KASUS PADA PENGENDARA SEPEDA TANPA NYERI


PUNGGUNG BAWAH

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran
Universitas Gajah Mada

Disusun Oleh :
M ZHAFRAN AYYASY
12/333118/KU/15103

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018

i
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa hasil penelitian yang disusun sebagai skripsi
penulis dengan judul “ Korelasi Tinggi Selangkangan terhadap Aspek Ergonomi Sepeda,
Studi Kasus Pada Pengendara Sepeda Tanpa Nyeri Punggung Belakang” ini merupakan
hasil karya penulis dan bukan merupakan tiruan karya orang lain. Skripsi ini tidak memuat
hasil karya yang pernah ditujukan untuk memperoleh derajat sarjana di Universitas Gadjah
Mada maupun universitas lain. Adapun hasil penelitan terfahulu yang termuat dalam skripsi
ini telah dicantumkan sebagai sitasi dan dimasukkan kedalam daftar pustaka. Apabila di
kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka hal ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis.

Yogyakarta, Januari 2018

Penulis ,

M Zhafran Ayyasy

12/333118/ku/15103

iii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

nikmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul

“Korelasi Tinggi Selangkangan terhadap Aspek Ergonomi Sepeda, Studi Kasus Pada

Pengendara Sepeda Tanpa Nyeri Punggung Belakang” dengan baik dan dapat

menyelesaikanya dengan tepat waktu. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. dr. Santosa Budiharjo, M.Kes., PA(K), selaku dosen pembimbing materi yang telah

dengan sabar dan ikhlas membimbing penulis dan memberikan pengetahuan,

nasihat, dan motivasi selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan naskah

skripsi selesai.

2. dr. Ch. Tri Nuryana, M.Kes., selaku dosen pembimbing metodologi yang telah

dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

3. DR. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM., Selaku dosen penguji yang telah

banyak memberikan masukan bermanfaat kepada penulis.

4. Kedua orang tua penulis, ayahanda dr. Efran Saputra, MARS dan ibunda dr.

Wardah Suhaili, Sp.OG, serta kakak penulis dr. Atsilah Ulfah, dan adik penulis M.

Fayyadh Khair Abassy, yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih saying

iv
yang tak henti-hentinya sehingga penulis mampu bertahan sampai saat

menyelesaikan skripsi ini

5. Bella Amelia Sefilla Ahmad, S.Ked yang selalu menjadi sumber semangat dan

sumber energy positif, serta selalu mendengar keluh kesah penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. dr. Saga Malela Aria Sabara dan Mario yang selalu setia memberikan masukan,

strategi, dan menemani penulis mengerjakan skripsi begadang sampai pagi.

7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya baik secara

langsung ataupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengapresiasi

kritik dan saran dari para pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Januari 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii

PRAKATA .............................................................................. iv

DAFTAR ISI .............................................................................. vi

DAFTAR TABEL .............................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x

INTISARI ............................................................................. xi

ABSTRACT ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang ............................................................................. 1

I.B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

I.C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

I.D. Keaslian Penelitian ............................................................................. 4

I.E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6

II.A.1. Sport Injury ............................................................................. 6

II.A.2. Sepeda Ergonomis ………………………............................. 7

II.A.2.a. Ukuran Rangka ………………………............................. 8

II.A.2.b. Pelana ………………………......................................... 8

II.A.2.c. Posisi Tubuh Bagian Atas …………………….................... 9

vi
II.A.2.d. Lebar Kemudi ………………...................................... 10

II.A.2.e. Jarak Tempuh dan Frekuensi …………................................... 11

II. A. 2. f. Medan Tempuh ………………………………………….. 11

II.A.3. Low Back Pain ………………….. .................................. 11

II.B. Landasan Teori ………………………………...................................... 14

II.C. Kerangka Teori ………………………...................................... 15

II.D. Hipotesis …………………………….......................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN

III.A. Rancangan Penelitian …………………………….............................. 17

III.B. Populasi dan Subjek ………………………….................................. 17

III.C. Materi Penelitian ………………………….................................. 18

III.D. Waktu dan Tempat Penelitian ……………….......................... 19

III.E. Alat dan Bahan Penelitian ……………………….......................... 19

III. F. Variabel Penelitian ……………………………………………….. 19

III.F.1. Variabel Bebas …………………….............................. 19

III.F.2. Variabel Tergantung ………………………. ........................ 19

III.G. Definisi Operasional …………………………….............................. 20

III.H. Prosedur Penelitian ………………………….................................. 20

III.I. Analisis Data ………………………………...................................... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.A. Hasil Penelitian ………………………...................................... 22

IV.A.1. Data …………………………….......................................... 22

IV.A.1.a. Tinggi Selangkangan ….…………………...................... 22

IV.A.1.b. Tinggi Pelana ……………………............................. 23

vii
IV.A.1.c. Tinggi Kemudi …………………................................. 24

IV.A.1.d. Jarak Antara Pelana dan Kemudi ………………............. 25

IV. A. 2. Korelasi Tinggi selangkangan Terhadap Aspek Ergonomis


Sepeda ……………………..……….……......................................... 25

IV. A. 2. a. Korelasi antara tinggi selangkangan terhadap tinggi pelana


sepeda ………………………............................................................ 27

IV. A. 2. b. Korelasi antara tinggi selangkangan terhadap tinggi kemudi


sepeda ………………………………………......................................... 27

IV. A. 2. c. Korelasi antara tinggi selangkangan terhadap jarak antara pelana


ke kemudi sepeda ……………………………… ............................. 28

IV.B. Pembahasan …………………………... .......................................... 28

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

V.A. Simpulan ………………………….............................................. 33

V.B. Saran ……………………………….................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ………………….............................................. 34

LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 36

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Penelitian Tentang Sepeda dan Pengendara …………………. 5

Tabel 2. Tinggi Selangkangan Berdasarkan Jenis Kelamin ………………. ... 22

Tabel 3. Tinggi Pelana Berdasarkan Jenis Kelamin …………………............. 23

Tabel 4. Tinggi Kemudi Berdasarkan Jenis Kelamin …………………............. 24

Tabel 5. Jarak Pelana Kemudi Berdasarkan Jenis Kelamin ………………..... 25

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data …………………………………………. 26

Tabel 7. Korelasi Aspek Ergonomis dengan Tinggi

Selangkangan …………………………..................................... 26

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data ………………………………………….. 38

Tabel 9. Hasil Analisis Spearman’s Rho ………………………………….. 38

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tinggi Pelana Ergonomis ………………......................... 8

Gambar 2. Posisi Pelana Ergonomis ………………......................... 9

Gambar 3. Sudut Lengan Badan Sesuai Gaya Bersepeda …………......... 9

Gambar 4. Lebar Kemudi Ergonomis ………………......................... 10

Gambar 5. Pegangan Kemudi Ergonomis ……………………................. 10

Gambar 6. Kerangka Teori ......................................................................... 15

Gambar 7. Pengukuran Tinggi Kemudi ………………………………. 39

Gambar 8. Pengukuran Jarak Pelana-Kemudi ………………………. 39

Gambar 9. Pengukuran Jarak Pelana-Kemudi ………………………. 39

x
INTISARI
Korelasi Tinggi Selangkangan Terhadap Aspek Ergonomi Sepeda, Studi Kasus Pada
Pengendara Sepeda Tanpa Nyeri Punggung Bawah
Muhammad Zhafran Ayyasy, Santosa Budiharjo2, Ch Tri Nuryana2
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
2
Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
LATAR BELAKANG: Sepeda sebagai alat transportasi, olahraga dan kendaraan
rekreasional kembali menjadi tren dunia beberapa tahun belakangan. Sebagai kendaraan yang
ekonomis dan efisien, aktifitas bersepeda juga memiliki risiko kecelakaan dan penyakit.
Salah satu faktor terpenting dalam mengendarai sepeda adalah faktor ergonomis, yaitu
keseimbangan antara sepeda, pengendara, dan lingkungan. Dalam negara berkembang
seperti di indonesia, pentingnya faktor ergonomis belum sepenuhnya disadari oleh setiap
pengendara sepeda.
TUJUAN: Untuk mengetahui korelasi antara tinggi selangkangan dengan aspek ergonomi
sepeda pada pengendara tanpa keluhan musculoskeletal.
METODE: Subjek merupakan sepeda dan pengendara sepeda tanpa keluhan
muskuloskeletal yang diperoleh dari komunitas sepeda di Yogyakarta. Sebanyak 68 sampel
diukur dari postur tubuh dan ukuran sepeda untuk menentukan korelasi antara tinggi
selangkangan pengendara dengan tinggi pelana sepeda, tinggi kemudi dan jarak antara pelana
dan kemudi sepeda. Hasil penelitian dianalisis dengan metode Spearman’s Rho.
HASIL: Terdapat korelasi positif tinggi pelana (p=0,00), tinggi kemudi (p=0,00), dan jarak
antara pelana-kemudi sepeda (p=0,00) seiring dengan tinggi selangkangan pengemudi dengan
nilai p<0,05. Kekuatan korelasi bervariasi dari moderat hingga sangat kuat.
KESIMPULAN: Terdapat korelasi positif antara tinggi selangkangan pengendara dengan
aspek ergonomi sepeda pada pengendara tanpa nyeri punggung bawah.

KATA KUNCI: Sepeda Ergonomis, Tinggi Selangkangan, Keluhan Muskuloskeletal

xi
ABSTRACT
Correlation Between Crotch Height and Bicycle Ergonomic Aspecs, Case Study in
Cyclist Without Low Back Pain
Muhammad Zhafran Ayyasy, Santosa Budiharjo2, Ch Tri Nuryana2
Medical Faculty Universitas Gadjah Mada Universitas
Yogyakarta, Indonesia
1
Student of Medical Faculty University of Gadjah Mada
2
Department of Anatomy Medical Faculty of Medicine, Public Health and Nursery
Universitas Gadjah Mada

BACKGROUND: Bicycle as transportation, sport and recreational vehicles are coming


back in the world trend in recent years. As an economical and efficient vehicle, do not make
as activity without risk of accident and disease. One of the most important factors in riding a
bike is the ergonomic factor. In developing countries like in Indonesia, the importance of
ergonomic factors has not been fully realized by every cyclist.
PURPOSE: To know the correlation between the height of the groin and the ergonomic
aspects of the bicycle on the cyclist without musculoskeletal complaints.
METHOD: The sample is a bicycle and cyclist without musculoskeletal complaints
obtained from the bicycle community in Yogyakarta. A total of 68 samples were measured
from the posture and size of the bicycle to determine the correlation between the height of the
crotch of the cyclist with the saddle height of the bike, the height of the wheel and the
distance between the saddle and the wheel of the bicycle. The results were analyzed by
Spearman's Rho.
RESULTS: There was a positive correlation in saddle height (p=0,00), steering height
(p=0,00), and the distance between the saddle and the steering of the bicycle (p=0,00) with
crotch height of the driver with a value of p <0.05. The strength of correlation varies from
moderate to very strong.
CONCLUSION: There is a positive correlation between the height of the crotch of the
cyclist and the bicycle ergonomics aspect in bicycle driver without low back pain.

KEYWORDS: Bike, Crotch Height, Musculoskeletal complaint, Ergonomic condition

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

I. A. Latar Belakang

Bersepeda telah dikenal oleh umat manusia sejak awal abad 19 di Eropa.

Pertama kali ditemukan di Jerman pada tahun 1817 dan terus berkembang sampai

sekarang. Pengguna sepeda sejak ditemukan pada awal abad XIX hingga awal abad

XX, terus meningkat drastis. Hal ini didukung oleh faktor dari harga sepeda yang

murah dan pada saat itu teknologi otomotif dunia masih terbelakang serta

diperhitungkan sebagai kendaraan yang berisiko tinggi dengan tingkat kematian yang

mengkhawatirkan. Jumlah pemakai sepeda tercatat menurun akibat adanya revolusi

industri otomotif pada awal abad XX dan terus menurun sampai pada titik terendah

pada tahun 1990-an dan kembali meningkat secara progresif akibat adanya

propaganda massal mengenai pemanasan global yang penyumbang besar utamanya

adalah asap kendaraan bermotor dunia (Fishman, et al., 2012).

Peningkatan penggunaan sepeda dalam kehidupan sehari-hari meningkatkan

angka kejadian cedera pada saat bersepeda. Cedera yang diakibatkan dapat

ditimbulkan oleh kegiatan bersepeda baik secara rekreasional maupun penggunaan

untuk olahraga. Cedera yang ditimbulkan dapat merupakan cedera akut ataupun

overuse (Muyor et al., 2011).

Salah satu aspek yang mempengaruhi cedera pengendara sepeda adalah aspek

ergonomis. Pembuatan suatu sepeda yang dipakai oleh massal haruslah

1
2

mempertimbangkan semua aspek sehingga tercipta sebuah kendaraan sepeda yang

dibutuhkan masyarakat. Kemampuan sepeda masa kini untuk disesuaikan sendiri oleh

pengendara dapat memperkecil risiko tidak ergonomisnya sepeda yang dipakai,

namun apabila pengguna sepeda tidak memahami pentingnya keseimbangan sepeda

dengan pengendara dan lingkungan, hal ini dapat memperburuk keadaan. Tidak

tercapainya suasana ergonomis dapat menyebabkan pergerakan dan posisi yang tidak

sempurna, sehingga rentan terjadi kekakuan otot, gangguan syaraf, dan kecelakaan

akibat suasana berkendara yang tidak nyaman (Kocaybiyik, 2004). Dalam penelitian

yang dilakukan di Amerika, didapatkan bahwa 62% kematian dalam bersepeda

diakibatkan oleh cedera kepala (Sacks et.al., 1989)

Cedera muskuloskeletal yang dapat dialami pengendara sepeda dikarenakan

tidak terciptanya suasana ergonomis dapat dirasakan baik secara langsung ataupun

secara perlahan-lahan (overuse). Cedera yang dialami dapat berupa Carpal Tunnel

Syndrom, kifosis, nyeri punggung bawah (Low Back Pain) atau kelainan lainnya.

Aspek ergonomis bersepeda berkaitan dengan pengendara, jenis, bentuk dan ukuran

sepeda, serta medan yang dilalui. Salah satu aspek kesesuaian antara sepeda dan

pengendara yang paling mudah dinilai adalah jarak antara rangka sepeda dengan

selangkangan. Tinggi selangkangan dipilih sebagai subjek pada penilaian ini

dikarenakan pada aspek tersebut telah mewakili beberapa aspek antropometri (tinggi

badan, lebar bahu, dan panjang kaki) (Thompson et al., 2001).


3

Di Negara Indonesia yang masih tergolong negara berkembang, aspek

ergonomis dalam bersepeda masih belum diketahui oleh seluruh pengguna sepeda.

Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitan berjudul “Korelasi

Tinggi Selangkangan Terhadap Aspek Ergonomi Sepeda, Studi Kasus Pada

Pengendara Sepeda Tanpa Nyeri Punggung Bawah”

I. B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

“Bagaimanakah korelasi tinggi selangkangan terhadap aspek ergonomi sepeda pada

pengendara tanpa nyeri punggung bawah?”.

I. C. Tujuan Penelitian

I. C. 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui korelasi

tinggi selangkangan terhadap aspek ergonomi sepeda pada pengendara sepeda tanpa

nyeri punggung bawah.


4

I. C. 2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini dilakukan adalah antara lain:

1) Mengetahui bagaimana korelasi tinggi selangkangan terhadap tinggi

pelana sepeda.

2) Mengetahui bagaimana korelasi tinggi selangkangan terhadap tinggi

kemudi sepeda.

3) Mengetahui bagaimana korelasi tinggi selangkangan terhadap jarak

antara pelana dan kemudi sepeda.

I. D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan telaah pustaka, belum ada penelitian mengenaihubungan antara

tinggi rangka sepeda dengan tinggi selangkangan pengendara sepeda pada

pengendara sepeda yang tidak mengalami nyeri punggung bawah. Namun ditemukan

beberapa penelitian yang membahas mengenai Bicycle-related injuries pada jurnal

internasional. Beberapa penelitian juga membuktikan kegiatan bersepeda dalam

mencegah beberapa penyakit, terutama penyakit jantung, musculoskeletal dan

penyakit syaraf. Perbedaan penelitian yang sudah dilakukan dengan penelitian ini

terdapat pada waktu penelitian, tempat atau lokasi penelitian, subjek dan karakteristik

subjek, serta jumlah subjek.


5

Tabel 1. Daftar Penelitan Tentang Sepeda dan Pengendara

No Peneliti Judul penelitian Metode Hasil Penelitian ini


penelitian
1. JJ Sacks, P Bicycle- Case Dari tahun 1984 Menggunakan
Holmgreen, Associated Control sampai 1988, sampel
SM Smith, Head Injuries bersepeda pesepeda yang
DM, 1989 and Deaths in menyumbang 2985 tidak memiliki
the United kematian akibat keluhan
States From cedera kepala (62% musculoskeletal.
1984 Through dari semua kematian
1988 bersepeda) dan 905
752 cedera kepala
(32% orang dengan
cedera bersepeda
dirawat di gawat
darurat)
2. Terrel A Study of Case Terdapat pengaruh Menggunakan
Robert, Bicycle Design Control signifikan antara beberapa aspek
1974 as it Affects jenis dan kekuatan ergonomi
Safety of pengereman dengan sepeda
Operation daya cengkram
pengendara

I. E. Manfaat Penelitian

I.E.1 Manfaat Bagi Masyarakat

Dapat memberikan gambaran kepada masyarakat, terutama dalam pengaturan

ergonomis sepeda yang dipakai, sehingga dapat menghindari nyeri punggung bawah

yang disebabkan oleh pemakaian sepeda.

I.E.2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Sebagai dasar bagi penelitian kedokteran olahraga, ergonomi, dan penyakit

musculoskeletal.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. A Tinjauan Pustaka

II. A. 1. Sport Injury

Sport Injury adalah hasil dari trauma akut atau beban berulang yang

berhubungan dengan aktivitas otot. Sport Injury dapat berdampak kepada tulang atau

jaringan lunak seperti ligamen, otot, dan tendon (Bahr et al, 2003).Di dalam ilmu

Sports Medicine, catastrophic injury dijelaskan sebagai cedera parah pada kepala,

vertebra, atau otak (Griffith et al., 2004).

Aktivitas berolahraga yang dapat menyebabkan sport-related injury dapat

dibedakan menjadi 2, yakni direct sport dan indirect sport. Yang dimaksud dengan

direct sport adalah kegiatan berolahraga yang mengharuskan pemainnya untuk

melakukan kontak fisik secara langsung, dan karena hal ini maka individu yang

melakukan olahraga ini memiliki kemungkinan untuk mengalami cedera relatif lebih

besar dibandingkan dengan individu yang melakukan indirect sport Contoh direct

sport adalah sepakbola, rugby, bola basket, dan sebagainya. (Thompson et al., 2001).

Indirect sport adalah olahraga yang tidak memiliki kontak langsung antar

individu dan biasanya olahraga ini tidak dibutuhkan adanya kerjasama antara peserta

dan dapat dilakukan secara berkelompok atau sendiri. Contoh dari indirect sport

adalah bersepeda, roller-skate, bulutangkis, tenis, dan sebagainya. (Thompson et al.,

2001).

6
7

Bersepeda sebagai salah satu jenis dari indirect sport yang secara teori

memiliki risiko relatif lebih kecil daripada olahraga lain yang berjenis direct sport.

Namun pada kenyataannya, bersepeda adalah olahraga penyebab kedua terbanyak

dalam menyebabkan trauma akibat olahraga setelah olahraga menunggang hewan

(Thompson et al., 2001). Faktor-faktor umum penyebab dari Bicycle-related Injuries

adalah faktor manusia (kehilangan kontrol sepeda, kecepatan tinggi), faktor

lingkungan (benda penghalang, lubang jalanan, jalan yang licin), dan faktor kondisi

sepeda yang dipakai (Segers et al., 1997).

Cedera olahraga yang umum muncul akibat bersepeda dapat dibedakan

menjadi dua, yakni acute trauma dan overuse injury. Acute trauma adalah sebuah

trauma akut yang disebabkan oleh adanya gaya kinetik seperti benturan dengan

kendaraan bermotor atau semacamnya. Trauma akut ini dapat menyebabkan luka

seperti abrasi, contusio, laceration, fraktur, strains, dan dislokasi sendi (Fillingeri et

al., 2012). Overuse injury adalah cedera akibat adanya beban berlebih pada suatu otot

akibat pemakaian berkepanjangan. Hal ini dipengaruhi dengan pengaturan bagian-

bagian tertentu sepeda seperti pedal, handle bar, dan juga pemilihan rangka sepeda

yang baik dan benar (Thompson et al., 2001).

II. A. 2. Sepeda ergonomis

Sepeda ergonomis berpengaruh terhadap trauma sepeda akibat overuse atau

pemakaian jangka panjang. Hal ini dikarenakan apabila tidak adanya kesesuaian

pengaturan sepeda terhadap tubuh pemakai, maka hal ini dapat menjadi faktor

penyebab dari overuse injury dikarenakan beban yang terpapar ke otot-otot tertentu
8

menjadi lebih besar dari seharusnya sehingga dapat menyebabkan cedera (Ronald,

2003).

Sepeda ergonomis dapat dilihat dari beberapa bagian, berikut adalah uraian

sepeda ergonomis (Thompson et al.,2001).

II. A. 2. a. Ukuran Rangka

Ukuran rangka yang ergonomis diukur melalui Jarak antara rangka dan

selangkangan, untuk ukuran rangka yang ergonomis adalah ketika pengendara berdiri

mengangkang terdapat jarak 2,54-5,12 cm (1-2 inchi) untuk sepeda sport/touring, dan

7,62-15,24 cm (3-6 inchi) untuk sepeda gunung

II. A. 2. b. Pelana

Bentuk pelana harus sejajar dengan tanah secara horizontal. Tinggi pelana

disesuaikan dengan panjang kaki, sehingga pada saat duduk di atas pelana dan kaki

pengendara berada di pedal pada posisi jam 6, kaki pengendara dalam posisi lurus,

(perhatikan Gambar 1)

Gambar 1. Tinggi Pelana Ergonomis (McGoldrick, 2009)


9

Pada saat pengendara duduk di atas pelana dan kaki berada di atas pedal pada

posisi jam 3. Bagian betis pengendara tegak lurus terhadap lantai (Perhatikan Gambar

2).

Gambar 2.Posisi Pelana Ergonomis (McGoldrick, 2009)

II. A. 2. c. Posisi Tubuh Bagian Atas

Posisi tubuh bagian atas yang ergonomis adalah ketika tulang punggung

pengendara masih berbentuk huruf S (S shape) dan tidak ada pemaksaan terhadap

tulang punggung. Sudut ergonomis antara lengan atas dan badan bervariasi untuk

setiap jenis sepeda dan gaya bersepeda sesuai dengan fungsinya (Garnet, 2008). Pada

Gambar 3 dapat dilihat variasi sudut ergonomis beberapa jenis sepeda, diantaranya

pada sepeda klasik (nomor 1) sudut yang dibentuk adalah 300, pada sepeda city

(nomor 2) sudut yang dibentuk adalah 600, sedangkan pada sepeda sport dan sepeda

gunung (nomor 3 dan 4) sudut yang dibentuk adalah 900.

Gambar 3. Sudut Lengan-Badan Sesuai Gaya Bersepeda (McGoldrick, 2009)


10

II.A.2.d Lebar Kemudi

Tinggi kemudi/ stang pada sepeda dapat disesuaikan pada jenis sepeda dan

gaya bersepeda, namun lebar kemudi hendaknya tidak jauh dibandingkan lebar bahu,

serta sudut kemudi dengan tangan pengendara kurang lebih tegak lurus (perhatikan

Gambar 4).

Gambar 4. Lebar Kemudi Ergonomis (McGoldrick, 2009)

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa posisi pegangan kemudi yang tidak tepat

dapat menimbulkan tekanan terhadap syaraf medianus dan syaraf ulnaris. Posisi

pegangan kemudi harus diperhatikan untuk mencegah kelainan musculoskeletal

telapak tangan (Filingeri et al., 2012).

Gambar 5. Pegangan Kemudi yang Ergonomis (kiri) dan Tidak Ergonomis


(kanan) (McGoldrick, 2009)
11

II.A.2.e Jarak Tempuh dan Frekuensi

Jarak tempuh ideal dalam bersepeda untuk kebugaran adalah tidak lebih dari

20 Km dalam sekali jalan untuk menghindari cedera yang disebabkan karena

penggunaan otot secara berlebih.Biasanya dianjurkan bersepeda dengan jarak tempuh

10-15 Km dengan frekuensi tidak lebih dari 3 kali seminggu agar hasil yang

diinginkan dapat dicapai secara maksimal (Segers et.al.,1997).

II. A. 2. f. Medan Tempuh

Medan tempuh bersepeda yang paling ideal adalah pada permukaan datar dan

halus serta tidak licin, untuk menghindari kecelakaan dalam berkendara. Mekanisme

pergerakan sepeda yang menggunakan otot-otot tubuh membatasi inklinasi ideal yang

dilalui pengendara sepeda tidak lebih dari 200 (McGoldrick, 2009).

II. A. 3. Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

Low Back Pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah

kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa

menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel,

2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan

muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Garnet et

al., 2008).

Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang

termasuk dalam low back pain terdiri dari :

1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: superior oleh garis

transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra


12

thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung

prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal

tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.

2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis

transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis

pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi

sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka

superior posterior dan inferior.

3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan

1/3 atas daerah sacral spinal pain

Klasifikasi Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi

dua yaitu :

1) Acute low back pain

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya

sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang

atau sembuh. Acute Low Back Pain (LBP) dapat disebabkan karena luka traumatis

seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.

Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen

dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan

spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri

pinggang acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik (Apley, 2010).
13

2) Chronic low back pain (LBP)

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-

ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan

sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena

osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan

tumor (Kristanto, 2010).

Disamping hal tersebut diatas terdapat juga klasifikasi patologi yang klasik

yang juga dapat dikaitkan LBP. Klasifikasi tersebut adalah (Apley, 2010): Trauma,

Infeksi, Neoplasma, Degenerasi, dan Kongenital.

Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara

keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49%). Pada

negara maju prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80%. Pada buruh di

Amerika, kelelahan LBP meningkat sebanyak 68% antara thn 1971-1981. Sekitar 80-

90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk

mengobati penyakitnya jadi dapat disimpulkan bahwa LBP meskipun mempunyai

prevalensi yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.
14

II. B. Landasan Teori

Faktor-faktor umum penyebab dari Bicycle-related Injuries adalah faktor

manusia (kehilangan kontrol sepeda, kecepatan tinggi), faktor lingkungan (benda

penghalang, lubang jalanan, jalan yang licin), dan faktor kondisi sepeda yang dipakai

(Segers et al., 1997).

Menurut Thompson et al., (2001), cedera olahraga yang umum muncul akibat

bersepeda dapat dibedakan menjadi dua, yakni acute trauma dan overuse injury.

Acute trauma adalah sebuah trauma akut yang disebabkan oleh adanya gaya kinetik

seperti benturan dengan kendaraan bermotor atau semacamnya. Trauma akut ini dapat

menyebabkan luka seperti abrasi, contusio, laceration, fraktur, strains, dan dislokasi

sendi Sepeda ergonomis berpengaruh terhadap trauma sepeda akibat overuse atau

pemakaian jangka panjang. Hal ini dikarenakan apabila tidak adanya kesesuaian

pengaturan sepeda terhadap tubuh pemakai, maka hal ini dapat menjadi faktor

penyebab dari overuse injury dikarenakan beban yang terpapar ke otot-otot tertentu

menjadi lebih besar dari seharusnya sehingga dapat menyebabkan cedera. Overuse

injury inilah yang dapat menjadi penyebab nyeri punggung bawah kronis.

Atas dasar kepustakaan tersebut maka penulis berasumsi bahwa faktor

ergonomis pada sepeda berpengaruh terhadap angka kejadian nyeri pada nyeri

punggung bawah pengendara sepeda. Sehingga pada pengendara yang tidak

mengalami nyeri punggung, terdapat hubungan kesesuaian antara tinggi pelana, tinggi

kemudi, jarak antara kemudi dan pelana dengan tinggi selangkangan.


15

II. C. Kerangka Teori

Faktor pengemudi
Aspek ergonomi
Usia
sepeda:
Jenis Kelamin
Jenis Sepeda
Tinggi Badan
Tinggi pelana
Tinggi Selangkangan
Tinggi kemudi
Lebar Bahu
Jarak Pelana-Kemudi
Panjang Kaki
Ergonomis (tidak ada cedera
musculoskeletal)
Faktor lainnya:

Jarak tempuh

Medan

Frekuensi

Gambar 6. Kerangka Teori

Variabel
II. Terkendali:
4. Hipotesis
Usia, Jenis Kelamin,
Frekuensi Bersepeda
Tinggi Selangkangan 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑎
Pengendara Sepeda
Tanpa LBP 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑑𝑖
Variabel Tidak Terkendali: 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑎 − 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑑𝑖
Jarak Tempuh, Jenis Medan
Tempuh

Gambar 7. Kerangka Konsep


16

II. D Hipotesis

1. Tinggi selangkangan berkorelasi positif terhadap tinggi pelana sepeda

2 Tinggi selangkangan berkorelasi positif terhadap tinggi kemudi sepeda

3 Tinggi selangkangan berkorelasi positif terhadap jarak antara pelana dan kemudi

sepeda
17

BAB III

METODE PENELITIAN

III. A Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode Cross

sectional. Penelitian akan menggunakan data-data yang dikumpulkan pada saat

tertentu, yaitu saat setelah kegiatan touring rutin komunitas sepeda sesuai jadwal dari

subjek yang diteliti yakni pada saat subjek melakukan kegiatan bersepeda rutin

mingguan di Yogyakarta.

III. B. Populasi dan Subjek

Populasi dan subjek dalam penelitian ini adalah komunitas pengendara sepeda

berusia 17-30 di wilayah Yogyakarta yang menggunakan sepeda setidaknya satu kali

dalam seminggu selama 6 bulan minimal 10 kilometer atau satu jam dalam rentang

waktu Juli-Desember 2014. Jumlah subjek yang diukur sebanyak 68 sampel, terdiri

dari 58 orang pria dan 10 orang wanita. Seluruh subjek harus memenuhi syarat bebas

nyeri punggung bawah, dengan kriteria tidak mengalami nyeri pada punggung bawah

selama penggunaan sepeda 6 bulan terakhir.

17
18

Pemilihan subjek yang diukur dilakukan secara total sampling. Dimana

seluruh subjek yang didata, diambil sebagai subjek penelitian. Apabila diketahui

proporsi dari literatur sebelumnya maka dapat digunakan rumus untuk mencari

jumlah sampel minimal. Salah satu rumus yang bisa dipakai adalah rumus Slovin.

n = Jumlah Sampel
N= Jumlah Populasi Pengguna Sepeda
e= Standart Error

Contoh:

Jika jumlah populasi pengguna sepeda yang terdata adalah 2000 subjek maka jumlah

subjek minimal yang harus didapatkan adalah:

Maka berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin, jumlah subjek minimal

yang harus didapatkan adalah 4 subjek.

III. C. Materi Penelitian

Materi penelitian adalah hasil pengukuran subjek penelitian yang memenuhi

kriteria sebanyak 68 orang. Objek penelitian yang diambil adalah hasil pengukuran

tinggi pelana, tinggi kemudi dan jarak antara pelana dan kemudi sepeda. Pemilihan

subjek yang akan diteliti dilakukan secara total sampling.


19

III. D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di tempat komunitas pesepeda yang melakukan

kegiatan mingguan, dan dilaksanakan selama 2 kali secara berurutan sejak

pengukuran pertama. Waktu pelaksanaan penelitian ditentukan sesuai jadwal

komunitas pesepeda yang menjadi subjek penelitian melakukan kegiatan mingguan.

III. E. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pita ukur dengan ketelitian 0,1cm

2. Penggaris dengan ketelitian 1cm

3. Kuesioner

4. Alat Tulis

5. Komputer dengan perangkat lunak Microsoft Office dan SPSS untuk

pengolahan data

III. F. Variabel Penelitian

III. F.1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tinggi selangkangan pengendara

sepeda.

III. F. 2. Variabel Tergantung

1. Tinggi Pelana sepeda


20

2. Tinggi kemudi sepeda

3. Jarak antara kemudi dan pelana sepeda

III. G. Definisi Operasinal

1. Tinggi selangkangan pengemudi adalah jarak antara selangkangan pengemudi

terhadap lantai ketika membuka kedua kaki selebar bahu. Variabel ini diukur

menggunakan pita ukur dengan satuan sentimeter (cm).

2. Tinggi Pelana sepeda, merupakan jarak yang diukur dari puncak pelana

sepeda terhadap lantai secara tegak lurus. Variabel ini diukur menggunakan

penggaris dengan satuan sentimeter (cm).

3. Tinggi kemudi sepeda, merupakan jarak yang diukur dari puncak kemudi

terhadap lantai secara tegak lurus, tinggi kerangka sepeda.Variabel ini diukur

menggunakan penggaris dengan satuan sentimeter (cm).

4. Jarak antara kemudi dan pelana sepeda, adalah jarak yang diukur dari ujung

depan pelana ke titik tengah kemudi. Variabel ini diukur menggunakan

penggaris dengan satuan sentimeter (cm).

III. H. Prosedur Penelitian

1. Subjek penelitian mengisi formulir persetujuan

2. Penulis menjelaskan prosedur pengambilan data

3. Penulis melakukan wawancara dan dicatat dalam kuesioner


21

4. Aspek antropometri subjek diukur menggunakan alat ukur dan dicatat dalam

tabel pengukuran

5. Aspek ergonomi sepeda diukur dan dicatat dalam tabel pengukuran

6. Data dikumpulkan dan diolah secara statistik

III. I. Analisis Data

Hasil penelitian ini berupa data numerik kualitatif yang diperoleh dari

pengukuran secara langsung yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk tabel

excel untuk dianalisa ada normalitas data menggunakan metode Saphiro Wilk. Untuk

melihat perbedaan antara subjek laki-laki dan perempuan digunakan metode Lavene

Statistic. Hasil analisis akan dilakukan dengan uji statistik korelasi dengan pilihan

pertama adalah uji statistik korelasi Pearson. Namun apabila terbukti salah satu

sebaran data tidak normal, maka uji statistik akan dilakukan dengan metode statistik

Spearman’s Rho. Hasil uji statistik akan menunjukan ada tidaknya korelasi, apakah

korelasi bersifat positif atau negatif, serta seberapa kuatkah kekuatan korelasi yang

didapatkan.
22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.A. Hasil Penelitian

IV.A.1. Data

Setelah menyelesaikan penelitan, kami mendapatkan 68 data untuk menguji

hipotesis. Data yang kami dapatkan adalah data pribadi berupa nama dan hasil

kuesioner yang kami berikan dan diisi oleh para peserta sampel sebanyak 68 orang.

Selain data kuesioner, kami juga mendapatkan data pengukuran berupa tinggi

selangkangan dan tinggi selangkangan pengendara, serta aspek ergonomis sepeda;

tinggi pelana sepeda; tinggi kemudi sepeda; dan jarak antara kemudi dan pelana. Pada

penelitian ini akan dilihat juga perbedaan hasil pengukuran antara subjek pria dan

wanita dengan metode perbandingan rerata (mean comparison) dengan metode

Lavene.

IV. A. 1. a. Tinggi selangkangan

Tabel 2. Tinggi Selangkangan Berdasarkan Jenis Kelamin (Lavene Statistic)

Subjek Rerata (cm) ± Standar Deviasi Signifikansi

Pria (58 sampel) 69,86 ± 4,15


0,20
Wanita (10 sampel) 68,90 ± 2,55

22
23

Tinggi selangkangan pengendara adalah salah satu aspek antropometri dari

pengendara yang kami ukur, dimana suatu lingkungan atau situasi ergonomis dapat

timbul atas interaksi alat, tubuh dan lingkungan. Berdasarkan hasil pengukuran yang

kami lakukan terhadap 68 sampel. Didapatkan rerata tinggi selangkangan pengendara

adalah sebesar 69,72cm untuk semua sampel. Tinggi selangkangan rata-rata untuk

sampel pria adalah 69,86cm dan untuk sampel wanita adalah 68,90cm. Tinggi

selangkangan maksimal yang kami dapatkan melalui pengukuran adalah sebesar 78

cm dan tinggi selangkangan minimal yang kami dapatkan melalui pengukuran adalah

sebesar 6 cm. Pada pengukuran ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara

subjek pria dan wanita dengan p>0,05. Hasil yang didapatkan lebih tinggi

dibandingkan rata-rata tinggi selangkangan penduduk Indonesia.

IV. A. 1. b Tinggi Pelana

Tabel 3. Tinggi Pelana Berdasarkan Jenis Kelamin (Lavene Statistic)

Subjek Rerata (cm) ± Standar Signifikansi


Deviasi

Pria (58 sampel) 77,69 ± 6,74 0,19

Wanita (10 sampel) 76,60 ± 5,14

Tinggi pelana sepeda diukur sebagai jarak dari puncak pelana ke lantai dalam

posisi sepeda tegak lurus. Tinggi pelana merupakan aspek yang adjustable dalam

sepeda, namun kami mengukur tinggi pelana pada saat penelitian saja (setelah

pemakaian jarak jauh). Dari hasil penelitian didapati tinggi pelana rata-rata adalah
24

sebesar 77,53cm untuk semua sampel. Tinggi pelana untuk sampel pria 77,69cm

adalah dan untuk sampel wanita 76,60cm. Tinggi pelana tertinggi yang kami dapat

melalui pengukuran sebesar 92,0cm dan tinggi pelana terendah adalah sebesar

65,0cm. Pada pengukuran ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara subjek

pria dan wanita dengan p>0,05.

IV. A. 1. c. Tinggi Kemudi

Tinggi kemudi sepeda diukur sebagai jarak dari puncak kemudi ke lantai dalm

posisi sepeda tegak lurus. Seperti tinggi pelana, tinggi kemudi juga merupakan aspek

adjustable dalam sepeda. Dari hasil pengukuran kami mendapatkan rerata tinggi

kemudi adalah 78,35cm. rerata tinggi kemudi untuk sampel pria adalah 78,57cm dan

sampel wanita 76,75cm. Tinggi kemudi terbesar adalah 93,0cm dan terendah 66,0cm.

Pada pengukuran ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara subjek pria dan

wanita dengan p>0,05.

Tabel 4. Tinggi Kemudi Berdasarkan Jenis Kelamin (Lavene Statistic)

Subjek Rerata (cm) ± Standar Signifikansi


Deviasi

Pria (58 sampel) 78,57 ± 6,91 0,39

Wanita (10 sampel) 76,75 ± 5,64


25

IV. A. 1. d. Jarak Antara Pelana dan Kemudi

Jarak antara pelana dan kemudi adalah jarak yang diukur dari ujung pelana ke bagian

tengah kemudi. Dari hasil pengukuran didapatkan hasil yang bervariasi dengan rerata

sepanjang 47,82cm untuk semua sampel. Untuk sampel pria, tinggi rerata yang

didapatkan adalah 48,21cm, sedangkan untuk wanita sebesar 45,60cm. Jarak pelana

terpanjang yang kau dapatkan adalah 55,0cm dan yang terendah adalah 40,0cm. Pada

pengukuran ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara subjek pria dan wanita

dengan p>0,05

Tabel 5. Jarak Antara Pelana dan Kemudi Berdasarkan Jenis Kelamin (Lavene
Statistic)

Jenis Kelamin Rerata (cm) ± Standar Signifikansi


Deviasi

Pria (58 sampel) 48,21 ± 3,47 0,82

Wanita (10 sampel) 45,60 ± 3,09

IV. A. 2. Korelasi Tinggi selangkangan Terhadap Aspek Ergonomis Sepeda

Untuk menentukan korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat, maka

harus dilakukan uji korelasi. Uji korelasi yang akan digunakan ditentukan dengan

terlebih dahulu mengetahui normalitas data. Pada penelitian ini dilakukan uji

normalitas data dengan metode Saphiro Wilk.


26

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data dengan Metode Saphiro Wilk

Variabel Signifikansi

Tinggi Selangkangan 0,262


Tinggi Pelana 0,299
Tinggi Kemudi 0,041
Jarak Antara Pelana dan Kemudi 0,091

Data dianggap normal apabila nilai signifikansi semua variabel lebih besar

dibandingkan nilai α (alpha) atau lebih besar dari 0,05. Dari hasil uji normalitas data

yang dapat dilihat pada Tabel di atas, didapatkan bahwa salah satu variabel tidak

memenuhi syarat distribusi normal, yaitu variabel tinggi kemudi (p=0,041).

Dikarenakan distribusi data tidak normal, maka pilihan uji statistik korelasi jatuh

kepada uji korelasi Spearman’s Rho yang tidak harus memenuhi syarat normalitas

data.

Tabel 7. Korelasi Aspek Ergonomi dengan Tinggi Selangkangan (Spearman’s Rho)

Aspek Ergonomi R P

Tinggi Kemudi 0,77 0,000


Tinggi Pelana 0,72 0,000
Jarak Pelana-Kemudi 0,50 0,000

Dari data yang didapatkan melalui pengukuran, dilakukan analisis

menggunakan program komputer, analisis yang dilakukan adalah analisis korelasi


27

Spearman’s rho one-tailed, untuk mengetahui adakah korelasi 1 arah dan kekuatan

korelasi antara tinggi selangkangan dan aspek ergonomis sepeda (tinggi pelana, tinggi

kemudi, jarak pelana kemudi. korelasi didapatkan apabila nilai p lebih kecil daripada

nilai α (0,05) dan kekuatan korelasi akan dilihat dari besarnya nilai R. Apabila nilai R

bernilai positif maka korelasi yang didapatkan antara variabel adalah positif,

begitupun sebaliknya. Jika nilai R berada dalam kisaran 0,00-0,19 maka korelasi yang

didapatkan antar variabel adalah sangat lemah. Jika nilai R berada dalam kisaran

0,20-0,39 maka korelasi yang didapatkan antar variabel adalah lemah. Jika nilai R

berada dalam kisaran 0,40-0,59 maka korelasi yang didapatkan adalah sedang. Jika

nilai R berada dalam kisaran 0,60-0,79 maka korelasi yang didapatkan antara variabel

adalah kuat. Sedangkan, jika nilai R berada dalam kisaran 0,8-1,0 maka korelasi yang

didapatkan antara variabel adalah sangat kuat.

IV. A. 2. a. Korelasi antara tinggi selangkangan terhadap tinggi pelana sepeda

Berdasarkan hasil analisis statistik Spearman’s rho one-tailed didapatkan nilai

p= 0.000 (< α) dengan nilai R sebesar 0,77. Berdasarkan analisis statistik ini dapat

dinyatakan bahwa terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat antara

tinggi selangkangan dan tinggi pelana sepeda pada pengendara yang tanpa nyeri

punggung bawah.

IV. A. 2. b. Korelasi antara tinggi selangkangan terhadap tinggi kemudi sepeda

Berdasarkan hasil analisis statistik Spearman’s rho one-tailed didapatkan nilai

p= 0.000 (< α) dengan nilai R sebesar 0,72. Berdasarkan hasil analisis statistic ini
28

dapat dinyatakan bahwa terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat

antara tinggi selangkangan dan tinggi kemudi sepeda pada pengendara sepeda tanpa

nyeri punggung bawah.

IV. A. 2. c. Korelasi antara tinggi selangkangan terhadap jarak antara pelana ke

kemudi sepeda

Berdasarkan hasil analisis statistik Spearman’s rho one-tailed didaptkan nilai

p= 0.000 (< α) dengan nilai R sebesar 0,50 Berdasarkan analisis statistik ini dapat

dinyatakan bahwa terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sedang

antara tinggi selangkangan terhadap jarak antara pelana dan kemudi sepeda terhadap

pengendara sepeda tanpa nyeri punggung bawah

IV. B. Pembahasan

Penelitian ini ditujukan untuk menemukan korelasi antara tinggi selangkangan

pengendara, sebgai aspek antropometri, terhadap aspek ergonomis sepeda yang

diwakili oleh tinggi pelana, tinggi kemudi, dan jarak antara pelana dan kemudi

sepeda. Sampel yang diambil adalah pengendara sepeda yang tidak memiliki nyeri

punggung bawah, dan rutin bersepeda sebanyak 1 kali seminggu dalam 6 bulan

terakhir, sehingga diharapkan dapat mewakilkan keadaan yang ergonomis.

Dari hasil penelitian, didapatkan korelasi dengan kekuatan korelasi kuat

antara tinggi selangkangan terhadap tinggi pelana sepeda. Korelasi positif

menunjukan bahwa semakin tinggi seorang pengendara akan cenderung menyetel

tinggi pelana lebih tinggi. Ginting (2010) membuat pedoman mengenai perancangan
29

produk untuk sepeda. Pengembangan konsep rancangan sepeda mempertimbangkan

kriteria-kriteria apa saja yang sedang berkembang di masyarakat pada saat itu.

Kecenderungan seorang pengendara sepeda akan menyetel posisi senyaman mungkin

dalam mengendarai sepeda. Tinggi pelana yang terlalu rendah akan mempersulit dan

mengurangi efisiensi tenaga saat mengayuh sepeda. Tinggi pelana harus

menyesuaikan dengan tinggi selangkangan dikarenakan secara ergonomis, kaki

pengemudi haruslah dalam posisi lurus saat pedal pada posisi jam 6 (Fairuz, 2011).

Dengan demikian dapat diterima secara rasional jika semakin tinggi seorang

pengendara, akan memerlukan tinggi pelana yang lebih besar. Namun, hal ini tidak

menjadikan tinggi pelana yang lebih tinggi lebih baik dibandingkan yang lebih

rendah, tinggi pelana yang dibutuhkan seorang pengendara sepeda adalah tinggi

pelana yang sesuai dengan tinggi selangkangan bersepeda secara berlebihan bisa

menyebabkan kyphosis, yaitu kondisi dimana tulang belakang menjadi bungkuk,

karena terlalu lama melakukan posisi membungkuk ketika bersepeda. Pengendara

sepeda mudah terkena kifosis karena posisi berkendara sepeda saat ini lebih banyak

yang memposisikan pengendara berkendara dengan membungkuk untuk

memaksimalkan pengayuhan sepeda.Posisi yang diperlukan pada saat bersepeda

bukan hanya posisi yang menghasilkan tenaga yang paling besar, melainkan posisi

yang dapat mempertahankan kenyamanan dalam waktu yang lebih lama (Muyor dkk,

2011).

Bahaya paling mengerikan dari seringnya berkendaran sepeda adalah

urogenital disorders. mengatakan bahwa posisi duduk sambil mengayuh yang


30

dilakukan dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan alat kelamin terjepit dan

tertekan oleh tubuh. Apabila ini berkelanjutan terus menerus maka akan

mengakibatkan alat kelamin mati rasa karena terlalu banyak menopang beban tubuh.

Oleh karena itu, diperlukan kembali penelitian yang meneliti aspek ergonomis lain

pada pelana sepeda (Libovitch, 2005)

Dari penelitian ini juga didapatkan terdapat korelasi antara tinggi

selangkangan pengendara terhadap tinggi kemudi. Kekuatan korelasi yang didapatkan

tidak sekuat korelasi antara tinggi selangkangan dan tinggi pelana dikarenakan tinggi

kemudi sepeda lebih bervariasi sesuai dengan jenis sepeda, misalkan; tinggi kemudi

untuk sepeda lipat lebih tinggi dibandingkan sepeda jenis mountain bike. Tinggi

kemudi lebih adjustable dan bervariasi pada setiap pengendara sesuai dengan jenis

dan kegunaan sepeda. Menemukan bahwa pemakaian sepeda yang berlebihan

menyebabkan risiko kesehatan pada pemakainya. Pemakai sepeda sering mengalami

Carpal Tunnel Syndrom (CTS), karena melakukan aktivitas bersepeda dalam waktu

yang lama pada satu posisi tetap. Pada posisi tersebut, getaran dan tekanan berat

tubuh beralih ke tangan pengendara yang mengakibatkan otot di bagian tangan terasa

kesemutan hingga mati rasa. Apabila hal ini dibiarkan, tangan dapat mengalami

penurunan kekuatan dan kemampuan gerak. Kendati terdapat korelasi antara tinggi

selangkangan terhadap tinggi kemudi, terdapat lebih banyak aspek ergonomis pada

kemudi, diantaranya adalah lebar kemudi, jenis bantalan kemudi dan bentuk kemudi.

Korelasi antara tinggi selangkangan pengendara terhadap jarak antara pelana

dan kemudi juga kita dapatkan dari hasil penelitian ini. Kekuatan korelasi sangat kuat
31

dan berarah positif. Pada saat berkendara, hendaknya bentuk tulang punggung

pengendara sepedea dipertahankan dalam bentuk fsiologisnya, yaitu s shape. Keadaan

fisiologis tulang punggung seperti ini dapat megnhindarkan pengendara dari risiko

cedera tulang belakang. Sekalipun tenaga yang dihasilkan tidak lebih besar

dibandingkan posisi membungkuk sempurna, posisi ini dapat mempertahankan

keadaan nyaman bagi pengendara, lebih cocok untuk bersepeda dengan jarak yang

lebih jauh dalam waktu yang lebih lama (Gregor et al., 2002).

Semakin tinggi tubuh pengendara sepeda, maka jarak yang diperlukan dari

pelana ke kemudi akan semakin besar. Hal ini diperlukan pengendara agar dapat

bertahan lebih lama di atas sepeda. Jarak antara kemudi dan pelana sangat

dipengaruhi bentuk dan design sepeda, dan terdapat aspek ergonomis lain

didalamnya, diantaranya tebal rangka sepeda, tinggi rangka sepeda jenis pelana dan

bentuk kemudi sepeda (Muyor et al., 2011)

Pada penelitian ini dibuktikan bahwa aspek antropometri pengemudi yang

diwakili oleh tinggi selangkangan berkorelasi positif terhadap ketiga aspek ergonomi

sepeda. Dengan demikian dapat terlihat, pada pengendara tanpa nyeri punggung

bawah, terdapat kesesuaian pengaturan aspek ergonomi sepeda sesuai dengan ukuran

tubuh pengendara yang diwakili oleh tinggi selangkangan. Hal ini bersesuaian dengan

hipotesis penelitan dan seluruh literature, bahwa semakin tinggi selangkangan

pengemudi, untuk mencapai suatu keadaan ergonomis, maka diperlukan pengaturan

tinggi pelana, tinggi kemudi, dan jarak antara pelana kemudi yang lebih besar.
32

Situasi ergonomis adalah suatu keadaan yang dibentuk oleh manusia, alat dan

lingkungannya, oleh karena itu, selain memperhatikan aspek antropometri dan aspek

ukuran sepeda. Penelitian lain yang meneliti aspek ergonomis berdasarkan

lingkungan akan sangat diperlukan mengingat kegiatan bersepeda semakin marak

dikalangan masyarakat terkait isu global warming dan semakin meningkatnya

kesadaran masyarakat untuk berolah raga.


33

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

V. A. Simpulan

1. Terdapat korelasi positif antara tinggi selangkangan dan tinggi pelana sepeda pada

pengendara tanpa nyeri punggung bawah.

2. Terdapat korelasi positif antara tinggi selangkangan dan tinggi kemudi sepeda

pada pengendara tanpa nyeri punggung bawah.

3. Terdapat korelasi positif antara tinggi selangkangan dan tinggi pelana sepeda pada

pengendara tanpa nyeri punggung bawah.

V. B. Saran

1. Diperlukannya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel aspek

ergonomis sepeda yang belum diteliti, seperti lebar kemudi, ukuran roda, dan jenis

rangka sepeda.

2. Diperlukannya penelitian lebih lanjut menggunakan aspek ergonomis antara

sepeda dan lingkungan medan tempuh.

33
34

DAFTAR PUSTAKA

Apley. 2010. System of Orthopedics and Fractures. London: Hodder Arnold.


Bahr, Ronald. 2003. Clinical Guide to Sport Injuries. Champaign, IL: Human
Kinetics Publishers.
Fairuz, 2011. Bike to Work Polygon Heist 1.0 Sepeda Hibrid Harga Terjangkau.
http://fairuzelsaid.wordpress.com/2011/03/27/bike-to-work-polygon- heist-1-
0-sepeda-hibrid-harga-terjangkau.
Filingeri, D., Jemni, M., Bianco, A. 2012. The Effect of Vibration During Maximal
Graded Cycling Exercise: A Pilot Study, Journal of Sport Science and
Medicine 11: 423-429.
Fishman, E., Washington, S., Haworth, N. 2012. Barriers and Facilitator to Public
Bicycle Scheme Use: A Qualitative Approach, Transportation Research Part F
15: 686-698.
Gallup Pool. 2013. US Obesity Rate Climbing. Dikutip dari laman
http://www.gallup.com/poll/165671/obesity-rate-climbing-2013.aspx.
Garnet, M. Garnet. 2008. Ergonomics of Direct-Drive Recumbent Bicycle, Ottawa:
ON, Canada.
Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk, Graha Ilmu, Yogyakarta
Gregor, Scott, M., Perell, Karena L., Rushatankovit, S., Miyamoto, E., Muffoletto,
R., Gregor, R.J. 2002. Lower Extremity General Muscle Moment Patterns in
Healthy Inividuals During Recumbent Cycling, Clinic Biomechanics 17: 123-
129.
Griffith, H. Winter. & David A. Friscia. 2004. Complete Guide to Sport Injuries.
Oakland, CA: Body Press.
Hutson, Warren. 2010. Cycling Injuries-Prevention and Treatment, SIRC
JJ Sacks, P Holmgreen, SM Smith, DM. 1989. Bicycle-Associated Head Injuries and
Deaths in the United States From 1984 Through 1988

Kocabiyik, Elif. 2004. Engineering Concepts in Industrial Product Design with A


Case Study of Bicycle Design, Izmir Institute of Technology, Turki
Kristanto, Yuke I. 2010. Desain Sepeda Untuk Lanjut Usia, Tugas Akhir Jurusan
Desain Produk, ITS, Surabaya
Leibovitch, Ilan., Mor, Yoram. 2005. The Vicious Cycling: Bicycling Related
Urogenital Disorders. European Urology 47: 277-287.
35

McGoldrick, Michael. 2009. Choosing the Right Bike for You.


http://gobiking.ca/which-bike/.
Muyor, Jose. M., Minarro, Pedro., A. Lopez, and Alacid, Fernando. 2011. Spinal
Posture of Thoracic and Lumbar Spine and Pelvic Tilt in Highly Trained
Cyclist. Journal of Sports Science and Medicine 10: 355-361
Robert, Terrel. 1974. A Study of Bicycle Design as it Affects Safety of Operation
Segers MJ, Wink D, Clevers GJ. 1997. Bicycle-Spoke Injuries: a Prospective Study.
Injury 28: 267-9.
Thompson, Matthew J. & Rivara, Frederic P. 2001. Bicycle-Related Injuries.
(Online). http://www.aafp.org/afp/2001/0515/p2007.html.
36

LAMPIRAN
37

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Ethical Clearance

Lampiran 2. Data Statistik


38

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Tinggi Selangkangan .082 68 .200* .978 68 .262


Tinggi Pelana .096 68 .198 .979 68 .299
Tinggi Kemudi .122 68 .014 .963 68 .041
Jarak Pelana Kemudi .141 68 .002 .969 68 .091

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 9. Hasil Analisis Spearman’s Rho


39

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitan

Pengukuran Aspek Ergonomi Sepeda

Gambar 7. Pengukuran Tinggi Kemudi

Gambar 8. Pengukuran Jarak Pelana-Kemudi

Gambar 9. Pengukuran Jarak Pelana-Kemudi


40

Lampiran 4. Lembar Informed Consent

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI

SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :………………………………………………

Pendidikan Terakhir :……………………………………………....

Alamat :………………………………………………

Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta manfaat dari penelitian
yang dilakukan saudara Zhafran, dengan sesungguhmua menyatakan bahwa saya
(*bersedia/tidak bersedia berpartisipasi menjadi subjek penelitian mengenai “KORELASI
TINGGI SELANGKANGAN TERHADAP ASPEK ERGONOMI SEPEDA, STUDI
KASUS PADA PENGEMUDI TANPA NYERI PUNGGUNG BAWAH” dalam rangka
penyusunan skripsi S1 pada Program Studi Kedokteran di Universitas Gadjah Mada.

Demikian surat ini saya buat secara sesungguhnya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.

Yogyakarta…………………………..

Peneliti Responden

M. Zhafran Ayyasy (………………………)

(* coret yang tidak perlu


41

Lampiran 5. Formulir Kesediaan dan Tabel Pengukuran

FORMULIR KESEDIAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

NOMOR URUT:

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Alamat :

Umur :

Jenis Kelamin :

Menyatakan bahwa data yang diperoleh dari saya dan sepeda saya diperbolehkan untuk
digunakan dalam penelitian mengenai ergonomi sepeda sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar S1.

Lama menggunakan sepeda : (>6 bulan/ <6 Bulan)

Frakuensi Bersepeda : (>1 Kali Seminggu/<1 Kali Seminggu/ Tidak


tentu)

Sedang mengalami cedera otot : (ya/tidak)

Tinggi Tinggi Lebar Bahu Lebar Tinggi Tinggi Jarak Jenis


Badan Selangkanga Kemudi Kemudi Pelana Pelana- Sepeda
n Kemudi

Yogyakarta,……………………….

Peneliti Responden
42

Lampiran 6. Kuesioner

KUESIONER

Pengaruh Pemakaian Sepeda Ergonomis Dibandingkan Dengan Non-


Ergonomis Terhadap Frekuensi Kejadian Nyeri Lutut Depan dan Punggung
Bawah

1. Nama :

2. Umur : tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)

4. Pendidikan terakhir : (yang ditamatkan)

5. Agama :

6. Pekerjaan utama yang anda saat ini ? sebagai :


(a) Pelajar/Mahasiswa
(b) Karyawan Perusahaan
(c) Pegawai Negeri
(d) Ibu Rumah tangga
(e) Wiraswasta
(f) Lain – lain : …………………….

2. Suku :

3. Kewarga Negaraan :

4. Alamat :
Kuesioner :

1. Sudah berapa lama anda rutin mengendarai sepeda?


2. Sepeda jenis apa yang anda gunakan?
a. Sepeda Gunung
b. Sepeda Kota
43

c. Sepeda Lipat
d. Lain-lain ..........
3. Dalam memilih sepeda prioritas apa yang anda gunakan?
a. Transportasi
b. Rekreasi
c. Olahraga
d. Lain-lain ...........
4. Berapa kali rata rata dalam 1 minggu anda bersepeda?

5. Berapa jarak yang biasa anda tempuh saat bersepeda?


6. Rute yang sering anda tempuh saat bersepeda?
7. Berapa durasi rata rata anda bersepeda?
8. Apakah anda pernah mengalami kecelakaan saat bersepeda? jika ya dimana, kapan dan
bagaimana?
9. Apakah ada keluhan selama anda bersepeda? jika ya dimana?
10. Sejak kapan anda mulai merasakan nyeri tersebut?
a. Lebih dari 5 tahun terakhir
b. Lebih dari 3 tahun terakhir
c. Lebih dari 1 tahun terakhir
d. Kurang dari 1 tahun terkahir
e. Tidak pernah
f. Tidak tahu
11. Bagaimana nyeri yang anda rasakan?
a. Hilang timbul
b. Terus menerus
c. Tidak tahu
12. Apakah anda merasa nyeri setiap kali bersepeda ? (ya/tidak)
44

SKALA PENGUKURAN INTENSITAS NYERI (Numeric Rating scale)

PETUNJUK : Tandai skala nyeri berikut ini dengan tanda silang (X) yang menurut
bapak/ibu/saudara dapat mewakili tingkat / intensitas nyeri pada lutut depan atau
punggung bawah

1 2 3 4 5 6 7 8 9
10

Tidak Nyeri Sangat Nyeri

Anda mungkin juga menyukai