Abstrak
Tujuan: Untuk menilai apakah diagnosis dini dan pengobatan bacterial vaginosis (BV)
bisa menurunkan angka kelahiran prematur antara sekelompok perempuan Indonesia.
Metode: dilakukan uji coba terkontrol secara acak dari 331 wanita hamil
(14-18 minggu). Peserta secara acak di nilai sebagai model kelompok aktif (n = 176) atau
kelompok kontrol (n = 155). Perempuan di kelompok aktif dilengkapi dengan kit
(alat/instrument) untuk evaluasi diri pH vagina; orang dengan hasil tes positif diobati
dengan dosis dua kali sehari 500 mg metronidazol selama 7 hari. Pokok akhir utama
adalah tingkat kelahiran prematur. Hasil: Ada 6 (3,8%) dan 8 (5,4%) kelahiran
prematur dalam model kelompok aktif dan kelompok kontrol, masing-masing
(P = 0,468). Tidak ada aborsi spontan yang tercatat pada kedua kelompok. Bila
dibandingkan dengan Gold standar (pewarnaan Gram), tes keasaman vagina memiliki
kemampuan rendah untuk mendeteksi BV, dengan 88,7% spesifisitas dan sensitivitas
36,9%. Nilai prediksi positif dari tes adalah 35,0% PPV, sedangkan nilai prediksi negatif
adalah 89,4%. Kesimpulan: diagnosis dini dan pengobatan BV tidak mengurangi tingkat
kelahiran prematur dari kelompok studi.
1. Pendahuluan
Sampai saat ini, informasi masih terbatas tentang penerapan prosedur ini di
negara-negara berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menilai apakah deteksi diri (self-detection) dan pengobatan BV selama awal
kehamilan dapat menurunkan tingkat kelahiran prematur pada sekelompok wanita
yang mengunjungi klinik prenatal di Jakarta, Indonesia.
Sebuah uji coba terkontrol multicenter yang dilakukan secara acak untuk menilai
efikasi diagnosis dan pengobatan BV prenatal. Pengambilan data dimulai dari Januari 5,
2009, hingga 31 Maret 2011. Peserta yang memenuhi syarat adalah perempuan hamil
(nulipara dan multipara) dengan kehamilan tunggal (14-18 minggu), menyusun
kunjungan prenatal pertama mereka 1 dari 5 klinik prenatal di Jakarta atau Rumah
sakit Sentral Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia. Wanita hamil yang
diketahui dengan kehamilan kembar, anomali janin, atau malformasi uterus tidak
memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Komite etika dan penelitian
dari Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, menyetujui prosedur tersebut. Semua
peserta diberikan informed consent tertulis.
Setelah pendaftaran, peserta secara acak dialokasikan ke salah satu model antara
kelompok aktif atau kelompok kontrol. Pihak ketiga yang tidak termasuk dalam kriteria
penelitian ini dibangun sebuah computer yang menghasilkan nomor urut acak
menggunakan SPSS versi 10.5 (SPSS, Chicago, IL, USA). Peserta tetap dalam kelompok
alokasi yang sama selama kehamilan. Wanita pada kelompok kontrol menerima
perawatan prenatal biasa (Gbr. 1). Perempuan pada model kelompok aktif mengikuti
prosedur perawatan prenatal yang disarankan yang dijelaskan pada Gambar. 1.
Prosedur ini termasuk pendidikan tentang kelahiran prematur dan faktor risiko,
pemeriksaan diri keasaman vagina, dan pengujian mikroba untuk BV (pewarnaan
Gram). Selain itu, pelatihan tentang kelahiran prematur, faktor risiko, dan pengobatan
dini BV diberikan kepada bidan bertanggung jawab untuk kelompok model aktif. Bidan
diuji sebelum dan sesudah pelatihan untuk memastikan mereka memiliki pengetahuan
yang cukup untuk menjelaskan kelahiran prematur dan penggunaan kit(alat) untuk
deteksi diri kepada para peserta. Singkatnya, bidan yang bertugas mengawasi
kepatuhan peserta dengan pemeriksaan diri keasaman vagina, mengambil swab vagina
untuk analisis mikrobiologis, dan pengobatan BV dibawah pengawasan spesialis.
Sesuai dengan pemeriksaan diri menggunakan tes keasaman vagina dengan kit
yang diproduksi oleh PT Kao Indonesia (Jakarta, Indonesia). Peserta melakukan tes
keasaman vagina pada pagi hari, sebelum berkemih. Swab vagina diambil menggunakan
tongkat lateks yang disediakan dalam kit, dan diterapkan pada kertas pH-sensitif. Hasil
positif diasumsikan ketika perubahan warna terlihat setelah 15 detik adalah sama
dengan acuan warna yang positif pada kartu petunjuk yang disediakan.
Tidak semua peserta bisa menjalani tes mikrobiologi karena keterbatasan dana.
Prioritas uji adalah mereka dengan hasil positif pada kit pemeriksaan diri dan orang-
orang dengan keluhan gejala. Bidan dipersiapkan mengolesi langsung dengan
mentransfer cairan vagina ke slide mikroskop kaca dengan tongkat berujung kapas.
Olesan tersebut di fiksasi dengan panas dan diwarnai menggunakan Kopeloff modified
Gram Stain, dengan dasar fuchsin sebagai latar kontras pada pewarnaan spesimen.
Setiap mikroba morphotype diukur di bawah mikroskop cahaya dengan menggunakan
minyak imersi (1000x pembesaran) menggunakan skema berikut: 1 + (> 1 per lapang
pandang); 2 + (1 - 5 per lapang pandang); 3 + (6 - 30 per lapang pandang); 4 (> 30 per
lapang pandang) [10]. Wanita yang didiagnosis dengan BV berdasarkan hasil tes
pewarnaan gram menerima dosis oral dua kali sehari 500 mg metronidazol untuk
jangka waktu 7 hari.
3. Hasil
Sebanyak 176 wanita yang dimasukkan untuk model kelompok aktif; 16 putus
studi (Gambar. 1). Kelompok kontrol terdiri 155 wanita pada saat pendaftaran, 6 di
antaranya dikeluarkan dari analisis akhir. Alasan utama untuk dikeluarkan adalah
kehamilan kembar, kelainan kongenital, keberatan untuk dilakukan uji BV, dan
keberatan untuk pemeriksaan ultrasonografi. Hasil klinis tersedia sampai keluar dari
rumah sakit untuk semua wanita yang menjalani pengacakan dan keturunannya.
Tabel 1 rangkuman karakteristik demografi dan hasil primer dari kelompok studi.
Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam karakteristik awal ibu yang terdeteksi pada
awal studi. Dari semua, 6 (3,8%) kelahiran prematur terjadi pada model kelompok aktif,
sedangkan 8 (5,4%) kelahiran prematur tercatat pada kelompok kontrol. Odd ratio
(OR) adalah 1,01 (95% CI, 0,97-1,07; P = 0,468). Perbedaan yang signifikan di usia
kehamilan saat lahir prematur jelas antara 2 kelompok (17 ± 3,4 minggu terhadap (vs)
19 ± 4,5 minggu; P < 0,001). Tidak ada aborsi spontan terjadi pada kedua kelompok.
4. Diskusi
Temuan-temuan dari penelitian ini dibatasi oleh ukuran sampel yang kecil.
Selain itu, tes pH vagina memiliki kemampuan rendah untuk mendeteksi BV, dengan
sensitivitas 37,0% dan spesifisitas 88,7%. penelitian sebelumnya melaporkan pada
evaluasi diri dengan pH vagina untuk deteksi BV memiliki sensitivitas 84% - 97% [21].
Gjerdingen et al. [22] melaporkan spesifisitas 68,8% dan sensitivitas 56,7% untuk BV
skrining menggunakan pH vagina. Sensitivitas meningkat menjadi 83,3% jika pasien
menunjukkan dengan adanya keputihan kekuningan [22]. Penyebab perbedaan hasil
antara penelitian ini dan sebelumnya tidak diketahui. Pewarnaan Gram dari vaginal
swab untuk mendiagnosis BV memiliki sensitivitas yang lebih tinggi (62% - 97%) dan
spesifisitas (66% - 95%) jika dibandingkan dengan pH vagina kit [21].
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa deteksi dan pengobatan BV
selama awal kehamilan tidak mengurangi tingkat kelahiran prematur bila digunakan
pada keadaan berpenghasilan rendah.
Penelitian ini didukung sebagian oleh Hibah-in-Aid untuk penelitian ilmiah dari
Departemen Pendidikan, Sains, Olahraga dan Kebudayaan Jepang (23592417 dan
21591422), Grant untuk Kesehatan Anak dan Pengembangan (20C-1), dan a Kesehatan
dan Tenaga Kerja Ilmu Penelitian Hibah (ID 09158522) dari Departemen Kesehatan,
Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang.