Anda di halaman 1dari 7

Sejak zaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya

untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat tinggal, pakaian,


obat, pupuk, parfum dan lainnya. Kekayaan alam telah dimanfaatkan untuk
membantu kehidupan manusia. Bangsa Indonesia telah menggunakan tanaman
sebagai obat dalam menangani berbagai macam penyakit.1
Tanaman mengandung berbagai macam polifenol yang dapat mengurangi
inflamasi dan pada akhirnya meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit.
Polifenol merupakan mikronutrien yang terdapat pada tanaman dan telah terbukti
dalam menurunkan kejadian penyakit degeneratif seperti kanker dan penyakit
kardiovaskular.2 Beberapa contoh polifenol pada tanaman adalah isotiosianat pada
bayam dan brokoli, eppigallocathechin pada teh hijau, capsaicin pada tanaman cabai,
chalones, rutin, dan naringenin pada apel, resveratrol pada anggur merah dan
kacang, dan curcuma pada kunir. Sebagian besar penyakit berhubungan dengan
peningkatan inflamasi sistemik.1,2 Berbagai studi telah menunjukkan perbaikan
terhadap penyakit dapat ditingkatkan dengan mengurangi asupan dari molekul
proinflammatori seperti advanced glycation end products (AGE), advanced
lipoperoxidation end products (ALE), dan asupan tinggi molekul anti-inflammatori
seperti polifenol dari tanaman.3
Seperti halnya obat pabrik, tanaman obat tidak dapat dikonsumsi
sembarangan. Tanaman obat memiliki dosis tertentu, dan syarat dalam
menyajikannya sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan yang ingin dicapai.
Penggunaan tanaman herbal pada dosis yang berlebihan dapat membuatnya menjadi
toksik bagi tubuh.
Melihat berbagai macam manfaat dari tanaman obat maka perlu untuk
mengetahui lebih lanjut manfaat dari masing-masing tanaman obat. Selain itu cara
penyajian dan dosis pengobatan perlu juga diketahui sehingga dapat mencapai tahap
perbaikan yang ingin dicapai.

KUNYIT (Curcuma domestica, Curcuma longa)


1
Pada kunyit terdapat Curcumin yang merupakan senyawa antioksidan, anti inflamasi,
antiviral, dan anti jamur. Curcumin juga mencegah pembentukan lemak dalam darah
(atherosclerosis) dengan mengurangi kadar LDL. Efek lain curcumin adalah
menghambat pertumbuhan Helicobacter pylori, bakteri yang dapat menyebabkan
luka pada lambung dan kanker lambung. Kunyit juga berfungsi sebagai antioksidan
yang setara vitamin C, E, dan beta karoten. Konsumsi sebanyak 1.5 mg per hari tidak
memberikan efek samping yang bermakna.

JAHE (Zingiber officinale)

Senyawa Gingerols pada jahe memiliki efek untuk mencegah mual dan
muntah, mabuk laut. Selain itu jahe juga dapat berfungsi sebagai anti rematik akibat
efek anti inflamasi dari gingerols sendiri. Konsumsi sebanyak 1 gram jahe per hari
tidak menunjukkan efek samping.

TEMULAWAK (curcuma xanthorhiza Roxb)

Temulawak memiliki efek medis yang sangat banyak, beberapa diantaranya


adalah sebagai antioksidan, anti inflamasi, dan penurun kadar lemak dan kolesterol
tubuh. Selain itu temulawak juga memiliki efek terhadap penyembuhan jerawat dan
sakit kepala.

LIDAH BUAYA (ALOE VERA)

Siapa sangka ternyata tumbuhan yang dari luar menyakitkan memiliki efek
baik untuk kesehatan. Telah dilakukan beberapa penelitian terhadap lidah buaya ini
dan menunjukkan efeknya sebagai anti inflamasi, anti bakteri, dan dapat menurunkan
gula darah seseorang. Selain itu lidah buaya juga terdapat berbagai macam vitamin
dan enzim yang berguna bagi tubuh.

2
GINKGO BILOBA

Daun ginkgo umumnya digunakan untuk membuat ekstrak yang digunakan


sebagai obat. Ginkgo sering digunakan pada kelainan memori termasuk penyakit
Alzheimer. Ginkgo juga digunakan untuk kondisi kurangnya aliran darah ke otak ,
khususnya pada orang tua. Kondisi ini termasuk kehilangan memori, sakit kepala,
telinga berdenging, vertigo, kesulitan konsentrasi, gangguan mood, dan gangguan
pendengaran. Beberapa orang menggunakan ginkgo untuk gangguan yang
berhubungan dengan rendahnya aliran darah, termasuk nyeri pada tungkai ketika
berjalan dan Raynaud’s syndrome (respon nyeri terhadap dingin, terutaa pada jari-jari
tangan dan kaki.
Ginkgo tampaknya meningkatkan sirkulasi darah, yang mungkin membantu
fungsi otak, mata, telinga dan kaki lebih baik. Biji ginkgo mengandung zat yang
dapat membunuh bakteri dan jamur yang menyebabkan infeksi. Biji ginkgo juga
mengandung toksin yang dapat menyebabkan efek samping seperti kejang dan
kehilangan kesadaran.
Ekstrak daun ginkgo aman pada penggunaan oral pada beberapa pasin dan
pada dosis yang tepat. Ginkgo dapat menyebabkan efek samping minor seperti sakit
perut, sakit kepala, pusing, konstipasi, takikardi dan reaksi alergi pada kulit. Untuk
semua pengguanaan dimulai dari dosis kecil < 120 mg per hari untuk menghindari
efek gastrointestinal. Hindari juga bagian ginkgo yang mentah, karena mengandung
bahan kimia beracun yang berbahaya yang ditemukan dalam biji tanaman. Bahan
kimia ini juga dapat menyebabkna reaksi alergi yang parah.

MENGKUDU

3
Mengkudu merupakan tanaman yang tumbuh di pasifik, asia tenggara, australia,
dan india. Mengkudu telah banyak digunakan selama untuk pengobatan. Mengkudu
dikatakan memiliki efek terapeutik termasuk anti kanker, baik pada penelitian
terhadap hewan, maupun pada praktek klinis. Namun mekanisme dari hal ini belum
diketahui. Selain itu mengkudu juga mengandung proxeronine dan bebrapa
antioksidan (asam askorbat dan beta caroten) yang berfungsi mempertahankan dan
memperbiki fungsi sel.
Enzim proxeronase dan alkaloid proxeronine, kedua zat ini akan membentuk
zat aktif bernama xeronine di dalam tubuh. Xeronine merupakan komponen esensial
dalam protein membran sel. Selain itu zat antioksidan seperti sylimarin, Colchicine,
Vitamin A, C dan E yang terkandung dalam mengkudu dapat menghambat radikal
bebas.

BAWANG PUTIH/GARLIC

4
Bawang putih merupakan tanaman herbal parenial yang membentuk umbi lapis.
Bawang putih termasuk tanaman tertua yang digunakan sebagai tanaman obat dan
memiliki berbagai efek dalam bidang klinis seperti anti mikroba, antitrombotik,
hipolipiemik, antiartritik, hipoglikemik dan anti keganasan.
Sebagaimana kebanyakan tumbuhan lain, bawang putih mengandung lebih dari
100 metabolit sekunder yang secara biologi sangat berguna. Senyawa ini kebanyakan
mengandung belerang yang bertanggungjawab atas rasa, aroma, dan sifat-sifat
farmakologi bawang puth. Dua organosulfur paling penting dalam bawang putih
yaitu asam amino non-volatile dan minyak atsiri. Dua senyawa ini menjadi prekursor
sebagian besar senyawa organosulfur lainnya.
Bawang putih memiliki efek anti-diabetes. Perlakuan ekstrak minyak atsiri
bawang putih pada tikus diabetes dapat menurunkan kadar enzim fosfatase dalam sel
darah merah, fosfatase asam dan alkali, transferase alanin, transferase aspartat, dan
amilase dalam serum. Enzim-enzim ini berperang dalam metabolisme glukosa.
Perlakuan dengan ekstrak yang sama pada manusia normal juga menunjukkan
adanya aktivitas hipoglikemik pada serum darah. Kadar glukosa darah para
sukarelawan mengalami penurunan setelah diberi perlakuan selama 11 minggu.

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Oktora L. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan


Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2006 Apr;III(1).
2. Manach C, Scalbert A, Morand C, Rémésy C, Jiménez L. Polyphenols: food
sources and bioavailability. Am J Clin Nutr. 2004 May;79(5):727–47.
3. Bengmark S, Mesa MD, Gil A. Plant-derived health: the effects of turmeric
and curcuminoids. Nutr Hosp. 2009 Jun;24(3):273–81.
4. Akram M. Uddin S, Ahmed A, Usmanghani Khan. Curcuma longa and
Curcumin: A Review Article. Plant Biol. 2010;55(2):65–70.
5. Sharma RA, Steward WP, Gescher AJ. Pharmacokinetics and
pharmacodynamics of curcumin. Adv Exp Med Biol. 2007;595:453–70.

6
6. Ernst E, Pittler MH. Efficacy of ginger for nausea and vomiting: a
systematic review of randomized clinical trials. Br J Anaesth. 2000
Mar;84(3):367–71.
7. Kaplan M, Mutlu EA, Benson M, Fields JZ, Banan A, Keshavarzian A. Use
of herbal preparations in the treatment of oxidant-mediated inflammatory
disorders. Complement Ther Med. 2007 Sep;15(3):207–16.
8. Tari R., Posangi J. Wowor P. M. Uji Efek Daun Iler (Coleus atropurpureus
[L.] Benth.) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi pada Kulit Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Jurnal e-Biomedik. 2014 Mar;1(1):581–6.
9. Adam Y, Somchit MN, Sulaiman MR, Nasaruddin AA, Zuraini A, Bustamam
AA, et al. Diuretic properties of Orthosiphon stamineus Benth. J
Ethnopharmacol. 2009 Jul 6;124(1):154–8.

10. Muhammad H, Gomes-Carneiro MR, Poça KS, De-Oliveira ACAX, Afzan A,


Sulaiman SA, et al. Evaluation of the genotoxicity of Orthosiphon stamineus
aqueous extract. Journal of Ethnopharmacology. 2011 Jan;133(2):647–53.
11. Eesha B, Mohanbabu AV, Meena KK, babu S, Vijay M, Lalit M, et al.
Hepatoprotective activity of Terminalia paniculata against paracetamol
induced hepatocellular damage in Wistar albino rats. Asian Pacific Journal
of Tropical Medicine. 2011 Jun;4(6):466–9.
12.Widyawati T. Efek Farmakologi Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees).
Majalah Kedokteran Nusantara. 2007 Sep;40(3).

Anda mungkin juga menyukai